BAB III ANALISIS KAWASAN
3.1
Analisis Makro
3.1.1 Tinjauan Perkembangan Kawasan Stasiun Kawasan
stasiun
Bandung
sejak
akhir
abad
ke-19
telah
berkembangan sebagai kawasan komersial. Semenjak dibukanya jalur kereta api yang menghubungkan kota-kota di pulau Jawa sekitar tahun 1884, wilayah ini mengalami perkembangan yang signifikan. Pada jaman penjajahan Belanda, kota Bandung direncanakan sebagai ibu kota Hindia Belanda karena itu stasiun kereta api Bandung menjadi salah satu pusat pemberhentian yang penting. Berbagai kebutuhan penduduk Bandung didistribusikan dari banyak tempat melalui stasiun. Selain itu, sarana transportasi ini juga berperan dalam pengiriman barang-barang hasil petani di bumi Parahyangan ke tempat-tempat lain di pulau Jawa, salah satunya pelabuhan Tanjung Priok. Sebagai tempat penyimpanan sementara barang-barang yang akan dikirimkan ke berbagai tujuan dibangun fasilitas gudang di sekitar stasiun kereta api Bandung. (Kunto dalam Dani F., 1997)
Gambar 3.1 : Stasiun kereta api Bandung
Gambar 3.2 : Gudang barang
Perkembangan kawasan stasiun kereta api Bandung dipengaruhi oleh beberapa perubahan yang terjadi di sekitar kawasan ini. Perubahan tersebut antara lain, tahun 1886 stasiun bagian Selatan dibangun sebagai
40
pintu masuk utama. Kawasan stasiun bagian Selatan ini terdiri dari ruang terbuka berupa area hijau dan tempat menunggu delman (transportasi yang menggunakan kuda). Tahun 1905, fasilitas penginapan dibangun untuk memenuhi kebutuhan penumpang kereta api. Pada tahun yang sama dibuat jalur baru yaitu jalur Barat dan Timur menembus plasa stasiun. Tahun 1931, stasiun bagian Selatan mengalami perombakan menjadi stasiun yang lebih besar (penambahan hall). Pertumbuhan fungsi komersial di sekitar kawasan mendorong munculnya area pemukiman. (Kunto dalam Alvanov Z., 1998)
Gambar 3.3 : Stasiun setelah tahun 1887 Sumber : Blog tempodoeloe
Gambar 3.4 : Stasiun setelah tahun 1920 Sumber : www.bandungheritage.org
Gambar 3.5 : Stasiun tahun 1926 Sumber : Haryoto Kunto, 1984
Gambar 3.6 : Stasiun tahun 1931 Sumber : Haryoto Kunto, 1984
Tahun
1987,
penambahan
jalur
baru
berupa
jalur
Barat
mendorong pembangunan stasiun bagian Utara untuk melayaninya. Ruang terbuka di sebelah Utara diperuntukkan bagi plasa stasiun dan lahan parkir untuk calon penumpang Kereta, fungsi di sekitar Stasiun Utara didominasi oleh hunian. Pembangunan Stasiun Utara mendorong
41
hadirnya kegiatan komersial di kawasan Utara (Kunto dalam Alvanov Z., 1998). Kehadiran stasiun bagian Utara ini menjadi awal menurunnya peran kawasan stasiun bagian Selatan sebagai sebuah ruang publik. Hal ini terjadi karena pada perkembangannya stasiun bagian Utara menjadi pintu masuk utama. Gambar 3.7 : Stasiun bagian Utara Stasiun bagian Utara ini pada perkembangannya menjadi pintu masuk utama bagi penumpang kereta antar kota. Sedangkan stasiun bagian Selatan dimanfaatkan bagi penumpang “komuter”.
Tahun 1990, pembangunan terminal angkutan umum di area plasa (boulevard) Selatan telah mengganggu pencapaian dan orientasi dari jalan Kebon Jati menuju stasiun bagian Selatan. Parkir dan pedagang kaki lima yang kurang tertata ikut mengurangi peran kawasan sebagai sebuah ruang publik yang nyaman dan aman untuk ditempati serta digunakan oleh pengguna kawasan. Gambar 3.8 : Terminal angkutan umum Keberadaan terminal ini mengganggu orientasi menuju stasiun kereta api Bandung bagian Selatan dan mengakibatkan penurunan kualitas ruang publik (area boulevard).
Kehadiran kendaraan beroda empat (truk dan jenis mobil angkutan barang lain) menyebabkan semakin berkurangnya penggunaan kereta api sebagai alat distribusi barang. Perubahan tersebut menyebabkan
42
sebagian fasilitas gudang beralih fungsi menjadi toko (kebutuhan seharihari), fasilitas umum (toilet), grosir, serta bangunan terlantar.
Gambar 3.9 : Truk menggantikan kereta api sebagai alat angkut
Gambar 3.10 : Gudang barang yang terlantar.
