53
BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Evaluasi ketentuan pendapatan murabahah pada PT Bank Syariah Muamalat Indonesia,Tbk 1. Analisis perhitungan pendapatan murabahah Ada tiga variable yang signifikan yang mempengaruhi penentuan marjin murabahah pada Bank Muamalat Indonesia (BMI),yaitu biaya overhade,cost of loanable fund dan profit target. Biaya
overhade
meliputi
biaya
tenaga
kerja,biaya
adminitrasi,biaya
umum,biaya penyusutan,biaya pencadangan penghapusan aktiva produktif,dan biaya lain-lain nya yang terkiat dengan operasional bank.profit target mempertimbangkan tingkat inflasi,tingkat suku bunga pasar,premi resiko,dan cadangan piutang. Bank syariah muamalat indonnesia dalam perhitungan marjin keuntungan bersifat flat,yang stabil,dan berlaku sejak akad pembiayaan di tandatangani antara pihak nasabah dengan pihak bank hingga masa jatuh tempo dari waktu pembiayaan. Berikut ini merupakan data yang di ilustrasikan mengenai transaksi pembiayaan murabahah yang terjadi pada bank syariah muamalat Indonesia. PT MX mengajukan pembiayaan sebesar Rp 10.000.000.000,untuk jangka waktu 12 bulan.setelah bank syariah melakukan perhitungan dan telah di setujui oleh pihak nasabah ini lah perhitungannya.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
54
Dengan tingkat pendapatan setahun,di peroleh nilai anggsuran sebesar Rp.926.345.060,- atau total anggsuran sebesar Rp.11.116.140.690,- dengan demikian,nilai
pendapatan
adalah
Rp1.116.140.690
(11.116.140.690-
10.000.000.000).angka ini apabila di sepakati akan menjadi harga jual barang dari bank ke nasabah. Bank Syariah Muamalat Indonesia dalam perhitungan pendapatan bersifat (flat),yang akan tidak terjadi perubahan harga,baik dalam kondisi ekonomi yang stabil atau pun tidak stabil,dan berlaku sejak akad pembiayaan yang di tandatangani antara pihak nasabah dengan pihak bank hingga masa jatuh tempo dari waktu pembiayaan.
2. Evaluasi pencatatan dan pelaporan keuangan transaksi murabahah pada PT Bank Mulamalat Indonesia.Tbk Pencatatan marjin keuntungan bagi bank muamalat Indonesia memiliki banyak faktor yang akan menjadi pertimbangan bank dalam menetukan besaran margin yang harus di bebankan pada suatu pembiayaan.Tampak dalam pembiayaan murabahah,faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan marjin adalah kebutuhan bank syariah untuk memperoleh riil,inflasi,suku bunga berjalan,kebijakan moneter,bahkan suku bunga luar negeri,serta marketabilitas murabahah,dan tingkat laba dari barang-barang tersebut.kalau melihat dari faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan marjin tersebut tidak berbeda dengan penetapan suku bunga pada bank konvensional,bank konvensional dalam mengambil suku bunga bank tetap berdasar kan faktor-faktor kebutuhan bank
http://digilib.mercubuana.ac.id/
55
untuk
mendapatkan
keuntungan
riil,demikian
juga
tergantung
pada
inflasi,ketidakpastian tingkat inflasi di masa datang,prefensi likuiditas serta permintaan
akan
pinjaman,kebijakan
moneter,dan
suku
bunga
luar
negeri.penggunaan suatu metode yang mengkaitkan marjin dengan tingkat persentase tertentu seolah menyatakan kalau marjin tidak ada bedanya dengan suatu tingkat persentase tertentu seolah menyatakan kalau marjin tidak ada bedanya dengan sesuatu tingkat bunga. Penetapan margin yang dilakukan oleh BMI menggunakan system annuitas dengan bunga pasar sebagai dasar perhitungannya,kenyataan ini semakin
