BAB II YOHANNES CALVIN Yohannes Calvin adalah seorang pemimpin gerakan reformasi gereja di Swiss. Ia merupakan generasi yang kedua dalam jajaran pelopor dan pemimpin gerakan reformasi gereja pada abad ke-16, namun peranannya sangat besar dalam gereja-gereja reformatoris. Gereja-gereja yang mengikuti ajaran dan tata gereja yang digariskan Calvin tersebar di seluruh dunia. Gereja-gereja itu diberi nama Gereja Calvinis. Di Indonesia, gereja-gereja yang bercorak Calvinis merupakan golongan gereja yang terbesar.1 Sebagai landasan berpikir maka dalam bab ini penulis akan mengkaji tentang berbagai pandangan/teori yang relevan dengan persoalan penelitian yang hendak dijawab. Untuk itu penulis akan menguraikan mulai dari biografi Yohannes Calvin, pendidikan, karya, Teologi dan Teologi misinya. A. Yohannes Calvin A.1. Biografi Johanes Calvin lahir pada tanggal 10 juli 1509 sebagai Jean Cauvin di kota Noyon, Prancis Utara. Kemudian hari nama Cauvin, sesuai dengan kalangan kaum berpendidikan waktu itu, dilantinisasikan menjadi Calvinus.2
Ibunya bernama Jeanne Lefranc. Ibunya
adalah seorang wanita yang cantik dan saleh. Ia meninggal dunia tatkala Johanes Calvin masih muda. Gerard Cauvin bekerja sebagai pegawai uskup Noyon. Calvin memiliki empat saudara lelaki dan dua orang saudara perempuan. Keluarga Calvin mempunyai hubungan yang erat dengan keluarga bangsawan Noyon. Oleh karena itu, pendidikan elementernya
1
Drs. F. D. Wellem, M.Th., Riwayat Hidup Singkat Tokoh-Tokoh Dalam Sejarah Gereja, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1997, 64. 2 Christiaan de Jonge, Apa Itu Calvinisme?, Jakarta: Gunung Mulia, 2001, 6.
12
ditempuh dalam istana bangsawan Noyon, Mommor, bersama-sama dengan anak-anak bangsawan itu. Itulah sebabnya maka Calvin memperlihatkan sifat-sifat kebangsawanan. Pada mulanya ayah Calvin menginginkan anaknya untuk menjadi imam. Pada umur 12 tahun Calvin sudah menerima "tonsur" (pencukuran rambut dalam upacara inisiasi biarawan) dan ia sudah menerima upah dari paroki St. Martin de Marteville. Dengan penghasilan tersebut Calvin dapat meneruskan pendidikannya pada jenjang yang tinggi. Pada tahun 1523 Calvin memasuki College de la Marche di Park. Di sini ia belajar retorika dan Bahasa Latin. Bahasa Latin dipelajarinya pada seorang ahli bahasa Latin yang terkenal, yaitu Marthurin Cordier. Kemudian ia pindah ke College de Montague. Di sini Calvin belajar filsafat dan theologia. Di sekolah inilah Calvin belajar bersama dengan Ignatius dari Loyola, yang dikemudian hari menjadi musuh besar gerakan reformasi.3 Setelah
Calvin
menyelesaikan
pendidikannya
itu
tiba-tiba
ayahnya
tidak
menginginkan anaknya lagi untuk menjadi imam. Ayahnya menginginkan Calvin menjadi seorang ahli hukum. Oleh karena itu Calvin memasuki Universitas Orleans untuk belajar ilmu hukum. Kemudian ia belajar juga di Universitas Bourges dan Paris. Bahasa Yunani dan Ibrani dipelajarinya dari Melchior Wolmar, seorang ahli bahasa terkenal pada abad itu. Dengan demikian Calvin menjadi seorang ahli hukum. Studi hukumnya sangat mempengaruhinya dalam usaha pembaharuan dan penataan gereja reformasi yang dipimpinnya. Calvin sangat menekankan ketertiban dan keteraturan dalam gereja. April 1532, Calvin menerbitkan bukunya yang pertama, yaitu: Komentar Kitab De Clementia. Dalam buku ini dipersembahkan kepada Claude de Hangest, sahabat sekolahnya di keluarga bangsawan Mommer, di Noyon dahulu. Buku itu memperlihatkan Calvin sebagai seorang humanisme sejati. Dalam buku ini tidak terdapat tanda-tanda bahwa Calvin telah 3
Drs. F. D. Wellem, M.Th., Riwayat Hidup Singkat Tokoh-Tokoh Dalam Sejarah Gereja, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1997, 64.
13
beralih ke pihak reformasi di Perancis. Dapat diduga bahwa Calvin telah membaca tulisantulisan Luther dan para reformator Swiss lainnya. Bilamana Calvin menjadi pengikut gerakan reformasi tidak dapat ditentukan dengan tepat. Pertobatannya kemungkinan terjadi pada akhir 1532 dan awal 1533. Hal ini didasarkan kepada suratnya kepada Bucer, yang meminta kepada Bucer di Strausburg untuk memberi perlindungan kepada orang-orang reformatoris yang melarikan diri karena dihambat di Perancis. Surat tersebut ditulis Oktober 1533. Mengenai pertobatannya, Calvin menulis sebagai berikut: " . . . muncullah suatu ajaran yang baru, yang tidak membelokkan kami dari pengakuan Kristen, malah justru membawa kami kembali kepada sumbernya yang asli, menyucikannya dari segala noda, mengembalikan kepadanya kemurniannya yang semula. Tetapi aku benci kepada hal hal yang baru itu, dan sukar mendengarnya sekalipun. Dan pada mulanya aku menentangnya sekeras-kerasnya, karena aku telah menempuh jalan yang sesat dan penuh kebodohan. Tetapi berkat pertobatan yang tiba- tiba, Allah menujukan hatiku kepada kepatuhan".4 Pada tahun 1534 golongan reformatoris di Perancis dihambat dengan keras. Orangorang reformatoris menyelamatkan dirinya dengan melarikan diri ke Swiss. Calvin pun ikut melarikan diri ke Strausburg di mana ia diterima dengan hangat oleh Bucer. Kemudian Calvin meneruskan perjalanannya ke Basel. Calvin tinggal di Basel setahun lebih lamanya. Selama itu Calvin masih pergi ke Perancis mengunjungi sahabat-sahabatnya dengan memakai nama-nama samaran seperti: Martianus Lucanius, Carolus Passelius, Calpunius, dan sebagainya. Di Basel inilah Calvin menerbitkan bukunya yang terkenal itu, yaitu: Religionis Christianae Institutio (Pengajaran tentang Agama Kristen), tahun 1536. Biasanya dikenal dengan sebutan Institutio. Buku ini kemudian direvisi berkali-kali dan menjadi buku dogmatika yang terutama dalam gereja-gereja Calvinis. Institutio adalah karangan theologia yang kedua yang keluar dari tangan Calvin. Buku theologia yang pertama adalah berjudul: 4
Drs. F. D. Wellem, M.Th., Riwayat Hidup Singkat Tokoh-Tokoh Dalam Sejarah Gereja, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1997, 65.
14
Psychopannychia (Mengenai Tidurnya Jiwa-Jiwa), suatu karangan melawan ajaran Anabaptis yang mengajarkan bahwa jiwa manusia tidur hingga Kristus datang kembali setelah manusia itu meninggal.5
Pada tahun 1536 Calvin pergi ke Italia. Dalam perjalanan pulang ke Basel ia terpaksa melalui Jenewa dan menginap di sana. Farel mendengar bahwa Calvin berada di Jenewa sehingga Farel mencari Calvin. Farel meminta kepada Calvin untuk tinggal di Jenewa dan bersama-sama dengan Farel menata kota Jenewa menjadi kota reformasi. Dua bulan sebelumnya Dewan Kota Jenewa telah memutuskan untuk menganut paham reformasi. Permintaan Farel ditolak oleh Calvin. Calvin mau hidup tenang dan terus menulis karyakarya theologia. Ia merasa tidak cocok dengan pekerjaan praktis dalam jemaat. Namun Farel mendesaknya dengan berkata: "Dengan nama Allah yang mahakuasa aku katakan kepadamu: jikalau engkau tidak mau menyerahkan dirimu kepada pekerjaan Tuhan ini, Allah akan mengutuki engkau karena engkau lebih mencari kehormatan dirimu sendiri daripada kemuliaan Kristus". Calvin melihat panggilan Allah kepadanya lewat Farel sehingga ia tinggal di Jenewa.
