79
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penilaian Kemampuan Berbicara Siswa 1. Hasil Penilaian Kemampuan Berbicara Siswa Kelas Eksperimen Sebelum dan Sesudah Tindakan Data hasil pretes terhadap kemampuan berbicara siswa pada peserta didik Kelas IV SD Negeri 1 Karangklesem UPK Purwokerto Selatan diperoleh dari penilaian tiap–tiap individu yang dilakukan di kelas eksperimen, dilihat pada Tabel 4.1 berikut ini. Tabel 4.1 Data deskriptif hasil pretes– postes kemampuan berbicara siswa kelas eksperimen SD Negeri 1 Karangklesem UPK Purwokerto Selatan Minimum Maximum
Mean
Std. Deviation
Pretes Kemampuan Berbicara kelas
53.33
80.00
70,00
6,66579
73,33
100,00
92,3320
8,99042
Eksperimen Postes tes Kemampuan Berbicara Kelas Eksperimen Tabel 4.1 menunjukkan bahwa nilai pretes kemampuan berbicara pada siswa kelas eksperimen SDN Negeri 1 Karangklesem adalah rata rata 70,00 dengan kategori kurang memuaskan karena belum mencukupi nilai KKM ( KKM Bahasa Indonesia 7,5 ), berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal
79 PENGARUH METODE SIMULASI...HERMIN NUGRAHENI, PASCA BAHASA INDONESIA, 2017
80
(KKM), siswa yang belum mencapai nilai KKM sebanyak 17 siswa atau 85% dan jumlah siswa yang nilainya sama atau lebih dari KKM 3siswa atau 15%. Nilai terendah sebesar 53,33 dan nilai tertinggi sebesar 80,00 Data pada Tabel 4.1 menunjukkan bahwa nilai postes kemampuan berbicara siswa pada siswa kelas eksperimen SD Negeri 1 Karangklesem UPK Purwokerto Selatan
adalah rata-rata 92,332 dengan kategori
memuaskan. Sedangkan berdasarkan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), siswa yang belum mencapai nilai KKM sebanyak 2 siswa atau 10 % dan jumlah siswa yang nilainya sama atau lebih dari KKM 18 siswa atau 90 %. Nilai terendah sebesar 73,33 dan nilai tertinggi sebesar 100. Hal tersebut di atas dapat dijelaskan bahwa pada kelas eksperimen ada peningkatan yang signifikan terhadap nilai skor kemampuan berbicara siswa dalam mata pelajaran bahasa Indonesia yang diperoleh siswa dari hasil pretes ke postes. Penggambaran kenaikan berdasarkan rata-rata dapat dilihat dalam grafik adalah sebagai berikut: Gambar 4.3 Grafik hasil pretes dan postes kemampuan berbicara siswa Kelas Eksperimen SD Negeri 1 Karangklesem UPK Purwokerto Selatan 120,00
80,00
100,00
92,33
100,00
73,33
70,00
80,00
53,33
60,00
Prates Pascates
40,00 20,00 Mean
Minimum
Maximum
PENGARUH METODE SIMULASI...HERMIN NUGRAHENI, PASCA BAHASA INDONESIA, 2017
81
Berdasarkan data di atas bahwa nilai rata–rata pretes kelas eksperimen yaitu 70,00 dan rata-rata postes kelas eksperimen mengalami kenaikan menjadi sebesar 92,33 sedangkan nilai minimum pretes kelas eksperimen yaitu 53,33 dan nilai minimum postes mengalami kenaikan menjadi 73,33 sedangkan untuk nilai maksimum pretes sebesar 80,00 dan pada postes mengalami kenaikan menjadi 100,00. Hal ini mengindikasikan bahwa ada kenaikan nilai yang signifikan dari rata-rata kelas, nilai minimum dan nilai maksimum kemampuan berbicara yang diperoleh siswa kelas eksperimen pada hasil pretes dan postes di SD Negeri 1 Karangklesem UPK Purwokerto Selatan. 2. Hasil Penilaian Kemampuan Berbicara SiswaKelas Kontrol Sebelum dan Sesudah Tindakan Adapun hasil pretes dan postes kemampuan berbicara di kelas kontrol dapat dilihat pada tabel 4.2 sebagai berikut : Tabel 4.2. Data Deskriptif Hasil Pretes–Postes Kemapuan Berbicara Siswa pada Kelas Kontrol SD Negeri 2 Karangklesem UPK Purwokerto Selatan Minimum Maximum
Mean
Std. Deviation
Pretes Kemampuan Berbicara Siswa Kelas
46,67
80,00 65,6670
9,49611
66,67
93,33 77,0005
8,22894
Kontrol Postes Kemampuan Berbicara Siswa Kelas Kontrol
PENGARUH METODE SIMULASI...HERMIN NUGRAHENI, PASCA BAHASA INDONESIA, 2017
82
