BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Paradigma Penelitian Paradigma yang digunakan dalam penelitian ini ialah konstrukstivis. Paradigma konstruktivis ialah paradigma yang hampir merupakan antitesis dari pemahaman yang meletakkan pengamatan dan objektivitas dalam menemukan suatu realitas atau ilmu pengetahuan. Paradigma ini memandang ilmu sosial sebagai analisis sistematis terhadap socially meaningful action melalui pengamatan langsung dan terperinci terhadap pengamatan langsung dan terperinci terhadap pelaku sosial yang bersangkutan menciptakan dan memelihara atau mengelola dunia sosial mereka.34 Paradigma ini menyatakan bahwa (1) untuk menjelaskan kehidupan, peristiwa sosial dan manusia bukan ilmu dalam rangka kerangka positivistik, tetapi justru dalam arti common sense. Menurut mereka, pengetahuan dan pemikiran awam berisikan arti atau makna yang diberikan oleh individu terhadap pengalaman dan kehidupannya sehari-hari, dan hal tersebutlah yang menjadi awal penelitian ilmu-ilmu sosial; (2) pendekatan yang digunakan adalah induktif, berjalan dari yang spesifik menuju yanng umum, dari yang konkrit menuju yang abstrak; (3) ilmu bersifat idiografis bukan nometis, karena ilmu mengungkap bahwa realitas tertampilkan dalam simbol-simbol melalui bentuk-bentuk deskriptif; (4) pengetahuan tidak hanya diperoleh melalui indera karena 34
Dedy N. Hidayat. Paradigma dan Metodologi Penelitian Sosial Empirik Klasik. Jakarta: Departemen Ilmu Komuunikasi FISIP Universitas Indonesia. 2003. Hal 3
26 http://digilib.mercubuana.ac.id/
27
pemahaman menganai makna dan interpretasi adalah jauh lebih penting; dan (5) ilmu tidak bebas nilai. Kondisi bebas nilai tidak menjadi sesuatu yang dianggap penting dan tidak pula mungkin dicapai. (Sarantakos, 1993).35 Menurut Patton, para peneliti konstruktivis mempelajari bergam realita yang terkonstruksi oleh individu dan implikasi dari konstruksi tersebut bagi kehidupan mereka dengan yang lain dalam konstruktivis, setiap individu memiliki pengalaman yang unik. Dengan demikian strategi penelitian seperti ini menyarankan bahwa setiap cara yang diambil individu dalam memandang dunia adalah valid, dan perlu adanya rasa menghargai atas pandangan tersebut (Patton, 2002, p. 96-97).36 Peneliti menggunakan paradigma kontruktivis karena peneliti ingin mengetahui bagaimana khalayak dapat mengkonstruksikan apa yang mereka lihat dan dengar dari media televisi, dan bagaimana apa yang sudah dikonstruksikan dapat dimaknai oleh khalayak dengan berbagai latar belakang dan pengalaman yang berbeda dan unik.
3.2. Tipe Penelitian Penelitian ini menggunakan tipe penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif merupakan suatu penelitian yang meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian ini ialah untuk
35
E. Kristi Poerwandari. Pendekatan Kualitatif Untuk Penelitian Perilaku Manusia. Depok: LSPSP3. 2007. Hal. 22-23 36 Michael Quinn Patton, Qualitative Research and Evaluation Methods, 3rdEdition.(Thousand Oaks, California: Sage Publications, Inc. 2002). Hal 96-97
http://digilib.mercubuana.ac.id/
28
membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar fenomena yang diseldiki.37 Dan pendekatan kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain. Secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah.38 Penelitian ini untuk membuat gambaran menganai situasi atau kejadiankejadian dengan tujuan:39 1. Untuk
mengumpulkan
informasi
faktual
yag
mendetail
yang
mendeskripsikan pada gejala yang ada. 2. Untuk mengidentifikasikan masalah-masalah atau untuk mendapatkan justifikasi keadaan dan praktik-praktik yang sedang berlangsung. 3. Untuk membuat perbandingan atau evaluasi. 4. Untuk menentukan apa yang dilakukan orang lain dalam menghadapi masalah yang sama dan belajar dari pengalaman mereka untuk menetapkan rencana dan keputusan pada waktu yang akan datang. Menurut Whitney (1960), metode deskriptif adalah pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat. Penelitian deskriptif mempelajari masalah-masalah dalam masyarakat, termasuk tata cara yang berlaku dalam masyarakat serta situasi tertentu, termasuk tentang hubungan, kegiatan-kegiatan, sikap-sikap, pandangan-
37
Moh Nazir. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia. 2009. Hal 54 Lexy J. Moleong, 2007. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosdakarya. Hal 6 39 Suryabrata Sumardi, Metode Penulisan. Yogyakarta: Media Presindo. Hal 19 38
http://digilib.mercubuana.ac.id/
29
pandangan, serta proses-proses yang sedang berlangsung dan pengaruh-pengaruh suatu fenomena.40 Peneliti memilih penelitian deskriptif dan pendekatan kualitatif karena peneliti ingin menjelaskan lebih dalam dan menggali tentang pemaknaan khalayak terhadap media televisi dan dapat memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tidakan dan lain-lain.
