BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG BIMBINGAN DAN KONSELING KELUARGA ISLAM, KELUARGA DAN KESEHATAN MENTAL
2.1. Bimbingan dan Konseling Keluarga Islam 2.1.1. Pengertian Bimbingan dan Konseling Keluarga Islam Dilihat dari segi bahasa bimbingan dan konseling berasal dari bahasa Inggris yaitu guidance dan counseling. Dalam kamus bahasa Inggris guidance mempunyai asal kata guide yang berarti memberi, menunjuk jalan, memimpin, menuntun, memberikan petunjuk, mengatur dan mengarahkan.1 Sementara counseling di kaitkan dengan kata counsel yang berarti nasihat, anjuran dan pembicaraan.2 Menurut istilah bimbingan adalah bantuan yang diberikan oleh seorang pembimbing (konselor) kepada individu atau kelompok individu dari semua jenis dan umur baik yang telah memiliki problem maupun yang belum untuk mencegah atau mengatasi kesulitan hidupnya agar individu atau sekelompok individu itu memahami dan mengerti dirinya dan mampu membuat keputusan sendiri dalam menghadapi masalahnya sesuai dengan kemampuannya, sehingga 1
W.S Wingkel, Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan, Grafindo, Jakarta, 1997, hlm. 65 2 Ibid, hlm. 70
15
tercapai kebahagiaan hidup sebagai makhluk individu maupun sebagai makhluk sosialnya. Sedangkan pengertian konseling adalah bantuan yang diberikan oleh seseorang pembimbing (konselor) kepada seseorang konseli atau sekelompok konseli (klien,terbimbing, seseorang yang memiliki problem) untuk mengatasi problemnya dengan jalan wawancara dengan maksud agar klien atau sekelompok klien tersebut mengerti jelas tentang problemnya sendiri dan dapat memecahkan problemnya sendiri sesuai dengan kemampuannya mempelajari saran-saran yang diterima dari konselor.3 Setelah kedua istilah tersebut diketahui maknanya, selanjutnya akan dibahas pengertian tentang bimbingan dan konseling keluarga. Seperti diketahui bahwa objek atau ruang lingkup bimbingan dan konseling ada 5 (lima) antara lain : keluarga, pendidikan, sosial, pekerjaan dan agama.4 Dengan begitu bimbingan dan konseling keluarga yang dimaksud ini berarti sudah jelas obyeknya, yaitu keluarga. Kegiatan bimbingan dan kegiatan konseling di tunjukkan kepada keluarga, yang maksudnya adalah
mencegah problem-
problem yang akan timbul dalam keluarga dan membantu memecahkan problem yang telah timbul dalam keluarga, sehingga setiap keluarga akan dapat mencapai kebahagiaan hidup. Keluarga 3
Sayekti Pujosuwarno, Bimbingan dan Konseling Keluarga, Menara Mas Offset, Yogyakarta, 1994, hlm. 82-83 4 Thohari Musnamar, Dasar-dasar Konseptual Bimbingan dan Konseling Islami, UII Press, Yogyakarta, 1992, hlm. 41-42
16
yang dimaksud disini adalah keluarga Islami, dimana keluarga yang seluruh anggota keluarganya memiliki kecenderungan dan senantiasa mendalami, menghayati, dan mengamalkan ajaran Islam.5 Sementara itu bimbingan Islam adalah proses pemberian bantuan terhadap individu agar mampu hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah, sehingga dapat mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat.6 Dengan demikian bimbingan Islam merupakan proses bimbingan sebagaimana kegiatan bimbingan lainnya, tetapi di dalam seluruh
seginya
berlandaskan
ajaaran Islam.