Data pada tabel 4.2 menunjukkan bahwa nilai rata-rata pretes kemampuan berbicara pada siswa kelas kontrol SD Negeri 2 Karangklesem UPK Purwokerto Selatan adalah 65,66 dengan katagori kurang memuaskan. Sedangkan berdasarkan Kriteria Ketuntasan Maksimum (KKM) banyaknya siswa yang belum mencapai nilai KKM sebanyak 17 siswa atau 85% dan jumlah siswa yang nilainya sama atau lebih dari KKM 3 siswa atau 15 %, dengan nilai minimum 46,67 dan nilai maksimum 80,00 Data pada tabel 4.2 menunjukkan bahwa nilai postes kemampuan berbicara pada siswa kelas kontrol SD Negeri 2 Karangklesem UPK Purwokerto Selatan adalah rata-rata
77,0005 dengan kategori cukup
memuaskan. Sedangkan berdasarkan hasil penelitian banyaknya siswa yang belum mencapai nilai KKM sebanyak 10 siswa atau 50 % dan jumlah siswa yang nilainya sama atau lebih dari KKM 10 siswa atau 50 %, dengan skor minimum sebesar 66,67 dan nilai maksimum sebesar 93,33. Berdasarkan hasil yang diperoleh siswa dari pretes ke postes pada kelas kontrol ada peningkatan nilai skor kemampuan berbicara siswa dalam mata pelajaran bahasa Indonesia walaupun belum signifikan. Penggambaran kenaikan berdasarkan rata-rata dapat dilihat dalam grafik adalah sebagai berikut :
PENGARUH METODE SIMULASI...HERMIN NUGRAHENI, PASCA BAHASA INDONESIA, 2017
83
Gambar 4.2 Grafik Hasil Pretes dan Postes Kemampuan Berbicara Siswa Kelas Kontrol SD Negeri 2 Karangklesem 93,30
100,00 90,00 80,00 70,00 60,00 50,00 40,00 30,00 20,00 10,00 -
80,00
77,00 66,60
65,66 46,60
Prates Pascates
Mean
Minimum
Maximum
Berdasarkan data di atas bahwa skor nilai rata-rata pretes kelas kontrol yaitu 65,66 dan rata-rata postes kelas kontrol mengalami kenaikan yaitu menjadi sebesar 77,00 sedangkan nilai minimum pretes kelas kontrol yaitu 46,66 dan nilai minimum postes mengalami kenaikan menjadi 66,67. Sedangkan untuk nilai maksimum pretes sebesar 80,00 dan pada postes mengalami kenaikan menjadi 93,33. Hal ini mengindikasikan bahwa ada kenaikan skor nilai dari rata-rata kelas, nilai minimum dan nilai maksimum yang diperoleh siswa kelas kontrol pada hasil pretes dan postes di SD Negeri 2 Karangklesem UPK Purwokerto Selatan walaupun tidak signifikan. B. Deskripsi Hasil Pretes dan Postes Keaktifan Belajar Siswa 1. Hasil Pretes dan Potes Keaktifan Belajar Siswa Kelas Eksperimen Penelitian keaktifan belajar siswa kelas eksperimen dilaksanakan di kelas IV SD 1 Karangklesem UPK Purwokerto Selatan pada hari Selasa,
PENGARUH METODE SIMULASI...HERMIN NUGRAHENI, PASCA BAHASA INDONESIA, 2017
84
tanggal 10 Oktober 2016. Adapun hasil pengamatan keaktifan belajar siswa yang dilakukan di kelas eksperimen dideskripsikan pada tabel 4.3 berikut: Tabel 4.3 Data Deskriptif Hasil Pretes–Postes Keaktifan Belajar pada Kelas Eksperimen SD Negeri 1 Karangklesem UPK Purwokerto Selatan Std. Minimum Maximum Pretes Keaktifan Belajar Siswa Kelas Eksperimen Postes Keaktifan Belajar Siswa Kelas Eksperimen
Mean
Deviation
68,52
88,89 80,9270
4,37828
92,58
100.00 97,4060
2,78146
Dari data hasil pretes, nilai tertinggi yang dicapai siswa adalah 88,89 dan nilai terendah 68,52 Data pada Tabel 4.3 menunjukkan bahwa nilai pretes keaktifan belajar pada siswa Kelas IV SD Negeri 1 Karangklesem UPK Purwokerto Selatan adalah rata-rata 80,9270 dengan kategori memuaskan. Hal tersebut ditandai banyaknya siswa yang mencapai nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Siswa yang belum mencapai nilai KKM sebanyak 17 siswa atau 85 % dan jumlah siswa yang nilainya sama atau lebih dari KKM 3 siswa atau 15 %. Nilai terendah sebesar 68,52 dan nilai tertinggi sebesar 88,89. Data pada tabel 4.3 menunjukkan bahwa nilai postes keaktifan belajar pada siswa kelas eksperimen SDN 1 Karangklesem UPK Purwokerto Selatan adalah rata rata 97,4060 dengan kategori sangat memuaskan. Hal tersebut ditandai banyaknya siswa yang mencapai nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM).
