BAB II PANDANGAN JOHN CALVIN TENTANG GEREJA YANG TIDAK KELIHATAN
2.1. Sekilas Pandang tentang John Calvin
Konsep Calvin tentang Visibilis: gereja yang kelihatan dan Invisiblis:gereja yang tidak kelihatan, dalam rangka menemukan makna kerangka berpikir dalam sebuah kelembagaan gereja, maka segala sesuatunya haruslah dimulai dengan latar belakang konteks dimana Calvin berkarya. Calvin berkarya dalam situasi akhir abad pertengahan dan era dimana telah terjadi reformasi di bidang kegerejaan. Reformasi ini terjadi dengan faktor-faktor pendukung yang muncul dari dalam konteks kehidupan masyarakat, dan hal ini terjalin erat dengan kebijakan-kebijakan pemerintah pada masa itu.1 Perjalanan dan pengalaman hidup Calvin sebagai seorang reformator yang terkemuka, tidak dapat dilepaskan dari pengaruh situasi dan kondisi yang terjadi di zamannya. Ia lahir pada tanggal 10 Juli 1509 di Noyon, Perancis Utara, suatu masa yang merupakan
periode abad pertengahan awal era modern. 2 Masa modern dilukiskan
sebagai masa yang menempatkan ilmu pengetahuan sebagai fakta objektif alamiah, sementara iman dihubungkan dengan persoalan-persoalan etis, moral dan budaya. 3
1
Alister Mc Grath, Roots that Refresh : A Celebration of Reformation Sprituality (London: Hodder and Stoughton, 1982), 12. 2 Ibid., 12-13. 3 James B. Miller, “The Emerging Post Modern World” in Post Modern Theology Christian Faith in A Pluralist World, Frederic B. Burnman (ed), (New York: Harper and Row Publisher, 1988), 7.
8
Calvin adalah seorang pemimpin dalam bidang keagamaan, dan dapat dikatakan seorang negarawan yang cakap, yang memiliki wawasan yang cukup luas. Dalam perjuangannya mereformasi gereja, ia juga menjalin hubungan dengan para tokoh-tokoh politik pada zamannya. Ia memulai jenjang pendidikan di Universitas Orlens, Perancis sebagai mahasiswa studi Hukum Kemasyarakatan di masa-masa kejayaan humanisme.4 Setelah menyelesaikan pendidikan hukumnya, Calvin menekuni bidang teologi dan menghasilkan terbitan pertama dari buku:”Institutio” pada tahun 1535. Kemudian Calvin mulai berkecimpung dalam bidang kegerejaan di Jenewa tahun 1536. Situasi kota Jenewa pada masa Calvin mulai bekerja, adalah kota yang masih baru menerima reformasi.5 Tantangan lain yang dihadapi Calvin dalam perjalanan reformasinya terjadi pada tahun 1538. Para pemimpin kota yang terpilih pada masa itu adalah mereka yang tidak suka pada Calvin dan berusaha mencampuri urusan intern gereja. Calvin menolak dan akibatnya ia diusir dari Jenewa. Dari Jenewa, Calvin tiba dan melayani sebagai pendeta di Strassburg sampai tahun 1541. Selama pelayanannya di kota Strassburg, Calvin menyempurnakan karya besarnya “Institutio” dan menyusun karya lainnya seperti nyanyian gereja dan format-format ibadah. 6 Tahun 1541, Calvin kembali ke Jenewa dan melayani di kota itu, dan sampai ia meninggal pada tanggal 27 Mei
1564. Selama ia berkarya, ia tidak terlepas dari
4
Dalam usaha reformasinya, Calvin telah menjalin hubungan dengan Raja Frans I dari Perancis dan Karel V dari Jerman , Ia mencoba mempengaruhi para penguasa untuk menyadari bahwa perlindungan dan pemeliharaan gereja (dalam hal ini gerakan Protestanisme dari kelompok reformasi Calvin) adalah juga bagian dari pemerintah. 5 Penerimaan reformasi ini dilatarbelakangi oleh situasi politik. Semangat nasionalisme dan sikap anti Papalisme dan anti Klerikalisme di Eropa telah memberi semangat bagi Jenewa untuk melepaskan diri dari penjajahan Bangsa Savoye yang Katolik. Seorang pendeta dari kelompok reformasi yaitu Farel memakai kesempatan untuk mempengaruhi Dewan Kota dalam mengambil keputusan. Akhirnya tahun1535, reformasi diangkat menjadi agama resmi di kota itu. W.F. Dankbaar,Calvin : Djalan Hidup dan Karyanya (Bandung: P.D. Grafika Prop. Jabar Unit II “Tjika Punding”, 1967), 40. 6 Roland H. Bainton, The Reformation of the Sixteenth Century (Boston: Beacon Press, 1952), 95-99.