3.1.2 Kecenderungan Perkembangan Kegiatan dan Perekonomian di sekitar Kawasan Stasiun Kereta Api Bandung
Kawasan Padat Penduduk
Stasiun Kereta Api Bandung
Peta 3.1 : Peta pemukiman penduduk Sumber : Departeman PU Kanwil Prop. Jawa Barat, 1999 Peta menunjukkan lokasi pemukiman penduduk di sekitar stasiun kereta api dan jalan utama yang menghubungkan kawasan-kawasan di kota Bandung.
43
Area pemukiman yang berada di sekitar kawasan stasiun kereta api Bandung menjadi magnet bagi perkembangan fasilitas perdagangan, perkantoran, dan jasa. Keragaman aktivitas yang ada menjadikan kawasan ini sebagai pusat kegiatan kota (central business district).
Gambar 3.11 & 3.12 : Perdagangan di sekitar stasiun
Peta 3.2 : Peta pembagian aktivitas Sumber : Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bandung Tahun 2013, 2007 Pusat kota muncul di lokasi yang berdekatan dengan moda transportasi massal berupa stasiun kereta api Bandung dan terminal angkutan kota untuk memudahkan perpindahan manusia dan barang. Kawasan ini berkembang menjadi pusat kegiatan yang didominasi oleh beragam aktivitas seperti komersial, perdagangan, jasa, sosial budaya dan perkantoran.
Selain tumbuhnya area pemukiman, keberadaan stasiun kereta api Bandung dan terminal sebagai fasilitas transportasi utama yang
44
menghubungkan kawasan pemukiman dengan kawasan pusat kegiatan juga menjadi pendorong perkembangan kawasan stasiun. Bertambahnya
ragam
kegiatan
yang
ada
menimbulkan
peningkatan kepadatan di kawasan stasiun kereta api Bandung. Hal ini selain membawa keuntungan berupa semakin beragamnya pengguna kawasan, juga mendatangkan permasalahan baru berupa kemacetan yang mengganggu kenyamanan dan keamanan.
Gambar 3.13 & 3.14: Kepadatan manusia dan kendaraan Kepadatan manusia dan kendaraan yang melewati kawasan stasiun kereta api Bandung telah menimbulkan masalah kemacetan. Hal ini mengakibatkan penurunan kualitas kenyamanan dan keamanan lingkungan.
Gambar 3.15 : Stasiun Kereta Api Bandung yang berada di jalan Statsion timur.
Gambar 3.16 : Terminal dalam dan antar kota yang berada di jalan Kebon Jati.
45
Peta 3.3 : Kawasan perdagangan di sekitar stasiun kereta api Bandung Sumber : Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bandung Tahun 2013, 2007 Di sekitar kawasan stasiun kereta api Bandung berkembang kegiatan perdagangan untuk memenuhi kebutuhan warga di pemukiman sekitarnya.
Perkembangan pemukiman di sekitar kawasan stasiun kereta api Bandung telah mendorong tumbuhnya kegiatan perdagangan yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan primer warga, contohnya pasar yang menjual bahan makanan dan pakaian. Hal ini muncul karena masyarakat cenderung memilih untuk berbelanja kebutuhan hidupnya di area perbelanjaan yang dekat dengan tempat mereka bermukim. Keberadaan stasiun kereta api Bandung dan terminal angkutan umum yang mempermudah sirkulasi barang dan manusia menjadi salah satu faktor pendorong tumbuhnya usaha ini.
46
Gambar 3.17 : Pasar yang menjual bahan makanan di sekitar stasiun
Gambar 3.18 : Pasar yang menjual pakaian di sekitar Stasiun
Stasiun kereta api Bandung
Peta 3.4 : Zona fungsi di kawasan stasiun kereta api Bandung Sumber : Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bandung Tahun 2013 Berdasarkan rencana tata ruang wilayah kota Bandung, kawasan stasiun kereta api Bandung diperuntukkan sebagai area perdagangan/komersial, jasa, pelayanan kesehatan, pemerintahan, serta pemukiman penduduk.
Berdasarkan rencana tata ruang kota Bandung tahun 2004-2013, area di sekitar stasiun kereta api Bandung dimanfaatkan untuk kegiatan perdagangan/komersial, jasa, pemerintahan, pelayanan kesehatan, dan pemukiman penduduk. Area stasiun kereta yang termasuk kawasan pusat kota memiliki potensi besar untuk dikembangkan sebagai pusat perdagangan/komersial karena lokasinya diapit oleh beragam fasilitas
47
publik dan perkantoran serta memiliki akses tinggi terhadap bagian lain kota.