Artinya
berlandaskan Al-Qur'an dan As-Sunnah Rasul. Konseling Islam adalah proses pemberian bantuan terhadap individu agar meyadari akan eksistensinya sebagai makhluk Allah sehingga mendapat kebahagian di dunia dan di akhirat. Bimbingan keluarga Islam adalah proses pemberian bantuan terhadap individu agar dalam menjalankan pernikahan dan kehidupan berumah tangganya bisa selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah sehingga dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat. Sedangkan konseling keluarga Islam adalah proses pemberian bantuan terhadap individu agar menyadari kembali eksistensinya sebagai makhluk Allah yang seharusnya dalam menjalankan pernikahan dan hidup berumah tangga selaras dengan ketentuan dan
5 6
Ibid., hlm. 64 Ibid., hlm. 5
17
petunjuknya, sehingga dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.7 Setelah diketahui pengertiannya tampak bahwa bimbingan dan konseling mempunyai perbedaan. Adapun perbedaan itu terletak pada titik tekanannya; bimbingan tekanan utamanya pada fungsi preventif yaitu mencegah terjadinya atau munculnya problem pada diri seseorang. Sedangkan konseling tekanannya pada fungsi kuratif, artinya pada wilayah pemecahan masalah dan pengobatan masalah. 2.1.2. Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling Keluarga Islam Berbicara tentang bimbingan dan konseling Islam, tentunya tidak lepas dari ajaran Islam yaitu Al-Qur’an lain dan al-Hadits. Seperti sabda Nabi Muhammad SAW :
. "*+ , - )
! "#$ %& ' (
Artinya :“Aku tinggalkan sesuatu bagi kalian semua yang jika kalian selalu berpegang teguh kepadanya, niscaya tidak akan pernah salah langkah tersesat jalan sesuatu itu yakni kitabullah dan sunnah Rasul-Nya”. (H.R. Muslim).8 Berdasarkan hadits diatas maka bimbingan dan konseling keluarga Islami berdasar Al-Qur’an dan sunnah Rasul, sebab keduanya merupakan sumber dari segala sumber pedoman kehidupan umat Islam. Al-Qur’an dan Sunnah rasul merupakan landasan utama yang merupakan landasan “naqliyah” maka landasan lain yang
7
Ibid., hlm. 70 Imam Jalaludin Abdul Rahman, Jami’ Al - Shaghir, Syarikah Ma’arif, Bandung, hlm. 130 8
18
dipergunakan oleh bimbingan dan konseling Islami yang sifatnya “aqliyah” adalah filsafat dan ilmu, dalam hal ini filsafat Islami dan Ilmu atau landasan ilmiah yang sejalan dengan ajaran Islam. Landasan filosofis Islami yang penting artinya bagi bimbingan dan konseling Islami antara lain adalah sebagai berikut: 1. Falsafah tentang dunia manusia (citra manusia); 2. Falsafah tentang dunia dan kehidupan; 3. Falsafah tentang pernikahan dan keluarga; 4. Falsafah tentang pendidikan; 5. Falsafah tentang masyarakat dan hidup kemasyarakatan; 6. Falsafah tentang upaya mencari nafkah; Dalam gerak dan langkahnya, bimbingan dan konseling Islami berlandaskan pula pada berbagai teori yang telah tersusun menjadi ilmu. Sudah barang tentu teori dan ilmu itu, khususnya ilmu-ilmu atau teori-teori yang dikembangkan bukan oleh kalangan Islam, yang sejalan dengan ajaran Islam sendiri. Ilmu-ilmu yang membantu dan dijadikan landasan gerak operasional bimbingan dan konseling Islami itu antara lain: 1. Ilmu jiwa (Psikologi) ; 2. Ilmu Hukum Islam (Syari’ah) ; 3. Ilmu-ilmu kemasyarakatan (Sosiologi, Antropologi Sosial dan sebagainya).9
9
Op.Cit., hlm. 6
19
2.1.3. Asas-Asas Bimbingan dan Konseling Keluarga Islam Telah disebutkan di muka bahwa bimbingan dan konseling keluarga Islami itu berdasar Al-qur’an dan al-Hadits atau sunnah Nabi, ditambah dengan berbagai landasan filosofis dan landasan keilmuan. Maka asas-asas bimbingan dan konseling pernikahan dan keluarga Islam dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Asas kebahagiaan dunia dan akhirat. Bimbingan dan konseling keluarga Islam ditujukan pada upaya membantu individu mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di akhirat.
-
/0 1 2*3 4(5 6 7 2*3 8
7
- 9 :; + "<+ .
> 4(:=)
Artinya :“Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa api neraka”. (Q.S Al-Baqarah, 2: 201).10 2. Asas sakinah mawaddah dan rahmah. Pembinaan keluarga Islam dimaksudkan untuk mencapai keadaan keluarga
atau
rumah
tangga
yang
“sakinnah
mawaddah
warahmah” keluarga yang tentram, penuh kasih dan sayang.
"$
E? <
$* ? @ "$*A8 + "$ B 5 C D ; + . >H ( ) 2F - 4G +
10
hlm. 49
Departemen Agama RI, Al Qur' an dan Terjemahnya, CV. Wijaksana, Semarang 1994,
20
Artinya :“Dan diantara tanda-tanda kekuasaannya adalah Dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya, dan dijadikannya di antaramu rasa kasih dan sayang”. (Q.S Ar-Ruum, 30:21).11 3. Asas komunikasi dan musyawarah. Ketentraman keluarga yang didasari rasa kasih dan sayang akan tercapai manakala dalam keluarga itu senatiasa ada komunikasi dan musyawarah. Dengan memperbanyak komunikasi segala isi hati dan pikiran akan bisa dipahami oleh semua pihak, sehingga tidak ada hal yang mengganjal dan tersembunyi.
L 0%M 3 + A86 N : I K I%& NO
C
"J &
+ 2F - =%
0 E % & +P0Q%(+6 7 " - ! "J(AR .
>C( 0 9 ) S
"<0 T
Artinya :“Maka disebabkan rakhmat Allahlah kamu berlaku lemah lembut terhadap mereka sekirannya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dengan urusan itu kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya”. (Q.S Al-Imran, 3: 159).12 4. Asas sabar dan tawakal. Bimbingan dan konseling keluarga Islam membantu individu pertama-tama untuk bersikap sabar dan tawakal dalam menghadapi masalah kehidupan keluarga, sebab dengan bersabar dan 11 12
Ibid., hlm. 644 Ibid., hlm. 103
21
bertawakal akan diperoleh kejernihan pikiran, tidak tergesa-gesa mengambil keputusan, dan dengan demikian akan mengambil keputusan akhir yang lebih baik.
