BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG BP4 DAN RUMAH TANGGA
A. BP4 1. Sejarah BP4 Pada awalnya BP4 lahir dari dua organisasi di Bandung dan di Jakarta yang bercita – cita serta berusaha untuk meningkatkan mutu perkawinan umat Islam, dengan cara melakukan penerangan, penasehatan serta konseling perkawinan. Kemudian dua organisassi tersebut dilebur menjadi organisasi semi resmi dari Departemen Agama dengan nama BP4 (Badan Penasihatan, Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan ). Organisasi ini resmi didirikan pada tanggal 3 januari 1960 dan dikukuhkan oleh keputusan Menteri Agama Nomor 85 tahun 1961. BP4 dibentuk dari tingkat pusat yang terletak di Jakarta hingga kecamatan. Pengurusnya sebagian besar terdiri dari para pejabat dan pimpinannya dipegang oleh para pejabat Departemen Agama. 1 BP4 adalah organisasi professional yang bersifat sosial keagamaan sebagai mitra kerja Kementerian Agama dalam mewujudkan keluarga sakinah mawaddah warrahmah. Tujuan BP4 adalah untuk mempertinggi mutu perkawinan guna mewujudkan keluarga sakinah menurut ajaran islam untuk mencapai masyarakat dan bangsa Indonesia yang maju, mandiri, bahagia, sejahtera, materiil dan spiritual. Di samping tujuan utama tersebut, BP4
bersama
dengan
organisasi-organisasi
1
Islam
memperjuangkan
Hasil wawancara dengan Bapak Masrur, S.Ag selaku Kepala KUA Kecamatan Pekalongan Barat tanggal 20 November 2011.
16
17
pembaharuan hukum Islam. Perjuangan tersebut dengan lahirnya undangundang Nomor 1 Tahun 1974 yang memuat beberapa aturan poligami harus mendapat izin dari istri tua dan Pengadilan Agama dengan alasan menurut undang-undang, perkawinan harus ada persetujuan calon tementen laki-laki dan perempuan, umur minimal calon temanten perempuan minimal 16 tahun serta umur minimal bagi temanten laki-laki 19 tahun dan perceraian harus dilakukan di Pengadilan Agama. Beberapa usaha semacam itu terus dilakukan oleh BP4 dalam upaya untuk merealisasikan tujuan yang telah ditetapkan. Sehingga angka perceraian dapat ditekan serendah mungkin dalam upaya mewujudkan keluarga yang sakinah, mawadah warohmah. 2. Tujuan BP4 Kepengurusan BP4 ada di tiap tingkatan pemerintahan dari pusat hingga tingkat kecamatan. Untuk wilayah Kabupaten Pekalongan dibawah pimpiman kasi Urais Kementerian Agama. BP4 Kabupaten Pekalongan mempunyai tujuan mewujudkan rumah tangga muslim yang bermutu, bahagia dan sejahtera, mengurangi perceraian, mencegah perceraian sewenangwenang, mendamaikan perselisihan dan rahasia individu dijamin tidak diketahui orang lain. Terhadap suami dan isteri yang sedang mengalami kericuhan dalam rumah tangganya, petugas BP4 atau penasehat perkawinan, memerlukan kebijaksanaan dan kesabaran, sehingga persoalan-persoalan yang dihadapi dapat diselesaikan dengan damai dan baik kembali.
18
Bagi petugas BP4, tidak penting siapa yang bersalah atau yang bertabiat buruk di antara kedua suami dan isteri yang dihadapi ini. Yang penting bagi penasehat perkawinan, ialah apa yang dapat dilakukannya untuk memperbaiki dan mengembalikan keadaanj sehat bagi perkawinan dan keluarga suami-isteri yang bersangkutan. Sikap memihak terhadap salah seorang dari pada isteri atau suami yang dihadapi itu, sama sekali tidak dibenarkan, karena akibatnya akan mempersukar jalannya penasehatan. Penasehat
perkawinan
harus
bijaksana
atau
memerlukan
kebijaksanaan. Apabila penasehat perkawinan melihat, bahwa suami atau isteri yang dihadapi dalam merasa berat mengemukakan soal-soal pribadi, atau masih malu mengutarakannya, sebaiknya penasehat perkawinan menunggu sampai pihak yang bersangkutan bersedia mengemukakannya, sehingga mereka merasa dan tambah berkeyakinan dalam hati, bahwa mereka dalam memecahkan problem-problem perkawinan mereka itu, bukan sendirian, tetapi untung ada BP4 yang ingin menolong dan mempunyai kesanggupan untuk memberikan bantuannya. 2 3. Kedudukan, Tugas dan Wewenang BP4 Untuk mencapai tujuan sebagaimana tersebut di atas, BP4 mempunyai kedudukan, tugas dan wewenang sebagai berikut: a. Memberikan bimbingan, penasihatan dan penerangan mengenai nikah, talak, cerai, rujuk kepada masyarakat baik perorangan maupun kelompok.