9
tantangan
dan berbagai kesulitan. Pergolakan-pergolakan yang terjadi di tubuh
pemerintahan yang sering dimanfaatkan oleh kelompok lain misalnya dari pihak Katolik Roma. Seorang Cardinal yang bernama Sadoleto pernah menyebarkan surat yang mendiskreditkan Calvin, tetapi serangan itu justeru mendorong Calvin dalam melahirkan konsep-konsep baru tentang gereja. Dalam surat pembelaannya, Calvin mengungkap tentang keadaan gereja Katolik Roma pada masa itu telah kebenaran Firman Allah, seperti:
jauh menyimpang dari
Perjamuan Kudus yang maknanya telah berubah
menjadi persembahan kurban, Pengakuan Dosa telah berubah dan kehilangan arti yang semula, penyalahgunaan kekuasaan dari para Uskup dan Paus.
Kesulitan lain yang
dihadapi Calvin dari pihak pemerintah adalah campur tangan yang lebih besar dari pemerintah yang melampaui batas-batas intern gereja.7 Penempatan Ilmu Pengetahuan sebagai fakta objektif alamiah, juga telah memindahkan fokus pemikiran manusia dari kesadaran yang bersifat komunal pada kesadaran individual, dalam kekuatan intelektual yang berkembang masa itu, yaitu Humanisme. Suatu pemikiran dari Erasmus (seorang tokoh humanis yang terkenal), yang menempatkan kaum awam sebagai kekuatan masa depan penggantian dominasi kaum rohaniawan di abad pertengahan, telah mempengaruhi secara mendalam para pemikir reformasi. Mengacu dari ide ini, dikemudian hari Luther dan Calvin mengembangkan konsep Imamat Am, yang memberi peran kepada kaum awam, menggantikan posisi kaum rohaniawan sebagai pengantara dalam manusia yang berhubungan dengan Allah. 8
7 8
Dankbaar.,Calvin : Djalan Hidup dan Karyanya, 66-68. Alister Mc Grath, Sejarah Pemikiran Reformasi (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1997), 88.
10
2.2. Deskripsi Pemikiran Calvin tentang Hubungan Gereja dengan Pemerintah
Masa Calvin berkarya dipengaruhi oleh konteks “corpus christianum” 9 suatu situasi yang nampaknya mengacu dari ide Agustinus, yang menekankan tentang Allah sebagai raja yang telah meletakkan dasar pemerintahkan dari suatu negara ideal (negara surgawi).