3.3. Metode Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa resepsi (reception analysis). Analisis resepsi memfokuskan pada proses pemaknaan dan pemahaman yang mendalam atas teks media (cetak, elektronik,dan
internet)
dengan
memahami
bagaimana
individu
menginterpretasikan isi media (Baran, 2003 ).41 Analisis resepsi akan memfokuskan pada pertemuan antara teks media dan pembaca teks (dalam hal ini khalayak). La Pastina (2005: 142) menyebut pertemuan media dan audience itu dapat memberikan informasi akan kompleksitas dan dinamika yang terjadi antara konsumen dan produk budaya.42 Menurut Street, analisis resepsi melihat khalayak sebagai partisipan aktif dalam membangun dan menginterpretasikan apa yang mereka baca, dengar dan lihat sesuai dengan konteks budaya. Hal tersebut pun diperkuat oleh pengertian
40
Asep Saipul Hamdi. E. Bahruddin. Metode Penelitian Kuantitatif Aplikasi dalam Pendidikan. 2014. Yogyakarta: Deepublisher. Hal 5-6 41 Ido Prijana Hadi, Penelitian Khalayak dalam Perspektif Reception Analysis. 3:1 (2009), Hal 1-2 42 Antonio C. La Pastina. 2005. Audience Ethnographies. A Media Engagement Approach. Dalam Eric W.Rothenbuhler & Mihai Coman (Ed) Media Antropology. London: Sage Publications. Hal 142
http://digilib.mercubuana.ac.id/
30
analisis resepsi yang dipaparkan oleh Bertrand & Hughes43, mereka menyatakan resepsi merupakan studi yang mempelajari tentang khalayak aktif, khalayak mampu secara selektif memaknai dan memilih makna dari sebuah teks berdasarkan pada posisi sosial dan budaya yang mereka miliki.44 Menurut Croteau & Hoynes memandang analisis resepsi memiliki dua hal krusial yang harus dipahami oleh peneliti. Pertama, teks media mendapatkan makna saat peristiwa penerimaan dan khalayak secara aktif memproduksi makna dari media dengan menerima dan menginterpretasikan teks sesuai dengan posisi sosial
dan
budaya
khalayak.
Kedua,
pesan
dimedia
secara
subjektif
dikonstruksikan khalayak secara individual, sekalipun media berada di dalam paling dominan. Secara mudahnya, khalayak di tempatkan sebagai makhluk bebas yang kekuatan dalam pemaknaan atau pemberian makna terhadap pesan. Media massa bukan faktor tunggal yang menentukan bagaimana teks media diproses dan dimaknai. Pengalaman dan faktor internal khalayaklah yang menentukan bagaimana hasil setelah diproses oleh khalayak. 45 McQuail menjabarkan ketentuan-ketentuan tentang analisa resepsi, yaitu :46 a. Teks media pada dasarnya harus dibaca dan dimaknai melalui persepsi khalayak. Dimana persepsi tersebut tidak dapat diprediksi dan tidak pasti. Khalayak melakukan proses pemaknaan secara bebas dan disesuaikan dengan latar belakang masing-masing khalayak. Sehingga pemaknaan akan teks media akan beragam hasilnya dan tidak dapat diprediksi. 43 Ina Bertnard & Peter Hughes, Media Research Methods: Audience, institutions, Text, (New York: Palgrave Mc Millan, 2005). Hal 39 44 John Street, Mass Media, Polotics and Society, ( New York: Palgrave, 2001). Hal 95-97 45 D. Croteau & W. Hoynes, Media Society: Industries, Images, and Audience (3rd ed). (Thousand Oaks:Pine Forge Press, 2003) Hal 274 46 Dennis McQuail, Audience Analysis, (London: Sage Publications, Inc, 1997) Hal 19-20
http://digilib.mercubuana.ac.id/
31
b. Analisis resepsi merupakan studi yang memfokuskan pada proses dalam penggunaan atau pemaknaan media. Proses dalam penggunaan dan pemaknaan adalah objek inti dalam analisis resepsi ini. Bagaimana proses, pembacaan, pemahaman, dan pemaknaan masyarakat sebagai khalayak media terhadap teks akan memperlihatkan bentuk resepsi masyarakat terhadap teks media yang disajikan. c.