3.1.3
Analisis Kawasan di sekitar Stasiun Kereta Api Bandung
3.1.3.1 Fungsi dan Aktivitas di Penggalan Jalan Kebon Jati Jalan Kebon Jati didominasi oleh deretan ruko yang menjual berbagai macam produk hasil ‘home industry’ (alat memasak tradisional, bunga, jam, bahan pembuat kue dan rokok), mainan, perlengkapan foto, kain, pakaian jadi, bahan bangunan, suku cadang kendaraan, makanan, obat, serta kebutuhan sehari-hari. Aktivitas komersial ini muncul karena dorongan yang timbul dari Pasar Baru (aktivitas ekonomi utama), stasiun kereta api Bandung, terminal, serta pemukiman penduduk. Selain kegiatan ekonomi, di jalan tersebut juga berlangsung kegiatan jasa seperti bank, klinik dokter, rumah sakit, hotel/penginapan, dan agen perjalanan. Aktivitas komersial dan jasa selain berfungsi melayani kebutuhan warga pemukiman di sekitar stasiun, juga berfungsi memenuhi kebutuhan penumpang kereta dan warga kota Bandung pada umumnya. Kegiatan komersial (perbelanjaan) dan jasa (kantor) berlangsung dari pukul sembilan pagi hingga pukul tujuh malam, sedangkan kegiatan komersial (rumah makan) berlangsung hampir selama dua puluh empat jam. Fasilitas
transportasi
berupa
stasiun
kereta
api
Bandung
beroperasi hampir selama dua puluh empat jam, sedangkan terminal angkutan kota beroperasi dari dini hari hingga sekitar pukul sebelas malam. Selain itu, juga terdapat aktivitas pendidikan yang berlangsung dari pukul tujuh pagi hingga lima sore hari. Aktivitas siswa yang berlangsung di penggalan jalan Kebon Jati cukup beragam, diantaranya berkumpul dan makan/minum di pinggiran jalan. Berdasarkan faktor-faktor di atas, maka aktivitas yang berlangsung di penggalan jalan Kebon Jati cukup beragam (komersial, jasa, pemukiman serta transportasi) dan berlangsung hampir selama dua puluh empat jam.
48
Peta 3.5 : Peta jalan Kebon Jati Sumber : Pengamatan pribadi
Keterangan gambar : Sekolah (4) Gereja (2) Toko material bangunan (11) Bangunan ruko kosong Toko suku cadang kendaraan (32) Printing, wartel dan foto copy (5) Sanggar seni/lukis (1) Hotel (1) Kantor (4) Apotik dan toko obat tradisional (4) Klinik dokter (3) Agen perjalanan (4) Toko makanan & minuman (resto) (15) Toko tekstil (6 toko & 2 pusat tekstil) Rumah sakit (1)
Stasiun radio amatir (1) Penginapan (4) Bank (1) Mesjid (1) Toko Pakaian/Grosir (6) Jasa potong rambut (2) Home industry (8) Toko kebutuhan harian (4)
49
3.1.3.2 Fungsi dan Aktivitas di Penggalan Jalan Statsion Timur dan Barat Aktivitas yang terjadi di penggalan jalan jalan Statsion Timur dan Barat
merupakan
respon
terhadap
hadirnya
fungsi
stasiun
dan
pemukiman penduduk. Pelaku aktivitas dapat dibagi menjadi beberapa kelompok yaitu kelompok warga sekitar, penumpang kereta, pedagang, dan pegawai.
1. Warga sekitar melakukan beragam aktivitas antara lain berdagang, berkumpul, mengasuh anak, dan bermain. Aktivitas berlangsung dari pagi hingga malam hari. 2. Penumpang kereta melakukan aktivitas seperti menunggu kendaraan umum,
berjalan
keluar-masuk
stasiun,
menunggu
kereta,
makan/minum, dan berbelanja oleh-oleh. Meskipun berlangsung dari pagi hingga malam hari, aktivitas ini tidak terjadi terus-menerus karena berhubungan dengan jam keberangkatan kereta. 3. Pedagang berjualan dari pagi hingga malam hari, ketika banyak warga atau penumpang kereta yang beraktivitas di jalan tersebut. 4. Pegawai grosir, gudang, dan jasa pengiriman melakukan bongkarmuat barang selama hampir dua puluh empat jam, ketika aktivitas stasiun berlangsung.
Gudang dan grosir dari berbagai macam produk seperti kain, pakaian, bahan makanan, bahan bangunan, hingga tempat menyimpan barang yang akan dikirim melalui kereta hadir akibat keberadaan stasiun kereta api Bandung. Sedangkan fasilitas komersial dan jasa seperti jasa pengiriman, rumah makan, toko kebutuhan sehari-hari, toilet umum, serta counter handphone muncul untuk memenuhi kebutuhan penumpang kereta. Selain itu, fasilitas komersial juga berfungsi untuk memenuhi kebutuhan hidup warga yang tinggal di pemukiman sekitar stasiun kereta api Bandung.
50
Peta 3.6 : Peta jalan Statsion Timur dan Barat Sumber : Pengamatan pribadi
Keterangan gambar : Grosir terigu (6) Mesjid (1) Rumah sakit (1) Usaha sparepart&komputer (1) Komplek komersial (1) Studio musik (1) Kantor PT KAI (8) Salon (1) Bengkel (1) Toko kebutuhan harian (12) Komplek toko tekstil (Bandung Textile Center) (1) Wartel (2) Home industry (gudang penyimpanan) (4) Counter Handphone (2) Praktik dokter (1) Rumah makan (14), toko kebutuhan harian (12), jasa pengiriman (6), counter handphone (2), toilet (1), dan yayasan tenaga kerja (3).
