EFEKTIFITAS PERAN BADAN PENASIHATAN, PEMBINAAN DAN PELESTARIAN PERKAWINAN (BP-4) DEPARTEMEN AGAMA KABUPATEN PONOROGO DALAM MELESTARIKAN PERKAWINAN 2006 / 2007 (Studi Atas Pelaksanaan Kursus Calon Pengantin / SUSCATIN)
SKRIPSI
Oleh : HELIDA FILIALLIES FERAWATI 241032009 Pembimbing 1 H. MARSUDI, SH, M. Hum. Pembimbing 2 ADJAT SUDRAJAT, M. Ag.
MAKALAH Program Studi Al-Ahwal Syakhsiyyah JURUSAN SYARI’AH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) PONOROGO 2007
NOTA PEMBIMBING
Hal
: Persetujuan Munaqosah Skripsi
Ponorogo,
April 2008
Kepada Yth. Ketua Jurusan Syari’ah STAIN Ponorogo. Assalamu’alaikum Wr. Wb. Setelah secara cermat kami baca/ teliti kembali, telah diadakan perbaikan sesuai dengan petunjuk dan arahan kami, maka kami berpendapat, bahwa Skripsi Saudari: Nama Nim Jurusan/ Prodi Judul
: : : :
HELIDA FILIALLIES FERAWATI 241032009 Syari’ah / Ahwal al-Syahsiyah EFEKTIFITAS PERAN BADAN PENASEHAT, PEMBINAAN DAN PELESTARIAN PERKAWINAN (BP-4) DEPARTEMEN AGAMA KABUPATEN PONOROGO DALAM MELESTARIKAN PERKAWINAN (Studi Atas Pelaksanaan Kursus Calon Pengantin / SUSCATIN)
Telah memenuhi syarat untuk diajukan dalam sidang ujian munaqosah Skripsi Jurusan Syari’ah STAIN Ponorogo, untuk itu kami mengharap agar segera dimunaqosahkan. Atas perhatian Bapak, kami sampaikan terima kasih. Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Pembimbing I
MARSUDI, SH, M. Hum. NIP: 150 080 160
Pembimbing II
ADJAT SUDRAJAT, M. Ag. NIP: 150 318 028
KATA PENGANTAR
Dengan ucapan Alhamdulillah, penulis panjatkan rasa syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi ini, meskipun sangat sederhana, akan tetapi penulisan Skripsi ini sudah sesuai dan sudah diusahakan secara maksimal dengan kemampuan yang ada dalam diri penulis. Shalawat dan Salam semoga senantiasa terlimpahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah menuntun dan membawa umatnya dari zaman Jahiliyah menuju zaman yang terang benderang. Dan tidak lupa shafa’at beliaulah yang akan kita nantikan dihari kiamat kelak. Kemudian dengan terselesaikannya Skripsi yang berjudul “EFEKTIFITAS PERAN
BADAN PENASEHATAN,
PEMBINAAN
DAN
PELESTARIAN
PERKAWINAN (BP-4) DEPARTEMEN AGAMA KABUPATEN PONOROGO DALAM MELESTARIKAN PERKAWINAN (Studi Atas Pelaksanaan Kursus Calon Pengantin / SUSCATIN)”, penulis ingin mengucapkan dan menyampaikan terima kasih yang tak terhingga kepada semua pihak yang telah ikut membantu dan mendukung secara langsung ataupun tidak langsung, baik itu yang dapat penulis bisa sebutkan maupun yang terlupa, antara lain:
1. Bapak Drs. H.A. Rodli Makmun, M. Ag., selaku Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Ponorogo, yang telah memberikan kesempatan bagi penulis untuk menimba ilmu di lembaga ini. 2. Bapak Drs. Saifullah, M. Ag., selaku Ketua Jurusan Syari’ah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Ponorogo, yang telah memberikan dukungan kepada penulis dalam menulis karya ilmiah ini. 3. Ibu Ridlo Rokamah, M. S.I, selaku Ketua Prodi Ahwal al-Syahsiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Ponorogo, yang telah memberikan waktu bagi penulis untuk mengadakan penelitian. 4. Bapak Marsudi, SH. M. Hum., selaku Pembimbing I yang telah memberikan curahan-curahan dan petunjuk dalam penyusunan Skripsi ini. 5. Bapak Adjat Sudrajat, M.Ag., selaku Pembimbing II yang ikut memberikan saran dan masukan demi terselesaikannya penulisan Skripsi ini. 6. Bapak dan Ibu Dosen serta Karyawan/ Karyawati Perpustakaan STAIN Ponorogo 7. Bapak Drs. Maftuh Bahrul Ilmi, MH dan segenap Tim PUSDALAKPRO SUSCATIN BP-4 Kabupaten Ponorogo. 8. Kepada semua pihak yang telah membantu dan memberikan dorongan sehingga dapat mempercepat selesainya penulisan Skripsi ini.
Penulis sadar ini karena keterbatasan penulis. Sungguh suatu kehormatan bagi penulis atas saran atau kritik yang membangun, sehingga bisa menambah sempurna Skripsi ini. Penulis hanya memohon kepada Allah SWT semoga Skripsi yang sederhana ini bermanfaat khususnya bagi penulis, umumnya bagi pembaca sekalian.