PENGARUH METODE SIMULASI...HERMIN NUGRAHENI, PASCA BAHASA INDONESIA, 2017
85
Siswa yang belum mencapai nilai KKM sebanyak 0 siswa atau 0 % dan jumlah siswa yang nilainya sama atau lebih dari KKM 20 siswa atau 100 %. Nilai terendah sebesar 92,59 dan nilai tertinggi sebesar 100,00. Hal tersebut di atas dapat dijelaskan bahwa pada kelas eksperimen ada peningkatan nilai skor keaktifan belajar siswa dalam mata pelajaran bahasa Indonesia yang diperoleh siswa dari hasil pretes ke postes. Penggambaran kenaikan berdasarkan rata-rata dapat dilihat dalam grafik 4.4 sebagai berikut : Gambar 4.4. Grafik Hasil Pretes dan Postes Keaktifan Belajar Siswa Kelas Eksperimen SD Negeri 1 Karangklesem UPK Purwokerto Selatan 120,00 97,40
100,00
92,58
80,92 80,00
100,00 88,89
68,50 Prates
60,00
Pascates
40,00 20,00 Mean
Minimum
Maximum
Berdasarkan data di atas bahwa nilai rata-rata pretes kelas eksperimen yaitu 80,92 dan rata-rata postes kelas eksperimen mengalami kenaikan yaitu menjadi sebesar 97,40 sedangkan nilai minimum pretes kelas eksperimen yaitu 68,52 dan nilai minimum postes mengalami kenaikan menjadi 92,59 sedangkan untuk nilai maksimum pretes sebesar 88,89 dan pada postes mengalami kenaikan sebesar 100,00. Hal ini mengindikasikan bahwa ada kenaikan nilai yang signifikan dari rata-rata
PENGARUH METODE SIMULASI...HERMIN NUGRAHENI, PASCA BAHASA INDONESIA, 2017
86
kelas eksperimen, nilai minimum dan nilai maksimum yang diperoleh siswa kelas eksperimen pada hasil pretes dan postes di SD Negeri 1 Karangklesem UPK Purwokerto Selatan. 2. Hasil Pretes dan Postes Keaktifan Belajar Kelas Kontrol Pretes dan postes keaktifan belajar siswa juga dilakukan di kelas kontrol dengan hasil tertuang pada tabel 4.4: Tabel 4.4 Data deskriptif hasil Pretes–Postes Keaktifan Belajar SiswaPada Kelas Kontrol SD Negeri 2 Karangklesem UPK Purwokerto Selatan Std. Minimum Maximum Pretes Keaktifan Belajar Siswa Kelas Kontrol Postes Keaktifan Belajar Siswa Kelas Kontrol
Mean
Deviation
66,67
94,44 77,8720
8,98120
66,67
100.00 88,5175
8,22778
Dari data hasil pretes, nilai tertinggi yang dicapai siswa adalah 94,44 dan nilai terendah 66,67 Data pada tabel 4.4 menunjukkan bahwa nilai pretes keaktifan belajar
siswa kelas IV SD Negeri 2 Karangklesem
UPK
Purwokerto Selatan adalah rata-rata 77,87 dengan katagori cukup memuaskan. Hal tersebut ditandai banyaknya siswa yang belum mencapai nilai KKM sebanyak 9 siswa atau 45 % dan jumlah siswa yang nilainya sama atau lebih dari KKM 11 siswa atau 55 %. Data pada tabel 4.2 menunjukkan bahwa nilai postes keaktifan belajar pada siswa kelas kontrol SD Negeri 2 Karangklesem UPK Purwokerto Selatan
PENGARUH METODE SIMULASI...HERMIN NUGRAHENI, PASCA BAHASA INDONESIA, 2017
87
adalah rata-rata
88,51 dengan kategori cukup memuaskan. Hal tersebut
ditandai banyaknya siswa yang mencapai nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Siswa yang belum mencapai nilai KKM sebanyak 2 siswa atau 10 % dan jumlah siswa yang nilainya sama atau lebih dari KKM 18 siswa atau 90%. Nilai terendah sebesar 66,67dan nilai tertinggi sebesar 100,00 Hal tersebut di atas menjelaskan bahwa pada kelas kontrol ada peningkatan nilai skor keaktifan belajar siswa dalam mata pelajaran bahasa Indonesia yang diperoleh siswa dari hasil pretes ke postes. Penggambaran kenaikan berdasarkan rata-rata dapat dilihat dalam grafik 4.6berikut : Gambar 4.6. Grafik Hasil Pretes dan Postes Keaktifan Berbicara Siswa Kelas Kontrol SD Negeri 2 KarangklesemUPK Purwokerto Selatan 120,00 100,00 80,00
