BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Waktu pengumpulan untuk penelitian dan pengolahan data dilakukan mulai bulan Oktober sampai Desember 2013. Penelitian ini dilakukan di Kota Tangerang Selatan, dengan pertimbangan bahwa Kota Tangerang Selatan sebagai salah satu kota pemekaran dengan penerimaan PAD yang cukup tinggi. 1) Sejarah Kota Tangerang Selatan Kota Tangerang Selatan adalah salah satu kota di Provinsi Banten, Indonesia. Kota ini diresmikan oleh Menteri Dalam Negeri Indonesia, Mardiyanto, pada 29 Oktober 2008. Wilayah ini merupakan pemekaran dari Kabupaten Tangerang. letak pusat pemerintahan Kabupaten Tangerang di Tigaraksa — sekitar 50 km dari Tangerang Selatan — sangat tidak efektif. Dengan luas daerah dan jumlah penduduk yang tinggi, Tangerang Selatan membutuhkan konsentrasi pengelolaan yang lebih tinggi dibanding kecamatan di luar Tangerang Selatan. Dan Pendapatan Asli Daerah ( PAD ) enam kecamatan itu sangat besar, yaitu 309 Miliar pertahunnya atau 60% dari PAD seluruh daerah Kabupaten Tangerang. Berbagai kajian awal tentang peningkatan status wilayah Tangerang Selatan menjadi daerah otonom telah dilakukan. KPPDO Kota Cipasera ( Tangerang Selatan ) telah mengkajinya dari aspek hukum, sosial-ekonomi, sosial-budaya, sosial-politik dan aspek pertahanankeamanan. Potensi pendapatan daerah, ekonomi, sumber daya alam, 1
lapangan kerja, lapangan usaha, pusat pendidikan dan teknologi juga telah dikaji. Akhirnya tanggal 29 Septemper 2008 keluar Undang-Undang Nomor 51 Tahun 2008 tentang Pembentukan Kota Tangerang Selatan melalui Sidang Paripurna DPR-RI, dengan cakupan wilayah Kec. Setu, Serpong, Serpong Utara, Pondok Aren, Pamulang, Ciputat, dan Ciputat Timur bergabung dalam sebuah kota yang otonom bernama Kota Tangerang Selatan. Menteri Dalam Negeri Mardiyanto akhirnya meresmikan Kota Tangerang Selatan sekaligus melantik Penjabat Walikota Tangsel Ir.H.M.Shaleh, MT sebagai Walikota Tangerang Selatan. 2) Letak Geografis Kota Tangerang Selatan merupakan salah satu kota dari 8 kabupaten/kota di Provinsi Banten, Kota Tangerang Selatan merupakan pemekaran dari Kabupaten Tangerang, diresmikan sebagai daerah otonom pada tanggal 28 Oktober 2008 dengan diberlakukannya Undangundang Nomor 51 tahun 2008. Kota Tangerang Selatan merupakan daerah strategis karena berbatasan langsung dengan DKI Jakarta, berjarak ±20 kilometer ke ibukota negara dan ±20 menit dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta. Batas-batas wilayah administrasi Kota Tangerang Selatan menurut Undang-undang 51 Tahun 2008 adalah sebagai berikut :
2
Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Pinang, Kecamatan Larangan, Kecamatan Ciledug Kota Tangerang
Sebelah Timur berbatasan dengan Kota Jakarta Selatan Provinsi DKI Jakarta
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kota Depok dan Kabupaten Bogor Provinsi Jawa Barat dan
Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Cisauk, Kecamatan Pagedangan, Kecamatan Kelapa Dua Kabupaten Tangerang. Secara administratif Kota Tangerang Selatan terdiri dari 7 (tujuh)
kecamatan yakni : Pamulang, Ciputat, Ciputat Timur, Pondok Aren, Setu, Serpong dan Serpong Utara. Kota Tangerang Selatan memiliki luas wilayah 147,19 Km2. Secara umum Kota Tangerang Selatan merupakan dataran rendah dengan letak ketinggian dari permukaan laut ±44 m. 3) Keadaan Iklim Kota Tangerang Selatan merupakan daerah beriklim tropis, temperatur rata-rata berkisar antara 23,5 – 32,6 ◦C dan temperature minimum terendah yaitu 22,8 ◦C. Rata-rata kelembaban udara dan intensitas matahari sekitar 78,3% dan 59,3 %. Keadaan curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Februari yaitu 486 mm, sedangkan rata-rata curah hujan dalam setahun adalah 177,3 mm. Rata-rata kecepatan angin dalam setahun adalah 3,8 m/detik dan kecepatan maksimum 12,6 m/detik.
