1
BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN
A Hasil Penelitian 1. Gambaran umum PT DBS Indonesia i. Sejarah berdirinya PT DBS Indonesia PT DBS Indonesia merupakan perusahaan yang bergerak di bidang trading furniture, didirikan oleh Dedeh Hendrayani pada tanggal 07 November 2002 dengan akta notaris Nomor : 06 tanggal 07 November 2002 disahkan oleh Notaris H. Rizal Sudarmadi, SH. Indonesia
PT DBS
meningkatkan standar furniture di Indonesia secara
konsisten. Inilah yang membedakan perusahaan lokal sejenis dan juga menjadikan PT DBS Indonesia dikenal di luar negeri. Produk furniture yang dihasilkan untuk kebutuhan home equipment, office, sekolah dan universitas, fasilitas pemerintah dan rumah sakit.
ii. Struktur Organisasi Perusahaan Umumnya suatu organisasi baik organisasi massa maupun organisasi usaha, haruslah mempunyai struktur organisasi agar perjalanan usaha dapat berlangsung dengan baik, sehingga tujuan perusahaan dapat dicapai dengan efektif. Yang membedakan struktur organisasi pada perusahan besar dan kecil adalah tingkat kerumitan
2
masalah yang dihadapinya dan disesuaikan dengan jenis dan kegiatan usaha yang dijalankan perusahaan. Penyusunan struktur organisasi sesuai dengan prinsip organisasi yang dilaksanakan sebelum operasi fisik perusahaan, agar berjalan sebagaimana mestinya. Pembentukan struktur organisasi secara umum diikuti dengan penyusunan analisa jabatan dan uraian jabatan yang mempertegas
dalam
pembagian
pekerjaan
dalam
arti
pekerja
mengetahui siapa yang menjadi atasan, pekerjaan apa yang diharapkan darinya dan apa dikerjakan, apa yang menjadi hak dan kewajibannya dan lain sebagainya. Oleh karena itu, struktur organisasi sangat penting perannya
untuk
menghindari
terjadinya
ketidakpastian
dalam
melaksanakan kegiatan perusahaan. Struktur organisasi PT DBS Indonesia menganut pola organisasi garis dan staf. Organisasi ini menunjukan bemtuk aliran kekuasan yang mengalir secara langsung dari direktur utama kepada kepala bagian dan kemudian meneruskannya ke karyawan dibawahnya. Dengan struktur organisasi seperti ini memungkinkan adanya kesatuan
dalam
pemberian perintah dan pengambilan keputusan cepat dari pimpinan kepada bawahannya. Bagian dalam struktur organisasi PT DBS Indonesia secara garis besar sebagai berikut :
3
Gambar 3.1 Struktur Organisasi (Data Perusahaan) Berdasarkan bagian-bagian dalam struktur organisasi tersebut maka dapat diterapkan tugas, wewenang dan tanggung jawab masingmasing bagian sebagai berikut : •
Direktur Utama Bertanggung jawab sepenuhnya atas jalannya aktivitas perusahan baik tanggung jawab keluar maupun ke dalam.
•
Direktur Produksi Bertanggung jawab terhadap bagian produksi dan logistik o Bagian produksi Bertanggung jawan sepenuhnya atas kegiatan produksi perusahaan dan kualitas produk o
Bagian Logistik Bertanggung jawab atas pembelian bahan baku untuk kegiatan produksi perusahaan
4
•
Sekertaris Membantu direktur utama menyelesaikan pekerjaan serta mencatat agenda-agenda kegiatan direktur utama, selain itu mengawasi kegiatan perusahaan dan mengecek laporan – laporan perusahaan.
•
HRD Departemen Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang berkaitan dengan tenaga kerja perusahaan serta pelayanan umum terhadap karyawan perusahaan.
•
Direktur Marketing Bertanggung jawab pada bagian pemasaran o Bertanggung jawab sepenuhnya atas kegiatan pemasaran produk perusahan.