100,00 94,44
88,51 77,87 66,67 66,67
Prates
60,00
Pascates 40,00 20,00 Mean
Minimum
Maximum
Berdasarkan data di atas bahwa nilai rata-rata pretes kelas kontrol yaitu 77,87 dan rata-rata postes kelas kontrol mengalami kenaikan yaitu menjadi sebesar 88,51, sedangkan nilai minimum pretes kelas kontrol yaitu
PENGARUH METODE SIMULASI...HERMIN NUGRAHENI, PASCA BAHASA INDONESIA, 2017
88
66,67 dan nilai minimum postes tidak mengalami kenaikanyaitu 66,67, sedangkan untuk nilai maksimum pretes sebesar 94,44 dan pada postes mengalami kenaikan
menjadi sebesar 100,00. Hal ini mengindikasikan
bahwa ada kenaikan nilai yang signifikan dari rata-rata kelas, nilai minimum dan nilai maksimum yang diperoleh siswa kelas kontrol pada hasil pretes dan postes di SD Negeri 2 Karangklesem UPK Purwokerto Selatan.
C. Perbandingan Rata-Rata Hasil Tes Kemampuan Berbicara Siswa 1. Perbandingan Rata-Rata Hasil Tes Kemampuan Berbicara Siswa Kelompok Eksperimen dengan Kelompok Kontrol. Setelah dilakukan tes kemampuan berbicara di kedua kelas yaitu kelas kontrol dan kelas eksperimen, maka dilakukan perbandingan rata-rata hasil tes yang digambarkan pada diagram 4.7 berikut: Gambar 4.7. Diagram Perbandingan Skor Rata-Rata Pretest dan Postes Kemampuan Berbicara Kelompok Eskperimen dan Kelompok Kontrolpada Siswa Kelas IV SD Negeri 1 dan 2 Karangklesem UPK Purwokerto Selatan 100,00 90,00 80,00 70,00 60,00 50,00 40,00 30,00 20,00 10,00 -
92,33 77,00 65,66
70,00
Pretes Postes
Kontrol
Eksperimen
PENGARUH METODE SIMULASI...HERMIN NUGRAHENI, PASCA BAHASA INDONESIA, 2017
89
Berdasarkan data di atas bahwa nilai rata-rata pretes kelas kontrol yaitu 65,66 dan rata-rata postes kelas kontrol mengalami kenaikan menjadi. 77,00 sedangkan rata-rata nilai pretes kelas eksperimen yaitu 70,00 dan rata-rata nilai postes kelas eksperimen yaitu 92,33. Hal ini mengindikasikan bahwa ada kenaikan nilai yang signifikan dari rata-rata kelas eksperimen dibandingkan kelas kontrol. 2. Perbandingan Rata-Rata Skor Hasil Keaktifan Kelompok Eksperimen dengan Kelompok Kontrol
Belajar
Siswa
Perbandingan rata-rata nilai siswa juga dilakukan terhadap hasil pengamatan keaktifan belajarsiswa, dengan hasil yang tertuang pada gambar 4.8: Gambar 4.8. Diagram Perbandingan Nilai Rata-Rata Pretes dan Postes Keaktifan Belajar Siswa Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol Pada Siswa Kelas IV SD Negeri 1 dan 2 Karangklesem UPK Purwokerto Selatan
120 97,4
100 80
88,51 77,87
80,92 Prates
60
Pascates
40 20 0 Kontrol
Eksperimen
Berdasarkan data di atas bahwa nilai
rata-rata pretes keaktifan
belajar siswa kelas kontrol yaitu 77,87 naik menjadi 88,51 pada postes, sedangkan pada kelompok eksperimen keaktifan
belajar siswa untuk
PENGARUH METODE SIMULASI...HERMIN NUGRAHENI, PASCA BAHASA INDONESIA, 2017
90
pretes sebesar 80,92 naik menjadi 97,40 pada postes. Hal ini mengindikasikan bahwa ada kenaikan nilai secarasignifikan dilihat dari rata-rata nilai keaktifan belajar siswa kelas eksperimen dibandingkan kelas kontrol pada siswa kelas
IV SD Negeri 1 dan 2 Karangklesem UPK
Purwokerto Selatan.