mengkukuhkan
ketidakpercayaan
diri
perbankan
syariah
dan
menunjukan kalau mereka masih bergantungan pada tingkat suku bunga yang berlaku.tampaknya orentasi bisnis dan pertimbangan resiko perbankan menjadi pembenaran atas praktik tersebut.sejauh ini,penulis tidak mendapatkan suatu dasaran yang cukup memadai,baik dari segi syariah mau dari segi ketentuan PSAK No.102,untuk melihat layak apa tidak nya suatu praktik tersebut. BMI sebenar nya berusaha untuk melakukan pemurnian perhitungan marjin murabahah,yaitu dengan menetukan tingkat marjin murabahah menggunakan perhitungan bunga secara flat.tetapi hal tersebut dalam penjumlahan akan lebih mahal daripada bunga bank konvensional,atau minimal sama dengan bunga bank konvensional.masalah benchmark ini dirasakan sangat menggaggu karena berdampak ada turun nya kepercayaan masyarakat kepada sistem perbankan baru yang diharapkan mampu mengganti sistem perbankan konvensional,hanya istilah-istilah yang di gunakan mengunakan bahasa
http://digilib.mercubuana.ac.id/
56
arab,namun secara praktis tidak beda.hal ini secara pisikologi sangat mendukung perkembangan
perbankan
syariah,karena
tidak
tercapainya
ekspentasi
masyarakat dan harapan yang dibebankan kepada perbankan syariah. Maka perlu langkah pemurnian untuk menyelamatkan perbankan syariah,bank syariah harus melakukan penetapan marjin dengan benar seperti yang di contohkan oleh rosulullah.pada saat melakukan perdagangan rosulullah secara transparan mengungkapkan berapa harga beli barang.kemudian biaya yang harus ditangguhkan dalam proses perdagangan tersebut dan jumlah keuntungan yang di ambilnya.dalam perdagangan yang di lakukan rosulullah sangat lah jelas sekali sangat mengandung aspek kejujuran,transparasi,dan amanah(bertanggung
jawab).rosululloh
selalu
mempermudah
disaat
membeli,menjual dan membayar dalam perdagangan tersebut,dengan hal ini merupakan contoh suri tauladan,ini sangat ironi apabila di tinggalkan.tidak hanya dalam perekonomian klasik(tradisional),perkonomian modern pun dapat mengaplikasi contoh perilaku rosululloh tersebut,tidak terkecuali bank syariah. Berikut setelah margin keuntungan murabahah telah dihitung dengan benar,maka akad penyerahan aktiva kepada nasabah harus dilakukan menjadi halal.masalah akad perlu di perhatikan secara serius karena dalam beberapa hal akan berimplemantasi secara langsung kepada akad yang haram maupun yang halal,akad harus di jelaskan kepada nasabah sekaligus memberikan pendidikan akad islami kepada masyarakat,dalam hal ini adalah nasabah,nasabah harus dapat membedakan dengan pasti antara transaksi jual beli dengan transaksi pinjam meminjam.Bank syariah tidak dapat berasumsi bahwa setiap transaksi
http://digilib.mercubuana.ac.id/
57
bisa dipahami olah setiap nasabah,dalam praktik nya masih banyak masyarakat belum mengetahui maksud dari transaksinya,bahwa transaksi tersebut adalah transaksi jual beli,atau tidak berubah nilainya yang telah di kembalikan kepada bank setelah akad tersebut di sepakati.apabila pihak bank dan nasabah telah memahami dan mensepakati akad dengan benar,maka tujuan akan tercapai ke halalannya dan dipertanggung jawabannya,dan sosialisasi transaksi islami dapat dijalankan dengan baik.