51
3.1.3.3 Fungsi dan Aktivitas di Penggalan Jalan Kebon Kawung Fasilitas yang berkembang di jalan Kebon Kawung merupakan respon terhadap munculnya beragam sarana transportasi seperti stasiun kereta api Bandung beserta segala fasilitas pendukungnya (wisma, pemesanan tiket, parkir, dan bengkel kereta), kantor dan bengkel bus DAMRI, serta pool taksi 4848. Banyaknya sarana transportasi di jalan Kebon Kawung menyebabkan tumbuh berbagai fasilitas pendukung berupa bengkel suku cadang, stasiun pengisian bahan bakar (SPBU), pemesanan tiket, serta jasa pengiriman paket. Keberadaan stasiun kereta api Bandung mendorong munculnya berbagai fasilitas untuk memenuhi kebutuhan penumpang kereta. Fasilitas yang tumbuh berupa hotel, rumah makan, toko oleh-oleh khas Bandung, counter handphone, serta toko penjual kebutuhan sehari-hari. Pada perkembangannya fasilitas komersial berfungsi bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan penumpang kereta saja, tetapi juga menjadi tujuan wisata belanja dan makan bagi warga kota maupun pengunjung dari luar kota. Aktivitas di jalan Kebon Kawung berlangsung dari pagi hari hingga malam hari terutama pada hari-hari libur ketika banyak pengunjung dari luar kota berdatangan ke kota Bandung. Aktivitas di jalan Kebon Kawung didominasi penumpang kereta pada waktu pagi hingga sore hari. Sedangkan sore hingga malam hari banyak bermunculan pedagang kaki lima (PKL) yang berjualan makanan dan minuman. Mereka mendirikan tenda di sepanjang trotoar jalan sehingga area ini berubah menjadi sebuah pusat jajanan.
52
Peta 3.7 : Peta Jalan Kebon Kawung Sumber : Pengamatan pribadi
Keterangan gambar : Toko obat tradisional (1) Rumah makan (20) Hotel/penginapan (3) Kantor (4) Bengkel dan suku cadang (16) Toko kebutuhan harian (4) Toko (pakaian, interior & automotif) (3) Jasa angkutan 4848 (1) Reservasi tiket KAI (1) Jasa pengiriman paket (3) Stasiun pengisian bahan bakar (SPBU) (1) Stasiun KAI (1) Kios Bengkel & suku cadang (16), rumah makan (20), pengiriman paket (3), toko optik (1), counter handphone (3), jasa jahit (1), agen penjual tiket/travel agency (1), toko kebutuhan harian (4)
53
3.1.3.4 Fungsi
dan
Aktivitas di
Penggalan
Jalan
HOS
Tjokroaminoto/Pasirkaliki Fungsi di penggalan jalan HOS Tjokroaminoto didominasi oleh fasilitas jasa dan perkantoran. Fasilitas jasa berupa klinik dokter, warung internet, biro periklanan, foto dan salon berfungsi untuk memenuhi kebutuhan warga pemukiman di sekitar stasiun. Sedangkan fasilitas jasa berupa hotel, biro pengiriman serta perjalanan berfungsi untuk memenuhi kebutuhan penumpang kereta. Kehadiran hotel, stasiun kereta api Bandung, serta pemukiman mendorong pertumbuhan beragam fasilitas komersial seperti ruko kebutuhan sehari-hari, rumah makan, bengkel, dan toko suku cadang kendaraan. Penggalan jalan ini merupakan salah satu akses jalan utama yang menghubungkan kota Bandung bagian Selatan (didominasi pemukiman dan perkantoran) dengan kota Bandung bagian Utara (didominasi oleh kegiatan komersial dan hiburan). Penggalan jalan ini sangat ramai dari segi
pergerakan
manusia
dan
kendaraan
sehingga
mendorong
tumbuhnya kompleks komersial berupa tempat hiburan, rumah makan, serta toko yang menjual berbagai barang. Salah
satu
kompleks
komersial
yang
cukup
besar
dan
berpengaruh adalah Pascal Hypersquare. Pascal hypersquare ini memiliki konsep
menggabungkan
fasilitas
komersial
dan
leisure
dengan
perkantoran. Fasilitas ini lokasinya sangat strategis karena berada di jalur jalan utama yang ramai dan berdekatan dengan fasilitas transportasi (kereta, bus, angkutan kota, dan taksi). Penggalan jalan Pasirkaliki didominasi aktivitas perkantoran, ruko, dan jasa dari pagi hingga sore hari. Sedangkan aktivitas hiburan, hotel dan rumah makan mendominasi dari sore hingga malam hari.
