BAB III IMPLEMENTASI METODE THORIQATU TAKRIRY AL-QIRAATIAL-JUZ’I VERSI AL-QOSIMI DALAM PEMBELAJARAN TAHFIDZ AL-QUR’AN DI SDIT FAJRUL ISLAM KAMPIL WIRADESA.
A. Gambaran Umum SDIT Fajrul Islam Kampil, Wiradesa. 1. Sejarah Berdirinya Berawal dari 7 orang aktivis masjid yang punya pemikiran sama yaitu ingin mendirikan sebuah lembaga pendidikan formal berbasis islam. Setelah diadakan musyawarah dengan beberapa pengurus maka tercetuslah mendirikan sebuah TKIT Fajrul Islam di Bondan Sari yang waktu itu terdiri dari kelas A dan kelas B, pada tahun 2006 dengan jumlah siswa 15. Setelah itu pada tahun 2009 dengan berbagai usulan para pengurus maka didirikanlah sebuah SDIT Fajrul Islam yang pada waktu masih ngontrak di desa Rowoyoso kecamatan Wonokerto,
berjalan hanya satu
tahun, dengan jumlah 11 siswa. Kegiatan belajar mengajar ini tidak didukung oleh masyarakat sekitar, karena berbagai isu yang berkembang, dan pada waktu itu belum mendapatkan ijin operasional sehingga masyarakat menganggap bahwa SDIT tersebut adalah sesat, padahal itu hanyalah isu dari pihak-pihak yang tidak suka dengan keberadaan SDIT tersebut. Akhirnya SDIT Fajrul Islam pindah ke Kampil kecamatan Wiradesa, yang masih menggunakan gedung madrasah TPQ Darrul Arqom, dengan
40
41
jumlah siswa berikutnya adalah 11 anak. Dan telah mendapat ijin operasional
tahun
2012.
SDIT/YSDPFI/VI/2009.
Dengan Tanggal
No. SK.
SK.
Pendirian:
Pendirian:
01/SK-
15-06-2009.
No.SK.Operasional: 420/2380/2012. Hingga akhirnya mendapatkan tanah wakaf dari H. Taufiq, dan sekarang telah dibangun menjadi 3 gedung. Walau belum selesai pembangunannya dan rencananya karena tanahnya tidak cukup untuk 6 kelas maka akan dibuat bertingkat namun sudah digunakan untuk kelas IV, V, dan VI. Dan untuk kelas I, II, dan III, masih tetap di gedung madrasah TPQ. Walaupun begitu SDIT Fajrul Islam punya cita-cita besar yaitu untuk menjadikan para siswanya hafal Al-Qur’an walaupun hanya 3 juz. Maka dari itu dengan mengedepankan pendidikan Al-Qur’an dan agama Islam, SDIT Fajrul Islam Kampil Wiradesa telah menjadi SDIT yang berkualitas.1
2. Lokasi SDIT Fajrul Islam SDIT Fajrul Islam Kampil Wiradesa terletak di Jl. Mayjen Sutoyo Gg. Masjid Darul Arqom RT. 01 RW 01 Kampil Wiradesa. Untuk kegiatan belajar mengajar kelas I,II dan III masih menggunakan gedung madrasah TPQ Darrul Arqom, dan untuk kelas IV, V dan VI sudah menggunakan gedung baru walaupun masih dalam tahap pembangunan. Gedung tersebut
1
Dokumen SDIT Fajrul Islam Tahun Ajaran 2014/2015.
42
berada di sebelah barat masjid Darrul Arqom. Adapun area yang membatasi gedung ini adalah: Timur
: Rumah warga
Barat
: Pondok Darrul Arqom
Utara
: Rumah warga
Selatan
: Rumah warga
Adapun yang membatasi gedung baru adalah: Timur
: Rumah warga
Barat
: Persawahan
Utara
: Rumah warga
Selatan
: Rumah warga2
3. Visi dan Misi Adapun visi dan misi SDIT Fajrul Islam Kampil Wiradesa adalah sebagai berikut: a. Visi: Menjadi sekolah dasar yang unggul dan kompetitif di tingkatnya serta menjadi kebanggaan umamat dengan 4 (empat) indikator keunggulan:
2
1)
Unggul dalam aqidah yang kuat
2)
Unggul dalam pembentukan akhlaqul karimah
3)
Unggul dalam aktifitas keagamaan
Hasil Observasi di SDIT Fajrul Islam Kampil Wiradesa, Tanggal 19 Februari 2015.
43
4)
Unggul dalam prestasi akademik
b. Misi: 1)
Menyelenggarakan pola pendidikan alternatif yang berdasarkan Al-Qur’an dan sunnah Rasulullah SAW dengan sasaran pengembangan yang komprehensif dan seimbang meliputi: ruhiyyah (kejiwaan), fikriyah (pemikiran), dan ijtimiyyah (sosial).
2)
Menerapkan managemen partisipatif, dengan melibatkan seluruh komponen sekolah dan yang terkait dengan proses pendidikan.
