ANALISIS KAWASAN PERENCANAAN
perkebunan yang juga terdapat pada lahan yang cukup curam, sehingga kawasan prioritas ini secara umum rawan akan bencana longsor, sebab
BAB III
berada pada ketinggian antara 170-560 m. Selain itu, status lahan juga mendukung kondisi lingkungan, dimana kejelasan status tanah milik dengan status kepemilikan bangunan rumah juga harus diketahui kejelasannya.
3.1
Analisis Daya Dukung Fisik dan Lingkungan Daya dukung fisik dan lingkungan ini diharapkan dapat
3.2
Analisis Daerah Rawan Bencana
mengarahkan pemanfaatan lahan sesuai peruntukannya. Sehingga dalam
Secara umum kawasan prioritas ini merupakan daerah yang
hal ini pemanfaatan lahan baik pada kawasan budidaya dan kawasan
berpeluang paling besar mendapatkan bencana longsor, yang disebabkan
lindung harus jelas fungsi pemanfataannya. Selain itu, bukan hanya fungsi
ketinggian yang ada pada wilayah ini berkisar pada ketinggan 170-560 m.
penggunaan lahan yang diperhatikan, namun status lahan dan
Sehingga diperlukan keadaan siaga terhadap bencana tersebut, seperti
kemungkinan bencana alam yang dihadapi juga harus diperhatikan.
penghijauan (reboisasi) sepanjang aliran sungai serta penghijauan
Pemanfaatan kawasan budidaya seperti peruntukan permukiman dan
sepanjang jalan dan wilayah minim pohon, serta pengadaan sengkedan
sarana umum lainnya tidak lebih dari 5%, selebihnya merupakan
atau terasering dan pengadaan lubang biopori di setiap rumah tangga.
peruntukan lahan pertanian, perkebunan sebagai kegiatan utama masyarakat dalam memenuhi kebutuhannya serta peruntukan lahan hutan dan sungai yang harus dijaga kelestariannya. Kepadatan bangunan di zona ini tergolong rendah. Persentase ruang terbuka lebih besar dibandingkan dengan area yang terbangun. Dengan kondisi permukiman yang linear dan terdapat permukiman warga berada pada lahan yang curam. Begitupun kondisi lahan pertanian dan 29
Tabel 13. Analisis Daya Dukung Fisik dan Lingkungan Fungsi Lahan Kekuatan/Potensi Kelemahan/Masalah Jenis bangunan rumah Permukiman masyarakat sebagain berkembang tanpa besar masih bergaya memperhatikan etnis bugis-makassar GSB dan GSS (rumah panggung) Tidak tertatanya 267 unit kawasan ruang Terdapat lokasi yang terbuka publik dan dapat dikembangkan kawasan sejarah menjadi ruang yang ada terbuka publik Terdapat lokasi kawasan sejarah Sumber: Hasil analisis, 2013 3.3
Status Lahan Kekuatan/Potensi Kelemahan/Masalah Status lahan dan rumah Status lahan kawasan milik. sejarah secara turun menurun merupakan warisan sehingga mendorong masyarakat membangun permukiman didalam kawasan sejarah.
Analisis Ruang Terbuka Hijau Ruang terbuka hijau di kawasan perencanaan cukup banyak,
sebab ±95% merupakan lahan terbuka. Banyaknya potensu RTH di kawasan ini dapat dilihat berupa pekarangan warga, lahan perkebunan dan pertanian, lahan kosong, dan jalur hijau sepanjang sungai. Namun permasalahan yang ada saat ini adalah kurangnya kepedulian masyarakat dalam mengolah ruang terbuka di masing-masing bangunan rumah dengan menyisakan lahan untuk pekarangan. Banyak bangunan rumah yang memiliki pekarangan namun tidak hijau, sehingga tidak menciptakan citra kawasan hijau.