D. Hasil Analisis Uji t a. Hasil Analisis Uji t untuk Kemampuan Berbicara 1) Uji Paired Kemampuan Berbicara Pretes dan Postes Kelas Kontrol Uji paired t test bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan rata-rata antara hasil pretes dan postes baik yang tidak menggunakan metode pembelajaran simulasi maupun kelompok yang menggunakan metode
pembelajaran simulasi dalam
meningkatkan
kemampuan berbicara pada siswa Kelas IV SD Negeri 1 Karangklesem UPK Purwokerto Selatan. Hasil uji t untuk kemampuan berbicara dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut: Tabel 4.8 Uji t Paired Samples TestPretes dan Postes Kemampuan Berbicara Kelompok Kontrol Paired Samples Test Paired Differences
Mean Pair 1 Postes Kem Mem Kontrol Pretes Kem Mem Kontrol
22,322
Std. Std. Error Deviation Mean 6,58668
95% Confidence Interval of the Difference Lower
Upper
1,47283 19,24934 25,41466
T 15,163
df 19
Sig. (2tailed) .000
PENGARUH METODE SIMULASI...HERMIN NUGRAHENI, PASCA BAHASA INDONESIA, 2017
91
Berdasarkan hasil analisis statistik dengan program SPSS nilai paired test kemampuan berbicara kelompok kontrol diperoleh t hitung 15,163 lebih besar dari t tabel 2,048 dengan nilai sig sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05 sehingga dapat dinyatakan bahwa terdapat perbedaan ratarata terhadap kelas kontrol yang tidak menggunakan
metode simulasi
dalam hal kemampuan berbicara pada siswa Kelas
IV SD Negeri 1
Karangklesem UPK Purwokerto Selatan. Hasil uji t untuk kemampuan membaca dapat dilihat pada tabel 4.9 berikut:
Tabel 4.9 Uji t Paired Samples Test Pretes dan Postes Kemampuan Berbicara Kelompok Eksperimen Paired Samples Test Paired Differences
Mean Pair 1 Postes Kem Mem Eksperimen Pretes Kem Mem 1,13335E1 Eksperimen
Std. Std. Error Deviation Mean 5.34129
95% Confidence Interval of the Difference Lower
Upper
1,19435 8,83370 13,83330
T
Sig. (2tailed)
df
9,489
19
.000
Berdasarkan hasil analisis statistik dengan program SPSS nilai paired t test kemampuan berbicara kelas eksperimen diperoleh t hitung 9,489 lebih besar dari t tabel 2,048 dengan nilai sig sebesar 0,000 lebih kecil dari
0,05 sehingga dapat dinyatakan bahwa terdapat perbedaan
antara pretes dan postes kemampuan berbicara terhadap kelas yang menggunakan metode simulasi pada siswa kelas IV
SD Negeri 1
Karangklesem UPK Purwokerto Selatan.