•
Direktur Keuangan Bertanggung jawab pada bagian Akuntansi dan keuangan o Bagian Akuntansi Bertanggung jawab atas pembukuan dan pembuatan laporan keuangan perusahaan serta penerbitan administrasi keuangan di tiap-tiap bagian perusahaan. o Bagian Keuangan Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang menyangkut masalah keuangan perusahaan yang biasanya berkaitan dengan gaji karyawan dan biaya kebutuhan perusahaan.
5
iii. Proses Produksi Proses produksi furniture kayu secara umum dapat digambarkan dengan diagram alir berikut ini.
Gambar 3.2 Proses Produksi furniture
Proses produksi pada usaha kecil furniture kayu ini menggunakan teknologi proses sederhana secara manual untuk pekerjaan kecil dan rinci. Pada pekerjaan yang lebih berat sudah menggunakan teknologi proses semi modern, yaitu dalam proses pemotongan, penyerutan dan penghalusan
untuk
bidang-bidang
pembuatan furniture kayu
merupakan
yang
lebih
gabungan
luas.
proses
Proses mekanik
(pemotongan, pengeboran dan pemolaan kayu) dan pengerjaan seni
6
(pembentukan akhir sesuai contoh model). Furniture kayu yang dihasilkan merupakan produk yang mempunyai kandungan seni menurut model dan fungsi produk yang dikehendaki.
Proses pembuatan dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu pemotongan kayu gelondongan menjadi bentuk kaso, papan dan balok yang dilakukan di tempat penjual kayu. Selanjutnya bahan tersebut dilakukan pemotongan sesuai dengan ukuran produk, pembentukan model-model produk dengan mesin bubut, pengukiran bentukan produk jadi, pengampelasan, pewarnaan dan finishing.
Pewarnaan umumnya memanfaatkan warna alami kayu jati yang sangat digemari oleh konsumen. Penguatan warna sesuai selera konsumen, biasanya cenderung kepada warna terang, kuning sampai kecoklatan, atau warna agak gelap, yaitu coklat sampai kehitaman. Tetapi beberapa konsumen juga ada yang menginginkan warna lain seperti warna keemasan atau perak. Bahan pelarut warna dan perekat warna dapat dipilih antara politur dan melamine.
a.
Bahan Baku 1) Bahan Baku Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan berbagai jenis produk furniture kayu antara lain kayu jati dan kayu mahoni. Kayu jati digunakan untuk bagian furniture yang tampak terekspose pada produk akhir, sedangkan kayu mahoni
7
digunakan untuk bagian dalam seperti rangka bagian dalam, rak, lis penyangga rak, dan sebagainya. 2) Bahan Pelengkap dan Pembantu Bahan pelengkap yang digunakan dalam pembuatan berbagai macam jenis furniture kayu antara lain: kaca, cermin, kunci, engsel, tarikan pintu, bahan jok, asesoris dan sebagainya. Sedangkan bahan pembantu yang digunakan terdiri dari paku, sekrup, ampelas, dempul, bahan melamin, thiner, spiritus, bahan politur seperti sirlak dan pewarna, lem serta cat.
b.
Tenaga Kerja Tenaga kerja yang terlibat dalam usaha furniture kayu terdiri dari : •
Tenaga kerja langsung Tenaga kerja langsung adalah pekerja produksi yang memiliki keahlian dalam kategori tukang kayu, tukang politur untuk pekerjaan finishing, serta tukang amplas
•
Tenaga kerja tidak langsung. Tenaga
kerja
tidak
langsung
Tenaga
manajemen,
administrasi dan penjualan serta sopir. Standar Biaya Tenaga kerja Langsung yaitu : Standar biaya tenaga kerja langsung pada perusahaan ditentukan oleh dua unsur, yaitu :
8
•
Standar Tarif Upah Langsung Penetapan standar tarif upah langsung pada perusahaan didasarkan pada tarif Upah Minimal Regional (UMR) yang telah ditetapkan pemerintah.