54
Peta 3.8 : Peta Jalan HOS Tjokroaminoto/Pasirkaliki Sumber : Pengamatan pribadi
Keterangan gambar : Klinik dokter (3) Jasa periklanan (1) Travel agency (1) Toko material bangunan (4) Jasa internet (1) Bangunan rumah/ruko (6) Jasa pengiriman paket (2) Toko suku cadang elektronik (1) Bangunan pembangkit listrik (1) Area komersial (2) Rumah makan (7) Sekolah (2) Gereja (1) Kantor (4)
Toko obat (2) Salon (1) Bengkel dan suku cadang (4) Grosir terigu (6) Toko kebutuhan harian (1) Hotel (3) Toko kebutuhan harian (1) Jasa foto (1) Grosir dan gudang (3)
55
3.1.3.5 Fungsi dan Aktivitas di Penggalan Jalan Otto Iskandardinata atau Pasar Baru Fungsi di penggalan jalan Otto Iskandardinata didominasi fasilitas ruko yang menjual berbagai macam produk, grosir (tekstil, kertas, pakaian, serta material bangunan), dan perkantoran (bank). Fasilitas komersial dan perkantoran muncul akibat pengaruh lokasi jalan Otto Isakandardinata yang berdekatan dengan pusat ekonomi yaitu Pasar Baru. Kehadiran pemukiman penduduk juga menjadi faktor penentu jenis fasilitas yang muncul. Toko yang menjual kebutuhan sehari-hari, rumah makan,
dan
usaha
rumahan
tumbuh
di
penggalan
jalan
Otto
Iskandardinata. Aktivitas di penggalan jalan Otto Iskandardinata berlangsung dari pagi hingga malam hari, yaitu selama kegiatan komersial dari ruko, grosir dan Pasar Baru berlangsung. Pada malam hari jalan dipenuhi oleh aktivitas warga pemukiman sekitar yaitu berbelanja, mencari makan, atau sekedar berkumpul yang dilakukan kelompok remaja. Jalan ini menjadi penghubung utama pergerakan manusia dari fasilitas perkantoran, hotel, serta pemukiman di sebelah Utara stasiun Bandung dengan fasilitas komersial yang berada di sebelah Selatan stasiun Bandung. Hal ini menyebabkan alur lalu-lintas pejalan kaki di jalan Otto Iskandardinata sangat ramai dan berlangsung dari pagi hingga malam hari. Jalur pedestrian di jalan Otto Iskandardinata juga dimanfaatkan sebagai tempat menunggu angkutan umum. Akibatnya jalur pedestrian berubah menjadi sebuah terminal bayangan. Aktivitas yang ditemui seperti menunggu penumpang, menunggu kendaraan umum, berjualan, dan makan/minum mendominasi jalan ini.
56
Peta 3.9 : Peta jalan Otto Iskandardinata/Pasar Baru Sumber : Pengamatan pribadi
Keterangan gambar : Kantor PT KAI (5) Fungsi campuran (toko kebutuhan keseharian (2), rumah makan (2), dan toko oleh-oleh (1)) Studio musik (1) Bengkel, toko suku cadang, penjual dan penyewaan komputer (3) Rumah makan (4) Toko perlengkapan sablon (1) Toko interior dan pernak-pernik (home industry) (5) Grosir pakaian (2) Toko material bangunan (5) Bank (1) Toko grosir kain dan pakaian (2) Toko grosir kertas (1) Toko alat-alat elektronik (1)
57
3.1.4 Keadaan Masyarakat dan Kegiatan Usaha di Kawasan Stasiun Bandung Berdasarkan rencana tata ruang dan wilayah kota Bandung tahun 2004-2013, kawasan stasiun Bandung termasuk ke dalam wilayah pengembangan Bojonegara dan menjadi bagian dari kecamatan Andir. Kecamatan Andir memiliki jumlah penduduk sebesar 85.484 jiwa dengan mayoritas
mata
pencaharian
pedagang
berjumlah
14.184
orang.
Kehidupan warga kecamatan Andir didominasi aktivitas berdagang karena sebagian besar warganya bekerja sebagai pedagang. Aktivitas perdagangan ini cukup berprospek, yaitu ditandai dengan banyaknya usaha mikro kecil menengah (UMKM) yang berhasil dan berkembang serta mampu menyerap banyak tenaga kerja. Kota Bandung yang terkenal sebagai tujuan wisata belanja dan makanan memiliki potensi besar untuk berkembang menjadi salah satu pusat kegiatan perdagangan. Tetapi hingga saat ini, perkembangan usaha UMKM di kecamatan Andir tidak dibarengi dengan tersedianya fasilitas yang mampu mewadahi usaha tersebut dengan baik. Lokasi tempat usaha yang tidak strategis dan terpisah antara masing-masing pedagang menyulitkan pemasaran serta promosi produk kepada warga Bandung atau wisatawan baik lokal maupun asing. Berdasarkan pertimbangan di atas, maka fasilitas yang dibuat dalam perancangan ruang publik di sekitar stasiun kereta api Bandung berfungsi untuk mewadahi kegiatan perdagangan tersebut. Lokasinya yang terletak di pusat kota (pusat kegiatan dan ekonomi) memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan sebagai pusat perdagangan. Selain itu, perkembangan kawasan stasiun kereta api Bandung sebagai area komersial sangat terasa akibat pengaruh Pasar Baru dan ruko-ruko yang tumbuh di kawasan tersebut.