Penggunaan media (media use) dilihat sebagai bagian dari sistem sosial interpretive communities. Interpretasi atau pemaknaan akan media umumnya digunakan khalayak sebagai masyarakat untuk saling berbagi pemaknaan dengan sesama dan lingkungannya sebagai bagian dari kehidupan sosial mereka.
d. Khalayak sebagai masyarakat pemberi makna memberi andil dalam wacana dan kerangka pemaknaan media. Pemaknaan yang beragam dan mayarakat atau khalayak mengenai teks media yang dibagikan masyarakat dalam kehidupan sosialnya dan berkembang dalam lingkungannya dapat menjadi suatu wacana akan pemaknaan media yang tak jarang diantaranya menjadi suatu topik diskusi penelitian. e. McQuail menekankan masyarakat atau khalayak dalam penelitian resepsi adalah aktif memilih dan memilah penggunaan atau pengkonsumsian mereka terhadap media. Mereka juga membaca, memahami, dan melakukan pemaknaan secara bebas sesuai dengan latar belakang sosiokultural masing-masing.
http://digilib.mercubuana.ac.id/
32
Lalu, Hall yang dikutip didalam McQuail47 mengemukakan sebuah teori mengenai analisis resepsi bahwa dalam proses riset tentang analisis resepsi setelah khalayak menangkap pesan akan diproses untuk dimaknai atau decoding. Hasil tersebut memberikan proposisi pada audience. Proposisi tersebut dibuat Hall, diawali dari asumsinya tentang perbedaan sosial yang mempengaruhi praktik resepsi setiap audience. Proposisi tersebut dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu : a. Preferred Reading/ dominant hegemonic position Merupakan makna dominan yang terdapat di dalam pesan bisa jadi akan membentuk makna baru yang sesuai dengan faktor internal audience atau khalayak, dapat juga disebut posisi penerima atau sepakat dengan media yang dikonsusmsi.48 Posisi ini terjadi ketika pembuat pesan menggunakan kode-kode yang bisa diterima umum, sehingga pembaca akan menafsirkan dan membaca pesan atau tanda itu dengan pesan yang sudah diterima umum tersebut. Apa yang ditandakan oleh penulis ditafsirkan dengan pembacaan umum oleh khalayak pembaca49 b. Negotiated Meaning Tidak semua pesan yang disampaikan oleh produsen pesan akan bermakna saat diproses oleh audience, sehingga tidak jarang audience akan memunculkan makna alternatif yang berbeda dengan prefered reading yang merupakan posisi dapat menerima atau menolak namun dengan adanya suatu alasan tertentu.50 Dalam pembacaan yang dinegosiasikan, 47
Ibid. Hal 101 Ibid 49 Eriyanto. Analisa Wacana, Pengantar Analisa Teks Media. Yogyakarta:LKIS. 2001. Hal 94-98 50 Dennis McQuail, Audience Analysis, (London: Sage Publications, Inc, 1997) Hal 101 48
http://digilib.mercubuana.ac.id/
33
ada proses timbal balik antara pembaca dan penulis. Hasilnya bisa jadi kompromi atau pembacaan baru suatu teks.51 c. Oppositional Decoding Makna yang bertolak belakang dengan makna yang dipahami oleh produsen pesan dan merupakan posisi menolak atau tidak sepaham dengan konten media yang diterimanya. Dalam pembaca pertama, khalayak disediakan penafsiran yang umum yang secara hipotesis sama dengan apa yang ingin disampaikan oleh pembuat pesan. Model ini digunakan dalam menjawab permasalahan penelitian ini karena mengakomodasi bagian yang lebih luas dari sekedar struktur, perilaku, dan kinerja pasar. Dapat mengkonseptualisasikan proses komunikasi dalam bentuk sirkuit sirkulasi atau panah berupa hubungan linear antara pengirim, pesan, penerima, model ini intinya ingin menemukan atribusi dan konstruksi arti(yang dibentuk oleh media) dengan receiver.52 Peneliti menggunakan analisa resepsi karena, dengan analisa resepsi ini dapat menjelaskan bagaimana sebuah proses pemaknaan yang diterima khalayak, faktor apa yang bisa menjadi penyebab perbedaan pemaknaan dari khalayak. Analisis resepsi dapat menjawab semua hal tentang pemaknaan khalayak.