B. Evaluasi pendapatan dan beban pada transaksi murabahah pada PT Bank Syariah Muamalat Indonesia,Tbk. 1. Perlakuan akuntansi transaksi Murabahah PSAK No.102 pada PT Bank Syariah Muamalat Indonesia,Tbk. Hasil perhitungan anggsuran,porsi pokok,porsi marjin, jumlah anggaran pada transaksi murabahah,dan di sertai dengan jurnal nya,pada PT Bank Syariah Muamalat Indonesia,Tbk.yang di sajikan di bawah ini. a. Pada Saat Pembelian Barang dari Suplier PT Bank Syariah Muamalat Indonesia.Tbk membeli barang dari pemasok yang akan dijual kembali untuk Murabahah pada saat di peroleh akan diakui oleh bank sebesar biaya perolehan Jurnal untuk mengakui pembelian barang dari suplier
untuk dijual kembali dalam transaksi
murabahah,bank membeli perangkat keras komunikasi dengan harga beli Rp 10.000.000.000,
http://digilib.mercubuana.ac.id/
58
Debet : Persediaan Murabahah Rp 10.000.000.000 Kredit : Rekening Suplier
Rp 10.000.000.000
Bila pada saat pembelian bank mendapat potongan pembelian dari supplier sebesar 500.000.000 Maka potongan tersebut diakui sebagai pengurang biaya perolehan dan bukan pendapatan bank karena potongan tersebut tidak mengurangi total nilai jumlah barang dan merupakan hak nasabah. Jurnal untuk mengakui potongan tersebut:
Debet : Persediaan Murabahah Rp 10.000.000.000 Kredit : Potongan Pembelian Kredit : Rekening Suplier
Rp Rp
500.000.000 500.000.000
Potongan yang diberikan suplier pada bank terjadi pada saat akad jadi harga jual kenasabah dapat di tentukan bersama jika potongan itu diberikan.Dalam hal mengakui potongan pembelian,bank telah mengakui potongan pembelian sesuai dengan PSAK No.102 yang mengatur Akuntansi Perbankan Syariah paragraf 57. b. Pada saat Perjanjian Murabahah Bila nasabah mengajuakan permohanan maka bank menganalisa kelayakan bisnis nasabah , historis,dari segi kualitatif maupun kuantitatif
http://digilib.mercubuana.ac.id/
59
yang dilakuakan oleh accout officer selesai dianalisa hasilnya akan dipresentasikan
kepada
Komite
Pembiayaan
untuk
memperoleh
persetujuan.Jika Komite Pembiayaan menyatakan tidak layak maka tidak akan dilakukan pembiayaan namun jika Komite Pembiayaan menyatakan layak maka akan dilaksanakan Murabahah. Bank dapat meminta Urbun kepada nasabah sebagai uang muka pembelian pada saat akad.Bank menetapkan harga jual Rp 11.116.140.690 ada selisih harga
yang
merupakan
1.116.140.169.Jangka
marjin
waktu
bagi
Murabahah
pihak 12
bank bulan
sebesar dengan
Rp biaya
administrasi Rp 100.000.000dan jika terjadi keterlambatan pembayaran angsuran akan dikenakan denda Rp 100.000
http://digilib.mercubuana.ac.id/
60
TABEL 4.1
Jadwal Angsuran (dalam rupiah)
Angsuran Porsi Pokok
Porsi marjin
Jumlah Angsuran
1
759.678.390
166.666.670
926.345.060
2
772.339.700
154.005.360
926.345.060
3
785.212.030
141.133.030
926.345.060
4
798.298.900
128.046.160
926.345.060
5
811.603.880
114.741.180
926.345.060
6
825.130.610
101.214.450
926.345.060
7
838.882.790
87.462.270
926.345.060
8
852.864.160
73.480.900
926.345.060
9
867.078.570
59.266.900
926.345.060
10
881.529.880
44.815.180
926.345.060
11
896.222.040
30.123.020
926.345.060
12
911.159.150
15.185.980
926.345.060
Jumlah
10.000.000.000
1.116.140.690
11.116.140.690
http://digilib.mercubuana.ac.id/
61
Pada saat perjanjian keuntungan bank telah diketahui dan dimasukan dalam Marjin Murabahah ditangguhkan karena masih belum terealisasi. Adapun jurnal yang dicatat adalah: Debet : Piutang Murabahah
: Rp 11.116.140.690
Kredit : Marjin Murabahah Ditangguhkan
: Rp 1.116.140.690
Kredit : Persediaan Murabahah
: Rp 10.000.000.000
Dalam pengakuan dan pencatatan piutang Murabahah pada saat akad ,bank telah melakukannya sesuai dengan PSAK No 102 paragraf 64 yang menyatakan bahwa piutang murabahah diakui sebesar biaya perolehan aktiva murabahah ditambah keuntungan yang disepakati. Bila nasabah setuju membayar urbun sebagai uang muka ,jumlah yang dibayarkan sama dengan angsuran pertama Rp 926.345.060.Bank akan mencatat urbun pada akun titipan urbun,maka piutang Murabahah nasabah akan berkurang sebesar urbun yang diterima. Jurnal untuk mencatat urbun tersebut: Debet : Titipan Urbun
Rp 926.345.060
Kredit : Piutang Murabahah
Rp 926.345.060
Debet : Marjin ditangguhkan Kredit : Pendapatan Murabahah
Rp 166.666.670 Rp 166.666.670
http://digilib.mercubuana.ac.id/
62
Urbun mengurangi piutang Murabahah pada bank sesuai dengan PSAK 102 paragraf 59.