3)
Menumbuhkan sengamat keunggulan secara intensif kepada seluruh warga sekolah.
4. Kurikulum dan Model Pembelajaran Kurikulum yang digunakan di SDIT Fajrul Islam meliputi kurikulum Diknas, kurikulum Diniyah, dan kurikulum unggulan SDIT Fajrul Islam. Sedangkan
dalam
proses
pembelajaran
SDIT
menggunakan
pembelajaran integratif thematic yakni sebuah pembelajaran tematik yang bertujuan untuk memberikan pengalaman bermakna kepada siswa secara utuh, dengan sebuah pendekatan pembelajaran berbasis scientific approach. Dalam pendekatan scientific siswa diharapkan dapat melakukan ketrampilan-ketrampilan ilmiah, seperti: a. Observating b. Questioning
44
c. Exsperimenting d. Associating e. Communication Adapun model pembelajaran yang diterapkan dalam pendekatan pembelajaran scientific melalui: a. Project based learning b. Problem based learning c. Discovery learning 3
5. Struktur Organisasi Untuk mengelola lembaga pendidikan/sekolah Islam yang baik, diperlukan para personal yang mampu dan tanggung jawab dalam melaksanakan tugas sesuai dengan yang dijabarkan dan dibentuk dalam struktur organisasi sekolah. Struktur organisasi SDIT Fajrul Islam dapat dilihat pada uraian sebagai berikut:
3
Kepala sekolah
: Zaenal Arifin, M.Pd,I
Komite sekolah
: Hadi Suwirno, S.T.
UPT
: Dindikbud Wiradesa
Sekretaris
: Titin Nur Indahsari
Bendahara
: Tri A. Saadi
Seksi Kesiswaan
: Drs. Mujazin
Dokumen SDIT Fajrul Islam Tahun Ajaran 2014/2015.
45
Seksi Kurikulum
: Fita Setyaningsih
Seksi Sarpras
: Tiyas Prasetyo
Guru kelas 1
: Drs. Mujazin
Guru kelas 2
: M. Fahmi Hidayat
Guru kelas 3
: Ita Aprilia, S.Pd,I
Guru kelas 4
: Fita Setyaningsih
Guru kelas 5
: Misrokha, S.Pd.
Guru kelas 6
: Ana Nurdiana, S.HE
Guru muri-Q
: Tiyas Prasetya
Guru Bahasa Arab
: Zaenal Arifin, M.Pd,I
Guru PAI
: Titin Nur Indahsari
Guru Penjaskes
: Prijono Budi S, S. Pd.
Guru Tahfidz 1
: Tiyas Prsetya
Guru Tahfidz 2
: Ubaid An-Najah
Adapun ustadz-ustadz pemandu kelompok dalam pembelajaran tahfidz adalah sebagai berikut: Pemandu Tahfidz 1
: Ust. Syahrir
Pemandu Tahfidz 2
: Ust. Hakim
Pemandu Tahfidz 3
: Ust. M. Faruq
Pemandu Tahfidz 4
: Ust. Abdurrahman
Pemandu Tahfidz 5
: Ust. Rosyid
Pemandu Tahfidz 6
: Ust. Mujazin
Pemandu Tahfidz 7
: Ust. M. Nur
46
Pemandu Tahfidz 8
: Ust. Endi
Pemandu Tahfidz 9
: Ust. Adib
Pengajar Ekstra Kulikuler Tahfidz :
6.
Kelas 1
: Ust. Santoso
Kelas 2
: Ust. Imam Bilal
Kelas 3 dan 4
: Ust. Saifullah
Kelas 4
: Ust. Muhtash.4
Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana merupakan hal yang penting dalam mencapai tujuan pendidikan dan pembelajaran. Dengan tersedianya sarana dan prasarana diharapkan dapat memperlancar pelaksanaan proses belajar mengajar, sehingga dapat menunjang tercapainya prestasi belajar yang optimal. Secara umum keadaan sarana dan prasarana yang dimiliki oleh SDIT Fajrul Islam Kampil Wiradesa kurang memadai, baik dilihat dari segi gedung atau ruangan maupun peralatan-peralatan untuk menunjang proses belajar mengajar. Ini terbukti dari masih kurangnya gedung yang dimiliki SDIT Fajrul Islam tersebut. Sarana dan prasarana SDIT Fajrul Islam Kampil Wiradesa meliputi:5
4 5
Dokumen SDIT Fajrul Islam Tahun Ajaran 2014/2015. Dokumentasi SDIT Fajrul Islam Kampil Wiradesa, Tahun Ajaran 2013/2014.
47
Tabel II Data Ruang No
Jenis ruang
Jumlah
Ukuran (m2)
1.
Ruang Kepala Sekolah
1
9
2.
Ruang Kelas
6
49
3.
Kantor
1
18
4.
Gudang
_
_
5.
Perpustakaan
_
_
6.
