BAB IV ANALISIS PENGGUNAAN METODE PEMBIASAAN DALAM MENDIDIK AKHLAK ANAK
Adapun dalam bab ini, penulis akan menganalisis tentang penggunaan metode
pembiasaan
dalam
mendidik
akhlak
anak
dan
faktor
penggunaanmetode pembiasaan dalam mendidik akhlak anak di desa Terban kecamatan Warungasem kabupaten Batang. A. Analisis Penggunaan Metode Pembiasaan Dalam Mendidik Akhlak Anak Orangtua harus membimbing setiap perkataan, perilaku dan sikap anak, dan selalu memantau pergaulan anak menjadi hal yang wajib bagi orangtua yang menginginkan buah hatinya mempunyai akhlak yang baik. Mengikuti kebiasaan-kebiasaan yang diterapkan oleh orangtuanya dalam kehidupan sehari-hari. Apabila orangtua tidak membekali pembiasaan-pembiasaan yang baik dalam mendidik akhlak anak maka anak akan mudah mengikuti hal-hal yang buruk dalam pergaulan sehari-harinya. Berdasarkan data yang telah didapatkan, maka dapat diketahui bahwa dalam mendidik akhlak anak, orangtua di desa Terban kecamatan Warungasem kabupaten Batang menggunakan metode pembiasaan sebagai berikut: 1. Akhlak terhadap Allah Metode pembiasaan yang digunakan orangtua di desa Terban dalam hal mendidik akhlak anak terhadap Allah ada dua yaitu
63
64
pembiasaan anak dalam menjalankan ibadah shalat dan pembiasaan anak dalam hal bersyukur atas nikmat yang Allah berikan. Orangtua sebagai pendidik utama bagi anaknya berkewajiban mengajarkan dan membimbing anak untuk menjalankan ibadah shalat mulai sejak kecil. Tujuan membimbing anak menjalankan ibadah sejak anak kecil adalah menanamkan kebiasaan dalam menjalakan ibadah hingga dewasa dan dapat menanamkan ketaatan pada Allah swt. Sebagai umat Islam melaksanakan ibadah shalat lima waktu merupakan suatu bentuk kewajiban, maka setiap anak hendaknya sudah dikenalkan dan diajarkan sholat sedini mungkin oleh orangtuanya. Cara orangtua mengajarkan shalat misalnya dengan mengajak anak shalat berjamaah, mengajarkan tata cara dan bacaan shalat yang benar, serta mengingatkan anak untuk senantiasa mendirikan sholat ketika tiba waktunya. Dengan membiasakan anak melaksanakan ibadah shalat sejak kecil diharapkan akan membentuk kebiasaan anak untuk taat beribadah dan membentuk akhlaknya. Seperti yang diungkapkan oleh Ibu Zainatun, sebagai berikut: : “Orangtua wajib mengajarkan ibadah shalat kepada anak sejak kecil”. hal ini didukung oleh ibu Khoirun Nisa’ yang mengatakan bahwa: “Sejak anak masih kecil saya sudah membiasakan untuk menjalankan shalat”. Senada dengan ibu Zainatun dan ibu khoirun Nisa’, ibu Musta’anah mengatakan bahwa: “Saya membiasakan anak untuk melakukan ibadah shalat lima waktu dengan tepat waktu”. Kemudian Ibu Hj. Hasanah mengatakan bahwa: “Saya mengajak anak
65
untuk shalat berjamaah di Mushola”. Hal tersebut terlihat ketika menunaikan ibadah shalat, orangtua di desa Terban mengajak anaknya untuk shalat berjamaah di Mushola. Sedangkan syukur merupakan sifat yang mulia yang wajib dimiliki oleh setiap individu muslim, yaitu menyadari bahwa segala nikmat yang ada dalam diri merupakan karunia dan anugerah dari Allah. Syukur juga merupakan sikap seseorang untuk tidak menggunakan nikmat yang diberikan oleh Allah dengan melakukan maksiat