Bencana Alam Kekuatan/Potensi Kelemahan/Masalah Sungai yang berada di Kurangnya talud kaw. Ini berfungsi pada daerah miring sebagai penampung Kurangnya air terasering pada Banyaknya lahan pertanian pepohonan yang miring dapat mencegah Masih terjadi longsor penebangan pohon Sepanjang sungai liar. terdapat tanaman bambu sebagai pencegah longsor
Tabel 14. Analisis Ruang Terbuka Hijau Potensi Permasalahan Arahan Banyaknya lahan Peruntukan lahan Pengelompokan terbuka hijau seperti kebun, sawah peruntukan lahan dan hutan menyatu sehingga tidak terdapat pengelompokan lahan Terdapat lapangan Tidak difasilitasi oleh Penataan lapangan yang dapat dijadikan sarana penunjang sebagai ruang publik ruang publik lainnya Banyaknya rumah Tidak dilengkapi oleh Penataan pekarangan yang memiliki tumbuhan-tumbuhan rumah. pekarangan pekarangan Sumber: Hasil Analisis, 2013 30
Tersedianya Ruang terbuka Hijau Publik yang dapat dikenbangkan
Daerah Rawan Bencana Longsor
Gambar 18. Peta Analisis Ruang Terbuka Hijau Kaw. Prioritas
31
3.4
3.5
Analisis Sosial, Budaya
Analisis Kependudukan
Hubungan sosial masyarakat yang berada pada kawasan prioritas
Perkembangan kependudukan masyarakat yang berada pada
ini cukup erat yang dikarenakan saat ini hubungan kekeraban keluarga
kawasan prioritas ini sangat berpengaruh pada perkembangan kawasan
masyarakat sekitar masih sangat erat, serta kondisi budaya yang masih
nantinya, baik dari segi peruntukan lahan, pemanfaatan sarana dan
sangat dipelihara oleh masyarakat Onto yang berlandaskan agama Islam.
prasarana juga sangat mempengaruhi. Sehingga dibutuhkan analisis kependudukan berupa proyeksi penduduk, kualitas SDM yang ada, tingkat
Tabel 15. Analisis Sosial Budaya Kaw. Prioritas Potensi
Permasalahan
Tumbuhnya Masih kurangnya partisipasi organisasi dari kalangan generasi muda. generasi muda Karakter generasi muda yang penggerak berkembang kearah modern masyarakat yang bercampur pada karakter Onto tradisional yang memunculkan karakter sosial baru sehingga membutuhkan pengawasan. Budaya Balla Masyarakat yang memegang Tujua masih teguh adat ini terkadang sulit diwariskan menerima masukan dari luar sebeb mempertahankan kondisi adat Masih Kurangnya fasilitas dalam terlaksanakan kawasan sejarah tersebut serta acara adat informasi kemasyarakat luar tahunan balla masih sangat kurang tujua
Arahan Dukungan masyarakat setempat dan tokohtokoh adat dalam pengembangan generasi muda
Penataan kawasan sejarah dengan dukungan pemerintah dalam pengembangannya & melestarikan budaya yang dianggap baik dan dapat menjadi daya tarik.
kesejajteraan masyarakatnya. 1. Proyeksi Penduduk Jumlah penduduk yang berada pada kawasan prioritas ini ditahun 2013 sebanyak 1.573 jiwa. Pt = Po ( 1 + r ) n
Pt (2018) Pt (2018) Pt (2018)
- Po - r - n
= 1.573 jiwa = 0,040 =5
= 1.573 (1 + 0,04)5 = 1.573 . 1,22 = 1919 Pertambahan penduduk kawasan prioritas sampai pada tahun 2018 adalah sebesar 346 jiwa
Sumber: Hasil Analisis, 2013
32
2. Tingkat Kesejahteraan Masyarakat Tingkat kesejahteraan masyarakat yang bermukim pada kawasan prioritas dapat terlihat dari 9 indikator yang telah ditetapkan. Salah satu indikato rutama dalam klasifikasi kemiskinan ini adalah pekerjaan masyarakat yang akan mempengaruhi tingkat pendapatannya. Dari hasil yang telah didapatkan penduduk yang tergolong miskin dikawasan prioritas sebanyak 275 kepala keluarga dengan mayoritas pendapatan berada di
Tabel 16. Analisis Sosial-Kependudukan Kawasan Prioritas Faktor Internal (Kekuatan-Kelemahan) Perkembangan Sosial-Kependudukan (INTERNAL) Kependudukan (Penyebaran Penduduk) Perilaku Kelemahan/ Kekuatan/ Kelemahan/ Kekuatan/ potensi permasalahan potensi permasalahan ikatan/kekerabatan Hubungan sosial Memegang Pola hidup keluarga sangat kuat, nilai-nilai tidak sehat, kuat. berpengaruh budaya lokal Susahnya pada yang generasi Penduduknya pertumbuhan berlandaskan adalah suku asli muda rumah yang Islam bantaeng Onto bersosialisasi berdempetan dalam beda Perkumpulan Masih memegang kuat jika jenis, sebab kebudayaan Balla Masyarakat sulit mendapatkan terjadi masih Tujua saran dari luar acara/keg. memegang karena masih Kekerabatan adat Onto memengang yang kuat Kegiatan adat. yang Acara adat menunjukka masih sering n tradisi dilaksanakan budaya lokal Sikap ramah hanya terhadap terlihat pada orang luar acara adat tahunan
rendah, sehingga hasil yang didapatkan juga rendah. Oleh karena itu, dibutuhkan kegiatan dalam peningkatan SDM masyarakat.
