BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1
Gambaran Objek Penelitian 4.1.1 Sejarah Pasar Modal di Indonesia Perkembangan pasar modal Indonesia mengalami pasang surut seiring dengan perkembangan perekonomian Indonesia. Era pasar modal di Indonesia dapat dibagi menjadi enam periode. Periode pertama adalah periode jaman Belanda mulai tahun 1912 yang merupakan tahun didirikannya pasar modal pertama. Pasar modal ini beroperasi sampai kedatangan Jepang di Indonesia tahun 1942. Periode kedua adalah periode orde lama yang dimulai pada tahun 1952. Melalui Keputusan Menteri Keuangan No. 289737/U.U. tanggal 1 November 1951, Bursa Efek Jakarta (BEJ) dibuka kembali pada tanggal 3 Juni 1952. Tujuan dibukanya kembali bursa ini adalah untuk menampung obligasi pemerintah yang sudah dikeluarkan pada tahun-tahun sebelumnya. Periode ketiga adalah periode orde baru dengan diaktifkannya kembali pasar modal pada tahun 1977. PT Semen Cibinong merupakan perusahaan pertama yang tercatat di BEJ. Periode ini disebut periode tidur panjang, karena sampai dengan tahun 1988 hanya sedikit perusahaan yang tercatat di BEJ, yaitu hanya 24 perusahaan. Hal ini disebabkan kurang menariknya pasar modal periode ini dari segi investor yang disebabkan
59
60
oleh tidak dikenakannya pajak atas bunga deposito, sedangkan untuk penerimaan deviden dikenakan pajak penghasilan sebesar 15%. Sedangkan periode keempat dimulai tahun 1988 adalah periode bangunnya pasar modal dari tidur yang panjang. Hal ini terlihat dari jumlah perusahaan yang terdaftar di BEJ meningkat sampai dengan 128 perusahaan. Periode kelima adalah periode otomatisasi pasar modal mulai tahun 1995. Karena peningkatan kegiatan transaksi yang melebihi kapasitas manual, maka BEJ memutuskan untuk mengotomatisasikan kegiatan transaksi di bursa dengan menggunakan jaringan komputer yang digunakan oleh broker. Sistem otomatisasi yang diterapkan di BEJ disebut Jakarta Automated Trading System (JATS). Periode keenam adalah periode krisis moneter mulai bulan Agustus 1997. Krisis moneter yang terjadi dimulai dari penurunan nilai-nilai mata uang negara-negara Asia terhadap dolar Amerika. Penurunan ini disebabkan karena spekulasi dari pedagang-pedagang valas, kurangnya kepercayaan masyarakat terhadap nilai mata uang negaranya sendiri dan kurang kuatnya pondasi perekonomian.
4.1.2 Sejarah Bursa Efek Indonesia Bursa Efek Indonesia adalah salah satu bursa saham yang dapat memberikan peluang untuk investasi dan sumber pembiayaan yang diperlukan oleh para borrowers.
61
Bursa efek (pasar modal) yang terbesar di Indonesia adalah Bursa Efek Jakarta (BEJ) yang dikenal juga sebagai Jakarta Stock Exchange (JSX). Sekuritas yang diperdagangkan di BEJ adalah saham preferen, saham biasa, hak (rights) dan obligasi. Bursa Efek terbesar setelah BEJ adalah Bursa Efek Surabaya (BES) atau Surabaya Stock Exchange (SSX). Sekuritas yang terdaftar di BEJ juga di perdagangkan di BES. Mulai bulan November 2007, setelah diadakannya RUPSLB (Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa) yang diadakan pada tanggal 30 Oktober 2007, BEJ dan BES bergabung menjadi BEI (Bursa Efek Indonesia). Menurut pasal 1 Undang-undang Pasar Modal Nomor 8 Tahun 1995, Bursa Efek didefinisikan sebagai berikut: “Bursa Efek adalah pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem dan/atau sarana untuk mempertemukan penawaran jual dan beli efek.”