PENGARUH METODE SIMULASI...HERMIN NUGRAHENI, PASCA BAHASA INDONESIA, 2017
92
2) Uji Independen t test antara Postes Kemampuan Berbicara Kelas Eksperimen dengan Postes Kemampuan Berbicara Kelas Kontrol. Setelah dilakukan uji independen t test antara postes kemampuan berbicara kelas eksperimen dengan postes kemampuan berbicara kelas kontrol, dijelaskan pada tabel 4.10 berikut:
Tabel 4.10. Uji Independent Samples t Test Kemampuan Berbicara Postest Kontrol dan Postes Eksperimen Independent Samples Test
Levene's Test for Equality of Variances
F Skor Equal variances assumed Equal variances not assumed
Sig. .012
.914
t-test for Equality of Means
T 5.626
Sig. (2tailed)
df
Mean Std. Error Difference Difference
95% Confidence Interval of the Difference Lower
Upper
38
.000 15.33150
2.72528
9.81446 20.84854
5.626 37.706
.000 15.33150
2.72528
9.81305 20.84995
Dari tabel 4.10 di atas dapat dijelaskan, bahwa hasil perolehan t hitung yaitu 5,626 sedangkan nilai t tabel pada taraf signifikan 95% (0,05) menunjukkan angka sebesar
2,048. Berarti dari hasil tesebut
t hitung > t tabel. Jadi dapat diartikan bahwa model pembelajaran simulasi berpengaruh terhadap kemampuan berbicara pada siswa kelas IV SD Negeri 1 Karangklesem UPK Purwokerto. b. Hasil Analisis Uji t untuk Keaktifan Belajar Siswa 1) Uji Paired Keaktifan Belajar Siswa Pretes dan Postes Kelas Eksperimen
PENGARUH METODE SIMULASI...HERMIN NUGRAHENI, PASCA BAHASA INDONESIA, 2017
93
Untuk mengetahui hasil keaktifan belajar siswa maka dilakukan dengan menghitung nilai pengamatan, yang selanjutnya dilakukan uji t untuk mengetahui perbedaan keaktifan belajar siswa sebelum dan setelah eksperimen dilakukan. Hasil uji t dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut untuk kelompok eksperimen. Tabel 4.5 Uji Paired Samples t test Pretes dan Postes Keaktifan Belajar Siswa Kelompok Eksperimen Independent Samples Test Paired Samples Test Paired Differences
Mean Pair 1 Postes Eksperimen Prates Eksperimen
16,479
Std. Std. Error Deviation Mean 3,28556
95% Confidence Interval of the Difference Lower
Upper
0,73467 14,94131 18,01669
T 22,430
df 19
Sig. (2tailed) .000
Berdasarkan hasil analisis statistik dengan program SPSS nilai paired test keaktifan belajar siswa kelas eksperimen diperoleh t hitung 22,430 lebih besar dari t tabel 2,048 dengan nilai sig sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05 sehingga dapat dinyatakan bahwa terdapat perbedaan antara pretes dan postes keaktifan belajar siswa dengan menggunakan metode simulasipada siswa kelas IV SD Negeri 1 Karangklesem UPK Purwokerto Selatan. Adapun hasil uji Paired Samples t test pretes dan postes keaktifan belajar pada siswa kelompok kontrol dapat dilihat pada tabel 4.6. sebagai berikut:
PENGARUH METODE SIMULASI...HERMIN NUGRAHENI, PASCA BAHASA INDONESIA, 2017
94
Tabel 4.6. Uji Paired Samples t Test Pretes dan Postes Keaktifan Belajar Siswa Kelompok Kontrol Paired Samples Test Paired Differences 95% Confidence Interval of the Difference
Mean
Pair 1
Postes Kontrol Pretes control
Std. Deviatio n
Std. Error Mean
Lower
Upper
t
10,6455 .8,98954 2,01012 6,43827 14,85273 5,296
df
19
Sig. (2tailed)
.000
Berdasarkan hasil analisis statistik dengan program SPSS nilai paired t test keaktifan belajar siswa kelas kontrol diperoleh t hitung 5,29 lebih besar dari t tabel 2,048 dengan nilai sig sebesar 0,000 lebih kecil dari 0,05 sehingga dapat dinyatakan bahwa terdapat perbedaan antara pretes dan postes keaktifan belajar siswa dengan menggunakan metode Simulasi pada siswa kelas
IV SD Negeri 2 Karangklesem UPK
Purwokerto Selatan. 2) Uji Independent t Test Antara Postes Keaktifan Belajar Siswa Kelompok Eksperimen dengan Postes Keaktifan Belajar Siswa Kelompok Kontrol. Setelah dilakukan uji t untuk mengetahui perbedaan keaktifan belajar sebelum dan setelah eksperimen baik dikelas kontrol maupun eksperimen,
PENGARUH METODE SIMULASI...HERMIN NUGRAHENI, PASCA BAHASA INDONESIA, 2017
95
selanjutnya dilakukan uji independen t tes, dengan hasil pada tabel 4.7 berikut: Tabel 4.7. Uji Independent Samples t Test Keaktifan Belajar Siswa Postes Kelompok Eksperimen dengan Postes Kelompok Kontrol Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances
F
Sig.
t-test for Equality of Means
t
df
Skor Equal variances pascate assumed 8,318 .0,006 4,577. 38 Kontrol* Eksperi Equal variances 4,577 23,287 men not assumed
Mean Std. Error Sig. (2- Differen Differenc tailed) ce e .0,000
8,8885 1,94207
0,000
8,8885
1,94207
95% Confidence Interval of the Difference Lower
Upper
4,95698
12,8200
4,87375 12,90329
Dari tabel di atas dapat dijelaskan, bahwa hasil perolehan t hitung yaitu 4,57 sedangkan nilai t tabel pada taraf signifikan 95% (0,05) menunjukkan angka sebesar 2,048 Dengan sig sebesar 0,000 hal ini berarti dari hasil tesebut t hitung > t tabel. Jadi dapat diartikan bahwa model pembelajaran simulasi berpengaruh terhadap peningkatan keaktifan belajar siswa kelas IV SD Negeri 2 Karangklesem UPK Purwokerto Selatan.