D%
E V ! ($ C * %
( C% U (T
(! 0
. > * ) WX W5 Artinya : “Dan bergaullah dengan mereka (istri-istrimu) secara patut. Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak”.(Q.S An-Nisa 4:19)13 5. Asas manfaat. Kehidupan berkeluarga tidaklah senantiasa mulus seperti yang diharapkan kerapkali dijumpai batu sandungan yang menjadikan perjalanan kehidupannya berantakan. Islam banyak memberi alternatif pemecahan masalah terhadap berbagai problem keluarga, diharapkan pintu pemecahan masalah maupun yang diambil senantiasa mencari manfaat maslahat yang sebesar-besarnya baik individu maupun keluarga.
<
+ & %5 4(+ C
> a* )W5 ` Y
^_
Artinya : “Dan jika seorang wanita khawatir akan nusyuz, atas sikap tidak acuh dari suaminya, maka tidak mengapa bagi keduanya mengadakan perdamaian yang sebesarbesarnya, dan perdamaian itu lebih baik (bagi mereka)”. (Q.S An-Nisa, 4 :128)14 13 14
Ibid., hlm. 119 Ibid., hlm. 143
22
2.2. Keluarga dan Kesehatan Mental 2.2.1. Pengertian dan Fungsi Keluarga Keluarga adalah kelompok orang yang ada hubungan darah atau perkawinan. Orang-orang yang termasuk keluarga adalah IbuBapak dan Anak-anaknya. Sekelompok manusia ini (ibu-bapak dan anak-anak mereka) disebut keluarga nuklir.15 Keluarga luas mencakup semua orang yang berketurunan daripada kakek-nenek yang sama, termasuk keturunan masing-masing istri dan suami.16 Hal-hal pokok yang menjadi bagian dari kehidupan keluarga adalah sebagai berikut : 1. Pola hubungan dalam keluarga. Meliputi, hubungan afeksional dan hubungan antara subyek keluarga atau anggota keluarga. 2. Pola-pola keluarga. Meliputi, besar kecilnya keluarga, organisasi keluarga aktifitas keluarga dan nilai-nilai keluarga. 3. Faktor-faktor eksternal. Meliputi, kedudukan sosial ekonomi, tetangga, kesehatan mental, sosial dan fisik.17 David W. Augsburger menyebutkan bahwa: “Families are survival units for most people in the nonindustrial world. The family is created-with a variety of relationship to get 15
Ensiklopedi Umum, Kanisius, Yogyakarta, 1975, hlm. 645. Ibid., hlm. 645. 17 Soerjono Soekamto, Sosiologi Keluarga, Rineke Cipta, Jakarta, 1992, hlm. 142.
16
23
people through the year. Cooperative economics can be a far more binding tin the love.18 Dari pengertian diatas dapat dipahami bahwa keluarga terbentuk dengan hubungan yang fariatif dan kerja sama dalam ekonomi dan dapat juga menjadi pengikat hubungan cinta. Keluarga adalah satu ikatan persekutuan hidup atas dasar perkawinan antara orang dewasa yang berlainan jenis yang hidup bersama atau seorang laki-laki atau seorang perempuan yang sudah sendirian dengan atau tanpa anak dalam sebuah rumah tangga. Dari berbagai pengertian tentang keluarga dapat disimpulkan bahwa unsur-unsur yang terkandung dalam keluarga adalah sebagai berikut: 1. Keluarga merupakan perserikatan hidup antara manusia yang paling besar dan kecil. 2. Perserikatan itu paling sedikit terdiri dari dua orang dewasa yang berlainan jenis kelamin. 3. Perserikatan itu berdasarkan atas ikatan darah, perkawinan dan atau adopsi. 4. Adakalanya keluarga hanya terdiri dari seorang laki-laki atau seorang perempuan saja dengan atau tanpa anak-anak. Dengan uraian tersebut di atas kiranya kita telah mendapatkan kejelasan tentang pengertian keluarga. Selanjutnya akan di jelaskan tentang fungsi keluarga. 18
David W. Augsburger, Pastoral Counseling Across Cultures, The Westminster Press, Philadelphia, 1998, hlm. 176
24
Seperti telah dibicarakan dimuka bahwa keluarga merupakan lembaga sosial yang paling kecil terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak. Dengan melihat unsur-unsur yang terkandung di dalam pengertian keluarga, maka keluarga akan memiliki beberapa fungsi. Fungsi keluarga menurut Sayekti Pujosuwarno ada tujuh yaitu: 1. Fungsi Pengaturan Seksual 2. Fungsi Reproduksi 3. Fungsi Perlindungan dan Pemeliharaan 4. Fungsi Pendidikan 5. Fungsi Sosialisasi 6. Fungsi Afeksi dan rekreasi 7. Fungsi Ekonomi 8. Fungsi Status Sosial19 1. Fungsi Pengaturan Seksual. Kebutuhan seks merupakan salah satu kebutuhan biologis setiap manusia. Dorongan seksual ini apabila tidak tersalurkan sebagaimana mestinya atau tersalurkan tetapi tidak dapat dibenarkan oleh norma agama dan masyarakat, maka akan berakibat negatif. Dalam hal pengaturan seksual keluarga memiliki peranan yang sangat penting, keluarga merupakan lembaga pokok yang mengorganisasi dan mengatur pemuasan keinginan-keinginan seksual, nafsu seksual tersalurkan sebagaimana mestinya dan