kepadaNya, akan tetapi sebaliknya sikap syukur selain ditunjukkan dengan pujian lisan juga dengan menggunakan nikmat yang diberikan-Nya dengan sebaik-baiknya. Mendidik anak memiliki sikap syukur orangtua bisa mengajarkan dengan membiasakan anak mengucapkan secara lisan untuk bersyukur dan memberi nasehat atau pengertian kepada anak untuk menggunakan nikmatnya dengan sebaik-baiknya. Berikut pendapat dari Ibu Maspupah: “Ketika mau makan dan selesai makan saya membiasakan anak mengajak berdoa”. Senada dengan ibu Maspupah, ibu Hj. Ina Rochmawati sebagai berikut: “Saya membiasakan untuk selalu bersyukur dengan mengucapkan alhamdulillah”. Hal tersebut terlihat ketika observasi di rumahnya ibu Maspupah dan ibu Hj. Ina Rochmawati, ketika di beri jajan oleh tetangganya mengucapkan syukur alhamdulillah. Melalui kebiasaan melaksanakan ibadah shalat diharapkan akan membentuk akhlak yang baik bagi anak. Dan mendidik anak senantiasa bersyukur terhadap nikmat Allah sebagai bentuk akhlak terhadap Allah
66
dilakukan orang tua dengan cara mrmbiasakan anak untuk mengucapkan hamdalah sebagai ungkapan syukur terhadap Allah dan membimbing untuk menggunakan nikmat dengan sebaik-baiknya. Mendidik anak untuk senantiasa bersyukur terhadap nikmat Allah sebagai bentuk bertujuan menumbuhkan sikap senantiasa menghargai pemberian Allah swt kepada anak. Manusia sebagai hamba Allah sudah sepantasnya mempunyai akhlak yang baik terhadap Allah. Sebagai makhluk ciptaan Allah manusia telah diberikan kesempurnaan dan kelebihan dibanding dengan makhluk ciptaan-Nya yang lain. Diantara bentuk akhlak terhadap Allah selain
dengan
mentauhidkan-Nya
juga
dengan
melaksaksanakan
perintah-Nya seperti beribadah dan bersyukur atas nikmat-Nya. 2. Akhlak terhadap diri sendiri Metode pembiasaan yang digunakan orangtua di desa Terban dalam hal mendidik akhlak anak terhadap diri sendiri ada dua yaitu sikap rendah hati dan sikap tanggung jawab. Akhlak terhadap diri sendiri yang dimaksud adalah perilaku yang baik terhadap diri sendiri yang diharapkan selaras dengan ajaran agama dan masyarakat. Sejak lahir anak telah dibekali kemampuan untuk berupaya berbuat baik dan buruk. Sehingga orangtua sangat berperan penting dalam melibatkan anak dengan melakukan pembiasaanpembiasaan yang baik. Menanamkan pembiasaan dengan perilaku yang baik yang ditunjukkan orangtua dalam keluarga menempati kedudukan
67
yang penting dalam penanaman perilaku yang baik pada anak. Oleh karena itu, pendidikan orangtua dalam keluarga memiliki peranan yang penting dalam upaya menanamkan akhlak yang baik dalam diri anak. Seperti yang diungkapkan oleh ibu Istiqomah sebagai berikut: “Saya membiasakan anak saya untuk bersikap rendah hati”, senada dengan yang diungkapkan oleh ibu Istiqomah, berikut ungkapan dari ibu Maspupah: “Sikap rendah hati itu penting dalam mendidik anak”, hal tersebut dibuktikan dengan observasi, dalam bergaul dengan temannya, anak dari ibu Istiqomah dan ibu Maspupah terlihat mempunyai sikap rendah hati, tidak sombong, berpakaian sederhana dan santun dalam bergaul. Membiasakan bersikap rendah hati ternyata lebih sulit diterapkan kepada anak karena menyangkut hubunganya