35
BAB III METODE PENELITIAN
3.1
Lokasi dan Waktu Penelitian
Kantor PLN Limboto Gorontalo, Jln. jendral sudirman kelurahan kayu bulan, peneliti mengadakan penelitian kurang lebih selama 2 bulan di Kantor PLN Limboto Gorontalo yang di mulai bulan Maret sampai dengan April 2013. 3.2
Jenis dan Metode Penelitian Jenis penelitian ini menggunakan analisis deskriptif kuantitatif yang
dilakaukan untuk mengetahui dan menjadi mampu untuk menjelaskan karakteristik variabel yang diteliti dalam suatu variabel. Misalnya studi dalam sebuah kelas dalalm hal presentase anggota yang berada dalam tahun senior dan junior mereka, komposisi gender, kelompok usia, jumlah semester yang tersisa sebelum kelulusan, bisa dianggap bersifat deskriptif. Studi deskriptif juga dilakukan dalam organisasi untuk mempelajari dan menjelaskan karakteristik sebuah karyawan, misalnya usia, tingkat pendidikan, status kerja, dan lama bekerja dalam sistem tersebut. (Sekaran, 2006:158). 3.3
Desain Penelitian Berdasarkan
jenis
penelitian,
maka
penelitian
ini
menurut
desainnya memiliki 2 variabel yakni variabel X (independent) sebagai
35
36
variabel bebas, dan variabel Y (dependant) sebagai variabel terikat, dimana desainnya disusun pada gambar dibawah. Gambar: 3.4 Desain Penelitian
KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL
KINERJA KARYAWAN
(X)
(Y)
Berdasarkan desain penelitian diatas, ditetapkan batasan-batasan yang menjadi instrumen penelitian ini: 1. Variableindependent (Kepemimpinan Transformasional) Bass et.al (1990,) dalam Maryam (2009:30), terdapat 4 (empat) dimensi Kepemimpinan transformasional yaitu: karisma (kemudian diubah menjadi pengaruh ideal atau idealized influence), inspirasi (inspirational motivation), pengembangan intelektual (intellectual stimulation), dan perhatian pribadi (individualized consideration). a. Idealized influence (pengaruh ideal/ visi). Menurut Sarros (2001) dalam Maryam (2009:27), merupakan perilaku (behavior) yang berupaya mendorong bawahan untuk menjadikan pemimpin mereka sebagai panutan (role model). Pada mulanya, dimensi ini dinamakan karisma, namun karena mendapat banyak kritik maka istilah karisma diubah menjadi pengaruh ideal atau visi. Aspek kritikal karisma adalah kekuatan spiritual (transcendent power) yang diyakini oleh
37
bawahan
dimiliki
oleh
pemimpinnya,
sehingga
bawahan
percaya
sepenuhnya dan mau melakukan apa saja demi pemimpinnya (true believer). Aspek tersebut tidak dimiliki oleh setiap orang dan selama ini tidak tercakup dalam kajian kepemimpinan transformasional, sehingga dimensi ini tidak tepat disebut karisma. Kajian mengenai dimensi ini lebih terpusat pada pemimpin yang memiliki visi jauh kedepan dan mampu menanamkan visi tersebut dalam diri bawahan (Griffin, 2004). b. Inspirational motivation (inspirasi) Menurut Griffin (2004), Inspirational Motivation memiliki korelasi yang erat dengan idealized influence. Seperti dijelaskan sebelumnya, pemimpin transformasional member inspirasi kepada bawahan untuk memusatkan perhatian pada tujuan bersama dan melupakan kepentingan pribadi. Inspirasi dapat diartikan sebagai tindakan atau kekuatan untuk menggerakkan emosi dan daya pikir orang lain (Griffin, 2004). c. Intellectual stimulation (Pengembangan Pengetahuan) Merupakan faktor penting kepemimpinan transformasional yang jarang memperoleh perhatian. Intellectual stimulation merupakan perilaku yang berupaya mendorong perhatian dan kesadaran bawahan akan permasalahan mengembangkan
yang
dihadapi.
kemampuan
Pemimpin bawahan
kemudian untuk
berusaha
menyelesaikan
permasalahan dengan pendekatan pendekatan atau perspektif baru. Dampak intellectual stimulation dapat dilihat dari peningkatan kemampuan bawahan dalam memahami dan menganalisis permasalahan serta
38
kualitas pemecahan masalah (problem solving quality) yang ditawarkan (Rafferty & Griffin, 2004; dalam Maryam 2009:36). d. Individualized consideration (perhatian pribadi). Individualized consideration mengarah pada pemahaman dan perhatian pemimpin pada potensi dan kemampuan yang dimiliki oleh setiap bawahannya. Pemimpin menyadari perbedaan kemampuan, potensi, dan juga kebutuhan bawahan. Pemimpin memandang setiap bawahannya sebagai aset organisasi. Oleh sebab itu, pemahaman pemimpin
akan
potensi
dan
kemampuan
setiap
bawahan
memudahkannya membina dan mengarahkan potensi dan kemampuan terbaik setiap bawahan (Bass et.al., 2003; dalam Darwito, 2008:40). 1. Variable Dependant (Kinerja Karyawan) Kinerja karyawan mengacu pada mutu pekerjaan yang dilakukan oleh karyawan didalam implementasi mereka melayani program sosial. Memfokuskan pada asumsi mutu bahwa perilaku beberapa orang yang lain lebih pandai daripada yang lainnya dan dapat diidentifikasi, digambarkan, dan terukur (Darwito, 2008:32). Menurut Keban, (2000:195), menyatakan bahwa kinerja seorang karyawan/ karyawan dapat dilihat dari 9 hal yang dalam penelitian ini dibatasi dengan 4 (empat) hal saja yakni: (1) kuantitas kerja, (2) kualitas kerja, (3) kerjasama, (4) inisiatif dan penyampaian ide-ide yang sehat.
