BAB IV EVALUASI PAJAK PENGHASILAN PASAL 25 PADA PT TGS Pada laporan rugi laba yang telah dibuat oleh PT TGS yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2003 menunjukkan adanya unsur penjualan yang telah berhasil dilakukan oleh PT TGS, dilaporkan sebesar Rp.536.305.818,- setelah dikurangkan dengan harga pokok penjualan Rp.375.461.185,- maka dapat diperoleh laba kotor perusahaan, yaitu sebesar Rp.160.844.633,-. Keseluruhan dari total biaya yang dikeluarkan untuk menjalankan kegiatan operasi perusahaan adalah Rp.104.719.061,-. Serta terdapat pendapatan dari luar kegiatan usaha yaitu pendapatan bunga sebesar Rp.2.027.295,- yang telah dikoreksi fiskal negatif oleh perusahaan, karena unsur pendapatan bunga telah dikenakan PPh final oleh fiskus sesuai dengan Pasal 4 ayat (2) UU PPh, dan hal ini menguntungkan bagi perusahaan karena memperkecil jumlah penghasilan yang pada akhirnya berpengaruh pada berkurangnya beban pajak perusahaan. Maka dapat ditentukan besarnya jumlah penghasilan kena pajak PT TGS adalah sebesar Rp.56.125.572,-. Sehingga pajak penghasilan yang dihitung berdasarkan tarif dalam Undang-undang perpajakan adalah: 10% x Rp.50.000.000,- = Rp.5.000.000,15% x Rp. 6.125.000,- = Rp. 918.000,= Rp. 5.918.000,-
47
Karena laporan keuangan yang telah disusun PT TGS berdasarkan pada Standar Akuntansi Indonesia, maka perlu dilakukan koreksi terlebih dahulu agar laporan keuangan tersebut dapat memenuhi ketentuan perpajakan yang sesuai dengan Undangundang pajak penghasilan yang berlaku di Indonesia.
IV.1
Evaluasi atas penghasilan Penghasilan yang telah diperoleh PT TGS tidak semuanya dapat diakui sebagai objek pajak penghasilan, hal ini sesuai dengan Undang-undang No.17 tahun 2000 pasal 4 ayat (1) tentang pajak penghasilan. Selama tahun 2003, PT TGS memperoleh dan melaporkan penghasilan yang berasal dari: 1. Penjualan PT TGS menerapkan kebijakan akuntansi terhadap sistem pengakuan penghasilan, dimana penghasilan diakui pada saat timbulnya hak meskipun uangnya belum diterima, yaitu pada saat terjadinya pemindahan hak kepemilikan dari PT TGS kepada pembeli. Penjualan bersih yang diperoleh PT TGS selama tahun 2003 adalah sebesar Rp. 536.305.818,2. Pendapatan lain-lain Pendapatan lain-lain diperoleh dari penghasilan diluar kegiatan usaha yang dilakukan PT TGS, selama tahun 2003 yaitu: Pendapatan bunga, sebesar Rp.2.027.295,-
48
Atas penghasilan ini, telah dilakukan koreksi fiskal negatif seluruhnya oleh perusahaan. Karena atas pendapatan bunga telah dikenakan PPh final oleh fiskus sesuai dengan Pasal 4 ayat (2) UU PPh. Setelah mengevaluasi penghasilan yang diperoleh PT TGS selama tahun 2003 dengan mengacu pada ketentuan perpajakan yang berlaku, maka dapat diketahui bahwa unsur penghasilan yang diakui dalam laporan rugi laba PT TGS telah sesuai dengan ketentuan perpajakan dan tidak perlu dilakukan koreksi fiskal lagi.