dengan diri anak sendiri. Tidak serta merta dapat diterapkan dan dibiasakan, apalagi sikap rendah hati sulit ditangkap oleh pancaindra sehingga anak kurang dapat memahami apa itu rendah hati. Sikap rendah hati adalah lawan dari sikap sombong maka dalam usaha membiasakan anak untuk rendah hati, orangtua di desa Terban lebih sering membiasakan anaknya untuk tidak sombong yang dalam bahasa jawa adalah Gumede. Pembiasaan sikap rendah hati atau tidak menyombongkan diri ini diterapkan dengan cara membiasakan bergaul dengan teman tanpa membeda-badakan, tidak menjaili temanya, jika salah berani mengakui
68
kesalahan dan mau meminta maaf, dan bersalaman ketika bertengkar dengan teman. Semua itu diterapkan dan dibiasakan agar anak mereka menjadi dan memiliki pribadi yang santun, lemah lembut dan kelak merasakan kebahagiaan dan kedamaian dalam hati. Kemudian dalam melatih anak untuk bertanggung jawab merupakan
persoalan
penting,
terutama
ketika
anak
mampu
menyelesaikan sebagian tanggung jawabnya. Keberhasilan ini akan mendorongnya
berusaha
percaya
kepada
dirinya
sendiri
dan
kemampuannya. Pemberian tanggung jawab kepada anak dilakukan secara bertahap, mulai dari bangun pagi, melepas baju, sopan santun dalam pergaulan sampai pada tanggung jawab besar yang dibebankan Allah kepada manusia. Dalam mendidik akhlak anak untuk mempunyai tanggung jawab, orangtua harus membiasakan sejak kecil. Misalnya, tanggung jawab anak untuk biasa bangun pagi, belajar di malam hari. Sedangkan untuk sikap tanggung jawab, ibu Hj. Nur Hasanah yang mengungkapkan bahwa: “Saya ajarkan kepada anak yaitu untuk bangun pagi”, kemudian ibu Umi Rosyidah mengatakan bahwa: “Saya membiasakan anak untuk belajar di malam hari”. Selanjutnya ibu Hj. Ina Rahmawati memaparkan bahwa: “Saya mengajarkan untuk belajar secara rutin setiap malam hari”. Hal tersebut terlihat ketika penulis melakukan
69
observasi, orangtua di desa Terban mengajarkan anak dengan membiasakan bangun pagi dan belajar rutin pada malam hari. 3. Akhlak terhadap sesama manusia Diantara bentuk pendidikan akhlak terhadap sesama yang diajarkan oleh orang tua terhadap anak di desa Terban seperti mendidik sikap menghormati orang yang lebih tua atau dan mendidik saling tolong menolong kepada teman yang mengalami kesulitan. Tujuan orangtua dalam membiasakan anak untuk menghormati orangtua ataupun orang lain adalah menumbuhkan sikap yang santun terhadap sesama. Selain itu, orangtua memberikan pengertian bahwa sikap menghormati orang lain adalah bentuk dari menghormati dirinya sendiri. Seperti yang dikatakan oleh ustadz Khoirun Nisa’, sebagai berikut: “Saya membiasakan untuk berbicara dengan bahsa kromo alus”. Selanjutnya ibu Hj. Ina Rochmawati mengatakan bahwa: “Saya membiasakan untuk bertutur kata yang baik tidak keras bicaranya”. Hal tersebut terlihat ketika penulis melakukan observasi di rumahnya Ibu Khoirun Nisa’ dan ibu Hj. Ina Rochmawati, dalam bekomunikasi dengan anak menggunakan bahasa kromo dan bertutur kata santun. Selanjutnya membiasakan anak untuk mempunyai sikap saling tolong menolong terhadap sesama, karena manusia sebagai makhluk sosial dan membutuhkan bantuan orang lain.
