34
Bab III Analisis Pada bagian ini akan dipaparkan mengenai langkah-langkah analisis yang dilakukan dalam penelitian ini. Terkait dengan tujuan dari penelitian ini yaitu menghasilkan sebuah usulan kerangka kerja, yang termasuk dalam design science paradigm, maka analisis dilakukan dengan memanfaatkan konsep-konsep yang ada pada kerangka kerja kajian sistem informasi yang dikembangkan oleh Hevner. Kerangka kerja tersebut dapat digunakan untuk memudahkan pemahaman, pelaksanaan, serta pengujian dari penelitian-penelitian di bidang sistem informasi, khususnya penelitian yang berkaitan dengan design science paradigm.
Tahap-tahap analisis yang dilakukan mengacu pada konsep-konsep yang dikemukakan dalam kerangka kerja Hevner, meliputi tahap penetapan perspektif (memanfaatkan konsep environment), tahap penyusunan kumpulan pengetahuan (memanfaatkan konsep knowledge base), tahap penetapan faktor-faktor yang mempengaruhi
serta
aktivitas-aktivitas
pendukung
knowledge
sharing
(memanfaatkan konsep foundations), serta tahap penetapan kriteria validasi (memanfaatkan konsep methodologies).
III.1 Objek Analisis Objek analisis dari penelitian ini yaitu menemukan constructs (pada kasus ini merupakan faktor-faktor yang berpengaruh dalam knowledge sharing serta aktivitas-aktivitas yang diperlukan dalam mendukung terlaksananya knowledge sharing). Analisis dilakukan terhadap kedua hal tersebut karena terkait dengan research question yang ada, yaitu bagaimana membangun suatu kerangka kerja untuk implementasi knowledge sharing. Analisis juga dilakukan terhadap atributatribut kualitas yang relevan dalam hal pengembangan model untuk mendukung hasil yang diperoleh.
III.2 Tujuan Analisis Inti dari tahap analisis dari penelitian ini yaitu untuk mengidentifikasi dan menetapkan faktor-faktor penting apa saja yang diduga dapat mempengaruhi
35
aktivitas knowledge sharing. Dasar penentuan faktor-faktor tersebut haruslah jelas dan kuat berdasarkan teori-teori yang ada serta penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya supaya dapat memberikan hasil yang akurat. Faktor-faktor dugaan tersebut akan menjadi elemen utama kerangka kerja yang dihasilkan. Analisis juga dilakukan untuk mengetahui aktivitas pendukung dan perspektif sebagai elemen-elemen pendukung kerangka kerja disamping elemen utama tersebut.
III.3 Metode Analisis Analisis pada penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap. Tahap penetapan perspektif diperlukan untuk memudahkan penggunaan kerangka kerja dengan melihatnya dari sudut pandang yang berbeda. Perspektif terkait dengan aktoraktor yang akan menjalankan knowledge sharing di lingkungan nyata. Perspektif digunakan
dalam
menunjukkan
keterkaitan
faktor-faktor
penting
yang
berpengaruh dengan sudut pandang tertentu.
Penyusunan kumpulan pengetahuan dilakukan untuk mengagregasikan hasil dari berbagai penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Hasil dari penyusunan kumpulan pengetahuan digunakan dalam penetapan faktor-faktor penting yang diduga dapat mempengaruhi knowledge sharing sebagai elemen utama dari kerangka kerja yang dihasilkan.
Penetapan aktivitas-aktivitas pendukung dilakukan dengan mengacu pada faktorfaktor dugaan yang telah diperoleh. Aktivitas pendukung diharapkan dapat mendukung terhadap tingkat pengaruh faktor-faktor dugaan tersebut. Kemudian penetapan atribut kualitas dilakukan untuk menetapkan kriteria validasi yang diperlukan dalam menguji kerangka kerja yang dihasilkan. Penjelasan lebih lanjut mengenai setiap tahap tersebut adalah sebagai berikut.
III.3.1 Penetapan Perspektif Tahap penetapan perspektif dilakukan dengan memanfaatkan konsep environment dari kerangka kerja Hevner, dimana lingkup permasalahannya terkait dengan
36
people, organization dan technology. Maka berdasarkan pemahaman atas konsep environment tersebut, ditetapkan bahwa perspektif yang digunakan dalam kerangka kerja pada penelitian ini meliputi people (individu) dan organization (organisasi). Aspek teknologi tidak ditetapkan sebagai perspektif karena dianggap bukan berperan sebagai implementor seperti halnya individu dan organisasi, melainkan hanya sebatas fasilitator yang akan mendukung terlaksananya aktivitas knowledge sharing.