FAKTOR INTERNAL Sumber: Hasil Analisis 2013
33
Tabel 17. Analisis Sosial-Kependudukan Kawasan Prioritas Faktor
3.6
Eksternal (Kesempatan-Hambatan) Perkembangan Sosial-Kependudukan (EKSTERNAL) Kependudukan (Penyebaran Perilaku Penduduk)
Prospek/ kesempatan -
Kendala/ hambatan
Prospek/ kesempatan
Tidak ada kebijakan/ manajemen hunian sehat didaerah dataran tinggi Tidak ada pengawasan terhadap pertumbuhan permukiman didaerah ketinggian curam
Budaya kumpul bersama kuat, mudah disertakan dalam menerapkan kebijakan kualitas lingkungan.
Kendala/ hambatan Tidak ada dukungan kebijakan untuk menyusun rencana permukiman dan paket wisata sejarah balla tujua
Analisis Pertumbuhan Ekonomi Secara umum mata pencaharian utama masyarakat yang berada
pada kawasan prioritas adalah berprofesi sebagai petani garapan yang dimana
pendapatan
masyarakat
tersebut
tidak
ditunjang
oleh
pertumbuhan ekonomi lainnya diberbagai sektor, sehingga pendapatan masyarakat sangat rendah yang menyebabkan jumlah KK Miskin di kawasan ini cukup besar. Kegiatan yang menunjang pertumbuhan ekonomi masyarakat adalah sebagian masyarakat hanya membangun warung rumahan sebagai tambahan pendapatan, selain itu kegaiatan industri rumah tangga lainnya belum dikembangkan.
FAKTOR EKSTERNAL Sumber: Hasil Analisis, 2013 Usaha rumah tangga berupa warung yang berada pada bangunan rumah masyarakat, sebagai salah satu penambah pendapatan masyarakat.
34
. Tabel 18. Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kawasan Prioritas Faktor Internal (Kekuatan-Kelemahan) Prospek Pertumbuhan Ekonomi Kegiatan usaha (pekerjaan) masyarakat Investasi pembangunan Kelemahan/ Kekuatan/ Kelemahan/ Kekuatan/ potensi permasalahan potensi permasalahan
pendorong perkembangan perekonomian berupa pertanian/perkeb unan, peternakan dan wisata sejarah Secara umum, mata pencaharian utama penduduk adalah petani Pendapatan masyarakat tergolong sangat rendah
kurangnya Kawasan kurangnya kemampuan sejarah dapat prasarana masyarakat dikembangkan pendukung untuk menjadi sektor mengembang kawasan pusat pertanian kan sektor wisata sejarah antara lain; yang ada dan adat 12 jalan tani, dan mengolah Masih irigasi hasil tersedianya kurang pertanian ruang lahan tertatanya dalam Tanaman kaw. sejarah pengembangan tidak adanya perkebunan pertanian khususnya pengetahuan ubi,labu dan Kawasan dalam pisang tidak prioritas mengembang sebagai daerah kan berbasis hasil percontohan produksi bahan baku sebab tidak hasil pertanian perkebunan diolah (ubi, labu, dan serrai menjadi pisang) makanan olahan rumah tangga
Sumber: Hasil Analisis, 2013
Tabel 19. Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kawasan Prioritas Faktor Internal (Kesempatan-Hambatan) Prospek Pertumbuhan Ekonomi Kegiatan usaha (pekerjaan) masyarakat Investasi pembangunan
Prospek/ kesempatan
Kendala/ hambatan
Potensi perkebunan serrai banyak diminati oleh petani luar Potensi sejarah sebagai perkembangan pusat wisata sejarah Potensi home industri yang ada dapat dikembangkan