c. Pada saat pembayaran Angsuran Pada saat penerimaan pembayaran angsuran yang diterima dari nasabah oleh bank maka akan mendebet rekening nasabah karena dibayarkan melalui rekening nasabah dan mengurangi piutang murabahah.
Jurnal yang dilakukan bank untuk mengakui setoran angsuran pertama : Debet : Rekening Nasabah
Rp 926.345.060
Kredit : Piutang Murabahah
Rp 926.345.060
Debet : Marjin Ditangguhkan
Rp 166.666.670
Kredit : Pendapatan Murabahah
Rp 166.666.670
Ekstra Komtabel (jika akrual basis) Kredit : Pendapatan Murabahah-Kas
Rp 166.666.67
Angsuran kedua sampai dengan jurnal angsuran kedua belas sama dengan jurnal yang pertama,jika dibayar sesuai jadwal dan tidak menunggak. Jurnal ektra korntabel disertakan memudahkan bank dalam
dengan tujuan untuk
menyusun laporan keuangan berdasarkan
accrual basis. Dalam pengakuan keuntungan murabahah bank telah melakukannya sesuai dengan PSAK No. 102 paragraf 65.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
63
Bila nasabah tidak membayar angsuran kesembilan,maka jurnal pengakuan pendapatan akan dilakukan pada akhir bulan dan sekaligus dikenakan denda kerterlambatan sebesarRp 100.000. Jurnal yang dilakukan bank atas keterlambatan :
Debet : Piutang Murabahah Jatuh Tempo
Rp 926.345.060
Kredit : Piutang Murabahah
Rp 926.345.060
Debet : Marjin Murabahah Ditangguhkan
Rp 59.266.490
Kredit : Pendapatan Murabahah
Rp 59.266.490
Jurnal yang dicatat bank atas penerimaan denda:
Debet : Rekening Nasabah Rp 100.000 Kredit : Rekening Z IS
Rp 100.000
Tapi jika dapat dibuktikan bahwa nasabah menunda membayar angsuran karena ketidakmampuan ,maka bank tidak boleh meminta nasabah untuk membayar denda. Karena kelonggaran yang diberikan dalam bermuamalah dan ada didalam Al-Quran Qs Albaqarah ayat 280: ‘Dan jika (orang yang berhutang itu) dalam kesukaran,maka berilah tangguh sampai dia berkelapangan.Dan menyedekahkan (sebagian atau semua uatang) itu,lebih baik jika kamu mengetahui.’
