BAB IV ANALISIS PEMBAHASAN
4.1. Perencanaan Pengelompokan Area Kelurahan Kedung Lumbu memiliki luasan wilayah sebesar 55 Ha. Secara administratif kelurahan terbagi dalam 7 wilayah Rukun Warga (RW) yang meliputi 30 Rukun Tetangga (RT) yakni 28 RT aktif dan 2 RT pasif (tidak efektif yaitu RT.01 dan RT.02, RW.VI, karena wilayahnya dijadikan area Pasar Cenderamata). Selain itu sebagian wilayahnya menjadi kawasan pertokoan dan kawasan wisata. Sehingga analisis di fokuskan kepada wilayah yang aktif saja terutama pada kawasan pemukiman yang rawan banjir. Berdasarkan data dari kelurahan Kedung Lumbu daerah yang rawan mengalami banjir genangan adalah seperti gambar berikut.
Gambar 4.1 Daerah rawan banjir (Arsip Kelurahan Kedung Lumbu,2014) | BAB IV Analisis dan Pembahasan
30
Setelah mengetahui daerah rawan banjir di kelurahan Kedung Lumbu, maka untuk mempermudah perhitungan dikelompokan area yang digunakan sebagai dasar perhitungan analisis pemanfaatan penampung air hujan dan lubang resapan biopori. Berikut ini adalah gambar pengelompokan area rawan banjir kelurahan Kedung Lumbu berdasarkan luasan wilayah tiap rukun tetangga (RT).
RW 01 RW 03
Gambar 4.2 Pengelompokan area rawan banjir kawasan pemukiman di kelurahan Kedung Lumbu.
Pada Gambar 4.2 daerah yang di arsir berwarna merah merupakan RT 02 dan RT 03 dari RW 01 dengan jumlah penduduk 224 jiwa, sedangkan daerah yang diarsir berwarna kuning merupakan RT 01, RT 02, RT 03, dan RT, 04 dari RW 03 dengan jumlah penduduk 292 jiwa. Berdasarkan hasil pemetakan area tersebut dapat diketahui luasan daerah rawan banjir kelurahan kedung lumbu adalah 44.863,271 m2 atau sama dengan 4,5 Ha. | BAB IV Analisis dan Pembahasan
31
Pengelompokan area juga dilakukan terhadap area luasan atap dengan asumsi luasan atap adalah rumah penduduk serta terhadap area ruang terbuka hijau dengan asumsi seluruh tanah ataupun taman yang dapat di beri lubang resapan biopori (LRB) kecuali jalan aspal, beton, ataupun perkerasan lainnya. Pengelompokan area ini dilakukan dengan cara mengambil peta dari aplikasi Google Earth kemudian melalui software Auto Cad 2009 dibuat pengelompokan area tersebut dengan batasan tiap wilayah RT/RW berdasarkan data arsip Kelurahan Kedung Lumbu. Berikut ini adalah hasil pengelompokan area untuk masing β masing wilayah.