IV.2
Evaluasi atas Harga pokok penjualan Unsur harga pokok penjualan PT TGS adalah sebagai berikut : Persediaan awal barang dagangan
: Rp. 173.261.650,-
Pembelian
: Rp. 258.724.535,-
Barang tersedia untuk dijual
: Rp. 431.986.185,-
Persediaan akhir barang dagangan
: Rp. 56.525.000,-
Harga pokok penjualan
: Rp. 375.461.185,-
PT TGS melakukan penilaian persediaan terhadap barang dagangannya dengan menggunakan metode FIFO (First In First Out), dan hal ini telah sesuai dengan ketentuan perpajakan yang berlaku dalam hal pemilihan metode penilaian persediaan yaitu sesuai dengan UU PPh pasal 10 ayat (6). Pembelian barang dagangan sebesar Rp.258.724.535,- telah sesuai dengan jumlah pembelian yang dilaporkan dalam SPT PPN tahun 2003. Oleh karena itu, tidak perlu dilakukan koreksi atas harga pokok penjualan PT TGS.
49
IV.3
Evaluasi terhadap biaya Dalam rangka menghitung penghasilan kena pajak, tidak semua unsur biaya boleh dikurangkan dari jumlah penghasilan. Karena menurut Undang-undang No.17 pasal 6 tahun 2000, biaya sebagai bentuk pengorbanan
ekonomis
untuk
mendapatkan,
menagih
dan
memelihara
penghasilan, hal ini berbeda dengan pengakuan biaya menurut akuntansi komersial yang menganggap biaya sebagai penurunan manfaat ekonomis selama suatu periode akuntansi dalam bentuk arus kas keluar, atau berkurangnya aktiva, atau terjadinya kewajiban yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak menyangkut pembagian kepada penanam modal. Oleh karena itu perlu dilakukan koreksi fiskal terhadap biaya-biaya yang diakui oleh PT TGS. Selama tahun 2003, biaya-biaya PT TGS terdiri dari : 1. Biaya fotocopy Adalah biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk keperluan fotocopy dokumen dan arsip-arsip yang diperlukan untuk mendukung kegiatan operasi perusahaan. Selama tahun 2003 perusahaan mengeluarkan biaya untuk fotocopy sebesar Rp.232.600,-. 2. Biaya sumbangan dan iuran keamanan lingkungan Merupakan pengeluaran perusahaan atas sumbangan lingkungan setempat dan iuran keamanan lingkungan setempat, dimana perusahaan bertempat.
50
Atas biaya sumbangan dan iuran keamanan, wajib dibayarkan setiap bulannya oleh perusahaan kepada bendahara RT setempat. Selama tahun 2003, biaya sumbangan dan keamanan perusahaan sebesar Rp.356.250,-. 3. Biaya administrasi bank Merupakan pengeluaran atas biaya administrasi yang dikenakan oleh bank. Selama tahun 2003 PT TGS mengeluarkan biaya administrasi bank sebesar Rp.350.000,-. 4. Biaya penyusutan Biaya penyusutan sebesar Rp.647.461,- yang merupakan biaya penyusutan atas aktiva tetap perusahaan yang terdiri dari penyusutan kendaraan sebesar Rp.559.570,- dan penyusutan air conditioner sebesar Rp.87.891,-. Dalam menghitung penyusutan terhadap aktiva tetapnya perusahaan menggunakan metode saldo menurun. 5. Biaya alat tulis kantor Biaya ini adalah biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan atas keperluan pembelian alat tulis kantor dan sejenisnya selama tahun 2003, yaitu sebesar Rp. 3.135.000,6. Biaya telpon dan fax Biaya ini merupakan pengeluaran atas penggunaan fasilitas telpon dan fax oleh perusahaan, dan selama tahun 2003 biaya telpon dan fax sebesar Rp.5.447.450,-.
