III. METODE PENCIPTAAN
A. Implementasi Teoritik 1. Tematik Tema kekerasan terhadap anak (child abuse) akan diwujudkan dalam suatu bentuk karya seni rupa. Perwujudan tema tersebut didukung dengan adanya kajian-kajian dari beberapa sumber mengenai tema masalah sosial dunia anak, khususnya mengenai kekerasan terhadap anak. Dengan diwujudkannya gagasan tersebut ke dalam suatu karya, diharapkan masyarakat mengetahui apa yang terjadi pada anak-anak di sekitar mereka yang tertimpa kejadian buruk dalam hidupnya. Serta agar keluarga, masyarakat, dan bahkan negara turut mengambil langkah untuk melindungi dan memajukan kesejahteraan anak-anak khususnya di Indonesia. Karya yang ditampilkan cenderung menampilkan kesedihan, ketakutan, rasa iba, ketidakadilan, dan sisi gelap dari dunia anak. Demi terwujudnya suasana kehidupan suram anak-anak, perlu adanya unsur-unsur visual yang mendukung tema kekerasan terhadap anak. Di setiap karya yang dibuat, menampilkan figur anak. Figur anak yang ditampilkan cenderung dalam keadaan sedih, pasrah, dan bahkan tersakiti, yang merupakan perwujudan dari tindak kekerasan terhadap anak. Karya mengenai kekerasan anak ini merupakan bentuk prihatin dari keadaan anak-anak di Indonesia yang menjadi korban kekerasan dalam hidupnya.
29
30 2. Konsepsi Konsep yang dipilih yaitu mengenai tema “Kekerasan Terhadap Anak”. Suasana tindak kekerasan yang ditampilkan tidak lugas, tidak secara apa adanya. Namun, konsep mengenai tindak kekerasan ditampilkan dengan diwakili oleh bentuk dan simbol-simbol terkait konsep karya. Figur dan simbol-simbol yang ditampilkan mempunyai makna yang berhubungan dengan permasalahan sosial dunia anak. Gagasan di atas akan diwujudkan dalam bentuk karya seni rupa dua dimensi, yaitu dalam bentuk seni lukis. Unsurunsur seni rupa akan dikomposisikan sedemikian rupa untuk mewujudkan suatu karya lukis. Selanjutnya akan dijelaskan masing-masing unsur rupa yang ada dalam karya-karya ini. a. Garis Garis bermacam sifatnya seperti panjang, pendek, lurus, melengkung, halus, tebal, dan lainnya. Garis juga ada yang semu dan nyata. Di dalam karya terdapat beberapa contoh garis yang telah disebutkan di atas. Misalnya, garis nyata penulis gunakan dalam membuat bentuk helaian rambut objek. Sedangkan garis semu, dimunculkan sebagai pembatas antara satu warna dengan warna yang lain tanpa adanya gradasi.
Garis nyata pada bentuk sangkar
Gambar 10. Contoh garis nyata (Sumber : Dokumentasi Nuri Nur Khasanah, 2016)
31
Garis semu yang terbentuk karena dua warna yang berbeda
Gambar 11. Contoh garis semu (Sumber: Dokumentasi Nuri Nur Khasanah, 2016)
b. Bidang Bidang terbagi menjadi bidang geometrik dan biomorfik. Bidang geometrik yang digunakan di dalam karya seperti kotak, persegi panjang, dan segitiga. Sedangkan bidang biomorfik terbentuk dalam objek lain seperti figur manusia dan objek pendukung lainnya.
Gambar 12. Contoh bidang geometris pada bentuk kardus (Sumber: Dokumentasi Nuri Nur Khasanah, 2016)
32
Gambar 13. Contoh bidang biomorfik pada bentuk sulur-sulur (Sumber: Dokumentasi Nuri Nur Khasanah, 2016)
c. Warna Pemilihan warna yang cenderung gelap ditujukan agar muncul suasana suram sesuai tema kekerasan pada anak. Kebanyakan background menggunakan warna-warna gelap seperti abu-abu, hijau tua, merah kehitaman, coklat, dan hitam. Selain itu, pemunculan warna-warna terang dimaksudkan untuk menegaskan sesuatu, misalnya adanya figur anak yang menjadi objek utama atau sorotan, maka perlu penegasan dengan menggunakan warna yang terang, serta untuk mewakili simbol dunia anak, seperti mainan anak.
