ANALISIS PENGARUH PENDAPATAN MURABAHAH, MUDHARABAH DAN MUSYARAKAH TERHADAP PROFITABILITAS BANK
Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh MUHAMAD ZIQRI 104081002543
JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2009
ANALISIS PENGARUH PENDAPATAN MURABAHAH, MUDHARABAH DAN MUSYARAKAH TERHADAP PROFITABILITAS BANK
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Sebagai Syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh
MUHAMAD ZIQRI NIM 104081002543
Dibawah Bimbingan
Pembimbing I
Pembimbing II
Prof. Dr. Ahmad Rodoni
Aminuddin, SH, MAg
NIP. 150 317 955
NIP . 150 062 554
JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2009
Hari ini Senin Tanggal Empat Belas September Dua Ribu Delapan telah dilakukan Ujian Komprehensif atas nama Muhamad Ziqri, NIM : 104081002543, dengan
judul
Mudharabah,
skripsi Dan
“Analisis Musyarakah
Pengaruh
Pendapatan
Terhadap
Murabahah,
Profitabilitas
Bank”.
Memperhatikan kemampuan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi imi sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat utuk memperoleh gelar Sarjana ekonomi pada Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 14 September 2009
Tim Penguji Ujian Komprehensif
Indoyama Nasarudin, SE, M.AB Ketua
Suhendra,S.Ag, MM Sekretaris
\ Pof. Dr. Ahmad Rodoni Penguji Ahli
ANALISIS PENGARUH PENDAPATAN MURABAHAH, MUDHARABAH DAN MUSYARAKAH TERHADAP PROFITABILITAS BANK
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Sebagai Syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh
MUHAMAD ZIQRI NIM 104081002543
Dibawah Bimbingan
Pembimbing I
Pembimbing II
Prof. Dr. Ahmad Rodoni
Aminuddin, SH, MAg
NIP. 150 317 955
NIP . 150 062 554
JURUSAN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2009
i
Hari ini kamis tanggal 21 Januari tahun dua ribu sepuluh telah dilakukan Ujian Skripsi atas nama Muhamad Ziqri dengan NIM : 104081002543 dengan judul “ANALISIS PENGARUH PENDAPATAN MURABAHAH, MUDHARABAH DAN MUSYARAKAH TERHADAP PROFITABILITAS BANK”. Memperhatikan kemammpuan keilmuan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta 21 Januari 2010
Tim Penguji Ujian Skripsi
Aminuddin, SH.M.ag Sekretaris
Prof. Dr. Ahmad Rodoni Ketua
Prof. Dr. Abdul Hamid, MS Penguji Ahli
ii
Hari ini Senin Tanggal Empat Belas September Dua Ribu Delapan telah dilakukan Ujian Komprehensif atas nama Muhamad Ziqri, NIM : 104081002543, dengan judul skripsi “Analisis Pengaruh Pendapatan Murabahah, Mudharabah, Dan Musyarakah Terhadap Profitabilitas Bank”. Memperhatikan kemampuan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi imi sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat utuk memperoleh gelar Sarjana ekonomi pada Jurusan Manajemen Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 14 September 2009
Tim Penguji Ujian Komprehensif
Indoyama Nasarudin, SE, M.AB
Suhendra,S.Ag, MM
Ketua
Sekretaris
Pof. Dr. Ahmad Rodoni Penguji Ahli
iii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. Identitas Pribadi : MUHAMAD ZIQRI
Nama
Tempat & Tgl Lahir : JAKARTA, 03 FEBRUARI 1986 : LENTENG AGUNG 006/06 Gg. FILLAR,
Alamat
KEL. LENTENG AGUNG, KEC. JAGAKARSA JAKARTA SELATAN (12610) Handphone
: 08567660266 (021) 78883933
Jenis Kelamin
: LAKI-LAKI
Agama
: ISLAM
Motto Hidup
: “HIDUP MULIA ATAU MATI SYAHID”
II. Pendidikan MI AL-ISLAMIYAH JAKARTA
: 1992 - 1998
MTS AL-MUKHLISHIN BOGOR
: 1998 - 2001
MAN 7 JAKARTA
: 2001 - 2004
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
: 2004 - 2009
III. Pengalaman Organisasi 1998-2000
: Ketua Osis MTS Al-Mukhlisin
2002-2003
: Paskibra
2004-2006
: Wakil ketua IRMAZIR
iv
ABSTRACT
The objective of the research is to analyze empirical data about the influence of Murabahah, Mudharabah and Musyarakah towards Profitability (ROE) simultaneously.Sample of the research was taken from all of the population of BUS (Bank Umum Syariah / Sharia Commercial Bank) and listed in Bank of Indonesia (BI) from 2005 to 2008 period.The statistical method employed in this research is Multiple-Regression test. Based on the cultivation of data, the result indicates that there is a significant influence of Mudharabah upon Profitability (ROE), whereas both Murabahah and Musyarakah do not influence upon Profitability (ROE) significantly. Keywords: Murabahah, Mudharabah, Musyarakah and Profitabilty (ROE)
v
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis Murabahah, Mudharabah dan Musyarakah secara simultan terhadap Profitabilitas (ROE).Sampel yang digunakan dari populasi terdaftar di bank sentral (BI) dari tahun 2005 sampai dengan 2008. Metode statistik yang digunakan adalah metode Regresi berganda.Hasil statistik menunjukkan bahwa Mudharabah mempengaruhi Profitabilitas (ROE) secara signifikan. Murabahah dan Musyarakah tidak mempengaruhi Profitabilitas (ROE) secara signifikan. Kata kunci :
Murabahah, Mudharabah, Musyarakah dan Profitabilitas (ROE)
vi
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT dengan rahmatnya telah dapat menyelesaikan skripsi ini sesuai dengan harapan. Dan tak lupa kita panjatkan shalawat serta salam kepada junjungan nabi kita Muhammad SAW beserta keluarga dan para sahabatnya yang telah menunjukkan jalan yang benar kepada umat manusia dan selalu berada di jalan Allah SWT. Skripsi ini berjudul “Analisis Pengaruh Murabahah, Mudharabah, dan Musyarakah terhadap Profitabilitas Bank” Penulisan skripsi ini masih banyak kekurangan dan masih jauh dari sempurna sehingga perlu saran, kritik, pendapat yang membangun agar skripsi ini menjadi lebih baik dan dapat berguna bagi pembaca. Penyusunan skripsi ini berhasil sesuai dengan waktu yang diharapkan sehingga perlu perbaikan-perbaikan. Skripsi ini merupakan tugas akhir yang dilakukan oleh Mahasiswa untuk memperoleh gelar sarjana. Untuk menyusun skripsi ini memiliki banyak kendala namun skripsi ini berhasil terlaksana. Oleh karena itu, ucapan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan dukungan guna menyelesaikan skripsi ini di antaranya : 1. Kedua Orang Tua yang telah memberikan dukungan moral, spiritual, maupun material untuk menjalankan skripsi ini. 2. Bpk Prof Dr. Abdul Hamid, MS selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negari Syarif Hidayatullah. 3. Bpk Indoyama Nasarrudin, SE, MAB selaku ketua jurusan manajemen Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negari Syarif Hidayatullah 4. Bpk Prof Dr. Ahmad Rodoni, MM selaku Pembantu Dekan Bid Akademik Sekaligus sebagai pembimbing I yang telah memberikan saran, petunjuk, ilmu pengetahuan, wawasan sehingga terselesaikan skripsi ini. 5. Bpk Aminuddin SH, M.Ag., selaku pembimbing II yang memberikan bimbingan baik saran dan petunjuk dalam penyusunan skripsi ini.
vii
6. Seluruh dosen Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial yang telah memberikan ilmunya dan wawasan kepada penulis. Dan staf-staf bagian Akademik, Staf keuangan, staf jurusan dan staf perpustakaan yang selalu melayani mahasiswa. 7. Terima kasih kepada rekan-rekan yang memberikan informasi dalam menyelesaikan skripsi ini. Special thanks to Purwo Yudo Wibowo, SE. 8. Elyza Martiarini, S.Pd dan keluarga, yang tak henti-hentinya mendorong semangat dan menjadi inspirasi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. Semoga diberikan balasan baik di dunia maupun di akhirat serta dibukakan jalan yang baik di setiap langkahnya. Penulis
menyadari kekurangan sehingga saran dan kritik
yang
membangun guna memperbaiki skripsi ini.
Jakarta, Desember 2009
Penulis
viii
DAFTAR ISI Lembar Pengesahan Skripsi.......................................................................
i
Lembar Bukti Ujian skripsi........................................................................
ii
Lembar Bukti Ujian Komprehensif...........................................................
iii
Daftar Riwayat Hidup .............................................................................
iv
Abstract ..................................................................................................
v
Abstrak ...................................................................................................
vi
Kata Pengantar .......................................................................................
vii
Daftar Isi.................................................................................................
ix
Daftar Tabel............................................................................................
xi
Daftar gambar.............................................................................................
xii
BAB I
BAB II
BAB III
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...................................................
1
B. Batasan Masalah ..............................................................
8
C. Perumusan Masalah .........................................................
8
D. Tujuan Penelitian ............................................................
8
E. Manfaat Penelitian ..........................................................
8
TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori ................................................................
10
B. Murabahah.......................................................................
20
C. Mudhrabahah ...................................................................
24
D. Musyarakah .....................................................................
31
E. Pengertian Pendapatan .....................................................
38
F. Pengertian Propitabilitas ..................................................
45
G. Kerangka Pemikiran ........................................................
49
H. Penelitian Terdahulu ........................................................
50
METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup penelitian ................................................
50
ix
BAB IV
BAB V
B. Metode Penentuan Sampel ...............................................
50
C. Pengumpulan Data ...........................................................
51
D. Metode Analisis ...............................................................
52
1. Analisis Statistik ........................................................
52
a. Uji F.....................................................................
52
b. Uji T ....................................................................
52
c. Uji Koefisien determinasi .....................................
53
2. Analisis asumsi Klasik ...............................................
53
a. Uji Normalitas Data .............................................
53
b. Uji Autokolerasi ...................................................
54
c. Uji Multikolineritas ..............................................
56
d. Uji Heteroskedastisitas .........................................
56
3. Analisis Regresi Berganda .........................................
57
E. Operasional Variabel .......................................................
58
PEMBAHASAN A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian......................
60
B. Pengolahan dan Analisis Deskriptif..................................
67
C. Uji Asumsi Klasik ...........................................................
75
1. Uji Normalitas Data ...................................................
75
2. Uji Multikolinearitas ..................................................
76
3. Uji Autokorelasi.........................................................
77
4. Uji Heteroskedastisitas ...............................................
78
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan......................................................................
85
B. Implikasi..........................................................................
86
C. Saran ...............................................................................
86
DAFTAR PUSTAKA................................................................................
xiii
Lampiran-lampiran
x
DAFTAR TABEL
NO
Keterangan
Halaman
4.I
ROE ...............................................................................................70
4.2
Murabahah .....................................................................................73
4.3
Mudharabah....................................................................................75
4.4
Musyarakah....................................................................................76
4.5
Hasil Uji Multikolineraitas.............................................................79
4.6
Hasil Uji Autokorelasi...................................................................80
4.7
Anova (Uji F).................................................................................82
4.8
Coefficient (Uji t)..........................................................................83
4.9
Uji Koofisien determinasi...............................................................84
xi
DAFTAR GAMBAR
NO
Keterangan
2.1
kerangka Pemikiran 48
4.1
Grafik Uji Normalitas Data 78
4.2
Grafik Uji Heterokedastisitas 81
Halaman
xii
ABSTRACT
The objective of the research is to obtain empirical data about the influence of Murabahah, Mudharabah and Musyarakah towards Profitability (ROE) either partially and simultaneously. Sample of the research was taken from all of the population of BUS (Bank Umum Syariah / Sharia Commercial Bank) and listed in Bank of Indonesia (BI) from 2005 to 2008 period. The statistical method employed in this research is two-stage least regression, Ttest, Ftest and Coefficient of Determination. Based on the cultivation of data, the result indicates that there is a significant influence of Mudharabah upon Profitability (ROE), whereas both Murabahah and Musyarakah do not influence upon Profitability (ROE) significantly.
DAFTAR ISI
BAB I
BAB II
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...................................................
1
B. Identifikasi Masalah.........................................................
7
C. Batasan Masalah ..............................................................
8
D. Perumusan Masalah .........................................................
8
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian .........................................
8
TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori ................................................................
10
1. Pengertian Bank Syariah ............................................
10
2. Fungsi Bank Syariah ..................................................
12
3. Produk-Produk Bank Syariah .....................................
12
4. Karakteristik dan Persyaratan Transaksi Perbankan Syariah .....................................................
19
B. Murabahah.......................................................................
20
C. Mudhrabahah ...................................................................
24
D. Musyarakah .....................................................................
31
E. Pengertian Pendapatan .....................................................
38
F. Pengertian Propitabilitas ..................................................
45
G. Kerangka Pemikiran ........................................................
49
i
BAB III
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup penelitian ................................................
50
B. Metode Penentuan Sampel ...............................................
50
C. Pengumpulan Data ...........................................................
51
D. Metode Analisis ...............................................................
52
1. Analisis Statistik ........................................................
52
a. Uji F.....................................................................
52
b. Uji T ....................................................................
52
c. Uji Koefisien determinasi .....................................
53
2. Analisis asumsi Klasik ...............................................
53
a. Uji Normalitas Data .............................................
53
b. Uji Autokolerasi ...................................................
54
c. Uji Multikolineritas ..............................................
56
d. Uji Heteroskedastisitas .........................................
56
3. Analisis Regresi Berganda .........................................
57
E. Operasional Variabel .......................................................
58
PEMBAHASAN A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ......................
60
1. Sejarah Singkat Bank Muamalat.................................
60
2. Sejarah Singkat Bank Syariah Mandiri .......................
63
B. Pengolahan dan Analisis Deskriptif..................................
67
1. Pengolahan Data ........................................................
67
ii
BAB V
2. Analisis Deskriptif Variabel .......................................
68
C. Uji Asumsi Klasik ...........................................................
75
1. Uji Normalitas Data ...................................................
75
2. Uji Multikolinearitas ..................................................
76
3. Uji Autokorelasi.........................................................
77
4. Uji Heteroskedastisitas ...............................................
78
KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan......................................................................
85
B. Implikasi..........................................................................
86
C. Saran ...............................................................................
86
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Tidak dapat disangkal bahwa uang merupakan alat yang sangat penting bagi kebutuhan manusia. Saat ini lembaga-lembaga keuangan sengaja berdiri agar dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan manusia (Human Needs). Bank merupakan lembaga keuangan yang berfungsi sebagai Intermediary, artinya bank sebagai lembaga keuangan berfungsi sebagai perantara antara pihak yang mempunyai kelebihan dana (kreditur) dengan pihak yang membutuhkan dana (debitur). Kita ketahui di Indonesia terdapat dua jenis bank ditinjau dari prinsipnya. Yang pertama adalah bank konvensional. Bank konvensional adalah
bank
yang
menghimpun
dana
dari
masyarakat
serta
menyalurkannya kepada pihak-pihak kekurangan dana dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Yang kedua adalah bank syariah. Bank syariah adalah bank yang menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kepada pihak-pihak kekurangan dana dalam rangka mensejahterakan rakyat dan berdasarkan prinsip-prinsip syariat Islam. Jika dicermati dari pengertian kedua macam bank di atas, sekilas tidak ada perbedaan dalam tujuannya, namun walaupun keduanya diregulasi oleh Bank Indonesia, prinsip yang membedakan kedua bank tersebut.
1
2
Bank konvensional dalam menjalankan aktivitasnya memakai bunga sebagai pendapatan dalam memperoleh keuntungan. Bunga dalam bank konvensional didapat dari pendapatan bank yang disebut interest margin. Pada pemberian kredit yang dilakukan bank konvensional, unsur bunga sangat berperan penting. Dengan demikian bahwa bunga dalam bank konvensional diakui sebagai pendapatan bank konvensional. Tetapi, tingkat suku bunga yang fluktuatif kadang-kadang menjadi masalah di bank konvensional dalam memberikan atau mengajukan persentase bunga dari pemberian kredit yang dilakukan. Krisis yang melanda dunia perbankan Indonesia sejak tahun 1997 telah menyadarkan semua pihak bahwa perbankan dengan sistem konvensional
bukan
merupakan
satu-satunya
sistem
yang
dapat
diandalkan, tetapi ada sistem perbankan lain yang lebih tangguh karena menawarkan prinsip keadilan dan keterbukaan, yaitu Perbankan Syariah. Perbankan Syariah mempunyai prinsip bagi hasil yang berbeda dengan perbankan konvensional, yang ternyata lebih tangguh dan terbukti mampu bertahan pada saat krisis moneter. Bahkan, sistem perbankan syariah saat ini lebih berkembang dan menjadi alternatif menarik bagi kalangan pengusaha sebagai pelaku bisnis, akademisi sebagai penyedia sumber daya manusia dan masyarakat sebagai pengguna jasa perbankan. Bank berdasarkan prinsip syariah atau bank syariah atau bank Islam, seperti halnya konvensional, juga berfungsi sebagai suatu lembaga intermediasi (Intermediary institution), yaitu menyerap dana dari
3
masyarakat dan menyalurkan kembali dana-dana tersebut kepada masyarakat yang membutuhkannya dalam bentuk fasilitas pembiayaan. Bedanya hanyalah bahwa bank syariah melakukan kegiatan usahanya tidak berdasarkan bunga tetapi berdasarkan prinsip syariah, yaitu prinsip pembagian keuntungan (Profit lost sharing principle). Di Indonesia yang mayoritas penduduknya adalah muslim, telah muncul pula kebutuhan akan adanya bank yang melakukan kegiatan berdasarkan prinsip syariah. Keinginan ini kemudian ditampung dengan dikeluarkannya Undang-undang No. 7 Tahun 1992 sekalipun belum dengan istilah yang tegas, tetapi baru dimunculkan dengan memakai istilah “bagi hasil”. Baru setelah Undang-undang No. 7 Tahun 1992 itu diubah dengan Undang-undang No. 10 Tahun 1998, istilah yang dipakai lebih terbuka. Dalam Undang-undang No. 10 Tahun 1998 disebut dengan tegas istilah “prinsip syariah” bank berdasarkan prinsip syariah. Karena operasinya berpedoman ketentuan-ketentuan Syariah Islam, karenanya bank Islam disebut pula “Bank Syariah”. Berdasarkan Undang-undang No. 10 Tahun 1998, bank dalam melakukan kegiatannya tidak hanya memperhatikan prinsip syariah saja tetapi juga harus memperhatikan rambu-rambu ketentuan Bank Indonesia (BI) atas terjadinya usaha yang dilakukan oleh bank. Penetapan ramburambu ketentuan dari BI bertujuan agar bank sebagai financial intermediary institution yang melakukan kegiatan usaha pembiayaannya harus selalu dalam keadaan baik.