19
Sayekti Pujosuwarno, Op.Cit., hlm. 13
25
secara sehat (jasmani maupun rohani, alamiah maupun agamis) seperti dianjurkan nabi sebagai berikut:
Y3b (Y=' c d KbD8e%f P '%4gh=' "#$ + i j
+ =] (] + ;
."*+ m-n= , -) kh? D D8e%H Y D %lj *;" + f(A' Artinya : “Hai sekalian pemuda, barang siapa diantara kamu telah sanggup kawin, maka hendaklah kawin karena sesungguhnya kawin itu menghalangi pandangan (terhadap yang dilarang oleh agama) dan memelihara kehormatan (faraj). Dan barang siapa tidak sanggup melakukan pernikahan, hendaklah ia berpuasa, karena puasa itu merupakan perisai baginya” (H.R. Bukhari dan Muslim).20 2. Fungsi Reproduksi. Untuk melangsungkan kehidupan suatu masyarakat atau bangsa demi kesinambungan suatu generasi manusia, maka setiap masyarakat mempercayakan kepada keluarga dalam hal penghasil keturunan. Dalam hal ini keluarga berfungsi untuk menghasilkan anggota baru, sebagai penerus kehidupan manusia yang turun temurun, pembentukan generasi mendatang (penerus kelangsungan jenis manusia) akan terjamin pula secara sehat, baik kuantitas maupun kualitas.
.
> 4(:=) "a! o "$p(3 q%"$ r (3 " s*8
Artinya : “Isteri-isterimu adalah (seperti) tanah tempat kamu becocok tanam, maka datanglah tempat bercocok tanammu itu bagaimana saja kamu kehendaki”.(Q.S Al-Baqarah, 2 : 223)21 20
Ainur Rahim Fakih, Bimbingan dan Konseling dalam Islam, UII Press, Yogyakarta, 2001, Cet. 2, hlm. 71 21 Departemen Agama RI, Op.Cit, hlm. 54
26
3. Fungsi perlindungan dan pemeliharaan. Keluarga
juga
berfungsi
sebagai
perlindungan
dan
pemeliharaan terhadap semua anggota keluarga, terutama kepada anak yang masih bayi. Jadi, perlindungan keluarga terhadap anggota-anggota keluarga meliputi perlindungan dan pemeliharaan terhadap kebutuhan jasmani dan rohani. 4. Fungsi Pendidikan. Pendidikan dapat dilaksanakan dalam lingkungan tertentu. Lingkungan pendidikan dapat dibedakan menjadi tiga yaitu : 1. Pendidikan di dalam keluarga 2. Pendidikan di dalam sekolah 3. Pendidikan di dalam masyarakat. Pendidikan di dalam keluarga merupakan pendidikan kodrati. Peristiwa peniruan atau identifikasi oleh anak-anak terhadap orang tuanya itu bukannya karena sifat-sifat baik atau buruk itu menurun atau diwariskan kepada anak-anak, sebagai ciriciri karakteristik herediter, akan tetapi terutama sekali karena kebiasaan dan pekerjaan orang tua mirip home industry. Pendidikan merupakan pemberian bimbingan dan bantuan rohani oleh orang yang sudah dewasa kepada anak yang masih memerlukan bantuan dalam usahanya menunaikan tugas hidupnya
27
secara self standing. Pendidikan diartikan sebagai suatu latihan mental, fisik dan moral.22 Pendidikan berusaha memberikan bantuan supaya anak didik mendapatkan perkembangan yang wajar, mendapatkan ketentraman batin, dapat menyelesaikan problem-problem, dan sebagainya. Tentu saja selalu diharapkan bahwa hal-hal yang demikian itu terjadi pada setiap anak didik. Akan tetapi apa yang terjadi dalam kenyataan tidaklah demikian, banyak sekali individu baik belum dewasa maupun sudah dewasa, yang pada suatu saat tidak mampu menyelesaikan sendiri problem-problemnya. Mereka ini memerlukan bantuan orang lain. 5. Fungsi Sosialisasi. Manusia sebagai makhluk sosial tidak mungkin melepaskan diri dari hubungannya dengan manusia lain. Orang membutuhkan orang lain, orang selalu berada dalam hubungan timbal balik dengan orang lain. Maka orang harus selalu bertemu, bercakapcakap dengan orang lain. Di dalam keluarga terjadi percakapan antara suami dengan istri dan sebaliknya, antara orang-tua dengan anak dan sebaliknya, juga antara anak yang satu dengan anak yang lainnya. Orang-tua bisa dalam hal-hal tertentu bertindak sebagai konselor bagi anak-anaknya, meskipun kadang-kadang hanya
22
Djasadi, Ilmu Pendidikan Islam, Jilid I, Badan Penelitian Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang, 1985, hlm.1-2