Ponorogo, 30 April 2008 Penulis
HELIDA FILIALLIES FERAWATI NIM: 241032009
ABSTRAKSI Nama Nim Judul
: HELIDA FILIALLIES FERAWATI : 241032009 : EFEKTIFITAS PERAN BADAN PENASIHATAN, PEMBINAAN DAN PELESTARIAN PERKAWINAN (BP-4) DEPARTEMEN AGAMA KABUPATEN PONOROGO DALAM MELESTARIKAN PERKAWINAN (Studi Atas Pelaksanaan Kursus Calon Pengantin / SUSCATIN)
Badan Penasehatan, Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP-4) adalah sebuah badan organisasi semi resmi Departemen Agama (DEPAG) yang bergerak dalam bidang perkawinan, kemudian BP-4 pada tahun 2006 membuat sebuah program baru yaitu sebuah Kursus yang diberi nama dengan Kursus Calon Pengantin (SUSCATIN) dimana program ini wajib diikuti oleh setiap pasangan calon pengantin. Program ini adalah upaya kongkrit yang dilakukan oleh Badan Penasehat, Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP-4) dalam rangka mempersiapkan calon suami dan istri yang mampu mengatasi tantangan, ancaman, gangguan dan problematika perkawinan dalam rumah tangga, serta memahami aspek-aspek kesehatan reproduksi dan manajemen ekonomi rumah tangga. Dengan adanya program Kursus Calon Pengantin (SUSCATIN) ini menimbulkan pertanyaan yang harus dicari jawabannya dengan jalan penelitian, yaitu; Bagaimana peranan Badan Penasehat, Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP-4) dalam melestarikan perkawinan?, dan bagaimana efektifitas kegiatan SUSCATIN dalam meminimalisir perceraian di Kabupaten Ponorogo. Metode penelitian lapangan menjadi pilihan dalam penulisan Skripsi ini, yang menghasilkan dua kesimpulan sebagai jawaban dari dua pertanyaan dalam rumusan masalah di atas. Yang pertama adalah adanya peranan Badan Penasehat, Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP-4) dalam melestarikan perkawinan yaitu dengan mengadakan program Kursus Calon Pengantin bagi setiap pasangan calon pengantin, kursus-kursus kepada remaja usia nikah dan kepada mereka yang telah menikah yang sedang menghadapi masalah rumah tangga (Problem Solving). Yang kedua, keefektifan kegiatan SUSCATIN dalam meminimalisir perceraian di Kabupaten Ponorogo, ternyata masih belum optimal dikarenakan prosentase yang sangat kecil.
TRANSLITERASI 1. Pedoman Transliterasi yang digunakan adalah: ARAB
INDONESIA
ARAB
INDONESIA
F
A
ض
D
ب
B
ط
T
ت
T
ظ
Z
ث
TH
ع
‘
ج
J
غ
GH
ح
H
S
F
خ
KH
ق
Q
د
D
ك
K
ذ
DH
ل
L
[
R
م
M
ز
Z
ن
N
_
S
ه
H
ش
SH
و
W
ص
S
ي
Y
2. Untuk menunjukkan bunyi hidup panjang caranya dengan menuliskan coretan horisontal di atas huruf û, î, dan â. 3. Bunyi hidup dobel (diftong) Arab ditransliterasikan dengan menggabung dua huruf “ay” dan “aw”. Contoh: Bayna, ‘alayhim, qawl, maud û’ah.
4. Kata yang ditransliterasikan dan kata-kata dalam bahasa asing yang belum terserap menjadi bahasa baku Indonesia harus dicetak miring. 5. Bunyi huruf hidup akhir sebuah kata tidak dinyatakan dalam transliterasi. Transliterasi hanya berlaku pada huruf konsonan akhir. Contoh: Ibn Taymîyah bukan Ibnu Taymîyah. Inna al-dîn ‘inda Allâh al-Islâm bukan Inna al-dîna ‘inda Allâhi al-Islâmu. Fahuwa wâjib bukan Fahuwa wâjibu atau Fahuwa wâjibun. 6. Kata yang berakhir dengan ta’ marbuthah dan berkedudukan sebagai sifat (na’at) dan idhafah ditransliterasikan dengan “ah” sedangkan mudhâf ditransliterasikan dengan “at”. Contoh: a. Na’at dan Mudâf ilayh: Sunnah sayyi’ah, al-maktabah al-misrîyah. b. Mudâf: mat ba’at al-‘âmmah. 7. Kata yang berakhir dengan ya’ mushaddadah (ya’ bertashdid) ditransliterasikan dengan î, Jika î diikuti dengan ta’ marbuthah maka transliterasinya adalah îyah. Jika ya’ bertashdid berada di tengah kata ditransliterasikan dengan “yy”. Contoh: a. al-Ghaz âlî, al-Nawawî. b. Ibn Taymîyah, Al-Jawzîyah. c. Sayyid, Mu’ayyid, Muqayyid.
BIOGRAFI PENULIS
Nama
: HELIDA FILIALLIES FERAWATI
Nim
: 241032009
Jurusan / Prodi
: SYARI’AH/ Ahwal al-Shahsiyah
Tempat, Tanggal Lahir
: Ponorogo, 13 Juni 1984
Pendidikan
: RA MUSLIMAT Mangunsuman
Lulus tahun 1991
SDN Mangunsuman
Lulus tahun 1997
MTs N BABADAN
Lulus tahun 2000
MAN 2 Ponorogo
Lulus tahun 2003
PERSEMBAHAN
Karya Tulis ini sebagai persembahan Baktiku kepada Bapak, Ibu, dan Suami tercinta yang senantiasa berjuang demi kesuksesanku dalam menimba ilmu, serta teruntuk Adik dan Anakku tersayang.
Para Dosen yang telah membimbing, mengajar dan selalu mengarahkan dalam melaksanakan kewajiban mencari ilmu dan segenap temantemanku yang selalu memberikan motivasi kepadaku dalam menggapai cita-citaku.
