BAB II MANAJEMEN BP4 DAN RUMAH TANGGA
A. Badan Penasehat Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4) 1. Pengertian BP4 Sejak Badan Penasehat Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4) didirikan 56 tahun yang lalu pada tanggal 3 januari 1960 dan dikukuhkan oleh keputusan menteri agama No 85 tahun 1961, diakui bahwa BP4 adalah satu-satunya badan
yang berusaha bergerak dibidang penasehatan
perkawinan dan pengurangan perceraian.1 BP4 sebagai badan yang memusatkan perhatian dan kegiatannya pada pembinaan keluarga meempunyai kedudukan yanga sangat penting terutama dalam situasi masyarakat kita. BP4 adalah organisasi profesional yang bersifat sosial keagamaan sebagai mitra kerja Departemen Agama dalam mewujudkan keluarga sakinah mawaddah warahmah.2 Untuk menguatkan kelembagaannya sebagai lembaga semi resmi Departemen Agama maka pada bulan oktober 1961 keluarlah SK Menteri Agama No 85 tahun 1961 yang menetapkan BP4 sebagai satu-satunya badan yang berusaha pada bidang penasehatan perkakawinan dan pengurangan kasus perceraian. Sebelum berlakunya UU No 1 tahun 1974 tentang perkawinan perceraian dilaksnakan dan dicatat oleh Kantor Urusan 1
Majalah Bulanan , Perkawinan & Keluarga No. 458/XXXVIII/2010, h. 1. Ahmad Faisal, Efektifias BP4 dan Perannya dalam Memberikan Penataran atau Bimbingan pada Calon Pengantin (Disertai Program Gelar Sarjana Hukum Islam Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2007). 2
20
Agama (KUA) membuat peran BP4 begitu sentral struktur BP4 yang berjenjang sampai kedesa terbukti mampu menekan perceraian yang tidak perlu. Begitu masyarakat mempunyai masalah biasanya lapor kepada P3N (Pembantu Pegawai Pencatatan Nikah) yang notabene sebagai BP4 desa. BP4 desa merupakan tokoh agama lokal yang disegani. BP4 tidak hanya stagnan lebih dari itu mengalami degradasi fungsi dan perannya. Apalagi setelah diatur sistem keuangan negara, terutama terbitnya UU No 13 tahun 2003, maka lembaga-lembaga semi resmi seperti BP4, P2A, dan BKM otomatis tidak memperoleh biaya operasional. Ketiadaannya biaya operasional ini semakin memperburuk kondisi BP4 saat itu dan tidak berlebihan jika ada yang mengatakan keberadaannya tidaklah berbeda dengan ketiadaannya.3 Menyikapi hal tersebut pada juni 2009, tepatnya pada masa BP4 ke XIV mencoba merevitalisasi lembaga tersebut. Dalam munas tersebut disepakati memperkuat fungsi, mediasi, fasilitasi dan advokasi dalam memperkokoh ketahanan keluarga sehingga tidak hanya menghindarkan perceraian yang tidak perlu juga meningkatkan kualitas keluarga. Rumusan lain yang dihasilkan adalah perubahan akronim BP4 menjadi badan penasehatan, pembinaan dan pelestarian perkawinan.4 Untuk mewujudkan kualitas keluarga dan perkawinan di tengah masyarakat yang bergerak dinamis dalam arus perubahan globalisasi, praktis memunculkan aneka tantangan dan problematika yang menuntut strategi 3 4
Majalah Bulanan, Perkawinan & Keluarga No.482/XL/2013, h. 11. Ibid.
21
penanganan dan penyelesaiannya. Banyak persoalan muncul dalam rumah tangga, ada kekerasan terhadap isteri, anak-anak, ada acara televisi yang tidak mendidik, tayangan media internet dengan mudah menyuguhkan perilaku negatif. Perkembangan arus teknologi tidak bisa dibendung, perubahan perilaku masyarakat demikian cepat. Oleh karena itu yang diperlukan BP4 adalah memiliki mediator yang telah bersertifikat sehingga bisa menggunakan metode mediasi yang modern yang dapat memberikan bekal kepada calon pengantin dan memberikan penasehatan yang menyentuh hati para pihak yang berselisih untuk berdamai dan menjaga mahligai rumah tangganya.5 Dalam sebuah rapat, Soewadi ketua umum terpilih BP4 (Badan Penasihatan, Pembinaan dan Pelestarian Perkwinan) propinsi DIY, bercerita ketika mempertahankan disertasinya dihadapan para penguji guru besar UGM, tentang BP4 bahwa dari sekian kasus perselisihan yang masuk kelembaga BP4 hanya tiga kasus saja yang bisa didamaikan. itu artinya beberapa guru besar menyaksikan peranan BP4 dalam upaya pelestarian perkawinan. Namun Soewadi beragumen walaupun hanya tiga keluarga yang berhasil didamaikan, kalau keluarga tersebut adalah dua keluarga besar raja di barat dan di timur maka akan punya pengaruh terhadap masyarakatnya sehingga tidak terjadi pertentangan bahkan peperangan dalam keluarga besar tersebut.6 Itulah barangkali sepenggal bagian peran BP4 dalam pembentukan keluarga sakinah. Sejak BP4 didirikan 56 tahun yang lalu pada tanggal 3 januari 1960 dan dikukuhkan oleh keputusan Menteri Agama No 85 tahun 1961 diakui bahwa BP4 adalah satu-satunya badan yang berusaha bergerak dibidang penasihatan perkawinan dan pengurangan perceraian.7
5
Majalah Bulanan, Perkawinan & Keluarga No. 458/XXXVIII/2010, Op. Cit, h. 1. Ibid. 7 Ibid. 6
22
Di dalam pasal 1 UU No 1 tahun 1974 dikatakan bahwa perkawinan ialah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.8 Seperti dalam surah An-Nur ayat 32 dijelaskan :
Dan kawinkanlah orang-orang yang sedirian diantara kamu, dan orangorang yang layak (berkawin) dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui. Maksudnya ayat diatas adalah hendaklah laki-laki yang belum menikah atau wanita- wanita yang tidak bersuami, dibantu agar mereka bisa menikah. Dari rumusan tersebut, jelas menunjukan bahwa undang-undang perkawinan kita adalah undang-undang religius bukan sekuler. Maka konsekuensinya adalah bagaimana keluarga yang terbentuk adalah keluarga yang religius. Keluarga yang dilandasi dengan nilai-nilai dan norma ajaran Islam. Tingginya permintaan gugat cerai isteri terhadap suami tersebut diduga karena kaum perempuan merasa mempunyai hak yang sama dengan laki-laki, atau akibat globalisasi sekarang ini atau kaum perempuan sudah kebablasan. Kesadaran atau kebablasan itulah antara lain yang menjadi perhatian kita semua sebagai umat beragama.9 8
Hilman Hadikusuma, Hukum Perkawinan Indonesia (Bandung: Mandar Maju, 2007), h.
6. 9
Ibid.
23
BP4 sejak didirikan telah banyak melakukan upaya pembinaan rumah tangga. Sejak pasangan mendaftar pernikahan di KUA (Kantor Urusan Agama), sebelum pernikahan diharuskan mengikuti kursus calon pengantin. Demikian juga pasca pernikahan BP4 ikut berupaya membina, memberikan advokasi dan mediasi dalam mewujudkan keluarga sakinah.10 Historisitas BP4 dari sebuah badan penasihatan perkawinan dan penyeleaian perceraian, setelah kasus perceraian di tangani pengadilan agama dan KUA melayani masalah nikah dan rujuk maka BP4 berubah menjadi badan penasihatan, pembinaan dan pelestarian perkawinan. Sehingga tugas BP4 demikian mulia dalam mempertahankan mahligai rumah tangga. Badan penasehatan pembinaan dan pelestarian perkawinan (BP4) dibawah naungan kementerian agama dengan SK Menag No.85 tahun 1961 dengan tugas-tugasnya berusaha mengantisipasi hal-hal permasalahan rumah tangga maka misi BP4 pada masa lalu adalah untuk menurunkan tingkat perceraian dan misi ini telah diembannya dengan baik, namun ketika dampak era globalisasi merambah pada lapisan masyarakat, maka misi lama BP4 harus didefenisikan kembali dalam kontek baru, yakni petugas BP4 harus mampu mengatasi problem keluarga sebagai dampak negatif era globalisasi dan kemodernan.11 Penasehatan perkawinan adalah suatu pelayanan sosial mengenai masalah keluarga, khusus nya hubungan suami-isteri, tujuan yang hendak 10
Majalah Bulanan, Perkawinan & Keluarga No. 458/XXXVIII/2010, Op. Cit, h. 3. Ibid, h. 4.
11
24
dicapai ialah terciptanya situasi yang menyenangkan dalam hubungan suami-isteri, sehingga dengan situasi yang menyenangkan tersebut suatu keluarga dapat mencapai kebahagiaan. Seseorang penasehatan perkawinan harus selalu mempunyai persiapan mental bahwa tugasnya tidak hanya satu kali saja dalam beberpa puluh menit. Ia harus selalu siap bahwa pekerjaannya mungkin memerlukan waktu lama karenanya persiapan atau apa yang akan dikerjakan hrus disesuaikan dengan hal ini.12
2. Tugas dan Fungsi BP4 BP4 dituntut untuk dapat menjaga keutuhan sebuah keluarga, maka sebelum pondasi rumah tangga dibangun, penasihatan calon pengantin tidak hanya dilaksanakan 1 atau 2 jam tetapi harus merupakan program terintegrasi dan terukur yang mengacu kepada kurikulum sebagaimana Peraturan Direktur Jenderal Bimas Islam Nomor Dj.II/491 Tahun 2009 tentang kursus calon pengantin bahwa dalam rangka meminimalisir tingginya angka perselisihan, perceraian dan kekerasan dalam rumah tangga yang salah satunya disebabkan oleh rendahnya pengetahuan dan pemahaman calon pengantin tentang kehidupan rumah tangga serta untuk mewujudkan kehidupan keluarga yang sakinah, maka perlu dilakukan kursus calon pengantin. Kursus catin ini sekurang-kurangnya 24 jam pelajaran yang meliputi materi: tata cara dan prosedur perkawinan, 12
Departemen Agama RI, Pedoman Pembantu Pegawai Pencacatan Nikah (Jakarta:2004), h. 58.