Kini Calvin tinggal di Jenewa bersama-sama dengan Farel mengatur gereja reformatoris di sana. Mereka merancangkan sebuah tata gereja yang mengatur seluruh kehidupan warga kota menurut cita-cita theokrasi. Menurut rancangan tata gereja itu dikatakan, bahwa Perjamuan Kudus diadakan sebulan sekali dan berhubungan dengan itu akan dijalankan disiplin yang keras. Setiap penduduk diwajibkan menandatangani sehelai surat pengakuan sebagai tanda bahwa mereka sungguh-sungguh sadar akan iman dan pengakuannya. Hal yang terakhir ini tidak disetujui oleh banyak warga kota. Pada tahun 1538 Dewan Kota dikuasai oleh orang-orang yang menolak pengakuan itu sehingga Calvin dan
5
Drs. F. D. Wellem, M.Th., Ibid, 66.
15
Farel dilarang berkhotbah di mimbar-mimbar gereja di Jenewa, dan pada akhirnya keduanya diusir dari Jenewa.6
Kemudian Calvin dipanggil oleh jemaat Strausburg. Ia menjadi pendeta di sana tahun 1539-1541. Dalam jemaat ini Calvin bersama-sama Butzer dapat menerapkan cita-cita yang gagal di Jenewa dahulu. Di sini Calvin mengusahakan nyanyian Mazmur dengan bantuan ahli musik terkenal; yaitu Clement Marot, Louis Bourgois dan Maitre Piere. Di sini pula Calvin mulai menulis tafsiran-tafsiran Alkitab serta merevisi Institutio. Di sinilah pula Calvin menikah dengan Idelette de Bure, seorang janda bangsawan. Pernikahannya hanya berlangsung sembilan tahun lamanya, karena kemudian istrinya meninggal tanpa memberi keturunan kepada Calvin.7
Namun tahun 1541 Calvin dipanggil kembali oleh jemaat Jenewa sehingga kita menemukannya lagi di sana. Calvin tinggal dan bekerja di sini hingga meninggalnya, 27 Mei 1564, karena mengidap TBC.8
A.2. Karya Calvin Karya Calvin
yang pertama adalah sebuah buku teologi
yang berjudul
”Psychopanychia (Mengenai tidurnya jiwa-jiwa), suatu karangan yang ditulis untuk melawan ajaran Anabaptis yang mengajarkan bahwa manusia tidur hingga Kristus datang kembali setelah manusia meninggal.9 Karya yang kedua adalah Institutio (Pengajaran Agama Kristen). Calvin menerbitkan beberapa revisi dari Institutio, sebuah karya yang menjadi dasar dalam teologi Kristen yang
6
Drs. F. D. Wellem, M.Th., Riwayat Hidup Singkat Tokoh-Tokoh Dalam Sejarah Gereja, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1997, 66. 7 Drs. F. D. Wellem, M.Th., Ibid, 66-67. 8 Drs. F. D. Wellem, M.Th., Ibid, 67. 9 Ibid.
16
membahas tentang pembenaran oleh iman, predestinasi, pemerintahan gereja, dan inti iman Kristen lainnya yang masih dibaca hingga sekarang. Tulisan ini dibuatnya dalam bahasa Latin pada 1536 (pada usia 26 tahun) dan kemudian dalam bahasa ibunya, bahasa Prancis, pada 1541, dan edisi finalnya masing-masing muncul pada tahun 1559 dan 1560. Ia juga banyak menulis tafsiran tentang kitab-kitab di dalam Alkitab. Untuk Perjanjian Lama, ia menerbitkan tafsiran tentang semua kitab kecuali kitab-kitab sejarah setelah Kitab Yosua (meskipun ia menerbitkan khotbah-khotbahnya berdasarkan Kitab 1 Samuel dan sastra Hikmat kecuali Mazmur). Untuk Perjanjian Baru, ia melewatkan Surat 2 Yohanes dan Surat 3 Yohanes serta Kitab Wahyu. (Sebagian orang mengatakan bahwa Calvin mempertanyakan kanonisitas Kitab Wahyu, tetapi ia mengutipnya dalam tulisan-tulisannya yang lain dan mengakui otoritasnya, sehingga teori itu diragukan.) Tafsiran-tafsiran ini pun ternyata tetap berharga bagi para peneliti Alkitab, dan setelah lebih dari 400 tahun masih terus diterbitkan. Dalam jilid ke-8 dari Sejarah Gereja Kristen karya Philip Schaff, sang sejarahwan mengutip teolog Belanda Jacobus Arminius (Arminianisme, sebuah gerakan anti-Calvinis, dinamai sesuai dengan nama Arminius), sehubungan dengan nilai tulisan-tulisan Calvin: Selain mempelajari Alkitab yang sangat saya anjurkan, saya mengimbau murid-murid saya untuk memanfaatkan tafsiran-tafsiran Calvin, yang saya puji jauh melebihi Helmich (seorang tokoh gereja Belanda, 1551-1608); karena saya yakin bahwa ia sungguh tidak tertandingi dalam penafsiran Kitab Suci, dan bahwa tafsiran-tafsirannya harus jauh lebih dihargai daripada semua yang telah diwariskan kepada kita oleh khazanah para Bapak Gereja; sehingga saya mengakui bahwa ia memiliki jauh dari kebanyakan orang lain, atau lebih tepatnya, jauh melampaui semua orang, apa yang dapat disebut semangat nubuat yang menonjol. Institutionya harus dipelajari setelah Katekismus Heidelberg, karena mengandung penjelasan yang lebih lengkap, namun, seperti tulisan-tulisan semua orang, juga mengandung prasangka.10
10
http://alumnisetiagzd.blogspot.com/2010/05/john-calvin-dan-misinya.html
17
Selain menulis buku Pengajaran Agama Kristen, Calvin juga merancang sebuah tata gereja yang mengatur seluruh kehidupan warga kota di Jenewa menurut cita-cita teokrasi. Bersama-sama Farel,
Calvin berusaha melembagakan sejumlah perubahan dalam
pemerintahan kota dan kehidupan keagamaan. Mereka menyusun sebuah buku katekismus dan pengakuan iman; seluruh warga kota itu mereka wajibkan untuk mengakuinya. Dewan kota menolak pengakuan iman Calvin dan Farel, dan pada Januari 1538 mereka mencabut kekuasaan kedua orang ini untuk melakukan ekskomunikasi, sebuah kekuasaan yang mereka anggap penting untuk pekerjaan mereka. Calvin dan Farel menjawabnya dengan memberlakukan larangan umum kepada semua penduduk Jenewa untuk mengikuti Perjamuan Kudus pada kebaktian Paskah. Karena itu, dewan kota pun mengusir mereka dari kota tersebut. Farel pergi ke Neuchâtel, dan Calvin ke Strasbourg.11 Pada tahun 1541, ia kembali ke Jenewa dan menyusun satu tata gereja baru yang bernama Ordenances Ecclesiastiques (Undang-undang Gereja). Sekembalinya ke sana, berbekal wewenang untuk menyusun bentuk kelembagaan gereja, Calvin memulai program pembaharuannya. Ia menetapkan empat kategori dalam pelayanan gereja, dengan peranan dan kekuasaan yang berbeda-beda: -
Doktor memegang jabatan dalam ilmu teologi dan pengajaran untuk membangun umat dan melatih orang-orang dalam jabatan-jabatan lain di gereja.
-
Pendeta yang bertugas berkhotbah, melayankan sakramen, dan menjalankan disiplin gereja, mengajar, dan memperingatkan umat.
-
Diaken mengawasi pekerjaan amal, termasuk pelayanan di rumah sakit dan programprogram untuk melawan kemiskinan.
