BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini menguji pengaruh pengungkapan CSR yang dilakukan perusahaan terhadap ERC. ERC dalam penelitian ini diukur dengan persistensi laba dan leverage. Penelitian ini menggunakan purposive sampling dalam memilih sampel penelitian. Kriteria yang digunakan dalam pemilihan objek penelitian adalah sebagai berikut: 1. Merupakan perusahaan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia periode 20062009. 2. Merupakan
perusahaan yang termasuk ke dalam kategori perusahaan high
profile yang tercatat di Bursa Efek Indonesia periode 2006-2009. 3. Memiliki laporan tahunan yang lengkap dan informasi mengenai kegiatan CSR. Berikut ini adalah proses pemilihan sampel yang digunakan dalam penelitian: Tabel IV.1 Proses Pemilihan Sampel No 1 2
3
Kriteria Jumlah perusahaan high profile yang terdaftar di BEI periode 2006-2009 Perusahaan yang tidak sesuai dengan kriteria • Tidak memiliki laporan tahunan yang lengkap periode 2006-2009 • Tidak memiliki informasi mengenai kegiatan CSR Jumlah sampel perusahaan
Akumulasi 110
(42) (40) 28
Berdasarkan proses pemilihan tersebut didapatkan 28 perusahaan high profile yang layak memenuhi kriteria sebagai sampel penelitian dengan periode 2006-2009. Daftar perusahaan high profile yang dijadikan sebagai sampel penelitian yaitu:
36
Tabel IV.2 Perusahaan High Profile No.
Kode Nama Perusahaan Sampel Saham 1 ANTM Aneka Tambang 2 BUMI Bumi Resources 3 ENRG Energi Mega Persada 4 INCO Internasional Nikel 5 MEDC Medco Energi 6 PTBA PT Bukit Asam 7 PTRO Petrosea 8 AMFG Asahimas Flat Glass 9 BRPT Barito Pacific Timber 10 INTP Indocement Tunggal Prakarsa 11 JPFA Japfa 12 HMSP HM Sampoerna 13 SMGR Semen Gresik 14 UNIC Unggul Indah Cahaya 15 SMAR Smart 16 ULTJ Ultra Jaya 17 UNVR Unilever Indonesia 18 DVLA Darya Varia Laboratoria 19 INAF Indofarma 20 KAEF Kimia Farma 21 KLBF Kalbe Farma 22 EXCL XL Axiata 23 ISAT Indosat 24 TLKM Telekomunikasi Indonesia 25 ASII Astra International 26 AUTO Astra Otoparts 27 BLTA Berlian Laju Tanker 28 MLPL Multipolar Corporation Sumber: www.duniainvestasi.com/bei/sectors
Sektor Ind. Pertambangan Ind. Pertambangan Ind. Pertambangan Ind. Pertambangan Ind. Pertambangan Ind. Pertambangan Ind. Pertambangan Ind. Dasar dan Kimia Ind. Dasar dan Kimia Ind. Dasar dan Kimia Ind. Dasar dan Kimia Ind. Dasar dan Kimia Ind. Dasar dan Kimia Ind. Dasar dan Kimia Ind. Perkebunan Ind. Makanan dan Minuman Ind. Kosmetika Ind. Farmasi dan Kesehatan Ind. Farmasi dan Kesehatan Ind. Farmasi dan Kesehatan Ind. Farmasi dan Kesehatan Ind. Telekomunikasi Ind. Telekomunikasi Ind. Telekomunikasi Ind. Otomotif Ind. Otomotif Ind. Transportasi Utilitas
IV.1. Pengungkapan CSR pada Perusahaan High Profile dengan CSRI Setiap perusahaan dalam mengungkapkan CSR memiliki perbedaan. Hal ini tergantung komponen yang diungkapkan perusahaan. Terdapat 6 komponen utama yang
37
diungkapkan berdasarkan
indikator G3 GRI yaitu economic, environment, labor
practices and decent works, society, human rights, dan product responsibility. Tabel IV.3 Jumlah Pengungkapan CSR Perusahaan High Profile Tahun 2006 No
Kode Nama Perusahaan Sampel Saham 1 AMFG Asahimass Flatt Glass 2 ANTM Aneka Tambang 3 ASII Astra International 4 AUTO Astra Otoparts 5 BLTA Berlian Laju Tanker 6 BRPT Barito Pacific 7 BUMI Bumi Resources 8 DVLA Darya Varia Laboratoria 9 ENRG Energi Mega Persada 10 EXCL XL Aviata 11 HMSP HM Sampoerna 12 INAF Indofarma 13 INCO International Nikel 14 INTP Indocement Tunggal Prakarsa 15 ISAT Indosat 16 JPFA Japfa 17 KAEF Kimia Farma 18 KLBF Kalbe Farma 19 MEDC Medco 20 MLPL Multipolar Corporation 21 PTBA PT Bukit Asam 22 PTRO Petrosea 23 SMAR Smart 24 SMGR Semen Gresik 25 TLKM Telekomunikasi Indonesia 26 ULTJ Ultra Jaya 27 UNIC Unggul Indah Cahaya 28 UNVR Unilever Sumber: data diolah dengan microsoft excel 2007