70
Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat bertahan hidup tanpa mendapatkan bantuan orang lain. Sehingga bersikap baik, saling menghormati dan menghargai satu sama lain, maupun tolong menolong menjadi kewajiban bagi setiap muslim. Bersikap baik kepada orang lain bisa ditunjukkan dengan membantu tetangga yang kesulitan ataupun bersikap baik kepada tamu. Oleh sebab manusia tidak bisa hidup tanpa bentuan orang lain, maka anak sejak usia dini perlu dibekali dan ditanamkan sikap saling menghargai dan menghormati, tolongmenolong, dan bersikap baik kepada orang lain. Mendidik anak berbuat baik dan tolong-menolong kepada sesamanya dapat dilakukan dengan cara membiasakan anak untuk bersikap baik kepada temannya dan membantu temannya yang membutuhkan bantuan. Selanjutnya, ustadz syakir
mengatakan
bahwa:
“Dalam
kehidupan
sehari-hari
saya
membiasakan anak-anak untuk saling tolong-menolong”. Dan didukung oleh ibu Mustaanah yang mengatakan bahwa “Untuk membantu deman dan menolong terhadap sesama”. Senada dengan ustadz Ahmad Syakir dan Ibu Musta’anah, selanjutnya ibu Khoirun Nisa mengungkapkan bahwa: “hidup itu sebagai ladang menanam amal shalih”. Hal tersebut terlihat ketika temannya dari anak ibu Khoirun Nisa’ yang mau meminjam sepeda kepada anaknya, dan dengan senang hati anaknya meminjami sepedanya.
71
4. Akhlak terhadap lingkungan alam Pendidikan akhlak terhadap lingkungan alam sekitar kepada anak dalam kehidupan sehari-hari yaitu mencintai binatang dan tumbuhan, dan orangtua membiasakan anak untuk membuang sampah pada tempatnya, dan memberikan pengertian kepada anak bahwa membuang sampah sembarangan dapat mencemari lingkungan. Pentingnya pendidikan akhlak terhadap lingkungan alam sekitar, adalah sebagai berikut: Pendidikan akhlak terhadap lingkungan alam sekitar bertujuan agar anak mencintai apa yang diciptakan oleh Allah. Pentingnya pendidikan akhlak terhadap lingkungan alam sekitar, adalah sebagai berikut: a. Pendidikan akhlak terhadap lingkungan alam sekitar bertujuan agar anak mencintai apa yang diciptakan oleh Allah swt. b. Pendidikan akhlak terhadap lingkungan alam sekitar kepada anak dalam kehidupan sehari-hari bisa dengan mengajarkan anak untuk membuang sampah pada tempatnya, sekaligus memberikan pengertian kepada
anak
bahwa
membuang sampah
sembarangan
dapat
mencemari lingkungan. Pada dasarnya akhlak terhadap lingkungan bersumber dari fungsi manusia sebagai khalifah. Kekhalifahan menuntut adanya interaksi manusia dengan sesamanya dan manusia terhadap alam. Kekhalifahan berarti pengayoman, pemeliharaan, serta pembimbingan agar setiap makhluk mencapai tujuan penciptaannya. Sebagai khalifah
72
dan makhluk yang memperoleh bahan kehidupannya dari alam sekitarmaka manusia wajib bertanggung jawab terhadap kelestarian ataupun kerusakan lingkungan. Oleh sebab itu, tidak hanya mengelola dan memanfaatkan segala sesuatu yang ada di alam tetapi menjaga dan memeliharanya.Memperhatikan konteks tersebut maka seharusnya setiap individu dalam masyarakat menyadari pentingnya perlakuan yang baik terhadap lingkungan alam sekitar. Kesadaran terhadap lingkungan alam sekitar harus ditananmkan melalui lingkungan keluarga. Anak harus diberikan pendidikan untuk mencintai lingkungannya dan berakhlak terhadap lingkungan alam sekitar, contoh kecil bisa dilakukan orang tua dalam kehidupan sehari-hari misalnya