4.1.3 Visi dan Misi Bursa Efek Indonesia Bursa Efek Indonesia mempunyai visi menjadi bursa yang kompetitif dengan kredibilitas tingkat dunia, sedangkan misi yang ingin dicapai adalah menciptakan daya saing untuk menarik investor dan emiten, melalui pemberdayaan Anggota Bursa dan Partisipan, penciptaan nilai tambah, efisiensi biaya serta penerapan good governance.
62
4.1.4 Struktur Organisasi Pasar Modal Struktur pasar modal Indonesia telah diatur oleh UU No. 8 Tahun 1995 tentang pasar modal, yaitu:
Sumber : Bursa Efek Indonesia Gambar 4.1 Struktur Pasar Modal Indonesia
4.1.5 Jenis Indeks di BEI Sekarang ini PT Bursa Efek Indonesia memiliki 11 jenis indeks harga saham, yaitu: 1. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG), menggunakan semua emiten yang tercatat sebagai komponen perhitungan indeks.
63
2. Indeka Sektoral, menggunakan semua emiten yang ada pada masingmasing sektor. 3. Indeks LQ45, menggunakan 45 emiten yang dipilih berdasarkan pertimbangan likuiditas dan kapitalisasi pasar, dengan kriteria-kriteria yang telah ditentukan. 4. Jakarta Islamic Index (JII), menggunakna 30 emiten yang termasuk dalam kriteria syariah. 5. Indeks Kompas 100, menggunakan 100 emiten yang dipilih berdasarkan pertimbangan likuiditas dan kapasitas pasar dengan kriteria-kriteria yang telah ditentukan. 6. Indeks bisnis-27, menggunakan 27 emiten yang dipilih berdasarkan kriteria tertentu yang bekerja sama antara PT Bursa Efek Indonesia dengan Harian Bisnis Indonesia. 7. Indeks PEFINDO 25, menggunakan 25 emiten yang dipilih berdasarkan dengan kriteria-kriteria tertentu. 8. Indeks SRI-KEHATI, menggunakan 25 emiten yang dipilih berdasarkan kriteria tertentu dan merupakan kerja sama antara PT BEI dengan yayasan KEHATI. 9. Indeks Papan Utama, menggunakan emiten yang masuk dalam kriteria papan pengembangan. 10. Indeks Individual, yaitu indeks harga saham masing-masing emiten. 4.1.6 Profil Perusahaan
64
Properti dan real estate merupakan salah satu dari bagian indeks sektoral. Di dalam sektor ini terdapat 2 sub sektor, yaitu properti dan real estate dengan konstruksi bangunan. Berikut ini adalah profil perusahaan properti dan real estate yang telah listing di BEI pada periode 2008-2010:
Tabel 4.1 Profil Perusahaan Properti dan Real Estate
Kode No.
Listing Nama Perusahaan
Perusahaan
Date
1
ASRI
PT Alam Sutera Realty Tbk.
18 - Des - 2007
2
BIPP
PT Bhuwanatala Indah Permai Tbk.
23 - Okt- 1995
3
BKDP
PT Bukit Darmo Property Tbk.
15 - Jun - 2007
4
BKSL
PT Sentul City Tbk.
28 - Jul - 1997
5
CKRA
PT Citra Kebun Raya Agri Tbk.
19 - May - 1999
6
COWL
PT Cowell Development Tbk.
19 - Des - 2007
7
CTRA
PT Ciputra Development Tbk.
28 - Mar - 1994
8
CTRS
PT Ciputra Surya Tbk.
15 - Jan - 1999
9
DART
PT Duta Anggada Realty Tbk.
8 - May - 1990
10
DILD
PT Intiland Development Tbk.
04 - Sep - 1991
11
DUTI
PT Duta Pertiwi Tbk.
02 - Nov - 1994
12
ELTY
PT Bakrieland Development Tbk.
30 - Okt - 1995
13
FMII
PT Fortune Mate Indonesia Tbk.
30 - Jun - 2000
14
GPRA
PT Perdana Gapuraprima Tbk.