25
pengetahuan agama, peraturan perundangan di bidang perkawinan dan keluarga, hak dan kewajiban suami isteri, kesehatan reproduksi, manajemen keluarga, dan psikologi perkawinan dan keluarga.13 Penasehatan tidak hanya sebagai syarat formal ketika seseorang akan menikah, akan tetapi menjadi persyaratan substansial sehingga seseorang yang akan melangsungkan perkawinan telah paham dengan design rumah tangganya yang akan dibangun ke depan. Dalam Anggaran Dasar BP4 bertujuan untuk mempertinggi mutu perkawinan guna mewujudkan keluarga sakinah menurut ajaran Islam untuk mencapai masyarakat dan bangsa Indonesia yang maju, mandiri, bahagia dan sejahtera.14 Maka upaya dan usaha yang ditempuh antara lain memberikan bimbingan, penasehatan, dan penerangan mengenai nikah, talak, cerai, rujuk kepada masyarakat, baik perorangan maupun kelompok, memberikan bantuan mediasi kepada para pihak yang berperkara di Pengadilan Agama, memberikan bantuan advokasi dalam mengatasi masalah perkawinan, keluarga dan perselisihan rumah tangga di Pengadilan Agama, menurunkan terjadinya perselisihan serta perceraian, poligami yang tidak bertanggung jawab, pernikahan di bawah umur dan pernikahan tidak tercatat. Oleh karena itu, yang diperlukan BP4 adalah memiliki mediator yang telah bersertifikat sehingga bisa menggunakan metode mediasi yang modern yang dapat memberikan bekal kepada calon pengantin dan memberikan
13
Majalah Bulanan, Perkawinan & Keluarga No/XXXVIII/2010, Op.Cit, h. 7. Ibid.
14
26
penasihatan yang menyentuh hati para pihak yang berselisih untuk berdamai dan menjaga rumah tangganya.15 Masalah-masalah yang muncul akhir-akhir ini terkait dengan perkawinan dan keluarga berkembang pesat antara lain tingginya angka perceraian, kekerasan dalam rumah tangga, kasus perkawinan siri, poligami, dan perkawinan di bawah umur meningkat tajam yang sangat berpengaruh terhadap eksistensi kehidupan sebuah keluarga. Oleh sebab itu, dan seiring dengan meningkatnya populasi penduduk dan keluarga, maka BP4 perlu menata kembali peran dan fungsinya agar lebih sesuai dengan kondisi dan perkembangan terkini. Untuk menjawab persoalan tersebut, BP4 harus menyiapkan seluruh perangkat pelayanan termasuk SDM, sarana dan prasarana yang memadai.16 Tuntutan BP4 ke depan peran dan fungsinya tidak sekadar menjadi lembaga penasehatan tetapi juga berfungsi sebagai lembaga edukasi, mediasi dan advokasi.17 Selain itu BP4 perlu mereposisi organisasi demi profesionalitas organisasi dalam menjalankan misi sebagai mitra kerja kementerian agama dan institusi terkait baik pemerintah maupun non pemerintah dalam mewujudkan keluarga sakinah, mawaddah, warahmah. Sebagai konsekuensi dari profesionalitas, maka BP4 mengemban tugas yang tidak kecil serta mempunyai tantangan yang besar terhadap permasalahan keluarga yang semakin berkembang, perlu sumberdaya manusia yang dibutuhkan terkait dengan mediasi, advokasi dan konsultasi 15
Ibid. Ibid. 17 Ibid, h. 8. 16
27
perkawinan. ART ditujukan bagi peningkatan pelayanan organisasi yang bersifat responsif terhadap segala persoalan perkawinan dan keluarga yang muncul dalam masyarakat.18
3. Wewenang BP4 Upaya penurunan angka perceraian dan peningkatan mutu keluarga sejahtera adalah merupakan sebagian tugas dan wewenang dari BP4. Secara historis tugas tersebut setidak-tidaknya telah melekat pada BP4 sejak tahun 1960-an yaitu dengan dikeluarkannya surat keputusan Menteri Agama Republik Indonesia No 85 tahun 1961. Dalam Anggaran Dasar BP4 disebutkan bahwa organisasi ini bertujuan untuk mempertinggi nilai perkawinan dan terwujudnya rumah tangga bahagia sejahtera menurut tuntunan Islam. Upaya-upaya BP4 senantiasa difokuskan pada bagaimana meningkatkan mutu perkawinan dan berusaha menekan perceraian semaksimal mungkin. Sampai saat ini dan sampai kapan pun perceraian tetap dijadikan sebagai suatu perbuatan yang sangat di benci Allah SWT. Salah satu dari misi BP4 yang saat ini perlu mendapat perhatian dan dijadikan prioritas utama adalah mengantisipasi dan menanggulangi kasus yang dapat mengancam keutuhan dan ketahanan keluarga. Dengan demikian,
18
partisipasi BP4 benar-benar memberikan dukungan kongkrit
http://www.bp4pusat.or.id/index.php/theme/typography
28
pada gerakan nasioanl pembangunan keluarga sejahtera yang dicanangkan oleh pemerintah. Ke depan, tugas BP4 dalam menurunkan angka perceraian perlu ditingkatkan dengan melakukan pembinaan yang bersifat preventif. Sehingga, pembinaan mental dan kesadaran hidup dalam rumah tangga dapat digarap sedini mungkin. Disamping itu, mekanisme kerja dari perangkat pendukung sistem ditingkatkan efektifitasnya dan selalu dimotivasi idealismenya agar terakomodasi secara timbal balik antara KUA, Pengadilan Agama, BP4, dan kelompok sasaran atau masyarakat. 19
4. Perencanaan BP4 Setiap keluarga yang ingin kehidupan berkeluarganya bahagia baik di dunia maupun di akhirat membutuhkan sebuah tuntunan agama dalam menjalani kehidupan keluarga. Keberagamaan yang ada di setiap keluarga harus dirangkai dengan tatanan yang harmonis dan terencana demi mendapatkan kehidupan yang layak. Untuk itu dibutuhkan perencanaan yang merupakan kewajiban yang harus dilaksanakan oleh pihak-pihak yang terkait seperti BP4 kantor urusan agama (KUA) merupakan lembaga yang berkaitan dengan keluarga baik permasalahan yang timbul di dalamnya dan muncul dari keberadaan keluarga yang menuntut untuk melestarikan keluarga seperti yang telah diajarkan oleh agama. Dengan demikian BP4 KUA membutuhkan sebuah perencanaan dalam membentuk sebuah keluarga yang sakinah. BP4 kecamatan yang menjawab permasalahan19
Majalah Bulanan, Perkawinan & Keluarga No.458/XXXVIII/2010, Op.Cit, h. 10-11.
29
permasalahan yang muncul dari keluarga-keluarga yang menginginkan melestarikan keluarga utuh sesuai dengan ajaran agama yaitu sakinah mawaddah wa rohmah. Dengan berbagai solusi yang ditawarkan oleh BP4 kecamatan terhadap permasalahan-permasalahan yang muncul dari keluarga yang
datang
ke
BP4
menjadikannya
membutuhkan
perencanaan-
perencanaan sebagai solusi tepat bagi keluarga tersebut. BP4 kecamatan memang dianggap sebagai rujukan tepat bagi keluarga di daerah sekitarnya terutama perencanaan yang ada di dalamnya bagi pengelolaan keluarga secara umum.20 Seorang penasehat bukanlah sembarang orang yang kebetulan berkesempatan memberi nasehat, tetapi adalah seseorang yang mendapat kepercayaan melakukan tugas berat memberi nasehat kepada orang lain yang memerlukannya. Dalam hal ini mengenai masalah yang berkaiatan dengan perkawinan atau kehidupan berkeluarga. oleh karena itu seorang penasehat seharusnya telah memenuhi hal-hal sebagai berikut: 1. Mempunyai wibawa yang diperlukan untuk memberi nasehat. Wibawa ini dapat dimiliki oleh seseorang misalnya karena selama ini menunjukan tingkah lakuyang terpuji, tidak banyak cela dalam perilakunya dan dapat diercaya kata-katanya. Sifat lain yang menunjukan adanya kewibawaan adalah pribadinya. 2. Mempunyai pengertian yang mendalam tentang masalah perkawinanan kehidupan keluarga tidak saja secara teori tetapi juga praktek.
20
http://www.bp4pusat.or.id/index.php/theme
30
3. Memiliki kemampuan dalam memberikan nasehat secara ilmiah antara lain harus mampu memberi nasehat secara relevan, sistematik, masuk akal dan mudah diterima. 4. Mempunyai kemampuan menunjukan sikap yang meyakinkan klien, melakukan cara pendekatan yang baik dan cara bertindak yang tepat. 5. Mempunyai niat mengabdi yang tinggi, sehingga memandang tugas pekerjaannya bukan sekedar pekerjaan duniawi tetapi juga dianggap dan dilandasi niat ibadah.21
B. Rumah Tangga 1. Pengertian Rumah Tangga Rumah Tangga adalah suatu kumpulan dari masyarakat terkecil yang terdiri dari pasangan suami isteri, anak-anak, mertua, dan sebagainya. Terwujudnya rumah tanggga yang sah setelah akad nikah atau perkawinan, sesuai dengan ajaran agama dan undang-undang. Rumah tangga bahagia ialah jika seseorang dapat hidup tenang merasa aman lahir dan batin. Perasaan aman dan nyaman dapat dicapai
jika
seseorang sudah menyadari dan mendalami 1. Hakekat keluarga, hakekat hidup dan kehidupan. 2. Ilmu dan keterampilan menjamin penghasilan dan mengatur rumah tangga. 3. Ilmu agama dan mengamalkannya agar dapat tawakal kepada Allah Tuhan Yang Maha Kuasa dan berbudi pekerti yang baik.22 21
Departemen Agama RI, Op.Cit, h.60. Sidi Nazar Bakry, Kunci Keutuhan Rumah Tangga (Jakarta : Pedoman Ilmu Jaya, 1993), h. 26. 22
31
Yang di maksud keluarga ialah masyarakat terkecil sekurangkurangnya terdiri dari pasangan suami isteri sebagai sumbernya berikut anak-anak yang lahir dari mereka. Jadi, setidak-tidaknya keluarga adalah pasangan suami isteri, baik mempunyai anak atau tidak mempunyai anak. Maksud sakinah ialah rasa tentram, aman dan damai. Seorang akan merasakan sakinah apabila terpenuhi unsur-unsur hajad hidup spiritual dan material secara layak dan seimbang. Sesesorang yang sakinah hidupnya adalah orang yang terpelihara kesehatannya, cukup sandang, pangan dan papan, diterima dalam pergaulan masyarakat yang beradab, serta hak-hak azasinya terlindungi oleh norma agama, norma hukum dan norma asusila.23 Dengan demikian dapat dirumuskan pengertian keluarga sakinah adalah keluarga yang dibina atas perkawinan yang sah, mampu memenuhi hajat hidup spiritual dan material secara layak dan seimbang diliputi suasana kasih sayang agar anggota keluarga dan lingkungannya dengan selaras, serasi serta mampu mengamalkan, menghayati dan memperdalam nilai-nilai keimanan, ketakwaan dan akhlak mulia.24 Hak dan kewajiban suami isteri menurut UU No.1 tahun 1974 tentang perkawinan tercantum dalam pasal 30 dan 31. Dalam pasal 30 dinyatakan bahwa suami isteri memikul kewajiban yang luhur untuk menegakkan rumah tangga yang menjadi sendi dasar dari susunan masyarakat. Kemudian pasal 31 dinyatakan:
23
Departemen Agama Kabupaten Way Kanan Seksi Urusan Agama Islam, Membina Keluarga Sakinah, 2009, h. 4. 24 Ibid, h. 5.
