BAB III TINJAUAN KASUS
A. Pengkajian Pengkajian dilakukan pada tangal 26 – 28 April 2010 jam 08.00 WIB diruang A3 bedah pria secara autoanammnesa, observasi, perawatan medis, perawatan ruangan, dan dokumentasi. Klien berama TN.H, umur 38 tahun, jenis kelamin laki – laki, suku bangsa batak indonesia, agama islam, status perkawianan nikah, pendidikan SMP, pekerjaan wiraswasta, jalan Waringin RT 04/04 Kalimantan dan tanggal masuk 25 Maret 2010 diruang A3. No Register 6277656 dengan diagnose medis multiple fraktur. Penanggung jawab merupakan ibu dari pasien dengan nama Ny. S umur 51 tahun pekerjaan ibu rumah tangga, dengan alamat Waringin RT 04/04 Kalimantan. B. Riwayat Kesehatan Keluhan utama klien mengeluh nyeri pada post. Op dislokasi hip joint (lepas tulang panggul) hari ke2, bekas operasi. Riwayat penyakit sekarang satu bulan lalu pada tanggal 25 Maret 2010 pasien kecelakaan jatuh dari motor, pinggang sampai kepaha sakit tidak bisa berdiri, kemudian dibawa kepuskesmas Sungai Rengit, dipuskesmas kaki klien hanya di fiksasi eksterna, yaitu bidai. Oleh puskesmas Sungai Rengit klien dirujuk ke RSUD Sungai Rengit Kalimantan Tengah, klien di sana belum mendapat perawatan,
oleh dokter yang menangani mengatakan patah tulangnya harus dioperasi dan disana alat untuk operasi belum ada kemudian oleh RSUD Sungai Rengit Kalimantan Tengah dirujuk ke RSUD Karyadi untuk menjalani perawatan. Riwayat perawatan dan kesehatan dahulu klien mengatakan tidak pernah mengalami kecelakaan separah ini, klien hanya mengalami kecelakaan kecil dan hanya luka-luka sedikit dan tidak mempunyai riwayat osteoporosis. Riwayat kesehatan keluarga
klien mengatakan tidak ada anggota yang
mempunyai riwayat penyakit seperti ini. C. Pola Kesehatan Fungsional 1.
Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan Klien menganggap kesehatan dirinya sangat penting, bila sakit klien pergi ke klinik terdekat atau pelayanan kesehatan masyarakat, klien rajin minum obat dan mengikuti perintah dokter, klien belum mengetahui penyakitnya secara jelas sehingga klien tidak begitu paham tentang pengobatan dan bahaya penyakitnya. Setelah mendapat penjelasan dari dokter, klien sudah mempunyai pandangan tentang penyakitnya. Upaya yang dilakukan dalam mempertahankan kesehatan klien kadang berolah raga, tidur cukup, makan makanan bergizi, kemampuan klien mengontrol kesehatan, saat dirumah sakit tubuh atau kondisi klien merasa sakit, klien segera periksa ke klinik kesehatan, klien juga sering bertanya kepada dokter tentang penyakitnya, kebiasaan hidup klien tidak merokok dan tidak mengkonsumsi alkohol, kadang klien juga berolah raga seperti jalan jalan dipagi hari, factor sosio ekonomi yang berhubungan dengan
kesehatan klien tergolong keluarga menengah, saat ini klien menggunakan pelayanan kesehatan ASKES GAKIN 2.
Pola nutrisi metabolic Pola makan klien 3x sehari sebelum sakit habis 1 porsi dengan menu nasi, sayur, lauk, saat dirumah sakit kadang klien mengeluh tidak nafsu makan, makan habis ¼ porsi makan yang diberikan. Pola minum klien sebelum sakit minum ± 8 gelas perhari, klien hanya mengkonsumsi air putih saja, saat dirumah sakit klien minum 7-9 gelas perhari juga akan tetapi tidak hanya air putih saja tapi diselingi dengan minum susu.
3.
Pola eliminasi Eliminasi feses, klien mengatakan sebelum sakit BAB 1x sehari, saat dikaji klien mengatakan belum BAB selama 10 hari, sebenarnya klien ada keinginan untuk BAB tetapi karena adanya fiksasi eksterna yang mengakibatkan klien kesulitan BAB. Pola BAK, klien mengatakan sebelum sakit BAK 3-5x sehari, saat ini klien terpasang DC, dengan warna kuning jernih saat dikaji terdapat 500 cc, klien mengatakan dalam sehari ± 1200cc
4.