Tidak ada kebijakan yang mendukung kegiatan perkebunan serrai Kurangnya dukungan sarana dan prasarana fisik yang dapat meningkatkan produktivitas Kurangnnya dorongan dari pemerintah dalam upaya penyelenggara an kegiatan usaha
Prospek/ kesempatan
Kendala/ hambatan
Masih Tidak ada tersediannya investasi untuk ruang untuk pengembangan pengembanga penjualan hasil n kegiatan pertanian dan perekonomian, perkebunan khusunya serta kerajinan usaha rumahan rumahan. Belum tersediaanya Jalan utama yang melintasi prasarana kawasan pendukung prioritas kegiatan mendukung pertanian dan kegiatan wisata sejarah perekonomian. Kurangnya Keunikan sarana dan karakteristik prasarana rumah pendukung hasil panggung pertanian untuk (pasar) pengembangan sektor pariwisata sejarah
Sumber: Hasil Analisis, 2013
35
3.7
Analisis Permukiman
kawasan ini di dominasi oleh lahan terbuka hijau (pertanian,
1. Pola Permukiman
perkebunan).
Pola perumahan di kawasan prioritas termasuk pola permukiman linear. Hal ini terlihat dari arah pertumbuhannya yang mengikuti jalan-
3. Garis Sempadan Bangunan Garis sempadan bangunan pada kawasan prioritas berbeda-beda.
jalan utama dan lingkungan.
Terdapat Rumah yang dimana jarak antara bangunan dan garis jalan 0-1
2. KDB dan Kepadatan Bangunan
m, namun tedapat pula garis sempadan bangunan yang mencapai 3-5 m.
Koefisien Dasar Bangunan (KDB) merupakan perbandingan luas lahan terbangun dengan luas lahan keseluruhan peruntukan yang dinyatakan dalam persen (%). KDB di kawasan prioritas dapat dilihat pada
Jarak bangunan ke bahu jalan 0-1 m
tabel berikut: Tabel 20. Kepadatan & KDB Kaw. Prioritas RW Total
Jumlah Rumah 346
Kepadatan rata-rata Bangunan 2
KDB Rata-rata 55
Ket. Sedang
Sumber: Hasil Analisis, 2013
KDB yang terdapat di kawasan prioritas jika dihubungkan dengan standar perumahan dan permukiman, KDB di kawasan prioritas Kelurahan Onto tergolong tinggi. Tingkat kepadatan bangunan di kawasan prioritas yaitu 2 bangunan/ ha, jika dihubungkan dengan parameter diatas maka tingkat
Jarak bangunan ke bahu jalan 3-5 m 4. Model Bangunan Salah satu potensi model bangunan pada kawasan ini adalah masyarakat masih mempertahankan jenis bangunan berkarateristik adat bugis makassar (rumah panggung), namun saat ini dengan potensi yang ada, masyarakat tidak mendukungnya dengan pola hidup rumah sehat.
kepadatan bangunan di kawasan prioritas sangat rendah. Sebab pada 36
3.8
Analisis Kebutuhan Sarana
5.
Kebutuhan sarana umum di kawasan prioritas ini merupakan fasilitas-fasilitas penunjang dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat sekitar. Dalam tabel analisis di bawah terlihat bahwa terdapat sarana umum yang telah mencukupi namun untuk kondisi bangunannya masih kurang memadai (Taman Kanak-kanak) sehingga dibutuhkan peningkatan kualitas sarana tersebut, dan masih terdapat pula kebutuhan sarana yang tidak terpenuhi dikawasan ini.
1.
2.
3.
4.