WC
3
2
Keterangan
B. Metode Thariqatu Takriry al-Qiraati al-Juz’i Versi Al-Qosimi
Dalam
Pembelajaran Tahfidz Al-Qur’an di SDIT Fajrul Islam Kampil Wiradesa. Tahfidz Al-Qur’an di SDIT Fajrul Islam menggunakan metode Thariqatu Takriry al-Qiraati al-Juz’i versi Al Qosimi yaitu dengan metode klasikal, berupa pembacaan 4 ayat secara bersama-sama yaitu antara ustadz pemandu tahfidz Al-Qur’an dengan seluruh siswa dalam kelompoknya. Metode ini ialah cara menghafal yang dilakukan secara kolektif yakni ayat-ayat yang dihafal dibaca secara kolektif, atau bersama-sama, dipimpin oleh seorang pemandu. Caranya dengan pemandu tahfidz membacakan ayat pertama dan ditirukan oleh siswa, diulangi sampai lima kali. Kemudian siswa mengulangi kembali secara bersama-sama sampai lima kali juga. Setelah hafal semua, setiap siswa
48
dites satu-satu mengulang ayat satu tersebut sampai lima kali juga. Selanjutnya dilanjut ke ayat berikutnya sampai empat ayat.6 Hal ini sebagaimana diungkapkan
oleh Ustadz Rosyid, beliau
mengungkapkan bahwa: Jadi, pada dasarnya metode Al-Qosimi itu seperti metode menghafal pada umumnya, yaitu dengan mengulang-ulang. Hanya metode Al-Qosimi itu sudah dibukukan dan harus sering diulang-ulang. Misalnya saja ketika kita menghafal sendiri tanpa disertai guru kita harus mengulang-ulang membacanya sampai 40 kali, agar bisa hafal diluar kepala. Begitu juga ketika menghafal dengan disertai guru, menghafalnya dengan diulang-ulang, biasanya kalau disertai dengan guru paling diulang sampai lima belas kali karena untuk menghindari kejenuhan anak. Serta agar waktunya cukup.7 Disamping menghafalnya diulang-ulang hingga beberapa kali, dalam metode ini juga diselingi dengan modifikasi, biasanya modifikasinya berupa permainan, dengan menghafalkan sesekali melihat mushaf dan sesekali tanpa melihat mushaf. Ataupun dengan diselingi pengucapan mahrojul huruf, maupun dengan menggunakan nada-nada murotal. Modifikasi tersebut berfungsi untuk membuat siswa tidak mudah jenuh saat menghafal ayat-ayat Al-Qur’an dan untuk menarik minat terutama bagi siswa yang masih kecilkecil.8
6
Hasil Observasi di SDIT Fajrul Islam Kampil Wiradesa, Tanggal 17 Februari 2015. Ust. Rosyid, Pemandu Tahfidz Al-Qur’an kelompok 5 di SDIT Fajrul Islam Kampil Wiradesa , Wawancara Pribadi, Pekalongan, 17 Februari 2015. 8 Hasil Observasi di SDIT Fajrul Islam Kampil Wiradesa, Tanggal 19 Februari 2015. 7
49
C. Implementasi Metode Thariqatu Takriry al-Qiraati al-Juz’i Versi AlQosimi dalam Pembelajaran Tahfidz Al-Qur’an di SDIT Fajrul Islam Kampil Wiradesa. 1. Dasar dan Tujuan SDIT Fajrul Islam Kampil Wiradesa mendasarkan kegiatannya pada dua hal, yaitu: a. Ayat suci Al-Qur’an Al-Hijr ayat 9
“
sesungguhnya
Kamilah
yang
menurunkan
Al-Qur’an,
dan
Sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.” (QS. Al-Hijr, 15:9)
Memelihara kemurnian Al-Qur’an yang dimaksud di atas Allah lakukan dengan cara menanamkan Al-Qur’an pada dada-dada kaum muslimin, yaitu memeliharanya dalam bentuk hafalan dalam diri orang yang beriman. b. Karena SDIT Fajrul Islam masuk dalam JSIT (Jaringan Sekolah Islam Terpadu), maka tahfidz Al-Qur’an adalah kegiatan yang mutlak ada di dalam Sekolah Islam Terpadu (SIT) walaupun secara keseluruhan sekolah diberikan wewenang untuk menetapkan kurikulum masingmasing. Dan mempunyai tujuan agar para peserta didiknya mempunyai kecintaan terhadap Al-Qur’an agar dapat meningkatkan derajat insani sebagai hamba dan khalifah Allah di muka bumi. Manusia yang
50
berkualitas adalah orang-orang yang bertaqwa. Oleh karena itu, orientasi pendidikan bertumpu pada Al-Qur’an dan As Sunnah.9
2. Waktu Kegiatan Tahfidz Al-Qur’an Tahfidz Al-Qur’an di SDIT Fajrul Islam dilaksanakan setiap hari senin-kamis, pada jam pertama yaitu jam 07.15-08.15, bertempat di masjid Darrul Arqom. a. 15 menit dimulai pada jam 07.00-07.15, yaitu kegiatan apel pagi, diisi dengan melafadzkan mufrodat bahasa arab bersama-sama. b. 60 menit dimulai pada jam 07.15-08.15, yaitu kegiatan tahfidz itu sendiri.