3.4 Subyek Penelitian Subyek penelitian adalah orang yang diminta untuk memberikan keterangan tentang suatu fakta atau pendapat. Sebagaimana yang dijelaskan oleh 51 52
Eriyanto, Loc.Cit Dennis McQuail. 2005. Mass Communication Theory . London: Sage Publications. Hal. 56
http://digilib.mercubuana.ac.id/
34
Arikunto (2206:145) subjek penelitian ialah subjek yang ditujukan untuk diteliti oleh peneliti. Jadi, subjek penelitian itu merupakan sumber informasi yang digali untuk mengungkapkan fakta-fakta di lapangan.53 Subyek di dalam penelitian ini merupakan khalayak yang menonton sinetron Catatan Hati Seorang Istri yang terbagi didalam beberapa kategori sesuai usia, ialah : a. Usia 17 – 25 Tahun 1. Nama Umur
: Kiki Amalia : 22 Tahun
Pendidikan : Masih kuliah Pekerjaan : Guru Les Privat Alamat 2. Nama Umur
: Meruya, Jakarta Barat : Eli : 24 Tahun
Pendidikan : S1 Pekerjaan : Karyawan Swasta Alamat 3. Nama Umur
: Joglo, Jakarta Barat : Hana : 24 Tahun
Pendidikan : SMP Pekerjaan : Penjual makanan Alamat
: Kemandoran, Jakarta Barat
53
Yukamarlisda Anwika, Peran Pelatih Program Pelatihan Keterampilan Bermusik Dalam Meningkatkan Motivasi Dan Kemandirian Musisi Jalanan (Kasus dirumah musik Harry Roesli (RMHR) Kota Bandung). Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. 2013. Hal 53
http://digilib.mercubuana.ac.id/
35
4. Nama Umur
: Ila : 25 Tahun
Pendidikan : D3 Pekerjaan : Karyawati Alamat 5. Nama Umur
: Kemandoran, Jakarta Barat : Anggun : 25 Tahun
Pendidikan : S1 Pekerjaan : Karyawan Swasta Alamat
: Veteran, Jakarta Selatan
b. Usia 26 – 35 Tahun 1. Nama Umur
: Popi : 27 Tahun
Pendidikan : D3 Pekerjaan : Karyawan Swasta Alamat 2. Nama Umur
: Cipinang, Jakarta Timur : Waroh : 30 Tahun
Pendidikan : SD Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Alamat
3. Nama Umur
: Kemandoran, Jakarta Barat
: Untari : 31 Tahun
Pendidikan : S1
http://digilib.mercubuana.ac.id/
36
Pekerjaan : Karyawan Swasta Alamat 4. Nama Umur
: Petukangan Selatan, Jakarta Selatan : Ery : 34 Tahun
Pendidikan : SMA Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Alamat 5. Nama Umur
: Kelapa Dua, Jakarta Barat : Lastri : 35 Tahun
Pendidikan : SLTA Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Alamat
: Kemandoran, Jakarta Barat
c. Usia 36 – 45 Tahun 1. Nama Umur
: Gati : 37 Tahun
Pendidikan : SMK Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Alamat 2. Nama Umur
: Kemandoran, Jakarta Barat : Nurkhayati : 38 Tahun
Pendidikan : SLTA Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Alamat 3. Nama
: Kemandoran, Jakarta Barat : Darni
http://digilib.mercubuana.ac.id/
37
Umur
: 39 Tahun
Pendidikan : D3 Pekerjaan : Penjual sayuran dan sembako di rumah Alamat 4. Nama Umur
: Petukangan Utara, Jakarta Selatan : Maya : 43 Tahun
Pendidikan : SMK Pekerjaan : Karyawan Swasta Alamat 5. Nama Umur
: Petukangan Selatan, Jakarta Selatan : Hanny : 45 Tahun
Pendidikan : SMA Pekerjaan : Karyawan Swasta Alamat
: Kelapa Dua, Jakarta Barat
3.5. Obyek Penelitian Menurut Nyoman Kutha Ratna (2010: 12), obyek adalah keseluruhan gejala yang ada di sekitar kehidupan manusia. Apabila dilihat dari sumbernya, obyek dalam penelitian kualitatif menurut Spradley disebut social situation atau situasi social yang terdiri dari tiga elemen, yaitu tempat (place), pelaku (actors), dan aktivitas (activity) yang berinteraksi secara sinergis (Sugiyono, 2007: 49).54 Obyek dari penelitian ini adalah pemaknaan dari khalayak yang khususnya ibu-ibu, dimana pemaknaan tentang istri solehah yang ada pada tayangan sinetron, pemaknaan tentang sinetron tersebut, dan faktor apa saja yang mempengaruhi 54