Dalam
negara
ideal,
pemerintah
sungguh-sungguh
mengusahakan
kesejahteraan masyarakatnya. Sifat Allah sebagai raja yang memiliki kebenaran dan keadilan adalah suatu sifat-sifat yang sangat penting untuk dimiliki oleh pemerintah dan pejabatnya.10 Gereja dan negara bekerjasama untuk melahirkan prinsip-prinsip hidup negara surgawi. Gereja tidak dapat dipisahkan dari dunia, gereja adalah lembaga ilahi dan sekaligus lembaga duniawi. Gereja bersifat spiritual bukan karena terpisah dari dunia, karena gereja merupakan kepenuhan kemuliaan Allah dalam diri Yesus Kristus. Pemerintah adalah lembaga yang dihadirkan Allah di dunia untuk diakui keberadaannya sehingga hubungan antara gereja dan pemerintah adalah hubungan yang dinamis. 11 Dalam pandangan Calvin, gereja dan pemerintah merupakan dua pokok dari kepemimpinan Allah yang tertinggi. Calvin membedakan dua bentuk pemerintahan dalam dunia, yang satu adalah mengurusi soal spiritual, terletak dalam jiwa dan hubungan dengan kehidupan yang kekal, sedangkan yang lain berhubungan dengan keadilan sipil, moral dan kehidupan sekarang. Bentuk yang pertama tidak identik dengan gereja tetapi 9
Istilah Corpus Christanum diartikan sebagai masyarakat dengan suatu kesatuan tubuh antara gereja dan negara. Gereja sebagai jiwa yang berhubungan dengan persoalan batin, spiritual, dan kekekalan. Sementara negara merupakan tubuh yang menyangkut tugas pemerintah dalam memajukan kesejahteraan manusia di dunia. Gereja dan negara bekerja untuk memuliakan Yesus Kristus. Ch. De Jounge Apa itu Calvinisme 264. 10 Phillip Schaff (ed.) Nicene and Post NiceneFathers of the Christian Church : St. Augustin’s City of God (Michigan:W. M. B. Eerdmans Publishing Company, 1993), 414-415 11 Ibid., 496.
11
merupakan hak prerogatif gereja untuk memelihara kelembagaannya, sementara yang kedua merupakan hak pemerintahan sipil untuk memeliharanya. 12 Bagi Calvin, kedua lembaga ini memiliki posisi yang sama dalam dunia, keduanya merupakan institusi yang diberi tugas masing-masing oleh Allah di tengah dunia, dan dalam kedua lembaga ini telah bercampur baur antara anggota-anggota yang baik dan yang jahat. Bidang tugas gereja menyangkut hal-hal yang bersifat keyakinan, spiritual bukan berarti terpisah dari dunia sekuler. Gereja hendak menjadi motivator dalam memupuk moral keadilan, perdamaian dan ketenteraman umum dalam masyarakat.13 Menurut Calvin, pemerintah yang menganut paham Corpus Christianum, dalam menentukan undang-undang negara harus bercermin kepada Firman Allah. Pemerintah perlu membela dan melindungi gereja serta anggotanya. Jika ada yang menentang gereja, maka tugas pemerintah untuk melawannya, sekalipun dengan kekerasan. Pemerintah dalam hal ini dapat dikatakan sebagai alat untuk memelihara agama Kristen, bahkan memaksa agar orang menerima Ke-kristenan. Cita-cita gereja untuk mengkristenkan masyarakat adalah bagian dari tugas pemerintah untuk mewujudkannya 14. Dalam praktik, Calvin sulit untuk menetapkan batasan hak pemerintah untuk tidak mencampuri masalah intern gereja, misalnya penyusunan tata gereja dan pengesahannya. 15
12
Phillip Schaff (ed.) Nicene and Post Nicene Fathers of the Christian Church, 497. Calvin, Institutio, 254. 14 Kenyataan ini dapat dilihat pada peristiwa-peristiwa dimana pemerintah melakukan pemberantasan terhadap kelompok-kelompok penyembah berhala, kelompok Anabaptis dan melakukan eksekusi terhadap lawan-lawan Calvin. Calvin, Institutio, 256-259. 15 Dankbaar, Calvin : Djalan Hidup dan Karyanya, 74. 13