28
terjadi percakapan konsultatif saja. Disinilah keluarga akan berlangsung proses sosialisasi.23 Satu hal yang perlu disadari pula, keluarga itu tidak mengisolasikan diri dengan masyarakat sekitar. Keluarga adalah bagian kecil suatu komunitas soial. Keluarga berkomunikasi dengan tentangga, masyarakat beserta kebudayaannya.24 6. Fungsi afeksi dan rekreasi. Manusia sebagai masyarakat membutuhkan kebutuhan yang fundamental akan kasih dan sayang. Dengan adanya hubungan kasih dan
hubungan afeksi ini merupakan faktor penting bagi
perkembangan pribadi anak. 7. Fungsi ekonomi. Dalam semua masyarakat keluarga merupakan urutan yang paling dasar. Anggota bekerja bersama-sama sebagai suatu team.25 Dalam kehidupan sekarang suatu keluarga kebanyakan yang berfungsi sebagai penghasil ekonomi adalah orang tua, sedangkan anggota keluarga yang lain berfugsi sebagai konsumen ekonomi saja. 8. Fungsi status sosial. Keluarga berfungsi sebagai suatu dasar yang menunjukan kedudukan atau status bagi anggota-anggotanya. Status seseorang
hlm.7
23
Singgih D. Gunarsa, Konseling dan Psikoterapi, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1992,
24
Save M. Dagun, Psikologi Keluarga, Rineke Cipta, Jakarta, 1990, hlm.19 Sayekti Pujosuwarno, Loc.Cit., hlm. 24
25
29
individu dapat berubah melalui perkawinan dan usaha-usaha seseorang. 2.2.2. Pengertian, Tujuan dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kesehatan Mental. Kesehatan mental merupakan istilah psikologi yang terdiri dari dua kata yaitu “kesehatan dan mental”. Secara etimotologi pengertiannya adalah sebagai berikut: kata “kesehatan” berarti keadaan (hal) sehat; kebaikan keadaan (badan dsb).26
Sedangkan kata “mental” berasal dari (kata latin mens,
mentis) artinya nyawa, jiwa, sukma, roh.27 Para psikolog pada umumnya menekankan aspek negatif, yaitu
tiadanya
gejala-gejala
psikologis
seperti,
ketegangan,
kecemasan, ketertekanan, kelabilan emosi, kebiasaan anti sosial dan kecanduan obat. Seseorang
yang tidak menunjukan gejala ini
dianggap sehat secara mental.28 Definisi operasional kesehatan mental ini cukup memadai, sebab definisi ini dipautkan dengan kenormalan. Dalam buku yang berjudul Pastoral Counseling Across Cultures karya David W. Augsburger disebutkan bahwa : “Mental Health according to the World Health Organization,“is the capacity of an individual to form harmonious relationship
26
hlm. 887
27
W.J.S. Poerwadarminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1985,
Kartini Kartono dan Jenny Andari, Hygiene Mental dan Kesehatan Mental dalam Islam, Mandar Maju, Bandung, 1989, hlm.3 28 Zafar Afaq Anshari, Al Qur' an Bicara Tentang Jiwa, Mizan Media Utama, Bandung, 2003, hlm. 68
30
with others and to participate in or contribute contructively to changes in the social environment”.29 Mental health (kesehatan mental) adalah keadaan penyesuaian diri yang baik disertai satu keadaan subyektif dari kesehatan dan kesejahteraan, penuh semangat hidup, disertai perasaan bahwa seseorang mampu menggunakan bakat dan kemampuannya.30 Kesehatan mental juga merupakan, kegiatan atau usaha menjaga kesehatan mental melalui pendidikan di masa kanak-kanak dan pendidikan yang ada kaitannya dengan cara-cara atau disesuaikan dengan kondisi atau situasi tertentu.31 Dengan demikian hygiene mental mempunyai tema sentral bagaimana seseorang memecahkan segenap keruwetan batin manusia yang ditimbulkan oleh macam-macam kesulitan hidup, serta berusaha mendapatkan kebersihan jiwa dalam pengertian, tidak terganggu oleh macam-macam ketegangan, ketakutan dan konflik terbuka. Kesehatan Mental tidak hanya memanifestasikan diri dalam penampakan tanda-tanda tanpa adanya gangguan batin saja akan tetapi posisi pribadinya jadi harmonis dan baik, selaras dengan dunia luar,
dalam
dirinya
sendiri,
dan
harmonis
pula
dengan
lingkungannya. Maka Mental Hygiene bertujuan: 1. Memiliki dan membina jiwa yang sehat
29
David W. Augsburger, Op.Cit., hlm.319 J.P. Caplin, Penerjemah Kartini Kartono, Kamus Lengkap Psikologi, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2002, hlm. 298 31 Soedarsono, Kamus Filsafat dan Psikologi, Rineke Cipta, Jakarta, 1993, hlm. 153 30