Kupersembahkan untuk Nusa, Bangsa dan Agamaku.
PEDOMAN WAWANCARA
1. Bagaimana Selayang pandang Badan Penasehatan, Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP-4) ? 2. Siapa saja pengurus Badan Penasehatan, Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP-4) Kabupaten Ponorogo periode 2006 / 2007 ? 3. Bagaimana peranan Badan Penasehatan, Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan BP-4 dalam melestarikan perkawinan? 4. Bagaimana selayang pandang Kursus Calon Pengantin (SUSCATIN) di Kabupaten Ponorogo ? 5. bagaimana cara kerja Kursus Calon Pengantin (SUSCATIN) ? 6. Bagaimana pendapat Bapak sebagai salah satu dari Modin di Sukorejo tentang Kursus Calon Pengantin (SUSCATIN) ? 7. Bagaimana pendapat Ibu sebagai seorang Guru dari SMU Slahung tentang Kursus Calon Pengantin (SUSCATIN) ? 8. Bagaimana pendapat anda sebagai seorang Mahasiswa tentang Kursus Calon Pengantin (SUSCATIN) ? 9. Bagaimana pendapat anda sebagai salah satu dari peserta Kursus tentang Kursus Calon Pengantin (SUSCATIN) ?
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Manusia, hewan dan tumbuh-tumbuhan adalah makhluk Allah yang diciptakan-Nya
berpasang-pasangan.
Hubungan
antara
berpasang-
pasangan akan membuahkan keturunan dan keturunan itu agar hidup di alam semesta ini berkesinambungan, dengan demikian penghuni dunia ini tidak pernah mati dan kosong, tetapi terus berkembang dari generasi kegenerasi. 1 Perkawinan adalah Sunnatullah yang dengan sengaja diciptakan oleh Allah yang antara lain tujuannya untuk melanjutkan keturunan dan tujuan-tujuan lainnya. Allah berfirman : Adz-Dzariyat : 49
∩⊆∪ tβρã ©. x ‹ s? ÷/ä 3ª= yès 9 È÷y`÷ρ y— $oΨø) n= y z >óx « Èe≅ à2 ÏΒuρ Dan segala sesuatu telah kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat (Kebesaran Allah). 2 Hukum perkawinan merupakan bagian dari Hukum Islam yang memuat
ketentuan-ketentuan tentang hal
ihwal
perkawinan,
yakni
bagaimana proses dan prosedur menuju terbentuknya ikatan perkawinan, 1 2
M. Ali Hasan, Pedoman Hidup Berumah Tangga Dalam Islam (Jakarta: Siraja 2003) 1 Alqur’an, 51:49
bagaimana cara menyelenggarakan akad perkawinan, bagaimana cara memelihara ikatan lahir dan batin yang telah diikrarkan sebagai akibat yuridis dari adanya akad itu, bagaimana cara mengatasi krisis rumah tangga yang mengancam ikatan lahir batin antara suami istri, bagaimana proses dan prosedur berakhirnya ikatan perkawinan serta akibat yuridis dari berakhirnya perkawinan baik yang menyangkut hubungan hukum antara batas suami dan istri, anak-anak mereka dan harta mereka. 3 Cukup logis kalau Islam menetapkan berbagai ketentuan-ketentuan mengatur berfungsinya keluarga, karena keluarga merupakan inti dari masyarakat Islam dan hanya menikah merupakan cara untuk membentuk lembaga ini, maka dari itu menikah (perkawinan) merupakan suatu hal yang diperintahkan dan dianjurkan oleh syara’.4 Perkawinan adalah suatu akad atau perjanjian yang mengikat antara laki-laki dan perempuan dan menghalalkan hubungan biologis antara kedua belah pihak dengan sukarela berdasarkan syari’at Islam. Islam juga mengajarkan bahwa perkawinan itu tidak hanya sebagai ikatan biasa seperti perjanjian jual beli atau sewa menyewa, melainkan suatu perjanjian suci, dimana kedua belah pihak dihubungkan menjadi suami istri atau menjadi pasangan hidup dengan mempergunakan nama Allah. 5
