TINJAUAN PUSTAKA
Gangguan Identifikasi Jenis Kelamin Steffi Kurniawan, Meilina Imelda Rumah Sakit Umum Daerah Landak, Kalimantan Barat
ABSTRAK Gangguan identitas jenis kelamin atau gender identification disorders (GID) adalah suatu gangguan dengan ciri berupa preferensi kuat seseorang untuk hidup sebagai individu dengan jenis kelamin berlawanan dari anatomi seksnya. Gangguan identitas jenis kelamin sering disebut juga transeksualisme, biasanya dimulai sejak masa kanak-kanak dan manifestasinya mulai muncul ketika masa remaja muda, berupa keinginan untuk berpakaian dan berperilaku seperti jenis kelamin berlawanan. Perilaku ini dilakukan tidak semata-mata untuk kepuasan seksual namun sebagai bentuk identifikasi jati diri. Prevalensinya lebih tinggi pada laki-laki. GID merupakan salah satu diagnosis yang paling kontroversial pada DSM-IV dan termasuk hal kompleks dipandang dari segi sosial dan etik. Kata kunci: gangguan identitas jenis kelamin, transeksualisme, crossdressing
ABSTRACT Gender identification disorders (GID) is a disorder characterized by a strong preference to live as individuals with opposite gender from their anatomical sex. Gender Identification Disorders is also known as transexualism, usually started in childhood and its manifestation begins in early adolescense, as a desire to dress and behave like the opposite sex. This behaviour is not only for sexual satisfaction but also for self identification. The prevalence is higher among male. GID is one of the most controversial and complex diagnoses in DSM-IV viewed in social and ethical terms. Steffi Kurniawan. Gender Identification Disorders. Key words: gender identification disorder, transexualism, crossdressing
PENDAHULUAN Jenis kelamin merupakan hal yang sangat penting bagi individu sebagai sebuah “identitas”, bahkan pada beberapa suku, jenis kelamin ikut menentukan apakah individu tersebut akan dipertahankan hidup atau tidak. Menurut KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia), jenis kelamin merupakan sifat (keadaan) jantan atau betina. Pada masyarakat umum, jenis kelamin yang diakui secara resmi adalah laki-laki (jantan) dan perempuan (betina).1
Tabel 1 Pernyataan “behaves like opposite sex” “behaves like opposite sex”
Laki-laki
Skor 1
3,8 %
8,3 %
Skor 2
1%
2,3 %
Tabel 2 Pernyataan “wishes to be opposite sex” “wishes to be opposite sex”
Laki-laki
Perempuan
Skor 1
1%
2,5 %
Skor 2
0%
1%
Jenis kelamin individu ditentukan oleh fenotip, genotip (termasuk seks gonad ditentukan oleh organ seks internal dan eksternal), status endokrin dan metabolik, jiwa, dan sertifikat kelahiran penunjukan seks (jenis kelamin sosial).2 Di antara “tipe” seks tersebut, seks psikologis individu yang menentukan identitas jenis kelaminnya.
anatomi seksual yang dimilikinya.3 Menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-IV-TR) gangguan identitas jenis kelamin adalah suatu gangguan dengan ciri berupa preferensi seseorang yang kuat untuk hidup sebagai individu yang memiliki jenis kelamin berlawanan dari anatomi seksnya.4
Gangguan identitas jenis kelamin atau gender identification disorders (GID) adalah suatu kondisi yang memiliki karakteristik berupa perasaan tidak nyaman atau rasa ketidaksesuaian yang menetap terhadap
Gangguan identitas jenis kelamin (GID) sering disebut sebagai transeksualisme, dapat juga didefinisikan sebagai perbedaan antara jenis kelamin psikologis dan seks morfologi, biologi, dan sosial, yang sering dianggap
Alamat korespondensi
Perempuan
sebagai “non-self” dan milik lawan jenis2. GID merupakan salah satu diagnosis yang paling kontroversial pada DSM-IV dan termasuk kompleks dipandang dari segi sosial dan etik. Para ahli menyatakan sedikit sekali anak-anak yang memenuhi kriteria diagnosis GID.4 EPIDEMIOLOGI Mayoritas anak dengan gangguan identitas jenis kelamin dibawa untuk diperiksa pada masa awal sekolah. Kebanyakan orang tua melaporkan bahwa anaknya mulai berperilaku terbalik dengan jenis kelaminnya sejak kurang