Ketersediaan sarana (unit) tahun 2013 Terbangun
Standar
2
1
1250
Mencukupi Namun tidak dalam kondisi baik
1 1 -
1 1 -
1600 4800 4800
Mencukupi Mencukupi -
6
1
2500
Mencukupi
Pemerintahan a.Kantor lurah
-
-
-
Mencukupi
Perdagangan a. Warung b. Pertokoan
-
250 6000
Mencukupi
-
Pendidikan a. TK
b. SD c. SMP d. SMA Peribadatan a. Mesjid
penambahan mencukupi
2500 30000 2500
Mencukupi
Sumber: Hasil Analisis, 2013
Kekuatan/ potensi
Jumlah penduduk pendukung
Uraian
500 30000 5000
Tabel 22. Analisis Potensi Dan Masalah Kebutuhan Sarana
Tabel 21. Analisis Kebutuhan Sarana Kaw. Prioritas No
6.
Kesehatan a.Posyandu 3 b. Pustu 1 c. Tempat praktek d. Klinik Ruang Terbuka, Olahraga Dan Rekreasi a.Taman main b. Lapangan 1 0 c. Balai pertemuan
Keterangan
Kelemahan/ permasalahan
Kawasan prioritas Sarana pendidikan berupa TK terdaat sarana tidak dalam kondisi baik pendidikan TK, SD (permanen) dan lahan masih dan SMP yang menumpang pada bangunan memenuhi rumah masyarakat kebutuhan anak usia sekolah Sara peribdatan telah tercukupi jika dilihat dari jumlah penduduknya, namun melihat Sarana peribadatan berupa masjid sudah kondisi permukiman yang tersedia dimasingterpencar menjadikan wilayah masing RW tertentu membutuhkan penambahan mesjid
Prospek/ kesempatan
Kendala/ hambatan
Merupkan pusat sarana pendidikan
Aksesibilitas dalam menuju sarana umum tersebut tidak memadai
Terdapat lapangan Tidak terfasilitasinya sarana yang dapat dijadikan posyandu, sehingga banyak pusat ruang publik balita tidak memperoleh imunisasi dengan baik
Sumber: Hasil analisis, 2013 37
3.9
Analisis Kebutuhan Prasarana
1. Air Bersih
Analisis:
Pemenuhan akan air bersih pada kawasan perencanaan sebagian besar bersumber dari mata air terlindung yang di integritaskan melalui jaringan perpipaan. Namun saja hal ini mengalami beberapa kendala dan masalah yang disebabkan tidak seluruh masyarakat mendapatkan kebutuhan air bersih dengan baik.
Jika dilihat dari sumber mata air yang ada, kebutuhan akan air bersih dimasing-masing rumah dapat terpenuhi, hanya saja sistem perpipaan yang ada kurang baik, serta kesadaran masyarakat dalam mengelola sistem perpipaan tersebut masih kurang serta tidak adanya alat pengontor penggunaan air bersih seperti meteran ataupun kran air, sehingga wilayah bawah seperti RW 8 tidak memperoleh air bersih dengan baik.
Tabel 23. Analisis Kebutuhan Air Bersih Kaw. Prioritas Fasilitas
Kebutuhan Standar (Liter/hari)
Kawasan Prioritas air Bersih 2013
air Bersih 2018
94.380 ltr 10.000 ltr
115.140 ltr 10.000 ltr
20.000 ltr
20.000 ltr
Peribadatan
60 ltr/jiwa/hr 10.000 ltr/unit/hr 1.000 ltr/unit/hr Mesjid 3.500
21.000 ltr
24.500 ltr
Kantor Desa TK
1.000 ltr/hr 400 ltr/unit
800 ltr
800 ltr
SD
7200 ltr/unit
7200 ltr
7200 ltr
10.800 ltr/unit
10.800 ltr
10.800 ltr
164.180 ltr
188.440 ltr
Permukiman Kesehatan (Pustu)* MCK*
2. Jaringan Listrik Pemanfaatan sumber penerangan pada kawasan prioritas 100% tidak terlayani oleh jaringan listrik PLN. Sehingga sebagian besar masyarakat menggunakan system penarangan illegal (sambungan dari rumah kerumah), dan sebagian lagi menggunakan penerangan dari PLTA
SMP
Jumlah Kebutuhan Air Bersih (liter)
dan pelita.