32
1. Hak dan kedudukan isteri adalah seimbang dengan hak dan kedudukan suami dalam kehidupan rumah tangga dan pergaulan hidup bersama dalam masyarakat. 2. Masing-masing pihak berhak untuk melakukan perbuatan hukum 3. Suami adalah kepala keluarga dan isteri adalah ibu rumah tangga Mengenai kewajiban suami isteri selanjutnya dejelaskan dalam pasal 33 : suami isteri wajib saling cinta mencintai, hormat menghormati, setia dan memberikan bantuan lahir batin yang satu kepada yang yang lain. Dalam pasal 34 dinyatakan : 1. Suami wajib melindungi isterinya dan memberikan segala sesuatu keperluan hidup berumah tangga sesuai dengan kemampuan 2. Isteri wajib mengatur urusan rumah tangga sebaik-baiknya 3. Jika suami atau isteri melakukan kewajibannya masing-masing dapat mengajukan gugatan kepada pengadilan. Mengenai rumah tangga sebagai tempat kediaman suami isteri dijelaskan dalam pasal 32 seabai berikut: 1. Suami isteri harus mempunyai tempat kediaman yang tetap 2. Rumah tempat kediaman yang dimaksud dalam ayat 1 pasal ini ditentukan oleh suami isteri bersama.25 Setelah suami isteri memahami hak dan kewajibannya, kedua belah pihak masih harus melakukan berbagai upaya
25
Ibid, h. 16.
yang dapat mendorong
33
kearah tercapainya cita-cita mewujudkan keluarga sakinah. Upaya tersebut antara lain: a. Mewujudkan harmonisasi hubungan antara suami isteri 1. Adanya saling pengertian Suatu kenyataan yang biasanya tak disadari oleh suami istri adalah bahwa mereka bertemu setelah dewasa atau paling cepat setelah dewasa atau paling cepat setelah remaja. Dapat dikatakan saling mengerti itu maksudnya adalah mengerti tentang segala sesuatu tentang kehidupan dan pengalaman yang dilalui, suasana tempat kita (suami-isteri)
dibesarkan
dengan
segala
keistimewaan
dan
kekurangannya. Dan adanya saling pengertian akan dapat diletakan dasar ketentraman dalam keluarga sebaliknya salah mengerti akan dapat dihindari. 2. Saling menerima Terimalah suami/isteri apa adanya terimalah hobi dan kesenangannya dan terimlah keluarganya seperti menghadapi keluarga sendiri. Bila ini telah dapat diterapkan dengan baik niscaya akan didapatkan keluarga yang aman dan tentram. 3. Saling Menghargai Dalam rumah tangga bila rasa saling menghargai itu tidak ada atau tidak terbina dengan baik maka suasana rumah tangga akan tegang dan kurang menyenangkan serta akan menimbulkan percekcokan yang tidak beralasan, karena setiap orang membutuhkan penghargaan dan
34
akan merasa tertekan apabila ia tidak merasa tidak dihargai, terlebihlebih oleh orang yang paling dekat dengan suami/isteri. Sebenarnya penghargaan adalah sikap dan keadaan jiwa seseorang terhadap orang lain. Sikap itu akan muncul dengan sendirinya dalam segala aspek diri mulai dari pandangan, mata, gerak bibir, tutur kata, gerak-gerik dan tindakan, diamnya seseorang terhadap sesuatu dapat diartikan sebagai penghargaan atau penghinaan. 4. Saling Mempercayai Saling mempercayai akan menimbulkan ketenangan, ketentraman dan menumbuhkan banyak segi-segi kehidupan, yang terpenting adalah masalah akhlak. Bila tidak percaya pada akhlak suami/isteri berarti belum mengenal pribadi suami/isteri, ini akan menimbulkan rasa curiga dan cemas. 5. Saling Mencintai Pembentukan keluarga umumnya dimulai dengan saling mencintai, namun saling mencintai dalam keluarga tak selamanya satbil ada yang semakin cemerlang sinarnya, ada yang semakin lama semakin meredup bahkan tak jarang yang berakhir dengan saling membenci.26 b. Membina hubungan antara anggota keluarga dan lingkungan. Keluarga dalam lingkup yang lebih besar tidak hanya terdiri dari ayah, ibu dan anak akan tetapi menyangkut hubungan persaudaraan yang lebih
26
Ibid, h. 23.
35
besar lagi, baik hubungan antara anggota keluarga maupun hubungan dengan lingkungan masyarakat. 1. Hubungan antara anggota keluarga Karena hubungan persaudaraan yang lebih luas menjadi ciri dari masyarakat kita, hubungan di antara sesama keluarga besar harus terjalin dengan baik antara keluarga dari kedua belah pihak. Suami harus baik dengan pihak keluarga isteri, demikian juga isteri harus baik dengan keluarga pihak suami. 2. Hubungan dengan tetangga dan masyarakat Tetangga merupakan orang-orang yang terdekat yang umumnya merekalah orang-orang yang pertama tau dan dimintai pertolongan. Oleh karenanya sangatlah janggal kalau hubungan dengan tetangga tidak mendapat perhatian. Dapat kita bayangkan kalau sebuah keluarga yang tidak mau rukun dengan tetangganya, kemudian mengalami musibah yang memerlukan pertolongan orang lain, sedangakan tetangga tidak mau tau urusannya. Saling kunjung-mengunjungi dan saling mengirimi adalah perbuatan terpuji lainnya terhadap tetangga. Begitu pentingnya hubungan baik dengan semua pihak, karena pada dasarnya manusia itu saling membutuhkan
dan
kebutuhan-kebutuhan
seorang
tingkatan dabn mata rantai yang semakin memanjang.27
27
Ibid, h. 27-28 .
merupakan
36
Pada dasarnya, setiap pasangan suami isteri yang akan melangsungkan perkawinan atau membentuk keluarga senantiasa bertujuan atau ingin menciptakan keluarga yang sakinah, mawaddah warohmah serta kekal untuk selama-lamanya. Oleh karena itu, keluarga atau rumah tangga yang bahagia atau sejahtera lahir dan batin atau selamat dunia dan akhirat adalah impian bagi setiap orang yang akan memasuki gerbang kehidupan keluarga melalui perkawinan. Karena keluarga adalah komunitas terkecil atau bentuk masyarakat kecil yang terdiri dari beberapa individu yang terkait oleh suatu keturunan, yakni kesatuan antara ayah, ibu dan anak yang merupakan kesatuan kecil dari bentuk-bentuk kesatuan masyarakat yang akan mempengaruhi cita-cita dan dan tujuan pembangunan nasional.28 Seperti sabda Rasulullah saw:
-
Dari abu Hurairoh ia berkata , Rasulullah saw bersabda : iman orangorang mukmin yang paling sempurna adalah yang terbaik akhlaknya dan yang terbaik diantara kamu sekalian adalah yang terbaik memperlakukan istri. (HR. Turmidzi).29 Untuk itu, maka suami isteri yang memegang peranan utama dalam mewujudkan dan cita-cita tersebut, perlu mendapatkan dan meningkatkan pengetahuan serta pengertian tentang bagaimana membina kehidupan 28
Hilman Hadikusuma, Op. Cit, h. 14. H.R. Turmidzi, Digital Library Maktaba Syamila (Kitab Sunan Turmidzi), Juz 3, Hadist No 1162, h. 466. 29
37
keluarga sesuai dengan tuntunan agama dan ketentuan dalam hidup bermasyarakat. Dengan begitu diharapkan setiap anggota keluarga, khususnya suami isteri, mampu menciptakan stabilitas kehidupan rumah tangga yang penuh dengan ketentraman dan kedamaian. Pengetahuan dan pengertian inilah yang akan menjadi tonggak bagi pembinaan bagi kelurga bahagia dan sejahtera. Bagi suami isteri, agama merupakan benteng yang kokoh terhadap berbagai ancaman yang dapat meruntuhkan kehidupan keluarga. Dalam hal ini agama berperan sebagai sumber untuk mengembalikan dan memecahkan masalah. Oleh karena itu perlu bagi suami isteri memegang dan melaksanakan ajaran agama dengan sebaik-baiknya dalam arti mau dan mampu melaksanakan kehidupan keluarga baik dalam keadaan suka maupun duka.30 Keluarga menyediakan lingkungan yang di dalamnya nilai-nilai kemanusiaan dan moral tumbuh dan berkembang pada generasi baru, nilainilai dan moral ini tidak bisa terwujud bila dipisahkan dari unit keluarganya. Karena perkawinan dan keluarga sedemikian penting, maka tidak mengherankan jika sedemikian besar jumlah ayat-ayat al-qur’an dan haditshadits nabi ditunjukan pada dua wilayah ini sumber-sumber ini menyediakan basis dan perincian yang penting untuk keluarga yang sukses dalam masyarakat yang secara moral sehat dan stabil.31
30 31
Majalah Bulanan, Perkawinan & Keluarga No.458/xxxviii/2010, Op. Cit, h .18. Ibid, h. 20.
38
Hasrat untuk membangun biduk rumah tangga yang harmonis tanpa dilandasi oleh orientasi perkawinan yang jelas dan sikap saling menghargai antara pasangan suami isteri ibarat menegakkan benang sabah. Perkawinan bukan saja bersatunya dua insan berlainan jenis yang saling mencintai, tetapi juga bertemunya dua karakter yang berbeda. Di tengah perbedaan itulah dituntut untuk saling mempelajari watak keduanya, agar dengan perbedaan, dinamika rumah tangga menjadi lebih aktif dan hidup. Namun demikian, tak banyak orang yang pandai mengelola perbedaan di dalam rumah tangga. Sehingga, banyak yang harus mengakhiri rumah tangganya di meja pengadilan.32
2. Syarat Rumah Tangga Seorang muslim dianjurkan untuk
menikah pada usia muda.
