BAB III METODE PENELITIAN
3.1
Jenis Penelitian
3.1.1 Jenis Penelitian serta metode yang di gunakan Jenis penelitian ini tergolong sebagai sebuah penelitian deskriptif dengan menggunakan metode survey. Penelitian deskiptif dapat diartikan sebagai proses pemecahan masalah yang diselidiki dengan melukiskan keadaan subjek dan objek penelitian pada saat sekarang berdsarkan fakta-fakta yang tampak atau bagaimana adanya. Pelaksanaan metode penelitian deskriptif tidak terbatas sampai pada pengumpulan dan penyusunan data, tetapi meliputi analisis dan interpretasi tentang data yang diperoleh, selain itu semua yang dikumpulkan memungkinkan menjadi kunci terhadap apa yang telah diteliti. Dalam pelaksanaanya, metode penelitian ini menekankan pada studi untuk memperoleh informasi mengenai status gejala pada saat penelitian dilakukan. Metode ini tidak hanya memberikan gambaran terhadap fenomena-fenomena tetapi juga menerangkan hubungan, mempengaruhi hipotesis-hipotesis. Membuat prediksi serta mendapatkan makna dan implikasi dari suatu masalah yang ingin dipecahkan. Moh Nasir (2003) menjelaskan sebagai berikut: Tujuan dari penelitian deskriptif adalah membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, factual, akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat, serta hubungan antara fenomena yang diselidiki.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode descriptive survey informasi dari responden dikumpulkan langsung di tempat kejadian secara empiric, dengan tujuan untuk mengetahui pendapat dari populasi terhadap variabel-variabel yang diteliti.
3.2
Deskripsi populasi dan penentuan sampel.
3.2.1 Populasi Populasi di definisikan sebagai keseluruhan subyek dan obyek penelitian (Arikunto, 1998). Sumarni (2006) juga mendefinisikan populasi sebagai keseluruhan objek yang di pil ih dan terdiri atas sejumlah individu baik yang terbatas (finite), maupun yang tidak terbatas (invinite). Populasi juga bisa di artikan sebagai wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi yang diambil ini adalah seluruh karyawan pada PT. SS. Utama yang berjumlah 1500 orang.
3.2.2. Sampel Sampel adalah bagian dari populasi yang mempunyai ciri dan karekteristik yang sama dengan populasi tersebut. Populasi dan sampel sangat diperlukan dalam sebuah penelitian untuk mengumpulkan data dari variabel yang diteliti, populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Sampel yg diambil adalah 5% dari jumlah populasi yaitu sebanyak 75 orang. (5% x 1500 = 75).
Menurut Suharsimi Arikunto (2002), bila populasi kurang dari 100 lebih baik diam bil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Selanjutnya jika jumlahnya besar (lebih dari 100) dapat diambil antara 5 -15 % atau lebih tergantung setidaknya dari :
3.3.
a.
Kemampuan penelitian dari segi waktu, tenaga, biaya.
b.
Sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap subyek, karena hal ini.
c.
Menyangkut banyak sedikitnya data.
d.
Besar kecilnya resiko yang ditanggung peneliti.
Variabel dan definisi operasional variabel. Variabel penelitian adalah hal-hal yang dapat membedakan atau membawa variasi
pada nilai (Sekaran, 2006). Dalam penelitian ini, variabel yang di gunakan terdiri atas dua variabel yaitu variabel independen (bebas) yaitu gaya kepemimpinan dan variabel depend en (terikat) yaitu kinerja. Variabel-variabel tersebut dapat di jelaskan sebagai berikut :
3.3.1. Gaya kepemimpinan (Variabel bebas / X) Gaya kepemimpinan mengandung pengertian sebagai suatu gambaran atau perwujudan tingkah laku dari seorang pemimpin, yang menyangkut kemampuannya dalam memimpin. Perwujudan tersebut biasanya membentuk suatu pola atau bentuk tertentu. Davis dan Newstrom (1995) menyatakan bahwa, pola tindakan pemimpin secara keseluruhan seperti yang dipersepsikan atau diacu oleh bawahan tersebut dikenal sebagai gaya kepemimpinan. Dalam perkembangannya, berbagai tipe dan gaya kepemimpinan banyak dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Dalam melakukan kegiatan menggerakan atau memberikan
motivasi kepada bawahannya, berbagai cara dapat dilakukan oleh seorang pemimpin yakni dengan melakukan tindakan-tindakan yang selalu terarah pada pencapaian tujuan organisasi. Menurut Haryono Sudriamunawar (2006) ada 3 gaya kepemimpinan yaitu : a.