12
2.3. Pemikiran Calvin tentang Visiblis: Gereja yang kelihatan dan Invisibilis: Gereja yang tidak kelihatan.
Ekklesiologi Calvin adalah ekklesiologi kontekstual, konteks dimana ia berada dan sangat mempengaruhi, membentuk pikiran-pikiran ekklesiologinya. Ekklesiologi Calvin adalah respons Calvin terhadap teologi dan praktik keagamaan dan gereja yang dikendalikan oleh bapa-bapa gereja 16. Pada abad ke IV dan V muncul tradisi bahwa Kristus memilih Petrus sebagai kepala dari para rasul, dan Petrus juga ditetapkan sebagai uskup pertama di kota Roma. Oleh karena itu, posisi dan jabatan Petrus yang begitu tinggi di tengah gereja harus dihargai dan dijunjung tinggi sebagai bapa gereja. Menurut Bapa-bapa gereja, bahwa gereja itu adalah suatu lembaga keselamatan, dan gereja memiliki tiga fungsi yaitu, menyebarkan iman melalui pelayanan Firman, memantapkan pengkudusan melalui pelayanan sakramen, memimpin umat (orang percaya) dengan hukum, dan disiplin gereja.17 Calvin juga menekankan bahwa kesatuan gereja harus didasarkan oleh kesatuan di dalam Kristus 18 . Tidak ada gereja tanpa kesatuan. Setiap Calvin berbicara tentang gereja, maka dia juga akan berbicara tentang kesatuan, dan apabila dia berbicara tentang kesatuan gereja, maka dia juga akan berbicara tentang gereja. Gereja dalam kesatuan dipersatukan di dalam Kristus. Bagi Calvin, gereja adalah komunitas bukan aku, tetapi kami, sehingga pengertian dalam gereja adalah kami yang dipersatukan dalam kesatuan tubuh Kristus19. Menurut Calvin, kesatuan gereja tidak ada dalam struktur gereja, karena
16
T.H.L. Parker, Calvin An Introduction to His Thought (London: Lion Publishing, 1995), 3. B.S. Mardiatmadja, S.J, Ekklesiologi, Makna dan Sejarahnya (Yogyakarta: Kanisius, 1986), 111-112. 18 G.E. Duffield (ed.), John Calvin. A Collection of Essay (Michigan: Grand Rapids, 1986), 102. 19 Donald K. Mc. Kim (ed.), Reading in the Calvin Theology (Michigan: Grand Rapids, 1984), 212-230. 17
13
Calvin anti hirarkhi. Bagi Calvin, kesatuan gereja ada oleh karena kuasa Roh Kudus. Kesatuan gereja tidak ada dalam struktur organisasi kepausan, akan tetapi kesatuan hanya ada di dalam Kristus. 20 Bergesernya dominasi kaum rohaniawan dan memberi tempat kepada kaum awam dalam lingkungan keagamaan, juga sangat dipengaruhi oleh suasana pada masa itu. Telah terjadi suatu fenomena anti Papalisme
dan anti Klerikalisme di Eropa. Masyarakat
merasa tidak puas terhadap dominasi kaum rohaniawan pada seluruh bidang kehidupan, tidak hanya pada aspek keagamaan tetapi juga pada aspek sosial, politik. Oleh karena kekebalan mereka terhadap hukum, pembebasan pembayaran pajak dan urusan-urusan kerohanian yang menjadi sumber penghasilan tanpa bekerja, telah menimbulkan kesenjangan sosial dan hukum yang semakin membangkitkan kebencian masyarakat. Sehingga membangkitkan semangat nasionalisme yang besar di Perancis, semangat ini mengiringi lahirnya kesepakatan Bologna tahun 1516, yang memberi hak kepada raja Perancis I, untuk menunjuk semua pejabat rohani tinggi dari gereja Perancis. Kesepakatan ini secara efektif telah melemahkan pengawasan Paus atas gereja.21 Konsep tentang kekuasaan Paus dalam gereja Katolik Roma disejajarkan dengan status kekuasaan kerajaan Allah di muka bumi, sehingga membentuk gereja menjadi sebuah lembaga yang luar biasa, di tata secara spiritual dan politik. Bahkan raja pun harus tunduk dan taat kepada Paus, karena Paus adalah wakil Tuhan di muka bumi 22. Calvin tidak hanya menolak ajaran Paus tentang gereja, tetapi Calvin juga menolak secara keras ajaran dan ekklesiologi dari aliran Anabaptis (Aliran Anabaptis mengatakan bahwa 20
John.T. McNeill, Calvin : Institutes of the Christian Religion, Vol II (Transl. F.L. Battles) (London: S.C.M. Press, LTD, 1960), 1539-1543. 21 Alister Mc Grath, Sejarah Pemikiran Reformasi, 68. 22 Walter Ullmann, The Growth of Papal Government in the Middle Age (London: Hodder and Stoughtton, 1952),167.