3. Materi Tahfidz Al-Qur’an SDIT Fajrul Islam Kampil Wiradesa tidak memasang target tinggi untuk pencapaian tahfidz Al-Qur’an yang dilaksanakan. Dalam pelaksanaan kegiatan tahfidz Al-Qur’an di SDIT Fajrul Islam Kampil Wiradesa, membagi target pencapaian hafalan sebagai berikut 10:
9
Buku Panduan Evaluasi Tahfidz Al-Qur’an di SDIT Fajrul Islam Kampil Wiradesa. Buku Panduan Evaluasi Tahfidz Al-Qur’an di SDIT Fajrul Islam Kampil Wiradesa.
10
51
Tabel III Materi Tahfidz Al-Qur’an No
Kelas
Semester I
Semester II
1.
I
An Nas- Al Zalzalah
AtTiin-Al Fajr
2.
II
Al Ghosyiyah-Al Infitor
At Takwir-An Naba’
3.
III
Al Mursalat- Al Qiyamah Al Muddatsir-Al Jin
4.
IV
Nuh- Al Haqqoh
Al Qolam-Al Mulk
5.
V
Al Baqoroh ayat 1-37
Al Baqoroh ayat 38-76
6.
VI
Al Baqoroh ayat 77-105
Al Baqoroh ayat 106-141
Dalam pelaksanaannya, materi tahfidz Al-Qur’an bisa lebih tergantung pada kemampuan siswa dalam menghafalnya. Dan sampai saat ini ada beberapa siswa yang hafalannya terbanyak, yaitu sebagai berikut: Tabel IV Siswa dengan Hafalan Terbanyak No
Nama
Kelas
Jumlah Hafalan
1.
Yaskur
3
2.
Yasmin Nawwar
5
3.
Dzaky Abdur Rohman
4
Juz 30, juz 29 dan Al-Baqoroh ayat terakhir Juz 30, juz 29 dan Al-Baqoroh ayat 1-30 Juz 30 dan juz 29
4.
Xena Xenia
4
Juz 30 dan juz 29
52
4. Sistem Pembelajaran Tahfidz Al-Qur’an Dalam pembelajaran tahfidz di SDIT Fajrul Islam dari kelas 1 hingga kelas 5 digabung menjadi satu yang bertempat di masjid Darrul Arqom, kemudian dibagi menjadi 9 kelompok yang dipandu oleh santri-santri pondok Darrul Arqom. Dengan
jumlah kelompok masing-masing 9
sampai 10 anak.11 Pembelajaran tahfidz dilakukan di masjid dan tidak di ruang kelas karena agar peserta didik merasa tidak bosan dengan suasana ruangan dan agar peserta didik lebih fres saat menghafal. Selain itu dibuat berkelompok-kelompok kecil agar pembelajarannya terfokuskan, sehingga akan mudah diketahui anak yang sudah hafal ataupun yang belum hafal. Target hafalan setiap hari siswa hafal 4 ayat, yaitu dengan hari pertama menghafalkan kelipatan 4 misal ayat 1 sampai ayat 4, hari selanjutnya ayat 5 sampai ayat 8, dan seterusnya. Cara menghafalkannya dengan Ustadz pemandu bersama siswa mengulang kembali hafalan yang kemarin dihafal. kemudian, ustadz pemandu membacakan ayat pertama yang akan dihafal dengan ditirukan oleh semua siswa, diulang sampai 5x. Kemudian siswa disuruh untuk mengulang kembali ayat pertama secara bersama-sama sampai 5x juga. Setelah semua hafal masing-masing dari siswa disuruh untuk mengulang kembali ayat pertama tersebut secara individu dengan disimak ustadz pemandu, sambil membenarkan makhroj dan tajwidnya agar benar. Setelah
11
Hasil Observasi di SDIT Fajrul Islam Kampil Wiradesa, Tanggal 23 Februari 2015.