Jumlah Pengungkapan 5 37 13 10 6 17 20 19 12 9 18 18 19 12 10 11 20 18 10 3 13 14 11 18 23 16 6 31
Persentase 6.33% 46.84% 16.46% 12.66% 7.59% 21.52% 25.32% 24.05% 15.19% 11.39% 22.78% 22.78% 24.05% 15.19% 12.66% 13.92% 25.32% 22.78% 12.66% 3.80% 16.46% 17.72% 13.92% 22.78% 29.11% 20.25% 7.59% 39.24%
Berdasarkan tabel IV.3 dapat dilihat bahwa perusahaan yang paling banyak mengungkapkan CSR pada tahun 2006 adalah PT Unilever Tbk sebanyak 31 38
pengungkapan dengan persentase 39.24%. Ini menunjukkan bahwa PT Unilever Tbk melakukan kegiatan CSR tidak hanya demi meningkatkan citra perusahaannya sendiri tapi juga memiliki komitmen untuk bertanggung jawab secara sosial. Sedangkan perusahaan yang paling sedikit mengungkapkan CSR adalah PT Multipolar Corporation Tbk sebanyak 3 pengungkapan dengan persentase 3.80%. Tabel IV.4 Jumlah Pengungkapan CSR Perusahaan High Profile Tahun 2007 No
Kode Nama Perusahaan Sampel Saham 1 AMFG Asahimass Flatt Glass 2 ANTM Aneka Tambang 3 ASII Astra International 4 AUTO Astra Otoparts 5 BLTA Berlian Laju Tanker 6 BRPT Barito Pacific 7 BUMI Bumi Resources 8 DVLA Darya Varia Laboratoria 9 ENRG Energi Mega Persada 10 EXCL XL Aviata 11 HMSP HM Sampoerna 12 INAF Indofarma 13 INCO International Nikel 14 INTP Indocement Tunggal Prakarsa 15 ISAT Indosat 16 JPFA Japfa 17 KAEF Kimia Farma 18 KLBF Kalbe Farma 19 MEDC Medco 20 MLPL Multipolar Corporation 21 PTBA PT Bukit Asam 22 PTRO Petrosea 23 SMAR Smart 24 SMGR Semen Gresik 25 TLKM Telekomunikasi Indonesia 26 ULTJ Ultra Jaya 27 UNIC Unggul Indah Cahaya 28 UNVR Unilever Sumber: data diolah dengan microsoft excel 2007
Jumlah Pengungkapan 11 43 19 12 5 15 19 20 14 9 18 17 21 13 11 16 20 17 10 4 25 14 11 17 19 15 7 31
Persentase 13.92% 54.43% 24.05% 15.19% 6.33% 18.99% 24.05% 25.32% 17.72% 11.39% 22.78% 21.52% 26.58% 16.46% 13.92% 20.25% 25.32% 21.52% 12.66% 5.06% 31.65% 17.72% 13.92% 21.52% 24.05% 18.99% 8.86% 39.24%
39
Pada tahun 2007 perusahaan yang paling banyak mengungkapkan kegiatan CSR adalah PT Aneka Tambang Tbk sebanyak 43 pengungkapan dengan persentase 54.43%. Ini menunjukkan bahwa PT Aneka Tambang Tbk yang bergerak dalam industri pertambangan mempunyai komitmen untuk melakukan kegiatan CSR terutama untuk menjaga keanekaragaman hayati.
Sedangkan perusahaan yang paling sedikit
mengungkapkan CSR adalah PT Multipolar Corporation Tbk sebanyak 4 pengungkapan dengan persentase 5.06%. Tabel IV.5 Jumlah Pengungkapan CSR Perusahaan High Profile Tahun 2008 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
Kode Saham AMFG ANTM ASII AUTO BLTA BRPT BUMI DVLA ENRG EXCL HMSP INAF INCO INTP ISAT JPFA KAEF KLBF MEDC MLPL PTBA PTRO SMAR SMGR TLKM ULTJ
Nama Perusahaan Sampel Asahimass Flatt Glass Aneka Tambang Astra International Astra Otoparts Berlian Laju Tanker Barito Pacific Bumi Resources Darya Varia Laboratoria Energi Mega Persada XL Aviata HM Sampoerna Indofarma International Nikel Indocement Tunggal Prakarsa Indosat Japfa Kimia Farma Kalbe Farma Medco Multipolar Corporation PT Bukit Asam Petrosea Smart Semen Gresik Telekomunikasi Indonesia Ultra Jaya
Jumlah Pengungkapan 19 52 19 12 7 19 17 23 15 12 16 20 30 18 18 17 21 18 16 5 47 15 12 22 32 18
Persentase 24.05% 65.82% 24.05% 15.19% 8.86% 24.05% 21.52% 29.11% 18.99% 15.19% 20.25% 25.32% 37.97% 22.78% 22.78% 21.52% 26.58% 22.78% 20.25% 6.33% 59.49% 18.99% 15.19% 27.85% 40.51% 22.78% 40
27 UNIC Unggul Indah Cahaya 28 UNVR Unilever Sumber: data diolah dengan microsoft excel 2007
8 30
10.13% 37.97%
Berdasarkan tabel IV.5 dapat dilihat bahwa perusahaan yang paling banyak mengungkapkan CSR pada tahun 2008 adalah PT Aneka Tambang sebanyak 52 pengungkapan dengan persentase 65.82%. Jumlah pengungkapan yang diungkapkan PT Aneka Tambang Tbk mengalami peningkatan dari tahun 2007. Ini menunjukkann bahwa PT Aneka Tambang Tbk memiliki komitmen yang kuat
terhadap kegiatan CSR.