•
Standar jam kerja langsung Perusahaan menerapkan delapan jam kerja per hari yang berlangsung mulai pukul 08.00 WIB-17.00 WIB dengan waktu istirahat selama satu jam mulai pukul 12.00WIB13.00 WIB
iv. Penyajian Data. PT DBS Indonesia memproduksi berbagai macam furniture yaitu home furniture, office furniture, bed room furniture dan living room. Jumlah produksi yang dihasilkan selama dua tahun yaitu tahun 2009 dan tahun 2010 adalah sebagai berikut : Tabel 4.1 Jumlah Produksi Furniture Tahun 2009-2010 Home Office Bed room Tahun furniture Furniture furniture 2009 125 set 96 set 115 set
Living room 120 set
2010
144 set
140 set
108 set
130 set
Sumber : Data perusahaan (2011) (a) Biaya bahan baku Komposisi bahan baku yang dipakai untuk memproduksi furniture yaitu sebagai berikut :
9
Tabel 4.2 Biaya Bahan Baku Bahan Baku Bahan Baku Kayu : Kayu Jati Kayu Mahoni Sub Bahan Baku Kayu Bahan Pelengkap dan Pembantu : Bahan Melanin: Melanin Sending Sealer Melanin Semi Gloss Wood Filler Teak Wook Tiner ND Super Sub bahan melain Bahan Pelitur : Spirtus Sirlak Cat bronse mas Polis furniture Amplas kasar Kain ball Flinknote cell Kuas Sub bahan pelitur
Tahun 2009
Tahun 2010
738.000.000 191.400.000 929.400.000
122.400.000
28.080.000 27.828.000 27.000.000 49.572.000 132.480.000
35.100.000 34.785.000 33.750.000 82.620.000 186.255.000
23.760.000 30.600.000 270.000 522.000 9.600.000 1.440.000 360.000 324.000 66.876.000
43.056.000 39.780.000 360.000 696.000 9.600.000 2.016.000 480.000 324.000 96.312.000
Bahan jok : Lem kain Paku jok Talikur Busa Kertas karton Kain Sub bahan jok
32.524.000 6.840.000 14.304.000 192.600.000 5.400.000 119.400.000 376.218.000
41.428.000 7.980.000 14.304.00 192.600.000 7.560.000 147.000.000 414.022.800
Bahan lem : Lem proxy Lem fox putih Lem kuning Sub bahan lem
27.000.000 11.520.000 48.000.000 86.520.000
11.592.000 36.720.000 67.200.000 115.872.000
65.280.000 36.000.000 36.000.000 137.280.000
65.280.000 39.600.000 39.600.000 144.480.000
Acesories : Kuningan Kunci, paku, engsel, skrup Kaca, cermin Sub bahan acesoris Sumber : Data Perusahaan (2011)
10
(b) Biaya tenaga kerja langsung Biaya tenaga kerja langsung yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk memproduksi furniture adalah sebagai berikut : Tahun 2009 Biaya tenaga kerja langsung : Rp.298.800.000 Tahun 2010 Biaya tenaga kerja langsung : Rp.358.860.000
(c) Biaya Overhead Biaya overhead yang dikeluarkan oleh perusahan adalah sebagai berikut : Tahun 2009, biaya overhead : Rp.614.458.128 Tahun 2010, biaya overhad : Rp.699.435.852
(d) Biaya pemasaran, administrasi dan umum Biaya pemasaran , administrasi dan umum yang dikeluarkan oleh perusahaan adalah sebagai berikut : Tahun 2009 Biaya pemasaran
Rp167.520.000
Biaya administrasi dan umum
Rp. 44.100.600 Rp.211.620.600
11
Tahun 2010 Biaya pemasaran
Rp.175.992.000
Biaya administrasi dan umum