Gaya Otokratis, gaya kepemimpinan otokratis dapat pula disebut “tukang
cerita” pemimpin otokratis biasanya merasa bahwa mereka mengetahui apa yang mereka inginkan dan cenderung mengekspresikan kebutuhan-kebutuhan tersebut dalam bentuk perintah-perintah langsung pada bawahan. Adapun indikator gaya kepemimpinan otokratis ini yang meliputi : -
Cara penetapan kebijakan dan perintah.
-
Peran tunggal yang selalu di dapati pada seorang pemimpin.
-
Penyampaian informasi yang kurang detail pada bawahan.
-
Pendasarkan diri pada kekuasaan dan paksaan mutlak yang harus dipatuhi.
-
Pujian dan kritik yang dilandasi oleh pendapat pribadi.
-
Komunikasi yang di harapkan tidak selalu berlangsung satu arah. b.
Gaya Partisipatif, gaya kepemimpinan partisipatif dikenal pula dengan istilah
gaya demokratis, gaya ini berasumsi bahwa para anggota organisasi yang ambil bagian secara pribadi dalam proses pengambilan keputusan akan lebih memungkinkan sebagai suatu akibat mempunyai komitmen yang jauh lebih besar pada sasaran dan tujuan organisasi, bukan tidak berarti memungkinkan sebagai suatu akibat mempunyai komitmen yang jauh lebih besar pada sasaran dan tujuan organisasi, bukan tidak berarti para pemimpin tidak membuat keputusan tapi justru para pemimpin seharusnya memahami terlebih dahulu apakah yang menjadi sasaran organisasi sehingga mereka dapat menggunakan pengetahuan para anggotanya.
Beberapa indikator yang mendasari gaya ini antara lain : -
Pelibatan bawahan dalam pengambilan keputusan.
-
Pemimpin yang tak segan untuk turun langsung kepada bawahan untuk mencari pendapat atau saran dari bawahan.
-
Pemimpin lebih mengutamakan tujuan organisasi atau perusahaan dari pada tujuan pribadi.
-
Semua anggota berperan dan bertanggung jawab atas keberhasilan dan kegagalan perusahaan. c.
Gaya kendali bebas, istilah lain dari gaya ini yaitu “laissez faire” pendepatan
ini tidak berarti tidak ada sama sekali pimpinan, ini hanya berarti tidak adanya pimpinan langsung. Menurut pendekatan ini suatu tugas disajikan kepada kelompok yang biasanya menentukan teknik-teknik mereka sendiri guna mencapai tujuan tersebut dalam rangka mencapai sasaran-sasaran kebijaksanaan organisasi. Pada dasarnya seorang pemimpin bertindak sebagai seorang penghubung antara sumber luar dan kelompok serta menegaskan bahwa tersedia sumber daya yang diperlukan bagi kepentingan anggota.
Beberapa indikator gaya ini meliputi : -
Kebebasan penuh bagi keputusan kelompok atau individu dengan partisipasi minimal dari pemimpin.
-
Rancunya struktur organisasi dan tanggung jawab setiap anggotanya.
-
Partisipasi minimal dari pemimpin dalam setiap pemberian sebuah tugas.
-
Penilaian secara spontan terhadap suatu kegiatan.
-
Bawahan dapat mengambil keputusan yang relevan untuk mencapai tujuan segala hal yang mereka anggap cocok dengan tingkat senioritas sebagai tolak ukur. Berdasarkan pemaparan ke tiga gaya kepemimpinan di atas, maka dapat di susun
empat sistem atau tingkat model efektitas manajemen, antara lain : I.