2
BP4, Buku Panduan Keluarga Muslim, (Semarang: BP4 Jawa Tengah, tt.), hlm. 60.
19
b. Memberikan bimbingan tentang peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan keluarga. c. Memberikan bantuan mediasi kepada para pihak yang berperkara
di
pengadilan agama; d. Memberikan bantuan advokasi dalam menbgatasi masalah perkawinan, keluarga dan perselisihan rumah tangga diperadilan agama; e. Menurunkan terjadinya perselisihan serta perceraian, poligami yang tidak bertanggung jawab, pernikahan dibawah umur dan pernikahan tidak tercatat; f. Bekerjasama dengan instansi, lembaga dan organisasi yang memiliki kesamaan tujuan baik di dalam maupun di luar negeri; g. Menerbitkan dan menyebarluaskan majalah perkawinan dan keluarga, buku, brosur dan media elektronik yang dianggap perlu; h. Menyelenggarakan kursus calon/pengantin, penataran/ pelatihan, diskusi, seminar dan kegiatan-kegiatan sejenis yang berkaitan dengan perkawinan dan keluarga; i.
Menyelenggarakan
pendidikan
keluarga
untuk
penmingkatan
penghayatan dan pengalaman nilai-nilai keimanan, ketaqwaan dan ahlakul karimah dalam rangka membina keluarga; j.
Berperan aktif dalam kegiatan lintas sektoral yang bertujuan membina keluarga sakinah
k. Meningkatkan upatya pemberdayaan ekonomi keluarga;
20
l.
Upaya dan usaha lain yang dipandang bermanfaat untuk kepentingan organisasi serta bagi kebahagiaan dan kesejahteraan keluarga. 3 Tugas BP4 adalah dua segi: pertama memberikan nasehat kepada
calon penganten, dan kedua adalah berusaha memperbaiki perkaiwnan yang kadang-kadang diancam oleh keretakan, tetapi kalau toh keretakan itu sudah tidak bisa tertolong lagi maka hendaknya perceraian itu berlangsung dengan wajar. 4 4. Struktur Organisasi BP4 Adapun struktur organisasi BP4 adalah sebagai berikut: Pembina Pimpinan Teknis
Ketua
Ketua
Bidang Pendidikan Keluarga Sakinah dan Pengmbangan SDM
Bidang Konsultasi Hukum dan Perkawinan
Ketua
Bidang Komunikasi dan Informasi
Bidang Penasehatan Perkawinan
Bidang Pemuda dan Remaja
Musyawarah BP4 diadakan sekali dalam 5 (lima) tahun, dilaksanakan secara berjenjang dari pusat, propinsi, kabupaten/Kota, dan kecamatan. Disamping itu juga dilakukan rapat kerja Nasional dan rapat Kerja daerah yang diselenggarakan sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam satu periode 3
Laporan Tahunan BP4 Kecamatan Pekalongan Barat, diambil pada tanggal 20 November
2011. 4
Seminar Nasional, Rumah Tangga Sejahtera Bahagia dan Pembangunan Negara, (Jakarta: BP4 Pusat, 1974), hlm. 12.
21
dan Rapat pengurus terdiri atas rapat pengurus pleno dan rapat pengurus harian yang dilaksanakan sesuai dengan keperluan. Peranan BP4 di masyarakat sangatlah penting dalam rangka mewujudkan rumah tangga yang sakinah mawadah warahmah sesuai dengan tuntunan ajaran agama Islam. Oleh karena itu koordinasi yang baik antara pengurus disemua jenjang sangat diperlukan terutama pengurus di tingkat kabupaten dan kecamatan sebagai ujung tombak BP4 yang bersentuhan langsung dengan masyarakat.
B. Rumah Tangga 1. Pengertian Rumah Tangga Pernikahan merupakan seruan agama yang harus dijalankan oleh manusia bagi yang mampu untuk berkeluarga. Banyak sekali hikmah yang dapat diambil dari sebuah pernikahan. Selain sunatullah yang telah digariskan ketentuannya, pernikahan juga dapat membuat kehidupan seseorang menjadi lebih terarah, tenang, tenteram dan bahagia. Pernikahan adalah sebagai perantara untuk menyatukan dua hati yang berbeda, memberi kasih sayang, perhatian dan kepedulian antara lelaki dan perempuan. 5 Menurut Ramayulis, rumah tangga adalah unit pertama dan institusi pertama di dalam masyarakat di mana hubungan-hubungan yang terlibat di dalamnya sebagian besar bersifat hubungan langsung.