14
gereja adalah persekutuan orang percaya yang hidup mentaati Firman Tuhan,
dan
mengikat kebersamaan dalam kasih Kristiani. Konsep lahir kembali, ketaatan dan persekutuan dalam persaudaraan). 23 Gereja yang Visibilis (gereja yang kelihatan) dan gereja yang Invisibilis (gereja yang tidak kelihatan) tidak menunjukkan pada dua kenyataan yang dapat berdiri sendiri, melainkan pada dua sisi yang berbeda dari kenyataan yang satu dan sama. Kalau para reformator memandang ecclesia invisibilis sebagai totalitas pengikut Kristus dari orang Yahudi dan orang non Yahudi yang ada dahulu, kini dan nanti, di bumi dan di surga, sedangkan ecclesia visibilis menunjuk kepada sejumlah orang yang secara phisik ikut ambil bagian dalam persekutuan ibadah dan penyembahan. Dengan demikian, ecclesia visibilis adalah bentuk dari iman sedangkan ecclesia invisibilis adalah misteri iman. Gereja yang kelihatan adalah kita, manusia yang bersekutu dengan semua aktifitasnya. Sedangkan gereja yang tidak kelihatan adalah Allah yang bekerja di dalam diri manusia. Ecclesia visibilis menampakkan sisi insani, sementara Ecclesia invisibilis menampakkan sisi Ilahi dari gereja.24 Dasar pemikiran Calvin tentang gereja tidak kelihatan dan gereja kelihatan sangat dipengaruhi oleh konsep eskhatologi yang berpusat kepada Yesus Kristus, karena Yesus adalah pernyataan Allah tentang keselamatan yang dikerjakan untuk dunia, maka pengharapan akhir zaman telah terjadi juga dalam inkarnasi Yesus dalam dunia ini, iman kepada Yesus yang demikian telah mengikat kesatuan orang percaya dalam suatu persekutuan yang disebut gereja. Gereja dipanggil tidak hanya mewarisi hidup yang 23
Ekklesiologi Anabaptis mengatakan bahwa gereja adalah persekutuan orang percaya yang hidup mentaati Firman Tuhan, dan mengikat kebersamaan dalam kasih Kristiani. Konsep lahir kembali, ketaatan dan persekutuan dalam persaudaraan adalah kata kunci dalam ekklesiologi Anabaptis. Karl Barth, The Theology of John Calvin (Michigan: Grand Rapids, 1922), 146. 24 Yohanes Calvin, Institutio Pengajaran Agama Kristen, 183, 281.