Perkawinan memperluas lingkaran persaudaraan dengan menambah keluarga baru lewat ikatan perkawinan. Umat Islam didorong untuk membuat perkawinan sebagai suatu pekerjaan yang mudah. Merayakan perkawinan merupakan suatu hal yang diutamakan dalam Islam, karena perkawinan merupakan suatu event sosial. Di dalam penjelasan umum UU perkawinan disebutkan bahwa karena tujuan dari perkawinan adalah untuk membentuk keluarga yang bahagia dan kekal maka untuk itu suami-isteri perlu saling membantu dan melengkapi agar
32
masing-masing
Ibid, h. 9.
dapat
mengembangkan
kepribadiannya
dalam
39
mencapai materiil dan spirituil. Suatu perkawinan yang bertujuan untuk membentuk keluarga yang bahagia dan kekal dapatlah diartikan bahwa perkawinan itu harus berlangsung seumur hidup dan tidak boleh diputuskan begitu saja. Sehingga pemutusan perkawinan karena sebab lain dari kematian diberikan pembatasan yang cukup ketat. Ini dapat diketahui dari ketentuan dalam UU perkawinan bahwa perceraian hanya bisa dilakukan kalau ada cukup alasan bahwa antara suami-isteri itu tidak dapat hidup rukun sebagai suami-isteri dan harus dilakukan di depan sidang pengadilan.33 Renggangnya hubungan keluarga, berkurangnya peran dan fungsi orang tua dalam membimbing dan kesenjangan yang lainnya, menandakan bahwa dewasa ini menjaga citra keluarga sudah tidak menjadi hal yang urgen. Jika perslisihan yang terjadi dalam keluarga atau rumah tangga antara suami isteri tersebut tidak dapat diatasi maka tidak menutup kemungkinan akan berujung pada perceraian yang merupakan alternatif terakhir apabila keduanya (suami-isteri) tidak dapat didamaikan atau disatukan lagi dalam kehidupan keluarga yang harmonis. Dan tentu, sebagaimana telah kita pahami bersama bahwa konsekuensi perceraian itu tidak hanya berdampak negatif bagi psangan suami isteri, akan tetapi juga akan berdampak negatif bagi perkembangan dan pertumbuhan bagi anak-anak mereka.34
33
O.S. Eoh, Perkawinan Antar Agama dalam Teori dan Praktek (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2001), h. 39. 34 Ahmad Faisal, Op. Cit
40
Untuk
mengantisipasi
permasalahn
tersebut,
ada
beberapa
persyaratan-persyaratan dan nasehat-nasehat untuk mencapai kesuksesan dalam sebuah pernikahan yaitu: 1. Kesepakatan bersama secara mantap antara laki-laki dan perempuan untuk melangsungkan pernikahan. 2. Dasar-dasar kebersamaan dan saling pengertian antara pihak laki-laki dan perempuan jelas penting. Konsepsi tentang hidup, cara hidup dan caracara umum mengatasi perbedaan pendapat dibutuhkan dan sebuah ini disediakan oleh kepercayaan dan syariat Islam. Oleh karena itu pasangan yang ideal adalah pasangan yang patuh pada Islam. 3. Sebagai langkah persiapan ke arah perkawinan, Islam menganjurkan kepada pria dan wanita sebaiknya memiliki informasi yang cukup mengenai sejauh mana satu sama lain memahami dan mengamalkan Islam. 4. Tidak ada tempat bagi niat dari salah satu atau kedua pihak untuk melangsungkan perkawinan yang sifatnya temporer. Islam hanya mengakui perniatan untuk menjalani perkawinan yang abadi. 5. Untuk memenuhi seluruh persyaratan dalam kontrak perkawinan di pandang Islam sebagai di antara amal yang terbaik dan kebijakan moral yang tertinggi. Menurut Nabi: “ kondis-kondisi yang paling mulia untuk dipenuhi oleh orang-orang Islam adalah kondisi-kondisi yang terkandung dalam suatu kontrak perkawinan.
41
6. Suami dan isteri dalam hal terjadi perselisihan dianjurkan untuk mencoba memecahkan problema mereka tanpa campur tangan pihak lain. 7. Hubungan suami isteri jika ingin berhasil harus didasarkan pada sikap saling menghormati, saling pengertian, kerja sama, cinta dan kasih sayang.35 Tidak seorangpun manusia yang tidak merindukan kebahagiaan dan ketentraman hidup didalam keluarganya, sebaliknya tidak seorangpun yang takkan sengsara bila tidak ada ketentraman dan kebahagiaan dalam rumah tangganya, karena dalam keluarga terjalin hubungan yang dekat paling sering kadang dapat dikatakan terus menerus. Ada beberapa tips membentuk keluarga bahagia, yaitu: 1. Memilih isteri dengan baik Sepatutnya orang yang hendak membentuk rumah tangga memilih istri yang solehah. Sabda Rasulullah :
---
Dari Abdillah bin ‘Amr, sesungguhnya Rasulullah saw bersabda : dunia adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan adalah isteri yang solehah. (HR. Soheh Muslim).36 2. Berusaha memperbaiki isteri 35
Marwan Ibrahim Al-Kaisy, Yang Pantas & Patut Bagi Seorang Muslim (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002), h. 39-40. 36 H.R. Soheh Muslim, Digital Library Maktaba Syamila, Juz 4. Hadist No 3716, h. 178.
42
Apabila isteri adalah seorang yang solehah, ini merupakan kenikmatan dan anugerah Allah. Namun jika ia tidak solehah merupakan kewajiban pemimpin rumah tangga untuk berusaha memperbaikinya. 3. Menciptakan suasana keimanan di dalam rumah Rumah harus dijadikan sebagai tempat untuk mengingat Allah dengan segala bentuknya, baik dengan berdzikir dalam hati maupun dengan lisan, mendirikan sholat, membaca Al-Qur’an atau dengan mengkaji ilmu agama dan membaca beraneka ragam ilmunya. 4. Anggota keluarga di ajari hukum-hukum agama Hendaknya anggota keluarga di ajari hukum-hukum agama contohnya melakukan sholat dirumah. 5. Tidak menampakkan perselisihan di hadapan anak-anak Jarang sekali terdapat suatu keluarga yang tidak pernah terjadi suatu perselisihan di dalamnya. Namun berdamai itu adalah suatu kebaikan dan kembali kepada kebenaran adalah suatu keutamaan. 6. Menjaga rahasia rumah tangga Tidak menyebarkan perselisiahan-perelisihan antara suami istri dan tidak membongkar apa saja yang bersifat pribadi yang sekiranya jika dibongkar di hadapan orang lain akan menimbulkan mudharat bagi rumah tangga atau terhadap salah seorang anggotanya.37
37
Muhammad Shaleh Al-Munajjid, 40 Tips Keluarga Bahagia (Jakarta: Gema Insani, 2014), h. 2-4.
43
Keluarga
dikatakan
suatu
komunitas
yang
dibentuk
melalui
perkawinan antara pria dan wanita berlandaskan cinta seperti firman Allah SWT dalam surat Ar-Rum (surat 30) ayat ke-21
dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir. Kesimpulan yang dapat diambil dari ayat diatas adalah bahwa manusia dianjurkan membentuk keluarga dimana Allah SWT menciptakan pria dan wanita. Dalam hubungan kekeluargaan dan perkawinan Allah menumbuhkan ketentraman dan kasih sayang satu dengan yang lainnya. Dengan demikian ketentraman, rasa kasih sayang adalah tiga serangkai yang harus tumbuh dalam perkawinan. Mengapa Allah menciptakan untuk kita pasang-pasangan dari jenis kita sendiri. Tujuannya, agar kita sakinah (sakana) yang berarti diam atau tenang setelah sebelumnya bergejolak, guncang dan sibuk. Isyarat yang sama dapat juga kita jumpai dalam surat Adz-Dzariyat ayat 49
Dan segala sesuatu kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat kebesaran Allah. Tujuan diciptakannya kita, umat manusia, berjodoh, atau berpasangan sebagai berikut:
44
1. Agar kita mengingat akan kebesaran dan tanda-tanda kekuasan Allah 2. Agar kita mengetahui bahwa Tuhan Yang Maha Esa dan yang tidak berpasangan itu hanyalah Sang Pencipta 3. Agar kita ketenangan dan ketentraman raga dan batin dari pasangpasangan kita itu.38 Warna kehidupan kelak ditentukan dengan visi misi suatu keluarga, terutama sang suami karena ia adalah qawwam, pemimpin, dalam suatu keluarga. Ssebagai pemimpin, ia laksana nahkoda sebuah kemahirannya dalam memegang kemudi. Karena itu, setiap calon psangan harus tahu harapan dan prinsip hidup masing-masing dan keluarga sebagai basis inti masyarakat, adalah wahana yang paling tepat untuk memberdayakan manusia dan mencekal berbagai bentuk frustasi sosial. Ini adalah saat tepat untuk memberi perhatian yang lebih besar terhadap keluarga. Dalam menganjurkan umatnya untuk melakukan pernikahan merupakan sarana yang sah dalam pembentukan keluarga, bahwa pernikahan bukanlah semata sarana terhormat untuk mendapatkan anak yang sholeh, bukan semata cara untuk mengekang penglihatan, memelihara paras atau hendak menyalurkan biologis atau semata menyalurkan naluri saja. Sekali lagi bukan alasan tersebut akan tetapi lebih dari itu Islam memandang bahwa pernikahan sebagai salah satu jalan untuk merealisasikan tujuan yang lebih besar yang meliputi berbagai aspek kemasyarakatan berdasarkan Islam yang akan
38
Ummu Azzam, Muqadimah Cinta (Jakarta: Qultum Media, 2012), h. 20.