Sistem 1, manajer membuat semua keputusan yang berhubungan dengan kerja dan memerintah
para
bawahan
untuk
melaksanakannya.
Standar
dan
metode
pelaksanaannya juga secara kaku ditetapkan oleh manajer. II.
Sistem 2, manajer tetap menentukan perintah-perintah, tetapi memberi bawahan kebebasan untuk memberikan komentar terhadap perintah-perintah tersebut. Bawahan juga diberi berbagai fleksibilitas untuk melaksanakan tugas-tugas mereka dalam batas-batas dan prosedur-prosedur yang telah di tetapkan.
III.
Sistem 3, manajer menetapkan tujuan-tujuan dan memberikan perintah-perintah setelah hal-hal itu didiskusikan terlebih dahulu dengan bawahan. Bawahan dapat membuat keputusan-keputusan mereka sendiri tentang cara pelaksanaan tugas. Penghargaan lebih digunakan untuk memotivasi bawahan dari pada ancaman hukuman.
IV.
Sistem 4, tujuan-tujuan ditetapkan dan keputusan-keputusan kerja dibuat oleh kelompok. Bila manajer yang secara formal membuat keputusan, mereka melakukan setelah mempertimbangkan saran-saran dan pendapat-pendapat dari para anggota kelompok. Untuk memotivasi bawahan, manajer tidak
hanya menggunakan
penghargaan-penghargaan ekonomis tetapi juga mencoba memberikan kepada bawahan perasaan dibutuhkan dan penting.
3.3.2. Kinerja ( Variabel terikat / Y ) Kinerja seorang karyawan merupakan hal yang bersifat individual, karena setiap karyawan mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda - beda dalam mengerjakan tugasnya. Pihak manajemen dapat mengukur karyawan atas unjuk kerjanya berdasarkan kinerja dari masing - masing karyawan. Kinerja adalah sebuah aksi, bukan kejadian. Aksi kinerja itu sendiri terdiri dari banyak komponen dan bukan merupakan hasil yang dapat dilihat pada saat itu juga. Pada dasarnya kinerja merupakan sesuatu hal yang bersifat individual, karena setiap karyawan memiliki tingkat kemampuan yang berbeda dalam mengerjakan tugasnya. Kinerja tergantung pada kombinasi antara kemampuan, usaha, dan kesempatan yang diperoleh. Hal ini berarti bahwa kinerja merupakan hasil kerja karyawan dalam bekerja untuk periode waktu tertentu dan penekanannya pada hasil kerja yang diselesaikan karyawan dalam periode waktu tertentu. Malayu S.P. Hasibuan (2001), mengemukakan bahwa kinerja (prestasi kerja) adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang dalam melaksanakan tugas tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas kecakapan, pengalaman dan kesungguhan serta waktu. Ada pun beberapa indikator yang di gunakan sebagai tolak ukur penilaian kinerja antara lain : -
Kualitas yaitu tingkat dimana hasil aktifitas yang dilakukan mendekati sempurna dalam arti menyesuaikan beberapa cara ideal dari penampilan aktivitas ataupun memenuhi tujuan yang diharapkan dari suatu aktivitas.
-
Kuantitas yang menyangkut tentang jumlah yang dihasilkan dalam istilah jumlah unit, jumlah siklus aktivitas yang diselesaikan.
-
Ketepatan waktu yaitu tingkat suatu aktifitas diselesaikan pada waktu awal yang diinginkan, dilihat dari sudut koordinasi dengan hasil output serta memaksimalkan waktu yang tersedia untuk aktifitas lain.
-
Efektivitas
adalah
tingkat
penggunaan
sumber
daya
manusia,
organisasi
dimaksimalkan dengan maksud menaikan keuntungan atau mengurangi kerugian dari setiap unit dalam penggunaan sumber daya. -
Kemandirian adalah tingkat dimana seorang pegawai dapat melakukan fungsi kerjanya tanpa minta bantuan bimbingan dari pengawas atau meminta turut campurnya pengawas untuk menghindari hasil yang merugikan.