4
Seperti Bank Konvensional, Bank Syariah juga memberikan jasajasa pembiayaan. Jasa-jasa pembiayaan yang diberikan Bank Syariah jauh lebih beragam daripada jasa-jasa pembiayaan yang dapat diberikan oleh Bank Konvensional. Mengenai jasa pembiayaan yang dapat diberikan oleh bank Islam bukan saja pembiayaan dalam bentuk apa yang disebut dalam istilah perbankan konvensional sebagai kredit, tetapi juga memberikan jasa-jasa pembiayaan yang biasanya diberikan oleh lembaga pembiayaan (multi finance company), seperti leasing, hire purchase, pembelian barang oleh nasabah bank kepada bank Islam yang bersangkutan dengan cicilan, pembelian barang oleh bank Islam kepada perusahaan manufaktur dengan pembayaran di muka, penyertaan modal (equity participation atau venture capital). Jasa-jasa perbankan Islam yang terkait dengan jasa pembiayaan yang ditawarkan oleh Bank Syariah dikemas dalam produk-produk yang ada dalam Bank Syariah, salah satunya adalah pembiayaan murabahah. Pembiayaan murabahah merupakan jasa pembiayaan dengan mengambil bentuk transaksi jual beli dengan cicilan. Sedangkan pola pelayanannya dengan memakai jenis pembelian berdasarkan pesanan. Pada perjanjian murabahah atau mark-up, bank membiayai pembelian barang atau asset yang dibutuhkan oleh nasabahnya dengan membeli barang itu dari pemasok barang dan kemudian menjualnya kepada nasabah tersebut dengan menambah suatu mark-up atau keuntungan. Dengan kata lain,
5
penjualan barang oleh bank kepada nasabah dilakukan atas dasar cost-plus profit. Selain itu mudharabah dan musyarakah merupakan instrumen yang menarik di bank syariah. Mudharabah dan musyarakah umumnya digunakan untuk kerjasama antara bank dengan para nasabahnya yang menggunakan sistem bagi hasil yang sesuai dengan ketentuan di awal akad. Para pengusaha yang ingin melakukan akad tersebut hendaknya mengetahui tentang prosedur-prosedur yang ada di dalam akad untuk menghindari dari nisbi. Mudharabah dan musyarakah yang ditawarkan bank syariah amatlah cocok dibandingkan dengan pemberian kredit yang ada di bank konvensional, karena dengan sistem profit loss sharing dan revenue sharing serta adanya ketentuan-ketentuan usaha atau managemen yang diberikan oleh bank diharapkan untuk kepuasan dan transparasi. Transparansi bagi bank syariah bersifat mutlak dan harus dilakukan. Dengan adanya transparansi yang benar-benar transparan diharapkan akan semakin meningkatkan kepercayaan nasabah. Salah satu implementasi transparansi dalam operasional bank syariah adalah pembuatan laporan bagi hasil kepada semua deposan secara rutin setiap bulan. Dalam laporan bagi hasil antara lain dilaporkan berapa jumlah pendapatan yang diterima bank dalam satu bulan, yang akhirnya akan berpengaruh terhadap berapa nominal hasil investasi yang akan diterima deposan.
6
Dalam
laporan
bagi
hasil,
pengertian pendapatan adalah
pendapatan riil, yaitu pendapatan yang benar-benar secara tunai telah diterima bank dari hasil penanaman dalam aktiva produktif, baik yang berupa pendapatan margin, pendapatan nisbah, maupun pendapatan sewa. Seperti yang diketahui, bahwa aktiva produktif bank syariah secara garis besar ada tiga macam, yaitu piutang yang akan menghasilkan margin, pembiayaan yang akan menghasilkan bagi hasil dan ijarah yang akan menghasilkan pendapatan sewa. PSAK 59 tentang akuntansi perbankan syariah yang dalam pelaksanaannya diperjelas dengan Pedoman Akuntansi Perbankan Syariah (PAPSI), dalam beberapa paragraf yang mengatur metode pengakuan pendapatan menyatakan bahwa pengakuan pendapatan atas aktiva produktif yang performing menggunakan accrual basis. Accrual basis merupakan salah satu metode pengakuan pendapatan yang akan mengakui adanya pendapatan dalam periode timbulnya hak meskipun nasabah pada kenyataannya pada periode yang dimaksud belum melakukan pembayaran. Metode accrual basis diterapkan untuk pengakuan pendapatan atas aktiva produktif yang performing, yaitu aktiva produktif yang mempunyai kualitas lancar dan dalam perhatian khusus. Sedangkan untuk aktiva produktif non performing, yaitu aktiva produktif dengan kualitas kurang lancar, diragukan, dan macet diterapkan metode cash basis. Penerapan metode accrual basis dalam pengakuan pendapatan atas aktiva produktif yang performing akan mengakibatkan timbulnya
7
perbedaan jumlah pendapatan yang tercantum dalam pelaporan keuangan. Dalam hal ini adalah laporan laba rugi dengan pendapatan yang tercantum dalam laporan bagi hasil yang dimaksud dengan pendapatan adalah pendapatan yang benar-benar secara cash diterima oleh pihak bank. Sedangkan pendapatan yang tercantum dalam laporan laba rugi mencakup baik pendapatan yang secara cash telah diterima oleh bank maupun pendapatan yang timbul karena adanya proses akrual. Oleh karena itu, tingginya minat nasabah untuk melakukan akad murabahah, mudharabah dan musyarakah di bank syariah, tentunya akan memberikan kontribusi yang besar bagi pendapatan bank syariah. Dari pendapatan-pendapatan tersebut kiranya bank dapat mengetahui seberapa besar profit yang dihasilkan bank syariah. Berdasarkan dari permasalahan tersebut, timbul keinginan penulis dalam menyusun sebuah skripsi yang berjudul “ANALISIS PENGARUH PENDAPATAN
MURABAHAH,
MUDHARABAH
DAN
MUSYARAKAH TERHADAP PROFITABILITAS BANK “
B. Identifikasi Masalah 1. Apakah pendapatan Murabahah, Mudharabah dan Musyarakah dapat mempengruhi profitabilitas Bank secara parsial? 2. Bagaimana
profitabilitas
bank
atas
pendapatan
Mudharabah dan Musyarakah secara simultan?
Murabahah,
8
C. Batasan Masalah Agar dalam penyusunan dan penulisan skripsi ini terfokus pada ruang lingkup penelitian, maka penulis membatasi permasalahan pada “Analisis
Pengaruh
Pendapatan
Murabahah,
Mudharabah
dan
Musyarakah Terhadap Profitabilitas Bank”
D. Perumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut: 1. Seberapa besar profitabilitas yang dihasilkan bank dari pendapatan Murabahah, Mudharabah dan Musyarakah ? 2. Seberapa besar pengaruh pendapatan Murabahah, Mudharabah dan Musyarkah terhadap tingkat profitabilitas ?
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah diatas, maka tujuan dari penulisan skripsi ini adalah : 1. Untuk mengetahui profitabilitas yang dihasilkan dari pendapatan Murabahah, Mudharabah dan Musyarakah . 2. Untuk menganalisa pengaruh pendapatan Murabahah, Mudaharabah dan Musyarakah terhadap tingkat profitabilitas. Adapun manfaat yang ingin diberikan penulis dari skripsi ini adalah sebagai berikut:
9
1. Bagi pihak Bank, yaitu sebagai acuan dalam melaksanakan prinsip perekonomian syariah yang sesuai dengan syariat Islam serta dapat menghasilkan
profit,
khususnya
melalui
produk
Murabahah,
Mudharabah dan Musyarakah. 2. Bagi Regulator, yaitu sebagai bahan pertimbangan dalam rangka meningkatkan dunia perbankan syariah di Indonesia. 3. Bagi Akademis/Peneliti, yaitu menambah pemahaman
mengenai
perbankan syariah terutama konsep Murabahah, Mudharabah dan Musyarakah, serta dapat mengetahui seberapa besar pengaruh atau kontribusi dari pendapatan murabahah, mudharabah dan musyarakah terhadap profitabilitas bank syariah. 4. Bagi Investor, yaitu sebagai bahan acuan atau pertimbangan dalam menanamkan modal di perbankan syariah.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori 1. Pengertian Bank Syariah Di dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 Pasal 1 Perubahan atas UU No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan disebutkan bahwa yang dimaksud dengan bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Sedangkan Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan Prinsip Syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Dalam kerangka ekonomi umat Islam, istilah bank memiliki konsep sendiri yakni bank syariah, yang memiliki prinsip operasional yang berbeda dengan prinsip operasional bank konvensional. Bank Islam menurut Karnaen A. Perwataatmadja dan Syafi’i Antonio (1992:2) adalah bank yang beroperasi sesuai dengan prinsipprinsip syariah Islam yaitu bank yang tata cara beroperasinya mengikuti suruhan dan larangan yang tercantum dalam Al-Qur’an dan Hadist, yaitu menjauhi praktek-praktek yang mengandung unsur riba dan mengikuti praktek-praktek usaha yang dilakukan zaman Rasulullah SAW.
10
11
Bank syariah adalah bank yang menjual produk-produknya dengan tata cara sesuai dengan hukum Islam dan menerima imbal jasanya dalam bentuk bagi hasil (ujrah) berdasarkan akad (kesepakatan) antara bank dengan nasabah, masing-masing pihak menyediakan informasi secara lengkap dan akurat (jujur) sebelum dan setelah akad, tidak ada eksploitasi terhadap pihak lain serata tujuannya adalah mencari ridha Allah SWT. (Slamet Haryono, 2009: 81) Bank syariah adalah bank yang dalam aktivitasnya, baik penghimpun dana maupun dalam rangka penyaluran dananya memberikan dan mengenakan imbalan atas dasar prinsip syariah. Bank syariah adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa lain dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang beroperasi disesuaikan dengan prinsip-prinsip syariah. (Sudarsono, 2004: 27). Definisi lainnya menyebutkan bahwa bank Islam adalah sebuah lembaga keuangan yang berfungsi menghimpun dana untuk disalurkan kepada yang memerlukan dana bank untuk perorangan atau badan usaha guna investasi dalam usaha-usaha yang produktif dan lain-lain sesuai dengan syariat Islam tanpa menggunakan sistem bunga. (Adhim, 1998: 30) Bank syariah adalah bank yang beroperasi dengan tidak mengandalkan pada bunga, bank syariah atau biasa disebut dengan bank tanpa bunga adalah lembaga keuangan/ perbankan yang operasionalnya dan produknya dikembangkan berlandsaskan Al-qur’an dan Al- Hadits,
12
atau dengan kata lain dalam lalu lintas pembayarannya serta peredaran uang yang operasionalnya dengan prinsip syariat islam. Istilah lain yang digunakan untuk sebutan bank Islam adalah syariah, menurut Ensiklopedia Islam adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang pengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip syariat Islam. 2. Fungsi Bank Syariah Fungsi Bank Syariah secara garis besar tidak berbeda dengan bank konvensional,
yakni
sebagai
lembaga
intermediasi
(intermediary
institution) yang mengerahkan dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana-dana tersebut kepada masyarakat yang membutuhkannya dalam bentuk fasilitas pembiayaan. Perbedaan pokoknya terletak dalam jenis keuntungan yang diambil bank dari transaksi-transaksi yang dilakukannya. Bila bank konvensional mendasarkan keuntungannya dari pengambilan bunga, maka Bank syariah dari apa yang disebut sebagai imbalan, baik berupa jasa (fee-based income) maupun mark-up atau profit margin, serta bagi hasil (loss and profit sharing). 3.
Produk-Produk Bank Syariah Pada umumnya produk-produk perbankan syariah dapat dibagi
menjadi tiga bagian yaitu : a. Produk Penghimpun Dana b. Produk Penyaluran Dana
13
c. Produk Jasa a. Produk penghimpun dana Penghimpunan dana di bank syariah dapat berbentuk giro, tabungan, dan deposito. Prinsip operasional syariah yang diterapkan dalam penghimpunana dana masyarakat adalah prinsip wadi’ah dan mudharabah. 1) Prinsip wadiah Prinsip wadiah yang diterapkan adalah wadi’ah yad dhamanah berbeda dengan wadi’ah amanah. Dalam wadi’ah amanah, pada prinsipnya harta titipan tidak boleh dimanfaatkan oleh yang dititipi, sedangkan dalam wadi’ah dhamanah, pihak yang dititipi bertanggung jawab atas keutuhan harta titipan sehingga ia boleh memanfaatkan harta titipan tersebut 2) Rekening tabungan. Bank menerima simpanan dari nasabah dengan jasa penitipan dana. Bank mendapatkan izin dari nasabah untuk menggunakan dana tersebut selama mengendap di bank. Keuntungan dari penggunaan dana akan dibagi dengan nasabah yang pembagiannya telah disepakati di awal. Bank juga menjamin pembayaran kembali semua simpanan nasabah. 3) Rekening investasi umum Produk ini menggunakan prinsip Mudaharabah Mutlaqah, dimana bank bertindak sebagai mudharib dan nasabah bertindak sebagai shahibul maal.
14
4) Rekening investasi khusus Produk ini menggunakan prinsip Mudharabah Muqayyadah, dimana bank menerima pinjaman dari pemerintah atau nasabah korporasi, bentuk investasi dan pembagian keuntungan dinegosiasikan kasus per kasus. b. Produk Penyaluran Dana 1) Akad Bagi Hasil a) Mudharabah Mudharabah adalah bentuk kerjasama antara dua atau lebih pihak dimana pemilik modal (Shahibul Maal) mempercayakan sejumlah modal kepada pengelola (mudharib) dengan suatu perjanjian pembagian keuntungan. Bentuk ini menegaskan kerjasama dengan kontribusi 100% modal shahibul maal dan keahlian dari mudharib. b) Musyarakah Musyarakah adalah akad kerjasama antara kedua belah pihak atau lebih untuk melakukan usaha tertentu dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana dengan keuntungan dan risiko akan ditanggung sesuai dengan kesepakatan. Pada umumnya transaksi ini dilandasi oleh adanya keinginan para pihak yang bekerjasama untuk meningkatkan nilai asset yang mereka miliki secara bersama-sama. Semua modal disatukan untuk dijadikan modal proyek musyarakah dan dikelola bersama-sama. Setiap pemilik modal berhak turut serta dalam menetukan kebijakan usaha yang dijalankan oleh pelaksana proyek.
15
2) Akad Jual Beli a) Murabahah Yaitu kontrak jual-beli di mana bank bertindak sebagai penjual sementara nasabah sebagai pembeli. Harga jual adalah harga beli bank ditambah keuntungan. Dalam transaksi ini barang diserahkan segera setelah akad, sedangkan pembayaran dapat dilakukan secara cicil (Bitsaman Ajil) maupun sekaligus. Dalam teknis perbankan, murabahah adalah akad jual-beli antara bank selaku penyedia barang (penjual) dengan nasabah yang memesan untuk membeli barang. Bank memperoleh keuntungan dari jual-beli yang disepakati bersama. Rukun dan syarat murabahah adalah sama dengan rukun dan syarat dalam fiqih, sedangkan syarat-syarat lain seperti barang, harga dan cara pembayaran adalah sesuai dengan kebijakan bank yang bersangkutan. Harga jual bank adalah harga beli dari pemasok ditambah keuntungan
yang
disepakati
bersama.
Jadi
nasabah
mengetahui
keuntungan yang diambil oleh bank. b) Ba’i Salam Secara etimologi Salam berarti Salaf (dahulu). Bai' as salam adalah akad jual-beli suatu barang dimana harganya dibayar dengan segera, sedangkan barangnya akan diserahkan kemudian dalam jangka waktu yang disepakati. Dalam teknis perbankan syariah, salam berarti pembelian yang dilakukan oleh bank dari nasabah dengan pembayaran di muka dengan
16
jangka waktu penyerahan yang disepakati bersama. Harga yang dibayarkan dalam salam tidak boleh dalam bentuk utang melainkan dalam bentuk tunai yang dibayarkan segera. Tentu saja bank tidak bermaksud hanya melakukan salam untuk memperoleh barang. Barang itu harus dijual lagi untuk memperoleh keuntungan. c) Bai’ Istishna Bai' Istishna' adalah akad jual-beli antara pemesan/ pembeli (Mustashni') dengan produsen/ penjual (Shani') dimana barang yang akan diperjual belikan harus dibuat lebih dulu dengan kriteria yang jelas. Istishna hampir sama dengan bai' salam, bedanya hanya terletak pada cara pembayarannya. Pada salam pembayarannya harus dimuka dan segera, sedang pada istishna pembayarannya boleh di awal, di tengah atau di akhir, baik sekaligus ataupun secara bertahap. 3) Ijarah dan Ijarah wa Iqtina Yaitu kontrak jual-beli di mana bank bertidak sebagai penjual jasa sementara nasabah serbagai pembeli. c. Produk Jasa 1. Rahn Rahn adalah satu jenis transaksi tabaru', karena apa yang diberikan Rahin (pemilik barang) untuk murtahin (pemegang barang) bukan atas imbalan akan sesuatu, ia termasuk transaksi (uqud) 'ainiyah, di mana tidak dianggap sempurna kecuali bila sudah diterima 'ain al ma'qud. Dan akad
17
(transaksi) jenis ini ada lima, yaitu hibah, i'arah, ida', qard dan rahn. Tabaru' itu tidak sempurna kecuali dengan qard. Dalam teknis perbankan, akad ini dapat digunakan sebagai tambahan pada pembiayaan yang berisiko dan memerlukan jaminan tambahan. Akad ini juga dapat menjadi produk tersendiri untuk melayani kebutuhan nasabah guna keperluan yang bersifat jasa dan konsumtif, seperti pendidikan, kesehatan dan sebagainya. Bank atau lembaga keuangan tidak menarik manfaat apapun kecuali biaya pemeliharaan atau keamanan barang yang digadaikan tersebut. 2. Wakalah Wakalah adalah akad perwakilan antara dua pihak, di mana pihak pertama mewakilkan suatu urusan kepada pihak kedua untuk bertindak atas nama pihak pertama. Dalam aplikasinya pada perbankan Syariah, Wakalah biasanya diterapkan untuk penerbitan Letter of Credit (L/C) atau penerusan permintaan akan barang dalam negeri dari bank di luar negeri (L/C ekspor). Wakalah juga diterapkan untuk mentransfer dana nasabah kepada pihak lain. 3. Kafalah Istilah Kafalah adalah memasukkan tanggung jawab seseorang ke dalam tanggung jawab orang lain dalam suatu tuntutan umum, dengan kata lain menjadikan seseorang ikut bertanggung jawab atas tanggung jawab orang lain yang berkaitan dengan masalah nyawa, utang atau barang. Meskipun demikian penjamin yang ikut bertanggung jawab
18
tersebut tidak dianggap berutang, dan utang pihak yang dijamin tidak gugur dengan jaminan pihak penjamin. 4. Hawalah Hawalah adalah akad pemindahan utang/piutang suatu pihak kepada pihak lain. Dalam hal ini ada tiga pihak, yaitu pihak yang berutang (muhil atau madin), pihak yang memberi utang (muhal atau da'in) dan pihak yang menerima pemindahan (muhal 'alaih). Di pasar keuangan konvensional praktek hawalah dapat dilihat pada transaksi anjak piutang (factoring). Namun sebagaimana diuraikan di atas, kebanyakan ulama tidak memperbolehkan mengambil manfaat (imbalan) atas pemindahan utang/ piutang tersebut. 5. Ju’alah Ju'alah adalah suatu kontrak di mana pihak pertama menjanjikan imbalan tertentu kepada pihak kedua atas pelaksanaan suatu tugas/ pelayanan yang dilakukan oleh pihak kedua untuk kepentingan pihak pertama. Prinsip ini dapat diterapkan oleh bank dalam menawarkan berbagai pelayanan dengan mengambil fee dari nasabah, seperti Referensi Bank, Informasi Usaha dan sebagainya. Prinsip ini juga digunakan oleh Bank Indonesia dalam Sertifikat Bank Indonesia Syariah (SBIS) Prinsip ini digunakan oleh bank dalam menwarkan jasa dengan fee sebagian dari imbalannya.