http://digilib.mercubuana.ac.id/
64
Bila nasabah telah melunasi pembayaran angsuran ke sembilan yang menunggak maka bank akan mencatat penerimaan angsuran tersebut kedalam jurnal sbb: Debet : Rekening Murabahah
Rp 926.345.060
Kredit : Piutang Jatuh Tempo
Rp 926.345.060
Ekstra Komtabel (jika akrual) Debet : Pendapatan Murabahah-akrual
Rp 59.266.490
Kredit : Pendapatan Murabahah-Kas
Rp 59.266.490
d. Pada saat Pelunasan Awal Bila pembayaran angsuran 10 sampai 12 dibayarkan pada pembayaran angsuran ke 10 yaitu dengan porsi pokok sebesar Rp 2.688.910.970 dan marjin Rp 90.124.180 Sehingga jumlah seluruh total angsuran yang dibayar nasabah pada saat angsuran ke10 adalah Rp 2.779.035.150.Maka bank akan memberi potongan pelunasan dini sebesar Rp 25.000.000 .Untuk mencatat potongan pelunasan ini bank akan mengakui potongan tersebut sebagai beban muqasah karena tidak dapat mengurangi pendapatan marjin yang diterima bank. Jurnal untuk mencatat kejadian ini adalah: Debet : Rekening Nasabah
Rp 2.779.035.150
Debet : Marjin Ditangguhkan
Rp
90.124.180
Kredit : Pendapatan Marjin Mrbh
Rp
90.124.180
Kredit : Piutang Murabahah
Rp 2.779.035.150
http://digilib.mercubuana.ac.id/
65
Debet : Beban Muqasah
Rp 25.000.000
Kredit : Rekening Nasabah
Rp 25.000.000
Dalam hal pelunasan lebih awal maka bank telah melakukan pengakuan dan pencatatan atas potongan yang diberikan bank untuk nasabah sesuai dengan PSAK No.102 paragraf 66.Beban operasional yang berkaitan dengan transaksi Murabahah tidak ada karena bank menghitung marjin atas transaksi Murabahah memakai
metode Revenue Sharing
bukan Profit Sharing.Untuk mengakui beban Muqasah tersebut bank akan mencatat pada saat kewajiban timbul (Accrual basis ) Muqasah yang dikeluarkan bank sehubungan dengan pemberian potongan pembelian akan dimasukan ke dalam beban operasional lainnya. Untuk mengakui beban Muqasah tersebut bank akan mencatat pada saat kewajiban timbul (accrual basis) Hal ini menunjukan bahwa bank telah melakukan pencatatan dan pengakuan sesuai dengan PSAK No102 paragraf 29. PT Bank Syari’ah Muamalat Indonesia,Tbk dalam menyusun laporan keuangan berdasarkan Accrual Basis ini mengikuti Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Bank Syariah selain itu juga sesuai dengan Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Standar Akuntansi Keuangan (Data Bank Muamalat,2012).
http://digilib.mercubuana.ac.id/
66
Dari ilustrasi penerapan akuntansi pada BMI seperti contoh di atas,apabila kita banding kan dengan penjurnalan menurut pedoman akuntansi perbankan syariah Indonesia (PAPSI) yang merupakan interpretasi dari PSAK No.102,maka secara umum ayat jurnal telah sesuai secara pedoman,Seluruh ayat jurnal,baik jurnal saat pembelian aktiva murabahah,jurnal apabila pembayaran angsuran mengalami keterlambatan dan di kenakan denda,dan lain-lain,sesuai dengan PAPSI.Ilustrasi mengenai transaksi merubahah telah memberikan gambaran yang cukup tentang hal itu. Namun
apabila
kita
perhatikan
cara
perhitungan
pengakuan