11
Ibid.
18
-
Penatua yaitu 12 orang awam yang tugasnya adalah melayani sebagai suatu polisi moral. Mereka umumnya mengeluarkan surat-surat peringatan, serta bila perlu menyerahkan para pelanggar ke Konsistori.12 Karya Calvin dalam bidang pendidikan yaitu didirikannya sekolah-sekolah. Di
Jenewa didirikan sebuah Akademi yang memiliki dua bagian, yaitu gimnaium dan teologi. Di Akademi inilah dipersiapkan pemuda-pemuda calvinis yang kelak menjadi pemimpinpemimpin gereja calvinis yang terkenal, seperti John Knox, pembaru gereja di Skotlandia dan Caspar Olevianus, pengarang Kateksimus Heidelberg.13 Karya Calvin dalam pemerintahan sipil adalah penekanannya tentang hubungan antara gereja dan negara. Menurutnya seluruh kehidupan masyarakat harus diatur sesuai kehendak Allah. Pemerintah juga bertugas untuk mendukung gereja dan menghilangkan segala sesuatu yang berlawanan dengan berita Injil yang murni. Namun ini tidak berarti bahwa negara berada di bawah gereja, karena gereja dan negara berdampingan. Mengenai tugas negara, Calvin menuliskan sebagi berikut: ”Pemerintah diberi tugas untuk mendukung serta melindungi penyembahan Allah yang lahiriah, supaya penyembahan berhala, hujat terhadap nama Allah, penghinaan terhadap kebenaranNya dan nista lain terhadap agama tidak timbul dengan terang-terangan dan menyebar di anatra rakyat; supaya ketentraman umum tidak terganggu, supaya keikhlasan dan sopan santun tetap dijunjung tinggi”.14 B. Teologia Yohannes Calvin Teologia Calvinis berawal dari seorang tokohnya yang bernama Yohannes Calvin. Ia seorang Perancis, yang berpendidikan Sarjana Hukum, dan berminat pada ilmu Theologia. Teologi Calvin berdasar pada dan bertolak dari teologi Luther, yang berarti bahwa apa yang 12
http://alumnisetiagzd.blogspot.com/2010/05/john-calvin-dan-misinya.html Ibid. 14 Ibid. 13
19
merupakan inti teologi Luther juga merupakan inti teologi Calvin. Pembenaran orang berdosa karena iman, sola gratia, sola fide, serta keyakinan bahwa Alkitab saja mengandung kebenaran ilahi yang perlu untuk keselamatan (sola scriptura) mendasarkan juga semua tulisan Calvin.15 Ia menjadi pengikut Martin Luther (Pencetus Gerakan Reformasi), yang mengakibatkannya harus melarikan diri dari Perancis dan menetap di Swiss. Ia menulis buku yang berjudul "Institutio”, yang dalam bahasa Indonesia diterjemahkan sebagai “Pengajaran Tentang Agama Kristen”. Buku ini adalah buku Katekisasi dan menjadi buku Dogmatika Protestan yang termashyur. Calvin sempat menjadi pelayan praktis jemaat di kota Jenewa (Swiss), yang sekaligus menerapkan secara praktis pemahaman teologianya.16 Beberapa pokok Teologia Calvinis tersebut antara lain: Calvin pertama-tama menekankan kemuliaan Allah (Gloria Dei), yang adalah tujuan utama segala-galanya. Allah menciptakan dunia dan manusia demi kemuliaan-Nya, dan manusia mempunyai tugas satusatunya, yaitu memuliakan Allah. Teologia Calvin disebut Teologia Kemuliaan Allah.17 Orang beriman adalah orang yang sungguh-sungguh takut akan Allah (segan akan Allah) yang mengandung rasa hormat. Dan beribadah sesuai dengan perintah Allah dalam hukumNya demi kehormatan Allah.18 Bagi Calvin seluruh kehidupan baik secara perorangan maupun masyarakat harus diatur sesuai dengan kehendak Allah. Kesepuluh Hukum Taurat adalah hukum yang berlaku secara universal.19
Dalam jemaat Jenewa, Calvin menyusun suatu tata gereja baru yang bernama: Ordonnances Ecclesiastiques (Undang- undang Gerejani), 1541.20 Calvin adalah seorang
15
Christiaan de Jonge, Apa itu Calvinisme, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2001, 50. Jurnal Teologia Beras Piher GBKP, Teologi Kontekstual, Kabanjahe: Moderamen GBKP, 2003, 12. 17 Christiaan de Jonge, Apa itu Calvinisme, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2001, 55. 18 Yohannes Calvin, Institutio-Pengajaran Agama Kristen, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2003, 12. 19 Christiaan de Jonge, Ibid, 58. 20 Drs. F. D. Wellem, M.Th., Riwayat Hidup Singkat Tokoh-Tokoh Dalam Sejarah Gereja, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1997, 67. 16
20
theolog besar dalam kalangan gereja-gereja reformatoris. Pandangan-pandangan theologianya dituangkannya dalam bukunya, Institutio.21
Calvin mengajarkan tentang pembenaran hanya oleh iman (Sola Fide), sama seperti Luther. Namun Calvin sangat menekankan penyucian, kehidupan baru yang harus ditempuh oleh orang-orang Kristen yang bersyukur, karena Allah telah menyelamatkan mereka. Calvin menegaskan bahwa anggota-anggota jemaat yang berkumpul untuk mendengarkan Firman Allah dan untuk ikut ambil bagian dalam Perjamuan Kudus haruslah suci. Disiplin gereja diawasi dengan ketat. Pengawasan atas tingkah laku anggota jemaat bukan saja dilaksanakan oleh penatua, tetapi juga oleh pemerintah (Dewan Kota).22
Hubungan gereja dan negara dalam theologia Calvin sangat erat. Calvin bercita-cita suatu negara theokrasi. Seluruh kehidupan masyarakat harus diatur sesuai dengan kehendak Allah. Pemerintah bertugas juga untuk mendukung gereja dan menghilangkan segala sesuatu yang berlawanan dengan berita Injil yang murni. Namun ini tidak berarti bahwa negara berada di bawah gereja. Gereja dan negara berdampingan. Keduanya bertugas untuk melaksanakan kehendak Allah dan mempertahankan kehormatan Tuhan Allah. Mengenai tugas negara, Calvin menulis sebagai berikut: "Pemerintah diberi tugas untuk, selama kita hidup di tengah-tengah orang-orang, mendukung serta melindungi penyembahan Allah yang lahiriah, mempertahankan ajaran yang sehat tentang ibadah dan kedudukan gereja, mengatur kehidupan kita dengan melihat kepada pergaulan masyarakat, membentuk kesusilaan kita sesuai dengan keadilan seperti yang ditetapkan oleh Undang-undang negara, menjadikan kita rukun dan memelihara damai serta ketentraman umum.... "23
21
Drs. F. D. Wellem, M.Th., Riwayat Hidup Singkat Tokoh-Tokoh Dalam Sejarah Gereja, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1997, 67. 22 Drs. F. D. Wellem, M.Th., Ibid, 67. 23 Drs. F. D. Wellem, M.Th., Ibid, 67.
