Bab III Tinjauan Karakteristik Kawasan Dukuh Atas
III.1
Tautan Makro
Kawasan Dukuh Atas memiliki peranan yang penting bagi lingkup regional DKI Jakarta. Hal ini dilandasai oleh direncanakannya kawasan Dukuh Atas sebagai kawasan Transit Intermoda melaui kebijakan transportasi makro, dan kawasan pusat pertumbuhan ekonomi baru melalui rencana pemerintah kotamadya Jakarta Pusat.
III.1.1
Simpul Pertemuan 5 Moda Transportasi dalam Kebijakan
Transportasi Makro DKI Jakarta Kebijakan Transportasi Makro Pemerintah Provinsi DKI Jakarta merupakan sebuah kebijakan yang dilatarbelakangi dokumen legal dan kebijakan berikut ini: (1) RTRW DKI Jakarta 2010 (2) Studi Transportasi terkait (3) Rencana-rencana Pemerintah Daerah
Pada tahun 2014, kota Jakarta diprediksikan akan mengalami kemacetan total akibat pertumbuhan kendaraan tidak sebanding dengan pertumbuhan jalan. Untuk mengatasi masalah itu, sistem angkutan umum dipandang mampu menjadi tulang punggung sistem transportasi di wilayah DKI Jakarta dalam memberikan dukungan bagi aktivitas masyarakat. Berangkat dari dasar inilah, maka Pemda DKI Jakarta menyusun suatu Rencana Induk Transportasi bagi kota Jakarta, yaitu Pola Transportasi Makro. Dalam kebijakan transportasi makro ini Kawasan Dukuh Atas diarahkan menjadi kawasan transit intermoda bagi 3 basis moda transportasi (lihat Gambar III.1), yakni transportasi berbasis jalan, berbasis rel dan berbasis air. Dalam pelaksanaannya transit intermoda ini akan melibatkan 5 jenis moda transportasi yakni busway, MRT, monorail, Kereta/KRL (heavy rail) dan waterway. Selain itu terdapat pula moda transportasi mobil (travel X-Trans), taxi, dan bus umum.
57
Secara lebih rinci beberapa moda transit yang akan melewati kawasan ini antara lain (lihat Gambar III.2) (1) Busway : jurusan Blok M-Kota, jurusan Ragunan-Kuningan, jurusan Pulo Gadung Dukuh-Atas, (2) Bus Umum (3) Taksi (4) MRT jurusan Lebak-Bulus-Kota (5) Monorail green line-inner ring line (6) waterway (perahu) jurusan manggarai-karet tengsin) (7) Kereta Api (KRL): jurusan Bogor, Depok Lama, Depok baru, dan Bojong Gede, KRL jurusan Bekasi, KRL jurusan Serpong, KRL jurusan Tangerang, KRL jurusan Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Cengkareng (8) Travel X-Trans
DUKUH ATAS
Gambar III.1. Peta kawasan Dukuh Atas(lingkaran oranye) dan Jalur Moda Transportasi Umum 2010. sumber: overlayed map, reproduksi dari peta Dinas Perhubungan, Departemen Perhubungan, Jakarta Monorail dan Dinas Tata Kota DKI Jakarta
58
Gambar III.2 Jalur Kereta Bandara-Gambir. Sumber: Departemen Perhubungan RI
Dengan demikian kawasan dukuh atas akan menjadi kawasan transit yang sangat besar pengaruhnya bagi sistem pergerakan di DKI Jakarta, yang menghubungkan jalur transit yang bersifat lokal (busway), dengan jalur regional dan nasional (jalur-jalur komuter berbasis rel, stasiun gambir, dan Bandara Soekarno Hatta), dan jalur internasional (Bandara Internasional Soekarno hatta). Diprediksikan akan terjadi lonjakan demand pergerakan pada kawasan ini (lihat Gambar III.3) baik pergerakan yang ditimbulkan oleh bangkitan dan tarikan fungsi di kawasan Dukuh Atas, maupun pergerakan yang ditimbulkan adanya kegiatan transit. Oleh karena itu perencanaan sirkulasi pada kawasan amat sangat dibutuhkan untuk mencegah masalah konflik pergerakan yang diprediksikan.
III.1.2
Kawasan Unggulan Berbasis Ekonomi
Dalam perencanaan pengembangan kawasan unggulan Jakarta Pusat. Pemerintah Kotamadya Jakarta Pusat mengarahkan kawasan Dukuh Atas sebagai kawasan unggulan berbasis ekonomi di samping Tanah Abang. Hal ini tidak lepas dari peran strategis kawasan Dukuh Atas dalam kebijakan transportasi Makro sebagai
59
kawasan transit intermoda. Untuk itu, kawasan ini diproyeksikan menjadi kawasan dengan skala regional yang melayani Provinsi DKI Jakarta setingkat dengan kawasan Tanah Abang, Mangga dua (lihat Gambar III.3).