Perusahaan yang paling sedikit mengungkapkan CSR adalah PT Multipolar Corporation Tbk sebanyak 5 pengungkapan dengan persentase 6.33%. Tabel IV.6 Jumlah Pengungkapan CSR Perusahaan High Profile Tahun 2009 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
Kode Saham AMFG ANTM ASII AUTO BLTA BRPT BUMI DVLA ENRG EXCL HMSP INAF INCO INTP ISAT JPFA KAEF KLBF MEDC MLPL
Nama Perusahaan Sampel Asahimass Flatt Glass Aneka Tambang Astra International Astra Otoparts Berlian Laju Tanker Barito Pacific Bumi Resources Darya Varia Laboratoria Energi Mega Persada XL Aviata HM Sampoerna Indofarma International Nikel Indocement Tunggal Prakarsa Indosat Japfa Kimia Farma Kalbe Farma Medco Multipolar Corporation
Jumlah Pengungkapan 20 79 19 15 8 22 31 23 21 12 21 21 74 25 18 17 21 18 17 9
Persentase 25.32% 100.00% 24.05% 18.99% 10.13% 27.85% 39.24% 29.11% 26.58% 15.19% 26.58% 26.58% 93.67% 31.65% 22.78% 21.52% 26.58% 22.78% 21.52% 11.39% 41
21 PTBA PT Bukit Asam 22 PTRO Petrosea 23 SMAR Smart 24 SMGR Semen Gresik 25 TLKM Telekomunikasi Indonesia 26 ULTJ Ultra Jaya 27 UNIC Unggul Indah Cahaya 28 UNVR Unilever Sumber: data diolah dengan microsoft excel 2007
37 24 23 23 79 21 9 33
46.84% 30.38% 29.11% 29.11% 100.00% 26.58% 11.39% 41.77%
Pada tabel IV.6 dapat dilihat bahwa perusahaan yang paling banyak mengungkapkan CSR pada tahun 2009 adalah PT Aneka Tambang Tbk sebanyak 79 pengungkapan dengan persentase 100.00%. Ini menunjukkan bahwa PT Aneka Tambang Tbk mengungkapkan semua indikator G3 GRI. Hal ini membuktikan PT Aneka Tambang mempunyai konribusi dan komitmen yang kuat untuk secara terus menerus melakukan tanggung jawab baik secara ekonomi, sosial, dan lingkungan. Perusahaan yang paling sedikit mengungkapkan CSR pada tahun 2009 adalah PT Berlian Laju Tanker Tbk sebanyak 8 pengungkapan dengan persentase 11.39%. Berdasarkan tabel IV.3 sampai dengan tabel IV.6 dapat dilihat bahwa perusahaan high profile yang paling banyak mengungkapkan CSR adalah perusahaan yang bergerak pada sektor industri pertambangan sedangkan perusahaan yang paling sedikit mengungkapkan CSR adalah perusahaan yang bergerak pada sektor industri transportasi dan utilitas. Ini membuktikan bahwa perusahaan yang bergerak pada sektor industri pertambangan lebih memiliki komitmen untuk berkontribusi terhadap kegiatan CSR dan menunjukkan usahanya untuk mengungkapkan informasi CSR dalam laporan tahunannya. Berkembangnya isu-isu seperti global warming dan hak asasi manusia juga mempengaruhi perusahaan tersebut untuk mengungkapkan CSR. Berikut ini adalah
42
grafik yang menggambarkan tingkat pengungkapan CSR dari tahun 2006 sampai dengan 2009:
Sumber: data diolah dengan microsoft excel 2007 Gambar IV.1 Pengungkapan CSR Berdasarkan Indikator G3 GRI oleh Perusahaan High Profile Periode 2006-2009 Keterangan: EC
: Economic
EN
: Environment
LA
: Labor practices and decent works
HR
: Human rights
SO
: Society
PR
: Product responsibility
43
Berdasarkan gambar IV.1, dapat dilihat bahwa indikator yang paling banyak diungkapkan adalah indikator environment. Pada tahun 2006 indikator environment yang diungkapkan sebanyak 105 pengungkapan, 137 pengungkapan pada tahun 2007, 179 pengungkapan pada tahun 2008, dan 262 pengungkapan pada tahun 2009. Indikator kedua yang paling banyak diungkapkan adalah labor practices and decent works yaitu 102 pengungkapan pada tahun 2006 sedangkan tahun 2007 pengungkapan indikator ini mengalami penurunan dan hanya diungkapkan sebanyak 99 pengungkapan. Tahun 2008 diungkapkan sebanyak 128 pengungkapan, dan 146 pengungkapan pada tahun 2009. Indikator ketiga yang paling banyak diungkapkan adalah indikator economic. Pada tahun 2006 terdapat 98 pengungkapan dan tahun 2007 mengalami penurunan yang hanya mengungkapkan sebanyak 96 pengungkapan. Tahun 2008 diungkapkan sebanyak 116 pengungkapan dan 134 pengungkapan pada tahun 2009. Sedangkan indikator keempat yang paling banyak diungkapkan adalah indikator product responsibility yaitu 46 pengungkapan pada tahun 2006, 56 pengungkapan pada tahun 2007, 56 pengungkapan pada tahun 2008, dan 84 pengungkapan pada tahun 2009. Indikator kelima yang paling banyak diungkapkan yaitu indikator human rights. Pada tahun 2006 diungkapkan sebanyak 36 pengungkapan, 42 pengungkapan pada tahun 2007, 42 pengungkapan pada tahun 2008, dan 59 pengungkapan pada tahun 2009. Indikator keenam merupakan indikator yang paling kecil diungkapkan yaitu society. Tahun 2006 diungkapkan sebanyak 32 pengungkapan, 35 pengungkapan pada tahun 2007, 37 pengungkapan pada tahun 2008, dan 55 pengungkapan pada tahun 2009. Dapat disimpulkan bahwa indikator G3 GRI yang paling banyak diungkapkan oleh perusahaan high profile adalah indikator environment. Pengungkapan indikator environment dari tahun ke tahun mengalami peningkatan yang cukup baik. Ini 44
menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan tersebut telah menunjukkan kontribusi dan komitmennya
untuk
menjaga
dan
mengelola
kelestarian
lingkungan
dan
keanekaragaman hayati serta bagaimana perusahaan mampu mengelola limbah yang dihasilkannya. Pengungkapan indikator yang paling sedikit adalah indikator society. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan high profile belum memiliki kesadaran untuk bertanggung jawab secara penuh terhadap indikator ini dibandingkan dengan indikator environment. Sedangkan untuk indikator lainnya seperti economic, labor practices and decent works, human rights, dan product responsibility telah diungkapkan dengan cukup baik oleh perusahaan-perusahaan tersebut.