45
mempunyai pengaruh mendasar terhadap kaum muslimin dan eksistensi umat Islam.39 Faktor utama untuk membentuk keluarga sejahtera dimulai dari pra nikah, pernikahan, dan berkeluarga. Dalam berkeluarga ada beberapa hal yang perlu difahami, antara lain, memahami hak suami terhadap isteri dan kewajiban isteri terhadap suami dan memahami hak isteri terhadap suami dan kewajiban suami terhadap isteri. Selanjutnya, untuk menciptakan dan memelihara kebahagiaan rumah tangga diperlukam kedewasaan mental dalam mengatasi setiap masalah. Manusia diciptakan untuk berhadapan dengan masalah tetapi renungkanlah ungkapam bijak dari Buyah Hamkah berikut ini, bagi orang yang berjiwa besar dipandangnya kecil sehingga mudah baginya menyelesaikannya. Tetapi bagi orang yang berjiwa kecil, masalah kecilpun dipandang sebagai masalah besar.40 Menurut
hukum
Islam
suami
dan
isteri
dalam
membina
keluarga/rumah tangga harus berlaku dengan cara yang baik (ma’ruf), pengertian yang
ma’ruf ialah saling cinta-mencintai, dan hormat-
menghormati saling setia dan saling bantu-membantu antara yang satu dan yang lain. Dikatakan dalam Al-Qur’an bahwa pria (suami)
adalah
pemimpin dari wanita (isteri) dan wanita (isteri) itu yang ma’ruf, tetapi wanita itu mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma’ruf, tetapi suami mempunyai suatu tingkat kelebihan dari 39 40
Ibid, h. 121. Majalah Bulanan, Perkawinan & Keluarga No. 458/XXXVIII/2010, Op. Cit , h. 21.
46
isterinya. Kedudukan suami adalah lebih setingkat dari isteri, karena suami dibebani tugas sebagai pemimpin dari keluarga/rumah tangga, sedangkan wanita (isteri) tidak sejauh itu. Suami adalah kepala rumah tangga yang bertanggung jawab atas kesejahteraan rumah tangga, suami adalah pelindung bagirumah tangga bukan saja dari arti kebendaan tetapi juga berupa tenaga, dan suami adalah penjaga penghormatan keluarga/rumah tangga. Sedangkan isteri adalah fitrah kewanitaannya, maka ia berkewajiban mengatur urusan rumah tangga dalam kehidupan masyarakat dan isteri adalah pendamping dan pembantu suami.41 Allah berfirman dalam surat AnNisa ayat ke 34
Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh Karena Allah Telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan Karena mereka (laki-laki) Telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. sebab itu maka wanita yang solehah, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri, ketika suaminya tidak ada, oleh Karena Allah Telah memelihara (mereka). wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya (meninggalkan kewajiban bersuami isteri. nusyuz dari pihak isteri seperti meninggalkan rumah tanpa izin suaminya), maka nasehatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu, Maka janganlah kamu
41
Hilman Hadikusuma, Op.Cit., h 107.
47
mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha besar Dalam ayat diatas Allah menjelaskan bahwa isteri yang solehah harus taat kepada Allah, memelihara diri (fisik maupun kehormatan) terutama ketika suami sedang tidak ada disisinya, serta menjaga harta suami. Pemeliharaan ini tentu dalam konteks bukan hanya tidak menghabiskannya secara semberono, melainkan mampu memanfaatkannya sebaik mungkin dan bahkan mengembangkannya sehingga lebih banyak dan lebih berkah. Dalam hal ini Rasulullah saw bersabda: --
Dari Aisyah ra, sesungguhnya telah bersabda Rasulullah saw : jika saja aku (boleh) memerintah seseorang untuk sujud kepada seseorang, niscaya aku memerintahkan seorang isteri untuk sujud kepada suaminya. Jika seorang suami memerintahkan isterinya untuk pindah dari gunung merah niscaya bagaimana caranya pun isteri harus melakukannya. ( HR. Musnad Ahmad).42 Suami
sebagai
kepala
keluarga
berkewajiban
memberikan
bimbingan agama kepada isterinya serta mencukupi nafkah lahir dan batin. Adapun isteri sebagai orang yang ditugasi mengurusi anak dan
42
H.R. Musnad Ahmad, Digital Library Maktaba Syamila, Juz 41. Hadist No 24471, h.
18.
48
mendidiknya. Apabila suami isteri tulus menjalankan tugasnya maka pahala dari Allah SWT.43 3. Problem Rumah Tangga Salah satu tujuan orang berumah tangga adalah untuk mendapatkan sakinah atau ketenangan dan ketentraman. Keluarga sakinah merupakan pilar pembentukan masyarakat ideal yang dapat melahirkan keturunan yang soleh-solehah, didalamnya kita akan menemukan kehangatan, kasih sayang, kebahagiaan dan ketenangan yang akan dirasakan oleh seluruh anggota keluarga. Dapat disimpulkan bahwa bangunan rumah tangga sakinah adalah bangunan rumah tangga yang terpenuhi secara lahiriah dan ma’nawiah. Ibarat orang yang hendak membangun sebuah rumah idaman, banyak sekali hal-hal yang perlu dipertimbangan dari tanah yang akan didiaminya, cuaca lingkungan yang baik, yang kemudian didukung oleh peralatan material rumah yang baik, gaya arsitektur yang baik, dan anggota rumah tangga yang baik pula.44 Adapun masalah rumah tangga yang sering terjadi adalah: a. Masalah Ekonomi Biasanya masalah ekonomi ini terbentur akibat kurangnya penghasilan keluarga untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Keluarga dengan masalah ekonomi adalah setiap anggota keluarga kemungkinan
43
http://googlewebligmht.com/?liteurl=http://rijalalrebell.blogspot.com/2012/03/petunjukal-quran-dalam -membina-rumah.html?m%3D1&ei=ybRWwhXb&lc=id-lD&s 44 Muhammad Shaleh Al-Munajjid, Op. Cit, h. 33.
49
tidak dapat hidup dengan layak, baik dari segi pakaian, tempat tinggal yang tidak higienis, dan kekurangan gizi. b. Masalah Komunikasi Kesalahpahaman, kekurang pengertian, ingin benar sendiri, dan sulit untuk menjadi pendengar yang baik adalah beberapa contoh akibat dari masalah komunikasi pada keluarga yang biasanya akan berujung menjadi konflik. c. Selingkuh Selingkuh adalah sebuah penghianatan dalam rumah tangga. Semua orang tidak menginginkan orang yang dicintai melakukan perselingkuhan kepada orang lain. d. Kesibukan pekerjaan yang berlebihan Sibuk bekerja membuat kedua pihak (suami dan isteri) jarang melakukan komunikasi aktif. Aktifitas pekerjaan yang berlebihan membuat
lelah,
saat
pulang
bekerja
keduanya
mungkin
akan
menghabiskan waktu untuk istirahat. Keadaan seperti ini tentunya sangat tidak harmonis, apalagi ketika beban pekerjaan semakin bertambah dan menumpuk. Beban pikiran karena pekerjaan terkadang membuat keduanya mudah emosi sehingga menimbulkan pertengkaran. e. Kurangnya perhatian Manusia memiliki watak senang diperhatikan, diakui, dicintai, dan disayangi. Jika dalam keluarga salah satu pasangan mendapatkan perhatian kurang, maka bunga kemesraan dalam rumah tangga pun akan
50
layu. Dan tentu saja hal ini bisa memperbesar peluang perceraian antara keduanya. f. Sering bertengkar Pertengkaran dalam rumah tangga pasti dialami oleh banyak orang. Pertengkaran kecil sebaiknya tidak dianggap remeh, apalagi jika watak keduanya (suami dan isteri) mudah tersinggung dan sulit untuk berdamai, tentu ini akan sangat mudah untuk mengeluarkan kata-kata yang bernada perceraian.45 Upaya membina rumah tangga bahagia diantaranya mencegah hal-hal yang tidak diinginkan. Sehubungan dengan itu, dalam membina kebahagiaan dan kesejahteraan keluarga ada beberapa hal yang perlu dicegah atau dihindari. a. Hal-hal yang dapat mengganggu kebahagiaan keluarga 1. Membuka rahasia pribadi Segala rahasia pribadi, lebih-lebih yang menyangkut aib dan kekurangan suami (termasuk keluarganya) maupun isteri (termasuk keluarganya), tidak perlu dibukakan atau dikatakan kepada orang lain. 2. Cemburu yang berlebihan Sifat cemburu dalam batas tertentu dapat diterima dan diartikan sebagai tanda adanya cinta seorang suami kepada isteri atau sebaliknya. Akan tetapi bila cemburu itu timbul tanpa alasan jelas akan dapat mengganggu kebahagiaan.
45
http://www.pelangiblog.com/2014/12/11-penyebab-umum-terjadi-perceraian.html
51
3. Rasa dendam, iri hati dan dengki Dendam yang berkepanjangan apalagi tidak jelas ujung pangkalnya, merupakan sifat yang sangat tercela. Pada saat kita melihat kebaikan atau kelebihan orang, tidak seharusnya iri hati dan dengki, tetapi jadilah manusia yang selalu mawas diri, mensyukuri segala nikmat ilahi serta berdoa kepada-Nya 4. Judi dan minuman keras Permainan judi merupakan perbuatan sia-sia dan membahayakan kehidupan keluarga. Secara pribadi, seorang penjudi senantiasa lalai akan segala tugas dan tanggung jawabnya, baik kepada Allah SWT maupun kepada keluarga dan masyarakat 5. Pergaulan bebas tanpa batas Dalam kehidupan bermasyarakat, pergaulan merupakan sesuatu kebutuhan. Kita tidak dapat hidup sendiri tanpa orang lain, namun pergaulan bebas tanpa batas, lebih-lebih yang menyangkut hubungan pria dan wanita, akan menjurus kepada kebahagiaan keluarga. Segala bentuk perbuatan yang mengarah pada zina harus dijauhi. Jagalah mata kepala dan mata hati, lisan dan badan dari perbuatan zina. Jauhilah zina dalam segala bentuknya karena zina merupakan perbuatan tercela lagi terkutuk. 6. Kurang menjaga kehomatan diri
52
Kata dan perbuatan hendaknya mencerminkan sikap kepribadian seorang muslim, ingatlah bahwa dipundak anda terpikul amanat nama baik anda, keluarga, masyarakat, bangsa dan agama.46 b. Hal-hal yang dapat menimbulkan perselisihan 1. Mengulangi cerita lama Menceritakan kepada suami atau isteri menyinggung kenangan lama yang berkenaan dengan kekasih terdahulu, merupakan tindakan yang tidak bijaksana dan dapat menimbulkan perselisihan. Apapun dan bagaimanapun kisah kasih yang pernah dialami biarkan dia berlalu, pupus habiskan dari kenangan dan ingatan. 2. Mengungkit-ungkit kekurangan keluarga Mengungkit-ungkit
kekurangan
keluarga
suami/isteri
bukanlah
perbuatan terpuji, malah sebaliknya akan menimbulkan perselisihan. Ingatlah sejak saat pertama ijab qobul diikrarkan, jadilah anda berdua satu badan satu hati, keluarga suami adalah keluarga isteri, demikian juga keluarga isteri menjadi keluarga suami. Kekurangan salah satu pihak berarti kekurangan bersama yang tak pantas diungkit-ungkit. 3. Suka mencela kekurangan suami isteri Suka mencela kekurangan suami isteri baik secara terang-terangan maupun secara diam-diam harus dapt dihindari. Cobalah berusaha saling memperbaiki dan saling mengisi, ingatlah bahwa manusia itu tidak 46
ada
yang
sempurna,
sedikit
atau
banyak
pasti
ada
Departemen Agama Kabupaten Way Kanan Seksi Urusan Agama Islam, Op. Cit, h. 43-
45
53
kekurangannya. Dan tidak ada orang yang mau dikatakannya kurang atau salah, anda berdua harus dapat saling melengkapi. 4. Memuji wanita/pria lain Memuji-muji wanita/pria lain dihadapan suami/isteri sendiri adalah perbuatan yang tidak bijaksana dan dapat mengundang perselisihan, berilah pujian itu terhadap pasangan anda sendiri. 5. Kurang peka terhadap hal-hal tidak disenangi Suami/isteri harus peka dan cepat tanggap atas segala sesuatu yang dapat menimbulkan rasa tidak disenangi pasangan anda. Jagalaj kebersihan diri, kerapian dalam berpakaian dan keserasian tempat agar suasana senantiasa menyenangkan.47
C. Manajemen Manajemen berasal dari kata to manage yang artinya
mengatur.