Berikut ini merupakan penjabaran dari masing-masing perspektif yang digunakan: 1) People merupakan setiap individu di dalam organisasi yang terlibat dalam aktivitas knowledge sharing, dimana setiap orang memiliki pengetahuan individu masing-masing. People merupakan implementor dalam aktivitas knowledge sharing yang memiliki atribut peran, kemampuan, dan karakteristik individu di dalam organisasi. a) Peran individu: sebagai sumber utama pengetahuan yang dimiliki oleh organisasi, karena pengetahuan melekat pada individu. Selain itu, individu juga berperan dalam mengubah pengetahuan tacit menjadi explicit. b) Kemampuan individu: kemampuan untuk menyerap, memahami, dan menyebarkan pengetahuan, kemampuan berkomunikasi, kemampuan untuk mengimplementasikan pengetahuan baru yang diperolehnya, keahlian, pengalaman, dan sebagainya. c) Karakteristik individu: terkait dengan motivasi dari dalam diri dan motivasi dari luar. Motivasi dari dalam diri misalnya perasaan senang membantu orang lain, reputasi, hubungan timbal balik, dan sebagainya. Sedangkan motivasi dari luar dapat berupa reward and punishment, komitmen terhadap organisasi, dan sebagainya.
2) Organization merupakan wadah bagi setiap individu untuk melakukan aktivitas knowledge sharing dimana pengetahuan individu diubah menjadi pengetahuan organisasi. Organization merupakan implementor dalam aktivitas knowledge sharing yang memiliki atribut strategi, iklim dan budaya, serta proses-proses yang terlibat di dalamnya.
37
a) Strategi organisasi: merupakan strategi bisnis yang diterapkan oleh organisasi terkait dengan kebijakan-kebijakan yang harus ditetapkan oleh organisasi untuk menciptakan nilai bisnis, meningkatkan competitive advantage serta mengatasi permasalahan yang akan dan sedang dihadapi. b) Iklim dan budaya organisasi: iklim merupakan situasi organisasi pada saat tertentu, terkait dengan pemikiran, perasaan, dan perilaku dari setiap individu dalam organisasi. Sedangkan budaya merupakan situasi organisasi yang terus berkembang, terkait dengan sejarah organisasi di masa lalu, dilakukan secara bersama-sama dan terus menerus. c) Proses-proses: terkait dengan rutinitas operasional organisasi, aliran informasi serta proses-proses dalam organisasi yang sulit ditiru oleh organisasi lain.
III.3.2 Penyusunan Kumpulan Pengetahuan Dengan memanfaatkan konsep knowledge base dari kerangka kerja Hevner, maka berdasarkan hasil dari penelitian-penelitian yang telah dilakukan sebelumnya diperoleh kumpulan teori-teori, kerangka kerja, instrumen, constructs, models, method serta instantiation. Kumpulan tersebut kemudian menjadi sumber kumpulan pengetahuan serta menjadi dasar dalam perancangan kerangka kerja.
Dari seluruh literatur yang telah didapat kemudian dilakukan analisis kritis (Sugiyono, 2008) dengan cara melakukan analisis secara kritis terhadap teori-teori dan hasil penelitian yang telah diperoleh. Langkah tersebut dilakukan untuk menentukan teori-teori dan hasil penelitian mana saja yang sesuai dengan objek analisis dan benar mengungkapkan sebuah research dengan melakukan penelitian empirik disertai data responden, lokasi pengambilan sampel, serta hasil penelitian. Dengan demikian, teori-teori dan hasil penelitian empirik tersebut dapat memberikan kontribusi penting yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Tabel III.1 menunjukkan hasil dari analisis kritis yang dilakukan, yaitu berupa daftar literatur yang dijadikan acuan dalam penyusunan kumpulan pengetahuan, dimana teoriteori dan hasil penelitian dari literatur acuan yang telah ditetapkan dapat dipergunakan sebagai dasar dalam penetapan faktor-faktor penting.
38
Tabel III.1 Daftar literatur acuan usulan kerangka kerja
No
Literatur
Studi Kasus
1
Ko, D. G., Kirsch, L. J., dan King, W. R.. (2005) : Antecedents of Knowledge Transfer from Consultants to Clients in Enterprise System Implementations, MIS Quarterly, 29, 59-85.
Penelitian dilakukan terhadap konsultan, manajer proyek, consulting-firm partner, dan senior IS executive dari 80 perusahaan dengan 96 proyek implementasi ERP.
2
Bock, G. W., Zmud, R. W., dan Kim, Y. G. (2005) : Behavioral Intention Formation in Knowledge Sharing: Examining the Roles of Extrinsic Motivators, Social-Psychological Forces, and Organizational Climate, MIS Quarterly, 29, 87-111.
Penelitian dilakukan terhadap 154 orang manajer dari 27 organisasi di Korea.
3
Wasko, M. M., dan Faraj, S. (2005) : Why Should I Share? Examining Social Capital and Knowledge Contribution in Electronic Network of Practice, MIS Quarterly, 29, 35-57.
Penelitian dilakukan terhadap anggota dari national legal profesional association di Amerika Serikat.