19
6. Qard Al- Hasan Yaitu pinjaman dana bank kepada pihak yang layak untuk mendapatkannya. Bank sama sekali dilarang untuk menerima manfaat apapun. 7. Sharf Sharf adalah transaksi pertukaran antara emas dengan perak atau pertukaran valuta asing, di mana mata uang asing dipertukarkan dengan mata uang domestik atau dengan mata uang asing lainnya. 4. Karakteristik dan persyaratan transaksi perbankan syariah a. Transaksi hanya dilakukan berdasarkan prinsip saling paham dan saling ridha b. Prinsip kebebasan bertransaksi diakui sepanjang objeknya halal dan baik (Thayyib) c. Uang hanya berfungsi sebagi alat tukar dan satuan pengukur nilai, bukan sebagai komoditas d. Tidak mengandung unsur riba, kezaliman, maysir, gharar, haram e. Tidak mengandung prinsip nilai waktu dari uang (time value of money), karena keuntungan yang didapat dalam kegiatan usaha terkait dengan risiko yang melekat pada kegiatan usaha tersebut sesuai dengan prinsip Al-ghunmu bil ghurmi (no gain without accompanying risk) f. Transaksi dilakukan berdasarkan suatu perjanjian yang jelas dan benar, untuk keuntungan semua pihak tanpa merugikan pihak lain, tidak diperkenankan menggunakan standar ganda harga untuk satu akad,
20
tidak menggunakan dua transaksi bersamaan yang berkaitan (Ta’alluq) dalam satu akad. g. Tidak ada distorsi harga melalui rekayasa permintaan (najasy), dan rekayasa penawaran (ikhtiar), h. Tidak mengandung unsur kolusi dengan suap menyuap (risywah) i. Transaksi syariah dapat berupa aktivitas bisnis yang bersifat komersial maupun akitivitas sosial yang bersifat nonkomersial j. Transaksi syariah komersial dilakukan antara lain berupa 1). Investasi untuk mendapatkan bagi hasil 2). Jual beli untuk mendapatkan laba 3). Pemberian layanan jasa untuk mendapatkan imbalan.
B. Murabahah Murabahah adalah kesepakatan untuk transaksi jual beli antara bank sebagai penjual dan nasabah sebagai pembeli terhadap barang sebesar harga perolehan ditambah keuntungan (margin) yang disepakati dan dengan informasi yang lengkap dan transparan (jujur) diantara dua pihak. (Slamet Haryono, 2009:84) Murabahah adalah jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati. Dalam murabahah, penjual harus memberi tahu harga produk yang ia beli dan menentukan suatu tingkat keuntungan sebagi tambahannya. (Syafi’i Antonio, 2002:101)
21
Murabahah berasal dari kata Ribhu (keuntungan) adalah transaksi jual beli di mana bank menyebut jumlah keuntungannya, bank bertindak sebagai penjual, sementara nasabah sebagai pembeli. Harga jual adalah harga beli bank dari pemasok ditambah keuntungan.kedua pihak harus menyepakati harga jual dan jangka waku pembayaran, harga jual dicantumkan dalam akad jual beli dan jika telah disepakati tidak dapat berubah selama berlakunya akad. (Ahmad Rodoni, 2006: 31) Murabahah Yaitu kontrak jual-beli di mana bank bertindak sebagai penjual sementara nasabah sebagai pembeli. Harga jual adalah harga beli bank di tambah keuntungan. Dalam transaksi ini barang diserahkan segera setelah akad, sedangkan pembayaran dapat dilakukan secara cicil (bitsaman ajil) maupun sekaligus. Murabahah adalah perjanjian jual-beli antara bank dengan nasabah. Bank syariah membeli barang yang diperlukan nasabah kemudian menjualnya kepada nasabah yang bersangkutan sebesar harga perolehan ditambah dengan margin keuntungan yang disepakati antara bank syariah dan nasabah. Murabahah, dalam konotasi Islam pada dasarnya berarti penjualan. Satu hal yang membedakannya dengan cara penjualan yang lain adalah bahwa penjual dalam murabahah secara jelas memberi tahu kepada pembeli berapa nilai pokok barang tersebut dan berapa besar keuntungan yang dibebankannya pada nilai tersebut. Keuntungan tersebut bisa berupa lumpsum atau berdasarkan persentase. Jika seseorang melakukan penjualan
22
komoditi/ barang dengan harga lumpsum tanpa memberi tahu berapa nilai pokoknya, maka bukan termasuk murabahah, walaupun ia juga mengambil keuntungan dari penjualan tersebut. Murabahah Adalah suatu perjanjian yang disepakati antara Bank Syariah dengan nasabah, dimana Bank menyediakan pembiayaan untuk pembelian bahan baku atau modal kerja lainnya yang dibutuhkan nasabah, yang akan dibayar kembali oleh nasabah sebesar harga jual bank (harga beli bank + margin keuntungan) pada waktu yang ditetapkan. Pembiayaan Murabahah dalam istilah fiqih ialah akad jual beli atas barang tertentu. Dalam transaksi jual beli tersebut, penjual menyebutkan dengan jelas barang yang diperjual belikan termasuk harga pembelian dan keuntungan yang diambil . Murabahah dalam teknis perbankan adalah akad jual beli antara bank selaku penyedia bank dengan nasabah yang memesan untuk membeli barang. a. Landasan Syariah Al-qur’an Surat Al-baqarah 275 Artinya : …”Allah telah menghalalkan Jual beli dan mengharamkan riba…”
Hadits Dari Suhaib ar-Rumi R.A. bahwa rasulullah SAW. Bersabda “Tiga hal yang di dalamnya terdapat keberkahan : jual beli secara tangguh,
23
Muqaradhah (Mudharabah), dan mencapur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah, bukan untuk dijual’ (HR Ibnu Majah) b. Syarat-syarat Murabahah 1) Penjual memberi tahu biaya modal kepada nasabah 2) Kontrak pertama harus sah sesuai dengan rukun yang ditetapkan 3) Kontrak harus bebas dari riba 4) Penjual harus menjelaskan kepada pembeli bila terjadi cacat atas barang sesudah pembelian. 5) Penjual harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara utang. c. Rukun-rukun Murabahah 1) Penjual 2) Pembeli 3) Barang yang diperjual-belikan 4) Harga dan 5) Ijab-qabul d. Teknis Perbankan Dalam teknis perbankan Murabahah dilakukan jika nasabah ingin membeli barang yang di inginkan kemudian bank membeli barang tersebut dari suplier. Setelah barang tersebut cocok, terjadilah akad muarabahah dengan kesepakatan margin yang telah disepakati. Berikut skema Murabahah dalam perbankan syariah.
24
Murabahah
C. `Mudharabah (Adiwarman Karim 2004:12) yang dimaksud dengan mudharabah adalah akad yang telah dikenal oleh umat muslim sejak zaman nabi bahkan telah dipraktekkan oleh bangsa arab sebelum Islam. Ketika nabi Muhammad berprofesi sebagai pedagang, ia melakukan akad Mudharabah dengan khadijah. Dengan demikian ditinjau dari segi hukum Islam, maka praktek Mudharabah ini diperbolehkan, baik menurut Al-Qur’an ,AsSunnah mapun Ijma’. Dalam buku yang berjudul Bank Dan Lembaga keuangan Lainnya, karangan professor Ahmad Rodoni menerjemahkan mudharabah adalah bentuk kerjasama antara dua pihak atau lebih dimana pemilik modal (shahibul Maal) mempercayakan sejumlah modal kepada pengelola (Mudharib) dengan suatu perjanjian keuntungan. Selanjutnya transaksi ini
25
tidak mensyaratkan adanya wakil shahibul maal dalam manajemen proyek sebagai orang kepercayaan, mudharib harus bertindak berhati-hati dan bertanggung jawab untuk setiap kerugian yang terjadi akibat kelalaian. Sedangkan sebagai wakil shahibul maal dia diharapkan untuk mengelola modal dengan cara tertentu untuk menciptakan laba optimal. Mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak, dimana pihak pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh modalnya (100%), sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola (mudharib). Mudharabah juga dapat diartikan bentuk kerjasama antara dua orang atau lebih dimana pemilik modal (shahibul maal) mempercayakan sejumlah modal kepada pengelola (mudharib) dengan suatu perjanjian pembagian keuntungan. Mudharabah bersal dari kata Dharb, berarti memukul atau berjalan. Pengertian memukul atau berjalan ini lebih tepatnya adalah proses seorang memukulkan kakinya dalam menjalankan usaha. Secara teknis, almudharabah adalah akad kerja sama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama (shahibul maal) menyediakan suluruh (100%) modal, sedangkan pihak lainya menjadi pengelola. Keuntangan usaha secara mudharabah dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, bukan akibat si pengelola. Seandainya kerugian itu diakibatkan karena kecurangan atau kelalaian si pengelola, si pengelola harus bertanggung jawab atas kerugian tersebut.
26
a. Landasan Syariah Secara
umum
landasan
dasar
syariah
mudharabah
lebih
mencerminkan anjuran untuk melakukan usaha. Hal ini tampak dalam ayat dan hadits berikut ini Allah berfirman dalam surat Al- Muzammil. ........... «!$# È≅ôÒsù ÏΒ tβθäótGö6tƒ ÇÚö‘F{$# ’Îû tβθç/ÎôØtƒ tβρãyz#uuρ ..........
(٢٠ : )ﺍﳌﺰﻣﻞ artinya “……dan orang-orang yang berjalan dimuka bumi mencari sebagian karunia Allah SWT…”( 73 : 20) Adanya kata yadribun pada ayat diatas dianggap sama dengan akar kata mudharabah yang berarti melakukan suatu perjalanan usaha. Ayat tersebut mendorong kaum muslim untuk melakukan upaya atau usaha yang telah diperintahkan Allah SWT. ............. «!$# È≅ôÒsù ÏΒ (#θäótGö/$#uρ ÇÚö‘F{$# ’Îû (#ρãϱtFΡ$$sù äο4θn=¢Á9$# ÏMuŠÅÒè% #sŒÎ*sù
(١٠ : )ﺍﳉﻤﻌﺔ “Apabila telah ditunaikan shalat maka bertebaranlah kamu di muka bumi dan carilah karunia Allah SWT…”(62:10)
(١٩٨ : )ﺍﻟﺒﻘﺮﺓ.......... 4 öΝà6În/§‘ ÏiΒ WξôÒsù (#θäótGö;s? βr& îy$oΨã_ öΝà6ø‹n=tã }§øŠs9 “Tiada ada dosa (halangan) bagi kamu untuk mencari karunia Tuhanmu…”(2: 198) Surah al-jum’ah:10 dan al-baqarah: 198 sama-sama mendorong kaum muslimin untuk melakukan upaya perjalanan usaha
27
Hadits nabi Muhammad SAW yang artinya “ diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa Abbas bin Abdul Muthalib jika memberikan dana ke mitra usahanya secara mudharabah mensyaratkan agar dananya tidak dibawa mengarungi lautan, menuruni lembah yang berbahaya, atau membeli ternak,
jika
menyalahi peraturan tersebut
maka
yang
bersangkutan bertanggung jawab atas dana tersebut. Disampaikan syaratsyarat
tersebut
kepada
Rasulullah
SAW.
Dan
Rasulullah
pun
memperbolehkannya “ (HR Tabrani). Sementara hadits nabi Muhammad SAW. bersabda , dalam hadits kudsi yang diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah SAW telah bersabda “ Allah SWT telah berfirman saya menyertai dua pihak yang sedang berkongsi selama salah satu dari keduanya tidak mengkhianati yang lainnya, seandainya berkhianat maka saya keluar dari penyertaan tersebut (HR. Abu Daud, Subulussalam 3/21) b. Jenis-jenis Mudharabah Secara umum, mudharabah terbagi menjadi dua jenis yakni mudharabah mutlaqah dan mudharabah muqayyadah. 1) Mudharabah Mutlaqah Mudharabah Mutlaqah adalah bentuk kerjasama antara pemilik modal (shahibul maal) dan pengelola (mudahrib) yang cakupannya sangat luas dan tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu, dan daerah bisnis. Dalam pembahasan fiqih ulama salafus saleh seringkali
28
dicontohkan dengan ungkapan if’al ma Syi’ta (lakukan sesukamu) dari shahibul maal ke mudharib yang memberi kekuasaan sangat besar. 2) Mudaharabah Muqayyadah Mudarabah Muqayyadah adalah kebalikan dari mudharabah Mutlaqah. Si Mudharib dibatasi dengan batasan jenis usaha, waktu, atau tempat usaha.
Adanya
pembatasan
ini seringkali mencerminkan
kecenderungan umum si Shahibul maal dalam memasuki jenis dunia usaha. Adapaun dari sisi pembiayaan, mudharabah biasanya diterapkan untuk bidang-bidang berikut. a) Pembiayaan modal kerja, seperti modal kerja perdagangan dan jasa. b) Investasi khusus disebut juga mudaharabah muqayyadah, yaitu sumber invesatsi yang khusus dengan penyaluran yang khusus pula dengan syarat-syarat yang telah ditetapkan oleh shahibul maal. Mudharabah dan kaitannya dengan dunia perbankan biasanya diterapkan pada produk-produk pembiayaan dan pendanaan. c. Rukun-rukun Mudharabah 4 rukun dalam akad Mudharabah adalah : 1) Pelaku ( pemilik modal dan pelaksana usaha) Jelaslah bahwa rukun akad mudharabah sama dengan rukun akad jual beli. Dalam mudharabah harus ada minimal dua pelaku. Pihak pertama bertindak sebagai pemilik modal ( Shahibul Maal), sedangkan
29
pihak kedua bertindak sebagai pelaksana usaha (Mudharib atau A’mil). Tanpa dua pelaku ini, maka akad mudharabah tidak ada. 2) Objek Mudharabah ( modal dan kerja) Objek mudharabah merupakan konsekuensi logis dari tindakan yang dilakukan oleh para pelaku. Pemilik modal menyerahkan modal sebagai objek mudharabah dan pelaksana usaha menyerahkan modalnya juga sebai objek mudharabah. Adapun modal yang diserahkan berbentuk uang atau barang yang telah dirinci berapa harganya. Sedangkan kerja yang diserahkan bisa berbentuk keahlian, keterampilan, selling skill, management skill, dan lain-lain. Tanpa dua objek ini akad mudharabah pun tidak sah. Para fuqaha sebetulnya tidak membolehkan modal mudharabah berbentuk barang. Ia harus uang tunai karena barang tidak dapat dipastikan taksiran harganya dan mengakibatkan ketidakpastian (gharar) besarnya modal mudharabah (Al-Kasani, Al-Badai’, vol.6, hal 82) namun para ulama mazhab hanafi memperbolehkannya dan nilai barang yang dijadikan setoran modal harus disepakati pada saat akad oleh Mudharib dan shahibul maal ( Ibnu Qudamah, Al-mughni, vol.5, hlm. 15.) 3) persetujuan akad kedua belah pihak ( Ijab- Qabul) Persetujuan kedua belah pihak merupakan kosekuensi dari prinsip An-Taraddin Minkum (sama-sama rela). Disini kedua belah pihak harus secara rela bersepakat untuk mengikatkan diri dalam akad mudharabah.
30
4) Nisbah Keuntungan. Nisbah keuntungan merupakan rukun mudharabah yang khas, yang tidak ada dalam akad jual beli. Nisbah ini mencerminkan imbalan yang berhak diterima oleh kedua pihak yang bermudharabah. Mudharib mendapatkan imbalan atas kerjanya , sedangkan shahibul maal mendapat imbalan atas penyertaan modalnya. Nisbah keuntungan inilah yang akan mencegah terjadinya perselisihan antara kedua belah pihak mengenai cara pembagian keuntungan. Teknis Perbankan Aplikasi mudharabah dalam dunia perbankan, bank selaku pemilik dana (Shahibul Maal) mempercayakan uangnya
kepada nasabah
(Mudharib) untuk dikelola dalam suatu usaha.Pendapatan atau keuntungan dari usaha tersebut dibagikan sesuai dengan porsi yang telah disetujui diawal akad.
31
SKEMA AL – MUDHARABAH PERJANJIAN BAGI HASIL
BANK (Shahibul Maal)
NASABAH
(Mudhorib) KEAHLIAN
MODAL 100 %
PROYEK /
USAHA
Nisbah X%
PEMBAGIAN KEUNTUNGAN
Nisbah Y% Pengambilan Modal Pokok
MODAL
D. Musyarakah Dalam fiqih muamalah Musyarakah atau (syirkah) dari segi bahasa bermakna penggabungan dua bagian atau lebih, yang tidak bisa dibedakan lagi antara satu bagian dengan bagian yang lain. Sedangkan menurut syara’ musyarakah adalah transaksi antara dua orang atau lebih, yang dua-duanya sepakat untuk melakukan kerja yang bersifat finansial dengan mencari keuntungan. (Taqiyyudin An-Nabhani, 1996:212)
32
Dalam fiqih muamalah disebutkan pula musyarakah (syirkah) berarti pencampuran, yakni bercampurnya salah satu dari dua harta dengan harta lainnya, tanpa dapat dibedakan antara keduanya.
ﺎﻬﹺﻤﻀﻌ ﺑﻦ ﻋﺍﻥﺰﺘﻳﻤ ﺚﹸ ﻻﹶﻴﺮﹺ ﺑﹺﺤ ﺑﹺﺎﻵﺧﻦﻴﺎﻟ ﺍﻟﹾﻤﺪﻠﹾﻂﹸ ﺃﹶﺣ ﺧﻼﹶﻁﹸ ﺃﹶﻱﺍﻹِﺧ Musyarakah adalah izin untuk mendayagunakan (tasharruf) harta yang dimiliki dua orang secara bersama-sama oleh keduanya, yakni keduanya
saling
mengizinkan
kepada
salah
satunya
untuk
mendayagunakan harta milik keduanya, namun masing-masing memiliki hak untuk bertasharruf. (Ad-Dasuqi, Asy-Syarh Al-Kabir Ma’a AdDasuqi, juz II. 348)
ﻦﹺﻳﻜﹶﻴ ﺮﹺ ﺍﻟﺸﻦ ﻣﺪﺍﺣﻳﺄﹾﺫﹶﻥﹶ ﻛﹸﻞﱡ ﻭ ﺃﹶﻥﹾﺎ ﺃﹶﻱﻤﻬﻔﹸﺴﺎ ﺍﹶﻧﻌﺎ ﻣﻤ ﻟﹶﻬﻑﺮﺼ ﺍﻟﺘﻲ ﺇﹺﺫﹶ ﹾﻥ ﻓﻲﻫ ﺎﻤﻬﻨﻜﹸﻞﱢ ﻣ ﻟﻑﺮﺼ ﺍﻟﺘﻖﻘﹶﺎﺀِ ﺣ ﺇﹺﺑﻊﺎ ﻣﻤﺎﻝﹴ ﻟﹶﻬ ﻣﻲ ﻓﻑﺮﺼﻳﺘ ﺃﹶﻥﹾﻲ ﻓﺒﹺﻪﺎﺣﺼﻟ Musyarakah adalah akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu dimana masing-masing pihak memberikan kontribusi dana ( atau amal/ expertise) dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan. Melalui kontrak ini, dua pihak atau lebih (termasuk bank dan lembaga keuangan bersama nasabahnya) dapat mengumpulkan modal mereka untuk membentuk sebuah perusahaan (Syirkah Al Inan) sebagai sebuah badan hukum (legal entity). Setiap pihak memiliki bagian secara proporsional sesuai dengan kontribusi modal mereka dan mempunyai hak
33
mengawasi (voting right) perusahaan sesuai dengan proporsinya. Untuk pembagian keuntungan, setiap pihak menerima bagian keuntungan secara proporsional dengan kontribusi modal masing-masing atau sesuai dengan kesepakatan yang telah ditentukan sebelumnya. Bila perusahaan merugi, maka kerugian itu juga dibebankan secara proporsional kepada masingmasing pemberi modal. Dalam teknis perbankan, Musyarakah adalah akad kerjasama antara bank dengan nasabah untuk bersama-sama membiayai suatu usaha dengan pembagian keuntungan dan risiko sesuai kesepakatan (Ani Murdiyati, Dirut BMSI). a. Landasan syariah Landasan syariah musyarakah terdapat dalam Al-Qur’an (3: 12)
(١٢ : )ﺍﻟﻨﺴﺎﺀ.............. Ï]è=›W9$# ’Îû â!%Ÿ2uà°
ôΜßγsù...........
artinya : .........“ maka mereka berserikat pada sepertiga........” Kemudian terdapat dalam surat Shaad
tÏ%©!$# āωÎ) CÙ÷èt/ 4’n?tã öΝåκÝÕ÷èt/ ‘Éóö6u‹s9 Ï!$sÜn=èƒø:$# zÏiΒ #ZÏVx. ¨βÎ)ρu ............