5
6
BP4, Op.Cit., hlm. 1. Ramayulis, Pendidikan Islam dalam Keluarga Rumah Tangga, (Jakarta : Kalam Mulia, 1990), hlm. 11 6
22
Menurut Kartini Kartono, rumah tangga adalah persekutuan hidup primer dan dialami diantara seorang pria dan wanita yang diikat oleh tali perkawinan atau cinta kasih yang di dalamnya terdapat unsur hakiki yang sama, yaitu saling ketergantungan, saling membutuhkan, saling melengkapi sesuai dengan kodratnya masing-masing. 7 Sedangkan menurut Sukirin, rumah tangga adalah ayah dan ibu yang merupakan pusat kehidupan rohaniyah dan sebagai penyebab berkembangnya dengan alam luar, maka setiap reaksi, emosi anak dan pemikirannya dikemudian hari dipengaruhi oleh sikapnya terhadap orang tuanya di permulaan hidupnya dulu.8 Selama anak belum dewasa, maka rumah tangga mempunyai peran yang penting bagi anak-anaknya untuk membawa anak pada kedewasaan, maka orang tua harus memberi contoh yang baik karena anak suka mengimitasi (meniru) kepada kedua orang tuanya. Dengan contoh yang baik, anak tidak merasa dipaksa. Menurut Al Ghozali, sebagaimana yang dikutip oleh Abu Firdaus Al Hawani bahwa sebagai amanat, anak hatinya bersih, suci dan polos, kosong dari segala ukiran dan gambaran. Anak akan meniru dari segala yang diukirnya dan cenderung terhadap apa yang mempengaruhinya. Maka apabila dia dibiasakan dan diajarkan untuk melakukan kebaikan, niscaya akan seperti itulah ia terbentuk. Sang anak menjadi orang terdidik sehingga orang tuanya akan mendapatkan kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Namun sebaliknya 7
Kartini Kartono, Tinjauan Politik Mengenai Sistem Pendidikan Nasional, Beberapa Kritik dan Sugesti, Cet. I, (Jakarta : Pradnya Pramita, 1997), hlm. 7 8 Sukirin, Pokok-pokok Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta : FIP IKIP, 1979), hlm. 14
23
apabila si anak dibiasakan melakukan kejahatan dan ditelantarkan seperti binatang liar, maka anak akan sengsara dan celaka, sehingga orang tuanya akan menanggunag dosanya sebagai pertanggungjawaban dalam mengemban amanah Allah SWT. 9 Dalam keluarga yang lengkap ada dua pendidik bagi anak, yaitu ibu dan ayah yang merupakan pembimbing pertama bagi seorang anak untuk memperoleh pendidikan dasar. Hakekatnya rumah tangga mempunyai 3 unsur penting yaitu: ayah, ibu dan anak. 2. Fungsi Rumah Tangga Tujuan perkawinan menurut ajaran Islam, ialah supaya terpelihara keturunan manusia di atas dunia ini, sehingga seorang manusia yang dilahirkan ke dunia merasa bangga dan tidak canggung dalam hidup, karena kelahirannya ke dunia adalah dari sebab hubungan yang sah (nikah) di antara ibu bapaknya, bukan hubungan yang hina.10 Dalam berumah tangga mempunyai tanggung jawab
terhadap
perkembangan, kemajuan dan juga masa depan pendidikan anak, maka dalam rumah tangga mempunyai 7 macam fungsi : a. Fungsi Kasih Sayang Anak adalah tempat orang tua mencurahkan kasih sayang. Setiap manusia yang normal secara fitri pasti mendambakan kehadiran anakanak di rumah. Kehidupan rumah tangga sekalipun bergelimang harta benda beliau lagi lengkap bila belum ada anak. Bila antara ayah, ibu dan 9
Abu Firdaus Al Hawani, Melahirkan Anak Sholeh, (Jakarta: LEK PIM,1999), h.lm64. Seminar Nasional, Rumah Tangga Sejahtera Bahagia dan Pembangunan Negara, (Jakarta: BP4 Pusat, 1974), hlm. 41. 10
24
anak terdapat hubungan yang serasi maka akan terjalin kasih mengasihi yang baik. Oleh karena itu, orang tua harus membimbing supaya anaknya belajar arti dan cara menyatakan kasih dan sayang. Selain melalui contohcontoh perbuatan cinta kasih dan teladan-teladan yang dilihat anak kecil. Cinta kasih harus mengalami proses pengolahan. 11 b. Fungsi Ekonomi Anak merupakan titipan dari Allah yang harus dipelihara dan dibesarkan oleh orang tuanya hingga menginjak dewasa, di mana proses menuju kedewasaan itu diperlukan biaya setiap harinya untuk membesarkan anak tersebut. Oleh sebab itu, orang tua setiap harinya membanting tulang untuk mencari nafkah guna memenuhi kebutuhan sehari-hari dalam rumah tangga dan memenuhi segala keinginan anaknya. c. Fungsi Pendidikan Orang tua wajib memberikan pendidikan yang baik, bimbingan pendisiplinan serta pengajaran kepada anak guna mempersiapkannya ke arah kedewasaan orang tua juga harus memiliki pengetahuan yang luas untuk mendidik anak karena mengambil contoh dari kedua orang tuanya, maka anak merupakan pendidik yang pertama dan utama bagi anak. Pendidikan yang diterima dari orang tuanyalah yang akan digunakan oleh anak sebagai dasar untuk mengikuti pendidikan selanjutnya di sekolah.12