45
IV.2. Analisis Variabel IV.2.1. Persistensi Laba Tabel IV.7 Daftar Tingkat Persistensi Laba Perusahaan dari Tahun 2006-2009 No Nama Perusahaan Tingkat Persistensi 1 Ahasimas Flat Glass 0.024 2 Aneka Tambang -0.160 3 Astra International 0.781 4 Astra Otoparts 0.436 5 Berlian Laju Tanker -1.233 6 Barito Pacific 0.171 7 Bumi Resources 0.157 8 Darya Varia Laboratoria -0.034 9 Energi Mega Persada -3.156 10 XL Aviata 0.819 11 HM Sampoerna 0.939 12 International Nikel 0.077 13 Indofarma -0.111 14 Indocement Tunggal Prakarsa 1.784 15 Indosat 0.234 16 Japfa 2.727 17 Kimia Farma 0.717 18 Kalbe Farma 10.002 19 Medco -1.044 20 Multipolar Corporation 0.525 21 PT Bukit Asam 1.328 22 Petrosea 2.010 23 Smart 2.570 24 Semen Gresik 1.343 25 Telekomunikasi Indonesia 0.054 26 Ultra Jaya 0.008 27 Unggul Indah Cahaya -1.165 28 Unilever 1.313 Sumber: data diolah dengan program SPSS 17.0
Berdasarkan tabel IV.7 perusahaan yang labanya persisten yaitu PT Darya Varia Laboratoria Tbk sebesar -0.034. Ini menunjukkan bahwa perusahaan mampu mempertahankan laba operasinya dengan baik.
Semakin kecil koefisien maka 46
laba semakin persisten artinya perusahaan mampu mempertahankan laba dari waktu ke waktu dengan baik. Sedangkan perusahaan yang memiliki persistensi buruk yaitu PT Kalbe Farma Tbk sebesar 10.002. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan tidak mampu untuk mempertahankan labanya dengan baik .
IV.2.2. Struktur Modal (Leverage) Tabel IV.8 Daftar Perusahaan yang Memiliki Leverage Terbesar dari Tahun 2006-2009 No Nama Perusahaan Tahun 1 Berlian Laju Tanker 2007 2 Berlian Laju Tanker 2008 3 Berlian Laju Tanker 2009 4 Bumi Resources 2006 5 Bumi Resources 2009 6 Energi Mega Persada 2006 7 Energi Mega Persada 2009 8 XL Axiata 2007 9 XL Axiata 2008 10 Japfa 2006 11 Japfa 2007 12 Japfa 2008 Sumber: data diolah dengan microsoft excel 2007
Leverage 85.27% 76.39% 75.25% 85.27% 78.46% 81.45% 82.69% 76.28% 85.10% 79.87% 76.36% 77.47%
Tabel di atas menunjukkan leverage terbesar yang dimiliki perusahaan dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2009. Leverage adalah perbandingan hutang yang dimiliki perusahaan dengan modal yang dimiliki perusahaan. Rasio leverage yang dimiliki perusahaan high profile berbeda-beda. Berdasarkan tabel tersebut, dapat diketahui bahwa dari 28 perusahaan high profile yang dijadikan sampel hanya 5 perusahaan yang memiliki leverage terbesar dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2009. 47
Leverage terbesar diperoleh oleh PT Bumi
Resources
Tbk
dengan
presentase sebesar 85.27 %. Hal ini menunjukkan bahwa PT Bumi Resources Tbk lebih banyak menggunakan proporsi hutang dalam pembiayaan dibandingkan dengan modal sendiri.
IV.2.3. Variabel Dependen IV.2.3.1 Cumulative Abnormal Return (CAR) Tabel IV.9 Daftar Perusahaan yang Memiliki CAR Terbesar Selama Periode 3 Bulan (Januari-Maret 2007) No Nama Perusahaan CAR 1 Astra Otoparts 0.671853 2 Japfa 0.176963 3 Multipolar Corporation 0.158297 4 Darya Varia Laboratoria 0.142406 5 Astra International 0.102572 6 XL Axiata 0.070145 7 Indocement Tunggal Prakarsa 0.069750 8 Petrosea 0.058718 9 Ultra Jaya 0.049098 10 Bukit Asam 0.048544 Sumber: data diolah dengan microsoft excel 2007
Berdasarkan tabel di atas, terdapat 10 perusahaan yang memiliki CAR terbesar selama periode Januari hingga Maret 2007. CAR terbesar diperoleh oleh PT Astra Otoparts Tbk. Tingginya CAR yang diperoleh perusahaan menunjukkan bahwa abnormal return perusahaan dengan jangka waktu selama tiga bulan akan membuat perusahaan dapat menangkap reaksi pasar dan kemungkinan terjadinya informasi yang bias atau error akan dapat dihindari. 48
CAR dihitung secara harian untuk periode Januari sampai Maret 2007 yaitu selama 3 bulan. Kemudian perhitungan CAR untuk masing-masing perusahaan
diperoleh
dari
kumulasi
abnormal
return
masing-masing
perusahaan selama periode 3 bulan.