51
7. Biaya listrik dan air, Merupakan pengeluaran perusahaan sehubungan dengan penggunaan fasilitas listrik/PLN dan langganan PAM setiap bulannya oleh perusahaan selama tahun 2003, yang besarnya Rp.7.036.300,-. 8. Biaya bahan bakar kendaraan, parkir, dan tol Biaya ini berupa pengeluaran dalam hal kebutuhan bahan bakar kendaraan, serta tarif parkir, dan penggunaan fasilitas jalan tol oleh kendaraan milik perusahaan yang beroperasi selama tahun 2003. Jumlah biaya bahan bakar kendaraan bermotor, parkir, dan tol PT TGS selama tahun 2003 adalah sebesar Rp.7.950.000,-. 9. Biaya perbaikan dan perawatan Biaya ini merupakan pengeluaran dalam hal perbaikan dan perawatan aktiva berwujud milik perusahaan, termasuk perbaikan dan perawatan kendaraan sebesar Rp.12.376.800,- dan perbaikan serta perawatan inventaris kantor sebesar Rp.10.387.200,-. Jumlah biaya perbaikan dan perawatan yang dikeluarkan oleh PT TGS selama tahun 2003 adalah sebesar Rp.22.764.000,-. 10. Biaya gaji karyawan Biaya ini merupakan pengeluaran PT TGS selama tahun 2003 yang berhubungan dengan pemberian gaji karyawan, dan pemberian tunjangan, yaitu sebesar Rp. 56.800.000,-.
52
Biaya gaji karyawan terdiri dari : Gaji pokok karyawan
: Rp. 44.400.000,-
Uang makan
: Rp. 8.400.000,-
Tunjangan hari raya
: Rp. 4.000.000,-
Biaya gaji karyawan
Rp. 56.800.000,-
Atas unsur biaya gaji tersebut, telah sesuai dengan ketentuan perpajakan dan telah sesuai dengan SPT 1721. Selain menerima gaji pokok dan uang makan, setiap bulannya karyawan PT TGS juga menerima kesejahteraan karyawan dalam bentuk natura atau kenikmatan (fringe benefit) dalam bentuk tunjangan yang berupa beras. Dengan mengacu kepada ketentuan perpajakan yang berlaku, mengenai biaya yang boleh dikurangkan dari jumlah penghasilan, dapat ditemukan adanya unsur biaya dalam laporan keuangan PT TGS yang tidak diakui menurut ketentuan perpajakan namun diperbolehkan menurut akuntansi komersial. Oleh sebab itu, maka dilakukan koreksi fiskal terlebih dahulu terhadap biaya-biaya yang tidak diakui oleh ketentuan perpajakan untuk menghitung besarnya penghasilan kena pajak PT TGS.
53
Koreksi fiskal yang harus dilakukan adalah sebagai berikut : •
Koreksi fiskal positif
Yaitu koreksi yang mengakibatkan laba kena pajak bertambah sebagai akibat beban menurut akuntansi tidak diakui sebagai beban menurut pajak. Dan koreksi fiskal positif yang dilakukan PT TGS adalah sebagai berikut -
Biaya sumbangan dan iuran keamanan lingkungan Biaya sumbangan dan iuran keamanan lingkungan PT TGS sebesar Rp.356.250,- dan terdapat koreksi fiskal positif atas keseluruhan jumlah biaya ini, karena biaya sumbangan dan keamanan lingkungan tidak diakui sebagai biaya menurut pajak. Sehingga biaya sumbangan dan keamanan lingkungan dalam laporan keuangan fiskal adalah Rp.356.250,-
-
Biaya penyusutan kendaraan Terhadap biaya penyusutan kendaraan, harus dilakukan koreksi fiskal sebesar 50% sesuai Keputusan Dirjen Pajak No.KEP220/PJ./2002., unsur biaya penyusutan kendaraan PT TGS terdapat koreksi fiskal positif sebesar Rp.1.416.412,-, sehingga biaya penyusutan kendaraan dalam laporan keuangan fiskal adalah Rp.1.416.412-.