(٢٤ : )ﺹ................öΝèδ $¨Β ×≅‹Î=s%uρ ÏM≈ysÎ=≈¢Á9$# (#θè=Ïϑtãuρ (#θãΖtΒ#u artinya : .......“ dan sesungguhnya kebanyakan dari orang-orang ynag berserikat itu sebagian mereka berbuat zalim kepada sebagian yang lain kecuali orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh......... Kedua ayat di atas menunjukkan perkenan dan pengakuan Allah SWT akan adanya perserikatan dalam kepemilikan harta. Hanya saja
34
dalam surah An-nisa : 12 perkongsian terjadi secara otomatis (jabr karena waris, sedangkan dalam Surat Shaad : 24 terjadi atas dasar akad (ikhtiyari)
Hadits
ﻦﻳﺨ ﺎﻟﹶﻢﻦﹺ ﻣﻳﻜﹶﻴﺮﹺﺚﹸ ﺍﻟﺸﺎ ﺛﹶﺎﻟﻝﹸ ﺃﹶﻧﻳﻘﹸﻮ َ ﺇﹺﻥﱠ ﺍﷲ: ﺍﷲُ ﻗﺎﹶﻝﹶﻲﺿﺓﹶ ﺭﻳﺮﺮ ﻫ ﺃﹶﺑﹺﻲﻦﻋ ﻥﹸﺎﻭﺨﻳﺘ ﺎﻟﹶﻢﻦﹺ ﻣﻳﻜﹶﻴﺮﹺﻠﹶﻰ ﺍﻟﺸ ﺍﷲِ ﻋﻳﺪ ﻪﺒﺎﺣﺎ ﺻﻤﻫﺪﺃﹶﺣ Dikatakan dari Abu hurairah, Rasulullah SAW, bersabda , “ sesungguhnya Allah SWT berfirman, ‘ aku pihak ketiga dari dua orang yang berserikat selama salah satunya tidak mengkhianati lainnya” “(HR Abu Daud)
ﻥﹸﺎﻭﺨﻳﺘ ﺎﻟﹶﻢﻦﹺ ﻣﻳﻜﹶﻴﺮﹺﻠﹶﻰ ﺍﻟﺸ ﺍﷲِ ﻋﻳﺪ Kekuasaan Allah senantiasa berada pada dua orang yang bersekutu selama keduanya tidaklah berkhianat (HR. Bukhari dan Muslim) Hadits qudsi tersebut menunjukkan kecintaan Allah kepada hambahambanya yang melakukan perkongsian selama saling menjunjung tinggi amanat kebersamaan dan menjauhi pengkhianatan. Ijma Umat Islam sepakat bahwa musyarakah dibolehkan. Hanya saja mereka berbeda pendapat tentang jenisnya. b. Jenis-jenis Musyarakah 1) Musyarakah Amlak Musyarakah Amlak adalah dua orang atau lebih yang memiliki barang tanpa adanya akad. Musyarakah ini dibagi 2 macam :
35
2) Musyarakah Ikhtiary Musyarakah Ikhtiary adalah kerjasama yang muncul karena adanya kontrak dari dua orang yang bersekutu. 3) Musyarakah Jabar Musyarakah Jabar adalah kerjasama yang ditetapkan kepada dua orang atau lebih yang bukan didasarkan atas perbuatan keduanya. 4) Musyarakah Uqud Musyarakah Uqud merupakan bentuk transaksi yang terjadi antara dua orang atau lebih untuk bersekutu dalam harta dan keuntungannya. Musyarakah ini dibagi menjadi 5 yaitu : 1) Musyarakah Inan Musyarakah Inan adalah persekutuan antara dua orang dengan harta masing-masing. Dengan kata lain, ada dua orang yang melakukan persekutuan dengan masing-masing harta mereka untuk bersama-sama mengelola dengan kemampuannya masing-masing. Kemudian keuntungan dibagi di antara mereka. Musyarakah ini dinamakan Inan karena kedua belah pihak yang melakukan persekutuan tersebut sama-sama ikut mengelola. 2) Musyarakah Abdan Musyarakah Abdan adalah persekutuan antara dua orang untuk menerima suatu pekerjaan yang akan dikerjakan secara-bersama-sama. Kemudian keuntungan dibagi di antara keduanya dengan menetapkan persyaratan tertentu.
36
3) Musyarakah Mufawadhah Musyarakah Mufawadhah adalah persekutuan antara dua orang sebagai gabungan bentuk persekutuan yang telah disebutkan di atas. Musyarakah Mufawadhah adalah kontrak kerjasama/ persekutuan antara dua orang atau lebih. Setiap pihak memberikan suatu porsi dari keseluruhan dana dan berpartisipasi dalam kerja. (Syafi’I Antonio, 2001 :92). 4) Musyarakah Wujuh Musyarakah Wujuh adalah kontrak antara dua atau orang lebih yang memiliki reputasi dan prestise baik secara ahli dalam ambisi. Mereka membeli barang secara kredit dari suatu perusahaan dan menjual barang secara tunai. Mereka berbagi dalam keuntungan dan kerugian berdasarkan jaminan kepada penyuplai yang disediakan oleh tiap mitra. 5) Musyarakah Mudharabah Musyarakah Mudhrabah disebut juga Qiradh. Yaitu apabila pihak dengan harta melebur untuk melakukan suatu persekutuan/ kerjasama. Dengan kata lain, ada seseorang yang memberikan hartanya kepada pihak lain yang dipergunakan untuk berbisnis, dengan ketentuan bahwa keuntungan yang diperoleh akan dibagi oleh masing-masing pihak sesuai dengan kesepakatan. c. Rukun-rukun Musyarakah 1) Para Pihak
37
Dalam hal ini Bank dan pihak-pihak yang ingin menyetujui akad Musyarakah. 2) Ijab Qabul Setelah para pihak telah jelas dengan akad musyarakah, selanjutnya ijab Qabul dilakukan untuk mengikat para pihak. 3) Maal (harta/ Modal) 4) Kegiatan Usaha 5) Keuntungan/ hasil d. Teknis Perbankan Aplikasi musyarakah dalam perbankan bank dengan nasabah melakukan kesepatan kerjasama dengan memberikan masing-masing kontribusi dan pembagian keuntungan berdasarkan porsi-porsi dan telah disepakati diawl akad
38
SKEMA AL – MUSYARAKAH
Nasabah Parsial:
Bank Syariah
Asset value
Parsial
PROYEK USAHA
KEUNTUNGAN
Bagi Hasil keuntungan Sesuai porsi kontribusi Modal
E. Pengertian Pendapatan Diakui bahwa tujuan utama perusahaan itu adalah memperoleh laba, laba atau profit dapat tercapai bila diperoleh pendapatan. Pendapatan adalah hasil prestasi suatu perusahaan yang memperoleh imbalan yang pada umumnya disebut penjualan (Hadiwidjaya dan Rivai, 1989 : 139). Yang dimaksud penjualan disini adalah semua transaksi penjualan baik penjualan barang atau pendapatan barang.
39
Dari pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa pendapatan itu merupakan tukar (imbalan) nilai barang atau jasa. Nilai tukar dalam satuan uang
yang diterima
setelah dipotong dengan perhitungan
yang
menyangkut transaksi sehingga dapat dimengerti bahwa pendapatan dari suatu transaksi adalah nilai nettonya. Menurut Hadiwidjaya (1989 : 139) bank seperti bank umum bekerja dalam bidang a) Penghimpunan dana dari masyarakat b) Pemberian kredit c) Pemberian jasa lainnya. Adapun sebagai imbalan dari kegiatan bidang usaha itu bank umum swasta memperoleh beberapa pendapatan di antaranya adalah pendapatan yang diperoleh dari usaha pemberian kredit. Menurut Baridwan (1999) dalam Rina (2006 : 20 ) definisi pendapatan adalah bahwa pendapatan merupakan aliran masuk atau kenaikan lain aktiva suatu badan usaha, atau pelunasan hutang atau kombinasi dari keduanya selama satu periode yang berasal dari penyerahan atau pembuatan barang, penyerahan jasa, atau dari kegiatan lainnya yang merupakan kegiatan utama badan usaha. Pendapatan juga didefinisikan sebagai peningkatan ekuitas pemilik yang diakibatkan oleh proses penjualan barang atau jasa kepada pembeli (Niswonger, 1999 : 45)
40
Menurut Soemarso (1996) dalam Rina (2006 : 20 ) ada empat kejadian yang dapat digunakan sebagai dasar untuk menentukan saat diakuinya pendapatan, yaitu : 1) Pada saat penjualan, yaitu pendapatan diakui saat barang diserahkan kepada pembeli. 2) Pada saat pembayaran diterima, yaitu pendapatan diakui pada saat pembayaran atas penjualan telah diterima. 3) Pada saat bagian produksi diselesaikan, yaitu pendapatan diakui dan dicatat sesuai dengan bagian-bagian kontrak yang telah diselesaikan. 4) Pada saat produksi selesai, yaitu pendapatan diakui pada saat produksi telah selesai. Menurut Hasibuan (2004) pendapatan bank bersumber dari : a) Bunga kredit yang disalurkan b) Ongkos-ongkos lalu lintas pembayaran c) Penjualan buku cek, bilyet giro, dan sebagainya d) Save Deposit Box e) Komisi dan Provisi f) Call Money Market Pendapatan merupakan hasil yang diterima dari pengelolaan yang berasal dari aktivitas atau kegiatan perusahaan, tentunya pendapatan yang besar akan menghasilkan profit yang besar pula.
41
1. Prinsip margin Sistem margin yang digunakan bank syariah merupakan sistem dimana dilakukannya akad perjanjian antara bank dengan nasabahnya. Margin yang ditentukan bank hendaknya disepakati oleh nasbah. Ini dimaksudkan agar menghindari riba dan mempunyai rasa kepuasan antara bank dan nasabah. Margin bank syariah digunakan dalam melakukan akad jual beli dan jasa, seperti murabahah, isthisna, salam , hawalah, kafalah, dan lain sebagainya. 2. Prinsip bagi hasil Sistem bagi hasil merupakan sistem di mana dilakukannya perjanjian atau ikatan bersama di dalam melakukan kegiatan usaha. Di dalam usaha tersebut diperjanjikan adanya pembagian hasil atas keuntungan yang akan di dapat antara kedua belah pihak atau lebih. Bagi hasil dalam sistem perbankan syari’ah merupakan ciri khusus yang ditawarkan kapada masyarakat, dan di dalam aturan syari’ah yang berkaitan dengan pembagian hasil usaha harus ditentukan terlebih dahulu pada awal terjadinya kontrak (akad). Besarnya penentuan porsi bagi hasil antara kedua belah pihak ditentukan sesuai kesepakatan bersama, dan harus terjadi dengan adanya kerelaan (An-Tarodhin) di masing-masing pihak tanpa adanya unsur paksaan. Mekanisme perhitungan bagi hasil yang diterapkan di dalam perbankan syari’ah terdiri dari dua sistem, yaitu:
42
a) Pengertian Profit Sharing Profit
sharing
menurut
etimologi
Indonesia
adalah
bagi
keuntungan. Dalam kamus ekonomi diartikan pembagian laba. Profit secara istilah adalah perbedaan yang timbul ketika total pendapatan (total revenue) suatu perusahaan lebih besar dari biaya total (total cost). Di dalam istilah lain profit sharing adalah perhitungan bagi hasil didasarkan kepada hasil bersih dari total pendapatan setelah dikurangi dengan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan tersebut. Pada perbankan syariah istilah yang sering dipakai adalah profit and loss sharing, di mana hal ini dapat diartikan sebagai pembagian antara untung dan rugi dari pendapatan yang diterima atas hasil usaha yang telah dilakukan. Sistem profit and loss sharing dalam pelaksanaannya merupakan bentuk dari perjanjian kerjasama antara pemodal (Investor) dan pengelola modal (enterpreneur) dalam menjalankan kegiatan usaha ekonomi, dimana di antara keduanya akan terikat kontrak bahwa di dalam usaha tersebut jika mendapat keuntungan akan dibagi kedua pihak sesuai nisbah kesepakatan di awal perjanjian, dan begitu pula bila usaha mengalami kerugian akan ditanggung bersama sesuai porsi masing-masing. Kerugian bagi pemodal tidak mendapatkan kembali modal investasinya secara utuh ataupun keseluruhan, dan bagi pengelola modal tidak mendapatkan upah/ hasil dari jerih payahnya atas kerja yang telah dilakukannya.
43
Keuntungan yang didapat dari hasil usaha tersebut akan dilakukan pembagian setelah dilakukan perhitungan terlebih dahulu atas biaya-biaya yang telah dikeluarkan selama proses usaha. Keuntungan usaha dalam dunia bisnis bisa negatif, artinya usaha merugi, positif berarti ada angka lebih sisa dari pendapatan dikurangi biaya-biaya, dan nol artinya antara pendapatan dan biaya menjadi balance. Keuntungan yang dibagikan adalah keuntungan bersih (net profit) yang merupakan lebihan dari selisih atas pengurangan total cost terhadap total revenue. b) Pengertian Revenue Sharing Revenue Sharing berasal dari bahasa Inggris yang terdiri dari dua kata yaitu, revenue yang berarti; hasil, penghasilan, pendapatan. Sharing adalah bentuk kata kerja dari share yang berarti bagi atau bagian. Revenue sharing berarti pembagian hasil, penghasilan atau pendapatan. Revenue (pendapatan) dalam kamus ekonomi adalah hasil uang yang diterima oleh suatu perusahaan dari penjualan barang-barang (goods) dan jasa-jasa (services) yang dihasilkannya dari pendapatan penjualan (sales revenue). Dalam arti lain revenue merupakan besaran yang mengacu pada perkalian antara jumlah out put yang dihasilkan dari kegiatan produksi dikalikan dengan harga barang atau jasa dari suatu produksi tersebut. Di dalam revenue terdapat unsur-unsur yang terdiri dari total biaya (total cost) dan laba (profit). Laba bersih (net profit) merupakan laba kotor
44
(gross profit) dikurangi biaya distribusi penjualan, administrasi dan keuangan. Berdasarkan definisi di atas dapat di ambil kesimpulan bahwa arti revenue pada prinsip ekonomi dapat diartikan sebagai total penerimaan dari hasil usaha dalam kegiatan produksi, yang merupakan jumlah dari total pengeluaran atas barang ataupun jasa dikalikan dengan harga barang tersebut. Unsur yang terdapat di dalam revenue meliputi total harga pokok penjualan ditambah dengan total selisih dari hasil pendapatan penjualan tersebut. Tentunya di dalamnya meliputi modal (capital) ditambah dengan keuntungannya (profit). Berbeda dengan revenue di dalam arti perbankan. Yang dimaksud dengan revenue bagi bank adalah jumlah dari penghasilan bunga bank yang diterima dari penyaluran dananya atau jasa atas pinjaman maupun titipan yang diberikan oleh bank. Revenue pada perbankan Syari'ah adalah hasil yang diterima oleh bank dari penyaluran dana (investasi) ke dalam bentuk aktiva produktif, yaitu penempatan dana bank pada pihak lain. Hal ini merupakan selisih atau angka lebih dari aktiva produktif dengan hasil penerimaan bank. Perbankan Syari'ah memperkenalkan sistem pada masyarakat dengan istilah Revenue Sharing, yaitu sistem bagi hasil yang dihitung dari total pendapatan pengelolaan dana tanpa dikurangi dengan biaya pengelolaan dana.
45
Lebih jelasnya Revenue sharing dalam arti perbankan adalah perhitungan bagi hasil didasarkan kepada total seluruh pendapatan yang diterima sebelum dikurangi dengan biaya-biaya yang telah dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan tersebut. Sistem revenue sharing berlaku pada pendapatan bank yang akan dibagikan dihitung berdasarkan pendapatan kotor (gross sales), yang digunakan dalam menghitung bagi hasil untuk produk pendanaan bank.
F. Pengertian Profitabilitas Menurut Zainul Arifin dalam bukunya yang berjudul “Dasar-dasar Manejemen Bank Syariah” Menjelaskan bahwa Net Income yang dihasilkan oleh suatu bank dapat dipengaruhi oleh faktor yang dapat dihasilkan (controlebel faktur). Contoh faktor yang dapat dikendalikan ini adalah faktor yang dapat dipengaruhi kebijakan bank seperti segmentasi pasar pengendalian pendapatan. Sedangkan faktor yang tidak bisa dikendalikan adalah faktor yang dapat berpengaruh terhadap kinerja bank seperti kondisi ekonomi persaingan dan lain-lain yang bersifat eksternal. Profitabilitas menunjukan tidak hanya jumlah kuantitas dan trend earning, tetapi juga faktor yang mempengaruhi ketersediaan kualitas earning. Keberhasilan bank yang didasarkan pada penilaian kuantitatif terhadap rentabilitas bank yang diukur dengan rasio yang berbobot sama, rasio tersebut terdiri dari rasio perbandingan laba dalam dua bulan terakhir tarhadap volume usaha dalam periode 12 bulan (Mudrajat 2002;564)
46
Mandala manurung ( 2004:209) mendefiniskan profitabilitas adalah menunjukan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan
laba selama
periode tertentu. Menurut Sri Sudarsi (2002 : 19) menyatakan profitabilitas adalah merupakan tingkat keuntungan bersih yang mampu diraih oleh perusahaan pada saat menjalankan operasinya. Menurut Denda Wijaya (2001 : 119) rasio profitabilitas bank adalah alat untuk menganalisa alat alat untuk mengukur tingkat efisiensi usaha yang dicapai oleh suatu perusahaan yang bersangkutan, selain itu profitabilitas didefinisikan sebagai kemampuan bank dalam menghasilkan laba ( Hasibuan, 2004 : 104). Sawir (2204 : 31) mengunkapkan tujuan rasio profitabilitas adalah untuk mengetahui kemampuan bank dalam menganalisa laba selama periode tertentu. Juga bertujuan untuk mengukur tingkat efektifitas manajemen dalam menjalankan operasional usahanya. Rasio profitabilitas adalah alat untuk mengukur keefektifan dan kesuksesan manajemen dalam menghasilkan suatu laba pada suatu periode tertentu. Profitabilitas suatu bank dapat diketahui dengan menganalisa laporan keuangannnya, dan dari hasil analisa tersebut akan dapat tercermin kemampuan bank dalam memperoleh laba. Profitabilitas adalah perbandingan laba (setelah pajak) dengan modal inti atau laba (sebelum pajak) dengan total assets yang dimiliki bank pada periode tertentu. Agar hasil perhitungan rasio mendekati pada kondisi
47
yang sebenarnya (real), maka posisi modal / assets dihitung secara rata-rata selama periode tersebut (Slamet Riyadi 2004:137) Adapun
rasio
profitabilitas
menunjukan
kemampuan
suatu
perusahaan dalam menghasilkan laba. Pada umumnya perusahaan berpendapat bahwa masalah profitabilitas merupakan masalah yang lebih penting dibandingkan hanya masalah laba. Karena laba besar saja bukan merupakan uluran bahwa perusahaan itu telah bekerja dengan efisien dengan demikian profitabilitas merupakan ukuran kemampuan perusahaan dengan sebuah modal yang bekerja didalam untuk menghasilkan rasio profitabilitas selain bertujuan untuk mengetahui pengetahuan bank dalam menghasilkan laba dalam periode tertentu, juga bertujuan untuk mengukur tingkat efektifitas menejemen dalam menjalankan operasional perusahaan Adapun yang digunakan dalam pengukuran profitabilitas adalah Return On Equity yang merupakan indikator untuk mengukur kemampuan manejemen dalam mengelola modal yamg tersedia untuk mendapatkan keuntungan tersisih semakin tinggi rasio ini semakin baik perusahaan dalam
menghasilkan
profitabilitas,
jadi
informasi
ROE
yang
mengidentifikasi tingkat kemampuan perusahaan menggunakan modalnya untuk memperoleh pendapatan bersih, akan di respon oleh investor, baik secara positif maupun negatif.( Harahap 1998 : 310) Return on Equity adalah ukuran yang lebih penting karena merefleksikan kepentingan kepemilikan mereka ( Jaenul Arifin 2006:60). Penggunaan ROE sebagai variabel lebih dikarenakan sampai saat ini bank
48
syariah menggunakan ROE untuk menentukan tingkat bagi hasil/ pada masa yang akan datang. ROE yaitu indikator kemampuan perbankan dalam mengelola modal yang tersedia untuk mendapatkan laba bersih . ROE dapat diperoleh dengan cara menghitung rasio antara laba setelah pajak dengan total ekuitas (Net Income di bagi total Equity).