-
Komitmen berorganisasi yaitu tingkat dimana pegawai mempunyai komitmen kerja dengan organisasi dan tanggung jawab pegawai terhadap organisasi.
3.4.
Tehnik pengumpulan data. Pada setiap penelitian, baik yang bersifat terbuka dipublikasikan
maupun yang
rahasia tertutup atau untuk kelompok yang sangat terbatas, selalu dipergunakan alat -alat pengumpul data yang disebut teknik pengumpulan data yang tersusun dengan baik dan disesuaikan dengan tujuan penelitian (Kartono,1998,: 139 dalam Purnomo,2003). Teknik pengumpulan data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah kuisioner. Teknik kuisioner dimaksudkan adalah untuk memperoleh data primer. Kuisioner adalah suatu penyelidikan mengenai suatu masalah yang umumnya banyak menyangkut kepentingan umum yang dilakukan dengan jalan mengadakan suatu daftar pertanyaan berupa
formulir-formulir yang diajukan secara tertulis kepada sejumlah subyek untuk mendapatkan jawaban tentang tanggapan (respon) tertulis seperlunya (Singarimbun,2003,:130 Purnomo). Dengan demikian, dari daftar pertanyaan tersebut diharapkan dapat diperoleh data primer secara langsung dari responden yang mempunyai kaitan erat dengan penelitian ser ta mempunyai sifat reabilitas dan validitas yang tinggi. Data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan beberapa teknik pengumpulan data yaitu : 1.
Studi Kepustakaan (Library Research)
Penelitian ini dilakukan dengan membaca dan mempelajari literatur-literatur yang berhubungan dengan masalah-masalah yang dibahas.
2. Riset Lapangan (Field Research) Penelitian ini dilakukan dengan mendatangi secara langsung pada objek yang akan diteliti, diantaranya dengan cara : a.
Wawancara, yang peneliti lakukan adalah dengan cara tanya jawab langsung dengan
pimpinan dan karyawan yang ditunjuk untuk memberikan penjelasan berkaitan dengan penelitian ini. b.
Angket (Questioner) merupakan pengumpulan data dengan menggunakan daftar
pertanyaan yang disebarkan kepada responden untuk memperoleh data. c.
Dokumentasi, yaitu pengumpulan data yang dilakukan dengan cara melihat catatan -
catatan serta dokumen-dokumen yang ada, misalnya jumlah karyawan, tingkat pendidikan dan masa kerja.
3.5.
Tehnik pengukuran data. Skala pengukuran adalah yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala data
interval dengan menggunakan skala pengukuran yaitu skala likert, menurut Sugiyono (2003:86) skala likert digunakan untuk mengukur sikap, minat, pendapat
dan persepsi
seseorang tentang fenomena sosial, dimana jawaban setiap instrumen mempunyai gradasi dari sangat positif sampai dengan sangat negatif dan untuk keperluan analisis secara kuantitatif, maka jawaban itu diberi skor dengan nilai tertinggi 4 dan nilai terendah 1 sehingga data yang diperoleh merupakan data interval.
Tabel 3.1 Skor kuisioner
Pernyataan
3.6.
Sangat tidak setuju
1
Tidak setuju
2
Setuju
3
Sangat setuju
4
Tehnik analisa data.