4
Kankanhalli, A., Tan, B. C. Y., dan Wei, K. K. (2005) : Contributing Knowledge to Electronic Knowledge Repositories: An Empirical Investigation, MIS Quarterly, 29, 113-143.
Penelitian dilakukan terhadap senior KM executive dari 10 organisasi publik di Singapura.
5
Kwok, S. H. dan Gao, S. (2006) : Attitude Towards Knowledge Sharing Behavior, The Journal of Computer Information Systems, 46, 2; ProQuest Science Journals, 45.
Penelitian dilakukan terhadap 91 orang mahasiswa undergraduate akhir tahun di IS department.
6
Xiong, S., dan Deng, H. (2008) : Critical Success Factors for Effective Knowledge Sharing in Chinese Joint Venture, 19th Australasian Conference on Information Systems, Victoria, Australia., RMIT University.
Penelitian dilakukan pada 2 perusahaan joint venture di Cina.
7
Levin, D. Z., Cross, R., Abrams, L. C., dan Lesser, E. L. (2002) : Trust and knowledge sharing: A critical combination, IBM Institute for Knowledge-Based Organizations.
Penelitian dilakukan terhadap 138 orang pada perusahaan farmasi di Amerika, bank di Inggris, serta perusahaan oil & gas di Kanada.
39
Dari analisis kritis terhadap penelitian empirik tersebut kemudian dilakukan pengumpulan hasil pengujian dari masing-masing literatur. Hasil pengujian yang signifikan menunjukkan bahwa hipotesis penelitian yang telah terbukti pada sampel dapat diberlakukan ke populasi (Sugiyono, 2008). Selanjutnya hasil-hasil pengujian tersebut disusun menjadi kumpulan pengetahuan pada penelitian ini.
1) Berdasarkan literatur 1 pada Tabel III.1 yang membahas pemicu/penyebab transfer pengetahuan dari konsultan ke klien, didapat hipotesis-hipotesis yang telah terbukti signifikan sebagaimana ditunjukkan pada Tabel III.2. Tabel III.2 Hasil pengujian hipotesis dari literatur 1 pada Tabel III.1
Hipotesis H1
Semakin besar kerenggangan antara konsultan dan klien (arduous relationship), maka transfer pengetahuan akan semakin sulit.
H2
Semakin besar berbagi pemahaman antara konsultan dan klien (shared understanding), semakin besar pula transfer pengetahuan yang dilakukan.
H3
Semakin besar kemampuan klien menyerap pengetahuan (absorptive capacity), maka semakin besar pula transfer pengetahuan yang dilakukan.
H4
Semakin besar motivasi dari dalam diri klien (recipient intrinsic motivation), semakin besar pula transfer pengetahuan yang dilakukan.
H5
Semakin besar motivasi dari dalam diri konsultan (source intrinsic motivation), semakin besar pula transfer pengetahuan yang dilakukan.
H8
Semakin tinggi kredibilitas konsultan (source credibility), maka semakin besar pula transfer pengetahuan yang dilakukan.
H9
Semakin tinggi kredibilitas konsultan (source credibility), maka semakin kecil kemungkinan terjadinya kerenggangan antara konsultan dan klien.
H10
Semakin besar kemampuan klien memahami komunikasi yang terjadi (communication
decoding
competence),
maka
semakin
kecil
kemungkinan terjadinya kerenggangan antara konsultan dan klien. H13
Semakin
besar
(communication
kemampuan encoding
penyampaian
competence),
pemahaman antara konsultan dan klien.
komunikasi
semakin
besar
konsultan berbagi
40
2) Berdasarkan literatur 2 pada Tabel III.1 yang membahas faktor-faktor pendukung atau penghambat keinginan individu untuk melakukan knowledge sharing,
didapat
hipotesis-hipotesis
yang
telah
terbukti
signifikan
sebagaimana ditunjukkan pada Tabel III.3.
Tabel III.3 Hasil pengujian hipotesis dari literatur 2 pada Tabel III.1
H1
Hipotesis Semakin baik sikap terhadap knowledge sharing, maka semakin besar keinginan untuk melakukan knowledge sharing akan terjadi.
H3
Semakin besar hubungan timbal balik (reciprocal relationship), maka semakin besar keinginan untuk melakukan knowledge sharing akan terjadi.
H5
Semakin besar perasaan memiliki kompetensi yang dapat dikontribusikan (sense of self-worth), maka semakin besar norma terhadap knowledge sharing akan terjadi.
H6
Semakin besar norma terhadap knowledge sharing (subjective norm), maka semakin besar keinginan untuk melakukan knowledge sharing akan terjadi.
H7
Semakin besar norma terhadap knowledge sharing (subjective norm), maka semakin baik sikap terhadap knowledge sharing akan terjadi.