53
semua siswa hafal ayat pertama lalu dilanjut dengan menghafal ayat yang ke-4 caranya seperti pada ayat pertama, hanya saja setelah siswa disuruh untuk mengulang ayat ke-4 secara bersama-sama siswa disuruh untuk mengulang kembali ayat pertama ditambah ayat ke-4. Lalu secara individu siswa disuruh untuk mengulang ayat pertama dan ayat ke-4. Dengan menggunakan nada murotal dan dengan menyebutkan nomor suratnya. Setelah semua anak hafal ayat pertama dan ke empat, baru dilanjut dengan menghafal pada ayat ke dua dan ke tiga, caranya seperti pada menghafal ayat pertama dan ke empat. Lalu secara bersama-sama siswa disuruh untuk mengulang ayat pertama sampai ayat ke empat dengan menyebut nomor ayatnya. Setelah itu siswa dites dari ayat pertama sampai ayat ke empat secara individu dengan menyebut nomor ayat.12 Hal itu sebagaimana contoh pada lampiran. Hasil observasi diatas sebagaimana dijelaskan oleh ustadz Rosyid, beliau menjelaskan bahwa: Jadi cara menghafalnya seperti ini mbak, setelah mengulang hafalan yang telah lalu secara bersama-sama, kemudian ustadz membacakan ayat pertama yang akan dihafal dan ditirukan siswa sampai 5 kali. Kemudian siswa secara bersama-sama mengulang kembali ayat pertama sampai 5 kali. Setelah hafal baru dites satu-satu diulang 5 kali. Hingga empat ayat, namun cara menghafalkannya setelah menghafalkan ayat pertama langsung menghafalkan ayat ke empat sebagai ayat pengunci, setelah hafal ayat pertama dan ayat ke empat baru menghafalkan ayat kedua dan ketiga. Kalau sudah hafal semua diulang dari ayat pertama sampai ayat ke empat.13 12
Hasil Observasi di SDIT Fajrul Islam Kampil Wiradesa, Tanggal 22-23 Februari 2015. Ust. Rosyid, Pemandu Tahfidz Al-Qur’an kelompok 5 di SDIT Fajrul Islam Kampil Wiradesa , Wawancara Pribadi, Pekalongan, 17 Februari 2015. 13
54
Kadang juga cara menghafalnya dengan siswa disuruh untuk menghafal sendiri-sendiri dengan disimak teman sekelompoknya,siswa disuruh untuk mencari tempat yang strategis untuk menghafal, dan dikasih waktu kurang lebih 15 menit untuk menghafal empat ayat. Lalu setelah hafal baru diulang bersama-sama dengan sedikit demi sedikit tanpa melihat mushaf sampai lima kali. Setelah hafal semua baru tiap siswa dites satusatu untuk menyetorkan hafalannya dari ayat pertama sampai ayat terakhir yang ia hafal.14 Hal itu sebagaimana keterangan dari Ustadz Adib, beliau menerangkan bahwa: Sistemnya ya sama seperti pada kelompok lain mbak, yaitu pertama-tama muroja’ah surat yang pernah dihafal terus dilanjut dengan menghafal bersama-sama. Atau biasanya saya suruh anak-anak untuk menghafal sendiri dengan temannya selama 15 menit, sebelum menghafal ya dibaca dulu bersama-sama ayat yang akan dihafal tersebut. Kalau sudah hafal baru dites satu-satu, kalau banyak yang belum hafal ya diulang menghafal secara bersama-sama gitu mbak.15
Contoh modifikasi dan pengembangan yang dilakukan pemandu dalam memakai metode ini adalah misalnya. Dengan bermain tebak-tebakan ayat, siswa disuruh duduk berbaris. Lalu pemandu tahfidz menyebutkan nomor ayat, siswa disuruh untuk menebak dengan membaca ayat tersebut dengan rebutan ataupun sebaliknya, pemandu membacakan suatu ayat lalu murid disuruh untuk menyebutkan nomor ayat tersebut, siapa yang paling hafal itulah yang sering menjawab. 14
Hasil Observasi di SDIT Fajrul Islam Kampil Wiradesa, Tanggal 18 Februari 2015. Ust. Adib, Pemandu Tahfidz Al-Qur’an kelompok 9 di SDIT Fajrul Islam Kampil Wiradesa , Wawancara Pribadi, Pekalongan, 20 Februari 2015. 15
55
Dengan pemberian hadiah dan hukuman, permainannya seperti diatas yaitu dengan tebak-tebak tapi pada permainan ini bukan rebutan tapi siswa ditunjuk oleh pemandu tahfidz untuk menjawab, untuk yang bisa menjawab dengan tepat maka diberi hadiah berupa jajan/permen. Sedangkan yang tidak bisa menjawab/ kurang tepat jawabannya maka diberi hukuman berupa lompat gaya katak. Metode lain yaitu berupa menghafal dengan menggunakan nada-nada Muri-Q misalnya: ketika menghafal surat Al-Qalam menggunakan nada ahmad sa’ud, atau ketika menghafal surat Al-Zalzalah menggunakan nada dari ust. Dzikron. Sehingga bisa menarik minat siswa dan tidak mudah bosan karena disamping menghafal juga ada nilai keseniannya.16
5. Evaluasi Tahfidz Al-Qur’an di SDIT Fajrul Islam Kegiatan tahfidz Al-Qur’an di SDIT Fajrul Islam Kampil Wiradesa memiliki evaluasi guna mengetahui sejauh mana keberhasilan yang dicapai oleh SDIT Fajrul Islam dalam melaksanakan kegiatan tahfidz Al-Qur’an. Secara umum evaluasi tahfidz Al-Qur’an di SDIT Fajrul Islam Kampil Wiradesa dilakukan dalam bentuk lisan, yaitu: a. Tes Harian Tes harian dilakukan setiap hari, yaitu dari hari senin-rabu. Dalam pelaksanaanya siswa bisa menambah hafalan 4 ayat tiap hari ataupun
16
Hasil Observasi di SDIT Fajrul Islam Kampil Wiradesa, Tanggal 23-25 Februari 2015
56
lebih, siswa bisa muroja’ah hafalan harian dengan pemandu tahfidz maupun dengan temannya, serta orang tuanya ketika di rumah.17 Tabel V Kolom Evaluasi Harian Siswa: Hari/Tgl:.................................. SURAT:.................................ayat:...........................sampai................