Pola aktifitas dan latihan Klien seorang kepala rumah tangga, klien mengalami gangguan mobilisasi karena post op hip joint yaitu gangguan melakukan aktivitas seperti berjalan.
5.
Pola istirahat dan tidur Klien mengatakan sulit tidur, klien terlihat gelisah tidak nyaman dengan lingkungan, tidur sehari ± 6 jam, pada siang hari klien tidur ± 1 jam dan pada malam hari hanya 5 jam
6.
Pola persepsi sensori dan kognitif Tidak ada keluhan dalam penglihatan, pendengaran, penghidung, pengecapan, dan sensori perabaan. Klien mampu mengingat memori jangka panjang dan pendek, klien mampu memahami peran yang diterima
7.
Pola hubungan dengan orang lain Kemampuan klien berkomunikasi cukup jelas, orang terdekat pasien adalah ibunya, akan tetapi dengan pasien lain kurang optimal karena bahasa sedikit berbeda dikarenakan klien berasal dari luar jawa
8.
Pola reproduksi dan seksual Saat ini klien tidak bisa menjalankan hubungan seksual, sakit sepertini selain itu istri klien bekerja diluar negeri
9.
Pola persepsi diri dan konsep diri Hal yang dipikirkan klien saat ini adalah klien menginginkan segera pulang kerumah. Saat dikaji status emosi klien tenang. Klien mengatakan menyukai semua anggota tubuhnya, tetapi sekarang klien pasrah dengan keadaannya. Klien adalah seorang kepala rumah tangga dengan satu orang anak. Klien berperan sebagai kepala rumah tangga, saat dirumah sakit sebagai pasien, klien menjalankan peran dengan baik sebelum sakit, akan tetapi saat sakit klien merasa tidak bisa menjalankan peran sebagi kepala
rumah tangga. Klien sedikit merasa rendah diri terhadap penyakitnya karena tidak bisa seperti manusia yang sehat dapat jalan – jalan 10. Pola mekanisme koping Dalam mengambil keputusan klien memecahkan masalahnya sendiri, apabila belum dapat diselesaikan klien meminta bantuan kepada ibunya 11. Pola nilai keperawatan dan keyakinan Menurut klien sumber kekuatan bagi dirinya adalah Allah dan keluarganya, saat dirumah sakit klien tidak pernah melakukan ibadah, klien yakin dengan penyakitnya akan segera sembuh dan selalu berdoa agar cepat pulang D. Pengkajian Fisik Pada saat dilakukan pengkajian Penampilan / keadaan umum : klien tampak lemah, tingkat Kesadaran : composmentis, Tanda – tanda vital: Tekanan darah : 140 / 80 mmHg, Nadi : 82x / mnt, Suhu tubuh : 37,5 oC, Respirasi : 22x / mnt. Pengukuran antropometri : TB : 165 cm, BB : 57 kg, IMT: 20 ( normal ), Lila : 28 cm. Kepala: bentuk mesocepal, tidak ada luka, rambut: warna hitam, bergelembang, pendek, sedikit kotor. Mata: tidak ada gangguan penglihatan, simetris, sklera tidak ikterik, kojungtiva tidak anemis, tidak ada secret, tidak menggunakan alat bantu penglihatan. Hidung: bersih, tidak ada polip, tidak mengalami gangguan penciuman. Telinga: pendengaran normal, simetris, tidak ada serumen, tidak ada lesi, tidak menggunakan alat bantu dengar. Mulut: selaput mukosa kering. Leher dan tenggorok: tidak ada pembesaran kelenjar thyroid, tidak ada trakeostomi, tidak ada nyeri menelan.