IV.2.4. Variabel Independen IV.2.4.1. Unexpected Earnings (UE) Tabel IV.10 Daftar Perusahaan yang Memiliki UE Terbesar dari Tahun 2006-2009 No Nama Perusahaan Tahun UE 1 Berlian Laju Tanker 2009 0.941667 2 Japfa 2009 0. 673973 3 Japfa 2006 0.542857 4 Multipolar Corporation 2009 0.365081 5 XL Aviata 2009 0.251579 6 Berlian Laju Tanker 2006 0.197260 7 Ultra Jaya 2008 0.146154 8 Aneka Tambang 2007 0.129410 9 Asahimass Flat Glass 2007 0.128852 10 Aneka Tambang 2006 0.112063 Sumber: data diolah dengan microsoft excel 2007
UE (unexpected earnings) pada penelitian ini dihitung dari perubahan laba per saham (sebelum pos luar biasa) saat ini dikurangi dengan laba per saham perusahaan (sebelum pos luar biasa) tahun lalu dan dibagi dengan harga per lembar saham tahun lalu. Tabel di atas menunjukkan daftar perusahaan yang memiliki UE terbesar dari tahun 2006 hingga tahun 2009. Berdasarkan tabel IV.10, PT Berlian Laju Tanker Tbk mendapat UE terbesar yaitu 0.941667 pada tahun 2009. 49
IV.3. Analisis Statistik Deskriptif Analisis statistik deskriptif bertujuan untuk mengetahui modus, median, nilai rata-rata (mean), nilai maksimum, dan nilai minimum. Tabel IV.11 Statistik Deskriptif Descriptive Statistics N
Minimum
Maximum
Mean
Std. Deviation
CAR
112
-69.128022
.671853
-2.49928152 1.288221284E1
UE
112
-.470909
.941667
.02293650
.149642825
CSRI
112
.0380
1.0000
.245246
.1622658
PER
112
-3.156
10.002
.75414
2.146845
LEV
112
.0506
.8510
.402571
.2103757
Valid N (listwise)
112
Sumber: data diolah dengan program SPSS 17.0 Keterangan tabel: CAR
: Cummulative abnormal return yang dihitung selama periode 3 bulan
UE
: Unexpected earnings perusahaan yang dihitung dengan asumsi random walk
CSRI : Corporate social responsibility index yang mengukur jenis CSR
yang
diungkapkan oleh perusahaan PER
: Persistensi laba periode 2006-2009
LEV
: Tingkat leverage perusahaan
Statistik deskriptif di atas menunjukkan nilai maksimum, nilai minimum, mean (rata-rata), dan standar deviasi. Berdasarkan statistik deskriptif tersebut, variabel CAR memiliki nilai rata-rata sebesar -2.49928152. Ini menunjukkan bahwa
reaksi pasar
50
terhadap abnormal return cukup besar. Nilai rata-rata untuk variabel UE adalah 0.02293650 dengan nilai maksimum sebesar 0.671853. Pada uji statistik deskriptif menunjukkan bahwa nilai rata-rata indeks CSR dari 112 perusahaan sampel periode 2006-2009 adalah 0.245246. Hasil ini menunjukkan bahwa belum semua perusahaan high profile mengungkapkan CSR dalam laporan tahunannya, dapat dikatakan kesadaran perusahaan high profile untuk mengungkapkan CSR masih rendah. Nilai minimum variabel CSRI sebesar 0.0380 (3.8%) atau sebanyak 3 pengungkapan pada tahun 2006 pada PT Multipolar Corporation Tbk. Nilai maksimum variabel CSRI sebesar 1.0000 (100%) atau sebanyak 79 pengungkapan pada tahun 2009 pada PT Aneka Tambang Tbk dan PT Unilever Tbk. Hasil uji statistik deskriptif terhadap variabel kontrol PER (persistensi laba) memiliki nilai rata-rata sebesar 0.75414 dengan nilai minimum -3.156. Hasil ini mengindikasikan bahwa laba perusahaan cukup persisten dari waktu ke waktu. Sedangkan variabel kontrol LEV (leverage) memiliki nilai rata-rata sebesar 0.402571. Ini menunjukkan bahwa rata-rata perusahaan high profile memiliki proporsi hutang yang lebih kecil daripada modal sendiri.
IV.4. Uji Asumsi Klasik Suatu regresi dinyatakan baik apabila pada suatu regresi tidak terdapat data yang ekstrim. Uji asumsi klasik bertujuan untuk melihat apakah model yang digunakan dalam penelitian ini mengalami masalah. Uji asumsi klasik dilakukan sebelum dilakukan uji regresi. Uji asumsi klasik pada penelitian ini tidak diuji per tahun tapi diuji selama periode empat tahun yaitu 2006 sampai dengan 2009.
51
IV.4.1. Uji Normalitas Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah data berdistribusi normal atau tidak. Berikut ini adalah hasilnya:
Sumber: gambar diolah dengan program SPSS 17.0
Gambar IV.2 Uji Normalitas Model I
52
Sumber: gambar diolah dengan program SPSS 17.0 Gambar IV.3 Histogram Uji Normalitas Model I
Berdasarkan gambar IV.2, dapat dilihat bahwa pada pengujian model I menunjukkan titik-titik menyebar di sekitar garis diagonal. Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa penyebaran data mendekati normal atau memenuhi asumsi normalitas. Ini juga dapat dilihat pada histogram gambar IV.3 yang menggunakan normal probability plot.
53
Sumber: gambar diolah dengan program SPSS 17.0 Gambar IV.4 Hasil Uji Normalitas Model II
54
Sumber: gambar diolah dengan program SPSS 17.0 Gambar IV.5 Histogram Uji Normalitas Model II
Berdasarkan gambar IV.4 dengan melakukan pengujian pada model II dapat dilihat bahwa titik-titik menyebar di sekitar garis diagonal. Dengan demikian, dapat dinyatakan bahwa penyebaran data mendekati normal atau memenuhi asumsi normalitas. Hal ini juga dapat dilihat pada histogram gambar IV.5 yang menggunakan normal probability plot.