Rp 46.689.000 Rp.222.681.600
v. Analisis Data a. Variance biaya bahan baku Variance biaya produksi terjadi karena adanya penyimpangan realisasi biaya dengan standar biaya yang sudah ditetapkan. Untuk mengetahui penyimpangan tersebut digunakan analisis variance biaya bahan baku 1) Selisih Kuantitas bahan baku : (KA x hst) – (kst x hstr) Tabel 4.3 Selisih Kuantitas Bahan baku tahun 2009 -2010 (dalam rupiah) Tahun 2009
2010
Bahan baku Bahan produksi
(KA x HA) 1.651.410.000
(kst x Hst) 1.651.410.000
Bahan pembantu
72.000.000
72.000.000
0
Total
1.723.410.000
1.723.410.000
0
Bahan produksi
2.387.370.000
2.387.370.000
0
Bahan pembantu
79.200.000
79.200.000
0
2.466.570.000
2.466.570.000
0
Total
Sumber : Data primer diolah (2011) Keterangan : KA : Kuantitas Aktual Hst : Harga Standar Kst : Kuantitas Standar
Selisih 0
12
Penjelasan : Tahun 2009 Realisasi kuantitas yang dipakai dikalikan harga standar adalah sebesar Rp. 1.723.410.000,- sedangkan kuantitas standar yang dipakai setelah dikalikan harga standar adalah Rp.1.723.410.000,- Kuantitas sesungguhnya yang dipakai sama dengan kuantitas standar yang dipakai sehingga tidak Terdapat selisih baik laba maupun rugi. i)
Tahun 2010 Realisasi kuantitas yang dipakai dikalikan harga standar adalah sebesar Rp. 2.412.541.899,- sedangkan kuantitas standar yang dipakai setelah dikalikan harga standar adalah Rp. 2.466.570.000 sehingga terdapat selisih laba sebesar Rp. 54.028.000. Selisih laba tersebut dikarenakan dalam pembelian bahan baku mendapatkan harga yang lebih murah dari standar yang sudah ditetapkan.
2) Selisih Harga bahan baku (KA x HA) – (KA x hst) Tabel 4.4 Selisih Harga Bahan Baku Tahun 2009-2010 (Dalam Rupiah) Tahun 2009
2010
Bahan baku
(KA x HA)
(KA x Hst)
Selisih
Bahan produksi
1.656.774.000
1.651.410.000
5.364.000
Bahan pembantu
72.000.000
72.000.000
Total
1.728.774.000
1.723.410.000
5.364.000 (UF)
Bahan produksi
2.333.341.800
2.387.370.000
54.028.200
Bahan pembantu
79.200.000
79.200.000
2.412.541.800
2.466.570.000
Total
Sumber : Data primer diolah (2011)
0
0 54.028.000(F)
13
Keterangan : KA : Kuantitas Aktual Hst : Harga Standar HA : Harga Aktual Penjelasan : i) Tahun 2009 Realisasi kuantitas yang dipakai dikalikan harga standar adalah sebesar Rp. 1.728.774.000,- sedangkan kuantitas standar yang dipakai setelah dikalikan harga standar adalah Rp. 1.723.410.000,- sehingga terdapat selisih rugi sebesar Rp. 5.364.000. Selisih rugi tersebut dikarenakan dalam pembelian bahan baku telah membeli bahan baku dengan Harga yang lebih tinggi dari harga standar. ii)
Tahun 2010 Realisasi kuantitas yang dipakai dikalikan harga standar adalah sebesar Rp. 2.412.541.800,- sedangkan kuantitas standar yang dipakai setelah dikalikan harga standar adalah Rp.2.466.570.000,- Selisih laba ini terjadi karena bagian pembelian telah membeli bahan baku dengan harga yang lebih rendah dari harga standar.
