BAB III. Analisis
3.1.
Analisis Tapak
3.1.1. Analisis Lokasi Lokasi berada di kompleks Taman Sriwedari Solo. Taman Sriwedari, salah satu lahan di jantung kota yang berfungsi sebagai paru-paru kota, dan merupakan taman yang dikelola sejak zaman kerajaan. Taman ini terletak di tepi jalan utama kota atau arteri sekunder, dikelilingi dengan jalan kolektor dan lokal sekunder, serta dilewati jalan KA Bumel jurusan ke Wonogiri, sehingga tata letak Taman Sriwedari sangat strategis. Adapun isi inti taman sebagai pamor Sriwedari yang diketahui oleh masyarakat sejak dahulu adalah: • Kebun binatang ( sekarang telah dipindahkan ke Jurug ) • Stadion Sriwedari, tempat PON I diselenggarakan • Museum Radyapustaka, tempat penyimpanan benda bersejarah terutama yang berhubungan dengan literatur-literatur kuno • Wayang orang Sriwedari • Segaran, kolam tempat rekreasi terbuka
Dengan adanya eksisting yang telah menjadi karakter kuat dari Taman Sriwedari tentu akan sangat berpengaruh dalam peletakan massa bangunan baru. Kedudukannya harus dapat berdampingan dengan bangunan eksisting yang telah ada, terutama dalam hal ini bangunan museum dan pendopo. Keramaian di Taman Sriwedari terjadi pada hari-hari libur, pada bulan puasa yang sering disebut sebagai maleman Sriwedari, dan puncak keramaian adalah pada hari lebaran.
27
Gambar 20. Peta kawasan Sriwedari dan sekitarnya
3.1.2. Analisis Konteks Lingkungan Berdasarkan Rencana Umum Tata Ruang Kota Surakarta dengan jangka perencanaan sampai tahun 2013, Taman Sriwedari difungsikan sebagai tempat pariwista, budaya, dan olahraga. Lebih rinci, Taman Sriwedari direncanakan sebagai: • Tempat rekreasi / hiburan / paru-paru kota • Tempat pengembangan dan pelestarian seni budaya • Tempat promosi industri kerajinan khas Surakarta • Monumen olahraga nasional Sekitar tahun 1960-1970 Taman Sriwedari masih terlihat hijau dan masih banyak dijumpai tanah-tanah terbuka, secara tidak langsung tidak langsung merupakan area penyerap air hujan yang bermanfaat sebagai pelestarian lingkungan hidup, khususnya dalam persediaan air tanah kota. Secara makro Taman Sriwedari dapat dikatakan hutan kota bagi kota Surakarta. Sekitar tahun 1970 Taman Sriwedari mewadahi mewadahi beberapa kegiatan sebagai tempat rekreasi aktif maupun pasif, dan kegiatan lain, yaitu: •
Tempat rekreasi aktif : Stadion Sriwedari dengan fasilitasnya
•
Tempat rekreasi pasif: Kebun binatang, wayang orang, museum Radyapustaka, biskop, segaran, taman. Kini perkembangan Taman Sriwedari tidak bisa dipisahkan
dengan perkembangan kota secara keseluruhan. Tuntutan kebutuhan 28
fasilitas dan prasarana kota ternyata memaksa adanya pergeseran penggunaan lahan Taman Sriwedari yang semula tempat wisata dan budaya bagi segenap lapisan masyarakat, sekarang telah merambah adanya kegiatan perkantoran dan kegiatan komersial yang bisa dinikmati oleh golongan tertentu. Taman Sriwedari yang dikembangkan menjadi Taman Wisata Budaya Sriwedari merupakan mempunyai fungsi sebagai: •
Tempat untuk mengembangkan seni budaya daerah
•
Tempat promosi seni kerajinan daerah
•
Tempat rekreasi dan hiburan Saat sekarang ada beberapa bangunan di dalam Taman
Sriwedari, antara lain: •
Pintu gerbang dari fasilitas Taman Sriwedari
•
Pendopo Joglo sebagai tempat serba guna pentas seni tradisional terbuka ataupun tempat pameran