IV.4.2. Uji Multikolinieritas Uji multikolinieritas memiliki beberapa ketentuan dimana ketentuan dari VIF adalah sebagai berikut: 1. VIF > 10, berarti terdapat multikolinieritas
55
2. VIF < 10, berarti tidak terdapat multikolinieritas Tabel IV.12 Uji Multikolinieritas Tanpa Variabel Interaksi Variabel VIF Tolerance Kesimpulan UE 1.003 0.997 Tidak ada multikolinieritas CSRI 1.003 0.997 Tidak ada multikolinieritas Sumber: data diolah dengan program SPSS 17.0
Tabel IV.12 memasukkan
yang menguji multikolinieritas pada model penelitian tanpa
variabel
interaksi
menunjukkan
bahwa
tidak
terdapat
masalah
multikolinieritas. Ini dapat dilihat dari hasil pengujian yang tidak menunjukkan nilai VIF > 10, nilai VIF yang diperoleh sebesar 1.003. Tabel IV.13 Uji Multikolinieritas Model I Variabel VIF Tolerance Kesimpulan UE 8.684 Tidak ada multikolinieritas 0.115 CSRI 1.007 Tidak ada multikolinieritas 0.993 UE*CSRI 8.705 Tidak ada multikolinieritas 0.115 Sumber: data diolah dengan program SPSS 17.0
Hasil pengujian multikolinieritas pada Model I (tanpa variabel kontrol)
menunjukkan tidak terdapat adanya masalah multikolinieritas pada variabel UE, CSRI serta interaksi variabel UE dan CSRI. Ini dapat dilihat dari nilai VIF yang kurang dari 10 yaitu 1,007 sampai dengan 8,353.
56
Tabel IV.14 Uji Multikolinieritas Model II Variabel VIF Tolerance Kesimpulan UE Ada multikolinieritas 13.560 0.074 CSRI Tidak ada multikolinieritas 1.025 0.975 PER Tidak ada multikolinieritas 1.083 0.924 LEV Tidak ada multikolinieritas 1.091 0.916 UE*CSRI Ada multikolinieritas 10.493 0.095 UE*PER Tidak ada multikolinieritas 1.776 0.563 UE*LEV Tidak ada multikolinieritas 2.631 0.380 Sumber: data diolah dengan program SPSS 17. 0
Berdasarkan tabel IV.8, hasil pengujian regresi Model II (dengan variabel kontrol) menunjukkan adanya masalah multikolinieritas. Ini terlihat dari nilai VIF yang cukup tinggi yaitu antara 1.025 sampai dengan 13.560. Nilai VIF yang tertinggi ada pada variabel UE (13.560) dan variabel interaksi UE dan CSRI (10.493).
IV.4.3. Uji Heteroskedastisitas Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Pada uji heteroskedastisitas, grafik yang ada berupa diagram pencar residual yaitu selisih antara nilai Y prediksi dengan Y observasi. • Jika diagram pencar yang ada membentuk pola-pola tertentu yang teratur, regresi mengalami gangguan heteroskedastisitas. • Jika diagram pencar tidak membentuk pola atau acak, regresi tidak mengalami gangguan heteroskedastisitas. 57
Sumber: data diolah dengan program SPSS 17. 0 Gambar IV.6 Uji Heteroskedastisitas Model I
Berdasarkan hasil uji heteroskedastisitas pada gambar IV.6, diketahui bahwa diagram berpencar dan tidak menghasilkan suatu pola tertentu, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada pengujian model pertama.
58
Sumber: data diolah dengan program SPSS 17. 0 Gambar IV.7 Uji Heteroskedastisitas Model II
Berdasarkan hasil uji heteroskedastisitas pada gambar IV.7, diketahui bahwa diagram berpencar dan tidak menghasilkan suatu pola tertentu, maka dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas pada pengujian model kedua.
IV.4.4. Uji Autokorelasi Uji autokorelasi yang digunakan pada penelitian ini adalah pengujian Durbin-Watson (D-W). Dalam Priyatno (2009), D-W memiliki ketentuan sebagai berikut: • Jika D-W > batas atas (dU), maka tidak ada autokorelasi. • Jika D-W < batas bawah (dL), maka terjadi autokorelasi.
59
• Jika dL < D-W < dU tidak dapat diketahui terjadi autokorelasi atau tidak. Tabel IV.15 Uji Autokorelasi Model I Model Summaryb
Model
R
1
.045a
R Square
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
.002
-.026
1.304682827E1
Durbin-Watson 2.076
a. Predictors: (Constant), UE*CSRI, CSRI, UE b. Dependent Variable: CAR
Sumber: data diolah dengan program SPSS 17.0
Berdasarkan tabel IV.15 diketahui bahwa nilai dari D-W adalah 2.076, yang berarti model regresi pada model penelitian pertama ini tidak bebas dari autokorelasi. Tabel IV.16 Uji Autokorelasi Model II Model Summaryb
Model
R
1
.088a
R Square .008
Adjusted R
Std. Error of the
Square
Estimate
-.059
1.325687759E1
Durbin-Watson 2.068
a. Predictors: (Constant), UE*LEV, CSRI, LEV, PER, UE*CSRI, UE*PER, UE b. Dependent Variable: CAR
Sumber: data diolah dengan program SPSS 17.0
Berdasarkan tabel IV.16 diketahui bahwa nilai dari D-W adalah 2.608, yang berarti model regresi pada model penelitian kedua ini juga tidak bebas dari autokorelasi.