dengan diajarkan untuk membuang sampah pada tempatnya. Berikut pemaparan Ibu Maspupah: “mengajak untuk membersihkan rumah”. Hal ini didukung oleh ibu Istiqomah yang mengatakan bahwa: “Anak saya biasa bersih-bersih”. Selanjutnya ibu Umi Rosyidah memaparkan bahwa: “mengajarkan untuk membuang sampah pada tempatnya”. Hal ini terlihat ketika penulis melakukan observasi, orangtua di desa Terban ketika membersihkan rumah, dengan melibatkan anaknya. Dari pengamatan yang penulis lakukan terhadap orangtua di desa Terban kecamatan Warungasem kabupaten Batang, secara umum telah melaksanakan metode pembiasaan dalam mendidik akhlak anak dalam kehidupan sehari-harinya. Meskipun demikian, bentuk pembiasaan yang
73
digunakan oleh orangtua dalam mendidik anak kurang mencakup aspek pendidikan akhlak yang ada dalam ajaran Islam. Selain itu, penggunaan metode pembiasaan dalam mendidik akhlak anak juga kurang mendapatkan perhatian, sehingga pendidikan akhlak anak kurang maksimal dan cenderung mengandalkan kepada lembaga pendidikan. Orangtua di desa Terban melalui pembiasaan yang diterapkan setiap harinya untuk mendidik akhlak anak bisa dikatakan baik, dengan kesibukannnya dalam waktu yang tidak banyak untuk anak, orangtua di desa Terban tetap berusaha untuk membiasakan hal-hal yang positif dalam kehidupan sehari-harinya.
B. Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Penggunaan Metode Pembiasaan Dalam Mendidik Akhlak Anak Manusia merupakan makhluk sosial yang secara langsung maupun tidak langsung membutuhkan orang lain, tidak terkecuali dalam mendidik akhlak anak. Meskipun pendidikan yang diberikan keluarga baik, tidak jarang setelah mengenal lingkungan luar dengan teman-temannya akah terpengaruh menjadi buruk dah hal itu tidak bisa dihindarkan dalam kehidupan bermasyarakat.Perubahan sifat, karakter anak dengan mudah akan berubah apabila orangtua tidak mampu membimbing dan memantau anak dengan baik. Di lingkungan desa Terban, tidak sedikit anak yang berperilaku kurang terpuji misalnya mengejek temannya, tidak menghormati orang yang lebih tua, membuang sampah sembarangan. Pembiasaan yang ditanamkan
74
oleh orangtuanya di rumah akan berubah ketika anak sudah mengenal lingkungan luar. Walaupun orangtua telah memberikan pendidikan akhlak kepada anak, akan tetapi perilaku anak yang kurang baik tersebut bisa juga disebabkan oleh faktor lingkungan pergaulan anak. Faktor-faktor yang mempengaruhi penggunaan metode pembiasaan dalam akhlak anak di desa Terban kecamatan Warungasem kabupaten Batang, yaitu : 1. Faktor Intern Faktor intern atau faktor dari dalam yaitu faktor dari dalam keluarga. Keluarga sangat besar peranannya dalam mendidik akhlak anak. Di mana keluarga merupakan cikal bakal terbentuknya akhlak yang dimiliki oleh anak. Keluarga di desa Terban kecamatan Warungasem kabupaten Batang, dalam mendidik akhlak anak melalui pembiasaannya yang diterapkan
dalam
kehidupan
sehari-harinya.
Mereka
berusaha
menerapkan pembiasaan-pembiasaan yang mendidik akhlak anak dengan baik, misalnya orangtua selalu membiasakan anak dalam melaksanakan shalat lima waktu walaupun tidak gampang untuk mengajak anak menjalankan shalat lima waktu. Berikut ungkapan ibu Hj. Nur Hasanah: “Membiasakan anak untuk shalat berjamaah”. Hal tersebut terlihat ketika melakukan shalat fardhu, orantua di desa Terban mengajak anaknya ke mushola.