Kalimat
Kesalahan
Penilaian guru untuk siswa Penilaian (a,b,c,d)
Yang benar
Lanjut
Ulang
hari ini Tajwid Makhroj Kelancaran
17
Hasil Observasi di SDIT Fajrul Islam Kampil Wiradesa, Tanggal 23-25 Februari 2015
57
Tugas siswa hari ini:
Pemantauan orang tua (
)
Keterangan: A : Bagus sekali B : Bagus C : Cukup D: Kurang Apabila siswa mendapatkan nilai A/B maka lanjut, tetapi apabila mendapat nilai C/D maka ulang18. b. Tes mingguan Tes mingguan dilakukan setiap hari kamis, yang disebut dengan sema’an. Proses sema’an di SDIT Fajrul Islam yaitu dengan membaca ayat/surat yang sudah dihafal secara bersama-sama, kalau tiap hari 4 ayat maka dalam tiga hari siswa sudah mampu menghafal 12 ayat beserta nomor ayat.19 Hal tersebut senada dengan yang diungkapkan oleh ustadz Rosyid, beliau mengungkapkan bahwa: “Sistem evaluasi/ biasa disebut dengan sema’an dilaksanakan setiap hari kamis. Sistemnya ya, dengan mengetes hafalan siswa, mengulang kembali hafalan dari ayat pertama sampai ayat terakhir yang ia hafal secara individu”20 18 19
Buku Panduan Evaluasi Tahfidz Al-Qur’an di SDIT Fajrul Islam Kampil Wiradesa. Hasil Observasi di SDIT Fajrul Islam Kampil Wiradesa, Tanggal 19 dan 26 Februari
2015. 20
Ust. Rosyid, Pemandu Tahfidz Al-Qur’an kelompok 5 di SDIT Fajrul Islam Kampil Wiradesa Wawancara Pribadi, Pekalongan, 17 Februari 2015.
58
Prosesnya dengan pertama muroja’ah bersama-sama dari suratsurat yang pernah dihafalkan. Setelah itu ustadz pemandu mengacak nomor ayat lalu di tunjuk satu-satu siswa untuk menjawab menyebutkan ayat tersebut. Setelah semua bisa menjawab dengan benar dilanjut dengan setiap siswa menyetorkan hafalan dari ayat pertama sampai ayat terakhir yang ia hafalkan. Jadi apabila setiap hari 4 ayat maka dalam tiga hari mereka sudah hafal 12 ayat atau lebih. Jika sudah menghafal di tengah-tengah surat/ akhir surat, maka hafalannya dari ayat pertama sampai ayat terakhir dengan menggunakan nada muri-Q.21 Tabel VI Kolom Evaluasi Tahfidz Target Mingguan:22 Target awal
Target akhir
Minggu 1 Koreksi: Minggu 2 Koreksi: Minggu 3 Koreksi: Minggu 4: Koreksi:
21
Hasil Observasi di SDIT Fajrul Islam Kampil Wiradesa, Tanggal 19 dan 26Februari
22
Buku Panduan Evaluasi Tahfidz Al-Qur’an di SDIT Fajrul Islam Kampil Wiradesa.
2015.
59
D. Faktor
Pendukung
dan
Penghambat
Metode
Al-Qosimi
dalam
Pembelajaran Tahfidz Al-Qur’an di SDIT Fajrul Islam Kampil Wiradesa. Sejauh ini proses pembelajaran tahfidz Al-Qur’an di SDIT Fajrul Islam Kampil Wiradesa berjalan lancar. Hanya saja ada beberapa faktor penting yang mendukung dan menghambatnya. 1. Faktor Pendukung a. Minat dan motivasi siswa Minat secara sederhana berarti kecenderungan dan ketertarikan yang sangat tinggi atau keinginan besar terhadap sesuatu. Siswa yang memiliki minat untuk menghafalkan Al-Qur’an akan secara sadar menghafal sendiri tanpa diperintah oleh guru. Minat inilah yang menjadikan siswa SDIT Fajrul Islam termotivasi dalam menghafalkan Al-Qur’an. Hal ini sebagaimana yang dikatakan oleh ustadz Abid, beliau mengatakan bahwa: “Faktor pendukung dari pembelajaran tahfidz itu sendiri ya tentunya adanya motivasi dari diri setiap siswa untuk menghafal Al-Qur’an....”23
b. Kerjasama orang tua siswa di rumah yang selalu melakukan pengecekan hafalan Al-Qur’an yang dimiliki anaknya atau disebut juga dengan muroja’ah, serta mendorong anaknya untuk menambah hafalan anaknya.
23
Ust. Adib, Pemandu Tahfidz Al-Qur’an kelompok 9 di SDIT Fajrul Islam Kampil Wiradesa , Wawancara Pribadi, Pekalongan, 20 Februari 2015.
