BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Paradigma Dalam penelitian ini menggunakan paradigma konstruktivisme. Menurut Deddy N. Hidayat dalam penjelasan ontologi paradigma kontruktivis, realitas merupakan konstruksi sosial yang diciptakan oleh individu. Namun demikian kebenaran suatu realitas sosial bersifat nisbi, yang berlaku sesuai konteks spesifik yang dinilai relevan oleh pelaku sosial.22 Istilah Konstruksi sosial realitas (social construction of reality), menjadi terkenal sejak diperkenalkan oleh Peter L. Berger dan Thomas Luckman melalui bukunya yang berjudul “The Social Construction of Relity a Treasure in the Sociological of Knowledge” (1966). Ia menggambarkan proses sosial melalui tindakan dan interaksinya, dimana individu menciptakan secara terus – menerus suatu realitas yang dimiliki dan dialami bersama secara subjektif.23 Konstruksi sosial merupakan sebuah teori sosiologi kontemporer yang dicetuskan oleh Peter L. Berger dan Thomas Luckman. Dalam menjelaskan paradigma konstruktivis, realitas sosial merupakan konstruksi sosial yang diciptakan oleh individu. Individu adalah manusia yang bebas yang melakukan hubungan antara manusia yang satu dengan yang lain. Individu menjadi penentu dalam dunia sosial yang dikonstruksi berdasarkan kehendaknya. Individu
22
Burhan Bungin. 2006. Sosiologi Komunikasi Teori Paradigma dan Diskursus Teknologi Komunikasi di Masyarakat. Jakarta:Kencana. Hal, 187 23 Ibid. Hal. 189
36
37
bukanlah korban fakta sosial, namun sebagai media produksi sekaligus reproduksi yang kreatif dalam mengkonstruksi dunia sosialnya. 24 Proses konstruksinya jika dilihat dari perspektif teori Berger & Luckman berlangsung melalui interaksi sosial yang dialektis dari tiga bentuk realitas yang menjadi entry concept, yakni subjective reality, symbolic reality dan objective reality. Selain itu juga berlangsung dalam suatu proses dengan tiga momen simultan, eksternalisasi, objektivikasi, dan internalisasi. 1. Objective reality Merupakan suatu kompleksitas definisi realitas (termasuk ideologi dan keyakinan) serta rutinitas tindakan dan tingkah laku yang telah mapan terpola, yang kesemuanya dihayati oleh individu secara umum sebagai fakta. 2. Symbolic reality Merupakan semua ekspresi simbolik dari apa yang dihayati sebagai “objective reality” misalnya teks produk industri media, seperti berita di media cetak atau elektronika, begitu pun yang ada di film – film. 3. Subjective reality Merupakan konstruksi definisi realitas yang dimiliki individu dan dikonstruksi melalui proses internalisasi. Realitas subjektif yang dimilki masing – masing individu merupakan basis untuk melibatkan diri dalam proses eksternalisasi, atau proses interaksi sosial dengan individu lain dalam sebuah struktur sosial. Melalui proses eksternalisasi itulah individu 24
Basrowi dan Sukidin. 2002. Metode Penelitian Perspektif Mikro:Grounded theory, Fenomenologi, Etnometodologi, Etnografi, Dramaturgi, Interaksi Simbolik, Hermeneutik, Konstruksi Sosial, Analisis Wacana, dan Metodologi Refleksi. Surabaya : Insan Cendekia hal. 194
38
secara kolektif berpotensi melakukan objektifikasi, memunculkan sebuah konstruksi objective reality yang baru. Melalui sentuhan Hegel yakni tesis-antitesis-sintesis, Berger menemukan konsep untuk menghubungkan antara yang subjektif dan objektif melalui konsep dialektika, yang dikenal dengan eksternalisasi objektifasi-internalisasi. 1. Eksternalisasi ialah penyesuaian diri dengan dunia sosio-kultural sebagai produk manusia “Society is a huan product”. 2. Objektifasi ialah interaksi sosial dalam dunia intersubjektif yang dilembagakan atau mengalami institusionalisasi “Society is an objective reality”. 3. Internalisasi ialah individu mengidentifikasi diri di tengah lembaga – lembaga sosial atau organisasi sosial dimana individu tersebut menjadi anggotanya “Man is a social product”.25
3.2 Tipe Penelitian
Berkaitan dengan pokok permasalahan dalam penelitian ini, yakni “Pemaknaan Khalayak
pada Serial Drama Mahabharata di ANTV”, penulis
menggunakan tipe penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan atau melukiskan secara cermat dan sistematis fakta, gejala, opini atau pendapat, sikap yang menggambarkan suatu kejadian. Penelitian ini berusaha menemukan berbagai faktor yang memengaruhi suatu
25
Ibid. Hal. 206
39
keadaan atau objek yang di dalamnya terdapat upaya deskripsi, pencatatan dan analisis.