Sumber: Hasil Anaisis, 2013
38
Tabel 24. Analisis Jaringan Listrik Kaw. Prioritas
sampah 3.190 l/hari, sehingga penanggulangan timbulan sampah tersebut membutuhkan sarana persampahan berupa tempat sampah
Pada Kawasan Prioritas Fasilitas
Standar
Permukiman Pustu Fasilitas Umum
450 VA/watt 2.500 VA/watt 20 % dari kebutuhan rumah tangga Penerangan 10 % dari Jalan kebutuhan rumah tangga Kantor Desa 2.500 VA/watt Jumlah Kebutuhan Energi Listrik
Jumlah kebutuhan 2013 138.150 VA/watt 2.500 VA/watt 27.630 VA/watt
Jumlah kebutuhan 2018 172.800 VA/watt 2.500 VA/watt 34.560 VA/watt
13.815 VA/watt
17.280 VA/watt
182.095 VA/watt
227.140 VA/watt
sumber: hasil analisis, 2013 Saat ini, masyarakat yang berada di kawasan prioritas telah memanfaatkan listrik tenaga air, sehingga diharapkan kedepannya pemanfaatan listrik tenaga air ini dapat dikembangkan jika pemenuhan akan listrik PLN tidak terpenuhi.
3. Persampahan Sistem persampahan yang dilakukan masyarakat pada kawasan prioritas masih dilakukan secara tradisional, dimana masyarakat masih membuang sampah pada lahan-lahan kosong yang berada di sekitar
permenen yang mampu melayani masing-masing lingkungan yang didukung oleh pemisahan tempat sampah dimasing-masing ruumah tangga. Tabel 25. Analisis Prasarana Persampahan Kaw. Prioritas Masalah Analisis Arahan Tidak Kesadaran masyarakat Pemanfaatan terdapatnya masih kurang dikarenakan lubang biopori sarana tempat masih terdapatnya lahan Pembuatan sarana sampah kosong yang dapat tempat sampah komunal digunakan untuk komunal membuang sampah Pengelolaan Masyarakat sembarangan serta tidak tidak sampah basah adanya fasilitas TPS memisahkan menjadi pupuk dimasing-masing sampahnya organik lingkungan Tidak Masyarakat memilah terlayaninya sampah dimasing-masing pengangkutan rumah tangga yang sampah kemudian sampah dikumpulkan di tempat sampah masing-masing ataupun membawa pada TPS dan sampah diangkut oleh petugas kebersihan Sumber: Hasil Analisis, 2013
rumah. Dengan jumlah penduduk 1.595 jiwa dengan jumlah timbulan 39
5. Jamban Pribadi dan MCK umum
6. Jembatan
Secara umum pemanfaatan jamban pribadi kawasan prioritas
Sarana jembatan yang ada sebagai penghubung antara satu
masih jauh dari standar kebutuhan. Sebab, hanya sekitar 31,5% rumah
aktifitas ruas jalan ke aktifitas lainnya. Namun saat ini terdapat 1 unit
tangga yang mempunyai jamban pribadi atau sebanyak 109 rumah dari
jembatan yang dalam kondisi rusak berat (terputus) sehingga
346 bangunan rumah yanga ada. Sedangkan yang memanfaatkan septik
menghambat aksesibilitas masyarakat. Sehingga arahan pengembangan
tank diantara 109 rumah tersebut hanya 87 rumah tangga menggunakan
yang diharapkan adalah penataan jembatan rusak.
sistem septik tank, sedangkan yang tidak memiliki jamban pribadi lebih memilih BABS pada lahan perkebunan ataupun saluran drainase. Saat ini pemenuhan akan MCK umum di kawasan prioritas sebanyak 20 unit dan diantara 3 unit yang ada sudah tidak berfungsi lagi, dikarenakan pemeliharaan dari masyarakat yang sangat kurang.
Tabel 26. Analisis Jamban Pribadi dan MCK Umum Masalah Analisis Masyarakat Setiap rumah tangga masih BABS memiliki jamban pribadi (perkebunan, dengan menggunakan drainse) sistem septik tank Terdapat MCK Setiap MCK yang ada umum yang dilengkapi oleh sistem air sudah tidak bersih yang baik serta berfungsi pemeliharaan oleh masyarakat akan penggunaan MCK
Arahan Pengadaan jamban pribadi/umum ataupun pengadaan MCK pada lokasilokasi strategis.