11
Muhammad Zuhailli, Pentingnya Pendidikan Islam Sejak Dini, (Jakarta: CV Mustika Bahmid, 1999), hlm.33 12 Muhammad Zuhailli, Pentingnya Pendidikan Islam Sejak Dini,.., hlm.25
25
d. Fungsi Perlindungan / Penjagaan Orang tua yang baik akan selalu melindungi keselamatan hidup dan menjaga kesehatan anak-anaknya baik secara jasmani maupun rohani dari berbagai gangguan penyakit atau bahaya lingkungan yang dapat membahayakan dirinya. e. Fungsi Rekreasi Bagi anak, rekreasi sangat bagus untuk perkembangan anak karena dapat menghilangkan stress dan memberi banyak pengalaman yang dapat membantu anak menjadi pengamat yang lihai sehingga dapat berbagi pendapat dan pengalaman dengan anggota keluarga yang lain. Orang tua yang memperhatikan anak-anaknya senantiasa mengajak anakanaknya bersama keluarga untuk berekreasi setiap liburan, seperti ke pantai, ke gunung dan lain-lain. Di samping itu untuk menyenangkan anak, juga agar wawasannya luas. f. Fungsi Status Rumah tangga menentukan status anak dalam masyarakat. Anak yang berasal dari keluarga dengan pendidikan baik, maka ia akan mendapatkan pendidikan yang baik pula. Sedangkan anak yang hidup dalam keluarga dengan pendidikan rendah, maka kebutuhan akan pendidikan kurang diperhatikan, kecuali anak itu mempunyai tekad untuk meraba masa depannya.
26
g. Fungsi Agama Agama sangat penting bagi masa depan seorang anak, oleh sebab itu, orang tua harus menanamkan pendidikan agama sejak anak baru lahir, karena
keluarga
merupakan
lembaga
pendidikan penting
untuk
meletakkan dasar pendidikan agama anak, seperti belajar mengaji, shalat dan sebagainya. Pendidikan agama dan spiritual merupakan pendidikan yang harus mendapat perhatian penuh oleh keluarga terhadap anakanaknya dan juga sangat berarti bagi anak yang dapat membangkitkan kekuatan dan kesediaan spiritual yang bersifat naluri pada anak melalui bimbingan dan mengamalkan ajaran agama serta kegiatan-kegiatan keagamaan.13 3. Peran Rumah Tangga Peran rumah tangga yang dimaksud adalah ayah dan ibu yang mempunyai peran dalam keluarga. a. Peran Ayah Seorang ayah mempunyai peran yang penting. Anak memandang ayahnya sebagai orang tua yang tertinggi gengsinya. Kegiatan ayah terhadap pekerjaanya sehari-hari sungguh besar pengaruhnya kepada anak-anaknya. Di sini peran ayah di dalam keluarga menurut Istiadah antara lain: 1) Sumber kekuasaan di dalam keluarga 2) Penghubung antara keluarga dengan masyarakat atau dunia luar
13
Muhammad Zuhailli, Pentingnya Pendidikan Islam Sejak Dini,.., hlm.26
27
3) Pemberi rasa aman bagi seluruh anggota keluarga 4) Pelindung terhadap ancaman dari luar 5) Hakim atau yang mengadili jika terjadi perselisihan 6) Pendidik dalam segi-segi rasional 7) Sebagai bapak dalam rumah tangga 8) Sebagai pemimpin atau kepala rumah tangga 9) Sebagai pencari nafkah dalam keluarga yang utama. 14 b. Peran Ibu Pada kebanyakan keluarga, ibulah yang memegang peran terpenting terhadap anaknya. Semenjak anak itu dilahirkan, ibulah yang selalu di sampingnya. Ibulah yang memberi makan dan minum, memelihara dan selalu bercampur dengan anak-anaknya. Pendidikan seorang ibu terhadap anaknya merupakan pendidikan dasar yang tidak dapat diabaikan sama sekali. Maka dari itu, seorang ibu hendaklah berlaku bijaksana dan pandai mendidik anaknya. Sebagian orang mengatakan kaum ibu adalah pendidik bangsa. 15 Di sini peran ibu dalam keluarga, antara lain : 1) Sebagai sumber dari pemberi rasa kasih sayang 2) Pengasuh dan pemelihara 3) Tempat mencurahkan isi hati 4) Mengatur kehidupan dalam rumah tangga 5) Pembimbing hubungan pribadi 14
Istiadah, Pembagian Kerja Rumah Tangga dalam Islam, (Jakarta : Lembaga Kajian Agama dan Gender), h. 10 15 Istiadah, Pembagian Kerja Rumah Tangga dalam Islam,.., hlm. 8