Gambar III.3 Jangkauan Pelayanan Kawasan Dukuh Atas Dan Peta DistrikDistrik Kompetitor , sumber: Wardhani dkk. Kuningan Interchange, RK-61W1.
Untuk itu pemerintah kotamadya Jakarta Pusat mengadakan Sayembara Perancangan Proposal Urban Design Guideline untuk Kawasan Dukuh Atas dengan salah satu tujuannya adalah meningkatkan fungsi dan potensi eksisting dalam kesatuan integrasi kawasan. Dengan tujuan tersebut diharapkan pengembangan ekonomi kawasan Dukuh Atas tetap mempertahankan karakter dan nilai historis kawasan yang telah ada seperti adanya pusat penjualan ikan hias dan jajanan khas indonesia.
III.2 Tautan Mikro Kawasan Dukuh Atas sendiri merupakan kawasan yang sangat strategis di daerah pusat perkembangan kegiatan ekonomi kota yakni pada pertemuan 2 pusat bisnis Sudirman-Thamrin dan Kuningan. Karakter kawasan ini menjadi sangat kuat dengan lokasinya yang berbatasan dengan daerah tepi air Banjir Kanal, dan kawasan konservasi Menteng. Sehingga kawasan ini memiliki potensi-potensi pengembangan kawasan peralihan transit utama, pusat aktivitas baru di Jakarta Pusat, dan kawasan wisata tepi air perkotaan
60
III.2.1
Kondisi Fisik Kawasan Dukuh Atas
Kawasan Dukuh Atas, merupakan bagian dari wilayah Jakarta Pusat. Kawasan yang direncanakan termasuk daerah pengaruh memiliki batas : Batas Utara
: Jalan Teluk Betung, Jalan M.H. Thamrin(arteri primer), Kompleks Widya Chandra
Batas Barat
: Jalan Tanjung Karang
Batas Timur
: Jalan Sumenep, Jembatan layang Kuningan
Batas Selatan : Jalan Jendral Sudhirman(arteri primer), Jalan Galunggung(arteri sekunder), Jalan Setiabudhi Utara 1 Luas
: 30,7 ha
Sedangkan daerah pengembangan memiliki batas-batas sebagai berikut: Batas Utara
: Jalan Teluk Betung, Jalan M.H. Thamrin, Kompleks Widya Chandra
Batas Barat
: Jalan Tanjung Karang
Batas Timur
: Jalan Sumenep, Jembatan layang Kuningan
Batas Selatan : Jalan Jendral Sudhirman, Jalan Galunggung, Jalan Setiabudhi Utara 1, Jalan Margono Djojohadikoesoemo. Luas Kawasan : 18,3 ha
Gambar III.4 Peta Daerah Pengaruh (kiri) dan Daerah Pengembangan (kanan)
Kawasan ini berada pada 2 daerah administratif yakni kotamadya Jakarta Pusat dan kotamadya Jakarta Selatan. Kedua daerah ini pun terbagi dalam 4 kelurahan dan 3 kecamatan yakni kelurahan Setiabuhi, kecamatan Setiabudhi; kelurahan
61
Menteng kecamatan Menteng; dan kelurahan Kebon Melati, serta kelurahan Karet Tengsin di kecamatan Tanah Abang. Kawasan memiliki KDB beragam antara 60%-75%, dan KLB antara 1,2 hingga 3.
Land Use Tata guna lahan (Land use) eksisting tidak begitu berbeda dengan landuse yang menjadi peruntukan kawsan pada RRTRW kecamatan Menteng (lihat Gambar III.5). Masing-masing fungsi dapat dijabarkan sebagai berikut: (1) Permukiman fungsi kawasan didominasi oleh fungsi permukiman dengan intensitas rendah. Sebagian permukiman ini merupakan bangunan konservasi tipe B yang harus dipertahankan wajah bangunannya. Permukiman ini adalah permukiman pada tepi Jalan teluk betung.