15
kekal, tetapi juga berpartisipasi dalam Allah dan Yesus Kristus yang telah menjadi satu. Jadi dasar gereja yang tidak kelihatan dan yang kelihatan adalah „inkarnasi Yesus Kristus‟.25 Dari aspek gereja yang tidak kelihatan dalam pandangan manusia, tetapi hanya kelihatan dalam pandangan Allah yang dihubungkan. Dengan dasar ini, maka gereja sebagai yang tidak kelihatan dan yang kelihatan tidak terlepas satu dengan yang lain, keduanya saling berhubungan. Calvin sangat mengakui tentang inkarnasi Yesus Kristus yang menyebabkan gereja memiliki tanggungjawab dalam dunia yang nyata. Gereja yang tidak kelihatan dan yang kelihatan diakui Calvin sangat paralel. Calvin juga mengatakan bahwa cara kehadiran Yesus dalam inkarnasi merupakan sebuah misteri yang lebih ia hayati daripada pahami 26 .
Bagi Calvin oleh karena Yesus telah
berinkarnasi dalam waktu yang tidak kekal, maka gereja juga memasuki dan mengisi kehidupan yang tidak kekal yaitu dunia. Aspek kekekalan dari gereja yang dimengerti Calvin sebagai gereja yang tidak kelihatan dan gereja yang mengisi kehidupan masa kini merupakan gereja yang kelihatan yang melembaga di dalam dunia untuk mewujudkan nilai-nilai dari apa yang diyakini dalam gereja yang tidak kelihatan. Melalui gereja yang kelihatan ini, Allah menumbuhkan kedewasaan umat di bawah pendidikan gereja. 27 Gereja yang tidak kelihatan adalah gereja yang ideal, yang hanya nampak dalam pandangan Allah (Coram Deo). Dalam gereja yang tidak kelihatan terikat semua orang yang beriman kepada Yesus Kristus sebagai kepala gereja. Orang-orang yang beriman dan yang terpilih mencakup kepada kehidupan orang yang sudah mati dan yang masih
25
Calvin, Institutes of the Chistian Religion Vol. 2 (ed.) J.T. Mc. Neill (Philadelphia: The Westmister Press, 1973), 1013. 26 Calvin.,Institutio, 249. 27 Calvin, Institutes of the Religion, 1017.
16
hidup. Kesatuan seperti ini tidak nampak dalam pandangan manusia, akan tetapi manusia mengimaninya, dan iman seperti itu tidak pernah salah, karena Allah sendiri yang memilih mereka. 28 Gereja yang tidak kelihatan hanya menerima anggota yang dipilih oleh rahmat Allah dan diangkat menjadi anak-Nya serta yang oleh penyucian Roh Kudus terdaftar menjadi anggota Kristus. Gereja yang tidak kelihatan hanya dapat dipandang oleh mata Allah saja, demikian pula oleh kita diperintahkan untuk menghormati persekutuan yang menyangkut kebersamaan dengan umat, serta memelihara persekutuan di dalamnya. 29 Menurut gereja Katolik Roma, kesatuan gereja adalah sebuah persatuan dalam kesatuan gereja melalui struktur pengorganisasian kepausan, dan kesatuan gereja berpusat di Roma. Gereja-gereja yang tidak berpusat di Roma akan diklaim sebagai organisasi yang bukan gereja, karena jika hal itu terjadi mengindikasikan tidak ada lagi kesatuan gereja di dunia.30 Pemahaman tentang pilihan Allah dalam ajaran predistinasi, yang pada dasarnya menekankan tentang kemurahan dan kebebasan Allah untuk menyatakan anugerah keselamatan bagi orang-orang yang diselamatkan, dan hukuman kekal bagi orang yang tidak diselamatkan 31 . Pengenalan dan iman kepada Yesus Kristus menjadi jaminan bahwa Allah telah memilih seseorang, sebab kepada mereka telah diperkenalkan keselamatan daripada-Nya32. Kebebasan Allah dalam memilih yang satu dan menolak yang lain merupakan hal yang tidak dapat dijangkau dalam pemikiran manusia, dan 28