E. Pengujian Hipotesis 1. Pengujian Hipotesis Pertama Pengujian hipotesis pertama bertujuan untuk mengetahui penerapan metode pembelajaran simulasi dalam meningkatkan kemampuan berbicara siswa pada siswa kelas IV SD Negeri 1 Karangklesem UPK Purwokerto
PENGARUH METODE SIMULASI...HERMIN NUGRAHENI, PASCA BAHASA INDONESIA, 2017
96
Selatan. Untuk menguji hipotesis tersebut, alat analisis yang digunakan adalah uji t independen Dari hasil analisis statistik ternyata nilai t test menunjukkan angka sebesar 4,577 sedangkan nilai t tabel pada taraf signifikansi 95% (0,05) menunjukkan angka sebesar
2,048 Jadi nilai t hitung lebih besar
daripada t tabel (t hitung > t tabel). Berdasarkan hasil tersebut maka penerapan metode pembelajaran simulasi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan kemampuan berbicara siswa kelas IV SD Negeri 1,2 Karangklesem UPK Purwokerto Selatan. Dengan demikian hipotesis
yang
menyatakan:
"Metode
pembelajaran
Simulasi
dapat
meningkatkan kemampuan berbicara siswa kelas IV SD Negeri 1dan 2 Karangklesem UPK Purwokerto Selatan" dinyatakan hanya berpengaruh terhadap kemampuan berbicara. 2. Pengujian Hipotesis Kedua Pengujian hipotesis kedua bertujuan untuk mengetahui penerapan metode pembelajaran simulasi dalam meningkatkan keaktifan belajar pada siswa Kelas IV SD Negeri 1 Karangklesem UPK Purwokerto Selatan. Untuk menguji hipotesis tersebut, alat analisis yang digunakan adalah uji t independen. Dari hasil analisis statistik ternyata nilai t test menunjukkan angka sebesar 5,626 sedangkan nilai t tabel pada taraf signifikansi 95 % (0,05) menunjukkan angka sebesar 2,048, jadi nilai t test lebih besar daripada t tabel. Berdasarkan hasil tersebut maka penerapan metode pembelajaran simulasi mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap keaktifan belajar pada siswa
PENGARUH METODE SIMULASI...HERMIN NUGRAHENI, PASCA BAHASA INDONESIA, 2017
97
kelas IV SD Negeri 1,2 Karangklesem UPK Purwokerto Selatan. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan: "Metode pembelajaran simulasi dapat meningkatkan keaktifan belajar pada siswa kelas IV SD Negeri 1dan 2 Karangklesem UPK Purwokerto Selatan " terdapat pengaruh yang signifikan. F. Pembahasan a. Pengaruh Metode Simulasi Terhadap Kemampuan Berbicara Berdasarkan hasil analisis data dapat diketahui bahwa secara statistik tidak terdapat pengaruh yang signifikan terhadap pembelajaran dengan metode
simulasi terhadap
terutama kemampuan berbicara siswa dalam
kegiatan kegiatan bertelepon. Ada beberapa kondisi yang melatarbelakangi hasil ini diantaranya bahwa kegiatan berbicara tidak hanya dipengaruhi oleh keaktifan belajar tapi juga jenis materi berbicara. Pada umumnya siswa lebih tertarik untuk berbicara yang bersifat santai, tidak formal dan tidak membosankan. Kegiatan berbicara bisa jadi kurang menarik bagi siswa. Meskipun siswa sudah belajar dengan metode simulasi melalui tahapan belajar yang lebih sistematis, namun jenis materi berbicara tetap mempengaruhi keaktifan belajar siswa untuk memberikan respon atas bacaan tersebut. Jenis bacaan yang menarik menjadi salah satu faktor eksternal yang dapat menumbuhkan kemampuan berbicara dan keaktifan belajar siswa (Uno, 2007). Disamping faktor jenis materi berbicara yang mungkin kurang menarik bagi siswa sehingga keaktifan belajar mereka tidak terpengaruh secara signifikan, faktor guru dalam mengemas kegiatan simulasi juga sangat
PENGARUH METODE SIMULASI...HERMIN NUGRAHENI, PASCA BAHASA INDONESIA, 2017
98
berpengaruh. Hal ini berarti bahwa, dapat dimungkinkan cara guru dalam mengenalkan tahapan belajar dengan Simulasi
kurang menyenangkan
