58
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Profil Bank Muamalat Indonesia 1. Sejarah Berdirinya Bank Muamalat Indonesia Perkembangan perbankan Islam di Indonesia sebenarnya tidak terlepas dari perkembangan dan kemajuan perbankan Islam di dunia. Tahun 1990-an sebagai tonggak baru yang secara khusus memprakarsai berdirinya bank syariah di Indonesia, yang diprakarsai oleh Majelis Ulama Indonesia (MUI). Prakarsa khusus ini diawali dengan diselenggarakannya Lokakarya Bunga Bank dan Perbankan di Cisurua, Bogor, Jawa Barat, Agustus 1990. Hasil Lokakarya ini, kemudian diperdalam dalam Musyawarah Nasional IV MUI di Jakarta pada bulan Agustus 1990. Hasil Munas ini, dibentuk kelompok kerja yang disebut Tim Perbankan MUI untuk mendirikan bank syariah di Indonesia, dengan tugas melakukan pendekatan dan konsultasi dengan semua pihak terkait. Hasilnya pada 1 November 1991 akhirnya ditandatangani pendirian PT. Bank Muamalat Indonesia (BMI), yang mulai beroperasi pada Mei 1992.57 Saat ini Bank Muamalat memberikan layanan bagi lebih dari 2,5 juta nasabah melalui 275 gerai yang tersebar di 33 provinsi di Indonesia salah satunya di Kota Palangka Raya. Jaringan BMI didukung pula oleh aliansi melalui lebih dari 4000 Kantor Pos Online/SOPP di seluruh
57
Veithzal Rivai, dkk. Bank and Financial Institution Management (Conventional and Sharia System) Jakarta: PT RajaGafindo Persada, 2007, h. 739.
58
59
Indonesia, 32.000 ATM, serta 95.000 merchant debet. Bank Muamalat Indonesia saat ini juga merupakan satu-satunya bank syariah yang telah membuka cabang luar negeri, yaitu di Kuala Lumpur dan Malaysia. BMI Cabang wilayah Kota Palangka Raya didirikan pada tanggal 20 Desember 2004. Seperti halnya dengan Bank Muamalat Indonesia Pusat merupakan bank syariah pertama yang ada di wilayah Kalimatan Tengah. Sedangkan di wilayah Kalimantan, BMI Cabang Kota Palangka Raya adalah cabang keenam di seluruh wilayah Kalimantan, sedangkan secara nasional cabang ke-37 dari seluruh wilayah Indonesia. BMI Cabang Kota Palangka Raya yang beralamatkan di Jl. Diponegoro No. 17, Kel. Langkai, Kec. Pahandut (Kal-Teng). Tempat yang dijadikan sebagai gedung BMI Cabang Palangka Raya merupakan gedung bekas Kantor Pos yang telah dilakukan rehabilitas dan renovasi hingga menjadi sebuah gedung yang indah. Adapun kode BMI Cabang Kota Palangka Raya adalah 631 dengan nomor telepon kantor (0536) 3227092 dan fax (0536) 27218. Seiring berjalannya waktu, BMI Cabang Kota Palangka Raya makin berkembang, hal ini terbukti dengan adanya pendirian kantor cabang pembantu yang bertempat di Jl. Darmosugondo No. 11 Palangka Raya, di Jl. Cilik Riwut Km. 1 dan yang ada di Kota Sampit, Kab. Kotim beralamatkan di Jl. Aes Nasution No. 08, Telp. (0531) 30954. Keberadaan BMI di wilayah Kalimantan Tengah, sebagai wujud partisipasi dan eksistensinya dan untuk memberikan warna tersendiri di dunia perbankan
60
Indonesia. Dan juga sebagai upaya untuk menciptakan perbankan berbasis syariah. 2. Visi dan Misi Bank Muamalat Indonesia Bank
Muamalat
Indonesia
dalam
menjalankan
usahanya
mempunyai visi dan misi dalam mengoperasionalnya. Hal ini juga sama dengan BMI Cabang Kota Palangka Raya yang mempunyai visi dan misi yang sama. Visinya adalah menjadikan Bank Muamalat Indonesia menjadi bank syariah utama di Indonesia, dominan di pasar spiritual, dan dikagumi di pasar rasional. Sedangkan misinya adalah menjadi role model (bentuk kepedulian) lembaga keuangan syariah dunia dengan penekanan pada semangat kewirausahaan, keuanggulan manajemen, dan orientasi investasi yang inovatif mengoptimalkan nilai bagi stakeholders (pemberi dana). 3. Layanan Produk dan Jasa Landasan produk-produk dan jasa BMI Cabang Kota Palangka Raya berlandaskan prinsip-prinsip syariah yang disesuaikan dengan kondisi masyarakat Kota Palangka Raya, seperti muḍārabah (bagi hasil), al-wadi‘ah (titipan), musyārakah (bagi hasil dalam bentuk kerjasama), murābaḥah (jual beli), ar-rahn (gadai), al-hiwālah, al-kafālah, dan alqarḍ. Dan yang terpenting dari semuanya itu adalah tidak adanya unsur bunga. Beberapa produk yang ditawarkan oleh BMI Cabang Kota Palangka Raya adalah sebagai berikut:
61
a. Produk penghimpunan dana BMI Cabang Kota Palangka Raya terdiri dari dalam tiga bentuk, yaitu tabungan, deposito dan giro. Dalam bentuk tabungan yang terdiri dari Tabungan Ummat, Tabungan Haji Arafah, Tabungan Haji Arafah Plus, Tabungan Shar-E, dan Tabunganku. Sedangkan dalam bentuk deposito, yakni deposito muḍārabah dan deposito fulinvest, dan dalam bentuk giro, yaitu giro al-wadi‘ah dan giro Personal, serta adanya Nisbah atau Tarif dan Hi1000. b. Produk pembiayaan BMI Cabang Kota Palangka Raya meliputi jual beli (murābaḥah, istisḥna, dan as-salam), bagi hasil (muḍārabah) dan (musyārakah), sewa (ijārah, ijārah mustaḥia bittamlik, KPRS baiti jannatī). Selain itu, BMI Cabang Kota Palangka Raya juga memberikan layanan-layanan baik dalam segi fisik maupun non-fisik. Adapun layanan dalam bentuk fisik diantaranya yaitu fasilitas transfer, kas kilat, letter of credit, bank garansi, dan layanan 24 jam (seperti mobile dan internet banking), dan lebih memudahkan layanan yang diberikan Bank Muamalat Indonesia kepada para nasabah, Bank Muamalat Indonesia bekerja sama dengan jaringan ATM dan Kantor Pos Online.58
58
Dokumen Produk BMI Cabang Palangka Raya, Tahun 2012.
62
63
B. Deskripsi Hasil Penelitian Berkaitan dengan permasalahan yang penulis angkat dalam penelitian ini, yakni tentang penerapan demokrasi ekonomi pada BMI Cabang Palangka Raya. Subjek penelitian ini adalah pimpinan cabang, head marketing, agenagen BMM yaitu pihak BMT, dan untuk informan para anggota pembinaan program KUM3 di Mushola Pasar Rajawali dan Mesjid Ukhwatul Muslimin. Adapun mengenai data hasil penelitian ini akan penulis uraikan. 1.
Penerapan Demokrasi Ekonomi Perspektif Bankir Bank Muamalat Indonesia Cabang Palangka Raya a. Subjek I, Bp. FD (head marketing BMI Cabang Palangka Raya) Wawancara dengan Bp. FD berlangsung di BMI Cabang Palangka Raya pada jam 14.00 WIB. Penulis menerangkan mengenai asas demokrasi ekonomi yang terdapat dalam Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah. Karena untuk memperjelas penelitian penulis yang berfokus dalam pemberdayaan dan penguatan ekonomi umat. Pada saat diwawancarai Bp. FD dapat memberikan gambaran mengenai penerapan demokrasi ekonomi pada BMI Cabang Palangka Raya. Berikut hasil wawancara dengan Bp. FD, bahwa: “Demokrasi ekonomi dipahami disini sebagai asas, asas disini sebagai aturan main operasional BMI, setelah prinsip-prinsip syariah yang sudah kami terapkan. Perhatian kami terhadap masyarakat ekonomi lemah, itukan pekerjaan mulia, memperjuangkan ekonomi umat, membantu mereka jadi lebih mandiri dan berwawasan keislaman”59 59
Wawancara dengan head marketing Bank BMI Cabang Palangka Raya, tanggal 4/10/2012.
64
Melihat keterangan di atas selanjutnya penulis mengajukan pertanyaan mengenai kebijakan produk yang dapat mewakili dari penerapan demokrasi ekonomi pada BMI Cabang Palangka Raya dalam bentuk penguatan ekonomi umat ini. Sebagai bentuk kepedulian BMI Cabang Palangka Raya terhadap usaha rakyat skala kecil yang ada di Kota Palangka Raya. Kata Bp. FD, sebagai berikut: “Sebenarnya ini merupakan program yang sudah ada dan berkenlajutan dilakukan oleh kami, merupakan program CSR BMI. Masyarakat kecil dan pengusaha-pengusaha mikro dan kecil yang ada disekitar masjid, mau gak mau harus dibina dengan permodalan program KUM3 misalnya kerjasama dengan pihak BMT-BMT sebagai pelaksana di lapangan”60 Berdasarkan keterangan dari Bp. FD di atas, penulis sudah memiliki gambaran kebijakan produk yang digunakan oleh BMI Cabang Palangka Raya dalam penguatan ekonomi umat. Selanjutnya penulis kembali bertanya mengenai penyaluran produk KUM3 ini, untuk mengetahui usaha rakyat yang menjadi perhatian dari penerapan demokrasi ekonomi ini oleh BMI Cabang Palangka Raya. Bp. FD, mengatakan: “Program KUM3 ini diperuntukkan bagi pemberdayaan masyarakat miskin, ibu-ibu janda, kaum duafa, pedagang kaki lima yang mempunyai kemauan yang besar untuk berubah, ya dengan program ini memberikan usaha mereka jadi lebih baik, semakin sejahtera” 61 Melalui program KUM3 ini, BMI Cabang Palangka Raya telah melaksanakan 60
Ibid.
61
Ibid.
penerapan
demokrasi
ekonomi
dalam
bentuk
65
pemberdayaan ekonomi umat yang direalisasikan pada pengusaha skala kecil yang ada di Kota Palangka Raya melalui mitra kerja dengan lembaga keuangan skala kecil yaitu BMT-BMT sebagai pelaksana di lapangan yang melakukan pemetaan masyarakat miskin yang memiliki usaha untuk diberikan modal atau dana bergulir sebagai usaha. Sehingga nantinya masyarakat ini dapat menjadi lebih baik dan sejahtera secara materi dan spiritual. b. Subjek II Bp. QM (branch manager BMI Cabang Palangka Raya) Hal pertama yang ditanyakan oleh penulis ajukan kepada Bp. QM adalah mengenai bentuk kebijakan produk KUM3 ini, dilakukan oleh bagian khusus atau hanya bagian dari kebijakan produk BMI Cabang Palangka Raya. Bapak QM, mengatakan: “Itu program BMM yang khusus menangani pemberdayaan delapan asnab, walau memiliki badan hukum sendiri, tetapi tetap di bawah induknya Muamalat. Dalam pengembangan dan pemberdayaan fakir, miskin, fisabilillah, yatim piatu, ya delapan asnab”62 Setelah mendengar penjelasan dari Bp. QM mengenai kebijakan produk yang mewakili dari penerapan demokrasi ekonomi yang dibuat oleh BMM (baitul māl mu‘amalat) sebagai bentuk divisi khusus yang menangani CSR nya BMI Cabang Palangka Raya. Penulis melanjutkan bertanya kepada Bp. QM selaku Pimpinan Cabang, bagaimana penyaluran program ini sampai bisa dirasakan kepada masyarakat ekonomi ke bawah. Kata Bp. QM, iyalah: 62
Hasil wawancara dengan branch manager BMI Cabang Palangka Raya, tanggal 15/10/2012
66
“Itu melalui kerjasama dengan BMT-BMT seluruh Indonesia, awalnya BMT ada karena adanya Bank Muamalat, walau BMT-BMT belum ada payung hukumnya masih berbadan hukum koperasi”63 Penulis belum merasa mendapat informasi yang jelas dengan jawaban Bp. QM. Penulis lanjutkan pada pertanyaan tentang usaha rakyat yang menjadi perhatian dari program ini. Bp. QM menjelaskan: “Pengusaha kecil yang kurang mampu untuk dibina, disuntikkan dana bergulir itu, setelah nanti berdiri sendiri, tapi jangan dilepas tetap dalam pengawasan dalam binaan BMM. Dana bergulir itu bagusnya cuma dua kali saja. Setelah dua kali maka akan diberikan kepada anggota yang lain, boleh dalam bentuk lembaga keuangan seperti komunitas BMT sendiri, yang akan menaungi pengusaha-pengusaha dari KUM3 tadi jadi duitnya gak kemana-mana berputar saja disitu. Kalau bagus ditambah lagi modalnya.”64 Selanjutnya penulis bertanya pada Bp. QM, menyangkut program KUM3 ini, apakah program KUM3 ini sudah menunjukkan perkembangan bagi usaha rakyat skala kecil, hal ini diutarakan Bp. QM, sebagai berikut: “Iyalah beberapa dari komunitas masjid itu sudah mulai berjalan bagus usahanya, sudah melakukan pembiayaan komersil. Karena program ini bagus, dipantau bagus, dari ibadahanya, peningkatan ibadahnya, komunitasnya. Jadi dipantau terus oleh konsultannya, disinikan di bawah BMT.”65 Berdasarkan keterangan di atas, penulis menyimpulkan produk KUM3 ini merupakan program BMM (baitul māl mu‘amalat) merupakan anak divisi dari perusahaan BMI Pusat. BMM sebagai
63
Ibid.