email:
[email protected]
CDK-210/ vol. 40 no. 11, th. 2013
827
TINJAUAN PUSTAKA dari 3 tahun.2 Berdasarkan data demografi, prevalensi gangguan identitas jenis kelamin lebih tinggi pada laki-laki, namun tidak ditemukan data penelitian yang akurat mengenai hal ini.2 Prevalensi gangguan ini lebih akurat pada dewasa. Di Eropa, prevalensi pada laki-laki sekitar 1: 30.000 dan perempuan 1: 100.000.3 Salah satu pendekatan untuk mengetahui prevalensi gangguan ini adalah dengan menggunakan kuesioner, seperti CBCL (child behaviour checklist). Pada CBCL, terdapat 2 patokan untuk identifikasi, yaitu pernyataan “behaves like opposite sex” dan “wishes to be opposite sex”. Sampel ini memiliki 3 skor, yaitu 0: not true, 1: somewhat true, 2: very true. Dari sebuah studi yang pada anak usia 4 – 11 tahun, didapatkan tendensi anak untuk bertingkah laku sebagai jenis kelamin berbeda lebih besar daripada yang menginginkan jenis kelamin yang berlawanan.2 TEORI PERKEMBANGAN GENDER Teori perkembangan gender dibagi menjadi 4 tipe: 1. Teori psikoanalitik: Freud menyatakan bahwa peran jenis kelamin anak ditentukan pada fase falik. Rasa takut terhadap kastrasi memotivasi anak untuk mengidentifikasi orang tua yang memiliki jenis kelamin sama.5 2. Teori “environmental” menjelaskan bahwa perkembangan jenis kelamin bergantung pada teori pembelajaran. Tiga elemen yang dibutuhkan dalam proses pembelajaran adalah stimulus, respons terhadap stimulus, dan perilaku terhadap stimulus tersebut. Dukungan akan memperkuat sebuah perilaku sedangkan hukuman akan memperlemah perilaku. Teori pembelajaran menganggap suatu organisme adalah pasif dan memperluas pengetahuan perilakunya berdasarkan pengalaman. Peran lingkungan adalah sebagai pemberi bentuk perilaku tersebut. Menurut teori ini, anak belajar mengidentifikasi jenis kelamin mereka berdasarkan reaksi orang sekitar mereka terhadap perilaku si anak.5 3. Teori kognitif mengklaim bahwa perkembangan jenis kelamin dibentuk oleh kemampuan kognitif anak, ketertarikan, dan karakteristik personal lainnya. Liben membagi teori kognitif menjadi dua, kognitif-lingkungan dan developmental-constructivist. Pendekatan secara kognitif-lingkungan dilakukan dengan cara meningkatkan interaksi antara
828
lingkungan dan karakteristik personal. Pada teori developmental-constructivist, seseorang aktif mencari, mengatur, dan menggunakan informasi yang dimiliki dalam kehidupan sosial mereka.6 4. Teori perkembangan kognitif diambil dari studi Piaget tentang perkembangan kognitif yang menunjukkan bahwa kognitif adalah hasil proses dorongan pengembangan diri dan tidak semata-mata hanya berasal dari lingkungan.2 Kohlberg menjelaskan 3 fase perkembangan gender: 1. Gender identity, sekitar usia 2-3 tahun. Fase ini adalah fase individu mulai melabelkan dirinya sebagai laki-laki atau perempuan dan ini akan menjadi dasar dari gender dan perilaku individu di masa yang akan datang. 2. Gender stability, sekitar 4-5 tahun. Fase ini adalah fase individu mampu mengerti sifat alami dari suatu jenis kelamin. 