3
B. Desain Penelitian Penelitian ini termasuk dalam tipe desain penelitian kausal yaitu untuk mengidentifikasi hubungan sebab dan akibat antar variabel dan memprediksi hubungan, kemudian dikembangkan suatu bentuk model penelitian yang bertujuan untuk menguji 4 (empat) hipotesis penelitian yaitu pengaruh pajak restoran, pajak reklame, pajak hiburan dan retribusi terhadap pendapatan asli daerah Kota Tangerang Selatan. C. Hipotesis Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap penelitian yang kebenarannya perlu diuji secara empiris. Hipotesis memberikan keterangan sementara mengenai fenomena (gejala) yang diteliti, dalam hal ini adalah hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat. Hipotesis nol adalah hipotesis yang diharapkan akan ditolak, sedangkan hipotesis kerja merupakan hipotesis yang ingin dipastikan atau diterima dalam penelitian. Penolakan atau penerimaan hipotesis didasarkan pada perhitingan dengan menggunakan uji t. Berdasarkan pada hasil penelitian dan kerangka pemikiran yang dikembangkan pada Bab II maka dirumuskan hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut : H1
: Terdapat pengaruh pajak restoran terhadap PAD
H2
: Terdapat pengaruh pajak reklame terhadap PAD
H3
: Terdapat pengaruh pajak hiburan terhadap PAD
H4
: Terdapat pengaruh retribusi terhadap PAD 4
D. Variabel dan Skala Pengukuran Variabel yang digunakan pada penelitian ini adalah variabel bebas (independent variabel), dimana yang menjadi variabelnya adalah pajak restoran, pajak reklame, pajak hiburan dan retribusi.yang menjadi variabel terikat (dependent variabel) adalan pendapatan asli daerah (PAD). Sedangkan skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala rasio. Berikut ini merupakan uraian dari seluruh variabel yang digunakan dalam penelitian ini. Tabel 3.1 Variabel dan Skala Pengukuran Variabel X1 : Pajak Restoran
Indikator Realisasi Penerimaan Pajak
Skala Rasio
Restoran setiap bulan X2 : Pajak Reklame
Realisasi Penerimaan Pajak
Rasio
Reklame setiap bulan X3 : Pajak Hiburan
Realisasi Penerimaan Pajak
Rasio
Hiburan setiap bulan X4 : Retribusi
Realisasi Penerimaan Retribusi
Rasio
setiap bulan Y : Pendapatan Asli Daerah
Realisasi Penerimaan Pendapatan Asli Daerah setiap bulan
5
Rasio
E. Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan dokumentasi, yaitu mengumpulkan catatan-catatan/data-data yang diperlukan sesuai penelitian yang akan dilakukan dari dinas/kantor/instansi atau lembaga terkait (Arikunto, 2010). Laporan-laporan yang terkait dengan penerimaan pajak restoran, pajak reklame pajak hiburan dan retribusi yang menyangkut pendapatan asli daerah. Data sekunder tersebut diperoleh dari dokumen resmi yang dikeluarkan instansi terkait. Pengumpulan dilakukan dengan studi pustaka dari buku-buku, laporan penelitian, jurnal ilmiah dan penerbitan lainnya yang relevan dengan penelitian ini. F. Jenis Data Data yang dibutuhkan dalam penulisan skripsi ini adalah data sekunder. Data sekunder merupakan data yang diambil dari pihak lain. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah jumlah penerimaan pajak restoran, pajak reklame, pajak hiburan dan retribusi perbulan, serta data lainnya yang relevan dengan penelitian ini. Sumber data yang digunakan dalam penulisan skripsi ini berasal dari sumber eksternal dan merupakan data sekunder, yang diperoleh dari Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) Kota Tangerang Selatan. Ada pun data yang telah didapatkan diolah dengan menggunakan SPSS 20.
6
G. Populasi dan Sampel 1. Populasi Penelitian Populasi dalam penelitian ini adalah Jumlah Penerimaan Pajak Restoran, Jumlah Penerimaan Pajak Reklame, Jumlah Penerimaan Pajak Hiburan, Jumlah Penerimaan Retribusi Daerah dan Jumlah Penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) di Kota Tangerang Selatan.