64
Ibid.
65
Ibid.
67
lembaga jasa keuangan yang bergerak pada bidang sosial, yaitu yang diberi khusus kewenangan dalam memberdayakan delapan asnab yang disebutkan dalam Islam untuk dibina. Untuk mempermudah kerja BMI Cabang Palangka Raya dalam penyaluran program KUM3 ini untuk modal usaha masyarakat kelas bawah. BMI Cabang Palangka Raya bekerjasama dengan lembaga keuangan mikro yaitu BMT Kube Sejahtera dan BMT At-Thayyibah untuk sekaligus membina dan memberdayakan
masyarakat
miskin
dalam
hal
meningkatkan
pemberdayaan ekonomi umat. c. Subjek III, Bp. FA (BMT Kube Sejahtera selaku agen BMM) Setelah penulis mendapatkan informasi yang jelas dari subjek I dan II mengenai proses penyaluran program KUM3 yang bekerjasama dengan pihak BMT Kube Sejahtera sebagai tim pelaksana di lapangan. Penulis melanjutkan menuju BMT Kube Sejahtera sebagai mitra kerja BMM melalui perwakilannya BMI Cabang Palangka Raya, untuk menanyakan seputar program KUM3 ini. Penulis bertanya mengenai latar belakang kerjasama ini, menurut Bp. FA, iyalah: “Kenapa mesti BMT dipilih melaksanakan program KUM3 ini, jadi BMM di pusat melalui perwakilannya kantor cabang BMI, melakukan hubungan kerjasama. Jadi di daerah tidak ada kepanjangtanganannya, yang bergerak di lapangan itu tidak ada, karena Bank Muamalat dalam bentuk komersil, simpananpinjaman, simpanan-pinjaman.”66
66
Wawancara dengan pihak BMT Kube Sejahtera selaku agen BMM pada tanggal 8/10/2012.
68
Lebih jauh lagi Bp. FA mengatakan bahwa program ini adalah program unggulan BMM yang diwakilkan pelaksanaannya melalui BMI kantor cabang seluruh Indonesia salah satunya BMI Cabang Palangka Raya dengan bekerjasama dengan BMT. Penulis melanjutkan bertanya tentang program KUM3 ini, apakah program ini disalurkan kepada pengusaha skala kecil. Kata Bp. FA, bahwa: “Untuk program KUM3 sendiri itu adalah semacam program unggulannya BMM, jadi programnya itu pemberdayaan rakyat miskin dalam bentuk kelompok. Jadi kaum duafa dan fakir miskin dihimpun, terus dilakukan rangkaian kegiatan berupa pemberdayaan setiap minggu (training) berupa pertemuan kelompok”.67 Setelah mendapatkan keterangan dari Bp. FA, penulis kembali bertanya secara spesifik mengenai proses tahapan-tahapan yang harus ditempuh untuk menjadi anggota KUM3 ini, agar masyarakat miskin dapat mengakses pendanaan sebagai modal usaha mereka. Bp. FA memberikan kriteria-kriteria tertentu untuk menjadi anggota KUM3 BMT Kube Sejahtera, sebagai berikut: “Harus mustaḥik, fakir, miskin, terus rumah mereka tidak layak huni, pendapatan tidak tetap, itu yang berhak menerima, dari kriteria itu diseleksi lagi, yang memang benar-benar mau mengikuti aturan program KUM3 ini. Misalnya training selama lima hari berturut-turut dan misalnya ga mau ikut training walaupun miskin maka tidak bisa. Karena bagaimana pun juga, itu untuk menyeleksi sifat amanah.”68 Melalui hasil pengamatan penulis di Mushola Pasar Rajawali, Jl. Rajawali Km. 5. Proses pelaksanaan training dilakukan selama lima 67
Ibid.
68
Ibid.
69
hari. Dimana setiap mesjid atau mushola sebagai tempat pembinaan dan proses penyeleksiaan anggota KUM3, anggota KUM3 dalam satu mesjid atau mushola terdapat lima kelompok, masing-masing kelompok terdapat lima anggota, disetiap kelompok terdapat ketua dan anggota. Ketua kelompok harus bisa mengkoordinir anggotanya untuk tetap ikut pelatihan (training) selama lima hari secara berturut-turut. Tanpa kehadiran satu saja anggota pada kelompok tertentu, maka kelompok tersebut tidak mendapatkan pinjaman program ini. Ini adalah bentuk penyeleksian anggota untuk mengetahui sifat amanah dari anggota kelompok tersebut. Selama lima hari para anggota melakukan perkenalan sesama anggota kelompok lain, diberikan edukasi mengenai ekonomi syariah dan lembaga syariah, serta cara kerjasama antara anggota dan kelompok lain. Kebanyakan dari mereka adalah pedagang skala kecil, seperti penjual pentol, penjual kue, tanaman hias, penjual makanan, dan lain-lain.69 Program ini sudah dilaksanakan pada tahap yang ke dua dalam penyaluran program pendanaan KUM3 ini di Mushola Pasar Rajawali, Jl. Rajawali Km. 5 dengan terus meningkatkan porsi pemberian pinjaman dari Rp. 1 juta sampai sebesar Rp. 1,5 juta untuk setiap anggotanya dengan iuran Rp. 50 ribu ditambah dengan Rp. 5 ribu buat tabungan anggota. Dilaksanakan pada hari Jum’at sore pada jam 16.00
69
Hasil observasi pada Mushola Pasar Rajawali, Jl. Rajawali, Km. 5 pada tanggal
12/10/12.
70
sampai dengan 17.00 WIB.70 Penulis pun menanyakan tentang sumber dana ini pada pihak BMT Kube Sejahtera, melalui Bp. FA, mengatakan: “Berasal dari dana-dana zakat yang dihimpun dari nasabah Bank Muamalat, masyarakat umum, keuntungan perusahaan dan para pegawai bank muamalat dan salurkan untuk program seperti KUM3 ini oleh BMM Pusat” 71 Keterangan di atas dapat disimpulkan, mengenai latar belakang kerjasama BMM diwakili oleh BMI Cabang Palangka Raya untuk bermitra kerja dengan lembaga keuangan mikro seperti BMT Kube Sejahtera yang beralamat Jl. Rajawali Km. 4,5. BMT Kube Sejahtera sebagai tim pelaksana di lapangan yang mengetahui persis segmentasi masyarakat miskin yang tepat untuk menyalurkan dana bergulir ini. Program
KUM3
pemberdayaan
ini
adalah produk unggulan
masyarakat
miskin
dan
kaum
BMM
dalam
duafa
dalam
meningkatkan kesejahteraannya dan modal usaha. Untuk menjadi anggota KUM3 ini harus melalui aturan-aturan yang telah ditetapkan oleh BMT Kube Sejahtera selaku konsultan di lapangan. Adapun sumber dana untuk pelaksanaan program KUM3 ini berasal dari dana zakat yang dihimpun melalui laba perusahaan, nasabah-nasabah dan para pegawai BMI Cabang Palangka Raya.
70
Ibid.
71
8/10/2012.
Wawancara dengan pihak BMT Kube Sejahtera selaku agen BMM pada tanggal
71
d. Subjek IV, SS (BMT At-Thayyibah selaku agen BMM) Setelah selesai mendapatkan keterangan dari subjek III, pencarian informasi berlanjut kepada BMT At-Thayyibah, Jl. Temanggung Tilung, No. 141 Palangka Raya. Alasan penulis untuk mencari informasi lebih jauh mengenai penerapan demokrasi ekonomi oleh BMI Cabang Palangka Raya yang direalisasikan melalui program KUM3. Pelaksanaan pembinaan atau training anggota KUM3 oleh BMT At-Thayyibah bertempat di Mesjid Ukhwatul Muslimin, Jl. Menteng 22. Anggota dan jumlah kelompok sama seperti Mushola Pasar Rajawali sebanyak lima kelompok, dengan jumlah keseluruhan anggota terdiri dari dua puluh lima anggota KUM3 pada satu mesjid atau mushola. Pembinaan dan training (pelatihan) disini oleh pihak BMT AtThayyibah, melalui Mb. SS selaku tim pelaksana di lapangan untuk daerah Mesjid Ukhwatul Muslimin. Penulis bertemu dengan Mb. SS di BMT, untuk bertanya tentang program KUM3 ini. Penulis bertanya kepada Mb. SS mengenai tahapan-tahapan untuk menjadi anggota KUM3 At-Thayyibah, dan hal ini tidak berbeda dengan prosedur yang sudah ditetapkan pada BMT Kube Sejahtera. Menurut Mb. SS, bahwa: “Diseleksi dulu orang ini, punya usaha atau tidak jadi dilakukan observasi ke lapangan untuk melihat usaha pedagang yang kecil-kecil, setelah itu ikut pelatihan selama lima hari berturut-turut untuk jadi anggota KUM3. Kalau tidak turun satu kali maka gagal atau mengulang lagi dari awal. Kalau ikut lima hari artinya serius.”72 72
Wawancara dengan pihak At-Thayyibah selaku agen BMM pada tanggal 17/10/2012.
72
Selanjutnya penulis bertanya kembali, usaha apa saja yang ikut menjadi anggota untuk KUM3 ini, Mb. SS menjawab: ”Kebanyakan disini pedagang pentol, ada pentol bakso dan ada juga pentol keliling, ada jamu, penjual nasi, mereka itu suami istri yang berjualan. Suaminya jualan pentol keliling, istrinya jualan mangkal. Jadi penghasilan mereka lumayan buat kebutuhan mereka sehari-hari”.73 Setelah mendengarkan pemaparan dari Mb. SS, penulis ingin mengetahui manfaat dari dana tersebut dari pandangan Mb. SS selaku yang diberi amanah oleh pihak BMM. Kata Mb. SS, bahwa: “Manfaat dana ini untuk usaha biar mereka tidak manja, kalau hanya diberi jadi kebiasaan. Dana ini minjam jadi harus dikembalikan. Ini sebagai pembelajaran, jadi ada rasa tanggung jawab untuk mengembalikan”74 Selanjutnya penulis bertanya mengenai penyaluran dana KUM3 dan bentuk pendampingan oleh pihak BMT At-Thayyibah, Mb. SS memberikan gambaran: “Penyaluran dana itu bertahap dari Rp. 1 juta sampai Rp. 2 juta, itu tanpa jaminan, jaminannya ketua kelompok. Pedampingan dengan mendengarkan cerita dan keluhan pedagang-pedagang, diberikan penyegaran rohani, berbagi pengalaman usaha, dan silaturahmi antar pedagang.”75 Ditarik sebuah kesimpulan dari hasil wawancara dengan subjek IV, Mb. SS. Dari pencarian dan peyeleksian anggota KUM3 sama seperti yang diterapkan oleh BMT Kube Sejahtera, yaitu melihat usaha masyarakat, mengikuti training selama lima hari berturut-turut sebagai
73
Ibid.
74
Ibid.
75
Ibid.