sehingga tidak mampu mendorong siswa untuk aktif belajar berbicara. Keaktifan belajar dapat diartikan sebagai daya penggerak yang ada di dalam diri seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi tercapainya suatu tujuan. Keaktifan belajar dapat diartikan sebagai suatu kondisi intern (kesiapsiagaan). Mc Donald dalam Pupuh (2010: 19) memberi definisi motivasi sebagai perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai munculnya feeling dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan. Keaktifan belajar merupakan suatu energi yang menggerakan seseorang untuk melakukan sesuatu dan dapat tumbuh karena ada rangsangan dari luar (sardiman, 2011). Keaktifan belajar diartikan sebagai suatu keseluruhan daya penggerak dalam diri siswa yang akan menimbulkan kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar. Siswa yang memiliki keaktifan belajar yang tinggi akan mempunyai banyak energi untuk melakukan kegiatan belajar. Makin tinggi keaktifan belajar siswa akan makin kuat usahanya untuk mencapai tujuan. Sebaliknya keaktifan belajar yang rendah akan mempunyai sedikit energi untuk melakukan kegiatan. Makin rendah keaktifan belajar akan makin lemah dalam melakukan kegiatan belajar. Meskipun secara statistik tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari penerapan metode simulasi terhadap keaktifan belajar siswa, namun secara aktivitas pembelajaran, hasil pengamatan guru selama pembelajaran menunjukkan bahwa siswa menjadi lebih semangat dalam menyelesaikan
PENGARUH METODE SIMULASI...HERMIN NUGRAHENI, PASCA BAHASA INDONESIA, 2017
99
tugas berbicara di depan kelas. Siswa tampak lebih antusias dalam melakukan tahapan kegiatan berbicara, karena sebelumnya memang siswa melakukan kegiatan berbicara dengan cara yang kurang menarik yaitu langsung diberi teks bacaan dan langsung menjawab pertanyaan namun dengan penerapan metode simulasi, setidaknya siswa melalui tahapan kegiatan berbicara yang lebih menarik dan memudahkan. Menumbuhkan keaktifan berbicara memerlukan waktu yang tidak singkat dan memerlukan proses yang berkelanjutan, sehingga dibutuhkan waktu yang cukup intensif agar keaktifan belajar siswa tumbuh. Jadi dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa penerapan metode simulasi membuat pembelajaran berbicara menjadi lebih menarik dan mampu mengaktifkan siswa. Meskipun dari sisi keaktifan belajar siswa tidak terpengaruh signifikan tetapi secara aktifitas belajar terjadi peningkatan. b. Pengaruh Metode Simulasi terhadap Kemampuan Berbicara Melalui Kegiatan Bertelepon Hasil analisis data menunjukkan bahwa penggunaan metode simulasi dalam kegiatan berbicara pada kegiatan bertelephon berpengaruh terhadap meningkatnya kemampuan berbicara siswa. Hal ini dapat diketahui dari hasil postes yang menunjukkan peningkatan signifikan di kelas eksperimen setelah belajar dengan metode simulasi. Adanya pengaruh yang signifikan ini dapat dijelaskan karena pada saat belajar berbicara menggunakan Simulasi, siswa melalui tahapan kegiatan berbicara yang lebih sistematis sehingga lebih mampu menyelesaikan tugas kegiatan berbicara dengan lebih baik.
PENGARUH METODE SIMULASI...HERMIN NUGRAHENI, PASCA BAHASA INDONESIA, 2017
100
Adapun pembelajaran dengan metode simulasi diawali dari menuntun siswa agar aktif, kritis, dan kreatif dalam memahami dan mengapresiasi materi berbicara, serta mengingatnya lebih lama. Langkah pembelajaran dengan menggunakan metode simulasi meliputi : 1) Pembentukan kelompok yang di dasarkan pada perbedaan tingkat kemampuan berbicara. 2) Guru membagikan materi yang akan disimulasikan kepada tiap-tiap kelompok. 3) Guru memberi penjelasan pelaksanaan pembelajaran berbicara materi Bertelepon, yang meliputi: a) Baca materi berbicara (bertelepon); b) Pahami isi pokok materi berbicara; c) Memberi kesempatan kepada siswa untuk menenyakan hal-hal yang belum diketahui tentang materi berbicara; d) Berlatih bersama teman kelompok yang telah dibagi; e) Maju per kelompok di depan kelas.
PENGARUH METODE SIMULASI...HERMIN NUGRAHENI, PASCA BAHASA INDONESIA, 2017