39
3.4
Populasi dan Sampel
3.4.1 Populasi Populasi adalah keseluruhan objek penelitian baik terdiri dari benda yang nyata, abstrak, peristiwa ataupun gejala yang merupakan sumber data dan memiliki karakter tertentu dan sama. Populasi dalam penelitian ini bersifat heterogen berdasarkan jenis kelamin, usia, dan lama bekerja, tingkat pendidikan dan lain sebagainya (Sukandarrumidi, 2002: 47). Berdasarkan penjelasan tersebut, maka yang menjadi populasi dari penelitian ini adalah karyawan termasuk kepala kantor (pimpinan) PLN Limboto Gorontalo yang berjumlah 39 orang. 3.4.2 Teknik Penarikan Sampel Menurut Arikunto, (2006:131) sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Apabila subjek yang diteliti kurang dari 100, maka lebih baik diambil semuanya sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Berdasarkan penjelasan tersebut, penelitian ini mengambil seluruh populasi yang menjadi Karyawan pada PLN Limboto selain Pimpinan. Sehingga yang menjadi sampel pada pnelitian ini sebanyak 38 orang karyawan.
3.5
Teknik Pengumpulan Data Untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini, maka peneliti
menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut: a. Observasi
40
Teknik ini adalah teknik awal yang digunakan, di mana secara langsung penulis mengamati tentang keadaan karyawan secara keseluruhan serta mengamati proses penuntasan tugastugas karyawan yang berhubugan Gaya Kepemimpinan dan Kinerja Karyawan. b. Kuisioner Menurut
Husein
Umar
(2003)
mengemukakan
teknik
kuesioner merupakan suatu pengumpulan data yang diberikan respon atas daftar pertanyaan tersebut yang akan diuji pada penelitian. Untuk lebih memudahkan pengujian data, maka setiap soal dalam kuisioner diberikan skor. Proses pemberian skor dilakukan dengan membuat klasifikasi dan kategori atas jawaban pertanyaan kuesioner sesuai tanggapan responden. Setiap jawaban responden diberi skor nilai yang disusun berdasarkan skala likert. Skor yang diberikan pada tiap-tiap pertanyaan adalah sebagai berikut (Sugiyono, 2002): 1
= Sangat Tidak Setuju (STS)
2
= Tidak Setuju (TS)
3
= Netral (N)
4
= Setuju (S)
5
= Sangat Setuju (SS)
41
3.6
Sumber Data Untuk memperoleh data yang diperlukan dari penelitian ini bersumber dari:
a. Data Primer : merupakan suatu penelitian dengan mendapatkan data yang langsung dan konkrit serta actual dari sumbernya yaitu pada setiap karyawan Kantor PLN Limboto, dengan menggunakan dua metode yaitu : 1. Metode Survey, yaitu untuk memperoleh informasi yang didasarkan pada
upaya
memberikan
tanggapan
pertanyaan
kepada
responden. 2. Metode
Observasi,
yaitu
suatu
pengumpulan
data
dengan
mengamati secara langsung pada objek yang dituju, khususnya hal-hal yang berkaitan dengan penelitian ini.
3.7
Metode analisis data Untuk memudahkan peneliti dalam mencari permasalahan dalam
penelitian ini, dilakukan analisis data dengan menggunakan metoe statistic dalam software SPSS 16.0 sebagai berikut: 3.7.1 Uji Validitas Pengujian validitas data digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dianggap valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu mengungkapkan sesuatu yang diukur oleh kuesioner tersebut (Ghozali, 2009). Dalam hal ini digunakan item
42
pertanyaan yang diharapkan dapat secara tepat mengungkapkan variabel yang diukur. Untuk mengukur tingkat validitas item-item pertanyaan kuesioner terhadap tujuan pengukuran adalah dengan melakukan korelasi antar skor item pertanyaan dengan skor variabel (Ghozali, 2009). Uji signifikasi ini membandingkan korelasi antara nilai masing-masing item pertanyaan dengan nilai total. Apabila besarnya nilai total koefisien item pertanyaan masing-masing variabel melebihi nilai signifikan maka pertanyaan tersebut dinilai
tidak
valid.
