BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Pemeliharaan Induk Teknik Pemijahan ikan lele sangkuriang dilakukan yaitu dengan memelihara induk terlebih dahulu di kolam pemeliharaan induk yang ada di BBII. Induk dipelihara pada kolam yang berukuran dengan lebar 8 m panjang 9 m dan tinggi 1 m secara bersamaan. Pemeliharaan induk yang digunakan untuk pemijahan secara buatan dengan penyuntikan hormon ovaprim meliputi pemberian pakan, dimana pakan yang diberikan adalah jenis pakan SUPER dengan kandungan protein 28 %, induk yang di pelihara di kolam induk sebanyak 30 ekor betina dan 20 ekor jantan dengan bobot rata-rata awal 1 kg/ekor dengan jumlah persentase pakan yang diberikan 3% dari total biomasa per hari. Pemeliharaan berlangsung 1 bulan. Khairuman dan Amri (2009), pakan yang digunakan adalah pellet komersial dengan kadar protein 28-32%. 4.2. Seleksi Induk Benih lele sangkuriang yang berkualitas baik memerlukan kualitas induk yang baik pula. Calon induk yang digunakan memiliki ukuran panjang tubuh total berkisar antara 46 – 69 cm. Induk yang ada dilokasi praktek telah berumur satu tahun dengan kisaran berat berkisar antara 1 – 2 kg/ekor, tidak cacat dan sehat. Hal ini sesuai dengan pendapat Bramasta (2009) bahwa persyaratan reproduksi induk betina ikan lele sangkuriang antara lain adalah umur minimal dipijahkan 1 tahun, berat 0,70 – 1,0 kg dan panjang standar 25 – 30 cm. Sedangkan induk jantan antara lain: umur 1 tahun, berat 0,5 – 0,75 kg dan panjang standar 30 – 35 cm.
Adapun ciri-ciri induk lele betina yang matang gonad adalah pergerakan induk lambat, secara visual dapat dilihat bagian perut membesar, apabila perut tersebut diraba terasa lembek, warna tubuh kusam atau gelap. Sedangkan untuk induk lele jantan adalah memiliki pergerakan lincah, bentuk tubuh dan perut ramping, warna tubuh cenderung terang atau bercahaya. Ciri-ciri induk yang ada di lokasi praktek sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Bramasta (2009) bahwa induk lele yang telah matang gonad memiliki kondisi perut menggembung, apabila diraba akan terasa lembek, pergerakan induk akan terlihat lambat, warna tubuh sedikit gelap (betina). Postur tubuh ideal antara panjang dan berat, gerakan lincah, warna badan cenderung cerah atau terang.
Gambar 2. Alat kelamin jantan dan betina yang telah matang gonad 4.3. Pemberokan dan Penyuntikan Induk lele sangkuriang jantan dan betina yang telah diseleksi, selanjutnya dilakukan pemberokan (dipuasakan) selama 24 jam. Pemberokan ini bertujuan untuk mengurangi kotoran dalam usus, agar pada saat pemijahan tidak terdapat kotoran di dalam bak pemijahan. Pemberokan dilakukan di bak berukuran 1,5 x 3 m dengan ketinggian air 80 cm selama 24 jam. Setelah dilakukan pemberokan dilanjutkan dengan penyuntikan induk. Penyuntikan induk dilakukan dengan menggunakan hormon ovaprim yang bertujuan untuk merangsang terjadinya
proses ovolasi, sehingga telur lebih cepat keluar dari induk betina. Dosis hormon ovaprim yang digunakan untuk induk betina sebanyak 0,5 cc/kg. Teknik penyuntikan yang dilakukan sesuai dengan pendapat Khairuman dan Amri (2009), bahwa untuk merangsang induk lele agar memijah sesuai dengan yang diharapkan, sebelumnya induk disuntik menggunakan ovaprim dengan dosis 0,5 cc/kg. Penyuntikan dilakukan dengan cara menyuntikkan cairan hormon ovaprim pada bagian otot punggung induk dengan kemiringan 450 Setelah dilakukan penyuntikan induk dimasukkan kembali ke dalam bak. Penyuntikan dilakukan pada malam hari yaitu pada jam 11.00 agar pada waktu pagi hari induk sudah bisa di stripping. 4.4. Pengambilan Sperma dan Telur 4.4.1. Pengambilan Sperma Lima belas menit sebelum pengeluaran telur, sperma harus disiapkan. Langkah pertama pengambilan sperma yaitu menangkap induk yang sudah matang gonad yang sementara diberok kemudian diletakkan di lantai dan di potong secara vertikal tepat di belakang tutup insang tetapi jangan sampai di potong sampai terpisah antara badan dan kepala, keluarkan darahnya setelah itu menggunting kulit perutnya dari anus hingga belakang insang kemudian ambil kantung sperma dan bersihkan dengan tissu jangan sampai terkena darah hingga kering lalu menghancurkan kantung sperma dengan cara menggunting bagian yang paling banyak dan diperas kantung sperma tersebut agar keluar dan masukkan wadah kecil yang telah diisi setengah gelas NaCl, kemudian diaduk rata. 4.4.2. Pengeluaran Telur (Stripping)
