BAB V PEMBAHASAN
Swalayan se-karesidenan Surakarta memiliki 70 tenaga kerja berjenis kelamin laki-laki dan 80 tenaga kerja berjenis kelamin perempuan. Jenis kelamin dalam penelitian ini tidak memiliki kontribusi terhadap terjadinya varises. Setelah diuji dengan uji statistik Chi-Square menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan antara jenis kelamin terhadap kejadian varises. Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Tony, dkk (2013), bahwa usia tidak berpengaruh terhadap kejadian varises. Hasil pengolahan data menunjukan bahwa kejadian varises lebih banyak pada tenaga kerja berjenis kelamin laki-laki dibandingkan dengan perempuan. Dari 49 tenaga kerja yang positif (+) mengalami kejadian varises, 16.67% diantaranya adalah berjenis kelamin laki-laki (lihat pada tabel 4.2). Hal ini sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Basir (2013), bahwa kejadian varises tungkai bawah lebih banyak pada lakilaki (61,11%) dibandingkan dengan perempuan (38,88%). Setiap pekerjaan memiliki dampak bagi tenaga kerja, baik menimbulkan kelelahan, gangguan kesehatan, bahkan dapat menyebabkan perubahan fisik tubuh atau kecacatan (Suma'mur, 2009). Salah satu dampak yang belum dikaitkan adalah kejadian varises. Pekerjaan pada Swalayan memiliki potensi besar terhadap kejadian varises, dikarenakan aktivitas kerja pada Swalayan termasuk ke dalam faktor-faktor yang menyebabkan kejadian varises, diantaranya berdiri dalam
41
42
waktu yang lama saat bekerja, pemakaian sepatu hak tinggi, dan pemakaian stocking. Selain itu, jenis pekerjaan dapat memperburuk kejadian varises. Pada penelitian ini terdapat 150 responden yang tersebar menjadi 3 jenis pekerjaan, yaitu kasir, SPG, dan pekerjaan lainnya. Setelah di uji menggunakan uji statistik Kruskal Wallis diketahui bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan antara jenis pekerjaan terhadap kejadian varises. Hal ini sesuai dengan penelitian Tony, dkk (2013), yang menunjukan bahwa tidak ada pengaruh antara jenis pekerjaan terhadap varises, kondisi ini juga dipengaruhi oleh faktor lain seperti desain tempat kerja. Desain tempat kerja penting untuk mencegah penyakit dan peningkatan produktivitas. Tempat kerja yang dirancang dengan baik dapat membuat karyawan mempertahankan kenyamanan postur tubuh, sehingga dapat mencegah banyak masalah seperti cedera punggung dan gangguan sirkulasi di kaki. Namun, dari 150 responden yang diteliti, jenis pekerjaan yang paling banyak menderita varises adalah jenis pekerjaan lain-lain. Faktor lain yang dapat menyebabkan terjadinya varises pada penelitian ini adalah Usia. Responden pada penelitian ini rata-rata berusia 30 tahun. Kejadian varises pada penelitian ini banyak dialami oleh responden yang berusia 21-30 tahun. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Shiksa, dkk (2013), bahwa rata-rata yang positif mengalami varises adalah responden yang berada pada rentang usia 21-30 tahun. Hasil uji statistik Kerelasi spearman menunjukan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan antara usia terhadap kejadian varises pada tenaga kerja di swalayan se-karesidenan Surakarta, dengan kekuatan korelasi sangat lemah. Responden pada penelitian ini berumur < 50
43
tahun. Karakteristik usia tidak memiliki pengaruh terhadap kejadian varises terhadap tenaga kerja di swalayan se-karasidenan Surakarta dikarenakan semua responden tidak berumur > 50 tahun. Menurut penelitian Khalil dan Raffeto (2007), usia lebih dari 50 tahun sangat beresiko terkena varises dengan persentase 21% dari 1566 responden, dikarenakan perubahan struktur pada pembuluh darah. Semakin bertambahnya usia dinding vena menjadi semakin lemah, karena lamina elastin menjadi tipis dan atrofik diikuti juga dengan adanya degenerasi otot polos (Junior NDB, 2010). Disamping itu, masa kerja juga merupakan salah satu faktor yang berkontribusi dalam terjadinya varises. Responden yang positif mengalami varises paling banyak pada responden yang memiliki masa kerja 1 sampai 5 tahun dan 11 sampai 15 tahun dengan persentase 13.33%. Hal ini tidak sesuai dengan hasil penelitian Chen dan Guo (2014), yaitu kejadian positif varises paling besar terjadi pada golongan responden yang memiliki masa kerja dengan rata-rata 30.5 tahun. Hasil uji statistik Korelasi Spearman menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan antara masa kerja terhadap kejadian varises, dengan kekuatan korelasi lemah. Selain faktor-faktor yang telah disebutkan diatas, lama berdiri juga termasuk ke dalam faktor yang dapat menyebabkan terjadinya varises. Dari hasil penelitian di dapatkan bahwa tidak ada pengaruh yang signifikan antara lama berdiri terhadap kejadian varises dengan kekuatan korelasi sangat lemah. Hal ini menunjukan bahwa dalam penelitian ini lama berdiri tidak memberikan kontribusi terhadap terjadinya varises. Sedangkan pada penelitian sebelumnya, didapatkan