28
6) Pendidik dalam segi-segi emosional 7) Melayani suami 8) Membersihkan dan merapikan semua perlengkapan rumah tangga 9) Merawat kesehatan (lahir dan batin) seluruh anggota keluarga. 4. Tanggung Jawab Dalam Rumah Tangga Hubungannya dengan pendidikan anak maka tanggung jawab orang tua besar sekali, terutama dalam pembentukan dasar pribadi anak, yang dapat dilihat dari pengaruh lingkungan dalam keluarga. Anggota keluarga ini, yakni ayah, ibu dan saudara-saudaranya seorang anak memperoleh segala kemampuan dasar dari intelektual maupun social. Bahkan penyalur emosi, banyak ditiru dan dipelajarinya dari anggota keluarga.16 Orang tua memiliki tanggung jawab terhadap pendidikan anak-anak dan pembinaan dalam rangka mempersipkan mereka untuk menghadapi kehidupan yang akan dating. Dengan demikian, orang tua harus dapat melaksanakan tanggung jawabnya secara sempurna, seperti pendapat para pendidik. Menurut AD. Marimba, bahwa tanggung jawab dalam rumah tangga yang terpenting yaitu : a. Tanggung jawab dalam pendidikan iman Adalah mengikat anak dengan dasar-dasar iman, rukun-rukun Islam dan dasar-dasar syariah sejak anak mulai mengerti dan dapat memahami sesuatu. Kewajiban orang tua terhadap anak-anaknya adalah
16
Singgih D. Gunarsa., Psikologi Untuk Keluarga, (Bandung : Al-Ma’arif, 1987), hlm. 60
29
menumbuhkan keimanan anak-anaknya atas dasar pemahaman dan dasardasar pendidikan iman serta ajaran Islam sejak masa pertumbuhan anak, sehingga anak akan terlibat dengan Islam, baik aqidah maupun ibadah, di samping penerapan metode maupun peraturan di dalam keluarga. b. Tanggung jawab dalam pendidikan akhlak (moral) Pendidikan moral adalah mengenai dasar-dasar moral dan keutamaan perangai, tabiat yang harus dimiliki dan dijadikan kebiasaan oleh anak sejak kecil hingga ia menjadi seorang dewasa. Pendidikan akhlak untuk anak sangat penting karena anak mendapat pengaruh dari perkataan, perbuatan, ucapan dan tingkah laku orang tuanya. Orang tua yang baik senantiasa memberikan arahan, nasihat, bimbingan dan pelajaran yang baik dan benar kepada anak-anaknya dalam kehidupan sehari-harinya. Contoh : orang tua memberikan teladan berakhlak mulia setipa hari kepada anak-anaknya, bercerita tentang tindakan dan tutur kata. c. Tanggung jawab dalam pendidikan fisik Tanggung jawab pendidikan fisik ialah menolong pertumbuhan anak-anaknya
dari
segi
pertumbuhan
jasmani
baik
dari aspek
perkembangan maupun aspek perfungsian. Cara yang dilakukan orang tua untuk mencapai tujuan di atas adalah dengan menjaga kesehatan dan kebersihan jasmani anaknya, memberikan ilmu pengetahuan tentang kesehatan kepada anaknya dan lain-lain.
30
d. Tanggung jawab dalam pendidikan intelektual Pendidikan intelektual adalah pembentukan dan pembinaan berfikir anak dengan segala sesuatu yang bermanfa’at, ilmu pengetahuan, hukum, peradaban ilmiah dan modernisasi serta kesadaran berfikir dan berbudaya. Orang tua harus mengarahkan anak-anaknya agar ilmu, rasio dan peradaban anak benar-benar dapat terbina dengan baik dan terara. Misalnya dengan membantu anak-anak menemukan bakat, minat dan kemampuan akalnya. Setelah anak masuk sekolah maka orang tuadituntut untuk
bekerja
sama
dengan
pihak
sekolah
untuk
membantu
menyelesaikan masalah-masalah pelajarn yang dihadapi anak serta membimbingnya dalam kegiatan belajar, sehingga anak akan terasa diperhatikan orang tua. e. Tanggung jawab dalam pendidikan psikis Pendidikan psikis adalah mendidik anak supaya bersikap berani, berterus terang, merasa sempurna, suka berbuat baik terhadap orang lain, menahan diri ketika marah dan senang kepada seluruh bentuk keutamaan psikis dan moral secara keseluruhan. Apabila ada anak yang malu tidak pada tempatnya, takut, rendah diri, hasud dan lekas marah, maka orang tua harus segera membimbing dan mengarahkan anak-anak agar yang berkembang pada diri anak itu sifat-sifat positif seperti cinta dan rasa keadilan. Dengan berkembangnya cinta dan rasa keadilan kepada semua pihak, maka psikis anak akan berkembang dengan baik sesuai dengan ajaran agama Islam.