31
2. Berusaha mencegah timbulnya kepatahan jiwa (mental break down), mencegah berkembangnya macam-macam penyakit mental dan sebab-sebab timbulnya penyakit tersebut. Jadi, kecuali melakukan kegiatan-kegiatan preventif guna mencegah timbulnya penyakit mental, juga berusaha menyehatkan kembali
orang-orang
yang
tengah
terganggu
mental
dan
emosionalnya. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan mental adalah sebagai berikut: 1. Faktor agama Pengendali
utama
kehidupan
manusia
adalah
kepribadiannya yang mencakup segala unsur-unsur pengalaman, pendidikan dan keyakinan yang didapatinya sejak kecil. Menurut Dr. Zakiah Daradjat, apabila dalam pertumbuhan seseorang terbentuk suatu kepribadian yang harmonis, disegala unsur-unsur pokoknya terdiri dari pengalaman-pengalaman yang menentramkan batin, maka dalam menghadapi dorongan-dorongan, baik yang bersifat fisik, maupun yang bersifat rohani dan sosial, ia akan selalu wajar, tenang, tidak menyusahkan atau melanggar hukum dan peraturan masyarakat dimana ia hidup. Akan tetapi orang yang dalam pertumbuhannya mengalami banyak kekurangan batin maka, kepribadiannya akan mengalami kegoncangan. Dalam menghadapi kebutuhannya, baik yang bersifat jasmani, maupun rohani ia akan
32
dikendalikan oleh kepribadian yang kurang baik, dan banyak sikap dan tingkah lakunya yang akan merusak atau menggangu orang lain.32 2. Faktor lingkungan keluarga, sosial dan ekonomi Sesungguhnya pengaruh lingkungan sangat besar dalam pembentukan mental seseorang. Pengaruh lingkungan keluarga tidak terbatas pada remaja dan dewasa, tetapi dimulai dari bayi. Dapat dikatakan bahwa pengaruh yang diterima di waktu kecil itu membentuk
kepribadiannya.
Dalam
hal
ini,
yang
paling
mempengaruhi mental seseorang adalah lingkungan keluarga. Walaupun tidak meniadakan faktor dari luar misalnya ekonomi. Orang yang menghadapi kemerosotan ekonomi menjadi bingung gelisah dan sedih. Ketidakmampuan menghadapi kemerosotan ekonomi tersebut secara tidak wajar ia tidak dapat memikirkan apa yang akan dilakukanya untuk menghalangi perubahan yang drastis dan mendadak. Akibatnya membawa keabnormalan pada sikap dan tindakan dalam hidupnya, sehingga membawa dampak pada masyarakat. 3. Faktor pendidikan dan pembinaan Pendidikan begitu penting karena, dengan pendidikan itulah yang banyak menentukan hari depan seseorang. Apakah ia akan menjadi orang bahagia atau menderita. Pendidikan pula yang akan 32
Zakiah Daradjat, Peranan Agama dalam Kesehatan Mental, Gunung Agung, 2001, Jakarta, hlm. 50
33
menentukan apakah si anak nantinya akan menjadi orang yang cinta kepada tanah air atau menjadi penghianat bangsa. Karena itu hubungan antara pendidikan dan kesehatan mental sangat erat. Yang di maksud pendidikan dalam hal ini ialah yang diterima si anak di rumah tangga, sekolah dan masyarakat. Akan kita lihat betapa besar pengaruh pendidikan itu atas kelakuan anakanak, ada yang menjadi nakal, keras kepala dan sebagainya. Dalam hal ini akan terlihat pula betapa pentingnya pendidikan agama dalam pembinaan kepribadian anak. Tidak dapat disangkal bahwa setiap orang tua ingin supaya anaknya sehat, lekas besar, lekas pandai, sopan dan menjadi orang baik nantinya. Akan tetapi, banyak anak-anak yang merasa seolaholah tidak mendapat perhatian dari orang tuanya. Perasaan semacam itu banyak mempengaruhi kelakuan perasaan dan kesehatan mereka, yang oleh orang tuanya sendiri di pandang sebagai kesukaran yang harus mereka atasi. Pengalamanpengalaman yang dilalui sewaktu kecil, baik pengalaman pahit maupun menyenangkan, semuanya mempunyai pengaruh dalam kehidupan nantinya. 2.3. Peran Kesehatan Mental dalam Keluarga, Perspektif Bimbingan dan Konseling Keluarga Islam Dari sudut yang sangat luas keluarga merupakan produk struktur sosial. Manusia tidaklah dapat hidup sendiri atau dengan keluarganya saja
34