10 - Okt - 2007
65
15
KIJA
PT Kawasan Industri Jababeka Tbk. 10 - Jan - 1995
16
KPIG
PT Global Land Development Tbk.
30 - Mar - 2000
17
LAMI
PT Lamicitra Nusantara Tbk.
18 - Jul - 2001
18
LCGP
PT Laguna Cipta Griya Tbk.
13 - Jul - 2007
19
LPCK
PT Lippo Cikarang Tbk.
24 - Jul - 1997
20
LPKR
PT Lippo Karawaci Tbk.
28 - Jun - 1996
21
MDLN
PT Modernland Realty Tbk.
18 - Jan - 1993
22
OMRE
PT Indonesia Prima Property Tbk.
24 - Ags - 1994
23
PWON
PT Pakuwon Jati Tbk.
09 - Okt - 1989
24
PWSI
PT Panca Wiratama Sakti Tbk.
10 - Mar - 1994
25
RDTX
PT Roda Vivatex Tbk.
14 - May - 1990
26
SIIP
PT Suryainti Permata Tbk.
08 - Jan - 1998
27
SMDM
PT Suryamas Dutamakmur Tbk.
12 - Okt - 1995
Sumber : www.duniainvestasi.com
4.2
Deskripsi Hasil Penelitian 4.2.1 Data Return on Investment Penelitian ini menggunakan 27 perusahaan yang memenuhi kriteria dari 32 perusahaan di sektor properti dan real estate pada periode 20082010. Data yang diambil dari variabel X, yaitu Profitabilitas, dengan Return on Investment sebagai indikatornya. Return on Investment (ROI) merupakan salah satu rasio profitabilitas yang menggambarkan tingkat pengembalian dari investasi
66
yang menunjukkan tingkat kemampuan modal dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan netto. Berikut adalah data return on investment pada perusahaan properti dan real estate periode 2008-2010: Tabel 4.2 Return on Investment
No
Kode Perusahaan
Return on Investment 2008
2009
2010
1
ASRI
0,0192
0,0264
0,0562
2
BIPP
(0,2005)
(0,1118)
(0,0034)
3
BKDP
0,0009
(0,0083)
0,0055
4
BKSL
(0,0062)
0,0009
0,0023
5
CKRA
0,0113
(0,0011)
(0,0006)
6
COWL
0,0319
0,0660
0,0103
7
CTRA
0,0249
0,0159
0,0104
8
CTRS
0,0668
0,0252
0,0185
9
DART
0,0363
0,0094
0,0052
10
DILD
0,0067
0,0120
0,0520
11
DUTI
0,0089
0,0479
0,0260
12
ELTY
0,0326
0,0114
0,0071
13
FMII
(0,0846)
(0,0293)
(0,0118)
14
GPRA
0,0081
0,0237
0,0162
15
KIJA
(0,0211)
0,0051
0,0147
16
KPIG
(0,0533)
0,0612
0,0217
17
LAMI
0,0145
0,0206
0,0187
18
LCGP
(0,0039)
(0,0059)
0,0063
19
LPCK
0,0101
0,0166
0,0209
20
LPKR
0,0315
0,0320
0,0325
21
MDLN
0,0013
0,0013
0,0010
22
OMRE
(0,0512)
0,1125
0,0458
23
PWON
(0,0027)
0,0422
0,0385
24
PWSI
(0,0820)
(0,0500)
(0,0224)
67
25
RDTX
0,0983
0,1575
0,1345
26
SIIP
0,0308
0,0263
(0,0022)
27
SMDM
(0,0084)
0,0012
0,0038
Sumber: Bursa Efek Indonesia dan data diolah kembali
Dari tabel 4.2 dapat diketahui bahwa berdasarkan data laporan keuangan yang telah dipublikasikan di BEI, perusahaan-perusahaan dalam sektor properti dan real estate dalam periode 2008-2010 menunjukkan rata-rata tingkat profitabilitas yang positif, artinya perusahaan tersebut dapat memberikan laba untuk para investor. Dalam penelitian dengan menggunakan 27 sampel perusahaan terdapat 10 perusahaan yang memiliki nilai negatif pada periode 2008, untuk periode 2009, terdapat penurunan jumlah perusahaan yang bernilai negatif, sebanyak 6 perusahaan, sedangkan pada periode 2010 terdapat 5 perusahaan yang bernilai negatif. Hal ini berarti, dalam kurun waktu 3 tahun, terdapat peningkatan jumlah return on investment dalam sektor properti dan real estate. Untuk variabel ROI, diperoleh nilai terendah sebesar (0,2005) yang terjadi pada perusahaan Bhuwanatala Indah Permai Tbk. (BIPP) pada tahun 2008. Sedangkan ROI tertinggi terdapat di perusahaan Roda Vivatex Tbk. (RDTX) sebesar 0,1575 pada tahun 2009. Perkembangan hasil ROI tersebut dapat dilihat dalam bentuk grafik sebagai berikut:
68
0.2 0.15 0.1 0.05 2008 0 2009 -0.05 2010 -0.1 -0.15 -0.2 -0.25
Gambar 4.2 Grafik Fluktuasi ROI Perusahaan Properti dan Real Estate Periode 2008-2010
Berdasarkan grafik 4.2, tahun 2009 merupakan tahun dengan tingkat ROI tertinggi, sedangkan untuk tingkat ROI terendah terjadi pada tahun 2008. Untuk tahun 2008 dan 2009, perusahaan Bhuwanatala Indah Permai Tbk. (BIPP) mengalami penurunan tingkat ROI sebesar (0,2005) dan (0,1118). Perusahaan Fortune Mate Indonesia Tbk. (FMII) mengalami penurunan sebesar (0,0118). Sedangkan untuk tingkat ROI tertinggi tahun 2008, 2009 dan 2010 terdapat pada perusahaan Roda Vivatex Tbk. (RDTX) sebesar 0,0983, 0,1575, dan 0,1345 4.2.2 Data Return Saham
69
Return merupakan tingkat keuntungan yang akan diperoleh investor sebagai akibat dari investasi yang telah dilakukan di dalam pasar modal. Return dari saham dapat berupa deviden dan capital gain. Dalam penelitian ini menggunakan return yang berbentuk capital gain yaitu selisih antara harga jual dan harga beli dibagi dengan harga beli dari periode sebelumnya. Return dalam bentuk capital gain, dapat berupa return harian, return bulanan, return triwulan, return semesteran, maupun return tahunan. Harga yang dicantumkan dalam perhitungan untuk masing-masing return menggunakan harga penutupan. Dalam penelitian ini, return yang digunakan adalah return tahunan. Harga yang diambil adalah harga penutupan diakhir tahun. Berikut adalah data mengenai return yang diterima dalam periode 2008-2010:
Tabel 4.3 Return Saham Return Saham No
Kode Perusahaan 2008
2009
2010
1
ASRI
(0,7500)
1,1000
1,8095
2
BIPP
(0,4048)
0
0
3
BKDP
(0,7619)
2,0600
(0,2745)
4
BKSL
(0,8957)
0,4697
0,0722
5
CKRA
(0,7547)
1,0923
(0,3162)
6
COWL
0,2239
(0,1463)
(0,6857)
70
7
CTRA
(0,7933)
1,6359
(0,3093)
8
CTRS
(0,8388)
2,2278
0,1176
9
DART
(0,5370)
(0,2200)
(0,1744)
10
DILD
(0,5699)
0,6000
0,0313
11
DUTI
0,0989
(0,3200)
1,3235
12
ELTY
(0,8832)
1,6623
(0,2341)
13
FMII
(0,4000)
0,2000
0
14
GPRA
(0,1807)
(0,5882)
(0,2143)
15
KIJA
(0,7826)
1,3800
(0,0168)
16
KPIG
(0,3600)
(0,0156)
0,2381
17
LAMI
(0,4333)
0,1176
1,0421
18
LCGP
(0,3590)
0
0
19
LPCK
(0,6797)
0,0976
0,1333
20
LPKR
0,1594
(0,3625)
0,3333
21
MDLN
(0,8980)
1,5000
0,7600
22
OMRE
0
(0,1579)
(0,6000)
23
PWON
0,0519
0,3333
0,5370
24
PWSI
(0,0667)
(0,6143)
(0,0741)
25
RDTX
(0,0076)
0,0769
0,0714
26
SIIP
(0,5900)
(0,5122)
(0,1100)
27
SMDM
(0,5833)
(0,1700)
0,1446
Sumber: Bursa Efek Indonesia dan data diolah kembali
Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui bahwa return (tingkat pengembalian) saham periode 2008-2010 mengalami fluktuasi. Tetapi
71