Dada dan thorak: bentuk dada simetris, tidak ada kelainan pada dada, tidak menggunakan alat bantu pernafasan. Paru paru: tidak ada otot bantu nafas (inspeksi), sonor diseluruh bagian paru (perkusi), fekal fremitus sama kiri kanan (palpasi), Au: suara nafas vesikuler, tidak ada wheezing, tidak ada ronchi (auskultasi). Jantung: ictus cordi tak tampak (inspeksi), pekak pada intercosta 4,5,6 (perkusi), ictus cordi teraba (palpasi),
tidak ada gallop
(auskultasi). Abdomen: bentuk cembung, tidak ada luka, tidak terdapat lesi (inspeksi), hiperthympani (perkuusi), tidak ada pembesaran hati (palpasi), bising usus 12x/menit (auskultasi). Genital: terpasang DC, kondisi kateter bersih, daerah genital juga bersih. Kulit: kulit warna sawo matang, tidak ada oedema, turgor cukup, kulit sedikit kering, terpasang infus, terdapat luka balutan bekas operasi di femur dekstra( traksi ) dan hip joint dekstra( ORIF ), kondisi kedua luka bersih. Capillary refill: baik. Ekstremitas: ekstermitas atas: normal tidak ada kelainan, tangan sebelah kiri terpasang infuse, ekstremitas bawah: kaki kanan terdapat fraktur femur dan sudah dilakukan traksi, terdapat bekas operasi dislokasi hip joint sinistra( tulang panggul kanan ), kaki kiri tidak ada kelainan, kedua kaki terdapat fiksasi eksterna, kekuatan otot tangan kanan 5, tangan kiri 5, kaki kiri 4 dan kaki kanan 2.
Pemeriksaan penunjang pada tanggal 26 April 2010 Hematologi: HB 8,5 g/dl (13,0-18,0) Lekosit 18,10/mm3 (4.000-11.000) Trombosit 375.000/mm3 (150.000-450.000) Hematokrit 48,9 % (40-52) Eritrosit 5,47 juta/mmk ( 4,50-6,50) MCH 29.90 pg ( 27,00-32,00) MCV 89,50 fl ( 76,00-96,00) MCHC 33,40 g/dl (29,00-36,00) Kimia klinik: Glukosa sewaktu 90 mg/dl ( 80-110) Ureum 46 mg/dl ( 15-39) Creatinin 0,92 mg/dl ( 0,60-1,30) Albumin 3,8 mg/dl ( 3,4-5,0) Natrium 139 mmol/l ( 136-145) Kalium 4,3 mmol ( 3,5-5,1) Chloride 105 mmol ( 98-105) Therapy: Oral: cefadroxil 3x500gr Asam mafenamat 3x50gr Saka farma 2x1
Injeksi intravena: Cefotaxime 3x1 amp Ketorolax 3x1 amp Diit yang diberikan TKTP ( Tinggi Kalori Tinggi Protein )
E. Pathway Kasus Trauma langsung, benturan, kecelakaan Trauma eksternal > kekuatan tulang Tulang tidak mampu menahan trauma Fraktur Tulang tidak menembus kulit Fraktur tertutup di femur dan panggul Menekan panggul jaringan
Deformita s
femur
nyeri
Kelemahan otot
Reduksi tertutup Gangguan fungsi gerak
Fiksasi eksterna
Traksi
Gangguan mobilitas fisik
Keterbatasan Gangguan mobilitas fisik
immobilitas
bedrest
Penekanan pada kulit Resiko kerusakan integritas kulit
Reduksi terbuka ORIF
Anestes Trauma jaringan Peristaltik↓
Jalan masuknya organisme
mual Nafsu makan↓
Resiko nutrisi < kebutuhan
Resti infeksi Gangguan rasa nyaman nyeri
F.