31
f. Tanggung jawab dalam pendidikan sosial Pendidikan sosial adalah pendidikan anak sejak kecil agar terbiasa menjalankan adab sosial yang baik dan dasar-dasar psikis yang mulia dan bersumber pada aqidah Islam yang abadi dan perasaan keimanan yang mendalam. Pendidikan sosial melibatkan bimbingan terhadap tingkah laku sosial, ekonomi, politik dalam rangka menuju aqidah Islam yang benar. Pendidikan sosial ini menjadi bekal bagi anak untuk dapat hidup di tengah-tengah masyarakat yang berbeda-beda baik sifat maupun karakternya. Anak tidak dengan sendirinya dapat melaksanakan hubungan dengan berbagi pihak, selaras dengan norma yang diharapkan. Oleh karena itu, anak memerlukan bimbingan dan pengawasan dari orang tua. g. Tanggung jawab dalam pendidikan seksual Pendidikan seksual adalah upaya pengajaran, penyadaran dan penerapan tentang masalah-masalah seksual yang diberikan kepada anak, sejak ia mengerti masalah-masalah yang berkenaan dengan seks, naluri dan perkawinan. Anak memiliki berbagai kebutuhan biologis yang perlu dipenuhi secara memadai dan tidak menyimpang dari kaidah kehidupan sehat dan yang etis untuk memenuhi kebutuhan tersebut ada hal-hal yang harus dipenuhi seperti makan, minum, tidur dan lain-lain, kemudian ada hal-hal yang perlu dihindari seperti merokok, minum-minuman keras dan berzina. Bimbingan dan pengarahan yang baik dari orang tua semenjak anak dilahirkan hingga anak itu menjadi dewasa diharapkan segala
32
perkataan, ucapan, tindakan dan perbuatannya akan selalu didasarinya sesuai dengan aturan yang ada.17 5. Upaya Membentuk Rumah Tangga Yang Sakinah Setelah suami isteri memahami hak dan kewajibannya, kedua belah pihak masih harus melakukan berbagai upaya yang dapat mendorong kea rah tercapainya cita-cita mewujudkan keluarga sakinah. Beberapa upaya yang perlu ditempuh guna mewujudkan cita-cita ke arah tercapainya keluarga sakinah dalah sebagai berikut:18 a. Mewujudkan harmonisasi hubungan antara suami isteri Upaya mewujudkan harmonisasi hubungan suami-isteri dapat dicapai antara lain melalui: 1) Adanya saling pengertian Di antara suami isteri hendaknya saling memahami dan mengerti tentang keadaan masing-masing, baik secara fisik maupun mental, masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan. 2) Saling menerima kenyataan Suami isteri hendaknya sadar bahwa jodoh, rezeki dan mati itu dalam kekuasaan Allah, tidak dapat dirumuskan secara matematis. Namun kepada kita manusia diperintahkan untuk melakukan ikhtiar. Hasilnya barulah merupakan suatu kenyataan yang harus diterima, termasuk keadaan suami atau isteri yang masing-masing kita terima secara tulus ikhlas. 17
AD. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, Cet. 6, (Bandung : Al-Ma’arif, 1986),
hlm. 41-43 18
BP4, Buku Panduan Keluarga Muslim, (Semarang: BP4 Jawa Tengah, tt.), hlm. 10.
33
3) Saling menyesuaikan diri Penyesuaian diri dalam keluarga berarti setiap anggota keluarga berusaha untuk dapat saling mengisi kekurangan yagn ada pada diri masing-masing serta mau menerima dan mengakui kelebihan yang ada pada orang lain dalam lingkungan keluarga. 4) Memupuk rasa cinta Untuk dapat mencapai kebahagiaan keluarga, hendaknya antara suami-isteri senantiasa berupaya memupuk rasa cinta dan rasa saling menyayangi, mengasihi, menghormati serta saling menghargai dan penuh keterbukaan. 5) Melaksanakan azas musyawarah Dalam kehidupan berkeluarga, sikap bermusyawarah terutama antara suami dan isteri merupakan sesuatu yang perlu diterapkan. Dalam hal ini dituntut sikap terbuka, lapang dada, jujur mau menerima dan memberi serta sikap tidak mau menang sendiri dari pihak suami maupun isteri. 6) Suka memaafkan Di antara suami-isteri harus ada sikap kesediaan untuk saling memaafkan atas kesalahan masing-masing. Hal ini penting karena tidak jarang soal kecil dan sepele dapat menjadi sebab terganggunya hubungan suami-isteri yang tidak jarang dapat menjurus kepada perselisihan yang berkepanjangan.