3. Gender consistency, sekitar 6-7 tahun. Fase ketika individu mengerti bahwa jenis kelamin merupakan suatu hal yang tidak dapat diubah. Teori skema jenis kelamin yang dikembangkan oleh Martin dan Halverson terfokus pada perilaku individu dan pengetahuannya tentang jenis kelamin, dinyatakan dalam bentuk skema prisma mulai dari pengetahuan dari lingkungan hingga diterapkan dalam perilaku.2 ETIOLOGI Tidak ada keterangan jelas mengenai penyebab, mungkin ada kelainan biologis yang kuat pada gangguan tersebut. Penentuan jenis kelamin pada manusia ditentukan oleh kromosom. Pada laki-laki akan terdapat kromosom Y dan X, sedangkan wanita memiliki dua kromosom X. Kromosom Y mengandung gen yang disebut sebagai faktor determinasi testis. Gen tersebut yang menyebabkan sel pada embrio berdiferensiasi dan berkembang menjadi alat kelamin laki-laki. Embrio yang tidak memiliki gen tersebut maka akan berkembang menjadi jenis kelamin perempuan.2 Pada bulan ketiga kehamilan, akan dilepaskan suatu hormon yang akan mempercepat diferensiasi alat kelamin, hormon tersebut juga akan meningkat antara minggu ke-2 hingga ke-12 setelah kelahiran. Hormon tersebut
diproduksi supaya terjadi maskulinisasi pada perkembangan janin. Jika hormon androgen tidak cukup diproduksi atau terlambat atau terlalu dini, proses maskulinisasi akan terganggu. Gangguan hormonal dapat berasal dari berbagai sumber, seperti sistem endokrin ibu, stres pada masa kehamilan, atau zat kimia (obat, dll.) yang dikonsumsi pada masa kehamilan. Studi postmortem pada transeksual (lakilaki dan wanita) dan non-transeksual (lakilaki dan wanita) menunjukkan perbedaan signifikan proporsi volume hipotalamus yang erat kaitannya dengan perilaku seksual. Penelitian awal menunjukkan bahwa persepsi seseorang mengenai jenis kelamin pada dasarnya ditentukan oleh otak dan dapat dipengaruhi secara kimiawi. Selain faktor biologis, kondisi lingkungan juga memiliki peranan penting pada gangguan identitas jenis kelamin. MANIFESTASI KLINIS Perubahan fisik sekunder di masa puber pada orang dengan gangguan identitas kelamin, terutama laki-laki, meningkatkan tingkat kecemasan dan frustrasi. Beberapa kasus berusaha menjadi “lebih laki-laki” dengan melakukan aktivitas yang super-maskulin. Sebagai contoh, seorang laki-laki melakukan olahraga seperti gulat dan sepakbola agar merasa “lebih laki-laki”. Namun, pada kenyataannya, hal tersebut sering kali meningkatkan kecemasan pasien tentang identitas jenis kelaminnya.3 Fase cemas dikarakteristikkan dengan perasaan bersalah, malu, bingung dan takut. Individu merasa bingung dengan ketidakmampuan mengatasi masalah, malu akibat ketidakmampuan melakukan apa yang dianggap “normal” dalam masyarakat, rasa bersalah karena tidak jujur terhadap keluarga dan teman. Walaupun terkadang individu berpakaian atau berkhayal menjadi jenis kelamin yang berlawanan, sensasi puas yang dirasa hanya bersifat sementara. Individu cenderung menutupi hal tersebut karena takut dianggap “sakit”, diabaikan, dan ditolak oleh orang di sekitarnya. GID pada anak dan remaja muda merupakan kondisi kompleks dan angka kejadiannya kecil; sering diasosiasikan dengan kesulitan bertingkah laku dan emosional.2 Gangguan
CDK-210/ vol. 40 no. 11, th. 2013
TINJAUAN PUSTAKA ini lebih sering pada laki-laki dan biasanya dikarakteristikkan dengan: 1. Keinginan untuk menjadi jenis kelamin yang berlawanan 2. Cross dressing 3. Memilih permainan yang biasanya dimainkan oleh kaum lawan jenisnya (secara normal) 4. Tidak menyukai karakteristik seksual baik secara fisik maupun fungsi dari tubuhnya.
3. Pada remaja dan orang dewasa yang sibuk menyingkirkan karakteristik seks primer dan sekunder dan/atau mengungkapkan keyakinan bahwa mereka lahir dengan jenis kelamin yang salah.
DIAGNOSIS GID pertama kali diakui sebagai entitas kejiwaan dalam DSM-III, dibagi menjadi dua diagnosis terpisah berdasarkan umur: GID masa kanak-kanak, dan transeksualisme (remaja dan orang dewasa).2 Dalam DSM edisi ke empat, kedua diagnosis tersebut disatukan, GID dengan kriteria yang berbeda untuk anak-anak dan untuk remaja dan orang dewasa.
Transeksualisme juga dapat dicurigai pada anak-anak. Keasyikan dengan kegiatan khas seks berlawanan jenis kelamin biologis individu yang paling sering menjadi jelas antara usia 2 dan 4 tahun.