RT/RW 03/01
RT/RW 03/03
RT/RW 04/03
RT/RW 02/03
Petak Area Hijau
RT/RW 02/01
RT/RW 01/03
petak area luasan atap rumah/ pemukiman
Gambar 4.3 Hasil pengelompokan area pada masing β masing wilayah Pada Gambar 4.3 dapat dilihat perbedaan area luasan atap dan area terbuka hijau untuk dilakukan perhitungan luasan masing β masing areanya. Berikut ini adalah hasil perhitungan luas area. Tabel 4.1 hasil perhitungan luas masing-masing area No
RT/RW
luas wilayah (m2)
area luasan atap (m2)
1
02 / I
13934,63
7769,24
luas area terbuka hijau (m2) 5.512,48
2
03 / I
6982,09
3189,22
2.184,49
3
01 / III
6983,65
4.191,54
1.003,83
4
02 / III
6152,4
5.248,73
139,91
5
03 / III
5031,78
3.693,54
534,14
6
04 / III
5778,72
3448,86
499,44
27.538,128
9.872,291
total
44.863,271
| BAB IV Analisis dan Pembahasan
32
4.2. Perhitungan Kebutuhan Air Baku Untuk menghitung kebutuhan air baku pada rumah tinggal digunakan standar SNI 03-7065-2005 untuk pemakaian kebutuhan air sesuai fungsi bangunan. Untuk rumah tinggal memiliki spesifikasi sebagai berikut: 1. Jenis bangunan
: rumah tinggal
2. Lokasi
: kawasan pemukiman rawan banjir di kelurahan Kedung Lumbu, Surakarta
3. Total luas area
: 4,5 Ha
4. Jumlah penduduk
: 516 jiwa (sumber : Data Kelurahan)
5. Total luasan atap rumah
: 27.538,13 m2 (petak area pemukiman)
Berikut ini adalah contoh perhitungan kebutuhan air baku untuk rumah penduduk : RT 02 RW 01 Kebutuhan air rata-rata
: 120 liter/org/hari
Kebutuhan air baku perhari
: jumlah penduduk x kebutuhan air rata-rata : 127 x 120 liter/hari : 15240 liter/hari : 15,240 m3/hari
Tabel 4.2 perhitungan kebutuhan air No
jumlah Kebutuhan air Kebutuhan air Kebutuhan Lokasi penduduk rata-rata baku total air baku total (RT/RW) (org) (liter/org/hari) (liter/hari) (m3/hari)
1
02 / 01
127
120
15.240
15,24
2
03 / 01
97
120
11.640
11,64
3
01 / 03
48
120
5.760
5,76
4
02 / 03
89
120
10.680
10,68
5
03 / 03
107
120
12.840
12,84
6
04 / 03
48
120
5.760
5,76
516
120
61.920
61,92
TOTAL
| BAB IV Analisis dan Pembahasan
33
4.3. Perhitungan Potensi Suplai Air Hujan Dalam penelitian ini, stasiun yang digunakan memiliki data paling panjang dan lengkap adalah stasiun hujan Pabelan. Data hujan yang digunakan adalah data dari tahun 1992 - 2013 (22 tahun). Dengan menggunakan Persamaan 2.1 probabilitas hujan andalan dapat dihitung. Contoh perhitungan untuk mendapatkan probabilitas terjadinya hujan andalan untuk urutan no. 1 (satu) sebagai berikut: π 1 π(%) = ( ) π₯100% = ( ) π₯100% = 4,3 % (π + 1) (22 + 1)
Perhitungan probabilitas hujan andalan urutan berikutnya dapat dilihat pada Tabel 4.3 berikut ini. Tabel 4.3 probabilitas hujan andalan Tahun
Urutan
curah hujan (mm/tahun) No.