73
bentuk indikator amanah dan tanggung jawab untuk mengembalikan dana itu kembali. Kebanyakan pedagang yang diberikan adalah penjual pentol, penjual makanan dan lain-lain. Adapun dari segi manfaat dana ini untuk melatih masyarakat kecil untuk berwirausaha agar mereka tidak selalu menjadi mustaḥik sebagai penerima dana tapi untuk mendidik mereka menjadi muzzakī sebagai pemberi dana untuk yang lain. Di dalam pendampingan diberikan pengalaman usaha, peyegaran rohani dan menjalin silatuhrahmi antar sesama pedagang atau pengusaha kecil. e. Informan V dan VI, ZA dan MZ (Anggota KUM3 BMT Kube Sejahtera) Sebelum penulis mengajukan pertanyaan dengan informan penelitian, terlebih dahulu menanyakan usaha yang sudah dijalankan. Usaha ZA adalah penjual soto lamongan yang berada di kawasan Pasar Rajawali sudah berjalan lebih dari enam bulan. ZA merupakan salah satu anggota KUM3 BMT Kube Sejahtera, sudah dua periode mendapatkan pembiayaan KUM3 oleh BMT Kube Sejahtera. ZA memerlukan modal untuk menambah modal buat usaha. Seperti perbaikan gerobak, perbaikan tenda, dan lain-lain. Melalui dana KUM3 ini, penulis bertanya mengenai pandangan ZA atas penyaluran program ini. Ini adalah hasil wawancara dengan ZA: “Program ini sangat bagus sekali artinya bisa memberikan manfaat bagi masyarakat mikro ke bawah, artinya BMT ini bisa
74
membantu orang-orang kecil jadinya tidak hanya oleh pengusahapengusaha besar untuk mengasih pendanaan”76 Selanjutnya penulis bertanya tentang untuk syarat menjadi anggota KUM3, sebagai prosedur penilaian untuk menyeleksi anggota yang amanah. ZA memberikan jawabannya, bahwa: “Syarat-syaratnya sangat jelas yang pertama kalau ingin menjadi anggota KUM3 harus mengikuti pelatihan selama lima hari berturut-turut, itu harus hadir tidak boleh tidak ikut, jadi harus ikut selama lima hari.”77 Penulis
bertanya
pada
informan
selanjutnya
untuk
mendapatkan informasi lebih banyak dan jelas melalui MZ, selaku penjual kue di Pasar Rajawali. Yang bertempat tinggal di kawasan Pasar Rajawali, Km. 5. Penulis mengajukan pertanyaan tentang pendampingan dan pembinaan yang dilakukan oleh pihak BMT Kube Sejahtera, menurut MZ sebagai berikut: “Berupa tukar pengalaman, cerita masalah usaha, pendidikan ilmu agama, diajarkan untuk berbicara mengelurkan pendapat, serta kerjasama kelompok”78 Hasil wawancara dengan informan V dan VI memberikan gambaran bahwa, penerapan demokrasi ekonomi dalam pemberdayaan dan penguatan ekonomi umat melalui mitra kerja denga BMT Kube
76
Wawancara dengan anggota KUM3 BMT Kube Sejahtera, pedagang makanan soto lamongan tanggal 10/10/2012. 77
Ibid.
78
Wawancara dengan anggota KUM3 BMT Kube Sejahtera, pedagang kue tanggal 10/10/2012.
75
Sejahtera mendapat sambutan positif dari masyarakat Pasar Rajawali. Dana seperti KUM3 ini sangat membantu untuk menambah modal usaha mereka untuk menambah bahan-bahan produksi. f. Informan VII dan VIII, MS dan MN (Anggota KUM3 BMT AtThayyibah) Penulis melakukan pencarian informan yang mendapatkan dana KUM3 BMT At-Thayyibah sebagai pembanding dari hasil wawancara dan observasi pada BMT Kube Sejahtera. Melalui subjek IV, Mb. SS memberikan petunjuk beberapa anggota KUM3 At-Thayyibah. Penulis menuju anggota KUM3 yang dimaksudkan, yang bertempat tinggal di Jl. Menteng 22 depan Mesjid Ukhwatul Muslimin, informan berinisial MS, sebagai pedagang pisang goreng dan minuman. Penulis bertanya mengenai penggunaan dana KUM3 sudah dimanfaatkan untuk apa saja. MS mengatakan: “Dananya sangat kecil untuk membeli bahan-bahan untuk jualan, hanya 1 juta rupiah. Dana tersebut sudah digunakan untuk membeli minyak, untuk membeli gas untuk keperluan dapur, dan untuk uang saku cucu.”79 Ketika ditanya mengenai syarat untuk menjadi anggota KUM3 BMT At-Thayyibah, MS hanya menjawab. Ikut pelatihan selama lima hari secara berturut-turut. Selanjutnya penulis bertanya apakah dana ini sudah bermanfaat buat usaha. MS menjelaskan dananya yang
79
Wawancara dengan anggota KUM3 BMT At-Thayyibah, pedagang gorengan tanggal 17/10/2012.
76
diberikan sangat bermanfaat tetapi masih belum mencukupi untuk memenuhi keperluan buat nambah modal. 80 Penulis berlanjut mencari anggota KUM3 BMT At-Thayyibah, penulis menemukan informan MN, penjual pentol yang berjualan di depan jalan Menteng 22. Sudah berjualan selama satu tahun dan suaminya sudah lama berjualan pentol keliling. MN adalah pendatang dari daerah Pangkoh yang mencari kehidupan lebih baik di Kota Palangka Raya dengan pertama-tama berjualan sayur keliling dan sekarang beralih profesi jadi pejual pentol. Dalam sehari omset yang di dapat MN kisaran Rp. 400 ribu. Apabila gerobak 2 maka omsetnya mencapai Rp. 650 ribu per hari. MN sudah lama menjadi anggota BMT At-Thayyibah sejak berjualan sayur keliling, sekarang MN ikut program KUM3 dari BMT At-Thayyibah. Maka penulis bertanya soal dana bergulir seperti KUM3 ini menurut MN, dana ini digunakan sebagian untuk usaha dan sebagian untuk yang lain untuk kontrak rumah dan uang jajan anak. Dan penulis bertanya syarat untuk menjadi anggota KUM3. Kata MN, ikut pelatihan-pelatihan selama 5 hari. 81 Berdasarkan padangan di atas, disimpulkan proses untuk menjadi anggota KUM3 di BMT At-Thayyibah sama prosedurnya dengan BMT Kube Sejahtera. Harus mengikuti pelatihan selama lima hari berturut-turut untuk melihat anggota yang disiplin dan amanah.
80
Ibid.
81
Wawancara dengan anggota KUM3 At-Thayyibah pedagang pentol tanggal 17/10/2012.
77
Soal pemanfaatan dana banyak digunakan modal usaha akan tetapi ada juga digunakan untuk keperluan yang lain. Penyaluran program dana KUM3 ini menurut anggota masih sangat sedikit melihat dengan keperluan yang sangat besar, yaitu bahan-bahan sudah mulai mahal di pasaran. Maka perlu mengoptimalkan lagi dana-dana seperti ini untuk memperkuat pengusaha-pengusaha kecil. 2.
Kendala-Kendala dalam Penerapan Demokrasi Ekonomi pada Bank Muamalat Indonesia Cabang Palangka Raya. Wawancara
mengenai
kendala-kendala
dalam
penerapan
demokrasi ekonomi, penulis tidak mendapatkan waktu untuk wawancara lebih lama dari subjek I, Bp. FD. Karena pada saat penelitian penulis lakukan, Bp. FD sedang membuat laporan untuk persiapan Audit Perbankan Syariah dari Jakarta dan persiapan kedatangan kepala BMI untuk koordinator Kalimantan. Melihat hal tersebut, penulis tidak mendapatkan waktu setelah pertemuan pertama. Selanjutnya penulis menemui Bp. QM sebagai subjek II untuk mengtahui kendala-kendala yang
hadapi
dalam
penerapan
demokrasi
ekonomi
dalam
hal
pemberdayaan dan penguatan ekonomi umat. Penulis membuat beberapa sub-sub bab biar lebih sistematis dan jelas mengtahui kendala-kendala yang dihadapi. Adapun sub-sub bab sebagai berikut:
78
a. Penyaluran Pendanaan Pertanyaan yang pertama penulis ajukan kepada Bp. QM masalah kendala-kendala dalam penerapan demokrasi ekonomi sebagai bentuk pemberdayaan dan penguatan ekonomi umat dalam bentuk penyaluran produk komersil. Menurut Bp. QM, kendala terletak pada masyarakat yang notabene masyarakat ekonomi kecil masih dikatakan masyarakat belum bankable artinya masyarakat tidak sesuai dengan aturan main perbankan syariah karena tidak sesuai dengan prinsip analisis kredit 5’C perbankan. Berikut ini petikan hasil wawancara: “Syarat-syaratnya sama dengan nasabah lain, tapi mereka (masyarakat miskin) penyimpangan disisi persyaratan itu belum termasuk nasabah bankable, bankable itu nasabah yang sudah mengerti aturan main diperbankan. Penyimpangannya disitu, misalnya jaminan, terletak pada analisis 5’C itu, neraca ngga ada, kapitalnya ngga ada, jadi itu yang dipikirkan. Jadi mungkin cari alternaitif-alternatif yang lain.”82 Hal ini juga ditambahkan oleh Bp. QM, bahwa masyarakat miskin atau pedagang-pedagang kecil sering berinteraksi dengan para rentenir sebagai cara pragmatis dalam mendapatkan dana cepat sebagai tambahan modal usaha atau bersifat komsumtif. Bp. QM membagi pengalamannya ketika berdialog dengan seorang rentenir yang ada di Kota Palangka Raya, ini lah perkataan beliau: “Kita ngomong masalah rentenir, saya sudah bertemu langung dengan rentenir. Jadi para rentenir itu aja tumbuh di sini. Berupa modal itu dikasih pada pedagang-pedagang lapak di pasar itu, ya modalnya mungkin satu atau dua jutaan. Sebenarnya mereka mengambil bunga, dihitung tidak masuk akal lah. Itukan perhari, anggap saja perhari 5%, setahun 82
Hasil wawancara dengan branch manager BMI Cabang Palangka Raya, tanggal 15/10/2012.
79
berapa. Seharusnya BMT bisa menjembatani kepentingan seperti ini."83 Tidak mengherankan apabila pedagang-pedagang kecil suka mengakses dana secara instan kepada para rentenir karena sulitnya mengakses dana ke Bank. Hal ini penulis temukan di lapangan secara langsung teryata sebagian masyarakat atau anggota KUM3, melakukan penambahan modal salah satunya melalui rentenir atau istilah mereka “bank harian” selain dana KUM3 tadi. Ketika penulis mengajukan pertanyaan kenapa lebih suka meminjam dana kepada bank harian (para rentenir), menurut informan MN, “minjam ke lebih mudah mas, hari ini dilunasin besok bisa minjam lagi, bisa cepat dananya cair”. Terus dilanjutkan pada pertanyaan apakah minjam ke bank harian (rentenir) tidak memberatkan. Teryata informan MN penjual pentol ini, dengan tegas mengatakan “tidak memberatkan”.84 Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan kendala-kendala dalam penyaluran pendanaan KUM3 ini adalah masyarakat miskin masih dikatakan belum bankable dalam mengakses pendanaan komersil perbankan syariah. Dari sulitnya akses pendanaan dan kurangnya lembaga-lembaga keuangan dalam pemberdayaan usaha rakyat tidak heran masyarakat berpikir cepat untuk mendapatkan dana segar dari para rentenir.
83
Ibid.
84
Wawancara dengan anggota KUM3 At-Thayyibah pedagang pentol tanggal 17/10/2012.
80
b. Pengembangan Usaha Masyarakat Kecil Selanjutnya masalah dalam penyaluran dana KUM3 adalah tidak semua masyarakat dapat merasakannya karena dana KUM3 ini hanya bagi masyarakat miskin yang memiliki usaha. Untuk masyarakat miskin yang tidak memiliki usaha tidak bisa mengakses pendanaan bergulir KUM3 ini, karena ditakutkan tidak bisa mengembalikan uang yang telah dipinjam. Ini lah hasil wawancara dengan subjek III, Bp. FA: Program ini lebih ditekankan pada orang miskin, artinya miskin yang memiliki usaha, kalau miskin tidak punya usaha takutnya macet, karena habis untuk konsumsi saja, jadi masih miskin dengan syarat ada usaha, karena dana ini sifatnya bergulir dan harus lancar”85 Secara teknis, pendampingan dan pembinaan usaha masyarakat kecil ketika penulis temui di lapangan, proses untuk menjadi anggota KUM3 ini, diikuti dua puluh lima anggota KUM3. Semuanya berjalan baik selama proses untuk menjadi anggota KUM3 BMT Kube Sejahtera dan BMT At-Thayyibah. Seiring waktu masalah-masalah pun terlihat kepermukaan. Dari pendampingan dan pembinaan usaha rakyat oleh pihak BMT Kube Sejahtera dan BMT At-Thayyibah, para anggota KUM3 mulai menunjukkan penurunan kedisiplinan dalam ketepatan waktu hadir seperti yang terjadi pada Mushola Pasar Rajawali yaitu pembinaan BMT Kube Sejahtera. Ketika waktu yang sudah ditetapkan dari jam 16.00 WIB sampai dengan jam 17.00 WIB 85
Wawancara dengan pihak BMT Kube Sejahtera selaku agen BMM pada tanggal 8/10/2012.