Calvin, Institutes of the Religion, 1015. Yohanes Calvin, Institutio Pengajaran Agama Kristen (diseleksi oleh : Th. Van Den End terj. Ny Winarsih, J.S. Aritonang, Arifin dan Th. Van Den End) cetakan III, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2000), 231-232. 30 J. Pelikan, The Christian Tradition. A History of the Development of Doctrine: Reformation of Church and Dogma (Chicago: The University of Chicago Press, 1984), 69. 31 Calvin, Institutio, 159. 32 Ibid., 162. 29
17
manusia tidak harus menyelidiki apa yang Tuhan jadikan sebagai rahasia yang tersembunyi. Ajaran predistinasi merupakan doktrin yang diperuntukkan bagi orangorang yang beriman kepada Yesus Kristus, dan tidak untuk dipertentangkan melawan yang tidak percaya. Jika doktrin predistinasi dihubungkan dengan status keanggotaan dari gereja yang tidak kelihatan, maka ini menjadi suatu kekuatan spiritual bagi orang Kristen dalam kehidupan temporal di dalam dunia. Ada suatu kekuatan spiritual dalam pengharapan menuju keselamatan yang kekal.33 Gereja yang tidak kelihatan mewujud dalam gereja yang kelihatan di dunia. Walaupun dalam gereja yang kelihatan ini, kita tidak tahu siapa yang terpilih atau tidak terpilih dan para anggotanya tidak hanya terdiri dari orang-orang yang beriman, tetapi Allah berkenan bagi gereja-Nya untuk tetap memelihara dan membina iman anggotaanggota-Nya untuk mengenal keselamatan yang sejati dan berkarya di dalam dunia dimana manusia hadir dan berada. Menurut Calvin dan Agustinus bahwa gereja kelihatan telah bercampur dalam keberagaman orang yaitu orang jahat dan orang baik. 34 Gereja yang kelihatan harus dipahami sebagai gereja yang tidak dapat dipisahkan dari gereja yang tidak kelihatan. Sama seperti jemaat awal yang sangat merekatkan kelembagaan mereka dengan konsep eskhatologi, keterikatan kepada Yesus Kristus sebagai kepala gereja, kehadiran para pejabat gereja, pelayanan Firman Allah, pelayanan sakramen perjamuan kudus dan baptisan kudus, gereja kelihatan yang dimaksud Calvin memiliki semua unsur ini. Perbedaan operasional aktifitas bergereja menjadi nampak
33
Timothy George, Theology of the Reformers (USA: Broadman Press, 1988), 234. Agustinus mengatakan tentang keanggotaan dari gereja yang kelihatan telah bercampur baur. Keadaan seperti ini sama seperti ikan yang terjaring di dalam laut. Keduanya berenang tanpa perbedaan dalam jaring, hingga jaring dibawa ke darat untuk dipisahkan.Yang jahat harus dipisahkan dari yang baik. Phillip Schaff (ed.), Nicene and Post Nicene Father’s of the Christian Church: St. Agustinus’s City of God and Christian Doctrine (Michigan: W.M.B. Eerdmans Publishing Company, 1993), 391. 34
18
pada konteks di masa mana gereja awal hadir perbedaan konteks kemudian membuat
dan pada masa
Calvin harus siap
Calvin hadir, dan dengan teologi dan