3
Zahri Hamid, Pokok-pokok Hukum Perkawinan Islam dan Undang-Undang Perkawinan di Indonesia (Jakarta, Bina Cipta, 1978). 1 4 Abdur Rahman I.Doi, Perkawinan dalam Syari’at Islam (Jakarta, Rineka Cipta, 1996). 4 5 BP-4, Tuntunan Praktis Rumah Tangga Bahagia (Surabaya, 2003) hal. 8
Perkawinan bertujuan untuk mewujudkan kehidupan rumah tangga yang sakinah, mawaddah dan rahmah yang diatur dalam KHI pada pasal 3 tentang perkawinan dan agar terjamin ketertiban perkawinan bagi masyarakat
Islam
setiap
perkawinan
wajib
dicatatkan
oleh
PPN
sebagaimana diatur dalam UU No. 22 Tahun 1946 juga UU No. 32 Tahun 1954 pada pasal 5 ayat 1 dan 2. 6 Beberapa firman Allah yang bertalian dengan disyari’atkannya perkawinan : 1. An-Nur : 32
βÎ) 4 öΝà6Í← !$tΒ Î)u ρ ö/ä.ÏŠ$t6Ï ã ôÏΒ tÅsÎ =≈¢Á9$# uρ óΟä3ΖÏΒ 4‘yϑ≈tƒF{ $# (#θßsÅ 3Ρr& u ρ ∩⊂⊄∪ ÒΟŠÎ=t æ ììÅ™≡uρ ª! $#uρ 3 Ï&Î #ôÒ sù ÏΒ ª ! $# ãΝÎγ ÏΨøó ムu!#t s)è ù (#θç Ρθä3 tƒ Dan kawinkanlah orang-orang yang sendirian diantara kamu dan orang-orang yang layak dari hamba-hamba sahaya kamu yang lakilaki dan hamba-hamba sahaya yang perempuan jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan karunia-Nya dan Allah Maha Luas dan Maha Mengetahui. 7 2. Ar-Rum : 21
Ÿ≅yèy_uρ $yγøŠs9Î) (#þθãΖä3ó¡tFÏj9 %[`≡uρø—r& öΝä3Å¡àΡr& ôÏiΒ /ä3s9 t,n=y{ ÷βr& ÿϵÏG≈tƒ#u ôÏΒuρ ∩⊄⊇∪ tβρã©3xtGtƒ 5Θöθs)Ïj9 ;M≈tƒUψ y7Ï9≡sŒ ’Îû ¨βÎ) 4 ºπyϑômu‘uρ Zο¨Šuθ¨Β Νà6uΖ÷t/ Dan diantara tanda-tanda kekuasaann-Nya adalah dia menciptakan istri-istri dari jenis kamu sendiri supaya kamu tenang kepadanya dan dijadikan-Nya di antaramu mawaddah dan rahmat. Sesungguhnya 6 7
Depag RI, Kompilasi Hukum Islam (Bandung: Fokus Media, 2005) hal. 7 Alqur’an, 24:32
pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir. 8 3. Ar-Ra’du : 38
βr& @Αθß™tÏ9 tβ%x. $tΒuρ 4 Zπ−ƒÍh‘èŒuρ %[`≡uρø—r& öΝçλm; $uΖù=yèy_uρ y7Î=ö6s% ÏiΒ Wξߙ①$uΖù=y™ö‘r& ô‰s)s9uρ ∩⊂∇∪ Ò>$tGÅ2 9≅y_r& Èe≅ä3Ï9 3 «!$# ÈβøŒÎ*Î/ āωÎ) >πtƒ$t↔Î/ u’ÎAù'tƒ Dan sesungguhnya kami telah mengutus beberapa Rasul sebelum kamu dan kami memberikan kepada mereka istri-istri dan keturunan. 9 Untuk mempertinggi mutu perkawinan seseorang calon suami istri harus melakukan persiapan-persiapan sebelum melakukan perkawinan, persiapan-persiapan itu adalah : 10 1. Aspek Biologis Aspek kemampuan yang timbul dari diri (badan/ jasmani) kita; Contoh, sebelum menikah istri harus memeriksakan kesehatan (suntik TT) di puskesmas. 2. Aspek Mental/ Psikologis Aspek kemampuan yang timbul dari hati (jiwa/ rohani) kita; Contoh, siap menerima kekurangan dan kelebihan dari masing-masing pasangan.
3. Aspek Spiritual 8
Alqur’an, 30:21 Alqur,an, 13:38 10 BP-4, Modul Kursus Calon Pengantin/ Suscatin (Ponorogo, Pusdalakpro, 2006). 13 9
Aspek kemampuan berdasarkan agama; Contoh, seorang suami harus mampu menanamkan nilai-nilai agama di dalam keluarganya kelak. 4. Aspek Psiko Sosial Aspek kemampuan yang timbul dari asas kebersamaan; Contoh, sebelum ada pernikahan kedua mempelai adalah berbeda dalam hal segala-galanya, maka dari itu setelah menikah keduanya harus mampu menjadikan perbedaan itu menjadi sebuah kebersamaan dalam sebuah rumah tangga yang bahagia sejahtera. Selain itu saat akan menikahpun perlu adanya persiapan, antara lain: 1. Kesiapan Batin atau rohani 2. Calon suami atau istri memeriksakan kesehatannya