Curah hujan (mm/tahun)
Andalan (%)
Tahun
1992
2131,7
1
3136,0
4,3
2010
1993
2414,7
2
2953,5
8,7
1998
1994
2641,4
3
2641,4
13,0
1994
1995
2576,0
4
2576,0
17,4
1995
1996
2247,0
5
2522,5
21,7
2004
1997
1292,0
6
2425,5
26,1
2008
1998
2953,5
7
2414,7
30,4
1993
1999
1834,5
8
2394,5
34,8
2007
2000
1528,0
9
2315,0
39,1
2013
2001
1398,5
10
2247,0
43,5
1996
2002
1015,0
11
2239,0
47,8
2006
2003
1353,0
12
2221,0
52,2
2011
2004
2522,5
13
2203,0
56,5
2012
2005
2084,0
14
2131,7
60,9
1992
2006
2239,0
15
2084,0
65,2
2005
2007
2394,5
16
2044,5
69,6
2009
2008
2425,5
17
1834,5
73,9
1999
2009
2044,5
18
1528,0
78,3
2000
2010
3136,0
19
1398,5
82,6
2001
2011
2221,0
20
1353,0
87,0
2003
2012
2203,0
21
1292,0
91,3
1997
2013
2315,0
22
1015,0
95,7
2002
| BAB IV Analisis dan Pembahasan
34
Untuk mendapatkan curah hujan andalan dapat ditentukan langsung dengan memilih data hujan dengan probabilitas diatas 80% atau sebesar 82,6% yang berada pada tahun 2001. Data hujan pada tahun tersebut tidak dapat mewakili keseluruhan data hujan lainnya dikarenakan data yang kurang lengkap. Curah hujan andalan dapat juga diperoleh dengan mengambil nilai rata-rata pada tahun yang memiliki nilai probabilitas lebih besar dari 80%, sehingga nilai curah hujan andalan dipilih berdasarkan nilai yang mendekati nilai curah hujan rerata tersebut. Dari Tabel 4.3 dipilih curah hujan peluang 82,6%, 87,0%, 91,3%, dan 95,7% yaitu data tahun 2001, 2003, 1997, dan 2002. Kemudian dihitung curah hujan reratanya seperti pada perhitungan berikut ini: = CH rerata Curah hujan bulanan n 265 + 306 + 232 + 371 = 22 =
= 294 mm/bulan
Tabel 4.4 Penentuan Curah Hujan Andalan Tahun 2001 2003 1997 2002 CH rerata CH andalan
Bulan Jul Aug 4 0 0 0 12 101 0 2
Jan 265 306 232 371
Feb 211 263 333 181
Mar 214 162 126 53
Apr 181 11 28 84
Mei 146 20 61 30
Jun 16 0 17 0
294
247
139
76
64
8
4
306
263
126
84
61
16
4
Sep 45 8 0 0
Okt 193 45 3 0
Nov 124 197 193 155
Des 0 342 188 139
26
13
60
167
167
2
8
45
155
188
Total 1399 1353 1292 1015
1257
CH andalan pada Tabel 4.4 didapatkan dengan memilih curah hujan bulanan yang nilainya mendekati CH rerata. Bulan Januari curah hujan bulanan yang mendekati 294 mm/bulan adalah curah hujan tahun 2003 yaitu 306 mm/bulan. | BAB IV Analisis dan Pembahasan
35
Dari pengolahan data pada Tabel 4.4 tersebut diperoleh curah hujan andalan dan curah hujan rerata. Secara grafik maka dapat dilihat pada Gambar 4.4 sebagai berikut:
GRAFIK PERBANDINGAN CURAH HUJAN
Des
Nov
Okt
Bulan
13
Sep
4
Aug
8
Jul
Jun
Mei
Apr
Mar
Feb
Jan
CH RERATA DENGAN CURAH HUJAN ANDALAN (mm/bln) 350 306 300 CH 263 250 294 rerata 247 200 188 155 150 126 167 167 100 139 84 61 50 45 76 64 60 16 4 8 2 0 26
Gambar 4.4. Grafik curah hujan andalan