b. Variance Tenaga Kerja 1) Selisih Biaya Tenaga Kerja Langsung Selisih Jam Kerja / Selisih Efisiensi (Jam Aktual x Upah Standar) – (Jam Standar x Upah Standar)
14
Tabel 4.5 Selisih Jam kerja Tahun 2009-2010 (Dalam Rupiah) Tahun
Tenaga Kerja
(JA x ust)
(jst x ust)
Selisih
2009
Tenaga kerja produksi
298.800.000
298.800.000
0
2010
Tenaga kerja produksi
358.860.000
358.860.000
0
Sumber : Data primer diolah (2011) Keterangan : JA : Jam Aktual JS : Jam Standar Ust : Upah Standar Penjelasan : i) Tahun 2009 Tarif standar setelah dikalikan jam sesungguhnya sebesar Rp.298.800.000 sedangkan tarif standar setelah dikalikan jam standar sebesar Rp 298.800.000. Jam sesungguhnya sama dengan jam standar sehingga tidak terdapat selisih laba maupun rugi ii) Tahun 2010 Tarif standar setelah dikalikan jam sesungguhnya sebesar Rp.358.860.000,- sedangkan tarif standar setelah dikalikan jam standar sebesar Rp.358.860.000. Jam sesungguhnya sama dengan jam standar sehingga tidak terdapat selisih laba maupun rugi
2) Selisih Upah (JA x UA) – (JA x ust)
15
Tabel 4.6 Selisih Jam kerja Tahun 2009-2010 (Dalam Rupiah) Tahun
Tenaga Kerja
(JA x UA)
(JA x ust)
2009 2010
Selisih
Tenaga kerja produksi
298.800.000
298.800.000
0
Tenaga kerja produksi
358.860.000
358.860.000
0
Sumber : Data primer diolah (2011) Keterangan : JA : Jam Aktual UA : Upah Aktual Ust : Upah Standar Penjelasan : i) Tahun 2009 Tarif standar setelah dikalikan jam sesungguhnya sebesar Rp.298.800.000 sedangkan tarif standar setelah dikalikan jam standar sebesar Rp 298.800.000. Jam sesungguhnya sama dengan jam standar sehingga tidak terdapat selisih laba maupun rugi ii) Tahun 2010 Tarif standar setelah dikalikan jam sesungguhnya sebesar Rp.358.860.000,- sedangkan tarif standar setelah dikalikan jam standar sebesar Rp.358.860.000. Jam sesungguhnya sama dengan jam standar sehingga tidak terdapat selisih laba maupun rugi
16
c. Variance Biaya Overhead 1) Selisih Terkendalikan ST = BOPS – afkst Tabel 4.7 Selisih Terkendalikan Tahun 2009-2010 (Dalam Rupiah) Selisih Tahun Overhead BOPS Afkst 2009
Overhead
614.458.128
609.600.000
4.858.128 (UF)
2010
Overhead
699.435.852
710.400.000
10.964.148 (F)
Sumber : Data primer diolah (2011) Keterangan : ST : Selisih Terkendalikan BOPS : Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya Afkst : Anggaran Fleksibel pada Kapasitas Standar Penjelasan: 1 ) Tahun 2009
Biaya
overhead
pabrik
sesungguhnya
sebesar
Rp.
614.458.128,- sedangkan anggaran fleksibel pada kapasitas standar sebesar Rp.609.600.000,-. Biaya overhead pabrik sesungguhnya lebih besar daripada anggaran fleksibel pada kapasitas standar sehingga terdapat selisih rugi sebesar Rp.4.858.128. Unfavourable 2 ) Tahun 2010
Biaya
overhead
pabrik
sesungguhnya
sebesar
Rp
699.435.852,- sedangkan anggaran fleksibel pada kapasitas standar sebesar Rp 710.400.000. Biaya overhead pabrik sesungguhnya lebih kecil daripada anggaran fleksibel pada
17
kapasitas
standar
sehingga
terdapat
selisih
laba
(Favourable)sebesar Rp10.964.148,-.
vi) Pembahasan Berdasarkan analisis variance pada bahan baku, tenaga kerja dan biaya overhead terdapat perbedaan, namun masih dalam daerah in control. Hal ini menunjukkan bahwa pengendalian biaya Produksi perushaan dilakukan dengan efektif, karena penyimpangan realisasi biaya dari standar biaya tidak mengalami selisih rugi. Penyimpangan yang terjadi pada bahan baku, biaya overhad pabrik meskipun secara keseluruhan penyimpangan realisasi biaya dari standar masih dalam taraf in control, namun diperlukan perhartian dari perusahaan untuk mengatasi penyimpangan dan mencari penyebabnya sehingga dapat dicari solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut. a.