H8
Semakin
besar
tingkat
iklim
organisasi
(organizational
climate)
diperhatikan yang dipengaruhi oleh kejujuran, inovasi, dan keanggotaan, maka semakin besar norma terhadap knowledge sharing akan terjadi. H9
Semakin
besar
tingkat
iklim
organisasi
(organizational
climate)
diperhatikan yang dipengaruhi oleh kejujuran, inovasi, dan keanggotaan, semakin besar keinginan untuk knowledge sharing akan terjadi.
3) Berdasarkan literatur 3 pada Tabel III.1 yang membahas motivasi individu (individual motivations) dan komunitas sosial (social capital) dalam mempengaruhi kontribusi pengetahuan pada jejaring elektronik (electronic networks),
didapat
hipotesis-hipotesis
sebagaimana ditunjukkan pada Tabel III.4.
yang
telah terbukti signifikan
41
Tabel III.4 Hasil pengujian hipotesis dari literatur 3 pada Tabel III.1
H1a
Hipotesis Individu yang merasa partisipasinya akan meningkatkan reputasi dalam profesinya (reputation) akan mengkontribusikan respon yang lebih bermanfaat pada jejaring elektronik.
H1b
Individu yang merasa partisipasinya akan meningkatkan reputasi dalam profesinya (reputation) akan mengkontribusikan respon yang lebih besar pada jejaring elektronik.
H2a
Individu yang senang membantu individu lainnya (enjoy helping) akan mengkontribusikan respon yang lebih bermanfaat pada jejaring elektronik.
H3a
Individu yang memiliki posisi struktural yang lebih terpusat dan terikat (centrality) akan mengkontribusikan respon yang lebih bermanfaat pada jejaring elektronik.
H3b
Individu yang memiliki posisi struktural yang lebih terpusat dan terikat (centrality) akan mengkontribusikan respon yang lebih besar pada jejaring elektronik.
H5b
Individu dengan jam kerja lebih panjang, semakin banyak pengalamannya (tenure in field) akan mengkontribusikan respon yang lebih besar pada jejaring elektronik.
H6a
Individu
yang
setia
(commitment)
terhadap
jejaring
akan
mengkontribusikan respon yang lebih bermanfaat pada jejaring elektronik. H7b
Individu
yang
mengikuti norma timbal balik (reciprocity) akan
mengkontribusikan respon yang lebih besar pada jejaring elektronik.
4) Berdasarkan literatur 4 pada Tabel III.1 yang membahas penggunaan EKR (Electronic Knowledge Repositories) atau tempat penyimpanan pengetahuan elektronik sebagai salah satu kunci KMS, didapat hipotesis-hipotesis yang telah terbukti signifikan sebagaimana ditunjukkan pada Tabel III.5.
42
Tabel III.5 Hasil pengujian hipotesis dari literatur 4 pada Tabel III.1
H2a
Hipotesis Usaha kodifikasi (codification effort) pengetahuan berbanding terbalik dengan penggunaan EKR oleh kontributor pengetahuan dalam kondisi kepercayaan yang lemah.
H3a
Penghargaan organisasi (organizational reward) berbanding lurus dengan penggunaan EKR oleh kontributor pengetahuan dalam kondisi norma berbagi yang lemah.
H3b
Penghargaan organisasi (organizational reward) berbanding lurus dengan penggunaan EKR oleh kontributor pengetahuan dalam kondisi identifikasi yang lemah.
H5
Hubungan timbal balik atau perasaan hutang budi (reciprocity) berbanding lurus dengan penggunaan EKR oleh kontributor pengetahuan dalam kondisi norma berbagi yang lemah.
H6
Kontribusi pengetahuan (knowledge self-efficacy) berbanding lurus dengan penggunaan EKR oleh kontributor pengetahuan.
H7
Perasaan senang dalam membantu lainnya (enjoyment in helping others) berbanding lurus dengan penggunaan EKR oleh kontributor pengetahuan.
5) Berdasarkan literatur 5 pada Tabel III.1 yang membahas sikap terhadap perilaku knowledge sharing, didapat hipotesis-hipotesis yang telah terbukti signifikan sebagaimana ditunjukkan pada Tabel III.6.
Tabel III.6 Hasil pengujian hipotesis dari literatur 5 pada Tabel III.1
H2
Kemampuan
menyerap
Hipotesis pengetahuan (absorptive
capacity)
akan
mempengaruhi sikap individu terhadap perilaku knowledge sharing. H3
Terdapatnya dan
tersedianya
bermacam-macam pendekatan
untuk
membagi pengetahuan (channel richness) akan mempengaruhi sikap individu terhadap perilaku knowledge sharing.
43
6) Berdasarkan literatur 6 pada Tabel III.1 (Xiong dan Deng, 2008) yang membahas Critical Success Factors (CSF) bagi knowledge sharing yang efektif pada 2 perusahaan joint venture di Cina, didapat kesimpulan bahwa komunikasi yang efektif, pemikiran yang sama, pelatihan, dan kepemimpinan merupakan CSF yang dimaksud. 7) Berdasarkan literatur 7 pada Tabel III.1 (Levin dkk., 2002) didapat kesimpulan bahwa faktor kepercayaan dan knowledge sharing merupakan kombinasi yang kritis.