Dari grafik dapat dilihat curah hujan pada bulan Juni, Juli, Agustus, September dan oktober sangat kecil yaitu < 50 mm/bulan cenderung mengalami musim kemarau. Selanjutnya dari perhitungan curah hujan andalan ini dihitung volume suplai air yang bisa ditampung untuk tiap bulannya. Dengan data luas atap masing - masing wilayah hasil pemetakan area dapat dilakukan perhitungan volume ketersediaan air hujan dapat digunakan Persamaan 2.4. Contoh perhitungan volume ketersediaan air untuk suplai bulan November pada seluruh wilayah yaitu sebagai berikut : Total luasan atap (A)
: 7.769 m2
(Tabel 4.1)
Koefisien run off (C)
: 0,9
(Tabel 2.5)
Volume air tertampung
:RxAxC
(persamaan 2.4)
: (155 x 10-3) x 7.769 x 0.9 : 1083,8 m3/bulan Volume ketersediaan air hujan untuk bulan November sampai dengan Oktober dapat dilihat pada Tabel 4.5 berikut: | BAB IV Analisis dan Pembahasan
36
Tabel 4.5 Potensi volume suplai air hujan Bulan
Hujan Andalan
RT 02/RW I A =7.769 m2
RT 02/RW I A =3.189 m2
RT 01/RW 3 A=4.191m2
RT 02/RW 3 A =5.248 m2
RT 02/RW 3 A =3.649 m2
RT 02/RW 3 A =3.448 m2
Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Jml
155 187,5 306 263 126 84 61 15,5 4 2 8 45 1257
1083,8 1311,1 2139,6 1839,0 881,0 587,4 426,5 108,4 28,0 14,0 55,9 314,7 6394,5
444,9 538,2 878,3 754,9 361,7 241,1 175,1 44,5 11,5 5,7 23,0 129,2 2624,9
584,6 707,2 1154,1 991,9 475,2 316,8 230,1 58,5 15,1 7,5 30,2 169,7 3449,0
732,1 885,6 1445,2 1242,1 595,1 396,7 288,1 73,2 18,9 9,4 37,8 212,5 4319,1
515,1 623,1 1016,9 874,0 418,7 279,2 202,7 51,5 13,3 6,6 26,6 149,5 3039,1
481,1 582,0 949,8 816,3 391,1 260,7 189,3 48,1 12,4 6,2 24,8 139,7 2838,6
Hasil perhitungan potensi suplai air hujan diatas ditampilkan melalui grafik Gambar 4.5 dibawah ini :
GRAFIK POTENSI SUPLAI AIR HUJAN 2000.0 1500.0 1000.0
RT 02 / RW I RT 03 / RW I RT 01 / RW III RT 02 / RW III RT 03 / RW III RT 04 / RW III
A = 7.769 m2 A = 3.189 m2 A = 4.191m2 A = 5.248 m2 A = 3.649 m2 A = 3.448 m2
500.0 0.0
Gambar 4.5 Grafik potensi suplai air hujan 4.4. Perhitungan Metode Pemenuhan Kebutuhan Dari grafik Gambar 4.5 dapat dilihat bahwa suplai air pada bulan kemarau yaitu Juni β Oktober tidak dapat memenuhi kebutuhan air oleh karena itu perlu dilakukan metode pemenuhan kebutuhan yaitu metode dalam menyimpan atau menampung air hujan agar dapat memenuhi kebutuhan air. | BAB IV Analisis dan Pembahasan
37