49
G. Kerangka Pemikiran Gambar Kerangka Pemikiran
Bank Syariah
Laporan Keuangan
Murabahah
Mudharabah
Musyarakah
Analisis Pengaruh Pendapatan Murabahah, Mudharabah dan Musyarakah terhadap Profitabilitas Bank
Terdapat Pengaruh Pendapatan Murabahah, Mudharabah dan Musyarakah terhadap Profitabilitas Bank
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah laporan-laporan keuangan bank syariah yang terdaftar dalam BI dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2008 dengan tingkat persentase profitabilitas yang sesuai dengan peraturan dari Bank Indonesia. Data yang digunakan adalah data sekunder dari pusat kepustakaan BI. Persentase profitabilitas telah diatur dalam peraturan Bank Indonesia, yaitu Return On Equity (ROE). Bank syariah yang mempunyai ROE besar dapat menjadi acuan seberapa besar tingkat penentuan bagi hasil yang akan dilakukan.
B. Metode Penentuan Sampel Pengambilan sampel dengan metode purposive sampling, yaitu pengambilan sampel non probability dimana metode ini menetapkan bahwa setiap elemen tidak mempunyai kesempatan yang sama untuk menjadi sampel penelitian harus memenuhi syarat atau kriteria tertentu yang dapat digunakan sebagai sampel untuk penelitian. Kriteria penentuan sampel dalam penelitian ini : 1. Bank syariah yang terdaftar dalam BI dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2008.
50
51
2. Bank syariah yang mengeluarkan laporan keuangan per triwulan, karena untuk mengetahui informasi variabel independen yang diteliti. 3. Bank syariah yang melakukan akad mudharabah dan musyarakah. 4. Bank syariah yang mempunyai ROE (Return On Equity) rata-rata diatas 10% per tahun. 5. Bank syariah yang merupakan Bank Umum Syariah (BUS).
C. Pengumpulan Data 1. Data sekunder Data sekunder adalah data yang diperoleh dari pihak lain dalam bentuk jadi dan dipublikasikan. a. Data-data dari pusat kepustakaan di BI. Data-data tersebut adalah data laporan-laporan keuangan, dan datadata yang menyangkut kontribusi mudharabah dan musyarakah terhadap ROE. b. Internet Adapun yang menjadi situs dari pencarian data yang berhubungan dengan tema atau penelitian ini, seperti www.bi.go.id , Dan sebagainya 2. Riset kepustakaan. Riset kepustakaan adalah melakukan studi kepustakaan dengan pengumpulan data yang dilengkapi dengan membaca dan mempelajari serta menganalisis literature yang bersumber dari buku dan jurnal yang berkaitan dengan penelitian ini. Terutama di lembaga pendidikan seperti
52
LIPI, Universitas Islam Negeri, Staida darunnajah, Universitas Indonesia, Universitas Gunadarma. Perpustakaan bank Indonesia.
D. Metode Analisis Data dalam penelitian ini akan dianalisis dengan metode : 1. Analisis Statistik a. Uji statistik F (Simultan) Uji F digunakan untuk menunjukkan apakah semua variabel bebas/independen yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadapa variavel terikat/ dependen. Ho =Murabahah, Mudharabah dan Musyarakah secara bersamaan tidak berpengaruh signifikan pada tingkat profitabilitas. Ha =Murabahah, Mudharabah dan Musyarakah secara bersamaan berpengaruh signifikan pada tingkat profitabilitas bank. Terima H0 jika p-value >level of significant Terima Ha jika p-value < level of significant
b. Uji Signifikan Parameter Individual (Parsial) Uji t digunakan untuk menunjukkan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas/independent secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen Ho =Murabahah, Mudaharabah dan Musyarakah secara individu tidak berpengaruh signifikan pada tingkat profitabilitas bank
53
Ha
=Murabahah,
Mudharabah
dan
Musyarakah
secara
individu
berpengaruh secara signifikan pada tingkat profitabilitas bank. Terima Ho jika P-value > level of significant Terima Ha jika p-Value < level of significant
c. Uji Koofisien determinasi Koofisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Koofisien determinasi adalah diantara nol dan satu, jika nilai kecil atau mendekati nol maka variasi variabel dependen amat terbatas. Sedangkan jika nilai besar atau mendekati satu maka hamper semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel dependen. Nilai R-Square dikatakan baik jika di atas 0,5 karena nilai R-square berkisar antara 0 ssampai 1. pada umumnya sampel dengan data deret waktu (time series) memiliki R-Square maupun Adjusted R-Square cukup tinggi ( diatas 0,5).pada umunya memiliki R-square maupun Adjusted R Square cukup rendah (dibawah 0,5) (Bhuono : 2005:51). 2. Analisis Asumsi Klasik a. Uji Normalitas data Uji Normalitas digunakan untuk menguji apakah dalam sebuah model regfresi, variabel indepnden, variabel dependen, atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model yang baik adalah data normal atau mendekati normal.
54
Menurut Singgih Santoso (2000: 214) ada beberapa cara mendeteksi normalitas dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dan grafik. Dasar pengambilan keputusan : 1. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. 2. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas. b. Uji Autokorelasi Autokorelasi adalah korelasi antara variabel itu sendiri pada pengamatan yang berbeda waktu atau individu. Uji Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi berganda ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi maka dinamakan ada penyakit autokorelasi (Ghazali : 2005). Tentu saja model regresi yang baik adalah regresi tang terbebas dari autokorelasi. Ada beberapa alasan terjadi autokorelasi dintaranya ; 1. Bentuk fungsi salah 2. Terjadi penyimpangan spesifikasi karena adanya variabel X lain yang tidak dimasukkan pada model. 3. Inerita, yaitu adanya momentum yang masuk kedalam variabelvariabel X yang terus-menerus sehingga sesuatu akan terjadi dan mempenagruhi nilai-nilai variabel X-nya.
55
4. Manipulasi data yang mengakibatkan data tidak akurat. 5. Adanya lags (tenggang waktu) Untuk mendeteksi adanya autokorelasi dengan cara : 1. Melihat pola hubungan antara residual (µ) dan variabel bebas atau waktu (X). bila sebaran titik-titik cemderung mengalami penurunan, maka dapat dikatakan ada autokorelasi negatif. Sebaliknya bila cenderung menaik, maka dapat dikatakan ada autokorelasi positif. 2. Menggunakan uji Durbin Watson (DW). Uji ini digunakan dengan cara membandingkan nilai Durbin Watson denagn table Durbin Watson. Dalam table Durbin-Watson terdapat nilai batas atas (upper bound atau du) dan nilai batas atas (lower bound atou d1). Adapun kriteria yang di berlakukan untuk menjadi patokan adalah sebagai berikut (Ghozali : 2005). Setelah itu membandingkan nilai statistik d dengan dL (d Lower) dan du (d-upper) dari tabel dengan ketentuan sebagai berikut: a). Bila d
4-dL, berarti ada korelasi negatif. Petunjuk dasar pengambilan keputusan ada tidaknya autokolerasi dengan melihat besarnya Durbin Watson yaitu:
56
a). Angka DW dibawah -2 terdapat autokolerasi positif: b). Aangka DW -2 sampai +tidak terdapat autokolerasi. c). Angka DW di atas -2 terdapat autokolerasi negative c . Ujian Multikolinearitas Uji multikolineritas digunakan untuk menguji apakah pada model regresi ditemukan adanya kolerasi antara variabel indipenden. Bila variabel-variabel
berkolerasi
secara
sempurna
maka
disebut
multikolineritas sempurna (perfect multicollinearity) Multikolinieritas merupakan keadaan dimana satu atau lebih variabel independen dinyatakan kondisi linier dengan variabel lainnya Artinya jika di antara pengubah-pengubah bebas yang digunakan sama sekali tidak berkolerasi satu dengan yang maka bisa dinyatakan tidak terjadi multikoliniertas. Untuk menguji asumsi multikolinieritas dapat digunakan VIF (Vareance Infation Factor) dan TOL (tolerance), dimana (Gozali :2005) Mengatakan bila nlai VIF lebih dari 10 berarti multikolinieritas Sangat tinggi dan sebalik nya apabila nilai VIF lebih dari 10 maka tidak terkolinieritas. Sedangkan bila nilai TOL kurang dari 0,10 Maka\ dikatakan bahwa model regresi bebas dari multikolinieritas. d. Uji Heteroskedastisitas Heteroskedastisitas adalah satu keadaan di mana varian dari kesalahan pengganggu tidak kontans untuk semua nilai variabel bebas.
57
(J. Suprapto, (1983). Uji heterostisitas bertujuan untuk menguji apkah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variabel dari residual satu pengamatan kepengamatan yang lain. Jika varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan ke pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heterokedasitas. Cara memprediksi ada tidaknya heterokedastisitas pada suatu model dapat dilihat dari pola gambar scatterplot model tersebut. Analisis pada gambar sactterplot yang menyatakan model regresi linier berganda tidak terdapat heterokedastisitas jika : 1. Titik-titik data menyebar diatas dan dibawah atau sekitar angka 0 2. Titik-titik data tidak mengumpul hany diatas atau dibawah saja 3. Penyebaran titik-titik data tidak boleh membentuk pola bergelombang melebar kemudian menyempit dan melebar lagi 4. Penyebaran titik-titik data sebaiknya tidak berpola 3. Analisis regresi Berganda Nachrowi dan Usman (2002:15) mengatakan analisis regresi merupakan suatu metode yang digunakan untuk menganalisis hubungan antara variabel. Hubungan terikat Y dengan satu atau lebih variabel bebas (X1,X2,X3….Xn).
Untuk dapat managanalisis variable independen
terhadap variabel dependen. Maka teknik analisis data yang digunakan adalah model analisis linier berganda dengan menggunakan pooling data. Dalam penelitian ini regresi berganda digunakan untuk mengetahui kelinieran pengaruh secara bersamaan antara variabel ppembiayaan
58
mudharabah dan pembiayaan Musyarakah terhadap profitabilitas. Adapun rumus regresi linier berganda adalah sebagai berikut : Y= bo + b1 X1 + b2 X2 + b3 X3 + e Keterangan : Y = Variabel Profitabilitas (ROE) Bo = Konstanta X1
= Variabel
pembiayaan Murabahah
X2 = Variabel pembiayaan Mudharabah X3 = Variabel pembiayaan Musyarakah e = Error term
E. Operasional Variabel Dalam penelitian ini terdapat dua variabel. Variabel dependen dan variabel independen. Adapun yang menjadi variabel dependennya (Y) : Profitabilitas (ROE) Profitabilitas adalah menunjukan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Menurut Sri Sudarsi (2002 : 19) menyatakan profitabilitas adalah merupakan tingkat keuntungan bersih yang mampu diraih oleh perusahaan pada saat menjalankan operasinya. Return on Equity (ROE) adalah ukuran yang lebih penting karena merefleksikan kepentingan kepemilihan mereka ( Jaenul Arifin 2006:60). Penggunaan ROE sebagai variabel lebih di karenakan sampai saat ini bank
59
syariah menggunakan ROE untuk menentukan tingkat bagi hasil/ pada masa yang akan datang. Sedangkan variabel independennya : Murabahah (X1) Yaitu kontrak jual-beli di mana bank bertindak sebagai penjual sementara nasabah sebagai pembeli. Harga jual adalah harga beli bank ditambah keuntungan. Dalam transaksi ini barang diserahkan segera setelah akad, sedangkan pembayaran dapat dilakukan secara cicil (Bitsaman Ajil) maupun sekaligus. Mudharabah (X2) Mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak, dimana pihak pertama (shahibul maal) menyediakan seluruh modalnya (100%), sedangkan pihak lainnya menjadi pengelola ( mudharib). Mudharabah juga dapat diartikan bentuk kerjasama antara dua orang atau lebih dimana pemilik modal (shahibul maal) mempercayakan sejumlah modal kepada pengelola (mudharib) dengan suatu perjanjian pembagian keuntungan. Musyarakah (X3) Musyarakah adalah akad kerjasama antara bank dengan nasabah untuk bersama-sama
membiayai suatu usaha dengan pembagian
keuntungan dan risiko sesuai kesepakatan.
BAB IV PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Sejarah Singkat Bank Muamalat PT Bank Muamalat Indonesia Tbk didirikan pada 24 Rabius Tsani 1412 H atau 1 Nopember 1991, diprakarsai oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Pemerintah Indonesia, dan memulai kegiatan operasinya pada 27 Syawwal 1412 H atau 1 Mei 1992. Dengan dukungan nyata dari eksponen Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) dan beberapa pengusaha Muslim, pendirian Bank Muamalat juga menerima dukungan masyarakat, terbukti dari komitmen pembelian saham Perseroan senilai Rp 84 miliar pada saat penandatanganan akta pendirian Perseroan. Selanjutnya, pada acara silaturahmi peringatan pendirian tersebut di Istana Bogor, diperoleh tambahan komitmen dari masyarakat Jawa Barat yang turut menanam modal senilai Rp 106 miliar Pada tanggal 27 Oktober 1994, hanya dua tahun setelah didirikan, Bank Muamalat berhasil menyandang predikat sebagai Bank Devisa. Pengakuan ini semakin memperkokoh posisi Perseroan sebagai bank syariah pertama dan terkemuka di Indonesia dengan beragam jasa maupun produk yang terus dikembangkan. Pada akhir tahun 90an, Indonesia dilanda krisis moneter yang memporakporandakan sebagian besar perekonomian Asia Tenggara.
60
61
Sektor perbankan nasional tergulung oleh kredit macet di segmen korporasi. Bank Muamalat pun terimbas dampak krisis. Di tahun 1998, rasio pembiayaan macet (NPF) mencapai lebih dari 60%. Perseroan mencatat rugi sebesar Rp 105 miliar. Ekuitas mencapai titik terendah, yaitu Rp 39,3 miliar, kurang dari sepertiga modal setor awal. Dalam upaya memperkuat permodalannya, Bank Muamalat mencari pemodal yang potensial, dan ditanggapi secara positif oleh Islamic Development Bank (IDB) yang berkedudukan di Jeddah, Arab Saudi. Pada RUPS tanggal 21 Juni 1999 IDB secara resmi menjadi salah satu pemegang saham Bank Muamalat. Oleh karenanya, kurun waktu antara tahun 1999 dan 2002 merupakan masa-masa yang penuh tantangan sekaligus keberhasilan bagi Bank Muamalat. Dalam kurun waktu tersebut, Bank Muamalat berhasil membalikkan kondisi dari rugi menjadi laba berkat upaya dan dedikasi setiap Kru Muamalat, ditunjang oleh kepemimpinan yang kuat, strategi pengembangan usaha yang tepat, serta ketaatan terhadap pelaksanaan perbankan syariah secara murni. Melalui masa-masa sulit ini, Bank Muamalat berhasil bangkit dari keterpurukan. Diawali dari pengangkatan kepengurusan baru dimana seluruh anggota Direksi diangkat dari dalam tubuh Muamalat, Bank Muamalat kemudian menggelar rencana kerja lima tahun dengan penekanan pada tidak mengandalkan setoran modal tambahan dari para pemegang saham, tidak melakukan PHK satu pun terhadap sumber daya insani yang ada, dan dalam hal pemangkasan biaya, tidak memotong hak
62
Kru Muamalat sedikitpun, pemulihan kepercayaan dan rasa percaya diri Kru Muamalat menjadi prioritas utama di tahun pertama kepengurusan Direksi baru, peletakan landasan usaha baru dengan menegakkan disiplin kerja Muamalat menjadi agenda utama di tahun kedua, dan pembangunan tonggak-tonggak usaha dengan menciptakan serta menumbuhkan peluang usaha menjadi sasaran Bank Muamalat pada tahun ketiga dan seterusnya, yang akhirnya membawa Bank kita, dengan rahmat Allah Rabbul Izzati, ke era pertumbuhan baru memasuki tahun 2004 dan seterusnya. Hingga akhir tahun 2004, Bank Muamalat tetap merupakan bank syariah terkemuka di Indonesia dengan jumlah aktiva sebesar Rp 5,2 triliun, modal pemegang saham sebesar Rp 269,7 miliar serta perolehan laba bersih sebesar Rp 48,4 miliar pada tahun 2004. Produk dan Jasa Bank Muamalat Produk penghimpun dana 1. tabungan 2. Giro Wadiah 3. deposito 4. Asuaransi Produk pembiayaan 1. Jual beli a.Murabahah b. Salam
63
2. Bagi Hasil a. Mudharabah b. Musyarakah 3. Sewa a. Ijarah b. Ijarah Muntahia Bittamlik layanan 1. transfer 2. Kas Kilat 3. letter of Credit 4. bank Garansi
2. Sejarah Singkat Bank Syariah Mandiri Krisis moneter dan ekonomi sejak Juli 1997, yang disusul dengan krisis politik nasional telah membawa dampak besar dalam perekonomian nasional. Krisis tersebut telah mengakibatkan perbankan Indonesia yang didominasi oleh bank-bank konvensional mengalami kesulitan yang sangat parah. Keadaan tersebut menyebabkan pemerintah Indonesia terpaksa mengambil tindakan untuk merestrukturisasi dan merekapitalisasi sebagian bank-bank di Indonesia. Lahirnya Undang-Undang No. 10 tahun 1998, tentang Perubahan atas Undang-Undang No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan, pada bulan November 1998 telah memberi peluang yang sangat baik bagi tumbuhnya
64
bank-bank syariah di Indonesia. Undang-Undang tersebut memungkinkan bank beroperasi sepenuhnya secara syariah atau dengan membuka cabang khusus syariah.
PT Bank Susila Bakti (PT Bank Susila Bakti) yang dimiliki oleh Yayasan Kesejahteraan Pegawai (YKP) PT Bank Dagang Negara dan PT Mahkota Prestasi berupaya keluar dari krisis 1997 - 1999 dengan berbagai cara. Mulai dari langkah-langkah menuju merger sampai pada akhirnya memilih konversi menjadi bank syariah dengan suntikan modal dari pemilik.
Dengan terjadinya merger empat bank (Bank Dagang Negara, Bank Bumi Daya, BankExim dan Bapindo) ke dalam PT Bank Mandiri (Persero) pada tanggal 31 Juli 1999, rencana perubahan PT Bank Susila Bakti menjadi bank syariah (dengan nama Bank Syariah Sakinah) diambil alih oleh PT Bank Mandiri (Persero).