pada tahun 2008, terjadi penurunan hampir di setiap perusahaan, salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya hal tersebut dikarenakan terdapat krisis global. Perkembangan hasil return saham tersebut dapat dilihat dalam bentuk grafik sebagai berikut: 2.5 2 1.5 1 2008 0.5
2009 2010
0 -0.5 -1 -1.5
Gambar 4.3 Grafik Fluktuasi Return Saham Perusahaan Properti dan Real Estate Periode 2008-2010
Dari grafik 4.3 diketahui bahwa pada periode 2008 merupakan tingkat pengembalian return saham yang paling rendah. Hal ini disebabkan adanya gejolak perekonomian di Indonesia yang terjadi tahun 2007 akibat krisis ekonomi di Amerika Serikat yang berdampak terhadap perekonomian di Indonesia. Dampak yang diberikan kepada Indonesia dikarenakan data di Bursa Efek Indonesia, menunjukkan bahwa sebagian besar investor yang
72
berperan di BEI adalah investor asing. Dominasi investor sangat kuat, hal ini dibuktikan dengan jumlah investor asing mencapai 65% - 80% dari total seluruh investor yang ada di BEI. Tingkat pengembalian (return) saham tertinggi terjadi pada perusahaan Bakrieland Development Tbk. (ELTY) tahun 2009 sebesar 1,6623. Untuk return saham tahun 2008 dan 2010, masing-masing terdapat pada perusahaan Cowell Development Tbk. (COWL) sebesar 0,2239 dan perusahaan Alam Sutera Realty Tbk. (ASRI) sebesar 1,8095. Sedangkan untuk return saham terendah pada tahun 2008 adalah perusahaan Modernland Realty Ltd. Tbk. (MDLN) sebesar (0,8980), tahun 2009 perusahaan Perdana Gapuraprima Tbk. (GPRA) merupakan perusahaan dengan jumlah return terendah sebesar (0,5882), dan untuk tahun 2010 perusahaan Cowell Development Tbk. (COWL) mengalami penurunan sebesar (0,6857).
4.3
Pengujian Hipotesis Penelitian Dalam penelitian ini, pengujian hipotesis dilakukan dengan cara uji regresi
linear sederhana. Uji statistik regresi linear sederhana bertujuan untuk menguji signifikan atau tidaknya hubungan dua variabel melalui koefisien regresinya. Analisis regresi ini dimaksudkan untuk menguji sejauh mana dan arah pengaruh dari variabel-variabel independen terhadap variabel dependen nya. Variabel independen dalam penelitian ini adalah profitabilitas (X), sedangkan
73
variabel independen dalam penelitian ini adalah return saham (Y). Sebelum melakukan uji regresi linear sederhana, terlebih dahulu dilakukan uji linearitas untuk menguji hubungan linear antara variabel X dengan variabel Y.
4.3.1 Uji Linieritas Setelah diketahui bahwa variabel X dan variabel Y merupakan dua variabel yang mempunyai hubungan fungsional, maka selanjutnya perlu diketahui apakah hubungan tersebut benar-benar ada dan linier. Berikut ini grafik Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual dari hasil pengolahan SPSS versi 16.0.
Sumber: SPSS versi 16
74
Gambar 4.4 Hasil Uji Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual
Hasil pengujian SPSS v.16 dengan analisis grafik plot pada gambar 4.4 menunjukkan bahwa letak titik-titik itu berada pada sekitar garis lurus, ini menunjukan bahwa antara variabel-variabel itu ada hubungan linier, sehingga data-data X dan Y dapat diperlakukan dalam perhitungan regresi linier sederhana.