Diagnosa Keperawatan 1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan diskontinuitas jaringan, gerakan fragmen tulang ditandai dengan data
klien mengatakan bekas
operasi sakit, klien mengatakan nyeri bertambah saat bergerak, nyeri seperti di tusuk tusuk, skala nyeri 6, nyeri berkurang setelah diberi obat, nyeri berlangsung terus menerus, ekspresi wajah tegang, terdapat luka post. Op. 2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan kerangka neuromuskuler, nyeri, fiksasi eksterna ditandai dengan klien mengatakan tidak bisa duduk sendiri , tidak bisa melakukan aktivitas, aktivitas klien dibantu perawat dan keluarga, terdapat fiksasi eksterna, kekuatan otot ekstremitas atas : kanan 5, kiri 5 dan ekstremitas bawah : kanan 2, kiri 4. 3. Resiko infeksi berhubungan dengan ketidak adekuatan pertahanan primer, trauma jaringan ditandai dengan klien mengatakan bekas operasi perih,badan panas, S: 377oC, Leukosit 18.10 ribu/mmk, Hb: 8,5 g/dl 4. Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tirah baring yang lama ditandai dengan klien mengatakan punggung terasa gatal dan lembab, badan gerah tidak nyaman, terlihat klien hanya tiduran ditempat tidur, terlihat didaerah punggung ada kemerahan (dekubitus grade 1) 5. Resiko nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan asupan nutrisi tidak adekuat ditandai dengan klien mengatakan tidak nafsu makan, makan hanya habis ¼ porsi, kadang mual tetapi tidak sampai muntah, mukosa bibir kering, konjungtiva anemis, klien terlihat lemas, BB: 57, TB: 165, Lila: 28, IMT : 20 (normal), dengan diit TKTP ( Tinggi Kalori Tinggi Protein)
G. Intervensi keperawatan, Implementasi dan Evaluasi 1.
Dari hasil pengkajian didapatkan data klien mengatakan bekas operasi sakit, klien mengatakan nyeri bertambah saat bergerak, nyeri seperti di tusuk tusuk, skala nyeri 6, nyeri berkurang setelah diberi obat, nyeri berlangsung terus menerus, ekspresi wajah tegang, meringis, terdaat luka post. op. Dengan masalah keperawatan gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan diskontinuitas jaringan, gerakan fragmen tulang, dari diagnosa yang muncul maka intervensi keperawatan yang direncanakan dengan tujuan setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x 7 jam nyeri dapat teratasi dengan KH klien melaporkan nyeri hilang atau berkurang, klien menunjukkan wajah yang rileks dan skala 0-1. Rencana keperawatan meliputi: pertahankan imobilasasi bagian yang sakit dengan tirah baring, gips, bebat dan atau traksi dengan rasional mengurangi nyeri dan mencegah malformasi. Tinggikan posisi ekstremitas yang terkena dengan rasional meningkatkan aliran balik vena, mengurangi edema/nyeri. Lakukan
dan
awasi
latihan
gerak
pasif/aktif
dengan
rasional
mempertahankan kekuatan otot dan meningkatkan sirkulasi vaskuler. Lakukan tindakan untuk meningkatkan kenyamanan (masase, perubahan posisi) dengan rasional meningkatkan sirkulasi umum, menurunakan area tekanan lokal dan kelelahan otot. Ajarkan penggunaan teknik manajemen nyeri (latihan napas dalam, imajinasi visual, aktivitas dipersiona dengan rasional mengalihkan perhatian terhadap nyeri, meningkatkan kontrol terhadap nyeri yang mungkin berlangsung lama. Pemberian analgetik
sesuai indikasi dengan rasional menurunkan nyeri melalui mekanisme penghambatan rangsang nyeri baik secara sentral maupun perifer. Evaluasi keluhan nyeri (skala, petunjuk verbal dan non verbal, perubahan tandatanda vital) dengan rasional menilai perkembangan masalah klien. Pada tanggal 28 April 2010 jam 13.00 dilakukan evaluasi, berdasarkan hasil evaluasi sumatif didapatkan data klien mengatakan nyeri sudah berkurang dengan skala nyeri 2, ekspresi wajah tenang. Penulis menganalisa bahwa masalah nyeri teratasi sebagian yang dibuktikan dengan klien melaporkan nyeri berkurang, dari nyeri berskala 6 menjadi 2, klien juga sudah bisa melakukan manajemen nyeri ( tekhnik relaksasi nafas dalam). Untuk rencana tindak lanjut penulis menganjurkan melakukan teknik relaksasi nafas dalam bila nyeri timbul. 2.