Pengaturan dilakukan melalui proses dan diatur berdasarkan urutan dari fungsifungsi manajemen itu. Jadi, manajemen itu merupakan suatu proses untuk mewujudkan tujuan yang diinginkan. 1. Pengertian Manajemen Untuk memahami pengertian manajemen menurut para ahli, pengertian manajemen dapat dikemukakan sebagai berikut: Menurut Gr. Terry manajemen adalah suatu proses yang khas yang terdiri dari tindakan-tindakan perencanaan, pengorganisasian, pengarahan dan pengendalian yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai
47
Ibid, h. 45-47.
54
sasaran-sasaran yang telah ditentukan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya. Drs. H. Malayu S.P. Hasibuan mengemukakan, manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efesien untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Andrew F. Sikula mengemukakan, manajemen pada umunya dikaitkan dengan aktivitas-aktivitas perencanaan, pengorganisasian pengendalian, penempatan, pengarahan, pemotivasian, komunikasi, dan pengambilan keputusan yang dilakukan oleh setiap organisasi dengan tujuan untuk mengkoordinasikan berbagai sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan sehingga akan dihasilkan suatu produk atau jasa secara efisien.48 2. Pentingnya Manajemen Pada dasarnya kemampuan manusia itu terbatas (fisik, pengetahuan, waktu, dan perhatian) sedangkan kebutuhan tidak terbatas. Usaha untuk memenuhi kebutuhan dan terbatasnya kemampuan dalam melakukan pekerjaan mendorong manusia membagi pekerjaan, tugas, dan tanggung jawab. Dengan adanya pembagian kerja, tugas, dan tanggung jawab ini maka terbentuklah kerja sama dan keterikatan formal dalam suatu organisasi. Dalam organisasi ini maka pekerjaan yang berat dan sulit akan dapat diselesaikan dengan baik serta tujuan yang diinginkan tercapai. Manajemen selalu dapat dan sangat penting untuk mengatur semua kegiatan dalam rumah tangga, sekolah, koperasi, yayasan-yayasan, pemerintah dan lain sebagainya. Dengan manajemen yang baik maka pembinaan kerja sama akan serasi dan harmonis, saling menghormati dan mencintai sehingga tujuan optimal akan tercapai. Begitu pentingnya peranan manajemen dalam kehidupan manusia mengharuskan kita mempelajari, 48
Malayu S.P. Hasibuan, Manajemen Dasar, Pengertian, dan Masalah (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h. 1-2.
55
menghayati, dan menerapkannya demi hari esok yang lebih baik dan rumah tangga yang sakinah.49 3. Tujuan manajemen Pada dasarnya setiap aktivitas atau kegiatan selalu mempunyai tujuan yang ingin dicapai. Tujuan individu adalah untuk memenuhi kebutuhankebutuhannya berupa materi dan nonmateri dari hasil kerjanya. Tujuan organisasi
adalah
mendapatkan
laba
(business
organizatio)
atau
pelayanan/pengabdian (public organization) melalui proses manajemen. Tujuan yang ingin dicapai selalu ditetapkan dalam suatu rencana (plan), karena itu hendanya tujuan ditetapkan jelas, realistis, dan cukup menantang untuk diperjuangkan berdasarkan pada potensi yang dimiliki. Jika tujuan jelas, realistis, dan cukup menantang maka usaha-usaha untuk mencapainya cukup besar. Sebaliknya, jika tujuan ditetapkan terlalu mudah atau terlalu muluk maka motivasi untuk mencapainya rendah. Jadi, semangat kerja karyawan
akan termotivasi, kalau tujuan ditetapkan jelas, realistis dan
cukup menantang untuk dicapainya.50 Kesimpulan
bahwa
tujuan
merupakan
hal
terjadinya
proses
manajemen dan aktivitas kerja, tujuan beraneka macam, tetapi harus ditetapkan secara jelas, realistis dan cukup menantang berdasarkan analisis data, informasi, dan pemilihan dari alternatif-alternatif yang ada. Kecakapan
49 50
Ibid, h. 3-4. Ibid, h.17.
56
manajer dalam menetapkan tujuan dan kemampuannya memanfaatkan peluang, mencerminkan tingkat hasil yang dapat dicapainya.51 4. Fungsi-fungsi manajemen Fungsi manajemen adalah elemen-elemen dasar yang akan selalu ada dan melekat di dalam proses manajemen yang akan dijdikan acuan oelh pemimpin untuk mencapai tujuan. Hakekatnya fungsi-fungsi manajemen bertujuan sebagai berikut: a) Supaya sistematika urutan pembahasannya lebih teratur. b) Agar analisis pembahasannya lebih mudah dan lebih mendalam. c) Untuk
menjadi
pedoman
pelaksanaan
proses
manajemen
dari
pemimpin.52 George R. Terry menyatakan bahwa fungsi-fungsi manajemen meliputi planning (perencanaan), Organizing (pengorganisasian), Actuating (pelaksanaan), dan Controling (pengawasan). Begitu juga menurut Henry fayol mengemukakan bahwa fungsi manajemen meliputi planning (perencanaan), Organizing (pengorganisasian), Actuating (pelaksanaan), dan Controling (pengawasan). Keempat unsur diatas dianggap sangat fundamental dalam setiap manajemen yang dikenal dengan POAC: 1. Perencanaan (Planning) Perencanaan
sangat
menentukan
segala
sesuatunya
sebelum
melaksanakan kegiatan. Jadi perencanaan merupakan pokok utama dalam organisasi. Perencanaan adalah proses menentukan tujuan dan cara bagaimana mencapai tujuan tersebut. George Terry mengemukakan seperti yang dikutip sukama perencanaan adalah pemilihan dan penghubung fakta serta pembuatan penggunaan 51 52
h. 283.
Ibid, h. 17-19. Saputra Wahidin, Pengantar Ilmu Dakwah (Jakarta: Rajawali Grafindo Persada, 2006),
57
perkiraan atau asumsi untuk masa yang akan datang dengan jalan menggambarkan
dan
merumuskan
kegiatan
yang
diperlukan
untukmencapai hasil yang di inginkan.53 Perencanaan ini ditunjukan pada masa depan yang penuh dengan ketidakpastian, karena adanya perubahan kondisi dan situasi. Hasil perencanaan baru akan diketahui pada masa depan. Agar risiko yang ditanggung itu relatif kecil hendaknya semua kegiatan, tindakan, dan kebijakan direncanakan terlebih dahulu. Perencanaan ini berarti masalah “memilih” artinya memilih tujuan, dan cara terbaik untuk mencapai tujuan tersebut dari beberapa alternatif yang ada. Tanpa alternatif, perencanaan pun tidak ada. Perencanaan merupakan kumpulan dari beberapa keputusan. Adapun asas-asas perencanaan (principles of planning) yaitu: a. Principle of contribution to objective Setiap perencanaan dan segala perubahannya harus ditujukan kepada pencapaian tujuan. b. Principle of efficiency of planning Suatu perencanaan efisien, jika perencanaan itu dalam pelaksanaannya dapat mencapai tujuan dengan biaya uang sekecil-kecilnya. c. Principle of primacy of planning (asas penguatan perencanaan)
53
Sukarna, Dasar-Dasar Manajemen (Jakarta: Mandar Maju, 1998), h. 10.
58
Perencanaan adalah keperluan utama para pemimpin dan fungsifungsi manajemen lainnya tanpa mengetahui tujuan dan pedoman dalam menjalankan kebijaksanaan. d. Principle of pervasiveness of planning (asas pemerataan perencanaan) Asas pemerataan perencanaan memegang peranan penting mengingat pemimpin pada tingkat tinggi banyak mengerjakan perencanaan dan bertanggung jawab atau berhasilnya rencana itu. e. Principle of planning premise (asas patokan perencanaan) Patokan-patokan perencanaan sangat berguna bagi ramalan, sebab premis-premis perencanaan dapat menunjukan kejadian-kejadian yang akan datang. f. Principle of policy frame work (asas kebijaksanaan pola kerja) Kebijaksanaan ini mewujudkan pola kerja, prosedur-prosedur kerja, dan program-program kerja tersusun. g. Principle of timing (asas waktu) Adalah perencanaan waktu yang relatif singkat dan tepat. h. Principle of planning comunication (asas tata hubungan perencanaan) Perencanaan dapat disusun dan dikoordinasikan dengan baik, jika setiap
orang
bertanggung
jawab
terhadap
pekerjaannya
dan
memperoleh penjelasan yang memadai mengenai bidang yang akan dilaksanakannya. i. Principle of alternatif (asas alternatif)
59
Alternatif ada pada setiap rangkaian kerja dan perencanaan meliputi pemilihan rangkaian alternatif dalam pelaksanaan pekerjaan sehingga tercapai tujuan yang telah ditetapkan. j. Principleof limiting factor (asas pembatasan faktor) Dalam pemilihan alternatif-alternatif, pertama-tama harus ditujukan pada faktor-faktor yang strategis dan dapat membantu pemecahan masalaha. Asas alternatif dan pembatasan faktor merupakan syarat mutlak dalam penetapan keputusan. k. The commitment principle (asas keterikatan) Perencanaan harus memperhitungkan jangka waktu keterikatan yang diperlukan untuk pelaksanaan pekerjaan l. The principle of flexibility (asas fleksibilitas) Perencanaan yang efektif memerlukan fleksibilitas tetapi tidak berarti mengubah tujuan. m. The principle of navigation change (asas ketetapan arah) Perencanaan yang efektif memerlukan pengamatan yang terusmenerus terhadap kejadian-kjadian yang timbul dalam pelaksanaanya untuk mempertahankan tujuan. n. Principle of strategic planning (asas perencanaan strategi) Dalam kondisi tertentu manajer harus memilih tindakan-tindakan yang diperlukan untuk menjamin pelaksanaan rencana agar tujuan tercapai dengan efektif.54
54
Malayu S.P. Hasibuan, Op. Cit, h. 91-94.