Metode pemenuhan kebutuhan dapat dilakukan dengan cara mengatur suplai air hujan yang ditampung atau dengan cara mengatur kapasitas tangki PAH. Dikarenakan wilayah Kedung Lumbu merupakan wilayah pemukiman yang padat penduduk maka metode pemenuhan kebutuhan dilakukan dengan mengatur kapasitas tangki PAH. Dalam menentukan volume tangki PAH terdapat 3 metode (lihat bab 2 hal 14) dari ketiga metode ini, motode yang dipilih adalah metode perhitungan neraca air. Metode ini menyesuaikan dengan kondisi antara dua musim ini, sehingga suplai air yang ditampung pada musim penghujan ada sebagian yang ditabung untuk menutupi kekurangan air sehingga neraca suplay dengan demand menjadi seimbang. Kapasitas tangki PAH yang digunakan harus melebihi jumlah volume kekurangan air dari volume kebutuhan air tiap bulannya dan harus memyisakan air di tangki untuk penggunaan selanjutnya, dengan metode perhitungan pada modul PU lampiran A.1 maka besarnya kapasitas tangki PAH dapat diketahui. Berikut ini adalah contoh perhitungan kapasitas tangki PAH RT 02 / RW I. Tabel 4.6 Perhitungan kapasitas tangki PAH RT 02 / RW 01 Bulan
(a) Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Jumlah
Jumlah hari
(b) 30 31 31 28 31 30 31 30 31 31 30 31 365
Hujan Andalan (R) (mm) (c) 155 188 306 263 126 84 61 16 4 2 8 45 1.257
Luas atap (A) (m2) (d) 7.769 7.769 7.769 7.769 7.769 7.769 7.769 7.769 7.769 7.769 7.769 7.769
Suplai Air Hujan (m3) (e) 1.084 1.311 2.140 1.839 881 587 427 108 28 14 56 315 6.394
kebutuhan air
Kekurangan air
Kelebihan air
(m3) (f) 457 472 472 427 472 457 472 457 472 472 457 472 4.633
(m3) (g) 46 349 444 458 401 158 1.857
(m3) (h) 627 839 1667 1412 409 130 3.618
| BAB IV Analisis dan Pembahasan
38
Dimana : (e) = (c).10-3 x (d) x (0,9) (f) = (b) x kebutuhan air (Tabel 4.2) (g) = apabila (f) > (e) (h) = apabila (e) > (f) Cek hasil hitungan : β V. Suplai β β kebutuhan air = 1.762 β kelebihan air β β kekurangan air = 1.762 Kapasitas tangki PAH = β(g) =1.857 β 1900 m3
Berdasarkan perhitungan kapasitas tangki PAH diatas selanjutnya dilakukan perhitungan neraca air agar dapat diketahui volume air hujan yang digunakan setiap bulannya. Berikut ini adalah contoh perhitungan neraca air RT 02 RW 01 : November Volume suplai air
: Tabel 4.6
Kebutuhan air
: Tabel 4.6
Kapasitas tangki
: 1900
Volume tangki
: Suplai + vol. bulan lalu β Kebutuhan
m3
: 1083,8 + 0 β 457,2 : 627 m3 < 1900 m3 Vol. terbuang
:0
(kapasitas tangki)
(tidak melebihi kapasitas)
Desember Volume suplai air
: Tabel 4.6
Kebutuhan air
: Tabel 4.6
Kapasitas tangki
: 1900
Volume tangki
: Suplai + vol. bulan lalu β Kebutuhan
m3
: 1311,1 + 627 β 457,2 : 1465 m3 < 1900 m3 Vol. terbuang
:0
(kapasitas tangki)
(tidak melebihi kapasitas)
| BAB IV Analisis dan Pembahasan
39
Januari Volume suplai air
: Tabel 4.6
Kebutuhan air
: Tabel 4.6
Kapasitas tangki
: 1900
Volume tangki
: Suplai + vol. bulan lalu β Kebutuhan
m3
: 2139,6 + 1465 β 457,2 : 3132,4 m3 < 1900 m3 (kapasitas tangki) : 1900 m3 Vol. terbuang
: 1232,4 m3
Februari Volume suplai air
: Tabel 4.6
Kebutuhan air
: Tabel 4.6
Kapasitas tangki
: 1900
Volume tangki