60
Hal ini senada dengan pernyataan ustadz Rosyid, beliau menyatakan bahwa: “...Dan tentu saja juga adanya dorongan dari orang tua yang menginginkan agar anaknya bisa hafal Al-Qur’an....”24 c. Banyaknya anak-anak pondok yang bertugas sebagai pemandu tahfidz akan mempermudah pembelajaran tahfidz, karena dibuat kelompokkelompok kecil sehingga dalam pembelajaran tahfidz bisa lebih inten dan terfokus. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Bapak Zaenal Arifin, beliau mengungkapkan bahwa: “...karena adanya santri-santri pondok yang bertugas sebagai pemandu tahfidz maka akan lebih mendalam dalam pembelajaran tahfidz...”25
2. Faktor Penghambat Faktor penghambat proses kegiatan tahfidz Al-Qu’ran di SDIT Fajrul Islam Kampil Wiradesa adalah masih banyak juga orang tua yang kurang perhatian terhadap hafalan anaknya, para orang tua tidak melakukan muroja’ah terhadap hafalan anaknya, maupun tidak mengecek hafalan anaknya. Sama halnya sebagaimana yang dikatakan oleh ustadz Rosyid, beliau mengatakan bahwa: “...Terkadang ada orang tua yang kurang perhatian terhadap hafalan anaknya, tidak mengecek kembali hafalan anaknya ketika dirumah....”26 24
Ust. Rosyid, Pemandu Tahfidz Al-Qur’an kelompok 5 di SDIT Fajrul Islam Kampil Wiradesa , Wawancara Pribadi, Pekalongan, 20 Februari 2015. 25 Bapak Zaenal Arifin, Kepala Sekolah di SDIT Fajrul Islam Kampil Wiradesa , Wawancara Pribadi, Pekalongan, 16 Februari 2015.
61
Sedangkan
secara
garis
besar
kecerdasan
siswa
memang
mempengaruhi banyak sedikitnya materi hafalan yang dimiliki. Akan tetapi hal ini tidak berdampak signifikan terhadap proses kegian tahfidz AlQur’an karena pada dasarnya otak manusia memiliki kemampuan yang berbeda-beda, ini merupakan sesuatu yang lumrah dalam proses pembelajaran. Hal diatas senada dengan pernyataan oleh ustadz Adib, beliau menyatakan bahwa: “...Terus juga tingkat kecerdasan anak yang berbeda-beda, ada yang cepat nyantel ada yang sering lupa....”27 Kurangnya sarana dan prasarana di SDIT Fajrul Islam, karena masih menggunakan sarana prasarana seadanya. Ruang belajar tahfidznya masih di masjid. Sehingga, antara kelompok satu dengan kelompok lain kurang kondusif. Hal ini belum adanya ruangan khusus yang digunakan siswa dalam pembelajaran tahfidz untuk mendengarkan murottal ( bacaan AlQur’an dari seorang hafidz). Sarana-sarana tersebut dapat digunakan sebagai sarana pembelajaran dalam menunjang proses menghafalkan AlQur’an. Disamping itu, pemandu tahfidz seringkali membawa sarana dan
26
Ust. Rosyid, Pemandu Tahfidz Al-Qur’an kelompok 5 di SDIT Fajrul Islam Kampil Wiradesa , Wawancara Pribadi, Pekalongan, 17 Februari 2015. 27 Ust. Adib, Pemandu Tahfidz Al-Qur’an kelompok 9 di SDIT Fajrul Islam Kampil Wiradesa , Wawancara Pribadi, Pekalongan, 20 Februari 2015.