Dan tipe ini hanya terbatas pada bahasan untuk menggambarkan suatu masalah, keadaan atau peristiwa objektif, sistematis dan cermat sebagaimana seadanya yang sebenarnya terhadap objek tertentu, sehingga bersifat analisa dalam mengungkapkan fakta mengenai keadaan yang sebenarnya menjadi objek penelitian. Peneliti hanya bertindak sebagai pengamat.26
Hal ini dilakukan agar analisis mengenai Pemaknaan Khalayak pada Serial Drama Mahabharata di ANTV dapat digambarkan secara terperinci dan lebih jelas.
3.3 Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan Studi Resepsi. Studi Resepsi adalah studi yang berfokus pada bagaimana individu – individu memaknai pesan – pesan yang disampaikan media. Analisis resepsi memiliki sejumlah kesamaan dengan penelitian uses and gratification namun lebih menekankan pada pendekatan etnografi pada saat observasi atau in-depth interview. Bogdan dan Taylor mendefinisikan metode penelitian kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata – kata tertulis
26
Rosady Ruslan.2006. Metode Penelitian Public Relations dan Komunikasi. Jakarta:PT Graha Grafindo Persada. hal.12
40
atau lisan dari orang – orang dan perilaku yang dapat diamati. Pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara utuh.27
3.4 Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini dengan mewawancarai langsung narasumber dan membuat Focus Group Discussion (FGD) yang berasal dari Komunitas Pecinta India yaitu Komunitas Rani Mukherjee Bhara Fans Indonesia (RMBFI) dengan rentang usia 10 – 66 tahun, yaitu : 1. Elly Mustika Wiriyanti sebagai pendiri RMBFI, usia 32 tahun 2. Sri Agustina sebagai admin relasi komunitas RMBFI, usia 35 tahun 3. Risa Ganes Ayunda sebagai admin relasi budaya RMBFI, usia 24 tahun 4. Velly Maryanche sebagai anggota RMBFI, usia 33 tahun 5. Mung sebagai anggota RMBFI, usia 10 tahun 6. Ephemya sebagai anggota RMBFI, usia 66 tahun
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan menurut sumber data adalah sebagai berikut:
27
Lexy J. Moleong. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung:PT. Remaja Rosdakarya. Hal. 4
41
3.5.1 Data Primer
Pengumpulan data primer dilakukan dengan cara diskusi kelompok terarah atau FGD (Focus Group Discussion). Focus Group Discussion atau FGD adalah media bagi sekelompok orang untuk mendiskusikan satu topik tertentu secara lebih mendalam. Biasanya Diskusi Kelompok Terarah ini mencakup 6 – 9 orang peserta (ada yang mengatakan 9 – 12 orang peserta) yang tertarik pada satu topik atau program tertentu. Di dalamnya terdapat seorang moderator yang akan memandu peserta untuk mendiskusikan beberapa pertanyaan sesuai dengan topik yang dibicarakan.
3.5.2 Data Sekunder
Data sekunder yaitu data penelitian yang diperoleh melalui pengumpulan informasi dari berbagai bentuk catatan baik buku, karya tulis ilmiah dan bentuk data-data pustaka yang memungkinkan peneliti mendapatkan informasi tambahan untuk melengkapi penelitian ini.
3.6 Teknik Analisis Data Setelah diperoleh data kemudian akan dianalisis secara deskriptif kualitatif. Data yang diperoleh dari narasumber, kemudian dianalisa untuk mendapatkan jawaban yang lengkap atas tujuan penelitian. Adapun langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut: a. Data-data dan informasi hasil diskusi dari FGD dikumpulkan, kemudian disusun untuk dideskripsikan secara kuantitatif.
42
b. Data-data yang telah terkumpul semua, kemudian dianalisa sesuai dengan tujuan dari penelitian yang dilakukan, yakni untuk mengetahui pemaknaan khalayak pada Serial Drama Mahabharata di ANTV. Dalam penelitian kuantatif instrumen penelitian berkaitan dengan sejauh mana suatu instrumen mampu mengukur apa yang hendak diukur dan memiliki konsistensi apabila mengukur gejala yang sama pada waktu dan tempat yang berbeda. Di samping itu, alat ukur yang memenuhi validitas-reliabilitas tersebut juga harus digunakan dengan benar oleh peneliti sehingga diperoleh data yang benar. Instrumen penelitian yang valid dan reliabel apabila salah dalam pengumpulan data juga tidak menghasilkan kualitas data yang benar, apalagi validitas - reliabilitas tidak terpengaruhi dan kualitas pengumpulan data juga tidak benar, maka tidak mungkin ada temuan penelitian - jawaban permasalahan yang benar pula. Sedangkan dalam penelitian kualitatif instrumen penelitian tersebut adalah peneliti sendiri, sehingga validitas reliabilitas peneliti seperti penguasaan teori, pemahaman objek yang diteliti, penguasaan metode penelitian kualitatif, kepekaan, perhatian, kesiapan-kesiapan lain dalam penelitian di lapangan. Maka penelitian ini, keabsahan data dilakukan dengan standart dependabilitas dengan konsistensi peneliti dalam proses pengumpulan data, interpretasi dan analisis data.