•
Gedung wayang orang dan ketoprak
•
Komplek tempat bermain anak-anak
•
Gedung bioskop
•
Segaran dengan pulau yang dimanfaatkan sebagai rumah makan
•
Komplek Pujasari (Pusat Jajan Sarwo Asri)
•
Gedung museum Radyapustaka
•
Gedung kantor Dinas Pariwisata
•
Gedung perkantoran Bank Pasar
•
Gedung pertemuan Graha Wisata Niaga
•
Gedung ajang promosi kerajinan
•
Beberapa kios dan taman yang tersebar di dalam
•
Stadion olahraga
•
Gedung fasilitas olahraga Taman Sriwedari sebagai taman kebun raja, identik dengan
rimbunnya pepohonan. Namun karena kepadatan bangunan di dalam taman semakin tinggi, khususnya kepadatan bangunan untuk kegiatan komersial, maka satu demi satu pohon tersebut hilang. Dengan
29
demikian hutan kota atau paru-paru kota yang telah dibentuk oleh Taman Sriwedari kini mulai pudar. Berdasarkan pengamatan lapangan yang diadakan pada bulan Mei 1994 oleh Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS) Surakarta, dapat dicatat bahwa komposisi penggunaan lahan di Taman Sriwedari.
Gambar 21. Peta eksisting Taman Sriwedari Area merah: area perancangan Sumber: Pemerintah Kota Surakarta
Area merah merupakan daerah perancangan, yang pada saat sekarang terdapat bangunan eksisting berupa gedung pameran pada bagian depan dan gedung bioskop pada bagian belakang. Gedung pameran yang ada sekarang kurang merespon konteks lingkungan tenpat bangunan tersebut berdiri, dan gedung bioskop yang berada di delakang sudah tidak beroperasi.
Bangunan eksisting yang signifikan di area Taman Sriwedari: A: Pendopo B: Museum Radyapustaka C: Gedung wayang orang D: Segaran, kolam buatan E: Stadion R. Maladi ( tempat diselenggarakan PON I )
Gambar 22. Peta area perancangan
No.
Penggunaan lahan
Luas (Ha) 30
Presentase (%)
1.
Taman dan lahan kosong
2.556
23.18
2.
Prasarana jalan
0.339
3.07
3.
Budaya
1.241
11.26
4.
Kantor
0.059
0.53
5.
Komersial
2.882
26.14
6.
Olahraga
3.500
31.75
7.
Fasilitas penunjang
0.448
4.06
11.025
100
Jumlah
Gambar 23. Tabel peruntukan lahan Taman Sriwedari (data tahun 1994) Dari tabel tersebut dilihat bahwa presentase taman dan Sumber: Universitas Negeri Sebelasdapat Maret Surakarta
lahan
kosong
cukup
signifikan,
tetapi
tidak
disertai
dengan
perencanaan dan pemanfaatan yang baik. Lahan-lahan teersebut dibiarkan kosong. Dan bahkan ada kecenderungan untuk mengisinya dengan bangunan-bangunan baru yang sifatnya komersial.
Situasi Sekitar Taman Sriwedari Keberadaan Sriwedari adalah tidak lepas dari situasi sekitar, khususnya jalan-jalan yang membatasi serta jalan rel KA yang melintas di tepi utara. Jalan Slamet Riyadi sebagaijalan protokol / jalan utama dan berfungsi sebagai arteri sekunder, akan merupakan orientasi dari Taman Sriwedari. Sedangkan jalan Museum dan Kebangkitan Nasional sebagai jalan lokal sekunder merupakan fasilitas transportasi pembantu bagi Taman Sriwedari. Jalan Bayangkara sepenuhnya menjadi fasilitas transportasi bagi kegiatan olahraga, yaitu untuk kegiatan olahraga, yaitu untuk kegiatan di stadion dan fasilitas pendukungnya. Keberadaan kereta api yang melintas empat kali sehari adalah kegiatan transportasi yang dikelola oleh PT. KAI dan diperkirakan akan tetap berlangsung. Maka kemungkinan dengan keterpaduan antar instansi
kegiatan
perkeretaapian
bisa
prasarana kepariwisataan di kemudian hari.