62
prasarana sendiri untuk kegiatan pembelajaran. Serta siswa juga membawa Al-Qur’an sendiri. 28 Hal diatas senada dengan ungkapan dari ustadz Rosyid, beliau mengungkapkan bahwa: “...Dan juga kurangnya sarana dan prasarana di SDIT Fajrul Islam, karena masih menggunakan sarana prasarana seadanya. Ruang belajar tahfidznya masih di masjid. Sehingga, antara kelompok satu dengan kelompok lain kurang kondusif....”29 Selain itu di SDIT Fajrul Islam tidak hanya pelajaran tahfidz saja akan tetapi ada mata pelajaran yang umum maupun keagamaan lainnya, karena untuk kelas 1 baru sampai surat Al-Fajr ayat 1-12, kelas 2 sampai surat annaba’ ayat terakhir, kelas 3 sampai surat al-qolam ayat 1- 32, kelas 4 sampai surat al-musdatsir ayat 1-20, kelas 5 sebenarnya sudah sampai surat al-mursalat, tetapi diulang lagi dari awal, hingga sekarang baru sampai surat al-haqqoh ayat 1-4. sehingga untuk mencapai target 6 tahun hafal 3 juz belum bisa tercapai.30 Hasil pengamatan diatas sama halnya dituturkan oleh bapak Zaenal Arifin, beliau menuturkan bahwa: “Karena di SDIT ini pelajarannya banyak ada pelajaran umum, serta ada pelajaran agama yang sudah pecah-pecah ya mbak, jadi untuk mencapai target hafal 3 juz itu belum bisa. Ini saja yang kelas 5 dan 6 kan targetnya hafal juz 1 tetapi baru hafal pada juz 29, dan untuk kelas 6 nya itu sudah fakum karena untuk menyiapkan UAN.”31 28
Hasil Observasi di SDIT Fajrul Islam Kampil Wiradesa, Tanggal 19 Februari 2015. Ust. Rosyid, Pemandu Tahfidz Al-Qur’an kelompok 5 di SDIT Fajrul Islam Kampil Wiradesa , Wawancara Pribadi, Pekalongan, 17 Februari 2015. 29
30
Ust. Rosyid, Pemandu Tahfidz Al-Qur’an kelompok 5 di SDIT Fajrul Islam Kampil Wiradesa , Wawancara Pribadi, Pekalongan, 24 Februari 2015. 31 Zaenal Arifin, Kepala Sekolah SDIT Fajrul Islam Kampil Wiradesa , Wawancara Pribadi, Pekalongan, 16 Februari 2015
63
3. Cara untuk mengatasi hambatan tersebut. a. Pemberian Penghargaan (reward) Pemberian penghargaan (reward) dalam proses pembelajaran tahfidz Al-Qur’an ini merupakan salah satu bentuk untuk memotivasi siswa agar tidak patah semangat dalam menghafalkan Al-Qur’an. Karena terkadang sering terbawa suasana ingin bermain, tidak fokus dalam pelajaran, dan sering merasa cepat bosan, sehingga diperlukan kesabaran dan keuletan yang ekstra untuk memupuk motivasi siswa. Pemberian penghargaan (reward) ini adalah salah satu motivasi dan tidak harus benda tetapi dapat berupa pujian dan lain sebagainya. b. Diadakan program ekstra kulikuler. Program ekstra kulikuler tahfidz di SDIT Fajrul Islam ini diadakan dengan tujuan agar siswa bisa hafal Al-Qur’an sesuai target yang telah ditetapkan. Dengan jadwal sebagai berikut: Kelas 1 : pemandu Ust. Santoso, setiap hari senin, rabu, dan jum’at Kelas 2: pemandu Ust. Imam Bilal, setiap hari senin, rabu dan jum’at Kelas 3 dan 4: pemandu Ust. Saifullah, setiap hari selasa, kamis, dan sabtu Kelas 5: pemandu Ust. Muhtash, setiap hari selasa, kamis, dan sabtu. Waktu : Senin sampai jum’at jam 13.30 sampai 16.30 Sabtu jam 10.30 sampai 13.30
64
Dengan materi pembelajarannya seperti pada pembelajaran tahfidz hanya saja lebih ditekankan pada penguatan hafalan serta pelajaran tahsin. Yaitu berupa membenarkan makhrojul huruf dan belajar Muri-Q (yaitu membaca Al-Qur’an dengan nada-nada murottal). Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh bapak Zaenal Arifin, beliau mengungkapkan sebagai berikut: “Maka dengan adanya hambatan itu kami mengadakan ekstra kulikuler tahfidz, agar bisa tercapai targetnya. Ekstra kulikulernya itu dilaksanakan setiap hari sepulang sekolah, dengan dipandu ustadzustadz tetapi bukan anak-anak pondok, pembelajarannya menambah hafalan baru, tapi lebih ditekankan pada penguatan.”32 Hal ini senada dengan ungkapan dari ustdz Rosyid, beliau mengungkapkan bahwa: “...Selain itu juga diadakan ekstra kulikuler tahfidz setiap hari sepulang sekolah. Agar target yang telah ditetapkan bisa tercapai.” c.
Kerjasama sekolah dengan Orang Tua Siswa dalam Bidang Tahfidz Alqur’an. Hifdz memiliki makna penjagaan. Makna ini juga berarti agar penghafal Al-Qur’an selalu menjaga hafalan Al-Qur’an yang telah dihafalnya agar tidak lupa. Dalam rangka menjaga hafalan Al-Qur’an yang dimiliki oleh siswa, SDIT Fajrul Islam melakukan kerja sama dengan orang tua siswa, yaitu dengan memberikan blanko tahfidz AlQur’an kepada orang tua siswa. Contoh blanko tahfidz Al-Qur’an tersebut dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
32
Zaenal Arifin, Kepala Sekolah SDIT Fajrul Islam Kampil Wiradesa , Wawancara Pribadi, Pekalongan, 16 Februari 2015
65
Tabel VII Blanko Penilaian dari Orang Tua33 Kerjasama orang tua
Paraf Tgl:........
Tgl:..........
Tgl:.......
Menyimak hafalan siswa Membenarkan kesalahan dalam bacaan Memberikan dorongan agar siswa mempertahankan hafalannya Memberikan nasehat agar siswa giat dan meningkatkan semangat dalam menghafal
33
Buku Panduan Evaluasi Tahfidz Al-Qur’an di SDIT Fajrul Islam Kampil Wiradesa.