Tabel 27. Analisis Jembatan Kaw. Prioritas Masalah Jembatan putus/rusak berat sehingga tidak dapat berfungsi lagi sebagai penghubung kegiatan masyarakat
Analisis Arahan Jembatan yang ada harus Perbaikan kualitas mampu mengaksesibilitas jembatan yang ada kegiatan masyarakat dengan baik, sehingga dapat dengan mudah mencapai tujuan kegiatan.
Sumber: Hasil Analisis, 2013
Sumber: Hasil Analisis, 2013 40
7. Drainase dan SPAL Saluran drainase pada kawasan prioritas masih kurang memadai, hal ini dilihat dari banyaknya ruas-ruas jalan yang tidak terintegrasi oleh saluran drainase serta adanya drainase yang masih tidak berfungsi dikarenakan kondisi yang tidak terhubung. Sedangkan untuk kondisi SPAL di kawasan perencanaan 100% rumaah tangga tidak mengintegrasikan pembuangan limbah rumah tangganya ke saluran drainase. Masyarakat hanya memanfaatkan lahan kosong dibelakang rumah masing-masing sebagai tempat pembuangan limbah rumah tangganya.
8. Jaringan Jalan Jaringan jalan pada kawasan prioritas terdiri dari fungsi jalan arteri, lingkungan dan jalan setapak dan terdiri dari jalan yang terintegrasi dan terdapat pula jalan yang tdiak terintegrasi. Kebutuhan akan panjang jalan pada kawasan ini telah terpenuhi, hanya saja yang menghambat aksesibilitas masyarakat pada berada pada kawasan ini adalah kualitas jalan yang sangat buruk. Sebab, sebesar 87,7% kondisi jalan di kawasan ini rusak berat. Oleh karena itu dibutuhkan peningkatan kualitas jalan baik pada status jalan arteri, lingkungan maupun jalan setapak.
Tabel 28. Analisis Drainase dan SPAL Masalah Analisis Arahan Terdapat Setiap rusa jalan yang ada Peningkatan drainase terpenuhi akan kualitas drainase dengan kondisi penyediaan drainase dengan tersumbat sesuai fungsi jalan yang membersihkan ada. drainase yang Terdapat tersumbat serta saluran Setiap rumah tangga pengadaan drainase yang menggunakan SPAL yang penyambungan terputus terintegrasi ke saluran drainase yang tidak drainase Masyarakat terintegrasi. tidak Pengadaan SPAL menggunakan disetiap rumah SPAL ke tangga drainase Sumber: Hasil Analisis, 2013 41
Tabel 29. Analisis Jaringan Jalan Kaw. Prioritas
Jalan Pukkulu 1
3,5 m
Sempadan Bangunan 1-3 m
Jalan Pukkulu 2
3m
1-2 m
Material batu (rusak berat)
Jalan Poros JambuaGamacayya
3,5 m
0-2 m
Material aspel (kondisi baik-rusak sedang)
Jalan Ling. Jambua
2m
0,5-2 m
Material rabat beton (rusak sedang)
Nama Jalan
Pot. Jalan
Lebar
Ket. Material aspal (rusak berat)
Analisis Jalan arteri yang menghubungkan antara lingkungan ini dalam kondisi rusak berat, sehingga menghambat aksesibilitas masyarakat Sekitar jalan di dominasi oleh permukiman dan lahan perkebunan Tidak terdapat jalur hijau Arahan: Peningkatan kualitas jalan dengan elemen pelengkap prasarana jalan (jalur hijau, lampu jalan) Kondisi jalan dalam kondisi rusak berat, serta tidak terhubung ke lingkungan sebelah, sebab penghubung jembatan rusak berat Sekitar jalan di dominasi oleh sebagian permukiman dan lahan perkebunan Tidak terdapat jalur hijau Arahan: Peningkatan kualitas jalan dengan elemen pelengkap prasarana jalan (jalur hijau, lampu jalan) Tarikan lalu lintas tinggi, sebab merupakan jalan penghubung antara 1 desa ke desa lain. Sekitar jalan di dominasi oleh permukiman dan lahan perkebunan Tidak terdapat jalur hijau Arahan: Peningkatan kualitas jalan dengan elemen pelengkap prasarana jalan (jalur hijau, lampu jalan) Sekitar jalan di dominasi oleh permukiman dan sarana umum sekolah Tidak terdapat jalur hijau Arahan: Peningkatan kualitas jalan dan jalur hijau