60
Tahap-tahap dasar perencanaan, yaitu sebagai berikut: a. Menetapkan tujuan atau serangkaian tujuan Perencanaan dimulali dengan keputusan-keputusan tentang kebutuhan organisasi atau kelompok kerja tanpa rumusan tujuan yang jelas organisasi akan menggunakan sumber daya sumber dayanya secara tidak efektif. b. Merumuskan keadaan Pemahaman akan isi perusahaan dari tujuan yang hendak dicapai atau sumber daya yang tersedia untuk pencapaian tujuan adalah sangat penting, karena tujan dan rencana menyangkut waktu yang akan datang. c. Mengidentifikasi segala kemudahan dan hambatan Segala kekuatan, kelemahan serta kemudahan dan hambatan perlu diidentifikasikan untuk mengukur kemampuan organisasi dalam mencapai tujuan. Oleh karena itu perlu diketahui faktor-faktor lingkungan intern dan ekstern yang dapat membantu organisasi mencapai tujuannya atau yang menimbulkan masalah. Walaupun sulit dilakukan, antisipasi keadaan, masalah dan kesempatan serta anacaman yang mungkin terjadi diwaktu mendatang adalah bagian esensi dari proses perencanaan. d. Mengembangkan rencana atau serangkaian kegiatan untuk pencapaian tujuan.
61
Tahap terakhir dalam proses perencanaan meliputi pengembangan berbagai alternatif dalam proses pencapaian tujuan, penilaian alternatif-alternatif tersebut dan pemilihan alternatif terbaik di antara alternatif yang ada.55 2. Pengorganisasian (Organizing) Pengorganisasian merupakan suatu hal yang penting dalam manajemen karena dalam pengorganisasian terdapat pembagian kerja yang didalam mengatur pelaku kegiatan yang disesuaikan dengan potensi dan posisi masing-masing pengurus sehingga tujuan organisasi dapat dicapai.56 Untuk terwujudnya suatu organisasi yang baik, efektif dan efisien serta sesuai dengan kebutuhan secara selektif harus didasarkan pada asas-asas (prinsip-prinsip) organisasi sebagai berikut: a. Principle of organizational objectives (asas tujuan organisasi) Menurut asas ini organisasi harus jelas dan rasioanal, apa bertujuan untuk mendapatkan laba (business organization) ataukah untuk memberi pelayanan (public organization). Hal ini merupakan bagian penting dalam menentuukan struktur organisasi. b. Principle of unity of objective (asas kesatuan tujuan) Menurut asas ini, didalam suatu organisasi (perusahaan) harus ada kesatuan tujuan yang ingin dicapai. Organisasi secara keseluruhan dan tiap-tiap bagiannya harus berusaha untuk mencapai tujuan tersebut. Organisasi akan kacau jika tidak ada kesatuan tujuan. 55 56
Ibid, h. 95. Ari Cahyani, Dasar-dasar Organisasi dan Manajemen (Jakarta: Grasindo, 2003), h. 3.
62
c. Principle of unity of command (asas keatuan perintah) Menurut asas ini, hendaknya setiap bawahan menerima perintah ataupun memberikan pertanggungjawaban hanya kepada satu orang atasan, tetapi seorang atasan dapat memerintah beberapa orang bawahan. d. Principle of the span of management (asas rentang kendali) Menurut asas ini, seorang manajer hanya dapat memimpin secara efektif sejumlah bawahan tertentu, misalnya 3 sampai 9 orang. Jumlah bawahan ini tergantung kecakapan dan kemampuan manajer bersangkutan. e. Principle of delegation of authority (asas pendelegasian wewenang) Menurut asas ini, hendaknya pendelegasian wewenang dari seorang atau sekelompok orang kepada orang lain jelas dan efektif, sehingga ia mengetahui wewenangnya. f. Principle of parity of authority and responsibility (asas keseimbangan wewenang dan tanggung jawab) Menurut asas ini, hendaknya wewenang dan tanggung jawab harus seimbang. Wewenang yang didelegasikan dengan tanggung jawab yang timbul karenanya harus sama besarnya, hendaknya wewenang yang didelegasikan tidak meminta pertanggungjawaban yang lebih besar dari wewenang itu sendiri atau sebaliknya. Misalnya, jika wewenang sebesar X tanggung jawabnya harus sebesar X pula. g. Principle of responsibility (asas tanggung jawab)
63
Menurut asas ini, hendaknya pertanggung jawabannya dari bawahan terhadap atasan harus sesuai dengan garis wewenang (line authority) dan pelimpahan wewenang. Seseorang hanya bertanggung jawab kepada orang yang melimpahkan wewenang tersebut. h. Principle of departmentation (Principle of devision of work=asas pembagian kerja) Menurut asas ini, pengelompokan tugas-tugas, pekerjaan-pekerjaan, atau kegiatan-kegiatan
yang sama kedalam
satu
unit
kerja
(departemen) hendaknya didasarkan atau eratnya hubungan pekerjaan tersebut. i. Principle of personel placement (asas penempatan personalia) Menurut asas ini, hendaknya penempatan orang-orang pada setiap jabatan harus didasarkan atas kecakapan, keahlian, dan keterampilan (the right man, in the right job); mismanagement penempatan harus dihindarkan. Efektivitas organisasi
yang optimal memerlukan
penempatan karyawan yang tepat. Untuk itu harus dilakukan seleksi yang objektif dan berpedoman atas job spesification dari jabatan yang akan diisinya. j. Principle of scalar chain (asas jenjang berangkai) Menurut asas ini, hendaknya saluran perintah atau wewenang dari atas ke bawah harus merupakan mata rantai vertikal yang jelas dan tidak terputus-putus
serta
menempuh
jarak
terpendek.
Sebaliknya
pertanggung jawaban dari bawahan ke atasan juga melalui mata rantai
64
vertikal, jelas dan menempuh jarak terpendeknya. Hal ini penting, karena
dasar organisasi
yang fundamental
adalah
rangkaian
wewenang dari atas ke bawah. Tindakan dumping hendaknya dihindarkan. k. Principle of officiency (asas efesiensi) Menurut asas ini, suatu organisasi dalam mencapai tujuannya harus dapat mencapai hasil yang optimal dengan pengorbanan yang minimal. l. Principle of continuty(asas kesinambungan) Organisasi harus mengusahan cara-cara untuk menjaminkelangsungan hidupnya. m. Principle of coordination (asas koordinasi) Asas ini merupakan tindak lanjut dari asas-asas organisasi lainnya. Koordinasi dimaksudkan untuk mensinkronkan dan mengintegrasikan segala tindakan, supaya terarah kepada sasaran yang ingin dicapai.57 3. Penggerakan (Actuating) Penggerakan adalah suatu fungsi pembimbing dan pemberian pimpinan serta penggerakan orang agar kelompok itu suka dan mau bekerja. Penggerakan merupakan motor bagi berjalannya suatu organisasi karena tanpa adanya suatu penggerakan, anggota akan merasakan jenuh dan tidak akan termotifasi untuk maju, untuk itulah peran seorang pemimpin sangat menentukan karena dia merupakan motor penggerak yang utama
57
Malayu S.P. Hasibuan, Op. Cit, h. 124-125.
65
dalam
suatu
organisasi.
Menurut
Gr.
Terry
Actuating
adalah
membangkitkan dan mendorong semua anggota kelompok supaya berkehendak dan berusaha dengan keras untuk mencapai tujuan dengan ikhlas disertai dengan perencanaan dan usaha pengorganisasian dari pihak pimpinan.58 Dalam sebuah organisasi sudah sepatutnya terdapat pelaksanaan setelah suatu perencanaan dan pembentukkan organisasi. Dalam pelaksanaan dibutuhkan prinsip, teknik dan tahapan yang optimal. Pelaksanaan atau bisa disebut pengarahan (actuating) yaitu mengarahkan semua personal agar mau bekerja sama dan bekerja efektif dalam mencapai tujuan suatu organisasi. Adapun tahap-tahap penggerakan yaitu dibagi dalam tiga tahap, yaitu: a.
Memberikan semangat, motivasi, inspirasi atau dorongan sehingga timbul kesadaran dan kemauan para petugas untuk bekerja dengan baik. Tindakan ini juga disebut motivating.
b.
Pemberian bimbingan melalui contoh-contoh tindakan atau teladan. Tindakan ini juga disebut koding yang meliputi beberapa tindakan, seperti: pengambilan keputusan, mengadakan komunikasi antara pimpinan dan staf, memilih orang-orang yang menjadi anggota kelompok dan memperbaiki sikap, pengetahuan maupun ketrampilan staf.
c.
Pengarahan (directing atau commanding) yang dilakukan dengan memberikan petunjuk-petunjuk yang benar, jelas dan tegas. Segala
58
Sukarna, Op. Cit, h.82.