melainkan pada hakekatnya merupakan satu ikatan yang mencakup seluruh manusia dalam naluri kebersamaan. Walaupun mungkin manusia itu dengan desakan-desakan egoisnya serta kecenderungan hati menjadikan manusia hanya mementingkan diri sendiri. Struktur kemasyarakatan tak bisa kita abaikan walaupun kita menjunjung tinggi keluarga tanpa memperhatikan fungsi hubungan kita dengan masyarakat luar keluarga. Dalam lingkungan masyarakat kepribadian akan tumbuh dan berkembang sesuai dengan kondisi lingkungan masyarakat. Dengan demikian perlu menciptakan lingkungan yang harmonis pada lingkungan masyarakat. Untuk menciptakan lingkungan yang harmonis pada masyarakat, tentunya kita harus terlebih dahulu mewujudkan lingkungan yang harmonis pada lingkungan keluarga. Kita tahu bahwa kualitas rumah tangga atau kehidupan keluarga, sangat berperan penting dalam membentuk kepribadian anak menuju pada keseimbangan batin dan kesehatan mental. Agar keluarga yang dibentuk itu menjadi keluarga yang dalam istilah Al Qur'an disebut sebagai keluarga yang diliputi rasa cinta mencintai (mawaddah) dan kasih sayang (rahmah) maka, keluarga harus diciptakan untuk memenuhi fondasi seperti yang disebutkan hadist Nabi. Kelima fondasi yang harus dibina atau diciptakan dalam lingkungan keluarga itu adalah : 1. Memiliki sikap ingin menguasai dan mengamalkan ilmu-ilmu agama 2. Yang lebih muda menghormati yang lebih tua
35
3. Berusaha memeperoleh rezeki yang memadai 4. Hemat dalam membelanjakan harta 5. Mampu melihat segala kekurangan dan kesalahan diri dan segera bertaubat.33 Tidak bisa dipungkiri bahwa keluarga yang harmonis tidak selamanya stabil. Maksudnya dalam sebuah keluarga tentu saja tidak selamanya berjalan lurus-lurus saja tapi juga akan ada badai. Setiap subjek keluarga harus mengerti tugas dan peranannya yang sesuai dengan kedudukanya baik itu kedudukan sebagai suami, isteri maupun anak. Hubungan dalam keluarga yang harmonis, serasi merupakan unsur mutlak terciptanya kebahagiaan hidup dan ketenangan jiwa. Di dalam AlQur'an sebagai dasar dan sumber ajaran Islam banyak ditemui ayat-ayat yang berhubungan dengan kesenangan dan kebahagiaan jiwa. Banyak hal yang prisipil dalam kesehatan mental. Salah satu ayat tentang ketenangan jiwa sebagai berikut:
u
* G?
"vw l+ 8w GGP S +tT . > ` A)
1 7 2 $* 9P8 m/ $3
0
C
x -6
Artinya : “Dia-lah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orangorang mu’min supaya keimanan mereka bertambah di samping keimanan mereka (yang telah ada). Dan kepunyaan Allah-lah tentara langit dan bumi dan adalah Allah maha mengetahui lagi maha bijaksana”.(Q.S. Al Fath: 48:4)34
33
Thohari Musnamar, Loc. Cit., hlm. xiii Departemen Agama RI, Loc. Cit., hlm. 837
34
36
Namun,
orang-orang
yang
meskipun
muslim
dalam
hidup
keterpaksaan mereka tidaklah menjalankan fungsi mental yang lebih tinggi untuk mengakui penciptaan dan menyalahgunakan kebebasan, pilihannya dengan mengingkarinnya, berada dalam konflik mental. Konsekuensi yang tak terelakkan dari konflik ini adalah kegagalan mencapai ideal-ideal puncak kehidupan mereka. Personalitas mereka menjadi terpecah belah dan kesehatan mereka menjadi hancur. Islam tidak menganggap kesehatan mental semata-mata sebagai tiadanya gejala-gejala penyakit, tetapi juga menekankan aspek-aspek positif yang dengan kesehatan mental dapat dijaga dan di perbaiki. Dahulu orang beranggapan, terutama orang barat yang sekularistikmaterialistik, bahwa, menghadapi kesukaran hidup cukup dengan badan sehat, mental sehat, dan misi yang aktif dan dinamis. Tetapi kenyataanya berkata lain, setelah mereka sampai pada kondisi puncaknya, ternyata mereka merasa kehilangan sesuatu yang menjadikan kehidupan mereka hambar. Mereka sadar bahwa budaya glamour yang gemerlap itu hanya kenikmatan sesaat, yaitu kenikmatan yang membawa problem semakin canggih. Disana angka kejahatan, angka neorosis dan angka kecanduan narkotik terus meningkat. Anak-anak dan remaja belajar mengadaptasikan diri dalam lingkungan familiar dan tetangga dekat dengan ide-ide dan tekhnik tertentu yang dianggap efisien untuk menghadapi kesulitan batin sendiri. Jika lingkungan keluarga ini sangat buruk (immoril, jahat, kriminil)
37