3. Calon suami atau istri melakukan kursus Calon Pengantin.
Persiapan-persiapan tersebut di atas tidak hanya bisa dilakukan sendirian, namun masih perlu bimbingan dan pengetahuan baik dari kalangan keluarga, saudara, teman, atau sebuah organisasi yang mana dengan bimbingan tersebut nantinya mampu membentuk/ menjadikan keluarganya sebagai keluarga yang sakinah, mawaddah dan rahmah. Organisasi dapat dikatakan sebagai salah satu tempat mencari pengetahuan atau memberikan solusi sebelum maupun setelah perkawinan dalam hal menjaga dan memelihara ketahanan mental serta memberikan ketenangan hidup yang diliputi rasa kasih sayang antara seseorang suami istri. Badan Penasehatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP-4) adalah salah satu organisasi yang ada di Ponorogo yang bertugas membantu memberikan trik-trik bagaimana menciptakan rumah tangga bahagia sejahtera dan bertujuan mempertinggi mutu perkawinan serta mewujudkan keluarga sakinah menurut ajaran Islam untuk mencapai masyarakat dan bangsa Indonesia yang maju, mandiri, sejahtera materiil dan spiritual. 11 BP-4 adalah organisasi Semi Resmi Departemen Agama (Depag) yang melahirkan sebuah ide baru yang mana ide tersebut diberi nama dengan “SUSCATIN” (Kursus Calon Pengantin). Sebuah terobosan baru yang harus diikuti oleh setiap pasangan yang akan menikah, sebagaimana keputusan Menteri Agama RI No. 477 Tahun 2004 pada pasal 18 11
BP-4, Tuntunan Praktis Rumah Tangga Bahagia (Surabaya: BP-4, 2003). 32
ditegaskan bahwa “Dalam waktu sepuluh (10) hari sebelum penghulu/ pembantu penghulu meluluskan akad nikah, calon suami istri diharuskan mengikuti kursus calon pengantin dari BP-4 setempat. 12 Pada era sekarang ini memang peran BP-4 sangat diperlukan untuk menciptakan iklim yang kondusif dalam menyemangati para keluarga agar dapat menjalankan ajaran agama dengan baik dan benar serta memiliki nuansa akhlaqul karimah. Maka dari itu lewat kegiatan kursus calon pengantin (SUSCATIN) ini BP-4 memberikan arahan/ bimbingan yang nantinya wajib diikuti oleh calon suami istri yang akan menikah. Kemudian mereka akan mendapatkan sertifikat yang mana sertifikat tersebut harus ditunjukkan kepada Pegawai Pencatat Nikah (PPN) sebelum akad nikah berlangsung. Sebelum mengikuti kegiatan kursus pertama-tama yang harus dilakukan adalah mendaftarkan diri dengan mengisi formulir beserta syarat-syaratnya di kantor Departemen Agama Ponorogo bagian Suscatin. Kemudian mereka akan diberitahu kapan harus mengikuti kursus calon pengantin. Kursus tersebut wajib diikuti selama 2 hari, yaitu hari Sabtu dan Minggu, setelah itu mereka akan mendapatkan sertifikat, selain sertifikat mereka juga akan mendapatkan modul atau buku SUSCATIN. Buku tersebut berisi tentang perkawinan dalam hukum Islam dan UU No.1
12
BP-4, Modul Kursus Calon Pengantin/ Suscatin (Ponorogo, 2006) V (Dalam Sambutan Kepala Depag Ponorogo)
Tahun
1974,
problematika
perkawinan
dan
keluarga
berikut
penyelesaiannya, tentang kiat-kiat membangun keluarga bahagia sejahtera dan kekal, kesehatan reproduksi, psikologi dan konseling perkawinan, aqidah serta ibadah, dan UU KDRT. 13 Kegiatan SUSCATIN yang diselenggarakan oleh BP-4 ini adalah upaya konkrit yang dilakukan dalam rangka mempersiapkan dan membina perkawinan yang baik dan benar, namun demikian masih banyak diantara mereka yang harus mengakhiri perkawinannya dengan jalan perceraian. Syari’at Islam membolehkan perceraian, tetapi apabila keadaan memaksa. Rasulullah SAW, menggambarkan perceraian sebagaimana tercantum di dalam hadits. 14 Nabi Muhammad SAW bersabda :
َ َ [ } ا ا } د اtّq ََّ اvَ~ َ} َّ| َz ِx اyَq ِِ إv َtَsْq ُ اpَnْm َأ }د Sesuatu perbuatan halal yang dimurkai Allah SWT Azzawajalla adalah talaq/ cerai. (HR. Abu Dawud). Tingkat
perbandingan
perceraian
sebelum
adanya
kegiatan
SUSCATIN dengan setelah adanya kegiatan SUSCATIN hanya berkisar antara 40 hingga 100 kasus perceraian setiap bulan dalam satu tahun,
13 14
Ibid., IV Ustadz Bey Arifin, Tarjamah Sunan Abi Daud (III) (Semarang: Asy-Syifa’,1992). 87
sedangkan sesudah adanya program ini tingkat perceraian berkisar antara 20 hingga 100 kasus perceraian setiap bulan dalam satu tahun. 15 Dari uraian di atas dapat dimengerti bahwa program BP-4 lewat kegiatan SUSCATIN, bukan semata-mata untuk menyalahkan, menuduh, dan
menghukum
akan
tetapi
lebih
mendengarkan,
menganalisa,
menasehati dan menetralisir perceraian yang terjadi, sehingga kegiatan SUSCATIN ini pada masa yang akan datang eksistensinya perlu ditingkatkan
kualitas
pelayanannya,
sarananya
maupun
kualitas
personilnya. Dengan manajemen yang baik baru dapat dikatakan pelayanan efektif. Dari pemaparan di atas, penulis termotifasi
menelaah lebih
mendalam, dalam bentuk karya tulis dengan judul: “EFEKTIFITAS PERAN BADAN PENASEHATAN, PEMBINAAN DAN PELESTARIAN PERKAWINAN
(BP-4)
DEPARTEMEN
AGAMA
KABUPATEN
PONOROGO DALAM MELESTARIKAN PERKAWINAN 2006 / 2007 (Studi Atas Pelaksanaan Kursus Calon Pengantin (SUSCATIN).
9.
Penegasan Istilah Untuk memahami dan mengetahui konsep yang dimaksud oleh penulis maka ada penegasan istilah antara lain :
15
Moh Fahrur, Putusan tahun 2005/ 2006 sampai dengan 2006/ 2007.
1. Efektifitas: dari kata efektif : dapat membawa hasil, berhasil guna (memberikan hasil guna yang tinggi ditinjau dari segi tujuannya). 16 2. BP-4:
Kependekan
dari
Badan
Penasehatan,
Pembinaan
dan
Pelestarian Perkawinan yaitu sebuah badan khusus yang menangani masalah-masalah perkawinan. 3. Efektifitas Peran BP-4 : mengetahui hasil dari sebuah peran organisasi yaitu BP-4 melalui program-programnya. 4. SUSCATIN : Kependekan dari Kursus Calon Pengantin yaitu sebuah program BP-4 yang bertujuan mempersiapkan calon suami istri yang mampu mengatasi tantangan, ancaman, gangguan dan problematika perkawinan dan rumah tangga serta memahami aspek-aspek kesehatan reproduksi dan menejemen ekonomi rumah tangga.