pendapatan,maka terjadi perbedaan yang mendasar antara aplikasi perhitungan dengan pedoman yang mendasarinnya.Dalam PSAK No.102 tentang akuntansi perbankan syariah disebutkan: Keuntungan murabahah di akui : a). pada periode terjadinya apabila akad berakhir pada periode laporan keuangan yang sama,atau b). selama periode akad secara proposional,apabila akad melampaui suatu periode laporan keuangan. Pengakuan keuntungan secara proposional bukan hanya di lakukan untuk ketentuan PSAK No.102 tersebut,lebih dari itu pengakuan ketentuan proposional adalah juga untuk memenuhi ketentuan syariah.sebagaimana telah di sebutkan dalam prinsip-prinsip ekonomi islam,bawa ekonomi islam menganut asas tauhid,kebersamaan,serta adanya suatu keadilan.para pelaku ekonomi islam
http://digilib.mercubuana.ac.id/
67
harus
memiliki
semangat
kebersamaan
yang
menjadikan
mereka
kebersamaan,serta adanya suatu keadilan yang merata. Dalam paradigma ekonomi islam juga disebut bahwa pemodal dan pengusaha harus menaggung resiko bersama dengan cara yang adil,meskipun dalam kontrak murabahah mungkin saja di cantumkan suatu Pasal akad yang menyebutkan adanya suatu pengakuan marjin yang berbeda dengan metode proporsional,namun hal itu tidak boleh di jalankan
karena
menyalahin prinsip dasar ekonomi islam.selain itu penyampaian dari metode juga menyalahin ketentuan dari PSAK No.102.dan ini merupakan contoh dari perhitungan proporsional.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
68
Tabel 4.2
68
PERBANDINGAN PERHITUNGAN METODE PROPOSIONAL DAN METODE BUNGA EFEKTIF DALAM PERHITUNGAN PORSI POKOK DAN MARJIN Harga pokok Marjin Harga jual
Bln Angsuran Ke
:Rp 10.000.000.000,:21% se tahun atau setara Rp1.173.662.853,:Rp 11.173.662.852,Metode Proporsional Unsur Angsuran Porsi Margin Porsi Pokok
0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Sisa Pokok
Sisa Marjin
10,000,000,000
1,173,652,852
Metode Bunga Efektif Unsur Angsuran Porsi Marjin Porsi Pokok
Sisa Pokok
Sisa Marjin
10,000,000,000
1,173,652,852
913,137,738
833,333,333
97,804,404
9,166,666,667
1,075,848,448
765,137,738
175,000,000
9,243,862,262
998,652,852
913,137,738
833,333,333
97,804,404
8,333,333,333
978,044,044
769,370,148
161,767,590
8,474,492,114
836,885,262
913,137,738
833,333,333
97,804,404
7,500,000,001
880,239,640
782,834,126
148,303,612
7,691,657,989
688,581,650
913,137,738
833,333,333
97,804,404
6,666,666,668
782,435,236
796,533,723
134,604,015
6,895,127,266
553,977,635
913,137,738
833,333,333
97,804,404
5,833,333,335
684,630,832
810,473,063
120,664,675
6,084,651,203
433,312,960
913,137,738
833,333,333
97,804,404
5,000,000,002
586,826,428
824,656,342
106,481,394
5,259,994,861
326,831,564
913,137,738
833,333,333
97,804,404
4,166,666,669
489,022,024
839,087,828
92,049,910
4,420,907,034
324,781,654
913,137,738
833,333,333
97,804,404
3,333,333,336
391,217,620
853,771,865
77,365,873
3,567,135,169
157,415,781
913,137,738
833,333,333
97,804,404
2,500,000,003
293,413,216
868,712,872
62,424,865
2,698,422,297
94,990,916
913,137,738
833,333,333
97,804,404
1,666,666,670
195,608,812
883,915,347
47,222,390
1,814,506,950
47,768,526
913,137,738 913,137,738
833,333,333 833,333,333
97,804,404 97,804,404
833,333,333 0
97,804,404 0
899,383,866 915,123,084
31,753,872 16,041,654
915,123,084 0
16,014,654 0
Sumber:Data Diolah
http://digilib.mercubuana.ac.id/
53 69