54
-
Biaya bahan bakar kendaraan, pakir dan tol Biaya
bahan
bakar
kendaraan,
parkir,
dan
tol
sebesar
Rp.7.950.000,- dan terdapat koreksi fiskal positif sebesar 50%, yaitu Rp.3.975.000,- sehingga biaya bahan bakar kendaraan, parkir
dan
tol
dalam
laporan
keuangan
fiskal
adalah
Rp.3.975.000,-. Dilakukannya koreksi fiskal positif sebesar 50% karena mengacu pada Keputusan Dirjen Pajak No.KEP-220/PJ./2002. -
Biaya perbaikan kendaraan Dalam unsur biaya perbaikan dan perawatan, terdapat biaya perbaikan kendaraan sebesar Rp.12.376.800,-, dan terhadap biaya perbaikan kendaraan dikoreksi fiskal positif sebesar 50%nya, yaitu Rp.6.188.400,- yang sesuai dengan Keputusan Dirjen Pajak No.KEP-220/PJ./2002. Sehingga biaya perbaikan kendaraan dalam laporan keuangan fiskal adalah sebesar Rp.6.188.400,-
Terdapat unsur penghasilan PT TGS yang yang tidak diakui sebagai sebagai penghasilan menurut ketentuan pajak, yaitu penghasilan bunga sebesar Rp. 2.027.295,- yang telah dikoreksi fiskal seluruhnya oleh perusahaan. Karena unsur penghasilan bunga dikenakan PPh final oleh fiskus, hal ini sesuai dengan ketentuan perpajakan pasal 4 ayat (2) UU PPh, yang menentukan pengenaan pajak final atas bunga deposito, tabungan, bunga obligasi dan diskonto yang dijual di bursa efek dan beberapa kategori penghasilan lainnya. Oleh karenanya, atas unsur
55
penghasilan PT TGS tidak perlu dilakukan koreksi fiskal lagi karena telah dilakukan sebelumnya oleh perusahaan secara benar. •
Koreksi fiskal negatif -
Biaya penyusutan kendaraan, harus dikoreksi fiskal negatif sebesar Rp.2.273.254,- karena jumlah biaya penyusutan yang dilaporkan berbeda dengan ketentuan perpajakan karena adanya perbedaan penetapan kelompok aktiva tetap (kendaraan dan AC), sesuai dengan No.KEP.138/KMK/.03/02.
-
Biaya penyusutan AC harus dikoreksi fiskal negatif sebesar Rp. 208.740,- karena hal yang sama.
Karena menurut ketentuan perpajakan, jumlah penyusutan untuk tahun 2003 adalah : Jenis harta :
nilai sisa buku awal thn
penyusutan
Mobil Panther HIGrade
Rp.11.331.229
Rp.2.832.824
AC National ¾ pk
Rp. 1.186.524
Rp. 296.631 Rp.3.129.455
Menurut
No.KEP.138/KMK/.03/02,
atas
perbedaan
penetapan
kelompok harta berwujud bukan bangunan sesuai dengan masa manfaat
sesungguhnya,
maka
perusahaan
harus
mengajukan
permohonan untuk penetapan kelompok harta berwujud bukan bangunan sesuai dengan masa manfaat yang sesungguhnya kepada Dirjen Pajak.
56
Sedangkan biaya lainnya yang terdapat dalam laporan keuangan PT TGS tahun 2003 yang tidak dilakukan koreksi antara lain : -
Biaya fotocopy Biaya fotocopy sebesar Rp. 232.600,- menurut akuntansi dan pajak merupakan biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto, dan biaya ini berhubungan dengan kegiatan operasional perusahaan.
-
Biaya administrasi bank Biaya ini sebesar Rp.350.000 merupakan biaya menurut akuntansi dan juga diakui sebagai biaya menurut pajak dimana sesuai dengan UU No.17 pasal 6 tahun 2000.
-
Biaya alat tulis kantor Biaya alat tulis kantor sebesar Rp.3.135.000,- merupakan biaya menurut akuntansi yang juga diakui sebagai biaya menurut pajak, dan biaya ini berhubungan dengan kegiatan operasional perusahaan.
-
Biaya telpon dan fax sebesar Rp.5.447.450 merupakan biaya menurut akuntansi dan juga diakui sebagai biaya menurut pajak, dan biaya ini berhubungan dengan kegiatan operasional perusahaan.
-
Biaya listrik dan air Biaya listrik dan air sebesar Rp. 7.036.300,- merupakan biaya menurut akuntansi dan diakui sebagai biaya menurut pajak, dan berhubungan dengan kegiatan operasional perusahaan.