Gambar III.5 Land use Berdasarkan RRTRW Menteng
Gambar III.6 Permukiman di Dukuh Atas
62
(2) Komersial a. Deretan Ruko. Pada persinggungan dengan jalan Blora, dan Kendal terdapat fungsi komersial berupa deretan ruko yang pada malam hari berfungsi sebagai tempat hiburan malam bagi kelas menengah atas (Jalan Blora), dan fungsi-fungsi lainnya (Jalan Kendal)
Gambar III.7. Deretan Ruko Jalan Blora
b. deretan jajanan Pak kumis di bagian sebelah timur stasiun terdapat jajanan kios makanan dengan variasi lebel Pak Kumis. Mulai dari Coto Makasar Pak Kumis hingga Sate Pak Kumis. Umumnya lokasi ini menjadi destinasi makan siang bagi karyawan perkantoran yang berada di sekitar kawasan bundaran HI, Menteng dan Sudhirman
Gambar III.8 Jajanan Pak Kumis
63
c. Pasar ikan hias terdapat pasar ikan hias yang mengambil daerah bantaran sungai pada Jalan Sumenep. Pasar ini cukup sering dikunjungi karena merupakan salah satu pasar utama penjualan ikan hias disamping pasar ikan dan burung di kawasan melawai jakarta selatan.
Gambar III.9. Pasar Ikan Hias Sumenep
(3) Fasos dan Fasum a. Fasilitas Transit Stasiun Kereta Api Sudirman, Halte informal Dukuh Atas, Latuharhari dan Tosari, serta X-Trans Stasiun Sudirman dulunya dikenal dengan nama stasiun Dukuh Atas. Namun dengan berbagai citra negatif yang menempel pada nama ’Dukuh Atas’, stasiun ini pun dulunya dikenal sebagai stasiun yang dihindari 1 . Tingkat penjualan stasiun ini tidak dapat melampaui tingkat penjualan stasiun-stasiun lain di Jakarta. Hingga pada tahun 2003, nama stasiun ini dirubah menjadi Stasiun Sudirman.
Namun perubahan ini justru
meningkatkan daya jual stasiun terlebih lagi setelah dibukanya jalur Sudhirman - Serpong.
Stasiun ini merupakan stasiun yang berbentuk
elevated, dengan adanya mezanin pada level yang setara dengan Jembatan Sudirman.
1
Hasil Wawancara dengan Kepala Stasiun Sudhirman, Bapak Oktavian.
64
Gambar III.10. Stasiun Sudhirman, sumber: dokumentasi pribadi
b. Pasar Dukuh Atas Pasar ini menjual kebutuhan pokok dan bahan-bahan bangunan serta onderdil. Kondisi fisik pasar telah sangat menurun dengan beberapa fasilitas penerangan dan struktur bangunan yang rusak.
Gambar III.11 Pasar Dukuh Atas, sumber: dokumentasi pribadi
c. Balai serbaguna dan pelayanan jasa lingkungan Pada kawasan terdapat Gardu keamanan, Balai Serbaguna RW, dan Balai Pengobatan Yayasan Bakti Mulia
65
1
2
1
2
Gambar III.12 Fasilitas Pelayanan Umum Pendukung Lingkungan
Sirkulasi, dan Parkir Sirkulasi pada jalan-jalan utama masih didominasi oleh kendaraan bermotor, hal ini disebabkan belum tersedianya jalur pejalan kaki yang memadai di pinggir jalan-jalan utama tersebut. Sirkulasi pejalan kaki umumnya terkonsentrasi pada stasiun Sudirman dan daerah dalam kawasan pemukiman dukuh atas. Parkir umumnya menggunakan area parkir di tepi Jalan Kendal
Gambar III.13. Sirkulasi dan Transit, sumber: dokumentasi pribadi
Pada Kawasan Dukuh Atas teridentifikasi adanya beberapa jalan dengan tingkat pelayanan yang berpengaruh terhadap besar volume pengembangan, diantaranya: a. Jalan Blora. Jalan Blora memiliki spesifikasi sebagai berikut: Lebar jalan = 17.03 Jumlah lajur = 2 Jumlah arah = 2 Parkir onstreet = paralel dan seri Lebar efektif = 9.5 m
66
Gambar III.14 Potongan Jalan Tj. Karang, Jl. Thamrin, dan Jl. Blora. Sumber: analisa pribadi
b. Jalan Thamrin. Jalan Thamrin memiliki spesifikasi sebagai berikut: Lebar jalan = 17.51 Jumlah lajur = 5 Jumlah arah = 1 Parkir onstreet = tidak ada Lebar efektif = 17.51 c. Jalan Kendal. Jalan Kendal memiliki spesifikasi sebagai berikut: Lebar jalan = 6.5 Jumlah lajur = 2 Jumlah arah = 1 Parkir onstreet = seri Lebar efektif = 4 m d. Jalan Galunggung. Jalan Galunggung memiliki spesifikasi sebagai berikut: Lebar jalan = 6.15 Jumlah lajur = 2 Jumlah arah = 1 Parkir onstreet = tidak ada Lebar efektif = 6 m e. Jalan Purworejo. Jalan Purworejo memiliki spesifikasi sebagai berikut: Lebar jalan = 7 Jumlah lajur = 2 Jumlah arah = 1 Parkir onstreet = tidak ada Lebar efektif = 7 m
67
Gambar III.15 Potongan JalanKendal dan Jl. Galunggung. Sumber: analisa pribadi
Gambar III.16 Potongan Jalan Purworejo. Sumber: analisa pribadi
Hasil perhitungan lalu lintas (Traffic Counting) menunjukkan volume dari masing-masing jalan adalah sebagaimana dijelaskan dalam tabel III.1
68
Tabel III.1. Traffic Counting
Sumber: survey pribadi
Dengan mengetahu lebar jalan, lumlah lajur, dan jalur serta gangguan dari masing-masing jalan sebagaimana yang telah digambarkan di atas, besarnya kapasitas jalan dapat dihitung 2 (lihat tabel III.2). Kapasitas jalan ini akan digunakan dalam menghitung tingkat pelayanan jalan (lihat tabel III.3).