Pengujian
validitas
dapat
dilakukan
dengan
menggunakan rumus: n ∑xy rxy =
[n ∑x2 ( ∑x ) 2 ] [n ∑y2
( ∑x ) ( ∑y ) ( ∑y ) 2]
Dimana: rxy = Angka indeks korelasi n
= jumlah responden
∑x
= jumlah seluruh skor X
∑y
= jumlah seluruh skor Y
∑xy
= jumlah seluruh perkalian antara nilai X dan Y
3.7.2 Uji Reliabilitas Yang dimaksud dengan reliabilitas adalah pengukuran untuk suatu gejala. Semakin tinggi reliabilitas suatu alat ukur, maka semakin stabil alat tersebut untuk digunakan. Menurut Supranto (1999) alat ukur dikatakan
43
reliable (handal) kalau dipergunakan untuk mengukur berulangkali dalam kondisi yang relatif sama, akan menghasilkan data yang sama atau sedikit variasi. Tingkat reliabilitas suatu konstruk / variabel penelitian dapat dilihat dari hasil statistik Cronbach Alpha (α). Dengan rumus sebagai berikut.
k
α=
1
k 1
Si St
(Ghazali, 2009:45)
Keterangan : k
=
Jumlah instrument pertanyaan
∑Si²
=
Jumlah Varians dalam setiap instrumen
S
=
Varians keseluruhan instrument
=
Standar deviasi pada test untuk semua orang
Suatu variabel dikatakan reliable jika memberikan nilai cronbach alpha > 0,60 (Ghozali, 2005). Semakin nilai alphanya mendekati satu maka nilai reliabilitas datanya semakin terpercaya. Untuk lebih jelas dalam menjelaskan nilai reliabilitas, berikut disajikan tabel koefisien reliabilitas pada halaman berikutnya.
44
Tabel III.I Kriteria Indeks Koefisien Reliabilitas Interval
Kriteria
<0,200
Sangat Rendah
0,2 – 0,399
Rendah
0,4 – 0,599
Cukup
0,6 – 0,799
Tinggi
0,8 – 1,00
Sangat Tinggi
Sumber : Arikunto (2002) 3.7.3 Uji Normalitas Tujuan uji normalitas adalah untuk menguji apakah dalam sebuah model regresi, variabel terikat dan variabel bebas atau keduanya mempunyai distribusi normal ataukah tidak. Model regresi yang baik adalah distribusi data normal atau mendekati normal. Deteksi normalitas dilakukan dengan melihat grafik NormalProbability Plot (Ghozali, 2005). Dasar pengambilan keputusannya adalah sebagai berikut : a. Jika data menyebar di sekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal maka model regresi memenuhi asumsi normalitas. b. Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau mengikuti arah garis diagonal maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
45
3.7.4 Analisis Regresi Sederhana Analisis regresi digunakan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh
hubungan
variabel
X
(Kepemimpinan
Transformasional)
terhadap variabel Y (Kinerja Karyawan). Persamaan regresi yang dipakai adalah sebagai berikut (Supranto, 1998): Ŷ = βΧ+ е Keterangan : Y = Kinerja Karyawan β = Koefisien regresi dari variabel X (Gaya Kepemimpinan) X = Kepemimpinan Transformasional e = Standar error
3.8
Uji Koefisien Regresi
3.8.1 Uji t Uji t Digunakan untuk menguji berarti atau tidaknya hubungan variabel independent atau variabel Gaya Kepemimpinan (X), terhadap variabel dependen Kinerja Karyawan (Y). Langkah-langkah pengujiannya adalah sebagai berikut (Ghozali, 2005): a. Menentukan Formulasi Hipotesis 1. H0 : β = 0, artinya variabel X1, X2 mempunyai pengaruh yang signifikan secara parsial terhadap variabel Y. b. Menentukan derajat kepercayaan 95% (α =0,05)
46
c. Menentukan signifikansi 1. Nilai signifikasi (P Value) < 0,05 maka H0 diterima dan Ha ditolak. 2. Nilai signifikasi (P Value) > 0,05 maka H0 diterima dan Ha ditolak. d. Membuat kesimpulan 1. Bila (P Value) < 0,05 maka H0 ditolak dan Ha diterima. Artinya variabel independent secara parsial mempengaruhi variabel dependent. 2. Bila (P Value) > 0,05 maka H0 diterima dan ditolak. Artinya variabel independent
secara
parsial
tidak
mempengaruhi
variabel
dependent. 3.8.2 Koefisien Determinasi Koefisien determinasi (R²) dilakukan untuk melihat adanya hubungan yang sempurna atau tidak, yang ditunjukkan pada apakah perubahan variabel bebas (Kepemimpinan Transformasional) akan diikuti oleh variabel terikat (Kinerja Karyawan) pada proporsi yang sama. Pengujian ini dengan melihat nilai R Square (R2). Nilai koefisien determinasi adalah antara 0 sampai dengan 1. Selanjutnya nilai R² yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independent dalam menjelaskan variasi variabel dependent amat terbatas. Nilai yang mendekati 1 berarti variabel-variabel independent memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi dependent (Ghazali, 2005).