Menurut DSM-IV-TR terdapat empat kriteria diagnosis GID, sebagai berikut2: A. Identifikasi cross-gender yang kuat dan gigih. Individu memenuhi kriteria ini jika individu memiliki karakter sedikitnya empat dari lima hal berikut: 1. Keinginan berulang yang dinyatakan untuk menjadi jenis kelamin yang berlawanan. 2. Preferensi untuk cross-dressing dan memakai stereotipikal pakaian lawan jenis. 3. Preferensi kuat untuk memainkan peran sebagai jenis kelamin yang berlawanan dan berusaha membuat hal tersebut menjadi nyata. 4. Keinginan kuat untuk berpartisipasi dalam permainan stereotip lawan jenis. 5. Preferensi kuat untuk memilih teman bermain yang jenis kelaminnya berlawanan. B. Ketidaknyamanan atau rasa ketidaksesuaian yang menetap dengan jenis kelamin biologis. Individu disebut memenuhi kriteria ini jika memiliki salah satu dari hal-hal berikut: 1. Pada anak laki-laki, perasaan jijik terhadap penis atau testis, keinginan untuk tidak memiliki organ seksual laki-laki, enggan bermain kasar, dan penolakan terhadap stereotipe laki-laki kegiatan dan permainan. 2. Pada anak perempuan, keinginan untuk tidak memiliki organ seksual wanita, sebuah pernyataan bahwa dia telah atau akan tumbuh penis, dan kebencian terhadap pakaian feminin.
CDK-210/ vol. 40 no. 11, th. 2013
C. Adanya kondisi interseks fisik, di luar diagnosis GID. D. Distres klinis yang signifikan atau kerusakan fungsi yang berat akibat gangguan.
Menurut ICD-10, kriteria diagnosis GID sebagai berikut5: Transsexualism 1. Individu yang ingin hidup dan diterima sebagai seseorang yang memiliki jenis kelamin berlawanan dengan anatomi seksnya, terkadang disertai dengan keinginan untuk mengubah penampilan fisik 2. Identitas transeksual dijalani minimal 2 tahun 3. Gangguan ini bukan akibat gangguan mental lain seperti skizofrenia, atau abnormalitas kromosom. Dual – role transvestism 1. Individu memakai pakaian jenis kelamin yang berlawanan, untuk dapat merasakan menjadi jenis kelamin tersebut secara sementara. 2. Perilaku cross-dressing tidak didasari motivasi seksual 3. Individu tidak memiliki keinginan untuk melakukan perubahan permanen terhadap alat kelaminnya. GENDER IDENTITY DISORDER OF CHILDHOOD Laki-laki 1. Individu menunjukkan rasa distres yang intens dan permanen terhadap kondisi sebagai laki-laki dan memiliki keinginan untuk menjadi perempuan atau yakin bahwa adalah perempuan. 2. Harus disertai salah satu dari pernyataan di bawah ini: a. Preokupasi terhadap aktivitas feminin, seperti cross dressing berperilaku seperti wanita dalam kehidupan sehari – hari, seperti
memilih permainan wanita dan menolak permainan yang bersifat maskulin. b. Menolak struktur anatomi yang dimiliki, seperti: 1) Yakin bahwa akan tumbuh menjadi seorang wanita 2) Merasa jijik pada penis dan testis yang dimilikinya 3) Merasa lebih baik tanpa memiliki penis dan testis. 3. Individu belum masuk masa pubertas. 4. Gangguan ini harus berlangsung minimal selama 6 bulan. Perempuan 1. Individu menunjukkan rasa distres yang intens dan permanen terhadap kondisi sebagai perempuan dan memiliki keinginan untuk menjadi laki-laki atau yakin bahwa dia adalah laki-laki. 2. Harus disertai salah satu dari pernyataan di bawah ini: a. Menolak memakai pakaian perempuan dan merasa harus memakai pakaian yang maskulin atau laki-laki. Contoh: pakaian dalam laki-laki b. Menolak struktur anatomi seksual yang dimiliki, seperti: 1) Perasaan yakin akan tumbuh penis 2) Menolak buang air kecil dalam posisi jongkok 3) Pernyataan bahwa individu tidak mau tumbuh payudara dan menstruasi 3. Individu belum masuk masa pubertas 4. Gangguan ini harus berlangsung minimal selama 6 bulan GID TIPE LAIN Gangguan identitas jenis kelamin yang tidak dapat diklasifikasi. TERAPI Anak Pada saat ini, tidak ada bukti signifikan yang menunjukkan bahwa intervensi psikiatrik atau psikologik pada anak dapat memengaruhi orientasi seksual mereka di kemudian hari. Penatalaksanaan terhadap anak dengan gangguan ini harus diikuti peran serta lingkungan (penyediaan pakaian yang sesuai jenis kelaminnya) dan nasihat tentang peran dari anatomi seksualnya. Hormon dan psikofarmakologi tidak pernah digunakan.