: Suplai + vol. bulan lalu β Kebutuhan
m3
: 1839 + 1900 β 457,2 : 3312,3 m3 < 1900 m3 (kapasitas tangki) : 1900 m3 Vol. terbuang
: 1412,3 m3
Perhitungan selanjutnya di tabulasikan dalam Tabel 4.7 sebagai berikut : Tabel 4.7 Perhitungan Neraca Air RT 02 RW 01 Bulan
Volume Suplai (m3)
Kebutuhan (m3)
Vol tangki (m3)
Terbuang (m3)
Nov
1083,8
457,2
627
0,0
Des
1311,1
472,4
1465
0,0
Jan
2139,6
472,4
1900
1232,4
Feb
1839,0
426,7
1900
1412,3
Mar
881,0
472,4
1900
408,6
Apr
587,4
457,2
1900
130,2
Mei
426,5
472,4
1854
0,0
Jun
108,4
457,2
1505
0,0
Jul
28,0
472,4
1061
0,0
Ags
14,0
472,4
602
0,0
Sep
55,9
457,2
201
0,0
Okt
314,7
472,4
43
0,0
| BAB IV Analisis dan Pembahasan
40
Hasil perhitungan neraca air tersebut di masukan ke dalam grafik berikut :
Neraca air RT 02 RW 01
Bulan
Oktober
September
Juli
Juni
Mei
April
Maret
Februari
Januari
Desember
Agustus
Volume Suplai (m3) Kebutuhan (m3) Vol tangki (m3)
2,200 2,000 1,800 1,600 1,400 1,200 1,000 800 600 400 200 0
November
volume air (m3)
kapasitas tangki =1900 m3
Gambar 4.6 Grafik Neraca Air RT 02 RW 01 Perhitungan diatas dilakukan pada setiap wilayah (lihat lampiran) dan hasilnya sebagai berikut: Tabel 4.8 Rekapitulasi hasil perhitungan kapasitas tangki tiap wilayah RT/RW 3
Kapasitas tangki (m )
02/I
03/I
01/III
02/III
03/III
04/IV
1900
1900
600
1350
2020
650
Pada RT 03 / RW I dan RT 03 / RW III total volume suplai air lebih kecil (<) daripada volume kebutuhan air (lihat lampiran) sehingga pada perhitungan neraca air volume air di tangki PAH tidak ada yang dapat memenuhi kapasitas tangki, akibatnya pada beberapa bulan kering kebutuhan air tidak dapat terpenuhi dan nilai di volume tangki menjadi (-). Untuk dapat mengatasi hal tersebut maka volume suplai air perlu ditambah hingga total kebutuhan air terpenuhi dengan cara menambahkan luasan daerah tangkapan air (A).
| BAB IV Analisis dan Pembahasan
41
4.5. Perencanaan Lubang Resapan Biopori (LRB) 4.5.1. Intensitas curah hujan dengan : curah hujan harian maksimum R24max = 136,0 mm/hari, pada stasiun bulan desember tahun 1997 (lihat lampiran). Dengan asumsi Qmax pada waktu (t) = 5 menit = 0,083 jam 2
I= I=
π
24 24 3 (π‘) 24 136,0 24
24
2 3
(0,083)
I = 247,13 mm/jam 4.5.2. Menghitung kebutuhan lubang resapan biopori (LRB) Contoh perhitungan : Lokasi
= RT 02 RW 01
Luas bidang kedap air
= 7.769 m2
(Tabel 4.1)
Luas area terbuka tersedia = 5.512 m2
(Tabel 4.1)
Laju resap air perlubang
= 180 liter/jam (sumber Khamir R. Brata)
Jumlah Lubang Resapan Biopori (LRB) yang dibutuhkan πππ‘πππ ππ‘ππ βπ’πππ (
=
ππ’ππ ππππππ πππππ πππ (π2 ) πππ‘ππ ) πππ
ππππ’ πππππ ππππ πππ πππ ππ’ππππ ( 247,13 (
=
ππ )π₯ πππ
ππ ) π₯ 7.769(π2 ) πππ πππ‘ππ 180( ) πππ