-
Biaya gaji Biaya gaji sebesar Rp.56.800.000,- merupakan biaya menurut akuntansi dan diakui pula oleh ketentuan pajak. Dan biaya ini berhubungan dengan 57
kegiatan operasional perusahaan. Atas kesejahteraan karyawan dalam bentuk natura, tidak dikenakan pajak penghasilan karena bukan merupakan objek pajak penghasilan PPh 21, dan oleh sebab itu tidak dapat mengurangi penghasilan karena tidak dapat dibebankan sebagai biaya. Hal ini mengacu kepada UU PPh No.17 pasal 9 tahun 2000, mengenai biaya yang tidak dapat dikurangkan dalam penghitungan penghasilan kena pajak. Sehingga
biaya
gaji
dalam
laporan
keuangan
fiskal
sebesar
Rp.56.800.000,-
•
Beda tetap dan beda waktu Koreksi yang terjadi pada laporan keuangan PT TGS dapat diklasifikasikan kedalam dua perbedaan yaitu : Perbedaan tetap, dan Perbedaan waktu. Perbedaan tetap Terjadi karena peraturan perpajakan menghitung laba fiskal berbeda dengan penghitungan laba menurut SAK. Perbedaan tetap negatif yang terdapat pada PT TGS adalah : 1.
Koreksi biaya sumbangan dan iuran keamanan lingkungan sebesar Rp. 356.250,-
2.
Koreksi biaya Bahan bakar kendaraan, parkir, dan tol sebesar Rp 3.975.000,-
3.
Koreksi biaya perbaikan kendaraan sebesar Rp.6.188.400,Perbedaan tetap negatif tersebut disebabkan karena adanya pengeluaran sebagai beban laba akuntansi yang tidak diakui oleh ketentuan fiskal. 58
Perbedaan waktu Terdapat perbedaan waktu negatif dan positif dalam pengakuan biaya penyusutan karena perbedaan pengakuan beban menurut ketentuan perpajakan dengan pengakuan beban akuntansi komersial. Perbedaan waktu negatif yang terdapat pada unsur biaya PT TGS adalah : - Koreksi biaya penyusutan kendaraan sebesar Rp.1.416.412,Perbedaan waktu positif yang terdapat pada unsur biaya PT TGS : - biaya penyusutan kendaraan
Rp. 2.273.254,-
- biaya penyusutan AC
Rp.
208.740,-
Terdapat selisih antara laporan keuangan komersial dengan laporan keuangan fiskal dimana didalam laporan keuangan komersial perusahaan mengakui penghasilan sebesar Rp.58.152.867,- sedangkan menurut laporan keuangan fiskal penghasilan adalah Rp.65.579.640,Besarnya pajak penghasilan yang dihitung berdasarkan tarif umum : 10% x Rp.50.000.000,-
= Rp. 5.000.000,-
15% x Rp.15.579.000,-
= Rp. 2.336000,Rp. 7.336.000,-
IV.4
Evaluasi atas penghitungan Pajak Penghasilan pasal 25 Pada akhir tahun pajak, sesuai dengan sistem self assesment wajib pajak diminta untuk menghitung sendiri hutang pajak penghasilannya. Setelah mengkreditkan angsuran pajak (PPh pasal 25), potongan (PPh pasal 21 dan 23), pungutan pajak (PPh pasal 22) dan pajak luar negeri (PPh pasal 24). 59
Jika terdapat kekurangan maka harus disetor Wajib pajak sebelum tanggal 25 pada bulan akhir pemasukan SPT. Untuk pajak penghasilan yang dipotong dengan ketentuan final, potongan itu tidak dapat dikreditkan dan harus dicatat secara terpisah dari potongan atau pungutan yang dapat dikreditkan. Jenis pajak penghasilan yang dapat dikreditkan yaitu: -
Pajak penghasilan atas penghasilan tanah/bangunan bagi perusahaan yang tidak bergerak dalam bidang real estat.
-
Pajak penghasilan pasal 25 atas impor barang.