81
masih banyak anggota datang terlambat 30 menit dengan berbagai alasan. Ada yang mengatakan ketiduran, banyak kesibukan dengan jualan.86 Seperti wawancara penulis dengan informan MZ, dia mengatakan “tidak ada yang nunggu jualan dan masih banyak kesibukan di dapur”.87 Penulis mengamati secara seksama selama dua periode penyaluran dana bergulir ini, bentuk pendampingan dan pembinaan hanya bersifat statis. Tidak ada perubahan pada manajemennya dalam penyampaian dan pembinaan anggota KUM3 ini, seperti di Mushola Pasar Rajawali sudah dua periode dalam penyaluran dana KUM3, bentuk pendampingan dan pembinaan anggota hanya dalam bentuk ceramah,
berbagi
pengalaman
kerja
dan
lain-lain.
Hal
ini
membosankan peserta apalagi kebanyakan yang menjadi anggota adalah ibu-ibu, ada yang sibuk mengurus anaknya ada yang sibuk dengan jualannya. Jadi perlu solusi yang tepat dalam manajemen pembinaan dan pengembangan usaha rakyat skala kecil seperti ini. c. Kredit Macet Mengenai kredit macet, penulis bertanya pada Bp. QM kenapa kredit macet ini bisa terjadi setelah dilakukan pembinaan dan pendampingan usaha rakyat. Menurut Bp. QM sebagai berikut:
86
Hasil observasi pada Mushola Pasar Rajawali, Jl. Rajawali, Km. 5 pada tanggal
12/10/12. 87
Wawancara dengan anggota KUM3 BMT Kube Sejahtera, pedagang kue tanggal 10/10/2012.
82
“Ya kalau namanya pengusaha kecil mungkin belum mengerti usaha, kendala usaha itu kan menurut pandangan mereka ya itu modal, sebenarnya nawaitu bukan disitu. Seharusnya semangatnya, seharusnya usaha itu akan tumbuh, tergantung niat dan semangatnya para pengusaha walau pun kecil. Padahal kuncinya disitu. Tarulah mereka yang kecil tidak punya niat dan semangat, saya kasih uang banyak pun akan habis juga. Ya larinya bukan usaha tapi komsumtif. Dan kredit macet. Masalahnya disitu.88 Setelah mendapatkan penjelasan dari Bp. QM. Maka penulis melanjutkan pada subjek selanjutnya, yaitu Bp. FA. Penulis menanyakan tentang kredit macet yang terjadi pada penyaluran dana KUM3, beliau berpendapat bahwa: “Yang jelas merupakan kendala untuk kelompok, itu kan memberatkan kelompoknya. Bagaimanapun juga kelompoknya sudah melakukan peryataan tanggung renteng. Jadi apabila satu anggota mengalami kredit macet, maka anggota yang lain dalam kelompok itu menanggung pembayaraan anggotanya yang satu itu, otomatis memberatkan”89 Hal ini ditambahkan oleh Bp. FA bahwa anggota kredit macet merupakan virus-virus bagi yang lain untuk mengikuti jejak anggota yang macet. Karena program ini berasal dari dana zakat jadi sifatnya hibah jadi sulit untuk dimintai pembayaran. Hal ini senada oleh subjek IV. Mb. SS menyatakan kredit macet, sebagai berikut: “Iya ada terjadi kredit macet. Seharusnya ketua kelompok yang bertanggung jawab. Karena perjanjiannya tanggung renteng. Jadi ketua bertanggung jawab dengan kelompoknya. Masalahnya ini merupakan
88
Hasil wawancara dengan branch manager BMI Cabang Palangka Raya, tanggal 15/10/2012. 89
Wawancara dengan pihak BMT Kube Sejahtera selaku agen BMM pada tanggal 8/10/2012.
83
dana zakat atau dana hibah. Jadi sulit untuk ditagih beda seperti pinjam disini. Jadi tergantung hatinya untuk mau membayar”.90 Adapun alasan kenapa bisa kredit macet karena sebagian anggota KUM3 ini, menggunakan dana KUM3 tersebut bukan sepenuhnya untuk modal usaha akan tetapi lebih bersifat konsumtif. Karena mereka beranggapan uang yang dikasih masih sangat kecil untuk modal usaha dan lebih baik digunakan untuk keperluan bahan dapur atau alat-alat yang lain. Berdasarkan peryataan Bp. QM ada benarnya, ketika pendapatan meningkat maka kebutuhan pun ikut meningkat. Dan masyarakat seperti ini sudah biasa menikmati BLTBLT (Bantuan Langsung Tunai) sehingga pendanaan KUM3 ini juga dianggap sebagai BLT yang tidak perlu dikembalikan lagi. 3.
Solusi-Solusi dalam dalam Penerapan Demokrasi Ekonomi pada Bank Muamalat Indonesia Cabang Palangka Raya Setiap kendala pasti ada jalan keluarnya dan bisa diatasi dengan terus mencari solusi-solusi yang terbaik dengan terus mengevaluasi setiap kegiatan yang dilaksanakan. Mencari sebuah solusi adalah jalan terbaik agar kegiatan atau program yang telah berlangsung tetap bisa berjalan sebagaimana mestinya. Untuk menjawab permasalahan yang ada di atas penulis melakukan wawancara dengan beberapa subjek untuk mengetahui pandangan mereka dalam memberikan solusi atas masalah tersebut. Untuk itu penulis membuat solusi-solusi sesuai sub bab biar lebih sistematis dan
90
Wawancara dengan pihak BMT At-Thayyibah selaku agen BMM pada tanggal 17/10/2012.
84
mempermudah untuk melihat pandangan para subjek memberikan jawaban. Ini lah urutan sub bab untuk bagian solusi: a. Penyaluran Pendanaan Ketika subjek II, Bp. QM bercerita terkait topik rentenir yang masih sering dilakukan oleh para pengusaha skala mikro dan kecil, penulis bertanya mengenai solusi terbaik dari pihak BMI Cabang Palangka Raya. Menurut Bp. QM: “Solusi dari BMI yang pertama, ya salah satunya KUM3 tadi, untuk membangkitkan masyarakat yang notabane masih kecil. Solusi kedua, semestinya di sini banyak BMT yang dibentuk. Sehingga kita tidak terjun mengurus sangat kecil itu sekali. Karena bisnis semua itukan harus tumbuh, kalau menggarap yang kecil, taruhlah ibaratnya, kita menggali sumur masa dengan bulldozer, itu tidak mungkinkan. Tidak efektif dan efisien, maka seharusnya dengan penggali kalau cuma untuk 2 meter, kalau dengan bulldozer tidak akan efektif dan efisien. Maka harusnya lembaga keuangan sektor mikro, contoh konkritnya begitu. Harus menumbuhkan dari yang kecil, sebenarnya menyentuh masyarakat langsung yang kecil itu BMT-BMT yang berperan aktif.”91 Pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pendanaan KUM3 ini merupakan solusi terbaik dari pihak BMI Cabang Palangka dalam memberikan modal usaha dan juga sebagai bentuk kepedulian BMI Cabang Palangka Raya terhadap masyarakat ekonomi kecil untuk mengembangkan usaha mereka. Sehingga perlu lebih banyak lagi di bentuk lembaga keuangan sektor mikro seperti BMT untuk mengamankan para pengusaha mikro dan kecil dari jeratan para
91
Hasil wawancara dengan branch manager BMI Cabang Palangka Raya, tanggal 15/10/2012.
85
rentenir. Karena BMT Kube Sejahtera dan BMT At-Thayyibah lah memiliki peran yang efektif dan efesien untuk mengedukasi dan memberdayakan masyarakat ekonomi lemah dan kaum duafa. Dengan mengarahkan kepada usaha-usaha tepat guna demi meningkatkan kesejahteraan dan meningkatkan daya beli masyarakat miskin terhadap bahan produksi dan kebutuhan hidup. b. Pengembangan Usaha Masyarakat Kecil Penulis melanjutkan bertanya, bagaimana seharusnya sikap para wirausaha skala kecil dalam mengembangkan usaha agar lebih maju dan mandiri. Bp. QM, memberikan pandangan untuk hal ini: “Seharusnya semangat wirausaha itu muncul, maka kalau kita mau berpikir untuk memperbesarkan usaha tergantung kita. Kalau usaha itu baik maka jadi besar juga usahanya. Penting semangat kerjanya, semangat perjuangannya. Padahal margin besar disini, dibandingkan di Jawa, jadi semangat kerja aja yang kurang.”92 Berlanjut pada subjek III, Bp. FA selaku Agen BMM untuk daerah kerjasama Kota Palangka Raya, untuk meminta solusi yang terbaik dari sudut pandang Bp. FA terkait pengembangan usaha anggota KUM3 ini, tidak mengenai seluruh klasifikasi masyarakat miskin. Hanya kategori masyarakat miskin memiliki usaha saja yang berhak mendapatkan pinjaman lunak ini untuk menambah modal usaha. Menurut Bp. FA seharusnya pemerintah daerah melalui Bazda (Badan Amil Zakat Daerah) mengikuti pola KUM3 ini, jadi tidak hanya pihak seperti BMM saja yang peduli dengan masyarakat miskin, 92
Ibid.
86
apalagi masyarakat yang tidak bisa disentuh oleh pihak seperti perbankan dan dana KUM3 ini. Ini lah petikan wawancara dengan Bp. FA: “Diharapkan kepada pemerintah daerah melalui Bazda itu untuk mengadopsi pola-pola seperti program KUM3 ini, tidak hanya mengharap dari BMM saja, maka dengan mengoptimalkan, akan lebih banyak yang terbantu masjidmasjid. Sehingga jamaah masjid pada sejahtera”93 Pembahasan pada bagian ini untuk mencari sebuah solusi dari permasalahan yang ada pada pembinaan dan pendampingan usaha rakyat kecil oleh BMT Kube Sejahtera dan BMT At-Thayyibah. Permasalahan dalam pembinaan dan pendampingan terlihat tidak ada perubahan manajamen sosialisasi menyebabkan anggota KUM3 BMT Kube Sejahtera dan BMT At-Thayyibah merasa bosan, maka penulis meminta solusi kepada subjek IV, Mb. SS untuk memberikan pendapatnya dalam menjawab permasalahan ini. Kata Mb. SS, bahwa: “Seharusnya pola pembinaan dan pedampingan usaha rakyat ini tidak hanya peyegaran rohani dan berbagi pengalaman usaha. Tapi maunya pada peningkatan keterampilan, keterampilan membuat resepresep kue, keterampilan menjahit, keterampilan membuat bunga hias. Pasti ibu-ibu suka ikut pembinaan dan pendampingan seperti ini, jadi anggota senang perut kenyang.”94 Mendengar jawaban di atas penulis melanjutkan bertanya, kenapa pola itu tidak diterapkan. Menurut Mb. SS ini sudah merupakan aturan dari BMM Pusat. Penulis selanjutnya menanyakan 93
Wawancara dengan pihak BMT Kube Sejahtera selaku agen BMM pada tanggal 8/10/2012. 94
Wawancara dengan pihak BMT At-Thayyibah selaku agen BMM pada tanggal 17/10/2012.
87
kapan ini akan dilaksanakan. Mb. SS menjawab, ada dana besar tahun 2013 untuk pembinaan dan pendampingan untuk meningkatkan keterampilan masyarakat miskin.95 Berdasarkan pemaparan di atas, solusi untuk mengembangkan usaha masyarakat miskin, modal utamanya adalah kemauan yang kuat untuk merubah keadaan hidup menjadi lebih baik dengan semangat wirausaha, karena peluang untuk berwirausaha di Kota Palangka Raya sangat besar didasari dengan semangat kerja yang tinggi. Maka untuk mendukung semangat wirausaha masyarakat kecil perlu dukungan modal usaha dari lembaga pemerintah, swasta dan perorangan. Dengan pemberian modal dengan pola KUM3 ini, perlu terus dikembangkan dan optimalkan oleh lembaga pemerintah melalui Bazda, BMI melalui BMM, lembaga keuangan mikro seperti BMT Kube Sejahtera dan BMT At-Thayyibah demi mengembangkan usaha masyarakat kecil pada semua klasifikasi. Hal terpenting juga berupa pendampingan dan pembinaan masyarakat kecil, tidak hanya bentuk pertemuan setiap minggu, akan tetapi lebih mengasah pada potensi dan kreasi masyarakat
ekonomi
lemah
dengan
cara
pelatihan-pelatihan
keterampilan membuat resep kue, menjahit dan lain-lain.
95
Ibid.