31
dikembangkan
sebagai
Kedudukan Taman Sriwedari dalam Rencana Kota Lahan Taman Sriwedari dalam Rencana Umum Tata Ruang Kota ditetapkan sebgai tempat pariwisata, budaya, dan olahraga. Strategi pengembangan pariwisata dan budaya di Surakarta telah ditetapkan yaitu: •
Memanfaatkan unsur buatan manusia baik yang kuno maupun yang baru untuk pengembangan industri pariwisata budaya dan penelitian/pendidikan serta jati diri kota Surakarta.
•
Memanfaatkan sisa-sisa unsur alam untuk pengembangan rekreasi dan pariwisata.
•
Memanfaatkan unsur-unsur buatan manusia, unsur alam dan kegiatan
tradisional
rakyat
untuk
pengembangan
industri,
rekreasi, dan pariwisata. •
Pengembangan wisata terpadu antara wisata dunia usaha, budaya, pendidikan, penelitian, olahraga, dan konferensi.
Keadaan sekitar lahan
32
Gambar 24. Suasana di sekitar tapak Sumber: foto pribadi
33
3.1.3. Analisis Sirkulasi dan Pencapaian Kawasan Taman Sriwedari telah mempunyai gerbang utama tersendiri yang kehadirannya cukup signifikan. Oleh karena itu, untuk pencapaian ke dalam tapak daerah perancangan, tetap memanfaatkan gerbang yang telah ada.
Gambar 25. Pintu Gerbang Sriwedari
Antara gerbang utama Sriwedari dengan pendopo tercipta sumbu yang sangat kuat dan sangat simetris. Pada kondisi eksisting sumbu ini tidak begitu kentara, sehingga hal ini dapat menjadi pertimbangan dalam menentukan sirkulasi dalam perancangan. Dari segi pencapaian, untuk jalur masuk utama melewati gerbang utama Sriwedari dan museum, sedangkan jalur sekunder melalui arah belakang dan dari arah kolam.
: jalur utama : jalur sekunder
Gambar 26. Pola Sirkulasi dan Pencapaian
34
3.1.4. Analisis Bangunan di Sekitar Tapak (pola arsitektural) Kebanyakan dari bangunan eksisting di sekitar tapak masih menggunakan langgam-langgam arsitektural lokal yang terlihat jelas dalam pengolahan bentuk atap yang menggunakan bentuk atap limas. Dan secara umum pula, di kota Surakarta, bangunan-bangunan publik yang berskala besar juga menggunakan pola-pola seperti ini. Untuk itu, agar dapat menjadi ikon baru kota, secara arsitektural harus menggunakan pola-pola yang berbeda, menggunakan bentuk yang lebih dielaborasi lebih lanjut, dengan tetap mencerminkan elemenelemen arsitektur tradisional.
Hotel Sahid Raya Solo
Pasar Gede Solo
Balai Kota Solo
Rumah Dinas Walikota Solo
Gambar 27. Bangunan-bangunan publik di kota Solo
Yang paling dekat secara ruang adalah bangunan eksisting berupa
pendopo
dan
museum,
yang
sangat
kental
dengan
penggunaan elemen arsitektur tradisional berupa bangunan joglo untuk pendopo dan bangunan arsitektur kolonial dengan atap limas yang dominan untuk bangunan museum. Kedua bangunan yang mengapit 35
tapak ini harus direspon sedemikian rupa agar kehadiran bangunan baru tidak merusak tampilan bangunan eksisiting yang terlebih dahulu menjadi ikon dari kawasan Taman Sriwedari.
Gambar 28. Museum Radyapustaka
3.2.