-
Pajak penghasilan pasal 22 atas pembelian solar dari Pertamina, fiskal luar negeri karyawan.
-
Pajak penghasilan pasal 23 bunga dari non bank, royalti
-
Pajak penghailan pasal 24 dipotong diluar negeri.
Dalam pelaporan pajak penghasilan atas gaji karyawan pada SPT PPh 21 formulir 1721, tidak terdapat adanya unsur pajak penghasilan yang ditanggung perusahaan dan oleh sebab itu, atas PPh pasal 21 yang dilaporkan PT TGS tidak dapat dikreditkan. Selama beroperasi tahun 2003, perusahaan tidak melakukan kegiatan impor barang dan tidak melakukan transaksi dengan instansi pemerintah yang dibiayai dari dana APBN/APBD dan oleh sebab itu tidak dikenakan PPh pasal 22.
60
PT TGS memperoleh penghasilan lain-lain yaitu berasal dari pendapatan bunga (jasa giro), atas penghasilan ini dikenakan PPh pasal 23 final sebesar 20% oleh fiskus. Oleh sebab itu atas penghasilan bunga (jasa giro) ini tidak dapat dikreditkan. PT TGS tidak memperoleh penghasilan yang berasal dari dividen, royalti, hadiah, maupun sewa dan imbalan atas jasa, dan karenanya selain penghasilan bunga (jasa giro) yang dikenakan PPh pasal 23 final, tidak ada penghasilan lain yang dikenakan PPh pasal 23. PT TGS juga tidak memiliki penghasilan yang berasal dari luar negeri, sehingga tidak dikenakan PPh pasal 24, atas penghasilan yang diperoleh dari luar negeri. Dalam SPT tahunan Pajak penghasilan WP badan formulir 1771, PT TGS sebagai wajib pajak badan yang memiliki NPWP 01.777.623.8.034.000 dan beralamat di Jalan Dharma Griya blok D.6/6 Jakarta, menyajikan besarnya angsuran Pajak penghasilan pasal 25 adalah
sebesar Rp.
5.918.836,-. Perhitungan atas angsuran pajak penghasilan tersebut adalah : a. Penghasilan yang menjadi dasar penghitungan angsuran Rp. 56.125.572,b. Kompensasi kerugian
x
c. Penghasilan kena pajak
Rp. 56.125.572,-
d. PPh yang terutang
Rp. 5.918.000,-
e. Kredit pajak tahun pajak lalu atas penghasilan yang termasuk dalam huruf a
x
61
f. PPh yang harus dibayar sendiri
Rp. 5.918.000,-
g. PPh pasal 25
Rp.
493.000,-
Dan untuk penghitungan angsuran Pajak penghasilan pasal 25 yang mengacu pada ketentuan perpajakan yang berlaku adalah : a. Penghasilan yang menjadi dasar penghitungan angsuran Rp. 65.579.640,b. Kompensasi kerugian
x
c. Penghasilan kena pajak
Rp. 65.579.640,-
d. PPh yang terutang
Rp. 7.336.000,-
e. Kredit pajak tahun pajak lalu atas penghasilan yang termasuk dalam huruf a
x
f. PPh yang harus dibayar sendiri
Rp. 7.336.000,-
g. PPh pasal 25
Rp.
611.000,-
62
Tabel 4.1 Laporan Rekonsiliasi Perhitungan Rugi Laba PT TGS
PT TGS Rekonsiliasi Perhitungan Rugi Laba Untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2003 Laba (rugi) menurut perusahaan Penjualan bersih
koreksi fiskal Beda tetap
Beda waktu
Laba (Rugi) menurut pajak
Rp.536.305.818,-
Rp.536.305.818
Persediaan awal Rp.173.261.650,-
Rp.173.261.650
Pembelian Barang tersedia untuk dijual Persediaan akhir Harga pokok penjualan
Rp. 258.724.535,-
Rp.258.724.535
Rp. 431.986.185,-
Rp.431.986.185
Rp. 56.525.000,-
Rp. 56.525.000
Rp.375.461.185,-
Rp.375.461.185
Laba kotor
Rp.160.844.633,-
Rp.160.844.633
HPP :
Biaya operasi : Fotocopy Rp. Sumbangan dan iuran keamanan Rp. Administrasi Rp. bank Penyusutan kendaraan Penyusutan aktiva tetap
232.600,-
Rp.