66
saran-saran atau instruksi kepada staf dalam pelaksanaan tugas harus diberikan dengan jelas agar terlaksana dengan baik terarah kepada tujuan yang telah ditetapkan. Menurut Azwar (1996) teknik-teknik penggerrakan yang efektif antara lain: a. Memberikan penjelasan kepada setiap orang yang ada dalam organisasi, mengenai tujuan yang harus dicapai. b. Setiap orang harus menyadari, memahami serta menerima dengan baik tujuan tersebut. c. Pimpinan menjelaskan kebijaksanaan-kebijaksanaan yang ditempuh oleh organisasi dalam usaha pencapaian tujuan. d. Setiap orang harus mengerti struktur organisasi. e. Setiap orang harus menjalankan peranan apa yang diharapkan oleh pimpinan organisasi dengan baik. f. Menekankan pentingnya kerjasama dalam melaksanakan kegiatankegiatan yang diperlukan. g. Memperlakukan setiap bawahan sebagai manusia dengan penuh pengertian. h. Memberikan penghargaan serta pujian kepada pegawai yang cakap dan teguran serta bimbingan kepada orang-orang yang kurang mempu bekerja.
67
i. Meyakinkan setiap orang bahwa dengan bekerja baik dalam organisasi tujuan pribadi orang-orang tersebut akan tercapai semaksimal mungkin.59 4. Pengawasan (Controling) Pengawasan juga dapat diartikan sebagai suatu proses untuk menetapkan pekerjaan apa yang sudah dilaksanakan, menilainya,dan bila perlu mengoreksi dengan maksud supaya pelaksaan pekerjaan sesuai dengan rencana semula. Pengawasan seseorang juga disebut pengendalian salah satu fungsi manajemen yang berupa penilaian dan sekaligus bila perlu mengadakan koreksi sehingga apa yang kadang dilakukan bawahan diarahakan kejalan yang benar dengan maksud agar tercapai tujuan yang telah di gariskan semula. Kegiatan pengawasan dilaksanakan untuk mengadakan evaluasi terhadap semua perangkat kinerja perusahaan agar terlihat dengan jelas antar hambatan dan kekurangan dalam kegiatan organisasi. Setelah diadakan kegiatan pengawasan semua kondisi dapat dikendalikan untuk menjaga keseimbangan organisasi.60 Tahap Proses Pengawasan : 1. Tahap Penetapan Standar Tujuannya adalah sebagai sasaran, kuota, dan target pelaksanaan kegiatan yang digunakan sebagai patokan dalam pengambilan keputusan. Bentuk standar yang umum yaitu : a. standar phisik 59
http://diiyahbook.blogspot.co.id/2011/12/penggerakan-actuating.html. 08 september
2016. 60
Ari Cahyani, Op. Cit, h 83.
68
b. standar moneter c. standar waktu 2. Tahap Penentuan Pengukuran Pelaksanaan Kegiatan Digunakan sebagai dasar atas pelaksanaan kegiatan yang dilakukan secara tepat. 3. Tahap Pengukuran Pelaksanaan Kegiatan Beberapa proses yang berulang-ulang dan kontinue, yang berupa atas, pengamatan, laporan, metode, pengujian, dan sampel. 4. Tahap Pembandingan Pelaksanaan dengan Standar dan Analisa Penyimpangan Digunakan untuk mengetahui penyebab terjadinya penyimpangan dan menganalisanya mengapa bisa terjadi demikian, juga digunakan sebagai alat pengambilan keputusan bagai manajer. 5. Tahap Pengambilan Tindakan Koreksi Bila diketahui dalam pelaksanaannya terjadi penyimpangan, dimana perlu ada perbaikan dalam pelaksanaan. Dalam hal pengawasan dapat diklasifikasikan macam-macam pengawasan berdasarkan berbagai hal, yaitu: a. Pengawasan langsung dan pengawasan tidak langsung Pengawasan langsung adalah pengawasan yang dilakukan secara pribadi oleh pimpinan atau pengawas dengan mengamati, meneliti, memeriksa, mengecek sendiri secara “on the spot” di tempat pekerjaan dan menerima laporan-laporan secara langsung pula dari pelaksana. Sedangkan
69
pengawasan tidak langsung diadakan dengan mempelajari laporanlaporan yang diterima dari pelaksana, baik lisan maupun tertulis, mempelajari pendapat-pendapat masyarakat dan tanpa pengawasan. b. Pengawasan Preventif dan Represif Walaupun prinsip pengawasan adalah preventif, namun bila dihubungkan dengan
waktu
pelaksanaan
pekerjaan,
dapat
dibedakan
antara
pengawasan preventif dan pengawasan represif. pengawasan preventif berkaitan dengan pengesahan peraturan daerah atau keputusan kepala daerah tertentu. karena tidak semua peraturan daerah dan keputusan kepala daerah memerlukan pengesahan. selama pengesahan belum diperoleh, peraturan daerah atau keputusan kepala daerah yang bersangkutan belum berlaku dan pengawasan ini dilakukan melalui preaudit sebelum pekerjaan dimulai. Misal dengan mengadakan pengawasan terhadap persiapan-persiapan, rencana kerja, rencana anggaran, rencana penggunaan tenaga dan sumber-sumber lain. Sedang pengawasan represif dapat berbentuk penangguhan berlaku atau pembatalan. suatu peraturan daerah atau keputusan kepala daerah yang sudah berlaku dan mempunyai kekuatan mengikat dapat ditangguhkan atau dibatalkan karena bertentangan dengan kepentingan umum atau peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi tingkatannya dan pengawasan ini dilakukan melalui post audit dengan pemeriksaan terhadap pelaksanaan di tempat, meminta laporan pelaksanaan dan sebagainya.
70
c. Pengawasan Intern dan Pengawasan Ekstern Pengawasan intern, adalah pengawasan yang dilakukan oleh aparat dalam organisasi itu sendiri. Pada dasarnya pengawasan harus dilakukan oleh pucuk pimpinan sendiri. Akan tetapi di dalam praktek hal ini tidak selalu mungkin. Oleh karena itu setiap pimpinan dalam organisasi pada dasarnya berkewajiban membantu pucuk pimpinan untuk mengadakan pengawasan secara fungsional sesuai dengan bidang tugasnya masingmasing. Sedangkan pengawasan ekstern adalah pengawasan yang dilakukan oleh aparat dari luar organisasi sendiri. Seperti pengawasan dibidang keuangan oleh Badan Pemeriksa Keuangan sepanjang meliputi seluruh Aparatur Negara dan Direktorat Jenderal Pengawasan Keuangan Negara terhadap Departemen dan Instansi pemarintah lain.61 Macam-macam pengawasan ini didasarkan pada pengklasifikasian pengawasan. Disamping itu pula ada beberapa macam pengawasan dilihat dari bidang pengawasannya, yakni: a. Pengawasan anggaran pendapatan (budgetary control) b. Pengawasan biaya (cost control) c. Pengawasan barang inventaris (inventory control) d. Pengawasan produksi (production control) e. Pengawasan jumlah hasil kerja ( quality control) Proses pengawasan merupakan hal penting dalam menjalankan kegiatan organisasi, oleh karena itu setiap pimpinan harus dapat 61
http://mhamamalmahmud.blogspot.co.id/2013/04/sistem-pengawasan-terhadap.html. (08 September 2016).
71
menjalankan fungsi pengawasan sebagai salah satu fungsi manajemen. Fungsi pengawasan yang dilakukan oleh pimpinan organisasi terhadap setiap pegawai yang berada dalam organisasi adalah wujud dari pelaksanaan fungsi administrasi dari pimpinan organisasi terhadap para bawahan, serta mewujudkan peningkatan efektifitas, efisiensi, rasionalitas, dan ketertiban dalam pencapaian tujuan dan pelaksanaan tugas organisasi. Pengawasan yang dilakukan oleh pimpinan organisasi akan memberikan implikasi terhadap pelaksanaan rencana akan baik jika pengawasan dilakukan secara baik, dan tujuan baru dapat diketahui tercapai dengan baik atau tidak setelah proses pengawasan dilakukan. Dengan demikian peranan pengawasan sangat menentukan baik buruknya pelaksanaan suatu rencana.62
5. Unsur-unsur Manajemen a. Man (Sumber Daya Manusia) Unsur manajemen yang paling vitas adalah sumber daya manusia. Manusia yang membuat perencanaan dan mereka pula yang melakukan proses untuk mencapai tujuan tersebut. Tanpa adanya sumber daya manusia maka tidak ada proses kerja, sebab pada prinsip dasarnya mereka adalah makhluk pekerja. b. Money (Uang) Perusahaan dalam menjalankan seluruh aktifitas sehari-harinya tidak akan bisa terlepas dari biaya yang diukur dengan satuan sejumlah uang. Dengan ketersediaan uang atau dana yang memadai maka manajemen 62
Malayu S.P. Hasibuan, Op. Cit, h. 161
72
perusahaan akan lebih leluasa dalam melakukan sejumlah efisisensi untuk mencapai tujuan akhir perseroan yaitu memperoleh laba yang maksimal. Pembelian bahan material atau bahan baku nilainya akan jauh lebih murah jika dilakukan dengan jumlah atau quantity, semakin banyak quantity yang dipesan maka secara otomatis akan mendapatkan jumlah harga discount khusus dari vendor. c. Material (Bahan Baku) Ketersediaan bahan baku atau material sangat vital dalam proses produksi. Tanpa bahan baku perusahaan munafaktur tidak bisa mengelola sesuatu untuk dijual. Dibutuhkan tenaga ahli untuk mengelola bahan baku menjadi barang jadi atau setengah jadi. Sumber daya manusia dan bahan baku sangat berkaitan erat satu sama lain dan tidak bisa dipisahkan. d. Machines (Peralatan Mesin) Untuk mengelola bahan baku menjadi barang jadi dibutuhkan seperangkat mesin dan peralatan kerja. Dengan adanya mesin maka waktu yang dibutuhkan dalam proses produksi akan semakin cepat dan efisien. Disamping efisien, tingkat kesalahan manusia atau human error dapat diminimalisir, namun dibutuhkan sumber daya yang handal dan bahan baku yang berkualitas untuk memperoleh hasil yang maksimal. e. Methods (Metode) Dalam menerapkan manajemen untuk mengelola sejumlah unsur-unsur diatas dibutuhkan suatu metode atau standar opartional prosedur yang
73
baku. Setiap divisi didalam perusahaan memiliki fungsi pokok tugas atau job desk tersendiri dan masing-masing divisi tersebut saling berkaitan erat dalam menjalankan aktifitas perusahaan. f. Market (Pasar) Konsumen atau pasar merupakan elemen yang sangat penting, tanpa permintaan maka proses produksi akan terhenti dan segala aktifitas perusahaan akan vakum. Agar dapat menguasai segmentasi pasar pihak manajemen harus memiliki strategi pemasaran yang handal dan dapat bersaing dengan kompetitor marker sejenis baik dari sisi harga, kualitas maupun kuantitas.63
63
Ibid, h. 89.