Hasil-hasil penelitian yang terbukti signifikan tersebut kemudian dimasukkan ke dalam kumpulan pengetahuan bersama teori-teori dan hasil-hasil penelitian lainnya. Dari penyusunan kumpulan pengetahuan tersebut kemudian didapat pengetahuan mengenai faktor-faktor penting apa saja yang dapat mempengaruhi sikap seseorang dalam melakukan knowledge sharing. Faktor-faktor yang terdapat dalam kumpulan pengetahuan tersebut kemudian diekstraksi dan digunakan sebagai input dalam tahap penetapan faktor-faktor penting.
III.3.3 Penetapan Faktor-faktor Penting Tahap penetapan faktor-faktor penting memanfaatkan pengetahuan yang telah disusun dalam kumpulan pengetahuan. Hasil penelitian yang terdapat dalam kumpulan pengetahuan digunakan sebagai dasar dalam menetapkan faktor-faktor yang diduga dapat mempengaruhi sikap indvidu terhadap knowledge sharing secara dominan dan akan diteliti lebih lanjut untuk kepentingan penelitian ini.
Menurut Theory of Reason Action (TRA) (Ajzen dan Fishbein, 1980 dalam Bock, 2005 dan Kwok, 2006), keinginan individu untuk melakukan suatu perilaku tertentu dapat ditentukan dengan melihat sikapnya terhadap perilaku tersebut. Dengan demikian keinginan individu untuk melakukan aktivitas knowledge sharing dapat ditentukan oleh sikapnya terhadap perilaku knowledge sharing. Sedangkan sikap individu terhadap perilaku knowledge sharing tersebut ditentukan oleh beberapa faktor penting yang diduga dapat mempengaruhi sikap individu tersebut.
44
Langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam menetapkan faktor-faktor penting yang dapat mempengaruhi knowledge sharing adalah sebagai berikut: 1) Mengumpulkan faktor-faktor penting yang berpengaruh berdasarkan kumpulan pengetahuan yang telah disusun. 2) Menetapkan faktor-faktor yang diduga dapat muncul pada organisasi yang baru akan menerapkan knowledge sharing berdasarkan pemahaman yang dimiliki. 3) Menetapkan faktor-faktor dugaan yang akan diteliti lebih lanjut untuk kepentingan penelitian yang dilakukan.
Langkah pertama yang dilakukan dalam tahap penetapan faktor-faktor penting yaitu mengumpulkan faktor-faktor penting yang dapat mempengaruhi knowledge sharing berdasarkan kumpulan pengetahuan yang telah disusun. Faktor-faktor penting yang dimaksud merupakan faktor yang telah terbukti secara signifikan dapat mempengaruhi sikap seseorang terhadap knowledge sharing. Berikut ini merupakan daftar faktor-faktor penting dari kumpulan pengetahuan yang ada: 1. Faktor arduous relationship (kerenggangan hubungan). 2. Faktor shared understanding (kesamaan pemahaman) 3. Faktor absorptive capacity (kemampuan dalam menyerap pengetahuan) 4. Faktor intrinsic motivation (motivasi dari dalam diri) 5. Faktor source credibility (sumber yang dapat dipercaya) 6. Faktor communication competence (kemampuan berkomunikasi) 7. Faktor reciprocal relationship (hubungan timbal balik) 8. Faktor subjective norm (norma-norma yang terdapat dalam organisasi) 9. Faktor organizational climate (iklim organisasi) 10. Faktor reputation (reputasi) 11. Faktor enjoy helping (perasaan senang membantu) 12. Faktor centrality (terkait posisi struktural) 13. Faktor tenure in field (terkait jam kerja di lapangan) 14. Faktor commitment (komitmen) 15. Faktor codification effort (usaha melakukan kodifikasi) 16. Faktor organization reward (penghargaan dari organisasi)
45
17. Faktor knowledge self-efficacy (keyakinan akan kemampuannya dalam memberikan kontribusi pengetahuan yang dibutuhkan oleh organisasi) 18. Faktor channel richness (bermacam pendekatan yang dapat digunakan) 19. Faktor shared (kesamaan) 20. Faktor training (pelatihan) 21. Faktor leadership (kepemimpinan) 22. Faktor trust (kepercayaan)
Mengingat hasil dari penelitian ini lebih ditujukan bagi organisasi yang baru akan mencoba menerapkan knowledge sharing di lingkungan organisasinya, maka langkah berikutnya yang perlu dilakukan yaitu menetapkan faktor-faktor yang diduga dapat muncul pada organisasi. Untuk itu perlu dilakukan analisis lebih lanjut dengan cara melakukan klasifikasi faktor-faktor apa saja yang mungkin muncul dan yang tidak pada organisasi yang dimaksud berdasarkan dugaan bahwa faktor tersebut memerlukan waktu dan proses yang diperlukan untuk tumbuh di lingkungan organisasi atau tidak, sebagaimana ditunjukkan pada Tabel III.7.