Gambar 29. Pendopo Sriwedari
Analisis Hubungan Fungsional
3.2.1. Analisis Organisasi Ruang 1) Fasilitas Publik •
• • • • • • • • • •
Entrance
Lobby utama Information Reception area Registration area Front desk Seating area Public toilet Public telephone Cloakroom Luggage room
Main lobby
Food & beverage outlet
Food and beverage outlet • •
Coffee shop Restoran
•
Perpustakaan
•
Mushola
•
Retail area • •
• •
Business center
Retail area
Library room
Gambar 30. Skema hubungan ruang fasilitas publik
Travel agency Bank & ATM Gift shop Drugstore
36
• •
Speciality shop
Business center • • • • • • •
Kantor wakil Kadin daerah Kantor wakil Departemen Perdagangan Kantor wakil pajak Kantor wakil asosiasi dagang / pengusaha Kantor jasa pengepakan dan pengangkutan Kantor asuransi Kantor biro hukum
2) Fasilitas pameran • • • • • •
Lobby Pre function room Hall pameran (A dan B) Loading dock Toilet Gudang
Ket: : Berhubungan langsung : Tidak berhubungan langsung
Loading
Gudang Hall pameran A Lobby
Prefunction Hall pameran B Toilet Gambar 31. Skema hubungan ruang fasilitas pameran
3) Fasilitas konvensi Fasilitas konvensi meliputi ruang-ruang sebagai berikut: • •
• • • • •
Ballroom / banquet hall Conference room • Large conference room (kapasitas 200 orang) • Medium conference room (kapasitas 100-150 rang) • Small conference room (kapasitas 30 orang) • Board room (kapasitas 10 orang) Auditorium Breakout room Press room (ruang untuk konferensi pers) Syndicate room (ruang bagi panitia penyelenggara) Ruang Penunjang Konvensi, terdiri dari: 37
• • • • • • •
• • •
Pre function area Conference dining room Assembly break area Interpreter booth Stage facilities Conference office Conference services • Audio visual control room • Audio visual work room • Audio visual office • Graphic room • Photographic darkroom Projection room Conference storage Coffee pantry Banquet hall
Gambar 32. Skema hubungan ruang fasilitas konvensi
Conference room
Foyer Pre function
Assembly break area Auditorium
Conference dining room Conference office
Breakout room
Interpreter’s booth Stage facilities
Syndicate room
Conference service Conference storage Projection room Coffee pantry
Press room
Ket: : Berhubungan langsung : Tidak berhubungan langsung : Fungsi penunjang
38
4) Fasilitas Administrasi dan Servis •
Administration office •
Front office
•
Executive office
•
Sales & marketing
•
Accounting
Accounting office
Front desk Front office
Executive office
Reception
•
Sales & marketing office
Service area •
Main kitchen
•
Laundry & housekeeping
•
General storage
•
Employee area
•
Maintenance & engineering
•
Loading dock
Gambar 33. Skema hubungan ruang fasilitas administrasi Ket: : Berhubungan langsung : Tidak berhubungan langsung
Receiving area Loading dock
Main kitchen Food & beverage sotage General storage
Maintenance & engineering Gambar 34. Skema hubungan ruang service area
39
Laundry housekeeping
3.2.2. Hubungan Antar Fungsi
Entrance
Adminictration office
Retail & coffee shop
Plaza
Public service
Pre-function
Exhibition facilities
Convention facilities
Exhibition service
Conference service
Service facilities (back of the house)
Ket: : Berhubungan langsung : Tidak berhubungan langsung
Service entrance
Gambar 35. Skema Hubungan Antar Fungsi
40
3.2.3. Program Ruang No. A. 1
Nama Ruang
Kapasitas
Standar
Sumber
200
2m2/orang
FL
600
1.5m2/orang
Jumlah
Luas (m2)
Fasilitas Konvensi Lobby
2
800
- Information - Reception Area - Registration Area - Front desk - Seating area - Luggage room 2
Auditorium hall
3
Ruang penunjang Konvensi
FL
- Panggung
FL
100
- Backstage
FL
56
- Ruang penerjemah
FL
2
- Ruang proyektor
990
6
24
6
16
4
140
2
42
2
200
- Gudang
82
- Toilet
24m2/ruang
- Pantry 4
Ruang petemuan sedang
50
2.3m2/orang
FL
5
Ruang kelas
65
2m2/orang
FL
132
6
Ruang rapat kecil
2m2/orang
FL
50
7
Ruang pengelola
2m2/orang
FL
50
8
Ruang M.E.