= 10.666,7 β 10.667 buah Setelah didapatkan jumlah LBR yang dibutuhkan, kemudian melakukan perhitungan luas ruang terbuka yang dibutuhkan untuk membuat 10.667 buah LRB tersebut. Perhitungan ini dilakukan untuk mengetahui apakah luasan terbuka pada wilayah tersebut sudah memadai. Jika diasumsikan dalam 100 m2 tanah, idealnya dapat dibuat lubang resapan biopori dengan diameter 10 cm sebanyak 50 lubang maka perhitungannya adalah sebagai berikut : | BAB IV Analisis dan Pembahasan
42
Luas Ruang Terbuka Hijau (LRTH) yang dibutuhkan = =
ππ’πππβ πΏπ
π΅ π₯ ππ’ππ π‘πππβ πππππ (π2 ) ππ’πππβ ππ’ππππ πππππ 10.667 π₯ 100(π2 ) 50
= 21.333,34 m2 Pembuatan LRB sebanyak 10..667 buah dibutuhkan LRTH sebesar 21.333,34 m2. Jika dibandingkan dengan luas area terbuka yang tersedia pada wilayah tersebut 5512 m2, maka wilayah tersebut memiliki area terbuka yang tidak memadai. Jumlah LRB maksimum yang dapat dibuat di luasan area terbuka yang tersedia seperti berikut : Jumlah Lubang Resapan Biopori (LRB) yang dapat dibuat LRB maks = =
πΏπ’ππ ππππ π‘ππππ’ππ π‘πππ ππππ (π2 ) π₯ ππ’πππβ ππ’ππππ πππππ ππ’ππ π‘πππβ πππππ(π2 ) 5512 (π2 ) π₯ 50 100 (π2 )
= 2756,24 β 2757 buah Berikut ini adalah rekapitulasi perhitungan kebutuhan biopori untuk semua petak β petak area. Tabel 4.9 Rekapitulasi perhitungan kebutuhan biopori Lokasi 02 / I 03 / I 01 / III 02 / III 03 / III 04 / III (RT/RW) Luas area 7769,2 3189,2 4190,5 5247,7 3692,5 3448,9 kedap air (m2) Jumlah LRB 10.667 4379 5754 7205 5070 4736 dibutuhkan LRTH di butuhkan 21.333,34 8757,2 11.506,7 14.410 10.139,2 9470,1 (m2) Luas area terbuka 5512,5 2184,5 1002,8 138,9 534,1 499,4 tersedia (m2) Kesesuaian Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak ruang Memadai Memadai Memadai Memadai Memadai Memadai Jumlah LRB 2757 1093 502 70 268 250 maksimum Jumlah LRB 2557 1093 502 70 268 250 digunakan
| BAB IV Analisis dan Pembahasan
43
4.6. Analisis Reduksi Beban Drainase 4.6.1. Pengaruh Tangki PAH Perhitungan pengaruh pembangunan tangki PAH didapatkan dengan cara mengitung pemanfaatan tangki PAH terhadap suplai air yang jatuh di atap lalu di kalikan dengan proporsi luasan atap terhadap luasan masing β masing area. Berikut ini adalah contoh perhitungan pengaruh tangki PAH : RT 02 / RW 01 = Vol. suplai air β vol. Terbuang
Volume termanfaatkan
= 8789,3 β 3183,4
(lihat lampiran)
= 5605,9 Pemanfaatan tangki PAH
= =
β π‘πππππππππ‘πππ β ππ’ππππ πππ 5605,9 13.974,1
x 100%
x 100% = 64 %
Debit air yang jatuh di wilayah dengan A = 13.934,6 m2 (asumsi t = 5 menit)
Qwilayah ο½
IxA T
247,13 m x 13.934,6 m 2 1000 Qwilayah ο½ 5 x 60 det ik
Qwilayah ο½ 11,479 m3 / det ik Debit air berdasarkan pemanfaatan tangki PAH :
Q E = pemanfaatan tangki PAH x
Q E = 64 % x
7.769,2 13.934,63
πΏπ’ππ ππ ππ‘ππ πΏπ’ππ ππ π€ππππ¦πβ
x Qwilayah
x 11.479 m3/detik