58
3.1.5
Analisis Potensi Kawasan Stasiun Bandung
3.1.5.1 Potensi Berdasarkan Sejarah dan Perkembangan Kawasan
Peta 3.10 : Peta kota Bandung Sumber : Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bandung Tahun 2013, 2007
Berdasarkan sejarah, kawasan stasiun kereta api Bandung adalah pusat kota lama yang berdiri sejak tahun 1 April 1906. Kawasan ini mengalami perluasan yang dimulai pada jaman penjajahan Belanda pada 12 Oktober 1917. Selain itu, kawasan stasiun juga terus mengalami perkembangan terutama dalam jumlah penduduk yang tinggal di dalamnya. Kawasan stasiun kereta api Bandung merupakan bagian dari wilayah pengembangan Bojonegara yang terdiri dari beberapa kecamatan dengan tingkat kepadatan penduduk tinggi. Kecamatan tersebut antara lain Andir (251-300 Jiwa/Ha), Cicendo (151-200 Jiwa/Ha), Sumur Bandung (101-150 Jiwa/Ha), Regol (201-250 Jiwa/Ha), Astana Anyar (201-250 Jiwa/Ha), dan Bojongloa Kaleur (251-300 Jiwa/Ha).
Potensi berdasarkan data dan analisis : a. Kawasan memiliki nilai sejarah tinggi.
59
b. Penduduk Bandung memiliki ikatan dan memori yang kuat terhadap kawasan ini. c.
Kawasan stasiun kereta api Bandung membutuhkan fasilitas yang dapat memenuhi kebutuhan masyarakat di area pemukiman.
3.1.5.2 Potensi Berdasarkan Lokasi Kawasan
Peta 3.11 : Peta kota Bandung Sumber : Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Bandung Tahun 2013, 2007
Kawasan stasiun kereta api termasuk bagian dari pusat kota yang diperuntukkan sebagai area kegiatan komersial, perdagangan, dan sosial budaya. Keberadaan fasilitas pasar, grosir, retail, dan pertokoan baik besar maupun kecil menandakan bahwa kawasan ini merupakan area pusat perdagangan kota Bandung. Selain itu, kawasan stasiun kereta api Bandung juga berdekatan dengan pusat pemerintahan kota (PPK) dan fasilitas hiburan yang berada di sekitar alun-alun kota Bandung. Kawasan stasiun kereta api Bandung memiliki akses ke kawasan industri yang berada di kecamatan Cicendo. Akses ini berwujud jalan
60
kendaraan dan jalur kereta api yang menghubungkan dua daerah tersebut. Akses kendaraan yang melewati kawasan ini antara lain jalan arteri sekunder (jalan Kebon Jati), kolektor primer (jalan Pasir Kaliki), dan kolektor sekunder (jalan Otto Iskandardinata). Tersedianya beberapa fasilitas transportasi massal (stasiun kereta api, terminal angkuta kota, dan pool taksi) menyebabkan kawasan stasiun kereta api Bandung
menjadi area perlintasan bagi penduduk dari
berbagai bagian kota yang akan bekerja, bersekolah, berbelanja, berjualan, dan berekreasi di sekitar kawasan tersebut.
Potensi berdasarkan data dan analisis : 1. Memiliki akses dengan kawasan sekitarnya 2. Merupakan pusat ekonomi dan kegiatan yang penting di kota Bandung 3. Memiliki nilai ekonomis yang baik 4. Memiliki tingkat keramaian dan pergerakan yang tinggi 5. Merupakan area perlintasan menuju kawasan sekitarnya 6.
Merupakan area peralihan antar moda transportasi
7.
Menjadi area berkumpul berbagai aktivitas
3.1.5.3 Potensi Berdasarkan Rencana Pengembangan Kawasan Stasiun Berdasarkan rencana tata ruang dan wilayah kota Bandung tahun 2004-2013, perkantoran,
pada
beberapa
perdagangan,
kawasan serta
berupa
industri
akan
area
pemukiman,
dibangun
stasiun
pemberhentian dan terminal baru yang menghubungkannya dengan kawasan stasiun kereta api Bandung. Selain itu, rencana penambahan jaringan jalan berupa jalan kolektor primer dan pembuatan koridor jalan layang (Tol Pasir Kaliki-Kopo) melintasi kawasan stasiun Bandung merupakan bagian dari rencana pengembangan kota Bandung di masa yang akan datang.
61
Potensi berdasarkan data dan analisis : a. Kawasan
stasiun
dilalui
oleh
jaringan
jalan
utama
yang
menghubungkan bagian-bagian kota, sehingga menjadi lokasi yang strategis dan ramai. b. Kawasan stasiun menjadi semakin penting peranannya dalam jaringan transportasi kota. c.