33
Gambar 14. Contoh penggunaan warna gelap pada background untuk memberikan kesan suram (Sumber: Dokumentasi Nuri Nur Khasanah, 2016)
d. Tekstur Terdapat dua jenis tekstur yaitu tekstur nyata dan tekstur semu. Di dalam karya hanya ditampilkan jenis tekstur semu. Tekstur semu yang ditampilkan misalnya kesan kasar pada background. Kesan kasar yang muncul
dibuat
dengan
menyapukan
kuas
menggunakan 2 atau lebih warna yang disapukan.
ukuran
besar
dengan
34
Gambar 15. Tekstur semu pada background yang terkesan kasar (Sumber: Dokumentasi Nuri Nur Khasanah, 2016)
B. Implementasi Rupa 1. Media dan teknik penggarapan Media yang digunakan untuk mewujudkan konsep kekerasan anak ke dalam karya seni lukis ini adalah cat akrilik di atas kanvas dengan ukuran 90 x 120 cm. Cat akrilik dipilih karena sifatnya yang mudah kering jika dibandingkan dengan cat minyak. Selain itu, kualitas bahan cat juga awet dan aman jika dibandingkan misalnya dengan cat air. Kanvas dipilih dengan bentuk serat yang rapat dan halus sehingga menghasilkan hasil sapuan kuas yang halus pula. Tehnik yang digunakan adalah sapuan halus untuk pembuatan objek, serta sapuan kasar untuk penmbuatan background. 2. Proses Dalam mewujudkan konsep kekerasan terhadap anak ke dalam suatu karya seni lukis, perlu adanya tahapan-tahapan yang dilalui, antara lain: a. Sumber Ide
35 Adanya gagasan untuk mengangkat permasalahan kekerasan terhadap anak, dimulai dari pengamatan penulis pada lingkungan sekitar. Lingkungan sekitar yang dimaksud adalah lingkungan masyarakat di mana penulis tinggal. Beberapa kali penulis melihat secara langsung adanya tindak kekerasan yang dilakukan oleh orang tua kepada anaknya. Selain pengalaman di lingkungan masyarakat, ditambah lagi dengan banyaknya kasus kekerasan terhadap anak yang kian ramai diperbincangkan di media massa. Hal ini membuat penulis tergerak untuk ikut mencegah dan mengatasi masalah kekerasan terhadap anak ini. Maka muncullah gagasan untuk mengangkat tema tersebut ke dalam karya seni lukis. b. Ide Gagasan untuk mengangkat permasalahan kekerasan terhadap anak ini selanjutnya perlu dilakukan pengolahan ide dan aspek-aspek visual untuk menjadi suatu karya seni lukis. Pada tahap ini, juga perlu dilakukan pencarian referensi terkait konsep kekerasan anak yang hendak dibuat. Selain referensi, penulis juga harus mempertimbangkan faktor-faktor keseluruhan seperti unsur visual, media, dan hasil yang ingin dicapai. c. Pembuatan karya Dalam tahap ini, penulis berusaha mewujudkan gambaran ide ke dalam sketsa di atas kertas. Sketsa ini digunakan untuk acuan sebelum dipindahkan ke dalam media kanvas. Sketsa juga digunakan sebagai gambaran umum karya yang akan dibuat, meliputi unsur visual seperti bentuk, warna, garis, dan lainnya. Kemudian sketsa yang telah dibuat di kertas, juga dibuat di atas kanvas menggunakan cat akrilik. Sketsa dibuat
36 dengan sapuan tipis untuk menghindari permukaan yang tidak rata pada bidang kanvas. Setelah sketsa di atas kanvas jadi, maka mulailah untuk menyapukan kuas dengan cat akrilik. Sebelum membuat objek, penulis mengolah background terlebih dahulu. Kemudian baru lah objek-objek sketsa dibuat. Pembuatan karya di atas kanvas ini dimulai dari tehnik blok sampai dengan detail dari setiap objek. 3. Penyajian Karya seni lukis yang dibuat, ditampilkan dengan frame kayu setebal 10 cm dengan warna cenderung gelap yang sesuai dengan visual masing-masing karya. Pemilihan penggunaan frame yang tebal ini bertujuan untuk menambah nilai estetik dari karya yang dibuat. Kemudian untuk display karya, karya digantung pada dinding dengan cara dikaitkan pada paku menggunakan senar. Jarak karya dengan permukaan lantai yaitu sekitar satu meter, hal ini ditujukan untuk menyesuaikan jarak pandang penikmat seni dengan karya, yaitu tidak terlalu rendah maupun tidak terlalu tinggi mengingat karya berukuran 120x90 cm.
37
Gambar 16. Ilustrasi contoh bingkai (Ilustrasi: Nuri Nur Khasanah, 2016)