B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana peranan BP-4 Kabupaten Ponorogo dalam melestarikan perkawinan ? 2. Bagaimana
efektifitas
kegiatan
Suscatin
dalam
meminimalisir
perceraian di Kabupaten Ponorogo ?
16
Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1989). 284
C. Tujuan Penelitian 1. Untuk
mengetahui
peranan
BP-4
Kabupaten
Ponorogo
dalam
melestarikan perkawinan. 2. Untuk mengetahui efektifitas kegiatan Suscatin dalam meminimalisir perceraian di Kabupaten Ponorogo.
D. Kegunaan Penelitian Kegunaan Penelitian ini adalah : 1. Kepentingan Ilmiah: Untuk memperkaya khazanah dan memperluas wawasan keilmuan, khususnya tentang BP-4 (Badan Penasehatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan) lewat program Kursus Calon Pengantin (SUSCATIN). 2. Kepentingan Terapan: diharapkan penelitian ini dapat memberikan sumbangan
yang
berguna
untuk
penelitian
lanjutan
mengenai
efektifitas peran BP-4 (Badan Penasehatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan) lewat program Kursus Calon Pengantin (SUSCATIN).
10. Metode Penelitian 3. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian lapangan yaitu penelitian yang dilakukan dengan cara
mengumpulkan data yang ada di lapangan. 17 Data-data tersebut mengenai fungsi dan peran BP-4 dengan adanya program kursus calon pengantin dan mengenai tingkat perbandingan perceraian sebelum adanya program kursus calon pengantin guna mencari keefektifan BP4 dengan kursus calon pengantin.
4. Data Data-data yang penulis perlukan dalam penulisan skripsi ini adalah data-data yang ada kaitannya dengan : a.
Fungsi dan peran Badan Penasehatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan
(BP-4)
dengan
adanya
program
kursus
calon
pengantin (SUSCATIN). b. Tingkat perbandingan perceraian sebelum adanya program kursus pengantin (SUSCATIN) dan setelah kursus calon pengantin (SUSCATIN.) c.
Jumlah perkawinan selama April 2006 sampai Maret 2007 berikut jumlah perceraiannya.
d. Jumlah peserta Suscatin selama April 2006 sampai Maret 2007.
5. Sumber Data Sumber data yang penulis perlukan dalam penyusunan skripsi ini adalah: 17
Burhan Bugin, Metode Penelitian (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2006). 4
a.
Sumber Data Primer : 1. Informan Informan yaitu Pengurus BP-4 (pada bidang Suscatin) dan yang memberikan kursus. 2. Respondent Respondent yaitu
peserta Suscatin baik yang ikut Suscatin
dan sudah menikah maupun ikut Suscatin dan proses akan menikah.
b. Sumber Data Sekunder a)
Pegawai, Hakim, dan Panitera Pengadilan Agama (PA).
b) Buku modul Suscatin. c)
Buku-buku hukum perkawinan Islam. -
Doi, Abdul Rahman. Perkawinan dalam Syari’at Islam (Jakarta : Rineka Cipta , 1996)
-
Ghazaly. H. Abd. Rahman, Fiqh Munakahat (Jakarta : Kencana , 2003)
-
Hamid, Zahri. Pokok-pokok Hukum Perkawinan Islam dan UU Perkawinan di Indonesia (Yogyakarta : Binacipta, 1978)
-
Hasan, M. Ali. Pedoman Hidup Berumah Tangga Dalam Islam (Jakarta : Siraja 2003)
-
Kuzari, Ahmad. Nikah sebagai Perikatan (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1995)
-
Ramulyo, M. Idris. Hukum Perkawinan Islam (Jakarta : Bumi Aksara, 1996)
-
Syarifudin, Amir. Hukum Perkawinan Islam di Indonesia (antara Fiqh Munakahat dan UU Perkawinan (Jakarta : Kencana, 2004)
6. Tehnik Pengumpulan Data a.
Tehnik Wawancara Wawancara adalah proses tanya jawab yang berlangsung secara lisan dalam mana 2 orang atau lebih, bertatap muka mendengarkan
secara
langsung
informasi-informasi
atau
keterangan-keterangan. 18 Wawancara dilakukan dengan pihak BP-4 dan SUSCATIN berikut pesertanya. b. Tehnik Observasi
18
Cholid Narbuko, Abu Ahmad, Metodologi Penelitian (Jakarta: Bumi Aksara, 2001). 83
Observasi adalah alat pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat secara sistematik gejalagejala yang di selidiki. 19 Dalam hal ini peneliti mengumpulkan data-data tentang perkembangan program Kursus Calon Pengantin (SUSCATIN). c. Tehnik Dokumentasi Tehnik Dokumentasi ini digunakan untuk mengumpulkan data-data dari sumber non insani. Sumber ini dari dokumendokumen dan rekaman-rekaman. 20 Terkait dengan penelitian ini adalah mengumpulkan datadata dari dokumen-dokumen milik BP-4 terkait Perkawinan dan SUSCATIN dan dokumen-dokumen dari Pengadilan Agama terkait Perceraian.