21
Mengenai jabatan-jabatan dalam gereja Calvin mengenal empat jabatan yaitu, pendeta, pengajar, penatua dan diaken. Pendeta-pendeta bersama-sama dengan para penatua merupakan konsistori, yaitu majelis gereja yang memimpin jemaat dan yang menjalankan disiplin gereja. Peraturan pemilihan dan penahbisan pejabat-pejabat gereja itu diatur dengan teliti, terutama jabatan pendeta.24
Mengenai Perjamuan Kudus, Calvin mengajarkan bahwa Perjamuan Kudus adalah pemberian Allah dan bukan perbuatan manusia. Roti dan anggur bukan saja lambang, melainkan alat yang dipakai untuk memberikan tubuh dan darah Kristus kepada umatNya. Akan tetapi Kristus kini ada di surga. Roti dan anggur tidak bisa dianggap sama saja dengan tubuh dan darah yang di dalam surga itu, melainkan harus dianggap sebagai tanda dan meterai dari anugerah dan kasih Tuhan dalam Yesus Kristus. Calvin membedakan tanda dengan apa yang ditandakan oleh tanda itu. Calvin menjelaskannya sebagai berikut: "Sebagaimana orang yang percaya itu sungguh menerima tanda-tanda itu dengan mulutnya, demikianlah pada waktu itu juga ia sungguh dihubungkan oleh Roh Kudus dengan tubuh Kristus yang di surga". Dalam pelaksanaan Perjamuan Kudus, Calvin sangat teliti.25
Calvin di dalam ajarannya juga menekankan predestinasi di samping pembenaran oleh iman. Menurut Calvin bahwa sejak kekal Allah di dalam diri-Nya sendiri telah menetapkan orang-orang mana yang diberiNya keselamatan dan yang mana yang dibinasakan. Orangorang yang dipilih Tuhan itu diberi anugerah dengan cuma-cuma sedangkan orang-orang yang ditolak Allah, Allah menutup jalan masuk ke dalam kehidupan. Calvin mengatakan hal ini sungguh sulit dipahami. Tanda- tanda bahwa seseorang ditetapkan Allah untuk kehidupan yang kekal ialah bahwa ia (mereka) dipanggil oleh Tuhan Allah dan mereka menerima pembenaran dari Allah. Ajaran Calvin mengenai predestinasi ini menyebabkan timbulnya 24 25
Drs. F. D. Wellem, M.Th., Ibid, 67. Drs. F. D. Wellem, M.Th., Ibid, 67-68.
22
perpecahan dalam gereja-gereja Calvinis di kemudian hari. Pada masa Calvin masih hidup, Hieronymus Bolsec telah menyerang ajaran predestinasi ini. Calvin membela kebenaran ajarannya dan ia menganjurkan kepada Dewan Kota untuk membuang Bolsec. Dengan demikian Bolsec diusir dari kota Jenewa.26
Calvin juga melawan ajaran Antitrinitarian yang diajarkan oleh Michael Servet. Pada waktu Servet berada di Jenewa dalam pelarian dari hukuman mati yang telah dijatuhkan oleh Gereja Katolik Roma ke atasnya, Dewan Kota Jenewa menangkap dan memenjarakan Servet atas permintaan Calvin. Atas anjuran para pendeta dan tentunya termasuk Calvin di dalamnya, supaya kepala Servet dipenggal maka Dewan Kota memenggal kepala Servet pada tahun 1553.27
Di Jenewa, Calvin juga mendirikan sekolah-sekolah. Di Jenewa didirikan sebuah Akademi yang memiliki dua bagian, yaitu gymnasium dan theologia. Theodorus Beza diangkat menjadi direktur Akademi tersebut. Di Akademi inilah dipersiapkan pemudapemuda Calvinis yang kelak menjadi pemimpin-pemimpin gereja Calvinis yang terkenal, seperti John Knox, Caspar Olevianus, pengarang Katekismus Heidelberg yang terkenal itu.28
Banyak sekali pekerjaan yang dikerjakan oleh Calvin tanpa mengenal lelah. Sejak tahun 1558 penyakitnya mulai berat. Sebelum meninggalnya, ia meninggalkan banyak pesan kepada jemaatnya dan kepada Theodorus Beza, yang akan menggantikan kedudukannnya di jemaat Jenewa. Dewan Kota dan para pendeta dipanggilNya untuk mendengarkan nasihatnasihatnya. Pada tanggal 27 Mei 1564 Calvin meninggal dunia dengan tenang. Ia pergi
26
Drs. F. D. Wellem, M.Th., Ibid, 68. Drs. F. D. Wellem, M.Th., Riwayat Hidup Singkat Tokoh-Tokoh Dalam Sejarah Gereja, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1997, 68. 28 Drs. F. D. Wellem, M.Th., Ibid, 68. 27
23
dengan meninggalkan pekerjaan yang berat kepada Theodorus Beza. Namanya dikenang sepanjang sejarah di seluruh dunia dengan terpatrinya gereja Calvinis.29
Pengalaman pribadi seseorang dengan Allah sangat subjektif. Karena itu, Alkitab sangat diperlukan sebagai norma kebenaran. Hanya Alkitab yang dapat membawa kita kepada pengenalan akan Firman Allah. Pemahaman akan Firman Allah dibantu oleh Roh Kudus. Dan yang menjadi sentral dalam memahami Alkitab adalah Kristus (Kristocentris). Karena itu, semua kitab-kitab dalam Alkitab harus dilihat dalam kerangka Kristocentris tersebut, dan semua kitab-kitab tersebut sama nilainya.30 Mengenai Predestinasi, Calvin mengatakan bahwa Allah menetapkan untuk diri-Nya sendiri, apa yang menurut kehendak-Nya akan terjadi atas setiap orang. Sebab tidak semua orang yang diciptakan dalam keadaan yang sama; tetapi untuk yang satu ditentukan kehidupan yang kekal, dan untuk yang lain hukuman yang abadi.31 Allah sudah menentapkan siapa yang selamat. Tapi orang Kristen tidak perlu ragu-ragu, karena mereka adalah orangorang yang yang diselamatkan oleh Allah. Memang dalam ajaran Presdestinasi ada orang yang tidak selamat. Tapi bagi orang percaya, dia sungguh-sungguh selamat. Dengan ajaran Presdestinasi, Calvin mau menetapkan hati warga jemaat agar jangan meragukan lagi tentang keselamatannya. Tujuan ajaran Predestinasi ini adalah sama dengan tujuan seluruh Teologia Calvin, yaitu untuk menjamin kemuliaan Allah.32 Gereja adalah ibu bagi orang percaya. Gereja merawat orang percaya, karena orang tidak mungkin hidup tanpa perawatan. Dan Gereja yang benar apabila Firman Allah diberitakan secara benar, dan Perjamuan Kudus dilayankan. Bagi Calvin, hakikat Gereja
29
Drs. F. D. Wellem, M.Th., Ibid, 69. Christiaan de Jonge, Ibid, 54. 31 Yohannes Calvin, Institutio-Pengajaran Agama Kristen, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2003, 19530
196. 32
Christiaan de Jonge, Ibid, 63-65.
24
adalah bersifat Am. Dan kehidupan Gereja diatur secara Presbyterial Sinodal, dimana jemaat setempat setempat diakui berdiri sendiri, tapi terhisap juga kedalam lingkungan jemaatjemaat yang lebih luas. Jadi ada yang diatur tersendiri di jemaat setempat, dan ada juga dalam keperluan atau kepentingan bersama pula atau secara sinodal.33 Dalam gereja ada jabatanjabatan untuk perawatan orang-orang percaya. Jabatan itu adalah pendeta, pengajar (doctor), penatua dan diaken. Jabatan pendeta berfungsi sebagai gembala yang memberitakan Firman Allah dan melayankan Sakramen. Jabatan pengajar (doctor) berfungsi melayankan pengajaran iman (guru sekolah dan dosen-dosen teologi). Jabatan penatua berfungsi melaksanakan disiplin/aturan gereja, sedangkan jabatan diaken berfungsi untuk memelihara orang-orang miskin dan orang-orang sakit.34 Calvin juga berbicara tentang ibadah jemaat, semua urutan unsur liturgi dalam ibadah mempunyai makna Teologis, dan khotbah merupakan inti ibadah. Ibadah baru lengkap kalau disertai dengan Perjamuan Kudus. Dan persembahan menurut Calvin bukanlah korban, tapi ucapan syukur. Karena itu, persembahan umumnya ditempatkan dalam urutan liturgi yaitu setelah khotbah atau setelah Perjamuan Kudus.35 Dalam ibadah, nyayian jemaat sangat ditekankan. Syair dan melodi nyanyian jemaat digubah/dicipta untuk mengangkat hati warga jemaat memuliakan Allah. Karena itu harus dihindari agar nyayian jemaat bukan lagi untuk memuliakan Allah. Nyanyian jemaat adalah nyanyian yang dinyanyikan oleh seluruh jemaat, bukan digantikan oleh kelompok paduan suara.36 Apa yang tidak dinyatakan dalam Alkitab menyangkut ibadah, harus dibuang dalam kegiatan ibadah. Karena itu, dalam gereja-gereja Calvinis sangat sedikit yang bernuansa simbolik.