Andi Prastowo. Metode Penelitian Kualitatif dalam Perspektif Rancangan Penelitian. Yogyakarta: ArRuzz Media. 2011. Hal 199
http://digilib.mercubuana.ac.id/
38
perbedaan dari memaknai sinetron tersebut. Penelitian dilakukan pada program sinetron Catatan Hati Seorang Istri, karena sinetron tersebut menayangkan cerita tentang istri solehah.
3.6. Teknik Pengumpulan Data 3.6.1. Data Primer Peneliti melakukan pengumpulan data dengan menyaksikan sinetron Catatan Hati Seorang Istri. Selain itu juga dilakukan wawancara mendalam terhadap ibu rumah tangga untuk mengetahui bagaimana pemaknaan mereka terhadap istri solehah dalam sinetron Catatan Hati Seorang Istri. a. Wawancara Mendalam Wawancara mendalam (In-depth Interview) adalah bentuk komunikasi antara dua orang dengan intensif, dimana peneliti berupaya mengambil peran pihak yang diteliti secara intim menyelam kedalam dunia psikologis dan sosial mereka.55 Maksud dari mengadakan sebuah wawancara seperti ditegaskan oleh Lincoln and Cuba (1985:266), antara lain: mengkonstruksi mengenai orang, kejadian, organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian dan lain-lain kebulatan, mengkonstruksi kebulatan-kebulatan demikian sebagai yang dialami masa lalu, memproyeksikan kebulatan-kebulatan sebagai yang diharapkan untuk dialami pada masa yang akan datang, memverifikasi, mengubah dan memperluas informasi yang diperoleh dari orang lain, baik manusia atau bukan manusia(triangulasi), dan memverifikasi, mengubah dan memperluas konstruksi 55
Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif (Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya), Bandung:Rosdakarya, 2004, Hal 180
http://digilib.mercubuana.ac.id/
39
yang dikembangkan oleh peneliti sebagai pengecekan anggota.56 Peneliti melakukan wawancara mendalam kepada ibu-ibu yang menonton CHSI dan mencatat hasil wawancara tersebut.
b. Observasi Observasi(pengamatan) adalah alat pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat secara sistematik gejala-gejala yang diselidiki.57 Dalam hubungan itu Yehoda dan kawan-kawan menjelaskan, pengamatan akan menjadi alat pengumpulan data yang baik apabila :58 1. Mengabdi kepada tujuan penelitian. 2. Direncanakan secara sistematik. 3. Dicatat dan dihubungkan dengan proposisi-proposisi yang umum. 4. Dapat dicek dan dikontrol validitas, reliabilitas dan ketelitiannya. Dengan ini peneliti melakukan observasi dengan cara menonton langsung lewat televisi dan menonton ulang lewat Youtube sinetron Catatan Hati Seorang Istri. Oleh karena itu, peneliti melakukan observasi nonpartisipan yang merupakan metode observasi dimana periset hanya bertindak mengobservasi tanpa ikut terjun melakukan aktivitas seperti yang dilakukan kelompok yang diriset, baik kehadirannya diketahui atau tidak.59
56
Lexy J.Maleong. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:Rosdakarya, 2006. Hal.186 Cholid Narbuko dan Abu Achmadi. Metodologi Penelitian.Jakarta: PT.Bumi Aksara. 2003. Hal.70 58 Ibid 59 Rachmat Kriyantono, Teknik Praktis Riset Komunikasi: Disertai Contoh Praktis Riset Media, Public Relations, Advertising, Komunikasi Organisasi, Komunikasi Pemasaran. Jakarta:Kencana. 2006.Hal 112 57
http://digilib.mercubuana.ac.id/
40
3.6.2. Data Sekunder Peneliti melakukan pengumpulan data dari berbagai bentuk, seperti dari berbagai buku kepustakaan, jurnal ilmiah, internet.