Sebanyak empat belas (14) dari dua puluh dua (22) faktor yang ada kemudian diabaikan karena dinilai belum memungkinkan untuk dapat dipenuhi oleh organisasi yang baru akan mencoba menerapkan knowledge sharing. Faktorfaktor tersebut dianggap memerlukan waktu dan proses untuk tumbuh di lingkungan organisasi karena terkait dengan unsur pengalaman bekerja.
Sebagai contoh, faktor kepercayaan dan komitmen, yang memerlukan waktu dan proses untuk tumbuh melalui pengalaman dalam bekerja di lingkungan yang sama, tidak akan ditemui pada lingkungan organisasi yang baru akan mencoba menerapkan knowledge sharing. Individu akan dianggap sebagai sumber yang dapat dipercaya, apabila individu tersebut mampu membuktikan kepada individu lainnya bahwa dirinya memiliki kompetensi terhadap pengetahuan yang dibutuhkan. Agar kompetensi yang dimilikinya dapat diakui oleh individu lainnya, individu tersebut perlu melalui beberapa tahapan dan proses, dimana salah satunya yaitu melalui pengalaman dalam bekerja dengan individu lainnya.
46
Tabel III.7 Klasifikasi faktor-faktor yang mungkin muncul
Faktor
Memerlukan waktu dan proses yang panjang Ya Tidak
arduous relationship (kerenggangan hubungan)
shared understanding (kesamaan pemahaman)
absorptive capacity (kemampuan menyerap)
intrinsic motivation (motivasi dari dalam)
source credibility (sumber yang dapat dipercaya)
communication competence (kemampuan komunikasi)
reciprocal relationship (hubungan timbal balik)
subjective norm (norma-norma dalam organisasi)
organizational climate (iklim organisasi)
reputation (reputasi)
enjoy helping (perasaan senang membantu)
centrality (terkait posisi struktural)
tenure in field (terkait jam kerja di lapangan)
commitment (komitmen)
codification effort (usaha kodifikasi)
organization reward (penghargaan dari organisasi)
knowledge self-efficacy (kemampuan berkontribusi)
channel richness (bermacam pendekatan)
shared (kesamaan)
training (pelatihan)
leadership (kepemimpinan)
trust (kepercayaan)
Berdasarkan pengklasifikasian yang telah dilakukan pada Tabel III.7 maka ditetapkan delapan (8) faktor yang diduga dapat muncul di organisasi yang baru akan menerapkan knowledge sharing tanpa melalui waktu dan proses yang cukup panjang untuk dapat tumbuh di lingkungan organisasi sebagai berikut:
47
1. Faktor absorptive capacity (kemampuan dalam menyerap pengetahuan) 2. Faktor intrinsic motivation (motivasi dari dalam diri) 3. Faktor communication competence (kemampuan berkomunikasi) 4. Faktor reciprocal relationship (hubungan timbal balik) 5. Faktor reputation (reputasi) 6. Faktor enjoy helping (perasaan senang membantu) 7. Faktor organization reward (penghargaan dari organisasi) 8. Faktor knowledge self-efficacy (keyakinan akan kemampuan untuk memberikan kontribusi pengetahuan)
Langkah berikutnya yaitu menetapkan faktor-faktor dugaan yang akan diteliti lebih lanjut. Penetapan diawali dengan cara melakukan analisis komparatif, yaitu membandingkan antara hasil penelitian satu dengan penelitian yang lain, memadukannya atau mereduksinya bila dipandang terlalu luas (Sugiyono, 2008). Melalui analisis komparatif tersebut ditetapkan faktor-faktor apa saja yang akan diteliti dan ditetapkan sebagai faktor-faktor penting yang dapat mempengaruhi sikap individu dalam melakukan aktivitas knowledge sharing. Tabel III.8 menunjukkan analisis komparatif yang dilakukan pada penelitian ini.
Untuk kepentingan penelitian ini, maka ditetapkan beberapa faktor yang diduga dapat mempengaruhi sikap individu terhadap aktivitas knowledge sharing secara dominan, yang turut mempengaruhi keinginan/motivasi individu untuk melakukan aktivitas knowledge sharing. Dasar penetapan dugaan tersebut yaitu adanya keyakinan bahwa faktor yang telah diuji pada beberapa penelitian yang berbeda tentunya akan memberikan hasil yang
lebih akurat
dan lebih dapat
dipertanggungjawabkan dibandingkan dengan penelitian yang hanya dilakukan pada satu penelitian saja. Dugaan tersebut juga diperkuat oleh banyaknya literatur yang turut mendukung keakuratan faktor-faktor tersebut, yang secara tidak langsung menunjukkan bahwa faktor-faktor tersebut memang memiliki kontribusi yang lebih dominan dalam aktivitas knowledge sharing jika dibandingkan dengan faktor-faktor lainnya yang juga berpengaruh. Tabel III.8 menunjukkan dukungan terhadap penetapan dugaan yang dilakukan dalam penelitian ini.