33
Ibid, 116-118. Ibid, 103. 35 Christiaan de Jonge, Ibid, 165-170. 36 Ibid, 180-187. 34
25
Sakramen adalah suatu tanda lahiriah yang dipakai oleh Allah untuk memateraikan dalam batin kita janji-janji Allah, supaya iman kita yang lemah diteguhkan, dan supaya kita menyatakan kasih setia kita dihadapan Allah dan dihadapan Allah dan dihadapan manusia.37 Bagi Calvin, sakramen hanya ada dua yaitu: Baptisan dan Perjamuan Kudus.38 Pelayanan Sakramen dilakukan oleh pendeta. Adalah salah apabila orang yang tidak memiliki jabatan gerejawi melayankan sakramen.39 Bagi Calvin, dalam sakramen bukan “cara” yang dapat salah, tapi “makna” yang dapat salah. Bukan “air” atau “roti dan anggur” yang menyelamatkan tapi iman dan anugrah dalam pelaksanaan sakramen tersebut. Karena itu segala sesuatu yang bersifat magis harus dihilangkan dari pelayanan sakramen. Dan bagi Calvin, tidak ada babtisan khusus atau perjamuan khusus bagi orang-orang sakit. Tidak dibenarkan pelaksanaan sakramen darurat.40 Mengenai kesalehan dan disiplin Gereja, Calvin sependapat dengan Luther dalam hal “pembenaran oleh iman” (sola fide, sola gracia). Tapi Calvin sangat menekankan “kesucian/hidup baru” orang-orang kristen untuk kemuliaan Allah semata. Hukum Taurat (Kesepuluh Hukum) menjadi peraturan untuk penguduskan (kesucian/hidup baru).41 Calvin sangat menekankan ketertiban dan kekudusan/kesalehan. Kesalehan sangat penting, walaupun bukan untuk keselamatan, melainkan untuk kemuliaan Allah sebagai tanda hidup baru. Untuk menjaga kesalehan perlu disiplin/aturan-aturan. Aturan ini bukan Taurat baru, tapi untuk menolong orang kristen menjaga kekudusan hidup, sebagai respons atas anugerah keselamatan yang telah kita terima. Calvin juga berbicara mengenai Gereja, Masyarakat, dan Negara. Gereja dan Negara mempunyai tugas yang berbeda, dan tidak boleh saling mencapuri tugas masing-masing. Namun ada tugas nabiah gereja bagi negara, agar negara tetap
37
Yohannes Calvin, Institutio-Pengajaran Agama Kristen, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2003, 275. Ibid, 279. 39 Ibid, 290. 40 Ibid, 291. 41 Christiaan de Jonge, Ibid, 55-58. 38
26
melakukan yang berkenan bagi Allah.42 Pemerintah harus mendukung Gereja dan wajib menghukum orang yang kehidupannya berlawanan dengan pemberitaan Injil. Gereja bukan diatas negara, melainkan gereja dan negara hidup berdampingan, yang keduanya bertugas menjaga kehormatan Allah.43 Panggilan imamat am membuat setiap orang percaya ikut berperan sebagai garam dan terang (Matius 5:13-16) di tengah-tengah masyarakat. Gereja bertanggung jawab memperingatkan masyarakat dan negara, apabila ada hal-hal yang tidak berkenan bagi Allah, yang dilakukan oleh anggota/kelompok masyarakat dan negara. Gereja tidak melepaskan tanggung jawab terhadap masalah-masalah kemasyarakatan dan negara (politik, ekonomi, dan budaya). C. Teologi Misi Yohannes Calvin C.1. Pengertian Misi Misi gereja-gereja Reformed dimulai pada reformasi kedua, abad ke-16, yaitu misi yang berakar pada pemikiran teologi dan peran Yohanes Calvin sebagai teolog dan doctor of ecclesiae. Sekalipun Calvin tidak menulis mengenai teologi misi, atau tulisan-tulisan mengenai misi, namun pokok-pokok pemikiran teologinya telah menjadi pijakan teolog dan misiolog pada abad-abad sesudahnya. B.R. Easter menulis: “Calvin meletakkan kembali fondasi misi melalui penemuan kembali Injil. Ia meneliti untuk menyingkirkan kesalahan dan menjelaskan secara detail Injil sebagaimana Alkitab menyajikan”.44 Begitu juga, sekalipun Calvin pernah disebut-sebut sebagai misionaris, namun beliau telah berperan secara
42
Yohannes Calvin, Institutio-Pengajaran Agama Kristen, Jakarta: BPK Gunung Mulia, Jakarta, 2003,
310. 43
Ibid, 312-313. B.R. Easter, “Missions in the Reformed Tradition,” Puritan Paper, Volume Two, 1960-1962, edited by J.I. Packer, (New Jersey: P & R Publishing, 2001), 142. Dalam Buku: Pdt. Dr. Stevri I. Lumintang, Theologia & Misiologia Reformed, Penerbit Departemen Literatur PPII, 2006, 535. 44
27
maksimal sebagai pendeta, teolog dan misionaris di kota Genewa, serta mempengaruhi negara-negara lain di eropa.45 Calvin memang diakui sebagai teolog yang kaya dengan pemikiran-pemikiran doktrinal, namun tidak dapat dipungkiri, bahwa di dalam semua tulisan-tulisan teologisnya Calvin secara tidak langsung telah memberikan dasar-dasar pemikiran tentang misi. Bersama Luther, Calvin telah menekankan kedaulatan Firman Allah dalam gereja. Ia juga menekankan kedaulatan anugrah Allah dalam keselamatan. B.R. Easter mengemukakan dalam tulisannya mengenai peranan teologi Calvin dalam segala aspek kehidupan gereja, termasuk dalam misi, bahwa: Semboyan calvin, yaitu sola gratia, berbicara mengenai kemurahan Allah yang mutlak, dan inilah proklamasi gereja; itu memberikan kepada gereja, suatu Injil yang utuh dan memurnikan motif-motif penginjilan. Kemudian, ia lebih jauh mengajarkan mengenai kedaulatan Allah atas seluruh kehidupan. Orang Kristen harus memuliakan Allah dalam setiap keberadaan. Ia harus hidup sepenuhnya untuk memuliakan Allah. Ini berarti ketaatan adalah berlangsung disepanjang kehidupan.46 Teologi Calvin juga memberikan dasar untuk membangun pendekatan misi bagi orang-orang beragama non-Kristen, bahwa semua manusia adalah diciptakan menurut gambar Allah, tidak bisa menghindari perjumpaannya dengan penyataan Allah di dalam dirinya, di dalam alam dan sejarah. Pemberontakan manusia kepada Allah dan kepada penyataan-Nya atau Firman-Nya, maka kemudian manusia hidup dalam kegelapan dan kebodohan. Manusia selalu memberhalakan penyataan Allah. Manusia tidak mengakui Allahnya, melainkan kepada
45
Yohanes Calvin telah menjadikan kota Jenewa sebagai pusat KeKristenan di Eropa pada abad ke-16 dan ke-17. Peran Calvin di Jenewa tidak hanya di kalangan gereja yang dia gembalakan, melainkan juga beliau berperan dalam pemerintahan kota Jenewa. Karena itu, beliau disebut sebagai pendeta kota Jenewa. Dalam hal ini, Calvin telah memerankan pelayanan holistik yang pada hakekatnya diperankan oleh seorang misionaris di ladang misi di mana ia bekerja. Dalam buku: Pdt. Dr. Stevri I. Lumintang, Theologia & Misiologia Reformed, Penerbit Departemen Literatur PPII, 2006, 535. 46 B.R. Easter, “Missions in the Reformed Tradition,” Puritan Papers ..., 142. Dalam buku: Pdt. Dr. Stevri I. Lumintang, Theologia & Misiologia Reformed, Penerbit Departemen Literatur PPII, 2006, 537.