44
hubungan bermakna antara berdiri lama dengan kejadian varises yaitu dengan nilai p < 0.001 (Adriana, 2012). Fakta membuktikan bahwa, posisi berdiri lama saat bekerja menambah tekanan pada vena di tungkai bawah. Sebagai hasil, katup vena menjadi tidak kompeten dan darah vena secara bertahap terakumulasi di kaki sehingga membentuk varises (Naoum JJ dan Hunter GC, 2007; Liu R dan Kwok YL, 2006; Weiss R., 2010). Ketika seseorang berdiri diam selama jangka waktu yang lama, dinding vena tidak dapat menahan tekanan hidrostatik akibat tekanan tinggi lokal dan kurangnya tindakan pemompaan otot kaki (Naoum JJ dan Hunter GC, 2007; Liu R dan Kwok YL, 2006; Weiss R., 2010). Pekerjaan pada swalayan terdiri dari 3 aktivitas utama, yaitu berdiri tetap (statis), berdiri dengan mobilisasi (mobilitas), dan duduk. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi tenaga kerja pada saat pengambilan data responden, tenaga kerja di swalayan se-karesidenan Surakarta 100% melakukan pekerjaan berdiri dengan mobilisasi (mobilitas). Menurut Richard dan Peter (2008), kejadian varises dapat didikurangi dengan pengobatan konservatif, yaitu menghindari berdiri terlalu lama dan statis, elevasi kaki yang terkena, olahraga, kompresi eksternal, melonggarkan pakaian ketat, terapi medis, modifikasi faktor risiko kardiovaskular, pengurangan edema perifer, dan penurunan berat badan. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh lama berdiri terhadap kejadian varises karena sebagian besar karyawan telah bekerja dalam posisi berdiri dengan mobilisasi (mobilitas). Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa tenaga kerja tidak bekerja dengan posisi berdiri diam dengan jangka waktu yang
45
lama, tetapi tenaga kerja bekerja dengan posisi berdiri diiringi dengan mobilisasi. Hal tersebut juga dapat menghambat terjadinya varises. Varises juga dapat dipengaruhi oleh kebiasaan olahraga. Berdasarkan hasil uji Kerelasi spearman menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan antara kebiasaan olahraga terhadap kejadian varises dengan kekuatan korelasi sedang. Oleh karena itu, kebiasaan olahraga pada penelitian ini juga memiliki kontribusi terhadap kejadian varises. Hal tersebut sesuai dengan Leahy (2012), aktivitas yang kurang dapat menyebabkan otot sekitar pembuluh darah vena tidak mampu memompa darah secara maksimal (penghambatan aliran darah) sehingga terjadi varises. Serta sesuai dengan Kartika (2015) olahraga teratur, seperti berjalan, dapat memperkuat otot betis, sehingga memulihkan fungsi pompa otot betis. Berdasarkan distribusi frekuensi responden mengenai intensitas kebiasaan olahraga menunjukan bahwa 41.3 % responden telah melakukan olahraga secara teratur lebih dari 2 jam, hal ini dapat menghambat terjadinya varises. Hal tersebut sesuai pula dengan Irianto (2014), dengan berolahraga otototot dapat berkembang serta peredaran darah dan pencernaan makanan akan berjalan lancar. Olahraga pun merupakan selingan yang baik setelah melakukan pekerjaan. Olahraga yang dimaksud adalah cukup dengan berlari-lari di tempat dan menggerakan otot-otot kaki, tangan, perut, dan leher. Latihan ketahanan (olahraga) dengan intensitas sedang dan terkontrol (3x40-45 menit/minggu, denyut nadi: 120-140 atau 180 dikurangi usia), meningkatkan imunokompetensi dan pembakaran lemak, mengurangi stres dan kelebihan berat badan, serta memperbaiki efisiensi jantung, toleransi glukosa, resistensi insulin, dan aliran
46
darah (Gröber, 2009), sehingga kebiasaan olahraga dapat menghambat terjadinya varises. Berdasarkan hasil analisis, lama berdiri jika diimbangi dengan mobilisasi dan olahraga secara rutin dapat mencegah terjadinya varises. Pada penelitian ini, faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya varises pada responden adalah faktor lama kerja dan kebiasaan olahraga. Selain itu, faktor responden yang berupa jenis kelamin, jenis pekerjaan, usia, masa kerja, dan lama berdiri tidak memiliki kontribusi terhadap kejadian varises. Sedangkan faktor lainnya tidak diketahui.