88
c. Kredit Macet Kredit macet tidak hanya terjadi di lembaga keuangan seperti perbankan, akan tetapi lebih kompleks terjadi pada lembaga keuangan mikro seperti BMT. Tidak sedikit terjadi kredit macet dalam penyaluran pinjaman bagi masyarakat mikro karena sifat tidak amanah yang dimiliki anggota. Seharusnya digunakan untuk meningkatkan modal usaha tapi kenyataannya ada yang digunakan untuk kebutuhan konsumtif anggota. Untuk menggindari masalah kredit macet Bp. QM memberikan indikator karakter anggota yang dipilih untuk diberikan pendanaan. Ini lah keterangan Bp. QM: “Paling penting untuk usaha kecil, faktor utama adalah faktor amanah, amanah tidak memajukan usahanya, semangat, disiplin dan kejujuranya.”96 Penulis berlanjut bertanya pada subjek III, Bp. FA memberikan solusi lebih terperinci terkait kredit macet. Agar resiko kredit dapat diperkecil, Bp. FA memberikan beberapa solusi yang terbaik melalui pengalaman kerjanya yang telah lama bemitra dengan masyarakat mikro. Menurut Bp. FA dalam penyaluran dana KUM3 ini terletak pada kelompok. Kelompok sebagai kunci dari minimnya resiko kredit macet, ini lah haasil wawancaranya: “Kuncinya di kelompok, saat melakukan training wajib bagi kelompok memilih anggotanya yang benar-benar dapat di percaya, yang tidak di percaya ditinggal saja. Maka apabila macet satu anggota 96
Hasil wawancara dengan branch manager BMI Cabang Palangka Raya, tanggal 15/10/2012.
89
kelompok tersebut maka kelompok tanggung renteng wajib melunasi anggota yang macet. Maka perlu benar-benar mencari orang yang amanah”.97 Hal lain ditambahkan oleh Bp. FA, bahwa namanya saja program KUM3, yaitu Program Usaha Mikro Muamalat Berbasis Mesjid. Jadi perlu memilih anggota yang aktif ke mesjid atau mushola, maka hal ini perlu penilaian dari pihak takmir mesjid tersebut. Karena takmir mesjid memiliki penilaian terhadap setiap jamaahnya yang dapat di percaya. 98 C. Analisis Data dan Pembahasan Pada sub bahasan ini, berisikan tentang pembahasan dan analisis hasil dari penelitian yang telah penulis lakukan mengenai Penerapan Demokrasi Ekonomi Pada Bank Muamalat Indonesia Cabang Palangka Raya yang menjadi objek penelitian serta menjadi subjek adalah para pemegang kebijakan dan untuk memperkuat informasi, penulis mengambil empat informan dari anggota KUM3 BMT Kube Sejahtera dan BMT At-Thayyibah. Penyaluran pendanaan KUM3 ini, disalurkan pada empat tempat didaerah Kota Palangka Raya, yaitu di Mushola Pasar Rajawali Jl. Rajawali Km. 5, di Perumahan BMT Kube Sejahtera di Jl. Mahir Mahar, di Mesjid Ukhwatul Muslimin Jl. Temanggung Tilung, dan Daerah Kalampangan.
97 Wawancara dengan pihak BMT Kube Sejahtera selaku agen BMM pada tanggal 8/10/2012. 98
Ibid.
90
1. Penerapan Demokrasi Ekonomi Perspektif Bankir Bank Muamalat Indonesia Cabang Palangka Raya Berdasarkan hasil penelitian dan wawancara yang dilakukan penulis kepada semua subjek dan informan mengenai penerapan demokrasi ekonomi pada BMI Cabang Palangka Raya yang tertuang pada Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah. Pendapat semua subjek dan informan mewakili untuk menggambarkan pola penerapan demokrasi ekonomi yang sudah diterapkan oleh BMI Cabang Palangka Raya. Untuk menggambarkan penerapan demokrasi ekonomi pada BMI Cabang Palangka Raya, penulis membuat beberapa tahapan-tahapan dari penerapan demokrasi ekonomi bagi pemberdayaan ekonomi umat berdasarkan hasil keterangan subjek dan informan. Adapun tahapan-tahapan sebagai berikut: a. Penyaluran Pendanaan Menurut Bp. FD, bahwa: “Demokrasi ekonomi dipahami disini sebagai asas, asas disini sebagai aturan main operasional BMI, setelah prinsip-prinsip syariah yang sudah kami terapkan. Perhatian kami terhadap masyarakat ekonomi lemah, itukan pekerjaan mulia, memperjuangkan ekonomi umat, membantu mereka jadi lebih mandiri dan berwawasan keislaman”99 Penulis menyimpulkan dari semua sudut pandang subjek I, mengenai kebijakan produk berupa program pemberdayaan dan penguatan ekonomi umat sebagai bentuk penerapan demokrasi 99
Lihat wawancara dengan head marketing Bank BMI Cabang Palangka Raya, tanggal 4/10/2012, halaman 64.
91
ekonomi pada BMI Cabang Palangka Raya. Hal ini merupakan kepedulian BMI Cabang Palangka Raya tidak hanya sebagai lembaga bisnis tetapi juga sebagai lembaga keuangan yang dapat memberikan kesejahteraan umat banyak, karena BMI Cabang Palangka Raya memiliki tujuan raḥmatan lil ‘ālamīn, pemberi rahmat bagi segenap umat. Karena itu sudah semestinya untuk tolong-menolong dalam hal kebajikan di muka bumi. Hal senada juga dilontarkan oleh Riawan Amin dalam bukunya “The Celestial Management” menyebutkan bahwa dalam konteks Muamalat, misi untuk terus menjadi pijar bagi bangkitnya Islam terus dijaga. Yakni dalam menyandang misi pemberdayaan ekonomi umat, diharapkan Muamalat bisa menjadi medan pertempuran (a place of warfare) dalam memajukan dan kebangkitan cahaya Islam melalui pengutan ekonomi umat.100 Hal ini ditambahkan oleh Bp. FD, bahwa: “Sebenarnya ini merupakan program yang sudah ada dan berkenlajutan dilakukan oleh kami, merupakan program CSR BMI. Masyarakat kecil dan pengusaha-pengusaha mikro dan kecil yang ada disekitar masjid, mau gak mau harus dibina dengan permodalan program KUM3 misalnya kerjasama dengan pihak BMT-BMT sebagai pelaksana di lapangan”101
100
Riawan Amin, The Celestial Management, Jakarta: Senayan Abadi Publishing, 2004, h. 194. 101
Lihat wawancara dengan head marketing Bank BMI Cabang Palangka Raya, tanggal 4/10/2012, halaman 65 (footnote 900). Lihat Hasil wawancara dengan branch manager BMI Cabang Palangka Raya, tanggal 15/10/2012, halaman 66 dan 67 (footnote 92 dan 93). Lihat wawancara dengan pihak BMT Kube Sejahtera selaku agen BMM pada tanggal 8/10/2012, halaman 68 (footnote 96 dan 97). Dan lihat wawancara dengan anggota KUM3 BMT Kube Sejahtera, pedagang makanan soto lamongan tanggal 10/10/2012, halaman 75 (footnote 107).
92
Pada pelaksanaannya BMI Cabang Palangka Raya bekerjasama dengan BMM (baitul māl mu‘amalat) dalam menjalankan kebijakan produk, BMM merupakan suatu divisi khusus yang didirikan oleh BMI dalam menangani delapan asnab102 dengan tugas membuat program peningkatan dan mendayagunakan usaha-usaha rakyat kecil dan golongan ekonomi lemah untuk lebih mandiri dan tangguh. Produk unggulan BMM dalam pemberdayaan ekonomi masyarakat miskin yaitu program KUM3 (Komunitas Usaha Mikro Muamalat Berbasis Mesjid). Dalam memudahkan program ini untuk terlaksana, BMM melalui BMI Cabang Palangka Raya bermitra kerja dengan pihak lembaga-lembaga keuangan syariah yang bergerak pada sektor mikro yang langsung berhadapan dengan usaha masyarakat kecil, maka BMT Kube Sejahtera dan BMT At-Thayyibah ditunjuk atau diberikan amanah sebagai tim pelaksana di lapangan. Hal ini juga ditambahkan oleh Yulizar dan Hilman dalam majalah Sharing dalam optimalisasi mengetaskan kemiskinan perlu dukungan lembaga-lembaga keuangan seperti perbankan syariah pada sektor makro dan LKMS-LKMS (lembaga keuangan mikro syariah) dalam skala kecil yang akrab dengan masyarakat. Pola hubungan bisnis antara perbankan syariah dengan LKMS, dimana pihak perbankan syariah dapat menyalurkan dananya, sementara pihak LKMS memperluas jangkauan layanannya bagi usaha mikro, termasuk 102
Delapan asnab ialah orang fakir, miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu`alaff, memerdekan budak, orang yang berhutang, fisabilillah, dan musafir. Ini adalah orang-orang yang berhak atas dana-dana sosial seperti zakat. (At-Taubah: 60).
93
bagi masyarakat miskin. Selain itu juga pihak LKMS ini juga terkait dalam bentuk teknis, seperti training dan pendampingan para nasabah atau pengusaha UKM.103 Adapun pola penyaluran program ini oleh BMI Cabang Palangka Raya dalam bentuk kebijakan produk dengan merealisasikan program KUM3 untuk mendayagunakan usaha masyarakat miskin terutama melalui bantuan modal, sebagai salah satu aspek penggerak roda ekonomi masyarakat kecil. Untuk mempermudah memahami pola penyaluran program ini dapat dilihat melalui skema sebagai berikut.
103
Yulizar D. Sanrego dan Hilman Fauzi N., “Peran Intermediasi, h. 26.
94
Skema: Program KUM3.
Dana-dana sosial: zakat, infak, sedekah, wakaf dan hibah (ZISWAH)
BMM (Baitulmaal Muamalat)
BMI (Bank Muamalat Indonesia) Cabang Palangka raya
1). Pemberdayaan Masyarakat Miskin, dan Duafa (Pembentukan Kapasitas) BMT 1 2). Kebijakan Produk KUM3 Dalam Bentuk Program Pemberdayaan Masyarakat Miskin Dan Kaum Duafa (Pemberian Dana Bergulir Untuk Modal)
BMT 2 BMT 3 Pola Lingkage
“Masyarakat Miskin dan Kaum Duafa (memilki usaha) siap untuk berinteraksi dengan lembaga keuangan formal (Perbankan Syariah)”
Sumber: Majalah Sharing
95
Pola penyaluran program di atas adalah hasil modifikasi penulis dari hasil penelitian dan wawancara dengan subjek dan informan, untuk mempermudah dan menjelaskan secara sistemastis bagaimana proses penerapan demokrasi ekonomi dari bentuk program sampai menjadi sebuah kebijakan produk, untuk disalurkan kepada masyarakat miskin dan duafa yang perlu dibina dan diberdayakan dengan kegiatan wirausaha. Karena dengan memberdayakan dan membina masyarakat miskin dan kaum duafa kepada usaha-usaha sektor mikro, merupakan cara efektif menciptakan pemerataan pendapatan, menciptakan lapangan pekerjaan, dan mengurangi angka kemiskinan. Diharapkan melalui kerjasama yang baik antara BMI Cabang Palangka Raya selaku mewakili dari pihak BMM Pusat, untuk mengikat kerjasama dengan BMT Kube Sejatera dan BMT AtThayyibah dalam penyaluran dana KUM3 untuk bisa dirasakan seluruh masyarakat Kota Palangka Raya khususnya masyarakat miskin dan duafa. Guna mendukung semangat kewirausahaan untuk mencetak manusia-manusia bermutu yang terus dikembangkan keseluruh penjuru nusantara
sebagai
kontribusi
dalam
mengatasi
permasalahan
perekonomian bangsa saat ini. b. Pengembangan Usaha Masyarakat Kecil Bentuk kerjasama BMM melalui perwakilannya kantor cabang BMI yang ada disetiap daerah salah satunya adalah BMI Cabang
96
Palangka Raya. Dimana BMI Cabang Palangka Raya mencari mitra kerja dalam mensukseskan program KUM3 ini, melalui kerjasama dengan pihak BMT Kube Sejahtera dan BMT At-Thayyibah. Melalui kerjasama mitra kerja ini, BMI Cabang Palangka Raya mencari objek untuk merealisasikan program semacam KUM3 ini pada masyarakat muslim Kota Palangka Raya, yang masih dalam kategori miskin dan duafa. Dimana pihak perbankan syariah menyalurkan dananya sementara pihak BMT Kube Sejahtera dan BMT At-Thayyibah memperluas jangkauan layanan bagi usaha mikro, kecil dan menengah bagi masyarakat miskin. Seperti yang diungkapkan Bp. FD: “Program KUM3 ini diperuntukkan bagi pemberdayaan masyarakat miskin, ibu-ibu janda, kaum duafa, pedagang kaki lima yang mempunyai kemauan yang besar untuk berubah, ya dengan program ini memberikan usaha mereka jadi lebih baik, semakin sejahtera” 104 Program KUM3 sudah disalurkan pada masyarakat Mushola Pasar Rajawali, Jl. Rajawali Km. 5 dan Mesjid Ukhwatul Muslimin, Jl. Menteng 22. Penyaluran program KUM3 ini diperuntukkan bagi masyarakat miskin, ibu-ibu janda, kaum duafa yang memiliki usaha kecil-kecilan sebagai mata pencaharian mereka. Ada berbagai macam 104
Lihat wawancara dengan head marketing Bank BMI Cabang Palangka Raya, tanggal 4/10/2012, halaman 65 (footnote 91). Lihat wawancara dengan branch manager BMI Cabang Palangka Raya, tanggal 15/10/2012, halaman 67 (footnote 94 dan 95). Lihat wawancara dengan pihak BMT Kube Sejahtera selaku agen BMM pada tanggal 8/10/2012,, halaman 69 (footnote 98). Lihat hasil observasi pada Mushola Pasar Rajawali, Jl. Rajawali, Km. 5 pada tanggal 12/10/12, halaman 70 (footnote 99 dan 100). Lihat wawancara dengan pihak BMT At-Thayyibah selaku agen BMM pada tanggal 17/10/2012, halaman 72-73 (footnote 102-105). Lihat wawancara dengan anggota KUM3 BMT Kube Sejahtera, pedagang makanan soto lamongan tanggal 10/10/2012, halaman 75 (footnote 107). Lihat wawancara dengan anggota KUM3 BMT Kube Sejahtera, pedagang kue tanggal 10/10/2012, halaman 75 (footnote 108). Lihat wawancara dengan anggota KUM3 At-Thayyibah pedagang pentol tanggal 17/10/2012, halaman 77 (footnote 111).