2. Sampel Penelitian Sampel adalah bagian dari populasi yang digunakan untuk memperkirakan karakteristik populasi. Penelitian ini menggunakan data sekunder dimana arsip data yang diteliti adalah jumlah penerimaan pajak restoran, pajak reklame, pajak hiburan dan Retribusi Kota Tangerang Selatan setiap bulan selama periode 2010 - 2013.
H. Metode Analisis Data Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis statistik dengan menggunakan SPSS 20. Peneliti terlebih dahulu melakukan uji statistik sebelum melakukan uji pengujian hipotesis. 1.
Uji Statistik Deskriptif Dalam penelitian ini pada dasarnya merupaka sebuah pengujian yang memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, maksimum, minimum (Ghozali, 2006).
7
2.
Uji Normalitas Data Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi,
variabel
pengganggu
atau
residual
memiliki
distribusi
normal.“Kalau asumsi ini dilanggar maka uji statistic tidak valid untuk jumlah sampel kecil” Ghozali (2006 : 147). Ada dua cara untuk mendeteksi mendeteksi apakah residual; berdistribusi normal atau tidak yaitu dengan analisis grafik dan uji statistik. a.
Analisis Grafik Salah satu cara termudah untuk melihat normalitas residual adalah dengan melihat grafik histogram yang membandingkan antara data observasi dengan distribusi yang mendekati normal. Namun demikian, hanya dengan melihat histogram, hal ini dapat membingungkan, khususnya untuk jumlah sampel yang kecil. Metode lain yang dapat digunakan adalah dengan melihat normal probability plot yang membandingkan distribusi kumulatif dan distribusi normal. Dasar pengambilan keputusan dari analisis normal probability plot adalah sebagai berikut : 1) Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal menunjukkan pola distribusi normal, maka model regresi memenuhi asumsi noemalitas.
8
2) Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah garis diagonal tidak menunjukkan pola distribuai normal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas. b.
Analisis Statistik Untuk mendeteksi normalitas data dapat dilakukan pula melalui analisis statistic yang salah satunya dapat dilihat melalui Kolmogrov Sminov test (K-S). Uji K-S dilakukan dengan membuat hipotesis : Ho
= p > 0,05 data residual terdistribusi normal
Ha
= p < 0,05 data residual tidak terdistribusi normal
Dasar pengambilan keputusan dalam uji K-S adalah sebagai berikut : 1) Apabila probabilitas nilai Z uji K-S signifikan secara statistik maka Ho ditolak, yang berarti data terdistribusi tidak normal. 2) Apabila probabilitas nilai Z uji K-S tidak signifikan statistik maka Ho diterima, yang berarti data terdistribusi normal. 3.
Uji Multikolinieritas Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan korelasi antar variabel-variabel independent yang akan digunakan dalam persamaan regresi atau dengan menghitung nilai tolerance dan VIF (Variance Inflation Factors). Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel independent (Ghozali, 2006). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi diantara variabel independent.Jika variabel independent saling 9
berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak orthogonal. Variabel orthogonal adalah variabel independent yang nilai korelasi antar sesama variabel independent sama dengan nol (Ghozali, 2009). Menurut Ghozali (2006), untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinieritas didalam model regresi adalah sebagai berikut : 1.
Nilai R2 yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi empiris sangat tinggi, tetapi secara individual variabel-variabel bebas banyak yang tidak signifikan mempengaruhi variabel terikat.
2.
Menganalisi matrik korelasi vaariabel-variabel bebas. Jika antar variabel bebas ada korelasi yang cukup tinggi (diatas 0,90) maka hal ini merupakan indikasi adanya multikolinieritas.
3.
Multikolinieritas dapat juga dilihat dari nilai tolerance dan Variance Inflation Factor (VIF). Batas toleransi value kurang dari 0,10 dan VIF
adalah
10
maka
terjadi
multikolinieritas.
Tujuan
uji
multikolinieritas adalah untuk mengetahui apakah tiap-tiap variabel independent saling berhubungan secara linear atau tidak. 4.
Uji Heteroskedastisitas Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain (Ghozali, 2009). Jika variance dari residual suatu pengamatan
ke
pengamatan
yang
lain
tetap
maka
disebut
homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas (Ghozali,
10
2006). Model regresi yang baik adalah yang terjadi homoskedastisitas atau tidak terjadi heteroskedastisitas. 5.