42
Jalan Setapak Jambua
3m
1-2 m
Material tanah (rusak sedang)
Sekitar jalan di dominasi oleh permukiman Tidak terdapat jalur hijau Arahan: Peningkatan kualitas jalan dan jalur hijau
Jalan. Balla Tujua
3,5
0-2 m
Material aspel (rusak berat)
Jalan Ling. Balla Tujua
3m
-
Material tanah (rusak berat)
Kondisi jalan rusak berat Sekitar jalan di dominasi oleh permukiman dan lahan perkebunan Tidak terdapat jalur hijau Arahan: Peningkatan kualitas jalan dengan elemen pelengkap prasarana jalan (jalur hijau, lampu jalan) Jalan lingkungan dalam kondisi rusak berat Sekitar jalan di dominasi oleh lahan pertanian dan perkebunan
Jalan Ling. Gamacayya
3m
0-2 m
Material aspal (rusak berat)
Arahan: Peningkatan kualitas jalan
Jalan lingkungan dalam kondisi rusak berat Sekitar jalan di dominasi oleh permukiman dan lahan perkebunan Arahan: Peningkatan kualitas jalan dengan elemen pelengkap prasarana jalan drainase
Jalan Barakassi
3m
1-3 m
Material aspal bebatuan (rusak berat)
Kondisi jalan rusak berat Sekitar jalan di dominasi oleh permukiman dan lahan perkebunan dan pertanian Arahan: Peningkatan kualitas jalan dan elemen lampu jalan
Sumber: Hasil analisis, 2013
43
Tabel 30. Analisis Kondisi Prasarana Kawasan Prioritas Jenis Prasarana
Kekuatan/ potensi
Kelemahan/ permasalahan
Air Bersih
Terdapat sumber mata air di Gamacayya dan Balla Tujua
Terlayaninya akan sistem meteran air dan kran sebagai pengontor penggunaan air bersih
Belum adanya program pengadaan meteran air.
Listrik
Terdapat wilayah yang memanfaatkan listrik tenaga air
System perpipaan yang tidak dikelola dengan baik. Terdapat masyarakat yang tidak sadar akan pemanfaatan air bersih Tidak terdapat alat pengontrol penggunaan air bersih (meteran dan kran air) Tidak terlayani jaringan listrik PLN sehingga masih terdapat rumah yang tidak memiliki sumber penarangan serta banyaknya masyarakat yang menggunakan listrik PLN ilegal. Tidak adanya fasilitas rambu-rambu jalan
Pengadaan mesin PLTA dan alternatif penerangan lainnya dengan daya besar
Sosialisasi akan penghematan listrik
Tidak terdapatnya sarana tempat sampah komunal Masyarakat tidak memisahkan sampahnya Tidak terlayaninya pengangkutan sampah Masih banyaknya rumah yang tidak memiliki jamban pribadi yang menggunakan septik tank (237 rmh) Masyarakat masih BABS Setiap rumah tangga tidak memiliki saluran pembuangan air limbah yang diintegrasikan ke saluran drainase
Sosialisasi dan pelatihan dalam mendaur ulang sampah
Belum adanya program pengangkutan sampah
Memperoleh program percepatan pembangunan jamban
Pengetahuan hidup sehat dan belum adanya program pengadaan septik tank komunal
Sanitasi Lingkungan Persampahan
Jamban
SPAL
Lahan yang cukup banyak dalam pengelolaan sarana persampahan (tempat sampah)
Prospek/ kesempatan
Kendala/ hambatan
44
Drainase
Telah memiliki jaringan drainase
Telah memiliki jaringan drainase, namun di beberapa tempat saluran drainase yang ada menyempit, konstruksi yang salah dan tersumbat serta terdapat jaringan drainase yang terputus
Jembatan
Terdapat sarana penghubung jembatan
Kondisi jembatan rusak parah
Jalan
Ketersediaan prasarana jalan utama yang terintegrasi Jaringan jalan mengikuti topografi kawasan.
Kenyamanan pengguna jalan terganggu diakibatkan kondisi jalan utama rusak besar (7.158 m) Masih terdapat jalan lingkungan dengan material tanah (896 m)
Prasarana jalan yang tersedia belum memenuhi ukuran standar
Sumber: Hasil Analisis, 2013
45