97
usaha yang jalankan anggota KUM3, ada yang jual pentol, jual sayur, warung makanan, kue-kue sampai penjual baju. Jadi mereka dihimpun berupa pertemuan kelompok bertempat di mesjid atau mushola sebagai tempat pembinaan dan penyeleksian calon anggota KUM3. Pemberian dana bergulir seperti KUM3 ini tidak dapat langsung diakses oleh masyarakat miskin untuk menambah modal karena mereka harus mengikuti aturan main dari program KUM3 ini. Mereka wajib mengikuti training selama lima hari berturut-turut dan tidak mau mengikuti training selama lima hari walaupun dikategorikan masyarakat miskin maka tidak bisa untuk mendapatkan dana KUM3 ini. Karena ini merupakan salah satu indikator penilaian pihak BMT Kube Sejahtera dan BMT At-Thayyibah untuk menyeleksi sifat amanah calon anggota KUM3. Adapun dana yang diberikan oleh BMT Kube Sejahtera dan BMT At-Thayyibah secara bertahap dari porsi Rp. 1 juta sampai dengan Rp. 2 juta, dengan syarat tidak bermasalah dalam pembayaran iuran dan dipergunakan sebenar-benarnya untuk usaha bukan untuk bersifat konsumtif. Strategi yang digunakan setelah dana KUM3 tadi cair, setiap minggunya masih dilaksanakan pendampingan dan pembinaan kelompok usaha, setiap peserta belajar untuk berbicara di depan kelompok-kelompok lain untuk berbagi pengalaman tentang usaha yang dijalankan, penyegaran rohani dan juga menjalin silatuhrahmi sesama pedagang. Maka pada sesi untuk memulai pembinaan dan
98
pendampingan diawali dengan pembacaan ikrar anggota KUM3 oleh satu anggota dengan diikuti oleh anggota KUM3 lainnya, ikrar diawali dengan kalimat pembacaan basmallah, selanjutnya diteruskan atas nama Mu Ya Allah aku melaksanakan tugas mulia ini, mengikuti pertemuan….terimalah ia sebagai ibadahku kepadamu, untuk itu karuniakan kami untuk: 1) Berikhtiar menambah rezeki untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga. 2) Mendorong anak-anak untuk terus sekolah. 3) Membantu anggota kelompok bila mereka dalam kesusahaan. 4) Membayar kembali pembiayaan simpanan, infak dan iuran, sesuai dengan waktu yang disepakati bersama. Allah Swt menjadi saksi segala saya ucapkan dan saya lakukan. Ikrar anggota KUM3 akan terus dibaca pada saat pertemuan mingguan anggota KUM3 BMT Kube Sejahtera dan BMT AtThayyibah saat melakukan pembinaan dan pedampingan usaha kecil.105 Pembinaan dan pendampingan usaha kecil oleh BMT Kube Sejahtera dan BMT At-Thayyibah ini terkait masalah teknis, BMI Cabang Palangka Raya tidak hanya sebatas memberikan dana KUM3 sebagai modal usaha, tetapi juga dalam bentuk pengembangan usaha masyarakat kecil. Gunanya untuk menciptakan sumber daya manusia 105
Hasil observasi pada Mushola Pasar Rajawali, Jl. Rajawali, Km. 5 pada tanggal
12/10/12.
99
(SDM) untuk mampu merencanakan, melaksanakan dan mengatur sumber daya keuangan yang telah diberikan untuk meningkatkan usaha menjadi lebih berkembang dari sebelumnya. Penyaluran dana KUM3 ini hanya sebagai latihan bagi para kelompok atau masyarakat untuk melatih menjadi orang yang amanah terhadap dana yang pinjamkan. Karena jika pendanaan ini berhasil tanpa adanya keterlambatan dan macet dalam pengembalian dana ini, maka para pihak stakeholder (pemberi dana) akan percaya, sehingga bukan saja dana dari zakat tapi dalam bentuk komersil dengan pinjaman yang lebih besar. Hal ini diunggkapkan oleh Hilman dan Yulizar menurut mereka, pada giliranya akan menciptakan masyarakat miskin yang siap untuk mendapatkan pelayanan finansial yang bersifat komersil melalui akad tijāri. Jadi ada proses edukasi ketika masyarakat muslim mendapatkan
dana
tabbaru’
(ZISWAH)
untuk
kemudian
diproyeksikan untuk mendapatkan dana tijāri (akad komersil).106 c. Sumber Dana BMI Cabang Palangka Raya memiliki fungsi utama sebagai lembaga intermediasi, yaitu sebagai lembaga menghimpun dana dari nasabah yang kelebihan dana dan menyalurkan kepada nasabah lain yang membutuhkan dana secara efektif dan efisien. Dimana perbankan
106
Yulizar D. Sanrego dan Hilman Fauzi N., “Peran Intermediasi, h. 26.
100
syariah bergerak dalam kegiatan pengkreditan dan berbagai jasa lainnya yang diberikan dalam menunjang perekonomian rakyat. Hal ini juga diatur oleh Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah mengenai asas, tujuan, dan fungsi, yang berbunyi: 1) Bank syariah wajib menjalankan fungsi menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat. 2) Bank syariah dapat menjalankan fungsi sosial dalam bentuk lembaga baitulmāl, yaitu menerima dana yang berasal dari zakat, infak, sedekah, hibah dan dana sosial lainnya dan menyalurkan kepada organisasi pengelola zakat. 3) Bank syariah menghimpun dana sosial yang berasal dari wakaf uang dan menyalurkan kepada pengelola wakaf sesuai dengan kehendak pemberi wakaf. 4) Pelaksanaan fungsi sosial sebagaimana dimaksud pada ayat 2 dan 3 sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undang.107 Menurut Bp. FA, tentang sumber dana dihimpun dari nasabah Bank Muamalat, masyarakat umum, laba perusahaan dan pegawai Muamalat, ini lah kutipannya: “Berasal dari dana-dana zakat yang dihimpun dari nasabah Bank Muamalat, masyarakat umum, keuntungan perusahaan dan para pegawai bank muamalat dan salurkan untuk program seperti KUM3 ini oleh BMM Pusat” 108 107
Indonesian Legal Center Publishing, Himpunan Peraturan, h. 5.
108
Lihat wawancara dengan pihak BMT Kube Sejahtera selaku agen BMM pada tanggal 8/10/2012, halaman 71 (footnote 101).
101
BMI Cabang Palangka Raya bukan saja sebagai perbankan syariah yang menghimpun dana dan menyalurkan kepada pihak lain yang sifatnya komersil. Tetapi BMI Pusat membentuk badan khusus dalam menghimpun dana-dana sosial yang disyariatkan oleh agama Islam, seperti zakat, infak, sedekah, wakaf dan hibah atau disebut ZISWAH. Maka badan atau divisi khusus itu adalah BMM (baitul māl mu‘amalat) yang merupakan salah satu lembaga badan amil zakat berbadan swasta dengan tugas sebagai lembaga intermediasi sosial BMI untuk memberdayakan dan membina delapan asnab. Hal ini berdasarkan hukum Islam yang digunakan oleh BMI Cabang Palangka Raya sebagai bentuk pendistribusian program KUM3 ini. Adapun dasar ayat yang digunakan adalah firman Allah Swt sebagai berikut:
109 109
QS. At-Taubah [09]: 60.
102
Artinya: Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orangorang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para mu'allaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orangorang yang berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yang sedang dalam perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana.110 Berdasarkan surat At-Taubah di atas, dana-dana sosial seperti zakat, infak, wakaf, sedekah, dan hibah (ZISWAH) baik yang diwajibkan maupun yang sunnah harus didistribusikan kepada orangorang menurut kriteria yang sudah ditetapkan oleh surah At-Taubah. Dalam Islam, hak-hak individual untuk memiliki kekayaan diakui, tetapi tidak harus mengabaikan kepentingan sosial. Lewat dana-dana sosial ZISWAH diharapkan proses konsentrasi kekayaan tidak terjadi, justru tercipta sirkulasi atau peredaran surplus (kelebihan) kekayaan di kalangan lapisan semua masyarakat, tujuan utamanya adalah menciptakan sistem ekonomi yang sehat.111 Islam
sangat
mementingkan
keadilan
ekonomi
lewat
pendistribusian ZISWAH. Sebab itu, sahabat Nabi Saw yaitu Abu Bakar pernah memerangi orang yang tidak mau berzakat. Ia berpendapat berdasarkan pada ayat Al-Qur’an, yaitu:
110
Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, h. 288.
111
Depag RI, Nazhir Profesional dan Amanah, Jakarta: Direktorat Pengembangan Zakat dan Wakaf, 2005, h. 49.
103
112 Artinya: Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha mendengar lagi Maha mengetahui.113 Ayat ini menjelaskan zakat itu membersihkan dan menyucikan mereka dari kekikiran dan cinta yang berlebihan pada harta kekayaan. Zakat lebih berdimensi sosial, yang merupakan manifestasi hubungan horizontal dengan sesama manusia. Zakat sebagai derma yang wajib dalam Islam, merupakan tindakan transfer sumber-sumber kekayaan dari golongan ekonomi kaya kepada golongan ekonomi lemah atau masyarakat
miskin.
M.
Dawan Rahardjo
berpendapat,
zakat
merupakan entri point bagi pengembangan ekonomi Islam. Dengan pengertian ekonomi Islam adalah sistem yang dikembangkan dari kepercayaan kepada Tuhan yang mengakui hak-hak individu, tetapi juga kepetingan sosial.114 Hal ini Islam memiliki pandangan, pertama: akumulasi kekayaan seseorang dibangun di atas keringat orang-orang miskin, 112
QS. At-Taubah [09]: 103.
113
Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, h. 297.
114
Depag RI, Nazhir Profesional, h. 27.
104
karena di dunia ini tidak ada seorang kaya pun, baik pedagang, pengusaha konglomerat, sampai pejabat sekalipun dapat beraktivitas tanpa melibatkan orang-orang ekonomi lemah. Karena itu dana-dana ZISWAH adalah sebagai bentuk filantropi115 antara kalangan kaya dan miskin. Kedua, kesenjangan ekonomi akan mengakibatkan hancurnya sendi-sendi tatanan sosial dan perdaban. Karena itu, Nurcholis Madjid berpendapat bahwa Islam memandang kejahatan terbesar setelah syirik adalah penumpukan kekayaan beserta penggunaannya tidak benar.116 Berdasarkan
ketentuan-ketentuan
diataslah
BMI
Pusat
membetuk BMM, sebagai lembaga menghimpun dana zakat melalui BMI Cabang seluruh Indonesia. Pendirian BMM untuk memisahkan antara praktik bisnis dan sosial (tabbaru’). Artinya BMM sebagai lembaga keuangan yang berfokus pada kegiatan yang menghasilkan laba
(keuntungan)
sedangkan
BMM
yang
mengurusi
atau
memfokuskan pada pemberdayaan ekonomi umat yaitu delapan asnab sebagaimana termuat dalam surah At-Taubah ayat 60. BMM memiliki sumber dana berasal dari dana zakat, infak dan sedekah. Baik dihasilkan dari laba perusahaan BMI seluruh cabang, pegawai BMI dan donatur-donatur yang menyalurkan lewat BMI Cabang Palangka Raya, semua dana zakat tersebut dihimpun dan disalurkan kepada 115
Filantropi adalah kedermawanan sebagai bentuk cinta kasih kepada sesama dan penggunaanya didistribusikan untuk kepentingan publik (aksi-aksin kolektif), merespon kepetingan jangka panjang, mempromosikan transformasi sosial, dan berupaya memecahkan ketidakadilan struktural. Lihat, Depag RI, Nazhir Profesional dan Amanah, Jakarta: Direktorat Pengembangan Zakat dan Wakaf, 2005, halaman 47. 116
Ibid, h. 50.