Ilustrasi di atas menu jukkan suatu table perhitungan di mana porsi marjin bergerak dari besar ke kecil dan kebalikan dengan porsi pokok yang bergerak dari kecil ke besar.ini adalah cirri dari metode annuitas atau metode tingkat bunga efektif (effective interest method).suatu asset senilai Rp.10 miliyar dengan marjin 21% per tahun dengan priode pembayaran 12 kali anggsuran,melalui perhitungan annuitas,menghasilkan total angsuran sebesar Rp.11.173.662.852,- atau terdapat marjin sebesar Rp.1.173.662.852,- angka ini seharusnya memberikan bagian marjin per periode pembayaran sebesar Rp.97.805.237,67 (Rp.1.173.662.852,- di bagi duabelas).namun tampak dalam
table perhitungan kalau marjin untuk
periode pertama adalah Rp.175.000.000,- untuk periode kedua Rp.161.167.590,dan seterusnya hingga periode kedua belas sebasar Rp.31.753.872,-.sebaliknya porsi angsuran pokok nasabah per periode yang semestinya Rp.833.333.333,33 (Rp10 miliyar di bagi dua belas),menurut perhitungan bank menjadi Rp.756.137.738,- untuk periode pertama,himgga Rp.915.123.084,-untuk periode kedua belas. Apabila kita gambarkan dalam angka,maka akan kita perolah
perbandingan
antara pengguna metode proposional dan metode bunga efektif dalam menghitungan bagian pokok dan bagian marjin . Perhitungan ini memberikan asumsi yang berbeda pada nasabah dan pada bank syariah.porsi pokok nasabah yang di kurangi oleh bank syariah pada setiap pelunasan tahap-tahap awal yang lebih kecil menunjukan sikap tidak adil dari bank syariah yang mengabaikan bahwa nasabah selalu mengangansur dalam jumlah yang sama tiap periodenya.dan masalah ini tidak di informasikan kepada nasabah secara transparan,baik ketika proses persetujuan akad maupun pada saat setiap pembayaran anggsuran oleh nasabah. Bagi pihak bank masalah ini di anggap masalah kecil dan tidak membahayakan bagi pihak yang bertransaksi,tapi sebenar nya,masalah ini
http://digilib.mercubuana.ac.id/
54 70
menggambarkan banyak hal,diantara nya pemahaman tentang pembangunan ekonomi syariah yang di bangun berdasarkan konsep bagi hasil,masalah kepercayaaan diri perbankan syariah,masalah kejujuran dan transparansi,masalah kehalalan suatu akad,masalah etika dalam menjalan kan ekonomi syariah. Pengakuan marjin dengan bunga efektif memberikan keuntungan tersendiri bagi pihak perbankan karena resiko yang mereka hadapin juga bergerak turun sebagaimana porsi marjin yang semakin turun tiap periode.karena tidak mengakuin suatu hak yang sebenarnya belum menjadi hak bank syariah,meskipun secara total jumlah margin itu akan sama dengan menggunakan metode proposional.namun tindakan ini dapat di kategorikan sebagai ghashab,Ghasahab didefinisikan sebagai mengambil atau menggunakan hak orang lain (barang,harta benda atau wewenang)dengan sengaja secara paksa atau curang,walaupun barang itu akan di kembalikan ke pemilik awal nya (Az-Zakhili,1997). Hubungan ke mitraan inilah yang patut dipertnyakan dalam kaitan dengan pengakuan marjin,akad murabahah dan berbagai ketentuan mengenai uang muka dan jaminannya telah di sususn sedemikian rupa sehingga memberikan keamanan yang optimal bagi bank syariah,dancenderung mengabaikan hak dan kewajiban nasib nasabah sebagai pembeli,hal senada juga diungkapkan dalam beberapa pengaturan mengenai perbankan syariah,di antarannya adalah bahwa sifat dan watak perbankan menyangkut
syariah
antara
memformulasikan
berbeda dengan perbankan konvensional,terutama
hubungan
berbagai
bank
peraturan
dengan dan
nasabah,karena
itu,dalam
ketentuan-ketentuan
mengenai
perbankan syariah perlu diperhatikan sikap dan watak (Al-Anasir et al.1993).