Uji Autokorelasi Uji Autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linier ada korelasi kesalahan antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya).Jika terjadi korelasi dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Masalah ini timbul karena residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya.Untuk mendeteksi gejala autokorelasi kita menggunakan uji Durbin – Watson (DW). Uji ini menghasilkan nilai DW hitung (d) dan nilai DW table (dL & du). Aturan pengujiannya adalah : d
: terjadi masalah autokorelasi yang positif yang perlu diabaikan
dL
: ada masalah autokorelasi positif tetapi lemah, dimana perbaikan akan lebih baik
du
: tidak ada masalah autokorelasi
4-du
: masalah
autokorelasi
lemah,
dimana dengan perbaikan akan lebih baik 4-dL
: masalah autokorelasi serius.
11
6.
Uji Kesesuaian Model Uji Kesesuaian Model digunakan untuk mengetahui kelayakan model dalam memprediksi seberapa besar kemampuan variable bebas dalam menjelaskan varian variabel terikatnya a.
Uji Koefisien Determinasi Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur sabaik mana variabel terikat dijelaskan oleh total variabel bebas. Yang ukurannya adalah semakin tinggi R2 maka garis regresi sampel semakin baik juga. R2 mengartikan apakah variabel bebas yang terdapat dalam model mampu menjelaskan perubahan dari variabel tidak bebas. Jika R2 mendekati satu maka variabel independent mampu menjelaskan perubahan variabel dependent, tetapi jika R2 mendekati 0, maka variabel independen tidak mampu menjelaskan variabel dependent.
b. Uji Fisher (uji-F) Uji F atau Uji Simultan digunakan untuk melihat signifikansi pengaruh variabel independent terhadap variabel dependent serta untuk mengetahui apakah persamaan regresi yang akan dibuat dapat dipakai atau tidak untuk memprediksi variabel terikatnya dengan menggunakan uji Anova. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah
semua
variabel
independent
secara
bersama-sama
berpengaruh signifikan terhadap variabel dependent. Pengujian ini dilakukan dengan uji-F atau uji Anova pada tingkat keyakinan 95%
12
dan tingkat kesalahan dalam analisa (α) 5% dengan keputusan berdasarkan probabilitas sebagai berikut : Jika p–value > 0,05 maka Ha ditolak. Jika p-value < 0,05 maka Ha diterima. 7.
Uji Hipotesis Pengujian
hipotesis
adalah
prosedur
yang
memungkinkan
keputusan dapat dibuat, yaitu keputusan untuk menolak atau tidak menolak hipotesis yang sedang dipersoalkan/diuji (Supranto, 2001:124). Untuk menguji hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini, maka peneliti menetapkan tingkat nyata (significant level) atau α sebesar 5% baik untuk masing-masing variabel (uji t) maupun untuk keseluruhan variabel (uji F). a. Uji Parsial (uji-t) Pembahasan ditekankan pada pengaruh variabel bebas secara individual terhadap variabel terikat. Dengan demikian pengaruh masing-masing variabel akan dapat diperbandingkan. Untuk menguji signifikansi koefisien regresi, yaitu apakah variabel independent berpengaruh secara nyata atau maka akan digunakan uji t, jika t tabel < t hitung maka Ha ditolak, sedangkan jika t tabel > t hitung maka Ha diterima. Pengambilan keputusan juga dapat dilakukan dengan melihat probabilitasnya dimana jika probabilitasnya lebih kecil dari
13
0,05 maka Ho ditolak, sedangkan jika probabilitasnya lebih besar dari 0,05 maka Ho diterima. b. Analisis Regresi Berganda Analisis regresi pada dasarnya adalah studi mengenai ketergantungan variabel dependent dengan satu atau lebih variabel independent, dengan tujuan untuk mengestimasi atau memprediksi rata-rata populasi atau nilai rata-rata variabel dependent berdasarkan nilai variabel independent yang diketahui (Gujarati, 2003). Penelitian ini menggunakan teknik analisis data dengan metode
analisis
regresi
linear
berganda
(Multiple
Linear
Regression). Analisis ini secara mateatis ditulis dengan persamaan : Y
= βo + β1X1 +β2X2 +β3X3 +β4X4 +e
PAD = βo + β1PJK RES + β2PJK REK + β3PJK HIB + β4RET + e Keterangan : βo
= Konstan
β1-β1
= Koefisien Regresi
e
= error term
PAD
= Pendapatan Asli Daerah
PJK RES
= Pajak Restoran
PJK REK
= Pajak Reklame
PJK HIB
= Pajak Hiburan
RET
= Retribusi
14