28
berhala dan filsafat. Sekalipun demikian, manusia tidak dapat menghindari anugerah umum Allah, manusia dimampukan untuk hidup baik, dan manusia dibuat untuk mencari Allah.47 Tiga hal penting berkaitan dengan misi dalam pemikiran Calvin, yaitu: Pertama, Calvin sangan menekankan pentingnya pemberitaan Injil, sebagai cara Allah mengundang semua orang kepada keselamatan, karena aplikasi keselamatan oleh Roh Kudus didahului oleh panggilan Injil; Kedua, Calvin memberi perhatian kepada bangsa-bangsa “kafir” (gentiles), karena kepada mereka
juga Calvin mengharapkan untuk menikmati doktrin
tentang keselamatan: Ketiga, bagi Calvin, semua orang diberikan kesempatan untuk dipanggil melalui pemberitaan Injil. Dengan demikian, misi Calvin bukanlah bersifat
ekslusif,
melainkan inklusif, yaitu kepada semua orang. Begitu juga, Calvin menegaskan bahwa Tuhan Yesus tidak hanya diutus untuk orang bukan yahudi. Hal ini teguhkannya dengan mengutip teks Yesaya 2:4, bahwa: “Ia akan menjadi Hakim antara bangsa-bangsa.48 C.2. Tujuan Misi Bagi Calvin, kerajaan Allah semakin meluas, dan untuk itu, para rasul telah memulainya, dan masih diteruskan oleh gereja. Kerajaan Allah, tentu bukanlah gereja, namun gereja dipanggil untuk menjadi agen kerajaan Allah di semua aspek kehidupannya di dunia. Hal ini ditegaskan oleh Calvin dalam tafsirannya terhadap II Korintus 2:12, bahwa: “Kerajaan Kristus diperluas, bukan hanya batin manusia, melainkan juga dalam setiap bagian dari dunia ini, karena ini adalah kehendak Allah “.49 Penyebarluasan kerajaan Allah ini, adalah melalui pemberitaan Injil yang dilaksanakan oleh gereja. Gereja adalah agen kerajaan
47
John. T. McNeill, Calvin: Institutes of the Christian Religion 2, (Philadelphia: The Westminster Press, n.d). Dalam buku: Pdt. Dr. Stevri I. Lumintang, Theologia & Misiologia Reformed, Penerbit Departemen Literatur PPII, 2006, 537. 48 Pdt. Dr. Stevri I. Lumintang, Theologia & Misiologia Reformed, Penerbit Departemen Literatur PPII, 2006, 546. 49
John Calvin, Commentary on 2 Corinthians 2:12. Dalam buku: Pdt. Dr. Stevri I. Lumintang, Theologia & Misiologia Reformed, Penerbit Departemen Literatur PPII, 2006, 538.
29
Allah. Gereja diberi mandat untuk memberitakan tentang kerajaan Allah, dan gereja dipanggil untuk mempengaruhi seluruh aspek kehidupan manusia kehidupan manusia. Sekalipun, gereja sebagai agen tunggal Allah, dan berperan dalam misi kerajaan Allah, namun perwujudan dan penyebarannya, bukanlah pekerjaan gereja, melainkan pekerjaan Allah. Calvin menegaskan hal ini dalam Institutes-nya, bahwa: Allah menciptakan seluruh dunia menjadi suatu tempat pertunjukan kemuliaan Allah melalui penyebarluasan Injil. Ini merupakan konflik antara Kristus dan setan secara terus-menerus. Kedatangan kerajaan Allah adalah pekerjaan Allah. Kerajaan itu...bukan dikembangkan atau dipertahankan oleh usaha manusia, melainkan oleh Allah saja. Kita bergantung sepenuhnya kepada Allah yang membuka pintu.50 Penyebaran kerajaan Allah sebagai pekerjaan Allah semata-mata, namun, itu bukan berarti peran manusia, atau peran gereja menjadi pasif. Justru sebaliknya, gereja harus menjadi aktif dalam ketergantungan kepada Allah. Calvin menuliskan peran atau tugas gereja dalam penyebaran kerajaan Allah, yaitu melalui doa,51 dan memberitakan Injil kepada semua orang, seperti yang diuraikannya dalam tafsirannya terhadap Yesaya 7:5.52 Calvin dalam tulisannya berkali-kali menegaskan peranan gereja dalam memberitakan Injil dan efektifitas pekerjaan Roh Kudus yang membuat orang dapat percaya kepada Injil yang diberitakan. Selain penegasan Calvin mengenai fungsi rasul yang masih relevan, yaitu berfungsi untuk memberitakan Injil kepada semua orang, juga Calvin memberitakan beberapa referensi yang kuat, baik dari institutes-nya, maupun dari tafsiran-tafsirannya mengenai beberapa kitab Alkitab, bahwa Injil harus diberitakan kepada semua orang.
50
Jhon Calvin, Commentary on 2 Corinthians 2:12. Dalam buku: Pdt. Dr. Stevri I. Lumintang, Theologia & Misiologia Reformed, Penerbit Departemen Literatur PPII, 2006, 538. 51 John T. McNeill, Calvin: Institutes of the Christian Religion 2, (Philadelphia: The Westminster Press, n.d), 877, 904. Dalam buku: Pdt. Dr. Stevri I. Lumintang, Theologia & Misiologia Reformed, Penerbit Departemen Literatur PPII, 2006, 539. 52 John Calvin, Commentaries on the Book of the Prophet Isaiah, (Grand Rapids: Baker Book House, 1981), 99. Dalam buku: Pdt. Dr. Stevri I. Lumintang, Theologia & Misiologia Reformed, Penerbit Departemen Literatur PPII, 2006, 539.
30
Yohanes Calvin, dalam Institusinya, mengajarkan mengenai tugas orang Kristen, yaitu untuk memperkenalkan agama yang benar kepada semua orang. Tugas ini menjadi dasar bagi semua tugas orang Kristen, termasuk dalam misi gereja.53 Calvin sendiri adalah seorang direktur misi gereja Geneva. Dengan kata lain, Calvin tidak hanya berkualitas sebagai seorang teolog, chruchman (doctor ecclesiae), melainkan sebagai pengatur para misionaris, karena itu, sebutan direktur para misionaris bagi Calvin tentu tidaklah berlebihan B.R. Easter bahkan menulis hal yang lebih pantas lagi bagi Calvin , bahwa: Semua aspek dari pemikiran Calvin , bahwa: Semua aspek dari pemikiran Calvin yang telah kita kemukakan adalah penting bagi usaha misi. Ia sesungguhnya adalah missionary minded pada waktu ia melihat manusia dalam keadaan buruk, anugerah Allah di dalam Kristus, dan tugas gereja untuk memberitakan Injil kepada semua orang; juga karena seluruh kehidupannya peduli dengan orang-orang percaya yang berada di luar negerinya, kepeduliannya ialah ingin menyebarkan pemahaman iman yang alkitabiah di Eropa, hal ini menunjukkan semangat misinya.54 Salah satu bukti sejarah yang kuat bahwa Calvin sebagai direktur misi, ialah Calvin berhasil menjadikan Genewa menjadi pusat Kekristenan sebagai pusat pendidikan, pusat misi bagi gereja-gereja di Barat, dan menjadi model bagi gereja-gereja Barat. Genewa mulanya adalah kota yang pemerintahannya kacau, masyarakatnya amoral, sarat dengan ajaran sesat, namun kehadiran Calvin di kota Genewa, disertai dengan pemikiran dan peran Calvin, maka kota tersebut telah diubah menjadi pusat misi di eranya. Memang dalam hal ini, misi Calvin adalah misi pembaharuan gereja dan masyarakat. Pembaharuan yang terjadi di kota Genewa adalah meliputi pembaharuan moral masyarakat, hukum, politik, pendidikan, dan khsususnya pembaharuan gereja, baik teologi maupun tata gereja. Pembaharuan masyarakat
53
John T. McNeill, Calvin: Institutes of the Christian Religion 2..., 1495. Dalam buku: Pdt. Dr. Stevri I. Lumintang, Theologia & Misiologia Reformed, Penerbit Departemen Literatur PPII, 2006, 546. 54 B.R. Easter, “Missions in the Reformed Tradition,” Puritan Papers ..., 144. Dalam buku: Pdt. Dr. Stevri I. Lumintang, Theologia & Misiologia Reformed, Penerbit Departemen Literatur PPII, 2006, 550.