Asumsi
- Ruang panel listrik
Asumsi
76
- Ruang pompa
Asumsi
35
- Ruang genset
Asumsi
30
- Ruang AHU - Ruang kontrol cahaya dan suara
Asumsi
180
Asumsi
75 3078
B.
Fasilitas Pameran
1
Pre-function
2
Hall pameran
3
Toilet
4
Gudang
FL 700
1m2/orang
FL
24m2/ruang
FL
120 2
96
FL
- Gudang utama
100
- Gudang sekunder 5
1440
38
Loading dock
Asumsi
144 1938
C.
Fasilitas Penunjang
1
ATM
2
Retail
3
Coffee shop (+dapur)
4
Gift shop
40
2.4m2
Asumsi
5
120
25m2
Asumsi
4
100
2m2/orang
N
1
80
20m2
Asumsi
2
40
41
340
D. 1
Fasilitas Administrasi dan Servis Kantor Pengelola - Ruang direksi
2.5m2/orang
FL
1
24
- Ruang sekretaris
2.5m2/orang
FL
1
30
- Ruang administrasi
2.5m2/orang
FL
1
40
- Ruang pemasaran
2.5m2/orang
FL
1
25
asumsi
1
30
FL
2
112
1
- Ruang arsip dan dokumentasi - Ruang rapat bersama
25
- Ruang tunggu / baca
20
2m2/orang
FL
- Mushola
20
1.5m2/orang
asumsi
24m2/ruang
N
- Toilet 2
2m2/orang
40 26
2
48
Servis area - Dapur
asumsi
2
33
- Gudang
asumsi
1
25
- Toilet
N
1
- Ruang makan karyawan
24m2/ruang
asumsi
1
56
- Ruang penyimpanan barang
asumsi
1
56
- Ruang keamanan
asumsi
2
10
- Maintenance & Engineering
asumsi
- Ruang genset
1
24
- Ruang pompa
1
- Ruang panel listrik
1
25
- Gardu listrik
2
48 708
E.
Fasilitas Parkir
1
Mobil
2
Sepeda motor
12.5m2/mobil
N
250
3125
2m2/motor
asumsi
125
250 3375
3.2.4. Persyaratan Teknis 1) Ruang Pameran a. Penghawaan dan pencahayaan cukup, tetapi bukan cahaya langsung matahari. Penchayaan terhadap obyek dan ruang harus
memperhatikan
jenis
barang
yang
ditampung
di
dalamnya. Benda sangat sensitif dengan cahaya 50 lux Benda senditif dengan cahaya 150 lux Benda tidak sensitif dengan cahaya 300 lux b. Luasan ruang mencukupi untuk barang yang akan ditampung dalam bangunan dan cukup pula bagi sirkulasi pengunjung.
42
c. Ruangan harus dekat dengan tempat loading / unloading dock, untuk kemudahan mobilisasi barang. Ruangan yang jauh harus dapat dicapai dengan melengkapi jalur sirkulasi dengan ramp. d. Kelembaban udara dalam ruangan berkisar antara 50-55%. Temperatur udara berkisar 200-240C. e. Toleransi kebisingan yang disyaratkan tidak melebihi 60dB, debu dan polusi maksimal 5% dari udara yang ada di dalam ruangan. f. Karakter pameran ditentukan baik dari pengunjung maupun benda yang dipamerkan. Benda pamer yang ditujukan untuk publik dengan atau untuk kalangan ahli akan mempunyai suasana ruang yang berbeda. Karakter
ini
diwujudkan
pada
rancangan
dengan
cara
penggunaan bahan dan warna, sistem pencahayaan, skala dan sistem pergerakan. g. Konfigurasi ruang pamer: - pembagian ruang Ruang pameran dapat dibagi menjadi dua ruangan yag lebih kecil, menggunakan partisi gypsum yang dapat ditarik untuk menjadi sekat. Jenis ruang yang fleksibel memiliki kemungkinan:
Fleksibel dalam ekspansibilitas, yaitu fleksibilitas terhadap pertukaran fungsi ruang.