ekklesiologi yang dapat menjawab berbagai tantangan dan persoalan konteks pada masanya. Calvin memahami gereja yang kelihatan sebagai suatu wadah yang dibangun secara ilahi, dan di dalamnya Allah melakukan penyucian umat-Nya.35 Di dalam gereja yang kelihatan, ajaran-ajaran dilembagakan, pertumbuhan kerohanian dan pengharapan keselamatan kekal anggota-anggotanya dipelihara melalui Firman Allah, sakramen perjamuan kudus dan baptisan, serta disiplin gereja 36. Melalui pelayanan Firman Allah, gereja membimbing dan memelihara keanggotaannya. Dalam bimbingan dan arahan melalui Firman Allah, maka Allah memberikan kekuatan bagi umat-Nya untuk bersaksi tentang Yesus Kristus, sehingga iman kepada-Nya dan harapan keselamatan kekal yang telah dikerjakan-Nya dapat dipelihara oleh anggotaanggotanya.37 Perwujudan “Kerajaan Allah” yang telah dinyatakan oleh Yesus Kristus dalam pelayanan-Nya di dunia, dikerjakan oleh gereja melalui misi-Nya. Apa yang disampaikan melalui pelayanan Firman Allah kemudian dipertegas dalam pelayanan-pelayanan sakramen-sakramen, yaitu baptisan dan perjamuan kudus. Sakramen-sakramen menjadi tanda yang kelihatan tentang anugerah Allah terhadap umat-Nya, sebagaimana yang
35
Alister Mc. Grath, Sejarah Pemikiran Reformasi, 254. Disiplin Gereja adalah ajaran yang cukup ditekankan oleh Calvin, karena dipengaruhi oleh situasi di kota Jenewa yang mengalami dekadensi, kemerosotan moral Calvin yang mengakui bahwa Yesus adalah kepala gereja menyatakan argumennya bahwa dengan demikian keanggotaan gereja yang kelihatan adalah bagian dari persekutuan tubuh Kristus yang mulia dan kudus. Konsekwensinya gereja harus dipelihara kekudusannya. Firman yang diberitakan dalam gereja tidak hanya menyangkut tentang jiwa, tetapi harus juga menyangkut dalam tata aturan hidup. Christian De Jonge dan J.S. Aritonang, Apa dan Bagaimana Gereja (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1997), 34. 37 Kesaksian tentang Fiman Allah, Calvin memahaminya sebagai Alkitab yang memberikan kesaksian tentang Yesus Kristus dan Firman Allah sebagai kehadiran dari Yesus Kristus sendiri yang berinkarnasi di dalam dunia. Institutio, 202-206. 36
19
diberitakan melalui Firman Alah. Sakramen diadakan oleh Tuhan sebagai alat untuk memantapkan dan memperkuat Iman. Melalui baptisan, anggota gereja diterima masuk ke dalam persekutuan gereja dimana Yesus Kristus adalah kepalanya. Dengan penerimaan ini, maka anggota-anggotanya terpilih dan masuk ke dalam persekutuan anak-anak-Nya.38 Bagi Calvin, gereja yang kelihatan merupakan perwujudan dari gereja yang tidak kelihatan. Dalam wujud gereja yang kelihatan, Calvin mengibaratkan dengan metafora seorang ibu, melembagakan semua unsur gereja yang tidak kelihatan melalui unsur-unsur pelayanan Firman Allah, sakramen-sakramen, yang terus memelihara dan memantapkan iman para anggota-anggotanya.39 Calvin sangat menjunjung tinggi kebebasan, sehingga ia memberikan kebebasan bagi setiap gereja untuk membentuk dan mendesign gerejanya masing-masing. Calvin menekankan bahwa
gereja harus berlandaskan kebenaran-kebenaran yang absolut,
walaupun pada kenyataannya gereja-gereja tidak sependapat dan satu prinsip dalam halhal tertentu. 40 Calvin mengatakan, keselamatan tidak hanya perkara percaya kepada Yesus Kristus, tetapi juga berkaitan tentang hidup di dalam gereja sebagai tubuh Kristus dan senantiasa memelihara kesatuannya. Oleh karena itu, mengasingkan diri dari kesatuan gereja berarti mengasingkan diri dari keselamatan.41
38
Ibid., 225. Ibid., 232. 40 I.J. Hesseling, On Being Reformed. Distinctive and Common Misunderstanding (New York: Harper and Row Publishers, 1988), 82-85. 41 J.K.S. Reid (ed.), Calvin’s Theological Treatises (Philadelphia: Westminister Press, 1954), 99-100. 39
20