48
Tabel III.8 Dukungan terhadap penetapan dugaan yang dilakukan
Sumber Literatur
Faktor 1 absorptive capacity (kemampuan menyerap)
intrinsic motivation (motivasi dari dalam)
communication competence (kemampuan komunikasi)
reciprocal relationship (hubungan timbal balik)
2
3
4
5
6
7
reputation (reputasi)
enjoy helping (senang membantu)
organization reward (penghargaan dari organisasi)
knowledge self-efficacy (kemampuan berkontribusi)
Dengan demikian berdasarkan Tabel III.8, ditetapkan lima (5) faktor yang dapat mempengaruhi sikap individu terhadap knowledge sharing dan akan diteliti lebih lanjut untuk kepentingan penelitian ini. Faktor-faktor yang dimaksud adalah: 1) Faktor absorptive capacity yaitu kemampuan individu untuk menyerap pengetahuan yang diterimanya. 2) Faktor communication competence yaitu kemampuan komunikasi baik yang dilakukan oleh sumber pengetahuan maupun penerima pengetahuan. 3) Faktor reciprocal relationship yaitu hubungan timbal balik atas pengetahuan yang diperoleh sehingga terjadi interaksi antara sumber dan penerima. 4) Faktor enjoy helping yaitu perasaan senang membantu individu lainnya. 5) Faktor organization reward yaitu penghargaan yang diberikan oleh organisasi atas kontribusi pengetahuan yang dilakukan individu.
Dikaitkan dengan perspektif yang digunakan dalam penelitian ini, maka faktor absorptive capacity, communication competence, reciprocal relationship, dan organization reward dikategorikan ke dalam perspektif people (individu). Sedangkan faktor organization reward dikategorikan ke dalam perspektif organization (organisasi). Hasil analisis terhadap faktor-faktor tersebut kemudian menjadi elemen-elemen utama pembangun kerangka kerja yang akan dihasilkan.
49
III.3.4 Penetapan Aktivitas-aktivitas Pendukung Aktivitas pendukung yang dimaksud merupakan aktivitas-aktivitas yang perlu dilakukan oleh organisasi dalam mendukung terlaksananya knowledge sharing di lingkungan organisasi. Aktivitas-aktivitas pendukung merupakan stimulus yang dapat memperkuat faktor-faktor penting yang dapat mempengaruhi knowledge sharing. Disamping itu, aktivitas pendukung juga dapat digunakan oleh organisasi untuk mengantisipasi apabila terdapat faktor-faktor penting yang tingkat kemunculannya rendah atau bahkan tidak ditemukan di lingkungan organisasi.
Penetapan aktivitas pendukung dimaksudkan agar dapat
mempermudah
pemahaman mengenai aktivitas apa saja yang perlu dilakukan dalam mendukung terlaksananya
knowledge
sharing.
Dengan
mengetahui
aktivitas-aktivitas
pendukung apa saja yang perlu dilakukan, diharapkan organisasi dapat lebih memahami perannya sebagai fasilitator dalam mendukung kesuksesan penerapan knowledge sharing di lingkungan organisasi.
Dukungan yang dimaksud meliputi dukungan dalam hal environment, place, facility, dan technology. Maka dari hasil eksplorasi yang dilakukan terhadap literatur-literatur yang berkaitan dengan knowledge sharing, ditetapkan terdapat empat aktivitas yang diduga dapat mendukung faktor-faktor penting yang dapat mempengaruhi knowledge sharing sebagai berikut: 1) Menciptakan iklim dan budaya organisasi yang mendukung. 2) Menyediakan fasilitas sharing seperti forum, diskusi, pelatihan, seminar. 3) Membentuk komunitas/perkumpulan di dalam organisasi. 4) Menggunakan teknologi yang tepat untuk keperluan sharing pengetahuan.
Adanya iklim dan budaya organisasi yang mendukung (environment) dapat meningkatkan kemampuan
individu
untuk
menyerap
pengetahuan
yang
diperolehnya. Salah satu pemicunya yaitu terciptanya iklim persaingan/kompetisi yang sehat diantara setiap individu dalam organisasi. Kemampuan individu untuk komunikasi dapat bertambah seiring dengan diterapkannya budaya sharing di organisasi. Hubungan timbal balik atas pengetahuan yang diterima serta perasaan
50
senang membantu dapat terakomodir pada iklim dan budaya organisasi yang terbuka dan saling membantu satu sama lain. Penghargaan yang diberikan organisasi akan tetap berjalan apabila iklim dan budaya untuk memberikan kontribusi pengetahuan kepada organisasi tetap terjaga.