105
BMM untuk dikelola. Penyaluran program KUM3 yang disalurkan oleh BMT Kube Sejahtera dan BMT At-Thayyibah kepada masyarakat usaha kecil di Mushola Pasar Rajawali dan Mesjid Ukhwatul Muslimin berasal dari dana ZIS. Sebagai bentuk BMI Cabang Palangka Raya pro terhadap masyarakat miskin dan kaum duafa dalam peningkatan kesejahteraan dan pemberdayaan ekonomi umat. 2. Kendala-Kendala dalam Penerapan Demokrasi Ekonomi pada Bank Muamalat Indonesia Cabang Palangka Raya. a. Penyaluran Pendanaan Permasalahan
yang
serius
dalam
pengembangan
dan
pemeberdayaan usaha mikro, kecil dan menengah terletak pada sulitnya akses pendanaan pada pihak perbankan secara komersil. Walaupun modal bukan satu-satunya masalah, karena permasalahan pada sektor ini begitu kompleks yang perlu dicarikan sebuah solusi untuk
menyelamatkan
pengusaha-pengusaha
mikro,
kecil
dan
menengah yang sedang sakit. Hal tersebut menyebabkan perkembangan usaha khususnya usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) dinegara-negara berkembang seperti Indonesia masih sangat rendah. Masalah internal yang dihadapi oleh pengusaha kecil dan menengah terdiri dari permasalahan utama yaitu: 1) Keterbatasan finansial 2) Kekurangan sumber daya manusia dengan kualitas yang baik
106
3) Kesulitan mendapatkan bahan baku 4) Keterbatasan bahan baku 5) Dan kesulitan dalam pemasaran. 117 Tidak hanya sebatas itu masyarakat miskin dan pengusaha UKM dikatakan sebagai masyarakat non bankable dalam artian mereka tidak memahami aturan main perbankan, mereka tidak lulus uji sebagai nasabah bankable karena didasarkan pada analisis 5’C yang digunakan setiap perbankan untuk menganalisis pinjaman kredit oleh nasabah yang berinteraksi dengan perbankan. Hal itu juga diterapkan oleh BMI Cabang Palangka Raya, ini keterangan Bp. QM: “Syarat-syaratnya sama dengan nasabah lain, tapi mereka (masyarakat miskin) penyimpangan disisi persyaratan itu belum termasuk nasabah bankable, bankable itu nasabah yang sudah mengerti aturan main diperbankan. Penyimpangannya disitu, misalnya jaminan, terletak pada analisis 5’C itu, neraca ngga ada, kapitalnya ngga ada, jadi itu yang dipikirkan. Jadi mungkin cari alternaitif-alternatif yang lain.”118 Adapun analisis kredit 5’C sebagai berikut: 1) Character Character adalah keadaan watak/sifat debitur, baik dalam kehidupan pribadi maupun lingkungan usaha. Karakter ini merupakan faktor kunci untuk melakukan penilaian terhadap calon debitur. Pada aspek ini masyarakat miskin dan kaum duafa harus
117
Tim Peneliti FE UNHAS, Skema Pembiyaan, h. 16.
118
Lihat wawancara dengan branch manager BMI Cabang Palangka Raya, tanggal 15/10/2012, halaman 79 (footnote 112).
107
dilakukan pembinaan terlebih dahulu menuju calon nasabah kapabilitas (entrepreneurship skill dan no moral hazard). 2) Capital Kemapuan modal sendiri yang dimiliki oleh calon debitur. Semakin banyak modal calon debitur maka semakin serius perbankan untuk menangung resiko terhadap gagalnya usaha. 3) Capacity Capacity
adalah
kemampuan
calon
debitur
dalam
menjalankan usahanya guna memperoleh laba. Pengukuran capacity dapat dilakukan dengan pendekatan yuridis, pendidikan, teknis dan lain-lain. 4) Collateral Collateral adalah barang-barang yang diserahkan debitur sebagai anggunan kredit yang diterima. 5) Condition of Economy Condition of Economy, yaitu situasi dan kondisi politik, sosial, ekonomi dan budaya yang mempengaruhi usaha calon debitur kemudian hari. Dalam bentuk legalitas usaha. 119 Beberapa
analisis
kredit
5’C
menyebabkan
susahnya
pengaksesan pendanaan bagi kalangan ekonomi lemah dalam memenuhi syarat sebagai nasabah komersil. Syarat-syarat ini berkesan rumit, pengusaha kecil dan masyarakat lapisan bawah tidak dapat
119
Veithzal Rivai, dkk. Bank and Financial, h. 457-459.
108
mengakses pendanaan dari bank secara komersil, sehingga potensi dan kreasi yang mereka miliki tidak tergali dan berkembang secara baik. Hal ini juga ditambahkan oleh Bp. QM, bahwa masyarakat miskin atau pedagang-pedagang kecil sering berinteraksi dengan para rentenir sebagai cara pragmatis dalam mendapatkan dana cepat sebagai tambahan modal usaha atau bersifat komsumtif. Bp. QM membagi pengalamannya ketika berdialog dengan seorang rentenir yang ada di Kota Palangka Raya, ini lah perkataan beliau: “Kita ngomong masalah rentenir, saya sudah bertemu langung dengan rentenir. Jadi para rentenir itu aja tumbuh di sini. Berupa modal itu dikasih pada pedagang-pedagang lapak di pasar itu, ya modalnya mungkin satu atau dua jutaan. Sebenarnya mereka mengambil bunga, dihitung tidak masuk akal lah. Itukan perhari, anggap saja perhari 5%, setahun berapa. Seharusnya BMT bisa menjembatani kepentingan seperti ini."120 Keterangan di atas memunculkan permasalahan, tidak jarang masyarakat kecil dan pengusaha skala mikro berpikir secara instan untuk mendapatkan pendanaan (modal) usaha dengan jalan pintas yaitu dengan meminta pendanaan pada para rentenir dengan suku bunga yang lebih besar. Ini lah salah satu kendala yang dihadapi pihak pengusaha kalangan kecil, perlu sebuah solusi yang tepat dan bijak oleh jasa keuangan seperti perbankan syariah untuk menyalurkan pendanaan tidak hanya sebatas pendanaan KUM3 oleh BMI Cabang
120 Lihat wawancara dengan branch manager BMI Cabang Palangka Raya, tanggal 15/10/2012, halaman 79 (footnote 113). Dan lihat wawancara dengan anggota KUM3 AtThayyibah pedagang pentol tanggal 17/10/2012, h. 80 (footnote 114).
109
Palangka Raya. Karena dari sebagian anggota KUM3 BMT Kube Sejahtera dan BMT At-Thayyibah menambah modal dari rentenir. b. Pengembangan Usaha Masyarakat Kecil Permasalahan tidak hanya sebatas internal di atas, akan tetapi masih ada yang menjadi PR (pekerjaan rumah) bagi BMI Cabang Palangka Raya dan BMT Kube Sejahtera dan BMT At-Thayyibah. Program KUM3 ini lebih ditekankan pada orang miskin yang memiliki usaha, dan orang miskin atau fakir yang tidak memiliki usaha bukan segmentasi dari produk KUM3 ini. Karena ditakutkan masyarakat miskin dan duafa yang tidak memiliki usaha mengalami resiko kredit macet. Dana ini harus terus bergulir kepada kelompok lainnya walaupun pada kenyataannya terdapat kredit macet. Ini lah hasil wawancara dengan, Bp. FA: “Program ini lebih ditekankan pada orang miskin, artinya miskin yang memiliki usaha, kalau miskin tidak punya usaha takutnya macet, karena habis untuk konsumsi saja, jadi masih miskin dengan syarat ada usaha, karena dana ini sifatnya bergulir dan harus lancar”121 Ini juga diutarakan oleh Robinson yang dikutip oleh majalah Sharing, menyatakan klasifikasi terakait data masyarakat miskin dapat dibagi atas tiga (3) golongan antara lain: a.
Chronic Poor, yakni mereka yang tidak memiliki pekerjaan sehingga tidak memiliki pendapatan.
121
Lihat wawancara dengan agen BMM dari pihak BMT Kube Sejahtera pada tanggal 8/10/2012, halaman 81 (footnote 115).
110
b.
Ecconomically Active Working Poor, yakni mereka yang memiliki pendapatan akan tetapi masih dalam kriteria masyarakat miskin.
c.
Lower Income People, yakni mereka memiliki pendapatan akan tetapi masih belum dapat mencukupi kebutuhannya.122 Beberapa pemetaan terhadap klasifikasi masyarakat miskin di
atas, sasaran yang dapat dijadikan segmentasi terkait program pemberian pembiayaan seperti KUM3
ialah
hanya
golongan
masyarakat miskin pada golongan dua dan tiga, karena dengan pertimbangan
sebagai
masyarakat
yang memiliki
kemampuan
wirausaha (entrepreneurship skill) dan mampu memenuhi kebutuhan dasarnya. Maka diperlukan sebuah solusi untuk masyarakat miskin pada klasifikasi I, chronic poor untuk bisa mengembangkan segala potensi,
inisiatif
dan
kreasi
dirinya
dapat
dikerahkan
dan
dikembangkan menjadi kekuatan riil bagi peningkatan kemakmuran dan kesejahteraan. c. Kredit Macet Masalah selanjutnya adalah tingkat kredit macet dalam pengembalian iuran, dikarenakan masalah karakter peserta atau masyarakat yang tidak dapat dipercaya atau tidak amanah, sehingga dapat merugikan pihak lain, seperti pada kelompok KUM3 tersebut.
122 Yulizar D. Sanrego dan Hilman Fauzi N., “Peran Intermediasi Perbankan Syariah (Optimalisasi Pengentasan Masyarakat Miskin) Part 1”, dalam Majalah Sharing, Edisi 49 Thn V Februari 2011. h. 36.
111
Hal ini penulis temukan pada kelompok KUM3 BMT At-Thayyibah dan BMT Kube Sejahtera, dari beberapa anggota kelompok KUM3 ada yang kredit macet artinya tidak bisa membayar pengembalian iuran yang telah disepakati. Dikarenakan ada yang meninggalkan Kota Palangka Raya sehingga susah untuk meminta kembali pinjaman, ada juga karena tidak mau membayar ketika diminta untuk iuran anggota KUM3, dan tidak jarang dana bergulir ini digunakan untuk sifatnya komsumtif. Hal ini seperti diungkapkan Bp. QM: “Ya kalau namanya pengusaha kecil mungkin belum mengerti usaha, kendala usaha itu kan menurut pandangan mereka ya itu modal, sebenarnya nawaitu bukan disitu. Seharusnya semangatnya, seharusnya usaha itu akan tumbuh, tergantung niat dan semangatnya para pengusaha walau pun kecil. Padahal kuncinya disitu. Tarulah mereka yang kecil tidak punya niat dan semangat, saya kasih uang banyak pun akan habis juga. Ya larinya bukan usaha tapi komsumtif. Dan kredit macet. Masalahnya disitu.123 Hal ini dikarenakan kurang koordinasi oleh pihak instansi terkait seperti BMT Kube Sejahtera dan BMT At-Thayyibah sebagai pihak di lapangan dengan takmir masjid (pengurus masjid) dalam menentukan peserta atau jamaah masjid yang terpercaya dan amanah. Dan bisa juga masyarakat dalam kelompok itu membiarkan peserta yang tidak amanah itu masuk dalam kelompoknya, maka ini dapat merugikan mereka sendiri. Ini lah beberapa masalah yang sering mucul pada pengucuran dana-dana sifatnya kerakyatan, hal ini ada juga
123
Lihat hasil wawancara dengan branch manager BMI Cabang Palangka Raya, tanggal 15/10/2012, halaman 83 (footnote 118). Lihat wawancara dengan pihak BMT Kube Sejahtera selaku agen BMM pada tanggal 8/10/2012, halaman 83 (footnote 119). Dan lihat wawancara dengan agen BMM dari pihak BMT At-Thayyibah pada tanggal 17/10/2012, halaman 83 (footnote 120).