4.3.2 Analisis Persamaan Regresi Linier Sederhana Analisis regresi linear sederhana dimaksudkan untuk menguji sejauh mana dan arah pengaruh variabel-variabel independen terhadap variabel dependen. Variabel independen dalam penelitian ini adalah profitabilitas dengan menggunakan ROI sebagai indikatornya (X) sedangkan variabel dependennya adalah return saham (Y).
Tabel 4.4 Hasil Analisis Regresi Linear Coefficientsa Unstandardized Coefficients Model 1
B (Constant)
Standardized Coefficients
Std. Error .033
.081
Beta
t
Sig. .408
.685
75
X
.485
1.609
.034
.302
.764
a. Dependent Variable: Y Sumber : SPSS versi 16
Dari tabel 4.4 dapat diketahui persamaan regresi linear sederhana sebagai berikut: Ŷ = 0,033 + 0,485 X Koefisien regresi sebesar 0,485 menyatakan bahwa apabila profitabilitas (X) = 0, maka return saham akan tetap sebesar 0,033 rupiah. Jadi
setiap penambahan sebesar 1 rupiah akan meningkatkan return
saham sebesar 0,485 satuan juga. Jika profitabilitas bertambah 2000 rupiah, maka jumlah return saham akan meningkat menjadi 970,033. Sebaliknya jika profitabilitas menurun sebesar 1 rupiah, maka return saham juga akan menurun sebesar 0,485 rupiah. Jadi, tanda (+) menyatakan arah hubungan yang searah, di mana kenaikan atau penurunan variabel independen (X) akan mengakibatkan kenaikan/penurunan variabel dependen (Y). Berdasarkan pengolahan data dengan menggunakan SPSS v.16, maka didapat nilai signifikan yang lebih besar dari nilai probabilitas sebesar 0,05 atau [0,05 ≤ sig], maka H0 diterima dan Ha ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh positif antara profitabilitas terhadap return saham.
76
4.4
Pembahasan Hasil Penelitian Dalam melakukan transaksi saham di pasar modal, pada dasarnya setiap
investor memiliki analisis yang berbeda-beda untuk membantu dalam mengambil keputusan membeli atau menjual suatu saham. Ada dua tipe dasar analisis saham yaitu analisis fundamental dan analisis teknikal. Analisis fundamental menggunakan data fundamental yaitu data yang berasal dari keuangan perusahaan (misalnya laba, deviden yang dibayar, penjualan, dan lain-lain). Salah satu analisis fundamental yang biasa dilakukan adalah melalui penilaian kinerja perusahaan emiten. Alat ukur kinerja sebuah perusahaan dapat dilihat dari laporan keuangan yang telah dipublikasikan. Salah satu cara untuk menganalisis laporan keuangan sebuah perusahaan adalah analisis rasio keuangan. Jadi analisis rasio keuangan merupakan salah satu cara dalam memilih saham yang akan memberikan tingkat keuntungan yang optimal. Sedangkan analisis teknikal merupakan upaya untuk memperkirakan harga saham dengan mengamati perubahan harganya di waktu yang lalu, volume perdagangan dan indeks harga saham gabungan. Perubahan harga saham cenderung bergerak pada satu arah tertentu (trend). Penelitian
ini
menggunakan
analisis
fundamental
dengan
rasio
profitabilitas dan return on investment sebagai indikatornya yang menunjukkan kinerja keuangan suatu perusahaan. Profitabilitas dapat memberikan gambaran terhadap kemampuan perusahaan dalam memberikan laba. ROI sebagai indikator dalam menganalisis rasio keuangan menunjukkan tingkat kemampuan dari modal
77