Q E = 4,082 m3/detik
Pengaruh tangki PAH terhadap Qwilayah : % pengaruh =
4,082 m3/det 8,356 m3/det
x 100 %
= 26,1 % | BAB IV Analisis dan Pembahasan
44
Tabel 4.10 Hasil perhitungan pengaruh tangki PAH terhadap debit masing β masing wilayah petak area Efisiensi tangki PAH %
Lokasi RT 02, RW 01 RT 03, RW 01 RT 01, RW 03 RT 02, RW 03 RT 03, RW 03 RT 04, RW 03
Q wilayah m3/d 11,479
64% 100% 44% 66% 100% 54%
Total
Proporsi π³. ππππ π³. πππππππ
Qefisiensi (Qe) m3/d
Pengaruh tangki PAH %
0,558
4,082 2,627 1,531 2,857 3,042 1,531
26% 17% 10% 18% 19% 10%
15,669
42%
5,752
0,457
5,753
0,600
5.068
0,853
4.145
0,734
4.760
0,597
36,957
Sedangkan pengaruh tangki PAH terhadap debit hujan yang jatuh di seluruh petak area adalah β ππ
15,669
= β π π€ππππ¦πβ x 100% = 36,957 x 100% = 42%
4.6.2. Pengaruh Lubang Resapan Biopori (LRB) Setelah menghitung jumlah LRB yang dapat digunakan pada masing β masing petak area maka dapat dihitung pengaruhnya dengan membandingkan debit air yang tereduksi terhadap debit air yang jatuh di wilayah tersebut. Berikut ini contoh perhitungannya : RT 02 / RW 01 Debit air yang terserap LRB
Q serap = jumlah LRB x laju resap air per lubang = 2756 LRB x
180 liter/jam 5 π₯ 60 πππ‘ππ
= 1,654 m3/det Debit air yang jatuh di wilayah petak dengan A = 13.934,6 m2 dan t = 5 menit
Qwilayah ο½
IxA T
247,13 m x 13.934,6 m 2 1000 Qwilayah ο½ 5 x 60 det ik
Qwilayah ο½ 11,479 m3 / det ik | BAB IV Analisis dan Pembahasan
45
Pengaruh LRB terhadap Qwilayah % pengaruh =
1,654 m3/det
11,479 m3/det
x 100 %
= 14,4 % Tabel 4.11 Hasil perhitungan pengaruh LRB terhadap debit masing β masing petak area luas wilayah
Q wilayah
Jumlah LRB
Qserap
Pengaruh LRB
m2
m3/d
satuan
m3/d
%
RT 02, RW 01
13934,6
11.479
2756,2
1,654
14,4%
RT 03, RW 01
6982,0
5.752
1092,2
0,655
11,4%
RT 01, RW 03
6983,6
5.753
502
0,301
5,2%
RT 02, RW 03
6152,4
5.068
70
0,042
0,8%
RT 03, RW 03
5031,8
4.145
268
0,161
3,9%
RT 04, RW 03
5778,7
4.760
250
0,150
3,2%
Total
44.863,3
36.957
4938,5
2,963
8,0%
Lokasi
Sedangkan pengaruh LRB terhadap debit hujan yang jatuh di seluruh petak area adalah β ππ
2,963
= β π π€ππππ¦πβ x 100% = 36,957 x 100% = 8 %
4.6.3. Reduksi Beban Drainase Reduksi beban drainase didapatkan dari menjumlahkan pengaruh tangki PAH dan pengaruh LRB dan membandingkannya terhadap debit hujan yang jatuh di seluruh wilayah dengan total luasan A = 4,5 Ha adalah seperti berikut : % Reduksi total
=
β ππ ππ΄π» + βππ ππππ πΏπ
π΅ βQwilayah m3 m3 + 2,963 det det m3 36,957 det
x 100 %
15.669
=
x 100 %
= 50,4 %
Pembuatan tangki PAH dan lubang resapan biopori (LRB) dapat mengurangi beban drainase yang jatuh di seluruh wilayah banjir kelurahan kedung lumbu sebesar 18,632 m3/d atau sebesar 50,4%.
| BAB IV Analisis dan Pembahasan
46