Pada data terdapat klien mengatakan tidak bisa duduk sendiri, tidak bisa melakukan aktivitas, aktivitas klien dibantu perawat dan keluarga, terdapat fiksasi eksterna. Dengan masalah keperawatan gangguan mobilisas fisik berhubungan dengan kerusakan rangka neuromuskuler, nyeri, fiksasi eksterna. Intervensi keperawatan yang direncanakan dengan tujuan setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x7 jam klien mampu melakukan aktivitas fisik sesuai kemampuannya dengan kriteria hasil klien mampu duduk sendiri, klien mampu oral hygiene sendiri. Rencana keperawatan meliputi pertahankan pelaksanaan aktivitas rekreasi terapeutik (radio, koran, kunjungan teman/keluarga) sesuai keadaan klien dengan rasional memfokuskan perhatian. Bantu latihan rentang gerak pasif aktif (fleksi dan
ekstensi siku, dorsofleksi telapak kaki, plantar fleksi telapak kaki, fleksi dan ekstensi jari-jari kaki) pada ekstremitas yang sakit maupun yang sehat sesuai keadaan klien dengan rasional meningkatkan sirkulasi darah muskuloskeletal, mempertahankan tonus otot, mempertahakan gerak sendi, mencegah kontraktur/atrofi dan mencegah reabsorbsi kalsium karena imobilisasi. Berikan papan penyangga kaki, gulungan trokanter/tangan sesuai indikasi dengan rasional mempertahankan posisi fungsional ekstremitas. Bantu dan dorong perawatan diri (kebersihan/eliminasi) sesuai keadaan klien dengan rasional meningkatkan kemandirian klien dalam perawatan diri sesuai kondisi keterbatasan klien. Ubah posisi secara periodik sesuai keadaan klien dengan rasional menurunkan insiden komplikasi kulit dan pernapasan (dekubitus, atelektasis, penumonia). Kolaborasi pelaksanaan fisioterapi sesuai indikasi dengan rasional kerjasama dengan fisioterapis perlu untuk menyusun program aktivitas fisik secara individual. Evaluasi kemampuan mobilisasi klien dan program imobilisasi dengan rasional menilai perkembangan masalah klien. Pada tanggal
29 April 2010 jam 12.00 dilakukan evaluasi
berdasarkan hasil evaluasi sumatif didapatkan data klien mengatakan belum bisa beraktifitas sendiri, ekstremitas bawah masih terdapat fiksasi eksterna, aktifitas masih dibantu perawat dan keluarga, penulis menganalisa bahwa masalah belum teratasi, dibuktikan dengan klien belum bisa duduk dan oral hygiene sendiri. Untuk intervensi rencana tindak lanjut penulis mengulang intervensi yaitu anjurkan klien untuk
mobilisasi (fleksi dan ekstensi siku, dorsofleksi telapak kaki, plantar fleksi telapak kaki, fleksi dan ekstensi jari-jari kaki), motivasi klien dalam melakukan aktivitas, motivasi klien agar tetap semangat. 3.
Data klien mengatakan perih pada bagian bekas operasi dan badan panas, terdapat luka post operasi pada femur dan pinggul, terdapat drainage, balutan sedikit basah, terdapat kemerahan disekitar balutan, nadi 82x/mnt, suhu 37,7oC. Leukosit 18.10 ribu/mmk, Hb: 8,5 g/dl. Dengan masalah keperawatan resiko terjadinya infeksi berhubungan dengan prosedur infasif dan insisi pembedahan. Intervensi keperawatan yang direncanakan dengan tujuan setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x7 jam infeksi tidak terjadi dengan KH tidak terdapat tanda – tanda infeksi, luka dapat kering dan membaik. Rencana keperawatan meliputi : Lakukan perawatan pen steril dan perawatan luka sesuai protocol dengan rasional mencegah infeksi sekunder dan mempercepat penyembuhan luka. Ajarkan klien untuk mempertahankan sterilitas insersi pen dengan rasional meminimalkan kontaminasi. Kolaborasi pemberian antibiotika
sesuai
indikasi dengan rasional antibiotika spektrum luas atau spesifik dapat digunakan secara profilaksis, mencegah atau mengatasi infeksi. Observasi tanda-tanda vital dan tanda-tanda peradangan lokal pada luka dengan rasional mengevaluasi perkembangan masalah klien. Pada tanggal 28 April 2010 jam 11.00 WIB dilakukan evaluasi , berdasarkan hasil evaluasi sumatif didapatkan data klien mengatakan luka tidak perih lagi, badan tidak panas, terlihat luka kering dan disekitarnya
tidak ada kemerahan. Penulis menganalisa bahwa masalah resiko kerusakan integritas kulit teratasi yang dibuktikan tidak ada tanda - tanda infeksi, TTV normal TD: 130/70 mmHg, S: 365 oC, Nadi: 82x/menit, RR: 22x/menit. Untuk rencana tindak lanjut penulis mengoptimalkan intervensi pemberian antibiotika dan perawata luka steril. 4.