75
Kemudian orangtua selalu membiasakan mengungkapkan rasa syukur terhadap Allah karena telah memberikan nikmat yang tak terhingga kepada hambanya. Contoh: ketika sebelum makan dan sesudah makan orangtua di desa Terban membiasakan untuk berdoa, karena berdoa sebagai ungkapan rasa syukur kita terhadap Allah atas diberinya rizqi. Dan berdoa sebelum tidur dan sesudah tidur sebagai ungkapan rasa syukur kita kepada Allah karena Allah masih memberi kesempatan untuk hidup. Berikut ungkapan ibu Maspupah: “Membiasakan berdoa sebagai ungkapan syukur”. Hal tersebut terlihat ketika anak dari ibu maspupah makan, beliau membiasakan berdoa sebelum dan sesudah makan sebagai ungkapan syukur kepada Allah. 2. Faktor Ekstern Faktor ekstern atau faktor dari luar yang dapat mempengaruhi akhlak anak yaitu lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat dan kemajuan teknologi. Guru sebagai orangtua kedua bagi anak di lingkungan sekolah mempunyai peran penting dalam mendidik akhlak anak. Karena orangtua yang merasa kurang mampu dalam mendidik akhlak anaknya kemudian pendidikan akhlak diserahkan kepada guru di sekolah. Misalnya, dalam Taman pendidikan Al-Quran dan Madrasah Diniyah sebagai wadah pendidikan Islam dalam masyarakat desa Terban juga mengajarkan akhlak anak untuk melakukan pembiasaan-pembiasaan yang baik. Berikut ungkapan Ustadz Syakir: “Saya membiasakan anak untuk masuk
76
kelas tepat waktu, mengucapkan salam ketika masuk dan keluar dari kelas.” Hal tersebut terlihat ketika di madrasah beliau membiasakan anak untuk berperilaku disiplin sebagai tanggung jawabnya sebagai siswa. Kemudian faktor lingkungan yang sangat mempengaruhi akhlak anak, karena anak dalam kehidupan sehiari-harinya berinteraksi dengan masyarakat. Berikut ungkapan bapak Ilyas sebagai ketua RT 04 Rw 02: “Faktor dari lingkungan seperti pergaulan dengan teman yang kurang baik, jadi anak bisa meniru perilaku tersebut. Jika lingkungannya baik maka anak akan berperilaku baik.” Hal tersebut terlihat ketika anak bergaul dengan lingkungan yang baik, maka anak cenderung berperilaku baik, dan sebaliknya. Kemudian kemajuan teknologi sangat mempengaruhi akhlak anak, banyak anak yang sudah mengenal internet dan mempunyai hand phone, sebagai orangtua harus bisa memantau dan membimbing akhlak anak dengan baik. Misalnya, kemajuan teknologi hand phone terbaru, anak mempunyai kecenderungan untuk mengikuti trend masa modern dengan mempunyai hand phone yang canggih menjadikan anak kurang bersyukur terhadap apa yang dimilikinya. Seperti anak dari ibu Hj. Ina Rochmawati yang menginginkan hand phone terbaru. Beliau mengatakan bahwa: ” Saya membiasakan untuk selalu bersyukur”. Hal tersebut terlihat bahwa kemajuan teknologi menjadi faktor yang mempengaruhi pendidikan akhlak anak.
77
Dengan demikian, faktor yang mempengaruhi pembiasaan dalam mendidik akhlak anak yaitu faktor intern yaitu keluarga dan faktor ekstern yaitu lingkungan sekolah, lingkungan masyarakat dan kemajuan teknologi. Melalui kerja sama yang baik antara tiga lembaga tersebut, maka pembiasaanpembiasaan yang diterapkan akan tertanam pada diri anak dan menjadi karakter anak.