31
yang berakar pada pembaharuan gereja di kota Geneva tersebut, membangkitkan sejumlah utusan-utusan Injil ke banyak tempat di belahan dunia pada itu.55 C.3. Pelaku Misi Kontribusi Calvin dalam misi ialah berkenaan dengan penetapan beberapa jabatan gerejawi yang sangat terkait erat dengan tugas pemberitaan Injil. Calvin mendasarkan pengangkatannya mengenai jabatan gereja berdasarkan Efesus 4:11-12, bahwa: “Dan Ialah yang memberikan baik rasul-rasul maupun nabi-nabi, baik pengajar-pengajar, untuk memperlengkapi orang-orang kudus bagi pekerjaan pelayanan, bagi pembangunan tubuh Kristus.56 Calvin selanjutnya meneruskan pembahasannya mengenai tiga jabatan dengan menjelaskan masing-masing jabatan tersebut. Pertama rasul adalah berkenaan dengan tugas: “Pergilah, beritakanlah Injil kepada setiap makhluk” (Markus 16:15).57 Berkenaan dengan ini, Calvin menegaskan tugas pemberitaan Injil yang dilakukan oleh orang percaya, tidak terikat pada batas-batas tertentu, melainkan seluruh dunia diserahkan kepada mereka supaya mereka menjadi tunduk kepada Kristus, supaya dengan penyebaran Injil ke mana saja, mereka dapat mendirikan kerajaan-Nya di semua tempat dengan memberitakan Injil.58 Kedua, sebutan nabi, tidak ada lagi pada zaman ini, atau kurang teridentifikasi, kalau pun ada, itu hanya terbatas pada orang-orang yang mendapat karunia khusus.59 Ketiga, menurut Calvin, mereka berada di bawah jabatan rasul, namun yang paling dekat dengan jabatan rasul,
55
Pdt. Dr. Stevri I. Lumintang, Theologia & Misiologia Reformed, Penerbit Departemen Literatur PPII,
2006, 550. 56
Pdt. Dr. Stevri I. Lumintang, Theologia & Misiologia Reformed, Penerbit Departemen Literatur PPII,
2006, 542. 57
Norman E. Thomas, Teks-Teks Klasik Tentang Misi dan Kekristenan..., 59. Dalam buku: Pdt. Dr. Stevri I. Lumintang, Theologia & Misiologia Reformed, Penerbit Departemen Literatur PPII, 2006, 544. 58 Ibid. 59
John T. McNeill, Calvin: Institutes of the Christian Religion 2..., 1056. Dalam buku: Pdt. Dr. Stevri I. Lumintang, Theologia & Misiologia Reformed, Penerbit Departemen Literatur PPII, 2006, 544.
32
yaitu tugas memberitakan Injil seperti Lukas, Timotius, Titus dan lain-lain. Ketiga jabatan ini, diakui oleh Calvin, bahwa Allah kadang-kadang membangkitkan rasul atau pengganti mereka, yakni pemberita Injil, seperti yang terjadi pada masa Calvin.60 Berbicara mengenai Teologi misi, salah satu alatnya yang paling penting bagi Yohannes Calvin dalam membangun jemaat ialah pemberitaan Firman.61 Misi Calvin untuk gereja dan jemaat telah tertuang dalam buku Institutio (Pengajaran Agama Kristen) yang menjadi pedoman pengajaran iman Kristen. Yang paling menonjol pada Calvinisme adalah ajaran mengenai Predestinasi62. Inilah ajaran yang menekankan sejak semula Allah telah menentukan siapakah yang diselamatkan dan siapa yang dihukumkan 63. Tentu saja ajaran ini tidak mudah seperti terlihat dari sekian banyak buku yang diterbitkan dan yang membahasnya. Calvin sesungguhnya mau menekankan kemuliaan Allah (Gloria Dei). Bagi Calvin, kemuliaan sangat penting. Semuanya demi kemuliaan Allah. Maka mereka terpilih memandang dirinya sebagai kendaraan yang dipakai Allah guna memenangkan setiap bidang kehidupan bagi kemuliaan Allah. Konsekwensinya, terkesan bahwa Calvinisme menjadi agresif dalam perkembanganya belakangan. Calvinisme juga berpegang teguh pada hukum susila sebagaimana dirumuskan di dalam Perjanjian lama. Itulah yang menguasai hubungan Allah dengan umat-Nya. Ketika ini diterapkan secara ketat, maka muncullah aliran yang sangat puritan seperti terlihat di Inggris-Skotlandia. Ditetapkan dengan sangat ketat 60
Ibid. Dr.J.L.Ch. Abineno, Yohanes Calvin, Pembangunan Jemaat, Tata Gereja Dan Jabatan Gerejawi, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1992, 78. 62 Ajaran ini juga pada Luther dan Melanchton, Luther tidak konsekwen memikirkannya, sedangkan Melanchton, pada akhirnya menolaknya. Dalam kepustakaan Indonesia, buku Harun Hadiwijono, Iman Kristen, BPK Gunung Mulia; R. Soedarmo, Ikhtisar Dogmatika, BPK Gunung Mulia, dalam : Jurnal Teologi Beras Piher GBKP, Calvin dan Calvinisme, Kabanjahe: Moderamen GBKP, 2004, 5. 63 Mcneill mencatat bahwa minat Calvin terhadap ajaran predestinasi ini telah menimbulkan kontroversi luas di dalam gereja, dibawah pengaruh Agustinus dan Bucer, ajaran ini belakangan dikenal sebagai Predestinasi Ganda, yang merupakan inti teologi Calvin. Namun Calvin juga mengingatkan agar jangan terjatuh ke dalam spekulasi mengenai misteri pemilihan itu, ia malah menganjurkan pertobatan dan pengudusan. Kekudusan tidaklah bersifat pribadi, tetapi justru di dalam persekutuan dengan segala orang percaya, dan di dalam penerimaan secara aktif panggilan Allah setiap hari. Dengan demikian Calvin menolak pendangan perfectionisme yang belakangan muncul dalam gereja tertentu, dalam : Jurnal Teologi Beras Piher GBKP, Calvin dan Calvinisme, Kabanjahe: Moderamen GBKP, 2004, 5. 61
33
bagaimana misalnya, merayakan hari minggu, seperti halnya merayakan Sabat dalam Zaman perjanjian Lama.64 Calvin menulis bahwa dalam membicarakan predestinasi, terdapat dua sikap yang harus dihindari, yaitu: keingintahuan yang berlebihan tentang hal yang tidak Allah nyatakan dan ketakutan yang berlebihan dalam mengajarkan apa yang telah Allah nyatakan.65 Pada kasus pertama, “keingitahuan manusia menyebabkan pembahasan tentang Predestinasi, yang sendirinya sudah sulit itu, menjadi sangat membingungkan dan bahkan membahayakan. Tidak pembatasan yang dapat menahannya dari melenceng keluar ke jalan yang terlarang dan melonjak ke ketinggian. Jika keingintahuan dibiarkan, keingintahuan ini tidak akan membiarkan ada satu pun rahasia Allah yang tidak dicari dan dipecahkan. Karena kita melihat begitu banyak pihak yang bergerak menuju kekurangajaran dan kebebalan ini, di antara mereka ada orang-orang tertentu yang semestinya tidak buruk, pada saatnya mereka seharusnya diingatkan akan ukuran tugas mereka dalam hal ini.66 “Pertama biarkan mereka mengingat bahwa ketika mereka menggali perihal predestinasi, mereka sedang menembus perbatasan yang sakral dari hikmat ilahi. Jika seorang memasuki tempat ini tanpa rasa khwatir, ia tidak akan berhasil memuaskan keingintahuannya dan ia memasuki labirin yang jalan keluarnya tidak dapat ditemukan. Karena memang manusia tidak berhak untuk dengan bebas mencari hal-hal yang memang dikehendaki Tuhan agar tersembunyi di dalam diri-Nya; juga memang sejak kekekalan manusia tidak berhak untuk menyelidiki hikmat tertinggi, yang Allah ingin kita puja tanpa memahaminya, supaya melaluinya Ia juga akan memenuhi kita dengan kekaguman. Dengan Firman-Nya, Ia telah 64
Di negeri Belanda misalnya dengan permulaan abad ke-20 keketatan itu masih terlihat. Kita mendapat informasi bahwa pada hari minggu orang itu dilarang untuk bermobil dan atau bersepeda, sekarang ini masih ada sebuah desa bernama Staphorst yang sangat ketat menjalankan aturan Calvin ini, dalam : Jurnal Teologi Beras Piher GBKP, Calvin dan Calvinisme, Kabanjahe: Moderamen GBKP, 2004, 5. 65 Jhon Calvin, Institutes of the Christian Religion, 3.21.1. Dalam buku: Edwin H. Palmer, Lima Pokok Calvinisme, Surabaya: Momentum, 2011, 185. 66 Ibid,.