Pada data klien mengatakan punggung terasa gatal, gerah tidak nyaman, punggung terlihat kemerahan, klien terlihat gelisah. Masalah keperawatan yang muncul resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan tirah baring lama, dengan tujuan setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x8 jam kerusakan integritas kulit tidak terjadi dengan KH menunjukkan perilaku mencegah kerusakan integritas kulit, kulit bersih, tidak terjadi dekubitus atau derajat dekubitus meningkat. Intervensi keperawatan yang direncanakan pertahankan tempat tidur yang nyaman dan aman (kering, bersih, alat tenun kencang, bantalan bawah siku, tumit) dengan rasional menurunkan risiko kerusakan/abrasi kulit yang lebih luas. Masase kulit terutama daerah penonjolan tulang dan area distal bebat/gips dengan rasional meningkatkan sirkulasi perifer dan meningkatkan kelemasan kulit dan otot terhadap tekanan yang relatif konstan pada imobilisasi. Lindungi kulit dan gips pada daerah perianal dengan rasional mencegah gangguan integritas kulit dan jaringan akibat kontaminasi fekal. Observasi keadaan kulit, penekanan gips/bebat terhadap kulit, insersi pen/traksi dengan rasional menilai perkembangan masalah klien.
Pada tanggal 28 April 2010 pada jam 13. 30 WIB dilakukan evaluasi, berdasarkan hasil evaluasi sumatif didapatkan data klien mengatakan punggung terasa nyaman, terlihat kemerahan pada punggung berkurang. Penulis menganalisa bahwa masalah resiko kerusakan integritas kulit teratasi sebagian dibuktikan dengan klien menunjukkan perilaku mencegah kerusakan integritas kulit yang dibantu oleh keluarga, kulit bersih, tidak lembab. Untuk rencana tindak lanjut penulis yaitu perhatikan tirah baring, ciptakan lingkungan yang nyaman dan bersih, olesi lotion pada daerah yang menonjol. 5. Data klien mengatakan tidak nafsu makan, makan hanya habis ¼ porsi, kadang mual tetapi tidak sampai muntah, mukosa bibir kering, konjungtiva anemis, klien terlihat lemas, BB: 57, TB: 165, Lila: 28, IMT : 20 (normal), dengan diit TKTP ( Tinggi Kalori Tinggi Protein). Diagnosa keperawatan yang muncul adalah resiko nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake nutrisi yang tidak adekuat, intervensi yang direncanakan dengan tujuan setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x7 jam kebutuhan nutrisi klien dapat terpenuhi dengan kriteria hasil klien mau menghabiskan porsi makannya, BB dalam batas normal, mual berkurang atau hilang. Intervensi yang direncanakan yaitu Kaji pola makan yang disukai dan tidak disukai dengan rasional sebagai tindakan awal untuk menentukan intervensi selanjutnya. Motivasi klien untuk makan dalam porsi sedikit tapi sering dengan rasional menghindari mual muntah. Motivasi klien untuk makan atau minum dalm keadaan hangat dengan
rasional keadaan hangat akan meningkatkan nafsu makan, makanan akan terasa lebih enak. Kolaborasi dengan ahli gizi dengan rasional sebagai tindakan kolaborasi dengan tim medis lain. Pada tanggal 29 April 2010 pada jam 12.15 WIB dilakukan evaluasi, berdasarkan hasil evaluasi sumatif didapatkan data klien mengatakan tidak nafsu makan, sedikit mual, hanya minum susu, makan habis setengah porsi, bibir klien klien tampak kering, BB:57kg, IMT: 20(normal). Penulis menganalisa masalah resiko nutrisi kurang dari kebutuhan teratasi sebagian dibuktikan dengan klien belum menghabiskan 1 porsi yang diberikan, klien masih tidak nafsu makan, BB:57kg, IMT: 20 (normal), rencana tindak lanjutnya yaitu lanutkan intervensi motivasi klien untuk makan dalam porsi sedikit tapi sering, motivasi klien untuk makan atau minum dalam keadaan hangat, kolaborasi dengan ahli gizi.