34
7) Berperan serta untuk kemajuan bersama Masing-masing suami-isteri harus berusaha saling membantu pada setiap usaha untuk peningkatan dan kemajuan bersama yang pada gilirannya menjadi kebahagiaan keluarga. b. Membina hubungan antara anggota keluarga dan lingkungan Keluarga dalam lingkup yang lebih besar tidak hanya terdiri dari ayah, ibu dan anak, akan tetapi menyangkut hubungan persaudaraan yang lebih besar lagi, baik hubungan antara anggota keluarga maupun hubungan dengan lingkungan masyarakat.19 1) Hubungan antara anggota keluarga Karena hubungan persaudaraan yang lebih luas menjadi ciri dari masyarakat kita, hubungan di antara sesama keluarga harus terjalin dengan baik antara keluarga dari kedua belah pihak. Suami harus baik dengan pribadi keluarga isteri, demikian juga isteri harus baik dengan keluarga pihak suami. 2) Hubungan dengan tetangga dan masyarakat Tetangga
merupakan orang-orang
yang
terdekat
yang
umumnya merekalah orang-orang yang pertama tahu dan dimintai pertolongannya. Oleh karena itu, sangatlah janggal kalau hubungan dengan tetangga tidak mendapatkan perhatian.
19
Ibid, hlm. 11.
35
c. Melaksanakan pembinaan kesejahteraan keluarga Dalam membina kebahagiaan dan kesejahteraan keluarga ada beberapa upaya yang dapat ditempuh, antara lain dengan cara melaksanakan: 1) Keluarga Berencana Keluarga Berencana merupakan salah satu upaya mewujudkan kebahagiaan dan kesejahteraan keluarga. Tujuan utama dari KB adalah untuk lebih meningkatkan kesejahteraan itu dan anak. Dengan mengatur kelahiran, istri banyak mendapat kesempatan untuk memperhatikan dan mendidik anak di samping memiliki waktu yang cukup untuk melakukan tugas-tugas sebagai ibu rumah tangga. 2) Usaha Perbaikan Gizi Keluarga (UPGK) Dalam upaya mewujudkan kebahagiaan dan kesejahteraan keluarga, gizi memegang peranan yang sangat penting. Sehubungan dengan itu, Islam mengajarkan kepada umatnya agar dapat mewariskan keturuanan yang baik dan menjaga kesehatan tubuh dengan memakan makanan yang halal lagi baik. 3) Imunisasi Imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap penyakit dengan cara menyuntikkan/memberikan kuman yang telah dilemahkan ke dalam tubuh, manfaatnya ialah agar badan atau tubuh yang diimunisasi akan semakin kaya dengan zat penolak (anti bodi) yang mampu mencegah penyakit-penyakit tertentu.
36
d. Membina kehidupan berada dalam keluarga Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dan diamalkan dalam kaitannya dengan pembinaan kehidupan beragama dalam keluarga, antara lain: 1) Melaksanakan
sholat
lima
waktu
dan
membiasakan
sholat
berjama’ah dalam keluarga atau mengajak keluarga mengikuti sholat berjama’ah di masjid. 2) Membiasakan berdizkir (mengingat) dan berdo’a kepada Allah dalam keadaan suka dan duka. 3) Membudayakan ucapan atau kalimat thoyyibah. 4) Membiasakan mengucapkan salam dan menjawabnya. 5) Menjawab seruan adzan. 6) Secara tetap menyisihkan sebagian dari harga untuk kepentingan Islam (infaq, shodaqoh, dll). 7) Jika terjadi perselisihan antara suami-isteri atau anggota keluarga, segeralah mengambil air wudhu dan beribadah (sholat atau membaca Al-Qur’an). 8) Menghias rumah dengan hiasan yang bernafaskan islam. 9) Berpakaian yang sopan sesuai dengan ketentuan Islam. 6. Hal-Hal Yang Perlu Dihindari Dalam Rumah Tangga Upaya membina termasuk di antaranya mencegah hal-hal yang tidak diinginkan. Sehubungan dengan itu, dalam membina kebahagiaan dan
37
kesejahteraan kelaurga, ada beberapa hal yang perlu dicegah atau dihindari, antara lain:20 a. Hal-hal yang dapat mengganggu kebahagiaan rumah tangga 1) Membuka rahasia pribadi Segala rahasia pribadi, lebih-lebih yang menyangkut aib dan kekurangan suami maupun isteri termasuk keluarga dari suami maupun isteri, tidak perlu dibukakan atau dikatakan kepada orang lain. 2) Cemburu yang berlebihan Sifat cemburu dalam batas tertentu dapat diterima dan diartikan sebagai tanda adanya cinta seorang suami kepada isteri atau sebaliknya. Akan tetapi bila cemburu itu timbul tanpa alasan, jelas akan mengganggu kebahagiaan. 3) Rasa dendam, irihati dan dengki Dendam yang berkepanjangan, apalagi yang tidak jelas ujung pangkalnya, merupakan sifat yang sangat tercela. Pada saat kita melihat kebaikan dan kelebihan orang, tidak seharusnya menjadi iri hati dan dengki, tetapi jadilah manusia yang selalu mawas diri, mensyukuri segala nikmat ilahi serta berdoa kepada-Nya. 4) Judi dan minuman keras Permainan
judi
merupakan
peruatan
sia-sia
dan
membahayakan kehidupan keluarga. Secara pribadi, seorang penjudi
20
Ibid, hlm. 15.