829
TINJAUAN PUSTAKA Remaja Remaja muda yang mengalami gangguan ini pada awalnya merasa bahwa dirinya seorang homoseksual. Perasaan cemas, takut serta malu dapat menyebabkan konflik dalam perjalanan hidupnya. Para orang tua diharapkan mengerti kondisi psikologis anak sehingga tekanan yang dirasakan oleh anak berkurang. Pada fase ini, akan timbul perilaku menyembunyikan perubahan-perubahan sekunder tubuh, mulai dari minum obat hormonal hingga rencana menjalani operasi di kemudian hari. Terapi psikologik untuk anak dan orang tuanya memiliki peranan penting dalam perkembangan anak baik dalam kehidupan sehari-hari di keluarga maupun masyarakat. Dewasa Pada orang dewasa sering ditemukan permintaan langsung untuk operasi penggantian anatomi kelamin dan pemakaian hormonal. Sex-Reassignment Surgery Pada laki-laki, operasi penggantian anatomi kelamin seperti penghilangan penis, skrotum, dan testis, digantikan dengan pembentukan labia dan vaginoplasti. Pembentukan neoklitoris yang berasal dari frenulum penis dapat memberikan sensasi erotis. Komplikasi operasi ini adalah striktur uretra, fistula rektovaginal, stenosis vagina, serta panjang dan lebar vagina inadekuat. Pasien yang menggunakan hormon untuk menumbuhkan payudara namun gagal, biasanya akan melakukan mammaplasty. Selain itu pemotongan kartilago tiroid untuk mengurangi tonjolan jakun dilakukan supaya menyempurnakan tampilan dan dapat meningkatkan pitch vokal suara, setelah itu pasien dapat melakukan latihan vokal. Pada kasus perempuan menjadi laki-laki, biasanya dilakukan bilateral mastectomy dan pembentukan neophallus.4 Pasien-pasien yang melakukan operasi penggantian anatomi kelamin ini mengaku dapat merasakan sensasi orgasme, bahkan lebih terasa jika dibandingkan dengan saat sebelum operasi.4 Terapi Hormonal Individu dengan gangguan ini yang lahir sebagai laki-laki hampir selalu mengonsumsi
830
hormon estrogen oral. Hormon estrogen membantu pembesaran payudara, atrofi testikular, penurunan libido dan menurunkan jumlah rambut badan. Efek lain penatalaksanaan endokrin adalah peningkatan hormon endokrin, profil lemak, gula darah dan enzim hepatik. Pasien yang menggunakan terapi hormonal harus selalu dipantau gula darahnya. Konsumsi rokok dilarang saat terapi hormon karena dapat menyebabkan trombosis vena dan emboli pulmoner.4 Pada wanita, penyuntikan testosteron dilakukan setiap sebulan sekali atau tiga minggu sekali. Penggunaan testosteron memiliki efek yang patut diperhatikan, seperti pitch suara akan menjadi rendah secara permanen karena pita suara menebal, klitoris menebal dan memanjang sekitar dua hingga tiga kali lipat dari ukuran normal diikuti dengan peningkatan libido, pertumbuhan rambut seperti pola laki – laki dan berhentinya siklus menstruasi.4 PENATALAKSANAAN Psikologis dan intervensi sosial Terdapat panduan sebagai berikut2: 1. Anamnesis lengkap termasuk evaluasi keluarga, penting untuk mencari masalah emosional dan perilaku, masalah pada masa kecil yang belum selesai efeknya hingga kini. 2. Terapi bertujuan agar terjadi perkembangan terutama identitas jenis kelamin dengan mengeksplorasi karakteristik alamiah anak atau remaja muda. 3. Pengenalan dan penerimaan terhadap masalah gangguan identitas dan penghapusan stigma “tabu” dari masyarakat. 4. Keputusan untuk menerima “gender” seorang anak sangat sulit, baik anak maupun orang tua membutuhkan dukungan untuk memperbaiki hubungan, termasuk menghadapi tanggapan orang lain. Bantuan profesional dibutuhkan untuk membantu mencari solusi terbaik. Intervensi terapeutik lebih baik jika dilakukan sedini mungkin pada awal kehidupan anak untuk prognosis yang lebih baik.2 Peranan pelayanan kesehatan mental anak dan remaja muda, terbagi dalam tiga bagian: 1. Anamnesis langsung dan tata laksana terhadap kesulitan kesehatan mental anak dan remaja anak.