PT Bank Mandiri (Persero) selaku pemilik baru mendukung sepenuhnya dan melanjutkan rencana perubahan PT Bank Susila Bakti menjadi bank syariah, sejalan dengan keinginan PT Bank Mandiri (Persero) untuk membentuk unit syariah. Langkah awal dengan merubah Anggaran Dasar tentang nama PT Bank Susila Bakti menjadi PT Bank Syariah Sakinah berdasarkan Akta Notaris: Ny. Machrani M.S. SH, No. 29 pada tanggal 19 Mei 1999. Kemudian melalui Akta No. 23 tanggal 8
65
September 1999 Notaris: Sutjipto, SH nama PT Bank Syariah Sakinah Mandiri diubah menjadi PT Bank Syariah Mandiri.
Pada tanggal 25 Oktober 1999, Bank Indonesia melalui Surat Keputusan Gubernur Bank Indonesia No. 1/24/KEP. BI/1999 telah memberikan ijin perubahan kegiatan usaha konvensional menjadi kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah kepada PT Bank Susila Bakti. Selanjutnya dengan Surat Keputusan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia No. 1/1/KEP.DGS/1999 tanggal 25 Oktober 1999, Bank Indonesia telah menyetujui perubahaan nama PT Bank Susila Bakti menjadi PT Bank Syariah Mandiri.
Senin tanggal 25 Rajab 1420 H atau tanggal 1 November 1999 merupakan hari pertama beroperasinya PT Bank Syariah Mandiri. Kelahiran Bank Syariah Mandiri merupakan buah usaha bersama dari para perintis bank syariah di PT Bank Susila Bakti dan Manajemen PT Bank Mandiri
yang
memandang
pentingnya
kehadiran
bank
syariah
dilingkungan PT Bank Mandiri (Persero).
PT
Bank
Syariah
Mandiri
hadir
sebagai
bank
yang
mengkombinasikan idealisme usaha dengan nilai-nilai rohani yang melandasi operasinya. Harmoni antara idealisme usaha dan nilai-nilai rohani inilah yang menjadi salah satu keunggulan PT Bank Syariah Mandiri sebagai alternatif jasa perbankan di Indonesia.
66
Produk-produk dalam BSM
1. Produk Pendanaan a. tabungan b. deposito c. giro d. obligasi 2. jasa produk 3. jasa operasional 4. jasa investasi BSM customer network financing Pembiayaan resi gudang PKPN Pembiayaan edukasi BSM BSM impian Pembiayaaan dana berputar Pembiayaan griya Pembiayaan umrah Mudharabah
67
Musyarakah Murabahah
B. Pengolahan dan Analisis Deskriptif 1. Pengolahan data Dalam penelitian ini, sampel yang digunakan adalah bank umum syariah yang terdaftar di BI dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2008. sedangkan data yang digunakan data dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2008 yaitu : Profitabilitas (ROE), Jumlah pendapatan murabahah, Jumlah pendapatan mudharabah, Jumlah pendapatan musyarakah yang didapat dari laporan laba/rugi bank. Kemudian data tersebut dinput dengan menggunakan Microsoft EXCEL edisi 2003 dan didapat variabel-variabel, yaitu variabel Profitabilitas (ROE), variabel Murabahah, Variabel Mudharabah, dan variabel Musyarakah. Setelah itu data diinput menggunakan SPSS versi 13 dengan menggunakan uji asumsi klasik terlebih dahuluuntuk melihat apakah data yang diolah memenuhi syarat untuk digunakan dalam regresi berganda. Variabel yang didapat ditransformasikan ke bentuk natural logarithma (LN). ini digunakan untuk menstandardisasikan data mentah, sehingga distribusi masing-masing variabel menjadi normal. Kemudian variabel-variabel tersebut diinput guna memperoleh output dari model persamaan regresi berganda. Sekaligus untuk menganalisis
68
pengaruh variabel independent terhadap variabel dependen dengan dasar keputusan dari uji F, uji T dan koofisien determinasi (R2)
2. Analisis Deskriptif Variabel Variabel-variabel yang dideskripsikan dalam penelitian ini di antaranya : a. Deskripsi ROE ROE merupakan variabel dependen dalam penelitian ini. Roe adalah alat untuk mengukur besarnya profitabilitas bank syariah. Penggunaan ROE sebagai variabel dependen lebih dikarenakan sampai saat ini bank syariah menggunakan ROE untuk menentukan tingkat bagi hasil/ pada masa yang akan datang. berdasarkan aturan yang telah ditetapkan BI untuk perbankan syariah. ROE yang baik tentunya memenuhi standar penilaian. BI menetapkan ROE yang baik < 10% per tahun. TABEL 4.1 ROE
Tahun Triwulan 2005 I II III IV 2006 I II III IV 2007 I II III IV
BANK MUAMALAT 0.2455 0.2249 0.2140 0.1810 0.2361 0.2129 0.1977 0.2129 0.3115 0.2972 0.2429 0.2324
BANK SYARIAH MANDIRI 0.2687 0.2580 0.2158 0.1456 0.1115 0.0985 0.0870 0.1043 0.2004 0.1749 0.1657 0.1605
69
2008
I II III Rata-rata
0.3749 0.3437 0.3321 0.2573
0.2264 0.2278 0.2218 0.1778
Berdasarkan tabel 4.1, rata-rata ROE yang dihasilkan Bank Muamalat pada tahun 2005 sebesar 21,63% sedangkan ROE yang dihasilkan Bank Syariah Mandiri lebih besar dibandingkan Bank Muamalat yaitu 22,20%. Ini berarti bahwa profitabilitas Bank Syariah Mandiri lebih besar dari pada profitabilitas Bank Muamalat. Dalam tahun 2005 baik Bank Muamalat maupun Bank Syariah mandiri termasuk kategori bank yang memiliki ROE sehat. Pada tahun 2006, rata-rata ROE yang dihasilkan Bank Muamalat sebesar 21,49%, sedangkan ROE yang dihasilkan Bank Syariah Mandiri sebesar 10,32%. Ini berarti bahwa profitabilitas yang dihasilkan Bank Muamalat Lebih besar dari pada Bank Syariah. Jika dibandingkan dengan rata-rata pada tahun sebelumnya baik Bank Muamalat mapupun Bank Syariah mandiri keduanya mengalami penurunan, tetapi dalam tahun ini baik Bank Muamalat maupun Bank Syariah mandiri termasuk kategori bank yang memiliki ROE sehat. Pada tahun 2007, terjadi kenaikan rata-rata ROE pada kedua bank tersebut jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Bank Muamalat memiliki rata-rata ROE sebesar 27,2% , sedangkan Bank Syariah Mandiri memiliki rata-rata ROE sebesar 17,53%. Dalam tahun ini ROE Bank Muamalat dan Bank Syariah Mandiri dinyatakan Sehat.
70
Pada tahun 2008, penulis hanya meneliti 3 trrwulan dari kedua bank tersebut.dikarenakan keterbatasan data dan waktu. Rata-rata ROE yang diperoleh Bank Muamalat sebesar 35%, sedangkan rata-rata ROE Bank Syariah Mandiri sebesar 22,5%. Walaupun hanya 3 triwulan, tetapi terlihat kenaikan ROE dari kedua bank tersebut. Jumlah rata-rata yang dikumpulkan dari triwulan 1 tahun 2005 sampai dengan triwulan 3 tahun 2008. Bank Muamalat memiliki rata-rata sebesar 25,73%, sedangkan rata-rata Bank Syariah Mandiri sebesar 17.78%. ini berarti bahwa profit yang dihasilkan Bank Muamalat lebih besar dibandingkan dengan Bank Syariah Mandiri. a. Deskripsi Murabahah Murabahah merupakan variabel independent pertama dalam penelitian ini. Murabahah Adalah suatu perjanjian yang disepakati antara Bank Syariah dengan nasabah, dimana Bank menyediakan pembiayaan untuk pembelian bahan baku atau modal kerja lainnya yang dibutuhkan nasabah, yang akan dibayar kembali oleh nasabah sebesar harga jual bank (harga beli bank + margin keuntungan) pada waktu yang ditetapkan.
TABEL 4.2 Murabahah
Tahun 2005
triwulan I II III IV
BANK MUAMALAT 68152000000 149097000000 244973000000 354812000000
BANK SYARIAH MANDIRI 141843832000 288549543000 431256872000 567368241000
71
2006
2007
2008
I II III IV I II III IV I II III
113148000000 229678000000 356341000000 486955000000 122356000000 255377000000 387359000000 401239000000 141125000000 278750000000 435706000000
115311167000 238339368000 369734473000 429689059000 126998973000 247693918000 390346072000 490107801000 179909329000 366824577000 579995074000
Rata-rata
268337866667
330931219933
Berdasarkan tabel 4.2, rata-rata pendapatan
Murabahah tahun
2005 Bank Muamalat sebesar 204.258.500.000, sedangkan pendapatan rata-rata Bank Syariah mandiri sebesar 357.254.622.000. Pendapatan tahun 2005 Bank Syariah Mandiri lebih besar daripada pendapatan yang dihasilkan Bank Muamalat. Pada tahun 2006, jumlah pendapatan rata-rata yang dihasilkan Bank Muamalat sebesar 296.530.500.000, sedangkan jumlah pendapatan rata-rata Bank Syariah Mandiri sebesar 288.268.516.750. pada tahun ini Bank Syariah Mandiri mengalami penurunan pendapatan rata-rata. Pada tahun 2007, terjadi penurunan pendapatan rata-rata Bank muamalat dibandingkan tahun lalu, jumlah pendapatan rata-rata yang berhasil dikumpulkan sebesar 291.582.750.000. sedangkan pada Bank Syariah Mandiri mengalami peningkatan pendapatan rata-rata. Junlah pendapatan rata-rata Bank Syariah Mandiri sebesar 313.786.691.000.
72
Pada tahun 2008, jumlah pendapatan rata-rata sampai dengan triwulan 3 Bank Muamalat Sebesar 285.193.666.667, sedangkan jumlah pendapatan rata-rata Bank Syariah Mandiri sebesar 375.576.326.667 Sedangkan pendapatan rata-rata murabahah yang dihasilkan mulai dari triwulan 1 tahun 2005 sampai dengan trriwulan 3 tahun 2008 , pendapatan
rata-rata
268.337.866.667,
yang
dan
pada
diperoleh
Bank
Muamalat
sebesar
Bank
Syariah
Mandiri
sebesar
330.931.219.993. pendapatan rata-rata Bank Syariah Mandiri lebih besar daripada Bank muamalat. c. Deskripsi Mudharabah Mudharabah merupakan variabel independen kedua dalam penelitian ini. Mudharabah adalah akad kerjasama antara bank dengan nasabah, bank sebagai Shahibul maal dan nasabah sebagi mudharibnya, keuntungan yang didapat akan dibagikan sesuai dengan porsi yang telah disepakati diawal akad.
TABEL 4.3 Mudharabah
Tahun 2005
2006
triwulan I II III IV I II III IV
BANK MUAMALAT 68810000000 144897000000 229777000000 323100000000 93851000000 190897000000 291008000000 397788000000
BANK SYARIAH MANDIRI 13780174000 33756470000 53843604000 72709215000 19740103000 44371745000 78426890000 120285704000
73
2007
2008
I II III IV I II III Rata-rata
101654000000 203108000000 308825000000 413681000000 96365000000 188082000000 274306000000 221743266667
48141105000 105587101000 178394924000 235449697000 95519609000 203899626000 324314179000 108548009733
Berdasarkan dari tabel 4.3, jumlah pendapatan rata-rata tahun 2005 pada Bank Muamalat sebesar 191.646.000.000, sedangkan pendapatan rata-rata Bank Syariah Mandiri sebesar 43.522.365.750. Pada tahun 2006. Jumlah pendapatan rata-rata Bank Muamalat sebesar 243.386.000.000, sedangkan pendapatan rata-rata Bank Syariah Mandiri sebesar 65.706.110.500 Jumlah pendapatan rata-rata pada tahun 2007 Bank Muamalat sebesar 256.817.000.000 dan pada Bank Syariah Mandiri sebesar 141.893.206.750 Pada tahun 2008, jumlah pendapatan rata-rata sampai dengan triwulan 3 Bank Muamalat memperoleh 116.541.666.667. sedangkan Bank Syariah Mandiri sebesar 119.542.338.333. Sedangkan pendapatan rata-rata dari triwulan 1 tahun 2005 sampai dengan triwulan 3 tahun 2008 Bank
Muamalat
sedangkan
Bank
106.257.892.667.
berhasil
mengumpulkan
Syariah
Mandiri
sebesar berhasil
65.630.266.667 mengumpulkan
74
d. Deskripsi Musyarakah Musyarakah merupakan
variabel independen ketiga
dalam
penelitian ini. Musyarakah adalah akad kerjasama antara bank dengan nasabah untuk bersama-sama membiayai suatu usaha dengan pembagian keuntungan dan risiko sesuai kesepakatan (Ani Murdiyati, Dirut BMSI).
TABEL 4.4 Musyarakah
Tahun triwulan 2005 I II III IV 2006 I II III IV 2007 I II III IV 2008 I II III Rata-rata
BANK MUAMALAT 12574000000 28765000000 47794000000 67789000000 18049000000 37574000000 52683000000 102043000000 17877000000 42092000000 76193000000 131396000000 50940000000 112293000000 186392000000 65630266667
BANK SYARIAH MANDIRI 27611285000 61275778000 98925347000 137734828000 39223091000 87014279000 134742551000 189779083000 43992027000 94321358000 141711931000 178909817000 55173515000 116977911000 186475589000 106257892667
Berdasarkan tabel 4.4 . Jumlah pendapatan rata-rata Musyarakah pada tahun 2005 Bank Muamalat sebesar 39.230.500.000, sedangkan pendapatan rata-rata Bank Syariah Mandiri sebesar 81.386.809.500.
75
Pada tahun 2006 Jumlah pendapatan rata-rata Musyarakah Bank Muamalat sebesar 52.587.250.000 , sedangkan pendapatan rata-rata Bank Syariah Mandiri sebesar 112.689.751.000. Pada tahun 2007 Jumlah pendapatan rata-rata Musyarakah Bank Muamalat sebesar 66.889.500.000 , sedangkan pendapatan rata-rata Bank Syariah Mandiri sebesar 114.733.783.250.. Pada tahun 2008, jumlah pendapatan rata-rata sampai dengan triwulan 3 Bank Muamalat memperoleh 186.251.000.000. sedangkan Bank Syariah Mandiri sebesar 207.911.138.000. Sedangkan pendapatan rata-rata dari triwulan 1 tahun 2005 sampai dengan triwulan 3 tahun 2008 Bank Muamalat berhasil mengumpulkan sebesar 221.743.266.667, sedangkan
Bank
Syariah
Mandiri
berhasil
mengumpulkan
108.543.009.733 pendapatan rata-rata mulai tahun 2005 sampai dengan tahun 2007 pendapatan kedua bank terus mengalami peningkatan, ketika tahun 2008 sampai dengan triwulan 3, pendapatan rata-rata Bank Muamalat turun sedangkan Pendapatan rata-rata mudharabah Bank Syariah Mandiri naik.
C. Uji Asumsi Klasik 1. Uji Normalitas Data Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual mamiliki distribusi normal. ada beberapa cara mendeteksi normalitas dengan melihat penyebaran data
76
(titik) pada sumbu diagonal dan grafik. Dasar pengambilan keputusan adalah Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas, dan jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas. Singgih Santoso (2000: 214). GRAFIK 4.1 Uji Normalitas Data
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Dependent Variable: Y 1.0
Expected Cum Prob
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0 0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
Observed Cum Prob
2. Uji Multikolinearitas Uji multikolinieritas digunakan untuk mengetahui ada tidaknya variabel independen yang memiliki kemiripan dengan variabel independen lain dalam satu model (Bhuono:2005:58). Model regresi yang baik adalah tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas. Nilai cut off yang unumnya digunakan untuk menunjukkan adanya multikolinearitas adalah nilai
77
Tolarnce < 0,10 atau sama dengan nilai VIF > 10 dan nilai Tolarance = 0,10 sama dengan tingkat kolonearitas 0,95 (Ghazali : 2005)
TABEL 4.5 Hasil Uji Multikolinearitas
Coefficients
Model 1
X1 X2 X3
a
Collinearity Statistics Tolerance VIF ,134 7,480 ,634 1,578 ,159 6,281
a. Dependent Variable: Y
Masing-masing variabel memiliki nilai Tolerance kurang dari 0,10 dan nilai VIF ( Variance Inflation Factor ) tidak lebih dari 10 yang berarti tidak ada korelasi antar variabel independent maka model regresi terbebas dari masalah multikolineritas. 3. Uji Autokorelasi Uji Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi berganda ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi autokorelasi maka dianamakan ada penyakit autokorelasi (Ghazali : 2005)
78
Tabel 4.6 Hasil Uji Autokorelasi
Model Summary Model 1
R ,520a
R Square ,271
Adjusted R Square ,186
b
Std. Error of the Estimate ,32797
DurbinWatson ,378
a. Predictors: (Constant), X3, X2, X1 b. Dependent Variable: Y
Berdasarkan tabel Durbin Watson dengan α = 5% dan variabel independen dalam model regresi adalah 3, serta jumlah sample sebanyak 30, petunjuk dasar pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi dengan melihat besarnya Durbin Watson (Ghazali : 2005 ) yaitu: 1. Angka DW dibawah -2 terdapat autokorelasi positif 2. Angka DW -2 sampai +2 tidak terdapat autokorelasi 3. Angka DW diatas -2 terdapat autokorelasi negatif. Dari tabel Durbin Watson didapatkan nilai sebesar 0,378, maka dapat dikatakan penelitian ini tidak terindikasi masalah autokorelasi.. 4. Uji Heteroskedastisitas
Uji heterostisitas bertujuan untuk menguji apkah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variabel dari residual satu pengamatan kepengamatan
yang
lain.
Pengujian
heteroskedastisitas
dilakuakn
79
berdasarkan scatterplots dari hasil pengolahan data dengan SPSS 13. adapun hasil dari pengujian heterokedastisitas sebagai berikut :
GRAFIK 4.2 Hasil Uji Heterokedastisitas
Scatterplot
Dependent Variable: Y
Regression Studentized Residual
2
1
0
-1
-2 -1
0
1
2
Regression Standardized Predicted Value
Dari grafik scatterplot terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak serta tersebar baik diatas maupun dibawah angka nol pada sumbu Y. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi Heterokedastisitas pada model regresi.
Uji Analisis regresi berganda
80
Hubungan variabel independent dengan variabel dependen diekspresikan dalam bentuk persamaan yang menghubungkan variabel dependen (Y), dengan satu atau lebih variabel independent (X1, X2, X3…….Xn ). Dasar pengambilan keputusan dalam uji regresi berganda diantaranya : 1. Uji Simultan (Uji F). Uji F digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen yang digunakan dalam model regresi yaitu Murabahah, Mudharabah, Musyarakah
mampu
menjelaskan
variabel
dependennya,
yaitu
Profitabilitas (ROE). Hasil yang diperoleh dari Uji F yang dilakukan dengan menggunakan SPSS 13 dapat dilihat pada tabel ANOVA. Hasil F test menunjukkan variabel independent secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel dependen jika p-value (pada kolom signifikan) lebih kecil dari level of significant yaitu 5%
TABEL 4.7 ANOVA b Model 1
Regression Residual Total
Sum of Squares 1,037 2,797 3,834
a. Predictors: (Constant), X3, X2, X1 b. Dependent Variable: Y
df 3 26 29
Mean Square ,346 ,108
F 3,215
Sig. ,039a
81
Berdasarkan tabel diatas nilai p-value adalah sebesar 0.039. ini menunjukkan bahwa p-value tersebut lebih kecil dari level of significant yang telah ditentukan sebesar 0.05. berarti Murabahah, Mudharabah, dan Musyarakah berpengaruh terhadap ROE secara simultan. Berarti H0 ditolak dan Ha diterima. 2. Uji Parsial (Uji t) Uji t digunakan untuk mengetahui bagaimana hubungan variabel independen secara (parsial) mempengaruhi variabel dependen. Ini berarti menjelaskan Murabahah, Mudharabah, dan Musyarakah secara terpisah dapat mempengaruhi ROE. Hasil uji t yang dilakukan dengan menggunakan SPSS 13 dapat dilihat pada tabel Coefficients, hubungan dari masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen dapat dilihat nilai p-value. Nilai pvalue yang memenuhi standar adalah lebih kecil dari 5%.