Ragam dan jumlah pengguna kawasan bertambah akibat akses menuju kawasan stasiun Bandung menjadi lebih mudah dengan adanya pengembangan koridor jalan baru dan jalan layang.
3.1.5.4 Potensi Berdasarkan Fasilitas dan Pengguna Kawasan Stasiun Kawasan stasiun kereta api Bandung memiliki akses ke fasilitas rumah sakit berstandar internasional (rumah sakit Santosa) dan rumah sakit lainnya yang berada di kawasan tersebut. Selain itu, kawasan stasiun memiliki berbagai macam fasilitas penginapan yang muncul di sekitar stasiun kereta api Bandung. Fasilitas penginapan tumbuh untuk memenuhi kebutuhan penumpang kereta dan pengunjung kota Bandung yang berasal dari luar kota bahkan mancanegara. Mereka datang dengan tujuan untuk bekerja, berdagang, mengunjungi sanak keluarga, dan berwisata. Berdasarkan RTRW kota Bandung tahun 2004-2013, kebutuhan rumah tinggal dan lahan perumahan kota Bandung pada tahun 2008 dan 2013 khususnya di wilayah sekitar stasiun Bandung masih mengalami pertumbuhan. Hal ini menggambarkan bahwa jumlah warga yang tinggal di permukiman penduduk sekitar kawasan stasiun cenderung mengalami kenaikan.
Kebutuhan
pendidikan
dari
warga
permukiman
sekitar
mendorong munculnya fasilitas sekolah setingkat SMP dan SMU baik negeri maupun swasta (SMA Kristen BPPK, SMUN 4, SMU Pasundan 3 dan 7, SMUN 6, SMP pasundan 4) di kawasan stasiun. Selain itu, kegiatan pertunjukkan seni budaya tradisional sering diadakan di kecamatan Andir. Kegiatan ini berfungsi sebagai sarana komunikasi antar
62
warga serta mempromosikan kesenian daerah (sumber pemerintah kota Bandung, kecamatan Andir). Kecamatan Andir (termasuk kawasan stasiun kereta api Bandung) memiliki banyak pelaku usaha UMKM seperti rumah makan dan penghasil kerajinan tangan. Usaha yang cukup berkembang di sekitar kawasan stasiun kereta api Bandung antara lain Sate Hadori, Perkedel Bondon, Warung Laksana, Sari-Sari, Kartika Sari, Canary, rumah makan Ampera, dan masih banyak lagi. Selain usaha makanan dan kerajinan, pada kawasan stasiun juga bermunculan factory outlet yang menjual barang-barang sisa ekspor buatan dalam negeri. Faktor pendorong berkembangnya
usaha-usaha
tersebut
adalah
tingginya
jumlah
pengunjung kawasan stasiun yang berasal dari dalam maupun luar kota.
Potensi berdasarkan data dan analisis : 1. Memiliki pasar yang besar dan beragam karena letaknya berdekatan dengan fasilitas publik serta lingkungan pemukiman 2. Merupakan tempat promosi budaya dan pusat usaha bagi penduduk sekitar maupun kota Bandung pada umumnya 3. Dapat dijadikan area pengikat berbagai kegiatan dan fasilitas di sekitarnya 4. Dapat dijadikan pusat promosi barang hasil produksi lokal setempat maupun kota Bandung pada umumnya 5.
Memiliki komoditi (barang) khas yang dapat diperjual-belikan hasil dari produksi masyarakat setempat sehingga menarik datangnya pengunjung
6. Memiliki imej sebagai tempat wisata kuliner berupa makanan tradisional dan etnis tertentu
3.1.5.5 Potensi Berdasarkan Pengaruh Keberadaan Stasiun Kereta Api Bandung Masyarakat menggunakan kereta api untuk bepergian dengan alasan keamanan dan kenyamanan. Masyarakat menggunakan kereta
63
api dengan tujuan beragam antara lain bersekolah, bekerja, mengunjungi keluarga, dan liburan. Pengguna kereta api didominasi oleh kelompok pekerja
dan
pedagang.
Sebagian
besar
pengguna
kereta
api
menggunakan kendaraan umum atau berjalan kaki setelah tiba di stasiun untuk mencapai tempat yang ditujunya. Berdasarkan data dari tahun 2002 hingga 2003, PT KAI memperoleh kenaikan dalam jumlah pendapatan. Aktivitas penumpang kereta api berlangsung dari pukul tiga pagi hingga pukul sebelas malam. Puncak keramaian berlangsung pada pukul delapan pagi, pukul satu siang, pukul lima sore, dan pukul delapan malam.
Potensi berdasarkan data dan analisis : a. Merupakan tempat menunggu bagi penumpang kereta api b. Meningkatkan nilai ekonomi kawasan akibat tersedianya sarana transportasi massal c.
Tersedianya calon pengguna kawasan yang berasal dari penumpang kereta
d. Mendorong
munculnya
beragam
fasilitas
untuk
memfasilitasi
kebutuhan penumpang kereta yang beragam e. Menjadi tempat peralihan antar moda transportasi f.