60
IV.5. Pengujian Hipotesis IV.5.1. Metode Regresi Linear Berganda Tabel IV.17 Hasil Analisis Regresi Berganda Model I Coefficientsa Standardized Unstandardized Coefficients Model 1
B
(Constant)
Std. Error -1.825
2.260
4.935
24.386
-2.960 -13.843
UE CSRI UE*CSRI
Coefficients Beta
t
Sig. -.808
.421
.057
.202
.840
7.659
-.037
-.386
.700
100.618
-.039
-.138
.891
a. Dependent Variable: CAR
Sumber: data diolah dengan program SPSS 17.0 Keterangan tabel: CAR
: Cummulative abnormal return yang dihitung selama periode 3 bulan
UE
: Unexpected earnings perusahaan yang dihitung dengan asumsi random walk
CSRI
: Corporate social responsibility index yang mengukur jenis CSR yang diungkapkan perusahaan dalam laporan tahunan
UE*CSRI
: Interaksi antara variabel UE dan CSRI
Hasil analisa regresi berganda Model I tanpa variabel kontrol pada tabel IV.17 menunjukkan bahwa variabel UE memiliki nilai positif sebesar 4.935 dengan sig. 0.840. Pada variabel CSRI memiliki nilai negatif
sebesar -2.960 61
dengan sig. 0.700. Interaksi antara variabel UE*CSRI memiliki estimasi koefisisen yang negatif (-13.843) dengan sig 0.891. Hasil ini menunjukkan bahwa pengungkapan CSR berpengaruh negatif terhadap ERC. Model I memiliki uji F sebesar 0.072 dengan signifikansi 0.975 yang menunjukkan bahwa variabel independen secara bersama-sama
mempengaruhi variabel dependen. Nilai
koefisien determinasi (adj R2) adalah -0.059. Berdasarkan uji analisa regresi tersebut dapat disimpulkan bahwa pengungkapan CSR berpengaruh tehadap ERC. Ini dapat dilihat dari variabel interaksi UE*CSRI yang menunjukkan hasil negatif. Hal ini mungkin terjadi ketika perusahaan mengungkapkan CSR maka laba yang diperoleh pun menjadi turun sehingga menyebabkan respon investor terhadap hal ini tidak baik. Tabel IV.18 Hasil Analisa Regresi Berganda Model II Coefficientsa Standardized Unstandardized Coefficients Model 1
B
Std. Error
(Constant)
-.733
3.646
UE
1.294
30.963
-3.373
PER
Coefficients Beta
T
Sig. -.201
.841
.015
.042
.967
7.851
-.042
-.430
.668
.250
.610
.042
.409
.683
LEV
-3.042
6.248
-.050
-.487
.627
UE*CSRI
-2.708
112.250
-.008
-.024
.981
UE*PER
2.039
6.570
.040
.310
.757
UE*LEV
-1.227
12.751
-.015
-.096
.924
CSRI
a. Dependent Variable: CAR
Sumber: data diolah dengan program SPSS 17.0 62
Keterangan tabel: CAR
: Cummulative abnormal return yang dihitung selama periode 3 bulan
UE
: Unexpected earnings perusahaan yang dihitung dengan asumsi random walk
CSRI
: Corporate social responsibility index yang mengukur jenis CSR yang diungkapkan perusahaan dalam laporan tahunan.
PER
: Persistensi laba periode 2006-2009
LEV
: Tingkat leverage perusahaan
UE*CSRI
: Interaksi antara variabel UE dan CSRI
UE*PER
: Interaksi antara variabel UE dan Persistensi laba
UE*LEV
: Interaksi antara variabel UE dan Leverage
Hasil analisa regresi berganda Model II dengan variabel kontrol pada tabel IV.18 menunjukkan hasil yang sama dengan pengujian Model I. Ini terlihat dari interaksi variabel UE*CSRI dan CSRI yang menunjukkan hasil yang negatif serta UE menunjukkan hasil positif. UE yang positif menunjukkan bahwa unexpected earnings digunakan investor dalam mengambil keputusan investasi. Sedangkan estimasi koefisien untuk variabel kontrol PER serta interaksi antara UE dan PER menunjukkan hasil positif. Ini menunjukkan bahwa ada pengaruh antara variabel kontrol persistensi laba terhadap ERC. Pada variabel LEV serta interaksi antara UE dan LEV menunjukkan hasil yang negatif. Ini menunjukkan bahwa variabel kontrol leverage tidak berpengaruh terhadap ERC.
63
Berdasarkan analisis regresi tersebut, Interaksi ini menunjukkan bahwa variabel kontrol PER dan LEV memiliki pengaruh terhadap ERC. Nilai adj R2 yaitu -0.059 lebih rendah dari model I. Uji F pada model II yaitu sebesar 0.116 dengan signifikansi 0.997 yang menunjukkan bahwa variabel independen secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen.
IV.5.2. Uji T Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah dalam model regresi variabel independen secara parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. Tabel IV.19 Hasil Uji T Model I Variabel Koefisien T-hitung CAR (Konstanta) -1.825 -0.808 UE 4.935 0.202 CSRI -2.960 -0.386 UE*CSRI -13.843 -0.138 Sumber: data diolah dengan program SPSS 17.0
Sig. 0.421 0.840 0.700 0.891
Keterangan tabel: CAR
: Cummulative abnormal return yang dihitung selama periode 3 bulan
UE
: Unexpected earnings perusahaan yang dihitung dengan asumsi random walk
CSRI
: Corporate social responsibility index yang mengukur jenis CSR yang diungkapkan perusahaan dalam laporan tahunan
UE*CSRI
: Interaksi antara variabel UE dan CSRI
64
Variabel UE memiliki thitung sebesar 0.202. Dengan demikian thitung < ttabel dan nilai t dinyatakan positif maka UE memiliki pengaruh yang positif terhadap variabel dependen CAR. Pada variabel CSRI memiliki
thitung sebesar -0.386.