3.6.1. Uji validitas dan reabilitas. 1.
Uji validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu
kuesioner
dikatakan
valid
jika
pertanyaan
pada
kuesioner
mampu
untuk
mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut (Ghozali, 2005). Dalam hal ini digunakan beberapa butir pertanyaan yang dapat secara tepat mengungkapkan variabel yang diukur tersebut. Dengan demikian permasalahan validitas instrumen (angket) untuk mengukur apa yang diukur, maka disebut valid dan sebaliknya apabila tidak mampu mengukur apa yang diukur, maka dinyatakan tidak valid. Kriteria yang digunakan atau batas minimum suatu instrumen atau angket dinyatakan valid apabila (Sudarmanto, 2005; 79) Harga koefisien korelasi yang diperoleh dari analisis dibandingkan dengan harga koefisien korelasi pada table dengan tingkat kepercayaan yang telah dipilih dibuat suatu ukuran tertentu, suatu instrumen dinyatakan valid bila harga koefisien r tabel < r hitung, apabila r tabel > r hitung maka tidak valid. Dimana (Sujarweni) : df = n – K - 1 (sig 5%, n = jumlah sampel) 2.
Uji Reabilitas Suatu alat ukur dikatakan memiliki reliabilitas yang tinggi atau dapat dipercaya, apabila
alat ukur tersebut stabil sehingga dapat diandalkan (dependability) dan dapat digunakan untuk meramalkan (pedictability). Dengan demikian alat ukur tersebut akan memberikan hasil pengukuran yang tidak berubah-ubah dan akan memberikan hasil yang serupa apabila digunakan berkalikali. Reliabilitas menunjukkan pada suatu pengertian bahwa, sesuatu instrument cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data yang tidak bersifat tendensius atau
mengarahkan responden untuk memilih-milih jawaban-jawaban tertentu. Instrumen yang reliabel akan menghasilkan data yang sesuai dengan kondisi sesungguhnya. Untuk pengujian reliabilitas (Sudarmanto, 2005; 89) dilakukan dengan membandingkan r-hitung (alpha) dengan r tabel dengan syarat alpha positif dan lebih besar dari r tabel. Uji reliabilitas dapat dilakukan secara bersama-sama terhadap seluruh butir pertanyaan, jika nilai Alpha > 0.60 maka reliabel dan jika nilai Alpha < 0,60 maka tidak reliabel.
3.6.2. Model Analisis Model analisis yang akan digunakan adalah model fungsional yang dinyatakan dalam bentuk persamaan Regresi Linier Sederhana. Secara umum model analisis dapat dirumuskan sebagai berikut :
Y = a + bx Dimana : Y = Kinerja. a = Konstanta. b = Koefisien regresi dari masing-masing variabel bebas. x = Gaya kepemimpinan. Dalam penelitian ini skala pengukuran yang digunakan adalah skala Likert dimana skala tersebut memberikan skor untuk : Jawaban A (Sangat tidak setuju)
=1
Jawaban B (Tidak setuju)
=2
Jawaban C (Setuju )
=3
Jawaban D (Sangat setuju )
3.7.
=4
Uji statistik. Analisis dan pengolahan data akan dilakukan untuk menguji hipotesis dengan
menggunakan uji statistik, yaitu Uji parsial ( Uji T ). Untuk menguji pengaruh dari variabel bebas terhadap variable terikat maka dilakukan uji statistik dengan menggunakan taraf signifikansi dan derajat kebebasan yang telah di tentukan. Untuk melihat pengaruh variabel bebas secara parsial terhadap variabel terikatnya, adapun langkahnya sebagai berikut :
Merumuskan hipotesis secara statistik. H0 : ß1
=
0, tidak ada pengaruh yang signifikan dari variable X terhadap
variabel Y. Hi : ß1
≠
0, ada pengaruh yang signifikan dari variabel X terhadap
variabel Y. Level Of Significant = 0,05 (5%). Jika nilai Tsig < 0,05 maka maka ada pengaruh yang signifikan dari variabel X terhadap variabel Y. Jika nilai Tsig ≥ 0,05 maka tidak ada pengaruh yang signifikan dari variabel X terhadap variabel Y. Kriteria Pengujian Sebagai Berikut :
Jika t hitung ≤ t tabel, maka H0 di terima dan H1 di tolak yang berarti variasi dari model regresi tersebut tidak dapat menerangkan variabel terikatnya. Jika t hitung > t tabel maka H0 di tolak dan H1 di terima yang berarti variasi dari model regresi dapat menerangkan variable terikatnya.