34
menyatakan rahasia kehendak-Nya yang telah Ia tentukan untuk dinyatakan kepada kita. Hal-hal ini telah Ia tentukan untuk dinyatakan kepada kita sejauh Ia melihat bahwa hal-hal tersebut akan berhubungan dengan kita dan akan bermanfaat bagi kita.67 Bagi Calvin, Firman Allah adalah satu-satunya norma yang mendasari diskusi kita mengenai predestinasi. “Jika pemikiran ini berlaku bagi kita, yaitu bahwa Firman Allah adalah jalan satu-satunya yang dapat memimpin kita dalam menyelidiki segala sesuatu yang diperkenankan untuk dipercaya berkenaan dengan Dia, dan adalah satu-satunya terang yang mengiluminasi visi kita dari segala sesuatu yang seharusnya kita lihat tentang Dia, hal ini akan menjaga dan membatasi kita dari segala kecerobohan. Karena kita tahu bahwa saat di mana kita melewati batasan Firman, langkah kita keluar jalur dan masuk ke dalam kegelapan, dan bahwa di sana kita harus berulang kali tersesat, tergelincir, dan tersandung. Oleh karena itu, biarlah hal ini terlebih dahulu ada di hadapan mata kita: mencari pengetahuan yang lain mengenai predestinasi selain dari apa yang dibukakan oleh Firman Allah adalah tidak kalah gilanya dengan jika seorang harus dengan sengaja berjalan di padang belantara yang tidak berjalur atau melihat dalam kegelapan. Dan biarlah kita tidak perlu malu karena tidak mengetahui sesuatu hal dalam perkara ini, karena ada suatu ketidaktahuan tertentu yang bijak. Sebaliknya, biarlah kita menahan diri dari menyelidiki suatu pengetahuan tertentu, di mana keinginan yang sangat kuat tentangnya merupakan hal yang bodoh, berbahaya, bahkan mematikan. Tetapi jika suatu keingintahuan yang berlebihan menggangu kita, kita juga harus selalu sunggun-sungguh melawannya dengan pemikiran yang dibatasi: sama seperti terlalu banyak madu tidak selalu baik, demikian juga penyelidikan akan kemuliaan yang terlalu
67
Jhon Calvin, Institutes of the Christian Religion, 3.21.1. Dalam buku: Edwin H. Palmer, Lima Pokok Calvinisme, Surabaya: Momentum, 2011, 186.
35
ingin tahu tidak dapat membawa kepada kemuliaan. Karena ada sebuah alasan bagi kita untuk terhindar dari ketidakbijakan yang dapat menjatuhkan kita kepada kehancuran.68 Sikap kedua yang harus kita hindari adalah bahwa “mereka yang meminta agar setiap hal mengenai predestinasi dikuburkan, mengajar kita agar menghindari setiap pertanyaan mengenai hal ini, sebagaimana kita menghindari batu karang. “Sikap ini juga salah. “Karena Firman Tuhan adalah sekolah Roh Kudus, di mana tidak ada sesuatu yang perlu dan berguna untuk diketahui yang dihilangkan, demikian juga tidak ada sesuatu pun yang diajarkan selain yang pantas untuk diketahui. Oleh karena itu, kita harus berjaga-jaga agar jangan sampai orang percaya tidak memahami setiap hal yang disingkapkan tentang predestinasi di dalam Alkitab, sehingga kita pun tidak terlihat bermaksud jahat untuk mengurangi berkat dari Allah bagi mereka atau menuduh dan menghina Roh Kudus bahwa Roh Kudus mempublikasikan apa yang sebetulnya lebih baik disembunyikan. Marilah kita membiarkan orang-orang Kristen untuk membuka akal budi dan telinga mereka pada setiap pernyataan Allah yang ditujukan padanya, memberikan semacam pembatasan yang ketika Allah menutup bibir-Nya yang kudus, pada saat itu juga Ia juga akan menutup jalan untuk menyelidikinya.” 69 Calvin mengakhiri penuturannya dengan mengatakan bahwa ia berharap mereka yang ingin menguburkan predestinasi akan “ mengaku bahwa kita tidak seharusnya menyelidiki apa yang Tuhan biarkan tersembunyi sebagai rahasia, agar kita jangan mengabaikan apa yang Ia bukakan, sehingga kita tidak dipersalahkan karena terlalu ingin tahu di satu pihak, atau karena tidak tahu berterimakasih di lain pihak.... Siapa pun yang menumpuk kebencian atas doktrin predestinasi hanya mencemarkan nama Allah, seperti seolah-olah Allah
68
Jhon Calvin, Institutes of the Christian Religion, 3.21.2. Dalam buku: Edwin H. Palmer, Lima Pokok Calvinisme, Surabaya: Momentum, 2011, 186-187. 69 Ibid, 187-188.
36
membiarkan sesuatu yang menyakitkan masuk ke dalam gereja tanpa ada pemberitahuan sebelumnya.”70 Oleh karena itu, Calvin mengajarkan prinsip Scriptura tota dan Scriptura sola sebagai keselurahan Kitab Suci dan hanya Kitab Suci. Seseorang harus mengajarkan semua yang telah Allah nyatakan, termasuk mengenai predestinasi. Tetapi kita tidak boleh melampui Kitab Suci, berspekulasi tentang hal-hal yang tidak Allah nyatakan. Kita tidak akan pernah mendapatkan sikap yang lebih baik untuk diteladani, selain meneladani apa yang telah dinyatakan oleh Yohanes Calvin. Signifikansi misi gereja yang dapat diteladani dari Calvin adalah penekanannya terhadap ajaran-ajaran Kristen yang alkitabiah kepada jemaat melalui khotbah-khotbah dan juga pengajaran-pengajaran. Gereja bertanggung jawab untuk mendidik jemaat sehingga dalam seluruh aspek kehidupan manusia, baik dalam bidang politik, ekonomi, sosial, budaya, pendidikan, dan lain-lain terpancar kemuliaan Tuhan, karena Tuhan bertakhta dalam segala aspek kehidupan manusia. Satu karya besar dari Calvin yang menjadi harta gereja adalah buku Institutio (Pengajaran Agama Kristen) yang menjadi pedoman pengajaran iman Kristen. Misi Calvin untuk gereja dan jemaat telah tertuang dalam buku itu. Oleh karena itu, dalam menjalankan misi Tuhan, harus tetap mempertahankan ajaran yang Alkitabiah agar gereja tidak mudah diombang-ambingkan oleh berbagai ajaran yang menyesatkan di zaman akhir ini. Misi calvin adalah mengembalikan gereja kepada kebenaran pada zaman dan dalam konteksnya.
70
Jhon Calvin, Institutes of the Christian Religion, 3.21.4. Terjemahan yang dikutip oleh Ford Battles, diterbitkan oleh Westminster Press tahun 1960. Dalam buku: Edwin H. Palmer, Lima Pokok Calvinisme, Surabaya: Momentum, 2011, 188.
37