232.600
Rp.
350.000
356.250,- Rp. 356.250 350.000,-
Rp.
559.570,-
Rp.
87.891,-
(Rp.2.273.254) Rp.1.416.412
Rp.1.416.412
(Rp.208.740)
Rp.
87.891
Alat tulis kantor Rp. 3.135.000,-
Rp. 3.135.000
Telpon dan fax Rp. 5.447.450,-
Rp. 5.447.450
Listrik dan air
Rp. 7.036.300
Rp. 7.036.300,-
63
Tabel 4.1 lanjutan BBM, parkir dan tol Perbaikan kendaraan Perbaikan inventaris kantor
Rp. 7.950.000,- Rp. 3.975.000
Rp. 3.975.000
Rp. 12.376.800,- Rp. 6.188.400
Rp. 6.188.400
Rp. 10.387.200,-
Rp. 10.387.200
Gaji Rp. 56.800.000,Total biaya operasi Rp.104.719.061,Pendapatan diluar operasi Rp. 2.027.295,- Rp. 2.027.295 laba bersih sebelum pajak Rp. 58.152.867,-
Rp. 56.800.000
Pajak Laba setelah pajak
Rp.( 6.222.000,-)
Rp. ( 7.336.000)
Rp. 51.930.867-
Rp. 58.243.640
Rp. 95.264.993
Rp. 65.579.640
64
Dari evaluasi yang telah dilakukan, maka dapat diketahui bahwa pajak yang terutang oleh perusahaan lebih besar dari yang telah dilaporkan sebelumnya, maka terhadap selisihnya dikenakan bunga sebesar 2% sebulan terhitung dari saat berakhirnya kewajiban penyampaian SPT tahunan sampai tanggal pembayaran. Perusahaan juga harus melakukan pembetulan terhadap SPT yang dilaporkan sebelumnya. SPT Tahunan tersebut dibuat rangkap dua, dimana satu berkas disampaikan kepada Kantor Pelayanan Pajak tempat perusahaan terdaftar sebagai wajib pajak. Dan satu berkas lainnya untuk arsip pajak. SPT Tahunan yang telah diperbaiki tersebut terdiri dari SPT induk dan lampiran-lampirannya, yang terdiri dari : -
Induk SPT dengan nomor 1771.
-
Lampiran SPT dengan nomor kode 1771-I dengan nama formulir “Penghitungan penghasilan neto fiskal”, sebesar Rp.65.579.640-
-
Lampiran SPT dengan nomor kode 1771-II dengan nama formulir “Perincian harga pokok penjualan, biaya usaha lainnya dan biaya dari luar usaha” sebesar Rp.482.662.240,-
-
Lampiran SPT dengan nomor kode 1771-III dengan nama formulir “Kredit pajak dalam negeri” dengan keterangan NIHIL.
-
Lampiran SPT dengan nomor kode 1771-IV dengan nama formulir “PPh final dan penghasilan yang tidak termasuk objek pajak” sebesar Rp.405.459,- untuk Pajak Penghasilan final.
65
-
Lampiran SPT dengan nomor kode 1771-V dengan nama formulir “Daftar pemegang saham/pemilik modal dan jumlah dividen yang dibagikan, dan daftar susunan pengurus dan komisaris”. Yaitu : - Ridwan Chairul dengan jumlah modal disetor sebesar 85%, dan menjabat sebagai komisaris perusahaan. - Pitaka dengan jumlah modal disetor sebesar 15%, dan menjabat sebagai direktur perusahaan.
-
Lampiran SPT dengan nomor kode 1771-VI dengan nama formulir “Daftar penyertaan modal pada perusahaan afiliasi, dan daftar pinjaman dari/kepada pemegang saham dan perusahaan afiliasi dengan keterangan NIHIL.
66