7. Tehnik Pengolahan Data a.
Editing Editing adalah kegiatan untuk meneliti kembali catatan data yang
telah
dikumpulkan
oleh
pencari
data
dalam
waktu
penelitian. 21
19
Ibid. 70 Sutrisno Hadi, Metodologi Research (Yogyakarta: Fakultas Psikologi, 1991). 226 21 Muhammad Teguh, Metodologi Penelitian Ekonomi Teori dan Aplikasi (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2001). 173 20
Terkait dengan penelitian ini adalah memeriksa kembali data-data tentang Suscatin yang meliputi jumlah perkawinan Tahun 2006/ 2007, jumlah peserta Suscatin, Kegiatan Suscatin, cara kerja Suscatin, tentang BP-4 dan jumlah perceraian Tahun 2006/ 2007. b. Coding Coding adalah memberikan kode-kode tertentu kepada masing-masing
kategori/
nilai
dari
setiap
variabel
yang
dikumpulkan datanya. 22 Terkai dengan penelitian ini adalah memberi kode pada data-data antara lain : -
Jumlah Perkawinan (N)
-
Jumlah Perceraian (C)
-
Jumlah Peserta Suscatin (S)
c. Tabulasi Tabulasi adalah proses penyusunan data/ fakta-fakta yang telah di edit dan diberi kode ke dalam bentuk tabel-tabel, guna mempersiapkan data yang telah diolah agar dapat dipelajari dan diuji sehingga diketahui makna data yang diperoleh. 23 Terkait dengan penelitian ini adalah menyususn data-data/ fakta-fakta yang telah di edit dan diberi kode ke dalam bentuk 22 23
Sanapiah Faisal, Format-format Penelitian Sosial (Jakarta: Raja Grafindo Persada,2001). 33 Teguh, Metodologi, 89
tabel-tabel sehingga data-data yang ada diolah untuk dipelajari dan diuji sehingga diketahui makna data yang diperoleh.
8. Metode Analisis Data a.
Metode Deduktif Metode Deduktif adalah sebuah pembahasan berangkat dari pengetahuan yang bersifat umum dan yang bertitik tolak pada pengetahuan yang umum hendak menilai suatu kejadian yang khusus. 24 Terkait dengan penelitian ini,
yaitu tentang tingkat
perbandingan perceraian di Kabupaten Ponorogo sebelum adanya program kursus calon pengantin dengan sesudah adanya program kursus calon pengantin yang diselenggarakan oleh BP-4, untuk selanjutnya dapat dijadikan pedoman apakah peran BP-4 selaku badan organisasi yang menangani masalah perkawinan dan rumah tangga sesudah efektif atau belum, melalui program kursus calon pengantin. b. Metode Induktif Metode Induktif adalah analisa data berpedoman pada cara berfikir induktif dan berangkat dari fakta yang khusus, kemudian
24
Hadi, Metodologi, 41
dari fakta yang kongkrit ditarik generalisasi yang mempunyai sifat umum. 25 Di dalam metode ini penulis meneliti dan mengamati halhal yang bersifat khusus seputar fungsi dan peran BP-4 dengan adanya
program
kursus
calon
pengantin
dan
mengenai
perbandingan jumlah perceraian sebelum dan sesudah adanya program kursus calon pengantin.
11. Sistematika Pembahasan Untuk mempermudah pembahasan dalam penyusunan skripsi ini, maka penulis membagi menjadi beberapa bab, dimana masing-masing bab terdiri dari sub bab yang antara masing-masing bab terdapat korelasi dan keterkaitan yang sangat erat. Untuk lebih jelasnya, maka sistematika pembahasan skripsi ini adalah sebagai berikut : BAB I
: Pendahuluan. Bab ini merupakan deskripsi yang akan dibahas pada bab-bab berikutnya, yang meliputi: Latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, metodologi penelitian dan sistematika pembahasan.
BAB II : Perkawinan. Uraian pada bab ini merupakan landasan teoritik tentang perkawinan, meliputi tentang pengertian, syarat dan 25
Ibid. 47
rukun perkawinan, tujuan dan hikmah perkawinan, akibat dari perkawinan,
hambatan
perkawinan,
dan
problematika
perkawinan serta penyelesaiannya. BAB III : Badan Penasehatan, Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP-4) Departemen Agama Kabupaten Ponorogo. Bab ini berisi
tentang
selayang
pandang
Badan
Penasehatan,
Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP-4) Ponorogo, peranan Badan Penasehatan, Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP-4) dalam melestarikan perkawinan Kursus Calon Pengantin (SUSCATIN), (BP-4) Kabupaten Ponorogo dalam meminimalisir perceraian di Kabupaten Ponorogo. BAB IV : Analisis
peranan
Badan
Penasehatan,
Pembinaan
dan
Pelestarian Perkawinan (BP-4) dan efektifitas SUSCATIN. Dalam bab ini akan diuraikan yang merupakan pokok pembahasan dari permasalahan skripsi, meliputi analisis Badan Penasehatan, Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP-4) dalam melestarikan perkawinan, dan analisis tentang efektifitas
SUSCATIN dalam meminimalisir perceraian di
kota Ponorogo.
BAB V : Penutup. Bab ini merupakan akhir dari penulisan skripsi yang berisi tentang kesimpulan dan saran-saran.