http://digilib.mercubuana.ac.id/
55 71
Dalam mengkaji mengapa BSMI memilih untuk menggunakan metode tingkat bunga efektif
sangat menarik sekali karena mengabaikan metode
proposional.masih melekatnya perbankan konvensional oleh masyarakat luas dan kurang nya penguasaan fiqih dari para praktisi perbankan syariah menjadi faktor utama dalam hal ini,manajemen BSMI sendiri mengakui bahwa salah satu masalah dalam penerapkan PSAK No.102 tentang akuntansi perbankan syariah adalah merubah paradigm berpikir para personal mereka dari pola piker konvensional ke pola pikir syariah Orentasi bisnis adalah faktor berikutnya sebagai turunan dari faktor di atas,di mana para pelaku bank syariah menjalankan bank syariah layaknya bank konvensional,sehingga bank syariah yang berbeda dengan bank konvensional justru tidak di utamakan,mereka memberikan alas an adanya tingkat resiko yang dijaga oleh perbankan.jika metode proposional yang di pergunakan,maka hal itu akan meningkatkan rsiko perbankan syariah karena setaranya marjin dari awal sampai akhir periode murabahah.Bila bank dapat segera mengakui bagian marjinnya,maka resiko mereka hanya pada bagian pokok,dan mereka dapat melaporkan marjin itu sebagai ketentuan bank yang meningkatnya performa laporan keuangan mereka. Resiko yang dapat di identifikasi berkaitan dengan murabahah,di antaranya resiko atas barang yang harus di beli atas nama bank syariah,resiko kemampuan nasabah untuk melunasi seluruh angsuran,dan resiko perbankan secara umum menyangkut pengaruh transaksi terhadap kinerja keuangan bank.Sebenarnya masih ada resiko yang lain,yaitu resiko tidak terikat nasabah ketika bank membeli
http://digilib.mercubuana.ac.id/
56 72
barang untuk keperluan murabahah.namun,resiko yang terakhir telah di antisipasi dengan prosedur uang muka,jaminan,dan materi akad. Resiko atas barang adalah resiko dalam jangka waktu pembelian barang dan
penyerahan
dengan
nasabah,menurut
ketentuan
syariah.bank
harus
menyerahkan barang murabahah dalam keadaan baik kepada nasbah,sebagaimana lazimnya suatu jual beli.untuk antisipasinya,terdapat instrument asuransi dan materai akad yang mengikat kebutuhan yang besar dari pihak nasabah atas dana bank.Asuransi harus di tanggung oleh nasabah walau secara syariah barang tersebut harus menjadi milik bank sebagai penjual.Untuk membenarkan hal tersebut secara syariah,bank telah menyusun suatu akad yang memuat kerelaan nasabah,namun pada dasarnya,hal tersebut menyalahi ide dasar perbankan syariah untuk berbagi resiko dengan nasabah. Resiko pelunasan adalah umum dan juga terjadi pada setiap lembaga pembiayaan,terutama bank.Secara umum resiko ini di antisipasi dengan persyaratan adanya jaminan yang di berikan oleh nasabah kepada pihak bank.Hanya saja,bank syariah harus memilih dan mempertimbangkan keadaaan nasabah apabila terjadi hal-hal yang tidak di inginkan menyangkut keterlambatan pembayaran anggsuran atau ketidakpastian pembayaran atau ketidakmampuan nasabah
dalam
melunasin
hutangnya,Menurut
surat
Al-baqarah
ayat
280,pemberian hutang harus belaku lunak terhadap penghutang yang kesulitan membayar hutangnya. Meskipun semua bentuk antisipasi oleh perbankan syariah tersebut di atas tampak tidak aneh dalam kerangka bisnis,namun bank syariah mendapatkan kritik
http://digilib.mercubuana.ac.id/
57 73
yang cukup tajam menyangkut peran bank syariah dalam akad murabahah.Banyak pihak mempertanyakan apakah bank bertindak sebagai penjual atau sebagai pihak yang mendanai pembiayaan. Murabahah telah dikenalkan sebagai suati akad jual beli ,dan pembenaran syariahnya terletak pada terjadinya jual beli tersebut.Bank seharusnya berpihak sebagai penjual dan nasabah bertindak sebagai pembeli.Apabila kita mengikutin praktik yang dijalankan oleh bank syariah dan resiko yang dihadapain serta antisipasinya,tampaknya peran sebagai pembiayaan lebih menonjol dari pada peran sebagai penjual.hal ini masih ditambah kenyataan bahwa istilah yang digunakan dalam perbankan syariah adalah pembiayaan murabahah,bukan akad jual beli murabahah. Kembali pada penggunaan metode bunga efektif untuk pengakuan marjin murabahah,tampak orientasi bisnis dan pertimbangan resiko perbankan syariah menjadi alas an utama pembenaran praktik tersebut,sejauh ini.Penulis belum menemukan suatu dasar yang cukup memadai,baik dari segi syariah atau segi ketentuan PSAK No 102,untuk membenarkan hal tersebut.
http://digilib.mercubuana.ac.id/