yang diinvestasikan dalam keseluruhan aktiva untuk menghasilkan keuntungan netto. Berdasarkan data laporan keuangan yang telah dipublikasikan di BEI, perusahaan-perusahaan dalam sektor properti dan real estate dalam periode 20082010 menunjukkan rata-rata tingkat profitabilitas yang positif, artinya perusahaan tersebut dapat memberikan laba untuk para investor. Tingkat keuntungan atau return yang akan diperoleh para investor setelah dilakukannya perhitungan dengan menggunakan pendekatan capital gain sebagai indikatornya, memberikan hasil dengan rata-rata bernilai negatif. Hampir semua perhitungan yang dilakukan dengan menggunakan 27 sampel perusahaan untuk periode 2008-2010, menunjukkan nilai yang negatif. Hal ini berarti bahwa perusahaan tersebut tidak dapat memberikan tingkat pengembalian bagi para investor. Penelitian ini dilakukan untuk melihat seberapa besar pengaruh dari profitabilitas terhadap return saham pada perusahaan properti dan real estate pada periode 2008-2010. Hasil uji empiris, dengan menggunakan regresi linear sederhana, diperoleh persamaan sebagai berikut: Ŷ = 0,033 + 0,485 X
Persamaan di atas menunjukkan bahwa nilai konstanta untuk return saham properti dan real estate berbanding lurus atau searah. Tanda positif (+) pada koefisien b, menyatakan korelasi yang positif terhadap perubahan yang terjadi pada variabel bebas dan variabel terikatnya.
78
Analisis uji asumsi klasik untuk model regresi dalam penelitian ini, yaitu uji linearitas, menunjukkan bahwa data untuk ROI dan return saham sudah memenuhi kriteria persyaratan untuk analisis regresi linear sederhana, artinya sebaran data bersifat linear. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan oleh penulis, menunjukkan bahwa nilai signifikan (0, 764) lebih besar dari taraf signifikan (α = 0,05), maka dapat disimpulkan hipotesis tersebut ditolak. Artinya Return on Investment tidak berpengaruh positif terhadap return saham. Dengan demikian return saham (capital gain) tidak selalu dipengaruhi oleh tinggi rendahnya profitabilitas dengan indikator ROI. Return saham perusahaan lebih banyak dipengaruhi
oleh
permintaan
dan
penawaran
para
investor
untuk
menginvestasikan dananya pada perusahaan yang terdaftar di BEI. Semakin besar minat para investor untuk menginvestasikan dananya, semakin meningkat pula harga saham perusahaan tersebut, sehingga meningkatkan jumlah capital gain yang akan diperoleh investor. Sebagian besar investor di Indonesia masih bersifat spekulatif dalam melakukan investasi. Perilaku investor-investor ini disebabkan oleh keinginan untuk mencapai capital gain dalam jangka pendek, sehingga pergerakan harga saham yang mempengaruhi nilai return saham menjadi sangat berfluktuasi. Selain itu, perilaku investor di Indonesia masih sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal seperti isu-isu yang beredar, kondisi politik, kondisi makro, dan juga pengaruh perkembangan kurs mata uang luar negeri. Artinya pelaku investor yang
79
menanamkan dananya dalam saham berpikir untuk jangka pendek dengan harapan memperoleh capital gain dari selisih harga beli dan harga jual. Hal ini memberikan suatu gambaran bahwa untuk dapat meningkatkan return saham dengan capital gain, seorang investor tidak menjadikan laporan keuangan perusahaan yang telah dipublikasikan di BEI sebagai tolak ukur untuk menginvestasikan dananya, tetapi dengan menggunakan analisis teknikal seperti analisis trend, yang akan menjadikan minat investor di Indonesia menanamkan dana mereka di perusahaan tersebut. Beberapa bukti empiris mengenai pengaruh profitabilitas terhadap return saham pernah dikemukakan oleh Ricko Raharjo Wibowo, yang menyatakan bahwa profitabilitas dengan indikator ROE tidak memiliki pengaruh positif terhadap return saham pada perusahaan sektor keuangan yang listing di BEI periode 2007-2009. Berdasarkan hasil tersebut, perlu dilakukan juga penelitian dengan menggunakan pendekatan analisis teknikal, untuk mengetahui perubahan harga saham dan memperkirakan return dari investasi yang dilakukan.