Tersedianya fasilitas sharing (facility) seperti forum, diskusi, pelatihan, dan seminar dapat semakin mempermudah proses transfer pengetahuan serta cara berkomunikasi setiap individu dalam menyampaikan suatu pengetahuan tertentu. Dengan demikian kemampuan individu untuk dapat menyerap pengetahuan akan semakin meningkat dan kemampuan untuk berkomunikasi dapat semakin terlatih dengan adanya kemudahan-kemudahan yang diberikan melalui fasilitas-fasilitas sharing tersebut.
Individu memerlukan wadah (place) untuk dapat mengembangkan dirinya serta mengekspresikan kemampuan yang dimilikinya. Untuk itu perlu dibentuk sebuah komunitas/perkumpulan di dalam organisasi yang dapat membantu individu dalam meningkatkan kemampuan dirinya dalam menyerap pengetahuan, dalam berkomunikasi, dalam memberikan respon atau timbal balik atas pengetahuan yang diperolehnya, serta dalam menyalurkan keinginannya untuk membantu individu lain.
Penggunaan teknologi (technology) yang tepat untuk keperluan sharing pengetahuan dapat mendukung proses transfer pengetahuan yang dilakukan. Kemampuan individu untuk dapat menyerap pengetahuan dan kemampuan individu untuk berkomunikasi akan semakin mudah dengan adanya bantuan dari teknologi yang tepat.
Aktivitas-aktivitas pendukung tersebut jika kemudian dipetakan terhadap faktorfaktor dugaan yang telah diperoleh, maka akan terlihat kontribusinya dalam mendukung faktor-faktor dugaan tersebut. Hasil pemetaan aktivitas-aktivitas pendukung terhadap faktor-faktor dugaan berdasarkan kumpulan pengetahuan yang ada ditunjukkan dalam Tabel III.9.
51
Tabel III.9 Pemetaan aktivitas pendukung terhadap faktor-faktor dugaan
Aktivitas pendukung Menciptakan iklim dan
Mendukung terhadap - Faktor kemampuan menyerap pengetahuan
budaya organisasi yang
- Faktor kemampuan komunikasi
mendukung
- Faktor hubungan timbal balik - Faktor perasaan senang membantu - Faktor penghargaan dari organisasi
Menyediakan fasilitas sharing
- Faktor kemampuan menyerap pengetahuan
seperti forum, diskusi,
- Faktor kemampuan komunikasi
pelatihan, seminar. Membentuk
- Faktor kemampuan menyerap pengetahuan
komunitas/perkumpulan di
- Faktor kemampuan komunikasi
dalam organisasi
- Faktor hubungan timbal balik - Faktor perasaan senang membantu
Menggunakan teknologi yang
- Faktor kemampuan menyerap pengetahuan
tepat untuk keperluan sharing
- Faktor kemampuan komunikasi
pengetahuan
Penetapan aktivitas-aktivitas pendukung tersebut juga diperkuat oleh literaturliteratur acuan yang digunakan dalam penelitian ini. Aktivitas menciptakan iklim dan budaya organisasi yang mendukung diperkuat oleh literatur 2, 4, 6. Aktivitas menyediakan fasilitas sharing seperti forum, diskusi, pelatihan, seminar diperkuat oleh literatur 6. Aktivitas membentuk komunitas/perkumpulan di dalam organisasi diperkuat oleh literatur 3, 4, 7. Sedangkan aktivitas menggunakan teknologi yang tepat untuk keperluan sharing pengetahuan diperkuat oleh literatur 2, 4, 6.
III.3.5 Penetapan Atribut Kualitas yang Relevan Perancangan model merupakan aktivitas yang dilakukan secara berkelanjutan. Sejalan dengan hal tersebut, seiring dengan semakin pesatnya perkembangan pengetahuan-pengetahuan baru khususnya dalam kajian knowledge sharing serta kebutuhan bisnis organisasi yang dinamis mengharuskan setiap elemen dari model
52
yang dihasilkan memiliki sifat fleksibel terhadap setiap perubahan yang dapat terjadi di masa mendatang.
Model yang dihasilkan haruslah valid dan reliable terkait dengan tujuan penelitian ini yaitu menghasilkan suatu usulan kerangka kerja yang dapat dijadikan panduan bagi organisasi dalam mengimplementasikan knowledge sharing di lingkungan organisasi pada masa mendatang. Keefektifan serta keakuratan model yang dihasilkan juga perlu divalidasi dengan menguji korelasi antar faktor di dalam kerangka kerja serta menguji besar pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap knowledge sharing. Atribut-atribut kualitas tersebut pada akhirnya dapat digunakan untuk mengetahui apakah kerangka kerja tersebut dapat menjelaskan cara implementasi secara jelas dan lengkap atau tidak.