2. Anak yang sesuai dengan kriteria gangguan identitas jenis kelamin pada DSMIV atau ICD-10, segera dirujuk ke spesialis agar mendapat pelayanan profesional multidisipliner identitas jenis kelamin. 3. Penyediaan konsultasi dengan ahli hormonal bagian anak untuk pemeriksaan fisik, edukasi tentang pertumbuhan dan masalah hormonal serta intervensinya. PROGNOSIS Anak Anak laki - laki biasanya mengalami gangguan ini sebelum usia 4 tahun dan konflik kelompok mulai terjadi pada awal sekolah, sekitar usia 7 – 8 tahun. Perilaku feminin biasanya berkurang saat anak laki-laki bertumbuh. ”Cross-dressing” adalah salah satu contoh sikap dari gangguan tersebut, sudah terlihat dari sebelum usia 4 tahun. Baik pada pria maupun wanita, satu hingga dua per tiga kasus tumbuh menjadi homoseksual. Jika gangguan identitas jenis kelamin menetap hingga dewasa, maka memiliki tendensi menjadi kronik dan disertai beberapa periode remisi.3 Dewasa Laki-aki dewasa yang mengalami rasa ketidaksesuaian dengan anatomi seksualnya dan secara seksual tertarik pada sesama jenis, biasanya sudah mengalaminya sedari kecil. Ketertarikan terhadap sesama jenis dimulai pada awal masa remaja dan mulai menganggap diri mereka sebagai homoseksual. Pasien wanita mulai mengalami gangguan ini pada saat dewasa saat menganggap dirinya sebagai lesbian karena ketertarikannya terhadap sesama jenis. Ketertarikan ini terjadi karena wanita tersebut melihat dirinya sebagai seorang pria; mereka meminta agar diperlakukan dan dianggap sebagai laki – laki oleh pasangan.3 SIMPULAN Gangguan identitas jenis kelamin adalah suatu gangguan yang memiliki ciri berupa preferensi seseorang yang kuat untuk hidup sebagai individu yang memiliki jenis kelamin berlawanan dari anatomi seksnya. Etiologi gangguan ini belum jelas. Kriteria diagnosis dapat menurut DSM-IV atau ICD-10; pembagian dan penggolongan gangguan ini harus dimengerti secara
CDK-210/ vol. 40 no. 11, th. 2013
TINJAUAN PUSTAKA seksama oleh para dokter. Selain itu alur diagnosis serta penatalaksaan juga harus diketahui dan dipertimbangkan dengan
baik mengingat tindakan yang dilakukan akan bersifat permanen perubahannya. Terapi non-farmakologis berupa konseling
merupakan tahap awal penatalaksanaan dan jika dibutuhkan dapat berlanjut pada terapi farmakologis.
DAFTAR PUSTAKA 1.
Pusat Bahasa Departemen Pendidikan. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi keempat. Balai Pustaka; 2008.
2.
Tomer Shechner. Gender identity disorder: A literature review from a developmental perspective. Israel: Department of Psychology, Tel Aviv University; 2010.
3.
Medraś M, Jóźków P. Transsexualism - Diagnostic and therapeutic aspects. Poland: Department of Endocrinology, Diabetology and Isotope Therapy, Medical University of Wrocław; 2010.
4.
Benjamin JS. Synopsis of psychiatry. 10th ed. NewYork: Lippincott Williams and Wilkins; 2007.
5.
Freud S. Three essays on the theory of sexuality. London: Hogarth Standard Edition; 2006.
6.
Liben LS, Bigler RS. Developmental gender differentiation: Pathways in conforming and nonconforming outcomes. Switzerland: Gay Lesbian Mental Health Community; 2008.
CDK-210/ vol. 40 no. 11, th. 2013
831