Tabel III.2. Kapasitas Jalan
Sumber: analisa pribadi
Tabel III.3. Tingkat Pelayanan Sebelum Pola Transportasi Makro (BRT)
Sumber: analisa pribadi
Pada kondisi eksisting, sebagian besar pergerakan pejalan kaki berada pada sumber pergerakan stasiun sudhirman, dan tujuan jalur pejalan kaki jalan Thamrin. Besar pergerakan mencapai 5000 orang/ jam (Gambar III.17) pada peak hour yaitu pukul 16.00-19.00 (staff stasiun sudhirman, Suratman, 2007). Sedangkan 2
Besarnya tingkat pelayananan jalan adalah perbandingan antara volume lalu lintas (bersatuan smp) dengan kapasitas jalan. Adapun kapasitas jalan adalah hasil perkalian antara rasio-rasio yang mewakili lebar jalan, jumlah lajur, jumlah arah, lebar efektif, dan jenis gangguan samping (lihat lampiran).
69
berdasarkan prediksi pergerakan pada pola transportasi makro yang dilakukan oleh Dinas Perhubungan, diperoleh data jumlah demand pergerakan transit kendaraan umum sebesar 20.000 pergerakan/jam (Gambar III.18), atau 333 pergerakan permenit. Dengan merencanakan kawasan Dukuh Atas sebagai kawasan intermoda diprediksikan akan terjadi pergantian moda transportasi antara titik.
Gambar III.17. Pergerakan Pejalan Kaki Eksisting. Sumber: analisa pribadi
Gambar III.18 Demand Pergerakan 2015 Berdasarkan Skenario Pola Transportasi Makro. Sumber: Dinas Perhubungan
70
Ruang Terbuka Hijau dan Vegetasi Diantara Ruang Terbuka Hijau (RTH) yang terdapat di dalam kawasan Dukuh Atas adalah taman kecil yang juga digunakan sebagai tempat pos jaga gardu dan penjualan tanaman hias.
Gambar III.19. Taman Pendukung Lingkungan, sumber: dokumentasi pribadi
Pada kawasan terdapat 2 daerah dengan vegetasi potensial untuk dipertahankan yakni vegetasi pada Jalan Kendal, dan Jalan Teluk Betung-Sumenep
Gambar III.20.Vegetasi di Jalan Kendal, sumber: dokumentasi pribadi
III.3
Kondisi Sosial Kawasan Dukuh Atas
Kawasan Dukuh Atas merupakan kawasan yang secara historis dikenal sebagai kawasan pusat hiburan malam. Terdapat dua buah segmentasi hiburan malam di kawasan dukuh atas ini (lihat Gambar III.21). Segmentasi pertama adalah kelas menengah ke atas yang terkonsentrasi di daerah Jalan Blora. Sedangkan segmentasi selanjutnya adalah kelas menengah bawah yang terkonsentrasi pada
71
daerah tepi rel kereta dan sepanang bantaran sungai 3 . Hal ini menyebabkan munculnya citra negatif bagi kawasan ini.
Gambar III.21 Tempat Hiburan Malam, sumber: dokumentasi pribadi
3
Hasil wawancara dengan Bapak Octriwansyah, Kepala Stasiun Kereta Api Sudhirman)
72