38
senantiasa lalai akan segala tugas dan tanggung jawabnya, baik kepada Allah SWT maupun kepada keluarga dan masyarakat. 5) Pergaulan bebas tanpa batas Dalam kehidupan bermasyarakat, pergaulan merupakan suatu kebutuhan. Kita tidak dapat hidup sendiri tanpa orang lain. Namun pergaulan bebas tanpa batas, lebih-lebih yang menyangkut hubungan pria dan wanita, akan menjurus kepada gangguan kebahagiaan keluarga. Segala bentuk perbuatan yang mengarah pada zina, harus dijauhi. Jagalah mata dan kepala dan mata hati, lisan dan badan dari perbuatan zina. Jauhilah zina dalam segala bentuknya karena zina merupakan perbautan tercela lagi terkutuk. 6) Kurang menjaga kehormatan diri Perlu diingat bahwa anda sebagai suami atau isteri harus selalu mawas diri, menjaga kehormatan diri. Segala tingkah laku, kata dan perbuatan hendaknya mencerminkan sikap kepribadian seorang muslim. Ingatlah bahwa di pundak anda terpikul amanat nama baik anda, keluarga, masyarakat, bangsa dan agama. b. Hal-hal yang dapat menimbulkan perselisihan 1) Mengulangi cerita lama atau nostalgia pribadi Menceritakan kepada suami atau isteri menyinggung kenangan lama yang berkenaan kekasih terdahulu merupakan tindakan yang tidak bijaksana dan dapat menimbulkan perselisihan. Apapun dan bagaimanapun kisah kasih yang pernah anda alami biarlah dia berlalu,
39
pupus habiskan dari kenangan dan ingatan. Jadikanlah dia sebagai angin yang tertiup dalam perjalanan kehidupan anda. 2) Mengungkit-ungkit kekurangan keluarga Sadarilah bahwa suami atau isteri anda merupakan belahan diri anda sendiri. Oleh karena itu, mengungkit-ungkit kekurangan keluarga suami atau isteri bukanlah perbuatan yang terpuji. Malah sebaliknya akan menimbulkan perselisihan. 3) Suka mencela kekurangan suami atau isteri Suka mencela kekurangan suami atau isteri, baik secara terang-terangan maupun secara diam-diam, harus dapat dihindarkan. Masing-masing pihak tidak seharusnya saling mencela bila terdapat kekurangan
pada
pihak
lainnya.
Cobalah
berusaha
saling
memperbaiki dan saling mengisi. Sedikit banyak, pasti ada kekurangannya. 4) Memuji wanita atau pria lain Memuji-muji wanita atau pria lain dihadapan suami atau isteri sendiri adalah perbuatan yang tidak bijaksana dan dapat mengundang perselisihan. Berilah pujian itu untuk pasangan anda sendiri. 5) Kurang peka terhadap hal-hal yang tidak disenangi Suami atau isteri harus peka dan cepat tanggap atas segala sesuatu yang dapat menimbulkan rasa tidak senang pada diri masingmasing. Tinggalkan semua kata dan perbuatan yang tidak disenangi
40
pasangan anda. Jagalah kebersihan diri, kerapian dalam berpakaian dan keserasian tempat agar suasana senantiasa menyenangkan. 6) Dianjurkan suami-isteri hidup dalam satu atap atau dalam satu rumah, sehingga dengan demikian keutuhan rumah tangga akan selalu terjaga. Apabila suami atau isteri hidup terpisah (tidak satu rumah), berbulanbulan atau bahkan bertahun-tahun jelas ini akan memicu terjadinya keretakan rumah tangga. 21
21
Ibid, hlm. 17.