3.7. Triangulasi Triangulasi is qualitative cross validation. It assesses thesufficiency of the data according to the convergence of multiple data source or multipledata collection procedurs (Triangulasi adalah kualitatif lintas validasi. Hal tersebut menilai kecukupan data sesuai dengan konvergensi beberapa sumber data atau prosedur pengumpulan data) (Wilian Wiersma, 1986). Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu.60 Dalam hal ini peneliti menggunakan triangulasi sumber, dimana untuk menguji krebilitas data yang dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber.61 Triangulasi seumber membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat tertentu (Patton 1987:331). Data yang diperoleh tersebutakan dianalisa secara triangulasi dengan membandingkan dan mencocokkan data-data tersebut dengan konsepsi istri solehah di Catatan Hati Seorang Istri.
60 61
Sugiyono. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, dan R&D. Bandung:Alfabeta. 2013. Hal 272 Ibid, Hal 273
http://digilib.mercubuana.ac.id/
41
3.8. Teknik Analisis Data Analisis resepsi merupakan bagian khusus dari studi khalayak yang mencoba mengkaji secara mendalam proses aktual di mana wacana media diasimilasikan melalui praktek wacana dan budaya khalayaknya. Ada tiga elemen pokok dalam metodologi resepsi yang secara eksplisit bisa disebut sebagai “ the collection, analysis, and interpretation of reception data “ ( Jensen, 1999: 139) . Langkah penelitian62 : 1. Mengumpulkan data dari khalayak. (Data Collection). Data bisa diperoleh melalui wawancara mendalam secara individual terhadap subyek penelitian. Dalam penelitian analisis resepsi, perhatian utama dalam wawancara mendalam berpegang pada “wacana yang berkembang setelah diantarai media di kalangan pemirsa”, artinya, wawancara berlangsug untuk menggali bagaimana sebuah isi pesan media tertentu menstimulasi wacana yang berkembang dalam diri khalayaknya. Dimana peneliti mewawancarai bagaimana pemaknaan yang ada didalam subyek penelitian. 2. Menganalisis hasil atau temuan dari wawancara mendalam dan dari hasil catatan yang ada. Setelah wawancara sebagaimana langkah pertama di atas dilakukan maka, tahap berikutnya peneliti akan mengkaji catatan wawancara tersebut yang kemudian bisa disarikan berbagai kategori pernyaatan, pertanyaan, komentar. Dalam tahap ini peneliti bisa memanfaatkan metode analisis wacana sebagaimana lazimnya dipakai 62
Tri Nugroho Adi , Mengkaji Khalayak Media Dengan Metode Penelitian Resepsi. Purwokerto: Universitas Jendral Soedirman. Hal 28-29
http://digilib.mercubuana.ac.id/
42
dalam studi literer untuk menelaah makna-makna intersubjektif dan menginterpretasikan makna yang tersirat dibalik pola ketidaksepakatan pendapat di antara peserta dan sebagainya yang mungkin muncul dalam diskusi. Dalam tahap ini, peneliti kemudian tidak sekedar melakukan kodifikasi dari seberapa pendapat yang sejalan atau yang tidak sejalan melainkan lebih merekonstruksi proses terjadinya wacana dominan. 3. Tahap ini peneliti melakukan interpretasi terhadap pengalaman bermedia dari subjek penelitian. Dalam tahap ini peneliti tidak sekedar mencocokkan model pembacaan sebagaimana yang telah dirumuskan dalam acuan teoritis melainkan tetapi juga mengelaborasikan dengan temuan yang sesungguhnya terjadi di lapangan sehingga memunculkan model atau pola penerimaan yang riil dan lahir dari konteks penelitian sesungguhnya.
http://digilib.mercubuana.ac.id/