Dengan demikian terlihat bahwa thitung < ttabel dan nilai t dinyatakan negatif maka dapat dikatakan bahwa CSRI memiliki pengaruh yang negatif. Variabel interaksi antara UE dan CSRI memiliki thitung sebesar -0.138. Ini menunjukkan bahwa thitung < ttabel dan nilai t dinyatakan dalam tanda negatif yang mana dapat dikatakan pengungkapan informasi CSR terhadap ERC berpengaruh negatif. Dengan demikian, Ha diterima sedangkan H0 ditolak. Tabel IV.20 Hasil Uji T Model I Variabel Koefisien T-hitung CAR (Konstanta) -0.733 -0.201 UE 1.294 0.042 CSRI -3.373 -0.430 PER 0.250 0.409 LEV -3.042 -0.487 UE*CSRI -2.708 -0.024 UE*PER 2.039 0.310 UE*LEV -1.227 -0.096 Sumber: data diolah dengan program SPSS 17.0
Sig. 0.841 0.967 0.668 0.683 0.627 0.981 0.757 0.924
Keterangan tabel: CAR
: Cummulative abnormal return yang dihitung selama periode 3 bulan
UE
: Unexpected earnings perusahaan yang dihitung dengan asumsi random walk
CSRI
: Corporate social responsibility index yang mengukur jenis CSR
65
yang diungkapkan perusahaan dalam laporan tahunan. PER
: Persistensi laba periode 2006-2009
LEV
: Tingkat leverage perusahaan
UE*CSRI
: Interaksi antara variabel UE dan CSRI
UE*PER
: Interaksi antara variabel UE dan Persistensi laba
UE*LEV: Interaksi antara variabel UE dan Leverage
Pada pengujian model II, untuk variabel kontrol PER memiliki thitung sebesar 0.409, tampak bahwa thitung < ttabel. Nilai t dinyakan dalam tanda positif maka dapat dikatakan variabel kontrol persistensi laba berpengaruh positif. Variabel kontrol LEV memiliki thitung sebesar -0.024. Dengan demikian, tampak bahwa thitung < ttabel dan nilai t dinyakan dalam tanda negatif maka dapat dikatakan bahwa varaiabel kontrol leverage berpengaruh negatif. Variabel interaksi antara UE dan variabel kontrol PER memiliki thitung sebesar 0.310, tampak bahwa thitung < ttabel. Nilai t dinyakan dalam tanda positif maka dapat dikatakan interaksi antar variabel tersebut memiliki pengaruh positif terhadap ERC. Hal ini menunjukkan terdapat pengaruh positif persistensi laba terhadap ERC. Pada interaksi antara variabel UE dan variabel kontrol LEV memiliki thitung sebesar -0.096. Dengan demikian, tampak bahwa thitung < ttabel dan nilai t dinyakan dalam tanda negatif maka dapat dikatakan bahwa interaksi antar variabel tersebut berpengaruh negatif terhadap ERC. Hal ini menunjukkan terdapat pengaruh negatif dari variabel kontrol leverage terhadap ERC.
66
IV.6. Pembahasan Berdasarkan analisa regresi berganda pada Model I dan II, kesimpulan atas hipotesis pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Hipotesis Ho menyatakan bahwa pengungkapan aktivitas CSR (CSR disclosure) pada laporan tahunan tidak berpengaruh terhadap ERC pada perusahaan high profile yang terdaftar di BEI periode 2006-2009. Hasil penelitian model I dan II menunjukkan interaksi variabel UE*CSRI adalah negatif. Hasil uji t juga menunjukkan bahwa terdapat pengaruh negatif antara pengungkapan CSR terhadap ERC. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa pengungkapan informasi CSR berpengaruh terhadap ERC. Oleh karena itu, Ho ditolak. 2. Hipotesis Ha menyatakan bahwa pengungkapan CSR (CSR disclosure) pada laporan tahunan berpengaruh terhadap ERC pada perusahaan high profile yang terdaftar di BEI periode 2006-2009. Hasil pengujian interaksi variabel UE*CSRI baik pada model I dan II menunjukkan hasil negatif artinya pengungkapan CSR berpengaruh negatif terhadap ERC sehingga menurunkan ERC. Hal ini dikarenakan investor masih menganggap CSR sebagai beban perusahaan bukan sebagai manfaat jangka panjang bagi perusahaan sehingga menyebabkan reaksi investor menurun. Berdasarkan hal tersebut, dapat dikatakan bahwa pengungkapan CSR terhadap ERC memiliki pengaruh sehingga Ha diterima. Hasil interaksi variabel UE*PER menunjukkan bahwa PER memiliki pengaruh positif terhadap ERC. Pada persistensi laba jika koefisien ERC besar menunjukkan bahwa harga saham sangat berhubungan dengan laba. Ini menunjukkan bahwa laba memiliki komponen yang permanen. Dengan demikian,
67
dapat dikatakan bahwa variabel kontrol persistensi laba berpengaruh terhadap ERC. Sedangkan hasil interaksi variabel UE*LEV menunjukkan bahwa LEV memiliki pengaruh negatif terhadap ERC. Ini menunjukkan bahwa leverage secara individual tidak berpengaruh terhadap ERC. Hal ini dikarenakan leverage tidak mampu memoderasi hubungan earnings dan returns yang mana jika tingkat hutang perusahaan tinggi maka laba akan mengalir lebih banyak pada kreditor dan tentu saja returns yang didapatkan investor atau pemegang saham menjadi sedikit. Interpretasi dari hasil penelitian ini adalah bahwa pengungkapan CSR penting bagi perusahaan karena jika timbul dampak negatif yang diakibatkan oleh aktivitas operasi perusahaan, maka untuk menanggulangi dampak tersebut diperlukan pengungkapan informasi CSR. Dampak negatif tersebut memiliki tingkat risiko yang tinggi terutama pada industri high profile. Industri high profile adalah industri atau perusahaan yang memiliki tingkat residu atau dampak negatif yang cukup tinggi terhadap lingkungan. Oleh karena itu, perusahaan pun melakukan pengungkapan CSR yang mana dengan pengungkapan ini akan mengurangi dampak negatif perusahaan terhadap lingkungan atau masyarakat dimana perusahaan beroperasi. Pengungkapan CSR akan memberikan dampak positif bagi perusahaan yaitu akan meningkatkan citra perusahaan itu sendiri sehingga dapat dikatakan bahwa CSR merupakan investasi jangka panjang perusahaan. Namun, jika pengungkapan CSR tinggi maka akan mempengaruhi biaya perusahaan sehingga biaya pun bertambah dan mengurangi laba perusahan. Berkurangnya laba perusahaan tidak direspon baik oleh investor karena investor lebih berfokus 68
terhadap profit atau dapat dikatakan bahwa investor hanya berfikir jangka pendek saja. Hal ini membuat respon investor menjadi kecil atau menurun karena pengungkapan CSR mengurangi laba. Dengan demikian, pengungkapan informasi CSR menurunkan ERC.
69