TABEL 4.8 Coefficients a
Model 1
(Constant) X1 X2 X3
Unstandardize d Coefficients Std. B Error -,41 2,948 ,00 ,278 ,192 ,086 -,24 ,194
a. Dependent Variable: Y
Standardized Coefficients Beta -,006 ,472 -,519
t -,139 -,012 2,243 -1,236
Sig. ,890 ,990 ,034 ,228
82
a. Variabel Murabahah Dari tabel uji t yang telah dilakukan pada variabel Murabahah, diketahui bahwa nilai p-value > α (0.990 > 0.05) artinya 0.990 lebih besar daripada 0.05 yang berarti tidak signifikan. Dengan demikian dapat disimpulakan bahwa variabel Murabahah tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap ROE. b. Variabel Mudharabah Dari tabel uji t yang telah dilakukan pada variabel Murabahah, diketahui bahwa nilai p-value < α (0.034 > 0.05) artinya 0.034 lebih kecil daripada 0.05 yang berarti signifikan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variabel Mudharabah mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap ROE. c. Variabel Musyarakah Dari tabel uji t yang telah dilakukan pada variabel Murabahah, diketahui bahwa nilai p-value < α (0.228 > 0.05) artinya 0.228 lebih besar daripada 0.05 yang berarti tidak signifikan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variabel Musyarakah tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap ROE. 3. Uji koofisien determinasi R2
TABEL 4.9 Uji Koofiensi Determinasi (R2) Model Summaryb
Model 1
R ,520a
R Square ,271
Adjusted R Square ,186
a. Predictors: (Constant), X3, X2, X1 b. Dependent Variable: Y
Std. Error of the Estimate ,32797
R Square Change ,271
Change Statistics F Change df1 df2 3,215 3 26
Sig. F Change ,039
83
Koofisiensi determinasi digunakan untuk menguji goodness-fit dari model regresi. Besarnya nilai adjusted R2 sebesar 0.186 yang berarti variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel independent sebesar 18,6%, sedangkan sisanya 81,4% dijelaskan oleh variabel lainnya yang tidak dimasukkan dalam model regresi. 4. Hasil Analisis Regresi Berganda Analisis Regresi berganda untuk mengetahui pola hubungan antara variabel independent ( Murabahah, Mudharabah, Musyarakah ) dengan variabel dependennya ( ROE ) dinyatakan dengan persamaan model regresi yaitu: Y= -0.41+0,192 X2 Y= ROE X2 = Mudharabah Dari hasil analisis hubungan variabel Murabahah, Mudharabah, Musyarakah terhadap ROE diperoleh hasil bahwa hanya variabel
84
mudharabah yang memiliki pengaruh signifikan terhadap ROE. Sedangkan variabel Murabahah dan Musyarakah tidak terdapat pengaruh signifikan terhadap ROE. Jadi hanya variabel mudharabah signifikan terhadap ROE, berarti H0 ditolak dan Ha diterima. Variabel mudharabah berpengaruh signifikan terhadap ROE, berarti diperoleh bahwa pendapatan yang dihasilkan Mudhrabah memang mempengaruhi tingkat profitabilitas (ROE) bank. Tingkat pembiayaan mudharabah yang disalurkan bank menghasilkan pendapatan yang akan mempengaruhi tingkat profitabilitas (ROE) bank (Efrida : 2007). Mudharabah adalah akad kerjasama antara bank selaku shahibul maal dengan nasabah selaku mudharib, kemudian bank mempercayakan nasabahnya untuk mengelola hartanya dengan kesepakatan pembagian keuntungan berdasarkan porsi yang telah disepakati. Dalam perbankan konvensional sama halnya dengan pemberian kredit. Pemberian kredit yang diberikan bank akan menghasilkan pendapatan bunga dan akan mempengaruhi tingkat profitabilitas (Dewi : 2008) .
Mudharabah juga merupakan akad yang paling banyak diminati oleh nasabah, berarti semakin tinggi terjadinya akad mudhrabah yang dilakukan bank dengan nasabah, semakin tinggi pula pendapatan yang diperoleh dan akan mempengaruhi tingkat profitabilitas (ROE) yang dihasilkan (Abu Bakar : 2009) Revenue
Sharing
adalah
sistem
pembagian
keuntungan
berdasarkan pendapatan yang diterima, sedangkan Profit Sharing adalah
85
sistem pembagian keuntungan berdasarkan keuntungan bersih yang diterima (netto), tetapi lazimnya dalam akad mudharabah bank syariah lebih menginginkan sistem revenue sharing, dikarenakan keuntungan yang akan dibagikan kepada bank belum dikurangi dengan beban-beban yang akan dikeluarkan dari operasional mudharib. Jadi pendapatan atau keuntungan yang diterima oleh bank lebih besar dibandingkan dengan profit sharing. Dengan demikian bank syariah akan mendapatkan keuntungan yang besar dan akan mempengaruhi tingkat profitabilitas (ROE).
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian 1. Sejarah Singkat Bank Muamalat PT Bank Muamalat Indonesia Tbk didirikan pada 24 Rabius Tsani 1412 H atau 1 Nopember 1991, diprakarsai oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Pemerintah Indonesia, dan memulai kegiatan operasinya pada 27 Syawwal 1412 H atau 1 Mei 1992. Dengan dukungan nyata dari eksponen Ikatan Cendekiawan Muslim se-Indonesia (ICMI) dan beberapa pengusaha Muslim, pendirian Bank Muamalat juga menerima dukungan masyarakat, terbukti dari komitmen pembelian saham Perseroan senilai Rp 84 miliar pada saat penandatanganan akta pendirian Perseroan. Selanjutnya, pada acara silaturahmi peringatan pendirian tersebut di Istana Bogor, diperoleh tambahan komitmen dari masyarakat Jawa Barat yang turut menanam modal senilai Rp 106 miliar Pada tanggal 27 Oktober 1994, hanya dua tahun setelah didirikan, Bank Muamalat berhasil menyandang predikat sebagai Bank Devisa. Pengakuan ini semakin memperkokoh posisi Perseroan sebagai bank syariah pertama dan terkemuka di Indonesia dengan beragam jasa maupun produk yang terus dikembangkan. Pada akhir tahun 90an, Indonesia dilanda krisis moneter yang memporakporandakan sebagian besar perekonomian Asia Tenggara. Sektor perbankan nasional tergulung oleh kredit macet di segmen korporasi. Bank Muamalat pun terimbas dampak krisis. Di tahun 1998, rasio pembiayaan macet (NPF) mencapai lebih dari 60%. Perseroan mencatat rugi sebesar Rp 105
miliar. Ekuitas mencapai titik terendah, yaitu Rp 39,3 miliar, kurang dari sepertiga modal setor awal. Dalam upaya memperkuat permodalannya, Bank Muamalat mencari pemodal yang potensial, dan ditanggapi secara positif oleh Islamic Development Bank (IDB) yang berkedudukan di Jeddah, Arab Saudi. Pada RUPS tanggal 21 Juni 1999 IDB secara resmi menjadi salah satu pemegang saham Bank Muamalat. Oleh karenanya, kurun waktu antara tahun 1999 dan 2002 merupakan masa-masa yang penuh tantangan sekaligus keberhasilan bagi Bank Muamalat. Dalam kurun waktu tersebut, Bank Muamalat berhasil membalikkan kondisi dari rugi menjadi laba berkat upaya dan dedikasi setiap Kru Muamalat, ditunjang oleh kepemimpinan yang kuat, strategi pengembangan usaha yang tepat, serta ketaatan terhadap pelaksanaan perbankan syariah secara murni. Melalui masa-masa sulit ini, Bank Muamalat berhasil bangkit dari keterpurukan. Diawali dari pengangkatan kepengurusan baru dimana seluruh anggota Direksi diangkat dari dalam tubuh Muamalat, Bank Muamalat kemudian menggelar rencana kerja lima tahun dengan penekanan pada tidak mengandalkan setoran modal tambahan dari para pemegang saham, tidak melakukan PHK satu pun terhadap sumber daya insani yang ada, dan dalam hal pemangkasan biaya, tidak memotong hak Kru Muamalat sedikitpun, pemulihan kepercayaan dan rasa percaya diri Kru Muamalat menjadi prioritas utama di tahun pertama kepengurusan Direksi baru, peletakan landasan usaha baru dengan menegakkan disiplin kerja Muamalat menjadi agenda utama di tahun kedua, dan
pembangunan tonggak-tonggak usaha dengan menciptakan serta
menumbuhkan peluang usaha menjadi sasaran Bank Muamalat pada tahun ketiga dan seterusnya, yang akhirnya membawa Bank kita, dengan rahmat Allah Rabbul Izzati, ke era pertumbuhan baru memasuki tahun 2004 dan seterusnya.
Hingga akhir tahun 2004, Bank Muamalat tetap merupakan bank syariah terkemuka di Indonesia dengan jumlah aktiva sebesar Rp 5,2 triliun, modal pemegang saham sebesar Rp 269,7 miliar serta perolehan laba bersih sebesar Rp 48,4 miliar pada tahun 2004. Produk dan Jasa Bank Muamalat Produk penghimpun dana 1. tabungan 2. Giro Wadiah 3. deposito 4. Asuaransi Produk pembiayaan 1. Jual beli a.Murabahah b. Salam 2. Bagi Hasil a. Mudharabah b. Musyarakah 3. Sewa a. Ijarah b. Ijarah Muntahia Bittamlik layanan 1. transfer 2. Kas Kilat 3. letter of Credit
4. bank Garansi
2. Sejarah Singkat Bank Syariah Mandiri Krisis moneter dan ekonomi sejak Juli 1997, yang disusul dengan krisis politik nasional telah membawa dampak besar dalam perekonomian nasional. Krisis tersebut telah mengakibatkan perbankan Indonesia yang didominasi oleh bank-bank konvensional mengalami kesulitan yang sangat parah. Keadaan tersebut menyebabkan pemerintah Indonesia terpaksa mengambil tindakan untuk merestrukturisasi dan merekapitalisasi sebagian bank-bank di Indonesia. Lahirnya Undang-Undang No. 10 tahun 1998, tentang Perubahan atas Undang-Undang No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan, pada bulan November 1998 telah memberi peluang yang sangat baik bagi tumbuhnya bank-bank syariah di Indonesia. Undang-Undang tersebut memungkinkan bank beroperasi sepenuhnya secara syariah atau dengan membuka cabang khusus syariah.
PT Bank Susila Bakti (PT Bank Susila Bakti) yang dimiliki oleh Yayasan Kesejahteraan Pegawai (YKP) PT Bank Dagang Negara dan PT Mahkota Prestasi berupaya keluar dari krisis 1997 - 1999 dengan berbagai cara. Mulai dari langkah-langkah menuju merger sampai pada akhirnya memilih konversi menjadi bank syariah dengan suntikan modal dari pemilik.
Dengan terjadinya merger empat bank (Bank Dagang Negara, Bank Bumi Daya, BankExim dan Bapindo) ke dalam PT Bank Mandiri (Persero) pada tanggal 31 Juli 1999, rencana perubahan PT Bank Susila Bakti menjadi bank syariah (dengan nama Bank Syariah Sakinah) diambil alih oleh PT Bank Mandiri (Persero).
PT Bank Mandiri (Persero) selaku pemilik baru mendukung sepenuhnya dan melanjutkan rencana perubahan PT Bank Susila Bakti menjadi bank syariah, sejalan dengan keinginan PT Bank Mandiri (Persero) untuk membentuk unit syariah. Langkah awal dengan merubah Anggaran Dasar tentang nama PT Bank Susila Bakti menjadi PT Bank Syariah Sakinah berdasarkan Akta Notaris: Ny. Machrani M.S. SH, No. 29 pada tanggal 19 Mei 1999. Kemudian melalui Akta No. 23 tanggal 8 September 1999 Notaris: Sutjipto, SH nama PT Bank Syariah Sakinah Mandiri diubah menjadi PT Bank Syariah Mandiri.
Pada tanggal 25 Oktober 1999, Bank Indonesia melalui Surat Keputusan Gubernur Bank Indonesia No. 1/24/KEP. BI/1999 telah memberikan ijin perubahan kegiatan usaha konvensional menjadi kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah kepada PT Bank Susila Bakti. Selanjutnya dengan Surat Keputusan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia No. 1/1/KEP.DGS/1999 tanggal 25 Oktober 1999, Bank Indonesia telah menyetujui perubahaan nama PT Bank Susila Bakti menjadi PT Bank Syariah Mandiri.
Senin tanggal 25 Rajab 1420 H atau tanggal 1 November 1999 merupakan hari pertama beroperasinya PT Bank Syariah Mandiri. Kelahiran Bank Syariah Mandiri merupakan buah usaha bersama dari para perintis bank syariah di PT Bank Susila Bakti dan Manajemen PT Bank Mandiri yang memandang pentingnya kehadiran bank syariah dilingkungan PT Bank Mandiri (Persero).
PT Bank Syariah Mandiri hadir sebagai bank yang mengkombinasikan idealisme usaha dengan nilai-nilai rohani yang melandasi operasinya. Harmoni antara idealisme usaha dan nilainilai rohani inilah yang menjadi salah satu keunggulan PT Bank Syariah Mandiri sebagai alternatif jasa perbankan di Indonesia.
Produk-produk dalam BSM
1. Produk Pendanaan a. tabungan deposito giro obligasi jasa produk jasa operasional jasa investasi BSM customer network financing Pembiayaan resi gudang PKPN Pembiayaan edukasi BSM BSM impian Pembiayaaan dana berputar Pembiayaan griya Pembiayaan umrah Mudharabah Musyarakah
Murabahah
B. Pengolahan dan Analisis Deskriptif 1. Pengolahan data Dalam penelitian ini, sampel yang digunakan adalah bank umum syariah yang terdaftar di BI dari tahun 2004 sampai dengan tahun 2008. sedangkan data yang
digunakan data dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2008 yaitu : Profitabilitas (ROE), Jumlah pendapatan murabahah, Jumlah pendapatan mudharabah, Jumlah pendapatan musyarakah yang didapat dari laporan laba/rugi bank. Kemudian data tersebut dinput dengan menggunakan Microsoft EXCEL edisi 2003 dan didapat variabel-variabel, yaitu variabel Profitabilitas (ROE), variabel Murabahah, Variabel Mudharabah, dan variabel Musyarakah. Setelah itu data diinput menggunakan SPSS versi 13 dengan menggunakan uji asumsi klasik terlebih dahuluuntuk melihat apakah data yang diolah memenuhi syarat untuk digunakan dalam regresi berganda. Variabel yang didapat ditransformasikan ke bentuk natural logarithma (LN). ini digunakan untuk menstandardisasikan data mentah, sehingga distribusi masing-masing variabel menjadi normal. Kemudian variabel-variabel tersebut diinput guna memperoleh output dari model persamaan regresi berganda. Sekaligus untuk menganalisis pengaruh variabel independent terhadap variabel dependen dengan dasar keputusan dari uji F, uji T dan koofisien determinasi (R2)
2. Analisis Deskriptif Variabel Variabel-variabel yang dideskripsikan dalam penelitian ini di antaranya : a. Deskripsi ROE
ROE merupakan variabel dependen dalam penelitian ini. Roe adalah alat untuk mengukur besarnya profitabilitas bank syariah. Penggunaan ROE sebagai variabel dependen lebih dikarenakan sampai saat ini bank syariah menggunakan ROE untuk menentukan tingkat bagi hasil/ pada masa yang akan datang. berdasarkan aturan yang telah ditetapkan BI untuk perbankan syariah. ROE yang baik tentunya memenuhi standar penilaian. BI menetapkan ROE yang baik < 10% per tahun
TABEL 4.1 ROE Tahun 2005
2006
2007
2008
Triwulan I II III IV I II III IV I II III IV I II III Rata-rata
BANK MUAMALAT 0.2455 0.2249 0.2140 0.1810 0.2361 0.2129 0.1977 0.2129 0.3115 0.2972 0.2429 0.2324 0.3749 0.3437 0.3321 0.2573
BANK SYARIAH MANDIRI 0.2687 0.2580 0.2158 0.1456 0.1115 0.0985 0.0870 0.1043 0.2004 0.1749 0.1657 0.1605 0.2264 0.2278 0.2218 0.1778
Berdasarkan tabel 4.1, rata-rata ROE yang dihasilkan Bank Muamalat pada tahun 2005 sebesar 21,63% sedangkan ROE yang dihasilkan Bank Syariah Mandiri lebih besar dibandingkan Bank Muamalat yaitu 22,20%. Ini berarti bahwa profitabilitas Bank
Syariah Mandiri lebih besar dari pada profitabilitas Bank Muamalat. Dalam tahun 2005 baik Bank Muamalat maupun Bank Syariah mandiri termasuk kategori bank yang memiliki ROE sehat. Pada tahun 2006, rata-rata ROE yang dihasilkan Bank Muamalat sebesar 21,49%, sedangkan ROE yang dihasilkan Bank Syariah Mandiri sebesar 10,32%. Ini berarti bahwa profitabilitas yang dihasilkan Bank Muamalat Lebih besar dari pada Bank Syariah. Jika dibandingkan dengan rata-rata pada tahun sebelumnya baik Bank Muamalat mapupun Bank Syariah mandiri keduanya mengalami penurunan, tetapi dalam tahun ini baik Bank Muamalat maupun Bank Syariah mandiri termasuk kategori bank yang memiliki ROE sehat. Pada tahun 2007, terjadi kenaikan rata-rata ROE pada kedua bank tersebut jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Bank Muamalat memiliki rata-rata ROE sebesar 27,2% , sedangkan Bank Syariah Mandiri memiliki rata-rata ROE sebesar 17,53%. Dalam tahun ini ROE Bank Muamalat dan Bank Syariah Mandiri dinyatakan Sehat. Pada tahun 2008, penulis hanya meneliti 3 trrwulan dari kedua bank tersebut.dikarenakan keterbatasan data dan waktu. Rata-rata ROE yang diperoleh Bank Muamalat sebesar 35%, sedangkan rata-rata ROE Bank Syariah Mandiri sebesar 22,5%. Walaupun hanya 3 triwulan, tetapi terlihat kenaikan ROE dari kedua bank tersebut. Jumlah rata-rata yang dikumpulkan dari triwulan 1 tahun 2005 sampai dengan triwulan 3 tahun 2008. Bank Muamalat memiliki rata-rata sebesar 25,73%, sedangkan rata-rata Bank Syariah Mandiri sebesar 17.78%. ini berarti bahwa profit yang dihasilkan Bank Muamalat lebih besar dibandingkan dengan Bank Syariah Mandiri.
b. Deskripsi Murabahah Murabahah merupakan variabel independent pertama dalam penelitian ini. Murabahah Adalah suatu perjanjian yang disepakati antara Bank Syariah dengan nasabah, dimana Bank menyediakan pembiayaan untuk pembelian bahan baku atau modal kerja lainnya yang dibutuhkan nasabah, yang akan dibayar kembali oleh nasabah sebesar harga jual bank (harga beli bank + margin keuntungan) pada waktu yang ditetapkan.