Setelah delapan jam dari penyuntikan dan sperma sudah siap maka dilakukan stripping terhadap induk betina. Sebelum induk betina di stripping, ditenangkan terlebih dahulu kemudian bagian kepalanya di bungkus dengan kain sambil memegang bagian ekor hal ini dilakukan untuk mempermudah proses stripping dan induk tidak stres. Stripping dilakukan dengan mengurut perut dari arah kepala ke arah lubang genital sampai telur habis di stripping dan ditampung diwadah kecil yang diberi NaCl secukupnya, hal ini menghidari telur akan kering. Menurut Khairuman dan Amri (2009) bahwa dalam proses stripping wadah harus benarbenar kering. Waktu stripping yang tepat adalah saat telur keluar ketika dilakukan pijatan lembut jangan sekali-kali dilakukan pijatan yang kuat atau dipaksakan. 4.5. Fekunditas Setelah stripping telur induk betina, telur dihitung fekunditas berdasarkan hasil fekunditas yang di hitung berat 1 gram telur sampel yang menghasilkan 1000 butir telur dan bobot telur yang diovulasikan adalah 300 gram sehingga telur yang dihasilkan sebanyak 300.000 butir telur dengan berat induk 1,500 gram. Menurut Khairuman dan Amri (2009) bahwa setelah diadakan stripping dihitung jumlah telur yang dihasilkan untuk mengetahui berapa banyak telur yang dihasilkan maka diambil 1 gram telur kemudian dihitung jumlahnya dan kemudian dikalikan dengan bobot telur yang diovulasi, 1 gram telur rata-rata1.200 butir telur. 4.6. Pembuahan Setelah dilakukan stripping, telur dan sperma diaduk secara merata dengan menggunakan bulu ayam sebagai alat pengaduk, setelah diaduk secara merata dan telur sudah terbungkus oleh sperma langkah selanjutnya adalah pembuahan. Pembuahan dilakukan dengan cara memasukkan
air ke dalam wadah telur yang sudah dicampur dengan sperma, setelah pembuahan telur dicuci dengan air bersih. Tujuannya untuk membuang sisa sperma yang tidak terpakai. Menurut Khairuman dan Khairul Amin (2009), setelah telur dan sperma dicampur dengan NaCL diaduk secara perlahan dengan menggunakan bulu ayam. Tujuan pencampuran sodium adalah untuk mengencerkan sperma dan telur lebih merata. Proses pembuahan ini berlangsung cepat karena sperma hanya aktif bergerak dan bertahan hidup lebih kurang satu menit setelah terkena air. 4.7. Penetasan Telur Telur-telur yang telah dibuahi ditetaskan di atas kain sejenis kain kasa yang tenunanya jarang dibentuk sesuai dengan ukuran bak 120 x 120 x 60 cm . Telur-telur ditebarkan secara merata. Dalam hal ini dihindari terjadinya penumpukan telur karena penumpukan dapat menyebabkan telur tidak menetas dan harus diusahakan telur yang menempel di kain kasa terendam semuanya. Setelah dipanen larva dihitung satu persatu untuk mengetahui derajat penetasannya. Menghitung larva sangat hati-hati agar larva tidak stres, Jumlah larva yang dihitung sebanyak 270.800 ekor dari telur yang ditetaskan sebanyak 300.000 butir telur, sehingga tingkat derajat penetasannya 90,3% Suhu dibak penetasan telur adalah 27 oC sehingga baik untuk proses penetasan telur. Hal ini sesuai dengan pendapat Djoko (2006) bahwa penetasan telur sebaiknya dilakukan pada air yang mengalir untuk menjamin ketersediaan oksigen terlarut dan penggantian air yang kotor akibat pembusukan telur yang tidak terbuahi. Peningkatan kandungan oksigen terlarut dapat pula diupayakan dengan pemberian aerasi. Telur lele sangkuriang menetas 30 – 36 jam setelah pembuahan pada suhu 22 – 25 ºC.
4.8. Pengukuran Kualitas Air Kualitas air pada media hidup merupakan salah satu penunjang utama keberhasilan dalam penetasan telur. Pengamatan kualitas air dilakukan untuk mengetahui apakah kisarannya sesuai dengan syarat untuk hidup dan pertumbuhan lele. Pengukuran kualitas air selama masa penetasan berupa suhu, pH, dan DO, adapun hasil kisaran kualitas air dapat dilihat pada Tabel di bawah ini. Tabel 3. Kisaran pengukuran kualitas air pada kolam penetasan No
Parameter
Pagi
Sore
1
Suhu (oC)
26
28
2
pH
5
7
3
DO (ppm)
3
4
Berdasarkan hasil pengukuran suhu, pH, dan DO di bak penetasan masih dalam kondisi yang layak. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Bramasta (2009) bahwa suhu air optimum dalam pemeliharaan ikan lele sangkuriang secara intensif adalah 25 – 30 oC. Keasaman atau pH yang baik bagi lele sangkuriang adalah 6,5 – 9 , pH yang kurang dari 5 sangat buruk bagi lele sangkuriang, karena bisa menyebabkan penggumpalan lendir pada insang, sedangkan pH 9 ke atas akan menyebabkan berkurangnya nafsu makan lele sangkuriang, DO 4 – 5 mg/l.