112
disebabkan faktor didikan dari BLT (bantuan langsung tunai) tadi, sehingga dana apapun itu dikatakan hibah. Takutnya ini dapat menyebarkan virus-virus kepada anggota lain untuk mengikuti jejak seperti ini. Dan program seperti ini akan terhenti karena kurangnya tanggung jawab peserta dalam pengelolan program ini. Bedasarkan beberapa kendala di atas, perlu mencari sebuah solusi yang tepat dan cerdas agar tidak merugikan salah satu pihak diantara BMI Cabang Palangka Raya dan anggota kelompok KUM3 yang
lainnya.
Agar
anggota
KUM3
yang
macet
ini tidak
mempengaruhi anggota KUM3 yang lain untuk ikut jejak resiko kredit macet.
113
3. Solusi-Solusi dalam dalam Penerapan Demokrasi Ekonomi pada Bank Muamalat Indonesia Cabang Palangka Raya Masalah-masalah yang diutarakan di atas memerlukan sebuah jawaban atau solusi yang perlu ditelusuri secara tepat dan bijak. Di mana langkah-langkahnya tidak merugikan kedua belah pihak. a. Penyaluran Pendanaan Sebenarnya permasalahan aspek finansial untuk UMKM masyarakat kecil sudah terjawab dengan pola pendanaan KUM3 ini, Walaupun sasaran belum mengenai semua permasalahan UMKM yang begitu kompleks setidaknya BMI Cabang Palangka Raya sudah memiliki peran yang strategis terhadap pro ekonomi rakyat atau ekonomi umat. Hal ini diungkapkan oleh Bp. QM, berdasarkan wawancara: “Solusi dari BMI yang pertama, ya salah satunya KUM3 tadi, untuk membangkitkan masyarakat yang notabane masih kecil. Solusi kedua, semestinya di sini banyak BMT yang dibentuk. Sehingga kita tidak terjun mengurus sangat kecil itu sekali. Karena bisnis semua itukan harus tumbuh, kalau menggarap yang kecil, taruhlah ibaratnya, kita menggali sumur masa dengan bulldozer, itu tidak mungkinkan. Tidak efektif dan efisien, maka seharusnya dengan penggali kalau cuma untuk 2 meter, kalau dengan bulldozer tidak akan efektif dan efisien. Maka harusnya lembaga keuangan sektor mikro, contoh konkritnya begitu. Harus menumbuhkan dari yang kecil, sebenarnya menyentuh masyarakat langsung yang kecil itu BMT-BMT yang berperan aktif.”124
124
Lihat wawancara dengan branch manager BMI Cabang Palangka Raya, tanggal 15/10/2012, halaman 85 (footnote 121).
114
Secara teknis BMI Cabang Palangka Raya melalui mitra kerjanya BMT Kube Sejahtera dan BMT At-Thayyibah tidak hanya melakukan penyaluran modal tetapi juga pembentukkan SDM masyarakat miskin dan duafa kepada masyarakat yang memiliki kapabilitas entrepreneur skill (bakat kewirausahaan), pembetukkan karakter, belajar manajemen pemasaran. Diharapkan dari bentuk pembinaan dan pendampingan usaha kecil oleh BMT Kube Sejahtera dan BMT At-Thayyibah menciptakan anggota KUM3 ini, menjadi wirausahawan dan wirausahawati yang siap berinteraksi dengan BMI Cabang Palangka Raya dalam pembiyaan komersil. Menurut Latif Effendi yang dikutip oleh majalah Sharing mengisahkan tahapan pemberdayaan masyarakat miskin untuk menjadi bankable, sebagai berikut: 1) Sedekah (Charity) Pada tahapan pertama ini, masyarakat miskin dihimpun untuk diberikan sedekah tanpa mengharapkan adanya timbal balik. Dana berupa zakat ini diolakasikan untuk keperluan masyarakat miskin yang bersifat kebutuhan dasar (basic needs). Pada tahapan ini sudah dimulai memberikan pesan-pesan edukatif untuk merubah karakter masyarakat miskin. 2) Pinjaman Lunak (Soft Loan) Setelah para mustaḥik ini bisa makan, diberikan pinjaman kebajikan (qarḍul hasan) agar bisa berusaha. Akad qarḍul hasan
115
ini wajib dikembalikan sesuai pinjaman pokoknya saja, kecuali untuk biaya administrasi. Jika lewat akad qarḍul hasan ini kesejahteraan kaum miskin meningkat, potensi diri (self reliance) terasah dengan baik, kewirausahaan semakin maju untuk ekonomi keluarga. Maka pinjaman diteruskan ketahap selanjutnya, yaitu tahap pemberian pembiayaan (financing). 3) Pemberian Pembiayaan (Financing) Pada tahap tiga pemberian pembiayaan yang akan mendidik masyarakat miskin untuk memanfaatkan dana tersebut untuk kegiatan usaha produktif. Pada tahapan ini, masyarakat miskin naik kelas setelah melalui tahap satu sebagai tahap “pendidikan” dan tahap
dua
sebagai
pembetukan
karakter
amanah
untuk
mengembalikan pinjaman sesuai diperjanjikan. Maka layak naik kelas pada pendanaan bersifat komersil, yaitu pembiayaan murabahah, muḍārabah, musyarakah dan lain-lain. 4) Menyimpan Dana (Saving) Tahap terakhir ini, memberikan pelajaran lebih kepada masyarakat miskin agar mereka memiliki perencanaan ke depan yang lebih matang dengan menyisihkan sebagian pendapatan untuk mengatasipasi kebutuhan-kebutuhan ekonomi keluarga yang akan datang. Penyaluran program KUM3 yang dilaksanakan oleh BMI Cabang Palangka Raya terletak pada tahap dua, yaitu pinjaman lunak
116
(soft loan) dengan akad qarḍul hasan (pinjaman kebajikan), pengembalian pinjaman hanya pokoknya saja dengan tambahan pembiayaan administrasi, seperti fotokopi formulir, persyaratan dan sebagainya. Untuk BMT Kube Sejahtera pengucuran dana KUM3 tahap pertama sebesar Rp. 1 juta dan sekarang pada tahap dua sudah naik sebesar Rp. 1,5 juta dengan iuran setiap kali pertemuan Rp. 50 ribu ditambah administrasi sebesar Rp. 5 ribu, uang administrasi tadi digunakan untuk tabungan anggota sebesar Rp. 3 ribu, Rp. 2 ribu untuk fotokopi formulir dan uang bensin pendamping. Dan untuk BMT AtThayyibah tidak jauh berbeda dengan BMT Kube Sejahtera, untuk iuran tiap minggunya Rp. 25 ribu dan tambahan Rp. 5 ribu untuk administrasi anggota KUM3. Maka melihat ini ada keseriusan dari BMI Cabang Palangka Raya untuk menciptakan masyarakat miskin untuk menjadi masyarakat bankable, dengan tahapan pelatihan dari sektor keuangan mikro dulu, baru ke lembaga keuangan yang lebih besar dalam bentuk pembiayaan komersil BMI Cabang Palangka Raya. b. Pengembangan Usaha Masyarakat Kecil Menurut Bp. FA seharusnya pemerintah daerah melalui Bazda (Badan Amil Zakat Daerah) mengikuti pola KUM3 ini, jadi tidak hanya pihak seperti BMM saja yang peduli dengan masyarakat miskin, apalagi masyarakat yang tidak bisa disentuh oleh pihak seperti perbankan dan dana KUM3 ini. Ini petikan wawancara dengan Bp. FA, sebagai berikut:
117
“Diharapkan kepada pemerintah daerah melalui Bazda itu untuk mengadopsi pola-pola seperti program KUM3 ini, tidak hanya mengharap dari BMM saja, maka dengan mengoptimalkan, akan lebih banyak yang terbantu masjid-masjid. Sehingga jamaah masjid pada sejahtera”125 Diharapkan kepada pemerintah daerah Kota Palangka Raya melalui Badan Amil Zakat Daerah ikut berperan bersama-sama BMI Cabang Palangka Raya. Untuk mengadopsi pola-pola seperti program KUM3 ini dalam penyaluran dana ZIS, merupakan harapan dan juga solusi untuk menjawab permasalahan-permasalahan
yang ada.
Sehingga masyarakat Kota Palangka Raya pada klasifikasi chonic poor dapat terbantu dengan penerapan pola KUM3 ini yang dilakukan bersama-sama oleh semua pihak. Jadi banyak mesjid-mesjid diberdayakan dan banyak jamaah muslim dalam golongan lemah dapat terabantu untuk menjadi sejahtera. Pola program KUM3 ini perlu menjadi salah satu kebijakan pemerintah Kota Palangka Raya melalui badan amil zakatnya untuk terus berperan lebih dalam pemberdayaan ekonomi umat. Dengan memperluas akses pendanaan untuk sektor masyarakat miskin dan pengusaha kecil, melalui kebijakan-kebijakan dan prosedur yang mudah, cepat dan ringan dalam mengakses modal usaha. Sehingga harapannya masyarakat miskin dapat melepaskan ketergantungan
125
Lihat wawancara dengan pihak BMT Kube Sejahtera selaku agen BMM pada tanggal 8/10/2012, halaman 87 (footnote 123). Lihat wawancara dengan branch manager BMI Cabang Palangka Raya, tanggal 15/10/2012, halaman 86 (footnote 122). Lihat wawancara dengan pihak BMT At-Thayyibah selaku agen BMM, halaman 87 (footnote 124).
118
dengan pihak-pihak lintah darat (rentenir) yang membuat penderitaan lebih besar. Hal ini ditambahkan oleh Nana Mintarti (Direktur IMZ) kepada majalah Sharing berpendapat bahwa pemerintah perlu mengubah perspektifnya dan mulai memanfaatkan instrumen ekonomi yang bersumber dari kekayaan lokal masyarakat Indonesia. Salah satu kekayaan itu diantaranya adalah dana zakat. Namun pemanfaatan dana zakat sebagai salah satu instrumen dalam menangani kemiskinan di Indonesia masih dipandang sebelah mata. Hal ini tidak terlepas dari masih rendahnya perhatian pemerintah daearah maupun pusat dalam memaksimalisasi
lembaga
perzakatan
untuk
mengentaskan
kemiskinan. 126 c. Kredit Macet Mengusahakan terjadi resiko kredit macet Bp. QM, memberikan indikator karakter anggota yang dipilih untuk diberikan pendanaan. Menurut Bp. QM, adalah: “Paling penting untuk usaha kecil, faktor utama adalah faktor amanah, amanah tidak memajukan usahanya, semangat, disiplin dan kejujuranya.”127
126
Nana Mintarti, “Dana Zakat Mampu Mengurangi Kemiskinan”, dalam Majalah Sharing, Edisi 49 Thn V Februari 2011. h. 23. 127
Lihat wawancara dengan branch manager BMI Cabang Palangka Raya, tanggal 15/10/2012, halaman 89 (footnote 126). Dan lihat wawancara dengan agen BMM dari pihak BMT Kube Sejahtera pada tanggal 8/10/2012, halaman 89 (footnote 127).
119
Adapun untuk permasalahan selanjutnya adalah masalah karakter peserta, maka pihak instansi terkait perlu koordinasi dengan takmir masjid atau pengurus masjid yang berkompeten dalam hal ini. Namanya saja Komunitas Usaha Mikro Muamalat Berbasis Masjid, jadi orang-orang yang aktif dalam kegiatan masjid. Jadi indikatornya adalah jamaah yang rajin sholat di masjid untuk lima waktu sholat, ikut pengajian dan lain halnya. Jadi kunci selain dari takmir masjid, juga ada pada kelompok untuk menyeleksi dengan sungguh-sungguh peserta yang akan dipilih, harus memiliki sifat ṣidiq, amanah, faṭanah dan lain-lain. Maka untuk mencari calon anggota KUM3 harus berpatokan pada: a. Pada penilaian takmir masjid dengan selalu melihat kegiatannya aktif dimasjid melalui rangkaian kegiatan keagamaan. b. Menggali informasi secara mendalam mengenai calon anggota KUM3, dengan bertanya pada kerabat dekat, tetangga dan keluarga. c. Penilaian oleh pihak instansi terhadap peserta melalui scoring board (penilaian), seperti mustaḥik, memiliki usaha, dan lain-lain. d. Dan ikut wajib dalam training wajib yang dilaksanakan selama 5 hari secara berturut-turut dan juga selalu hadir dalam bentuk pendampingan dan pembinaan.