Fleksibel
dalam
versatilitas,
yaitu
fleksibel
terhadap
keanekaragaman besaran ruang dan lainnya. h. Materi pameran terbagi menjadi dua:
Produk yang dipamerkan dengan ketentuan / batasan. Bukan produk yang dapat mengundang bahaya kebakaran dan besar produk pameran tidak melebihi beban lantai yang ditetapkan (14-17 KN/m2)
i. Peralatan pameran
Stand pameran Secara garis besar terbagi atas dua jenis: a. Stand standar (Shell Sheme Booth) 43
Stand yang disediakan oleh organizer dilengkapi dengan partisi
dinding
(dari
kayu
dilapis
vinil,
kerangka
aluminium), karpet, meja, kursi, lampu, dan fascia (nama perusahaan). Ukuran yang umum adalah 3x3m2, 3x4m2, 4x4m2. Untuk mengadakan peralatan pameran (stand fitting) pihak organizer dapat menunjuk salah satu kontraktor yang memiliki reputasi kerja yang baik. b. Special design stand Stand
yang
dibangun
sendiri
oleh
peserta
atau
menggunakan jasa kontraktor. Untuk stand jenis ini pihak organizer hanya menyewakan kavling / lantai saja serta memberi petunjuk agar tetap memperhatikan keserasian dan keamanan. •
Stand fitting Adalah peralatan yang biasa dibutuhkan dalam suatu stand pameran, misal partisi, karpet, instalasi listrik, kursi, meja, dan lain-lain.
2) Ruang auditorium a. Pengunaan sistem akustik agar suara dapat ditangkap dengan jelas. b. Volume ruang tiap pengunjung 5,1 – 7,1 m2 / orang. c. Sudut pandang horisontal yang dibentuk oleh panggung / layar dengan titik pengamat <60o diukur dari titimpanggung terjauh. d. Sudut pandang horisontal antara garis yang dibentuk objek di panggung dengan tempat duduk penonton dengan garis tengah auditorium <60o. e. Ketinggian maksimal bangku paling belakang diukur dari panggung adalah 3,66m. f. Kenaikan level antar tempat duduk depan-belakang untuk pandangan yang baik minimal 13cm. g. Jarak antar tempat duduk 90-125cm.
44
h. Jarak tempat duduk dari sandaran kursi ke tempat duduk belakangnya (row space) minimal 30,5cm. i.
Jumlah garis bangku yang di antara dua gang tidak boleh dari 16 kursi. Jika hanya dapat diakses dari satu sisi, jumlah bangku tidak boleh lebih dari 8 kursi.
j.
Gang yang mengakses 60 kursi atau kurang minimal harus selebar 76cm, dan 91cm untuk 60 kursi atau lebih.
k. Lebar gang (cross isle) yang menghubungkan antar gang minimal selebar gang yang terbesar ditambah dengan 50% dari total lebar sisa seluruh gang yang lain. l. Konstruksi kursi dan arena panggung untuk fleksibilitas: -
Penggunaan writing table
-
Kedalaman
temapt duduk dengan sandaran belakang
adalah 640-660mm dikurangi 230mm jika kursi dapat dilipat. -
Lebar kursi dengan lengan 530-560mm.
m. Panggung Tinggi panggung rata-rata 800-1100mm. Peralatan yang dibutuhkan dalam pengoperasian panggung: 1) House curtains sebagai tirai penutup pandangan ke panggung utama jika acara belum / sudah berlangsung. 2) On-stage curtains sebagai latar belakangutama panggung, terbuat dari bahan yang reflektif, jika terkena cahaya seperti satin. 3) Backdrops / cycloramas, lembaran plat yang digunakan sebagai
latar
belakang
yang
netral
seperti
untuk
menciptakan ilusi awan, laut, dan lain-lain. backdrops dapat berupa kanvas. 4) Edge masking, biasanya berupa tirai-tirai yang paralel untuk fungsi serbaguna penutup panggung dapat diatur lebarnya atau dibuat retractable. n. Lighting Pencahayaan
untuk
penerangan
tingkat
sedang
(15
footcandles), warna cahaya putih, distribusi merata, lampu tanda keluar tiap pintu, lampu gang. 45