Berlangsungnya aktivitas selama hampir satu hari penuh akibat kehadiran stasiun kereta api
3.1.5.6 Potensi Berdasarkan Peraturan dan Peruntukkan Kawasan Stasiun Kawasan stasiun Bandung termasuk kawasan cagar budaya yaitu area preservasi bangunan fisik dan konservasi lingkungan yang memiliki nilai historis serta budaya. Berdasarkan rencana tata ruang wilayah kota Bandung
tahun
2004-2013,
kawasan
disekitar
stasiun
Bandung
direncanakan sebagai area pariwisata, perdagangan, dan jasa. Kegiatan pariwisata yang diutamakan adalah wisata belanja.
64
Koefisien dasar bangunan (KDB) maksimum di kawasan pusat kota ditentukan berdasarkan jenis kegiatan yang diwadahi, antara lain fasilitas jasa (50%), perdagangan (70%), dan fasilitas sosial atau umum (50%) dari total luas lahan.
Potensi berdasarkan data dan analisis : 1. Bertambahnya keragaman aktivitas dan pengguna di kawasan stasiun 2. Dapat menjadi kawasan wisata sejarah (bangunan) dan budaya (kesenian) bagi pengunjung lokal maupun mancanegara 3. Dapat menarik perhatian investor (pemerintah dan privat) dengan direncanakannya kawasan ini sebagai area wisata 4. Memberikan kemungkinan dalam perancangan fasilitas baru untuk memiliki ruang terbuka bagi kepentingan publik dengan adanya peraturan KDB
3.1.5.7 Potensi Berdasarkan Kebutuhan Kawasan Stasiun Berdasarkan RTRW kota Bandung tahun 2004-2013, wilayah pengembangan Bojonegara (termasuk di dalamnya kawasan stasiun) membutuhkan tambahan fasilitas baru berupa langgar/mushola, pasar, toko, gedung pertunjukan dan taman. Selain itu, kawasan ini juga membutuhkan lahan parkir untuk menampung pengunjung stasiun kereta api Bandung dan fasilitas komersial di sekitarnya. Potensi berdasarkan data dan analisis : Kebutuhan terhadap fasilitas sosial, rekreasi, dan komersial baru di kawasan ini dapat mendorong terjadinya investasi
3.1.5.8 Potensi Berdasarkan Kegiatan yang Berlangsung di Kawasan Penumpang kereta banyak berkumpul di sekitar pintu masuk stasiun ketika menunggu kereta tiba. Aktivitas ini sangat terasa pada waktu terjadinya puncak keramaian atau akhir pekan (Sabtu dan Minggu).
65
Hal ini mengakibatkan munculnya pedagang kaki lima yang menjual makanan dan minuman di sekitar stasiun kereta api Bandung. Kawasan
sekitar
stasiun
dijadikan
tempat
berkumpul
dan
bersosialisasi antar warga sekitar. Kawasan ini juga dimanfaatkan sebagai tempat menunggu penumpang dan beristirahat bagi pengemudi bus pariwisata. Selain aktivitas penumpang kereta dan warga, pada kawasan ini berlangsungnya aktivitas komersial, jasa, sekolah dan perkantoran yang berlangsung dari pagi hingga malam.
Potensi berdasarkan data dan analisis : a. Menjadi tempat berkumpul dan bersosialisasi dari pengguna kawasan b. Menjadi tempat istirahat dan menunggu bagi pegguna kawasan c.
Dapat menjadi pusat orientasi dan pemersatu berbagai aktivitas yang berlangsung di sekitar kawasan
d. Kemungkinan penggunaan satu fasilitas secara bersama-sama sehingga dapat mengurangi biaya pemeliharaan e. Dapat dijadikan tempat penyelenggaraan berbagai acara seperti festival, bazar, serta pentas seni dan budaya yang dapat menarik massa f.
Kebutuhan terhadap fasilitas makan/minum yang nyaman
g. Kebutuhan
terhadap
tempat
menunggu
dan
fasilitas
yang
menyediakan kebutuhan penumpang dan pengemudi bus h. Kebutuhan
terhadap
fasilitas
yang
mendukung
kenyamanan
beraktivitas di dalam kawasan
66
3.2
Analisis Mikro
3.2.1 Tinjauan Stasiun Kereta Api Bandung Data pengguna fasilitas stasiun kereta api Bandung : Karakteristik Responden Berdasarkan Keperluan Jumlah Responden 100 orang
7% 12%
Keluarga 38%
3%
Bisnis Sekolah Liburan Lain-lain
40%
Grafik 3.1 : Hasil survai penumpang kereta berdasarkan tujuannya Sumber : Sanny Poerwa & Hendriek Hanie, 2005 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan Jumlah Responden 100 orang
5% 9%
23% Pegawai Negeri/BUMN Pegawai Swasta Wiraswasta Mahasiswa
18%
Pelajar
30%
Grafik 3.2 : Hasil survai penumpang kereta berdasarkan pekerjaannya Sumber : Sanny Poerwa & Hendriek Hanie, 2005
67