dan tidak higienis secara mental, dengan sendirinya berlangsung asosiasi differensial yang buruk, dan immoril pula dengan masyarakat orang dewasa, lalu mereka ikut-ikutan menjadi buruk perangai dan tidak sehat mentalnya.35 Ringkasnya, situasi keluarga yang berantakan, penuh konflik, immoril dan asusila, di tambah dengan pengabaian orang tua terhadap anakanaknya membuat anak-anak ini menjadi sengsara lahir batin. Sebenarnya keluarga ini telah kehilangan satu faktor yang penting dalam budaya hidupnya, yaitu faktor “Sakinnah”. Disinilah letak penting bimbingan dan konseling Islam. Dalam hal ini yang lebih difokuskan kepada bimbingan dan konseling keluarga Islam yaitu, layanan yang tidak hanya mengupayakan mental yang sehat dan hidup yang sejahtera, melainkan juga yang dapat menuntun kearah hidup yang sakinnah batin merasa tenang dan tentram karena selalu dekat dengan Tuhan. Bimbingan dan konseling keluarga Islam berperan dalam rangka membantu individu menjaga atau mencegah timbulnya masalah di dalam keluarga, hal ini dikenal dengan fungsi preventif. Fungsi ini mengarahkan agar keluarga terhindar dari masalah, dan diharapkan agar mereka mampu memelihara kestabilan keluarga dan waspada terhadap segala kemungkinan yang akan timbul dan menjadikan ketidakharmonisan dalam keluarga. Selain fungsi preventif perlu juga usaha yang bersifat kuratif. Maksudnya adalah membantu individu dalam memecahkan masalah yang dihadapi.
35
Kartini Kartono dan Jenny Andari, Op.Cit., hlm. 172
38
Mengingat semua persyaratan yang harus dipunyai oleh suami isteri tersebut diatas, tentunya tidak dimiliki oleh semua anggota keluarga. Artinya, ada dalam sebuah anggota keluarga yang tidak mempunyai sama sekali hal-hal yang dipersyaratkan diatas atau mempunyai tetapi tidak semuanya atau sebagian. Hal ini yang mengakibatkan keretakan rumah tangga. Disini peran penting bimbingan dan konseling keluarga Islam untuk menjawabnya dan memecahkan permasalahnya. Dimana bimbingan dan konseling itu difokuskan kepada pemberian bantuan kepada individu dalam menjalankan kehidupan berumah tangga agar tercapai keselarasan sesuai dengan ketentuan Allah dan menyadarkan kembali eksisitensi individu sebagai makhluk Allah sehingga tercapai kebahagiaan dunia dan akhirat. Sementara itu, problem konkrit di seputar kehidupan rumah tangga adalah ekonomi keluarga yang kurang tercukupi, perbedaan watak, temperamen dan perbedaan kepribadian yang terlalu tajam antara suami isteri ketidakpuasan dalam hubungan seksual, kejenuhan rutinitas, hubungan antara keluarga yang kurang baik, ada orang ketiga, masalah harta dan warisan, menuntutnya perhatian dari kedua belah pihak suami dan isteri, dominasi orang tua atau mertua, kesalah pahaman, dan perceraian. Dari berbagai problem rumah tangga di atas maka tujuan konseling perkawinan adalah agar klien menjalani kehidupan berumah tangga secara benar bahagia dan mampu mengatasi problem-problem yang timbul dalam kehidupan sehingga tercipta keluarga sakinnah, mawaddah dan rahmah.
39
Kualitas orang tua sangat berpengaruh sekali terhadap anak-anaknya. Orang tua merupakan motor terpenting dalam mendorong anak mempunyai kepribadian yang baik. Orang tua harus dapat memberi motivasi pada anak untuk berperilaku sesuai dengan nilai-nilai moral sehingga anak akan merasa memiliki, di terima, yang selanjutnya, dapat memberi sumbangan pada keluarga. Anak akan merasa bahwa mereka termasuk dalam keluarga, sekaligus menentukan kesediaan mereka untuk berfungsi sebagai konstruktif dan kooperatif dalam keluarga. Bimbingan yang dilaksanakan oleh keluarga sangat penting sekali, perhatian keluarga terhadap anggota keluarga sedikit banyak akan mengendalikan kearah perilaku a moral. Dalam membimbing tingkah laku anak memerlukan sekumpulan cita-cita atau sering di sebut konsiensia anak.36 Keluarga sebagai tempat hubungan pengamalan antara anggota perlu di masukan suasana kehidupan keluarga yang dapat mengokohkan kehidupan keluarga tersebut. Demikianlah betapa pentingnya mewujudkan keluarga yang sehat, karena keluarga yang sehat dapat menjadikan kehidupan yang bahagia dan damai. Hal ini sesuai dalam tujuan Islam yaitu mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat.
36
Mahmud, M. Dimyati , Psikologi Suatu Pengantar, BPFE, Yogyakarta, 1990, hlm. 143