Biaya Bahan baku Pengendalian bahan baku diperlukan sehingga pemakaian bahan baku menjadi efektif dari segi pemakaian dan pembelian bahan baku, perusahaan harus menetapkan standar kuantitas untuk proses produksi. Kebijakan perusahaan mencakup pada saat pembelian bahan baku untuk mendapatkan harga yang kompetitif dari pemasok maupun dari katalog atau informasi sejenis, sehingga perusahaan dapat menentukan harga standar bahan baku. Setelah
18
dilakukan analisis variance terhadap biaya bahan baku standar dan realisasinya diperoleh hasil yaitu : •
Berdasarkan perhitungan selisih kuantitas bahan baku pada tahun 2009 dan tahun 2010, tidak terdapat selisih karena kuantitas sesungguhnya bahan baku yang digunakan dalam proses produksi sama dengan kuantitas standar yang telah ditetapkan
•
Berdasarkan perhitungan selisih harga bahan baku pada tahun 2009 dan tahun 2010, terdapat selisih laba karena harga sesungguhnya bahan baku yang digunakan dalam proses produksi lebih rendah dari harga standar yang telah ditetapkan.
b.
Biaya Tenaga Kerja Langsung Standar-standar yang telah ditetapkan baik untuk tarif upah standar Maupun jam kerja standar harus senantiasa ditinjau untuk memastikan bahwa standar dapat dipakai untuk pengendalian biaya tenaga kerja. Perubahan terhadap standar perlu dilakukan apabila terjadi perubahan kondisi di dalam perusahaan maupun perubahan kondisi di luar perusahaan Setelah dilakukan analisis variance (selisih) terhadap biaya tenaga kerja standar dan realisasi biaya tenaga kerja diperoleh hasil sebagai berikut: •
Berdasarkan perhitungan selisih tarif upah langsung diketahui bahwa pada tahun 2009 dan tahun 2010 tidak terjadi selisih
19
karena perusahaan membayar tarif upah sesungguhnya sesuai dengan tarif standar upah langsung.
c.
Biaya Overhead Pabrik Terjadinya selisih diakibatkan karena biaya sesungguhnya yang dikeluarkan kadang terlalu besar atau terlalu kecil dari biaya tandar yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Setelah dilakukan analisis variance (selisih) terhadap biaya overhead pabrik standar dan realisasi biaya overhead pabrik diperoleh hasil sebagai berikut: •
Berdasarkan selisih terkendalikan diketahui bahwa pada tahun 2009 dan biaya overhead pabrik sesungguhnya lebih besar daripada anggaran fleksibel pada kapasitas standar sehingga terdapat selisih rugi sebesar Rp Rp.4.858.128. Yang sifatnya tidak menguntungkan (unfavorable). Sedangkan pada tahun 2010 biaya overhead pabrik sesungguhnya lebih kecil daripada anggaran fleksibel pada kapasitas standar sehingga terdapat selisih sebesar Rp10.964.148,-. Karena biaya overhead pabrik sesungguhnya lebih kecil daripada anggaran fleksibel pada kapasitas standar maka selisih ini bersifat menguntungkan (favorable).
d. Biaya Pemasaran, Biaya Administrasi dan Umum Terjadinya selisih diakibatkan karena biaya sesungguhnya yang dikeluarkan kadang terlalu besar atau terlalu kecil dari biaya
20
tandar yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Setelah dilakukan analisis variance (selisih) terhadap biaya pemasaran, biaya administrasi dan umum dan realisasinya diperoleh hasil sebagai berikut: •
Berdasarkan selisih terkendalikan diketahui bahwa pada tahun 2009 dan biaya pemasaran, biaya administrasi dan umum sesungguhnya lebih besar daripada anggaran fleksibel pada kapasitas standar sehingga terdapat selisih rugi sebesar Rp.167.520.000,- . Yang sifatnya tidak menguntungkan (unfavorable). Sedangkan pada tahun 2010 biaya pemasaran, biaya administrasi dan umum sesungguhnya lebih kecil daripada anggaran fleksibel pada kapasitas standar sehingga terdapat selisih sebesar
Rp.175.992.000,-. Karena biaya
pemasaran, biaya administrasi dan umum sesungguhnya lebih kecil daripada anggaran fleksibel pada kapasitas standar maka selisih ini bersifat menguntungkan (favorable).