TABEL 4.2 Murabahah Tahun
triwulan
2005
I
68152000000
141843832000
II
149097000000
288549543000
2006
2007
2008
BANK MUAMALAT
BANK SYARIAH MANDIRI
III
244973000000
431256872000
IV
354812000000
567368241000
I
113148000000
115311167000
II
229678000000
238339368000
III
356341000000
369734473000
IV
486955000000
429689059000
I
122356000000
126998973000
II
255377000000
247693918000
III
387359000000
390346072000
IV
401239000000
490107801000
I
141125000000
179909329000
II
278750000000
366824577000
III
435706000000
579995074000
Rata-rata
268337866667
330931219933
Berdasarkan tabel 4.2, rata-rata pendapatan Murabahah tahun 2005 Bank Muamalat sebesar
204.258.500.000, sedangkan pendapatan rata-rata Bank Syariah mandiri sebesar
357.254.622.000. Pendapatan tahun 2005 Bank Syariah Mandiri lebih besar daripada pendapatan yang dihasilkan Bank Muamalat. Pada tahun 2006, jumlah pendapatan rata-rata yang dihasilkan Bank Muamalat sebesar 296.530.500.000, sedangkan jumlah pendapatan rata-rata Bank Syariah Mandiri sebesar 288.268.516.750. pada tahun ini Bank Syariah Mandiri mengalami penurunan pendapatan ratarata. Pada tahun 2007, terjadi penurunan pendapatan rata-rata Bank muamalat dibandingkan tahun lalu, jumlah pendapatan rata-rata yang berhasil dikumpulkan sebesar 291.582.750.000. sedangkan pada Bank Syariah Mandiri mengalami peningkatan pendapatan rata-rata. Junlah pendapatan rata-rata Bank Syariah Mandiri sebesar 313.786.691.000. Pada tahun 2008, jumlah pendapatan rata-rata sampai dengan triwulan 3 Bank Muamalat Sebesar 285.193.666.667, sedangkan jumlah pendapatan rata-rata Bank Syariah Mandiri sebesar 375.576.326.667 Sedangkan pendapatan rata-rata murabahah yang dihasilkan mulai dari triwulan 1 tahun 2005 sampai dengan trriwulan 3 tahun 2008 , pendapatan rata-rata yang diperoleh Bank Muamalat sebesar 268.337.866.667, dan pada Bank Syariah Mandiri sebesar 330.931.219.993. pendapatan rata-rata Bank Syariah Mandiri lebih besar daripada Bank muamalat.
c. Deskripsi Mudharabah Mudharabah merupakan variabel independen kedua dalam penelitian ini. Mudharabah adalah akad kerjasama antara bank dengan nasabah, bank sebagai Shahibul maal dan nasabah
sebagi mudharibnya, keuntungan yang didapat akan dibagikan sesuai dengan porsi yang telah disepakati diawal akad.
TABEL 4.3 Mudharabah Tahun 2005
2006
2007
2008
triwulan I II III IV I II III IV I II III IV I II III Ratarata
BANK MUAMALAT 68810000000 144897000000 229777000000 323100000000 93851000000 190897000000 291008000000 397788000000 101654000000 203108000000 308825000000 413681000000 96365000000 188082000000 274306000000
BANK SYARIAH MANDIRI 13780174000 33756470000 53843604000 72709215000 19740103000 44371745000 78426890000 120285704000 48141105000 105587101000 178394924000 235449697000 95519609000 203899626000 324314179000
221743266667
108548009733
Berdasarkan dari tabel 4.3, jumlah pendapatan rata-rata tahun 2005 pada Bank Muamalat sebesar 191.646.000.000, sedangkan pendapatan rata-rata Bank Syariah Mandiri sebesar 43.522.365.750.
Pada tahun 2006. Jumlah pendapatan rata-rata Bank Muamalat sebesar 243.386.000.000, sedangkan pendapatan rata-rata Bank Syariah Mandiri sebesar 65.706.110.500 Jumlah pendapatan rata-rata pada tahun 2007 Bank Muamalat sebesar 256.817.000.000 dan pada Bank Syariah Mandiri sebesar 141.893.206.750
Pada tahun 2008, jumlah pendapatan rata-rata sampai dengan triwulan 3 Bank Muamalat memperoleh 116.541.666.667 . sedangkan Bank Syariah Mandiri sebesar 119.542.338.333. Sedangkan pendapatan rata-rata dari triwulan 1 tahun 2005 sampai dengan triwulan 3 tahun 2008 Bank Muamalat berhasil mengumpulkan sebesar 65.630.266.667 sedangkan Bank Syariah Mandiri berhasil mengumpulkan 106.257.892.667.
d. Deskripsi Musyarakah Musyarakah merupakan variabel independen ketiga dalam penelitian ini. Musyarakah adalah akad kerjasama antara bank dengan nasabah untuk bersama-sama membiayai suatu usaha dengan pembagian keuntungan dan risiko sesuai kesepakatan (Ani Murdiyati, Dirut BMSI). TABEL 4.4 Musyarakah Tahun 2005
2006
2007
2008
triwulan I II III IV I II III IV I II III IV I II III Ratarata
BANK MUAMALAT 12574000000 28765000000 47794000000 67789000000 18049000000 37574000000 52683000000 102043000000 17877000000 42092000000 76193000000 131396000000 50940000000 112293000000 186392000000
BANK SYARIAH MANDIRI 27611285000 61275778000 98925347000 137734828000 39223091000 87014279000 134742551000 189779083000 43992027000 94321358000 141711931000 178909817000 55173515000 116977911000 186475589000
65630266667
106257892667
Berdasarkan tabel 4.4 . Jumlah pendapatan rata-rata Musyarakah pada tahun 2005 Bank Muamalat sebesar 39.230.500.000, sedangkan pendapatan rata-rata Bank Syariah Mandiri sebesar 81.386.809.500. Pada tahun 2006 Jumlah pendapatan rata-rata Musyarakah Bank Muamalat sebesar 52.587.250.000 , sedangkan pendapatan rata-rata Bank Syariah Mandiri sebesar 112.689.751.000.
Pada tahun 2007 Jumlah pendapatan rata-rata Musyarakah Bank Muamalat sebesar 66.889.500.000 , sedangkan pendapatan rata-rata Bank Syariah Mandiri sebesar 114.733.783.250.. Pada tahun 2008, jumlah pendapatan rata-rata sampai dengan triwulan 3 Bank Muamalat memperoleh 186.251.000.000. sedangkan Bank Syariah Mandiri sebesar 207.911.138.000. Sedangkan pendapatan rata-rata dari triwulan 1 tahun 2005 sampai dengan triwulan 3 tahun 2008 Bank Muamalat berhasil mengumpulkan sebesar 221.743.266.667,
sedangkan
Bank
Syariah
Mandiri
berhasil
mengumpulkan
108.543.009.733 pendapatan rata-rata mulai tahun 2005 sampai dengan tahun 2007 pendapatan kedua bank terus mengalami peningkatan, ketika tahun 2008 sampai dengan triwulan 3, pendapatan rata-rata Bank Muamalat turun sedangkan Pendapatan rata-rata mudharabah Bank Syariah Mandiri naik.
C. Uji Asumsi Klasik 1. Uji Normalitas Data
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel pengganggu atau residual mamiliki distribusi normal. ada beberapa cara mendeteksi normalitas dengan melihat penyebaran data (titik) pada sumbu diagonal dan grafik. Dasar pengambilan keputusan adalah Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi memenuhi asumsi normalitas, dan jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah garis diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas. Singgih Santoso (2000: 214) GRAFIK 4.1 Uji Normalitas Data
Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Dependent Variable: Y 1.0
Expected Cum Prob
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0 0.0
0.2
0.4
0.6
0.8
1.0
Observed Cum Prob
2. Uji Multikolinearitas Uji multikolinieritas digunakan untuk mengetahui ada tidaknya variabel independen yang memiliki kemiripan dengan variabel independen lain dalam satu model
(Bhuono:2005:58). Model regresi yang baik adalah tidak terjadi korelasi diantara variabel bebas. Nilai cut off
yang unumnya digunakan untuk menunjukkan adanya
multikolinearitas adalah nilai Tolarnce < 0,10 atau sama dengan nilai VIF > 10 dan nilai Tolarance = 0,10 sama dengan tingkat kolonearitas 0,95 (Ghazali : 2005)
TABEL Hasil Uji Multikolinearitas
Coefficients a
Model 1
X1 X2 X3
Collinearity Statistics Tolerance VIF ,134 7,480 ,634 1,578 ,159 6,281
a. Dependent Variable: Y Masing-masing variabel memiliki nilai Tolerance kurang dari 0,10 dan nilai VIF ( Variance Inflation Factor ) tidak lebih dari 10 yang berarti tidak ada korelasi antar variabel independent maka model regresi terbebas dari masalah multikolineritas
3. Uji Autokorelasi Uji Autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi berganda ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t dengan
kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi autokorelasi maka dianamakan ada penyakit autokorelasi (Ghazali : 2005) Tabel Hasil Uji Autokorelasi Model Summary Model 1
R ,520a
R Square ,271
b
Adjusted R Square ,186
Std. Error of the Estimate ,32797
DurbinWatson ,378
a. Predictors: (Constant), X3, X2, X1 b. Dependent Variable: Y
Berdasarkan tabel Durbin Watson dengan α = 5% dan variabel independen dalam model regresi adalah 3, serta jumlah sample sebanyak 30, petunjuk dasar pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi dengan melihat besarnya Durbin Watson (Ghazali : 2005 ) yaitu: 1. Angka DW dibawah -2 terdapat autokorelasi positif 2. Angka DW -2 sampai +2 tidak terdapat autokorelasi 3. Angka DW diatas -2 terdapat autokorelasi negatif. Dari tabel Durbin Watson didapatkan nilai sebesar 0,378, maka dapat dikatakan penelitian ini tidak terindikasi masalah autokorelasi..
4. Uji Heteroskedastisitas
Uji heterostisitas bertujuan untuk menguji apkah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variabel dari residual satu pengamatan kepengamatan yang lain. Pengujian heteroskedastisitas dilakuakn berdasarkan scatterplots dari hasil pengolahan data dengan SPSS 13. adapun hasil dari pengujian heterokedastisitas sebagai berikut :
GRAFIK Hasil Uji Heterokedastisitas
Scatterplot
Dependent Variable: Y
Regression Studentized Residual
2
1
0
-1
-2 -1
0
1
2
Regression Standardized Predicted Value
Dari grafik scatterplot terlihat bahwa titik-titik menyebar secara acak serta tersebar baik diatas maupun dibawah angka nol pada sumbu Y. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi Heterokedastisitas pada model regresi.
Uji Analisis regresi berganda
Hubungan variabel independent dengan variabel dependen diekspresikan dalam bentuk persamaan yang menghubungkan variabel dependen (Y), dengan satu atau lebih variabel independent (X1, X2, X3…….Xn ). Dasar pengambilan keputusan dalam uji regresi berganda diantaranya : 1. Uji Simultan (Uji F). Uji F digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen yang digunakan dalam model regresi yaitu Murabahah, Mudharabah, Musyarakah mampu menjelaskan variabel dependennya, yaitu Profitabilitas (ROE). Hasil yang diperoleh dari Uji F yang dilakukan dengan menggunakan SPSS 13 dapat dilihat pada tabel ANOVA. Hasil F test menunjukkan variabel independent secara bersamasama berpengaruh terhadap variabel dependen jika p-value (pada kolom signifikan) lebih kecil dari level of significant yaitu 5%
TABEL ANOVAb Model 1
Regression Residual Total
Sum of Squares 1,037 2,797 3,834
df 3 26 29
Mean Square ,346 ,108
F 3,215
Sig. ,039a
a. Predictors: (Constant), X3, X2, X1 b. Dependent Variable: Y
Berdasarkan tabel diatas nilai p-value adalah sebesar 0.039. ini menunjukkan bahwa pvalue tersebut lebih kecil dari level of significant yang telah ditentukan sebesar 0.05. berarti
Murabahah, Mudharabah, dan Musyarakah berpengaruh terhadap ROE secara simultan. Berarti H0 ditolak dan Ha diterima.
Uji Parsial (Uji t) Uji t digunakan untuk mengetahui bagaimana hubungan variabel independen secara (parsial) mempengaruhi variabel dependen. Ini berarti menjelaskan Murabahah, Mudharabah, dan Musyarakah secara terpisah dapat mempengaruhi ROE. Hasil uji t yang dilakukan dengan menggunakan SPSS 13 dapat dilihat pada tabel Coefficients, hubungan dari masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen dapat dilihat nilai p-value. Nilai p-value yang memenuhi standar adalah lebih kecil dari 5%.
TABEL Coefficients
Model 1
(Constant) X1 X2 X3
a. Dependent Variable: Y
a. Variabel Murabahah
Unstandardize d Coefficients Std. B Error -,41 2,948 ,00 ,278 ,192 ,086 -,24 ,194
a
Standardized Coefficients Beta -,006 ,472 -,519
t -,139 -,012 2,243 -1,236
Sig. ,890 ,990 ,034 ,228
Dari tabel uji t yang telah dilakukan pada variabel Murabahah, diketahui bahwa nilai pvalue > α (0.990 > 0.05) artinya 0.990 lebih besar daripada 0.05 yang berarti tidak signifikan. Dengan demikian dapat disimpulakan bahwa variabel Murabahah tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap ROE. b. Variabel Mudharabah Dari tabel uji t yang telah dilakukan pada variabel Murabahah, diketahui bahwa nilai p-value < α (0.034 > 0.05) artinya 0.034 lebih kecil daripada 0.05 yang berarti signifikan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variabel Mudharabah mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap ROE. c. Variabel Musyarakah Dari tabel uji t yang telah dilakukan pada variabel Murabahah, diketahui bahwa nilai pvalue < α (0.228 > 0.05) artinya 0.228 lebih besar daripada 0.05 yang berarti tidak signifikan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variabel Musyarakah tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap ROE
Uji Koofiensi Determinasi (R2) TABEL
b Model Summary
R Model R Square 1 ,520a ,271
Change Statistics Adjusted Std. Error of R Square F R Square the Estimate Change Change df1 df2 ,186 ,32797 ,271 3,215 3 26
Sig. F Change ,039
a. Predictors: (Constant), X3, X2, X1 b. Dependent Variable: Y
Koofisiensi determinasi digunakan untuk menguji goodness-fit
dari model regresi.
Besarnya nilai adjusted R2 sebesar 0.186 yang berarti variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel independent sebesar 18,6%, sedangkan sisanya 81,4% dijelaskan oleh variabel lainnya yang tidak dimasukkan dalam model regresi.
Hasil Analisis Regresi Berganda Analisis Regresi berganda untuk mengetahui pola hubungan antara variabel independent ( Murabahah, Mudharabah, Musyarakah ) dengan variabel dependennya ( ROE ) dinyatakan dengan persamaan model regresi yaitu: Y= -0.41+0,192 X2 Y= ROE X2 = Mudharabah
Dari hasil analisis hubungan variabel Murabahah, Mudharabah, Musyarakah terhadap ROE diperoleh hasil bahwa hanya variabel mudharabah yang memiliki pengaruh signifikan
terhadap ROE. Sedangkan variabel Murabahah dan Musyarakah tidak terdapat pengaruh signifikan terhadap ROE. Jadi hanya variabel mudharabah signifikan terhadap ROE, berarti H0 ditolak dan Ha diterima. Variabel mudharabah berpengaruh signifikan terhadap ROE, berarti diperoleh bahwa pendapatan yang dihasilkan Mudhrabah memang mempengaruhi tingkat profitabilitas (ROE) bank. Tingkat pembiayaan mudharabah yang disalurkan bank menghasilkan pendapatan yang akan mempengaruhi tingkat profitabilitas (ROE) bank (Efrida : 2007). Mudharabah adalah akad kerjasama antara bank selaku shahibul maal dengan nasabah selaku mudharib, kemudian bank mempercayakan nasabahnya untuk mengelola hartanya dengan kesepakatan pembagian keuntungan berdasarkan porsi yang telah disepakati. Dalam perbankan konvensional sama halnya dengan pemberian kredit. Pemberian kredit yang diberikan bank akan menghasilkan pendapatan bunga dan akan mempengaruhi tingkat profitabilitas (Dewi : 2008) .
Mudharabah juga merupakan akad yang paling banyak diminati oleh nasabah, berarti
semakin tinggi terjadinya akad mudhrabah yang dilakukan bank dengan nasabah, semakin tinggi pula pendapatan yang diperoleh dan akan mempengaruhi tingkat profitabilitas (ROE) yang dihasilkan (Abu Bakar : 2009) Revenue Sharing adalah sistem pembagian keuntungan berdasarkan pendapatan yang diterima, sedangkan Profit Sharing adalah sistem pembagian keuntungan berdasarkan keuntungan bersih yang diterima (netto), tetapi lazimnya dalam akad mudharabah bank syariah lebih menginginkan sistem revenue sharing, dikarenakan keuntungan yang akan dibagikan kepada bank belum dikurangi dengan beban-beban yang akan dikeluarkan dari operasional mudharib. Jadi pendapatan atau keuntungan yang diterima oleh bank lebih besar dibandingkan
dengan profit sharing. Dengan demikian bank syariah akan mendapatkan keuntungan yang besar dan akan mempengaruhi tingkat profitabilitas (ROE).
Lampiran No. 1 ROE
Tahun 2005
2006
2007
2008
Triwulan I II III IV I II III IV I II III IV I II III Rata-rata
BANK MUAMALAT 0.2455 0.2249 0.2140 0.1810 0.2361 0.2129 0.1977 0.2129 0.3115 0.2972 0.2429 0.2324 0.3749 0.3437 0.3321 0.2573
BANK SYARIAH MANDIRI 0.2687 0.2580 0.2158 0.1456 0.1115 0.0985 0.0870 0.1043 0.2004 0.1749 0.1657 0.1605 0.2264 0.2278 0.2218 0.1778
Lampiran No. 2 MURABAHAH
Tahun 2005
2006
2007
2008
triwulan I II III IV I II III IV I II III IV I II III
BANK MUAMALAT 68152000000 149097000000 244973000000 354812000000 113148000000 229678000000 356341000000 486955000000 122356000000 255377000000 387359000000 401239000000 141125000000 278750000000 435706000000
BANK SYARIAH MANDIRI 141843832000 288549543000 431256872000 567368241000 115311167000 238339368000 369734473000 429689059000 126998973000 247693918000 390346072000 490107801000 179909329000 366824577000 579995074000
Rata-rata
268337866667
330931219933
Lampiran No. 3 MUDHARABAH
Tahun 2005
2006
2007
2008
triwulan I II III IV I II III IV I II III IV I II III Rata-rata
BANK MUAMALAT 68810000000 144897000000 229777000000 323100000000 93851000000 190897000000 291008000000 397788000000 101654000000 203108000000 308825000000 413681000000 96365000000 188082000000 274306000000 221743266667
BANK SYARIAH MANDIRI 13780174000 33756470000 53843604000 72709215000 19740103000 44371745000 78426890000 120285704000 48141105000 105587101000 178394924000 235449697000 95519609000 203899626000 324314179000 108548009733
Lampiran No. 4 MUSYARAKAH
Tahun 2005
2006
2007
2008
triwulan I II III IV I II III IV I II III IV I II III Rata-rata
BANK MUAMALAT 12574000000 28765000000 47794000000 67789000000 18049000000 37574000000 52683000000 102043000000 17877000000 42092000000 76193000000 131396000000 50940000000 112293000000 186392000000 65630266667
BANK SYARIAH MANDIRI 27611285000 61275778000 98925347000 137734828000 39223091000 87014279000 134742551000 189779083000 43992027000 94321358000 141711931000 178909817000 55173515000 116977911000 186475589000 106257892667