BAB II PERKAWINAN
E. Pengertian dan Hukum Perkawinan Pengertian Perkawinan Menurut bahasa nikah berarti “mengumpulkan”.
ُ َْ~ْq َُّْ }َ اq َُ اnُq ُ
َِّ حq َا Kata “kawin” menurut istilah hukum Islam sama dengan kata “nikah” atau “zawâj”. 26 Menurut syara’, perkawinan adalah aqad (ijab qobul) antara wali calon istri dan mempelai laki-laki dengan ucapan-ucapan tertentu dan memenuhi rukun beserta syarat-syaratnya. 27 Menurut Sajuti Tholib, perkawinan adalah suatu perjanjian yang suci, kuat dan kokoh untuk hidup bersama secara syah antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan, membentuk keluarga yang kekal, santun-menyantuni, saling mengasihi, tentram dan bahagia. 28 Menurut Sayyid Sabiq, perkawinan adalah suatu cara yang dipilih Allah sebagai jalan bagi manusia untuk beranak, berkembang 26
Zahri Hamid, Pokok-pokok Hukum Islam dan Undang-undang Perkawinan di Indonesia (Yogyakarta: Bina Cipta, 1978). 1 27 Ibid. 1 28 BP-4, Modul SUSCATIN (Ponorogo: PUSDALAKPRO, 2006). 1
biak dan kelestarian hidupnya setelah masing-masing pasangan siap melakukan
perannya
yang
positif
dalam
mewujudkan
tujuan
perkawinan. 29 Menurut Madhhab Mâliki, perkawinan adalah aqad yang dilakukan untuk mendapatkan kenikmatan dari wanita-wanita.30 Menurut madhhab Syâfi’î, perkawinan adalah aqad yang menjamin diperbolehkannya
persetubuhan. 31
Menurut
madhhab
Hanbalî,
perkawinan adalah aqad yang di dalamnya terdapat lafadz pernikahan secara jelas agar diperbolehkannya bercampur. 32 Menurut Kompilasi Hukum Islam (KHI) di Indonesia, perkawinan adalah aqad yang sangat kuat
(mîthaqan
ghalîzan)
untuk
mentaati
perintah
Allah
dan
melaksanakannya merupakan ibadah (pasal 2). 33 Dari pengertian di atas dapat dipahami bahwa perkawinan menurut Undang-undang erat kaitannya dengan agama, sebab didasarkan pada keTuhanan dan memiliki tujuan yang bersifat kekal.
Hukum Perkawinan.
29
Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah Jilid 6.terj. Mahyudin Syaif (Bandung: Victory Agency, 1996). 9 30 M. Ali Hasan, Pedoman Hidup Berumah Tangga dalam Islam (Jakarta: Siraja, 2003). 12 31 Ibid. 12 32 Ibid. 12 33 Amir Syarifudin, Hukum Perkawinan Islam di Indonesia (Antara Fiqh Munakahat dan Undang-undang Perkawinan), (Jakarta: Kencana, 2004). 40
Para ulama berbeda pendapat dalam menentukan hukum nikah, ada yang mengatakan wajib, sunnah, haram, makruh dan mubah, sedangkan dalam modul SUSCATIN disebutkan bahwa ada 5 macam hukum nikah yaitu: a.
Wajib
34
: Bagi yang sudah mampu kawin, nafsunya telah mendesak dan takut
terjerumus dalam perzinaan, wajiblah dia kawin. b. Sunnah
: Bagi orang yang nafsunya telah mendesak lagi, mampu kawin, tetapi masih dapat menahan dirinya dari berbuat zina.
c.
Haram
: Bagi seseorang yang tidak mampu memenuhi nafkah lahir dan batin istrinya, serta nafsunyapun tidak mendesak.
d. Makruh
: Bagi seseorang yang lemah syahwat dan tidak mampu memberi belanja istrinya, walaupun tidak merugikan istri, karena ia kaya dan tidak mempunyai keinginan syahwat yang kuat.
e.
Mubah
: Bagi laki-laki yang tidak terdesak oleh alasan-alasan yang mewajibkan segera kawin atau karena alasanalasan yang mengharamkan untuk kawin.
34
BP-4, Modul, 3
F. Syarat dan Rukun Perkawinan Syarat adalah suatu yang mesti ada yang menentukan sah dan tidaknya suatu pekerjaan (ibadah) tetapi sesuatu itu tidak termasuk dalam rangkaian itu. 35 Rukun adalah sesuatu yang mesti ada, yang menetukan sah dan tidaknya suatu pekerjaan (ibadah) dan sesuatu itu termasuk dalam rangkaian pekerjaan itu.36
Rukun Perkawinan Ulama fiqh mengatakan bahwa rukun hakiki nikah itu adalah kerelaan hati kedua belah pihak (laki-laki dan wanita) karena kerelaan tidak dapat diketahui dan tersembunyi dalam hati, maka hal itu harus dinyatakan melalui ijab dan qabul. Oleh sebab itu fukaha mengatakan, bahwa rukun nikah itu ijab dan qabul (sebagai intinya). 37 Adapun rukun-rukun dari sebuah pernikahan adalah sebagai berikut: a.
Calon mempelai pria
b. Calon mempelai wanita c.
Wali nikah
d. Saksi nikah
35
Abd. Rahman Ghazaly, Fiqh Munakahat (Jakarta: Kencana, 2003). 46. Ibid. 45. 37 Hasan, Pedoman . 55 36
e.
Ijab dan qabul. 38
Syarat Perkawinan Dari kelima rukun perkawinan di atas, masing-masing rukun mempunyai syarat-syarat tertentu. 39 Adapun syarat-syarat perkawinan dari masing-masing rukun di atas, yaitu: a. Syarat Calon mempelai laki-laki : •
Islam
•
Orangnya diketahui dan tertentu
•
Tidak sedang ihrom
•
Tidak sedang beristri 4
b. Syarat Calon mempelai perempuan :
c.
38 39
•
Islam
•
Orang diketahui (bukan khuntsa)
•
Tidak dalam ikatan perkawinan dan masa iddah
•
Tidak dalam keadaan ihrom.
Syarat Wali : •
Laki-laki
•
Muslim
•
Baligh
•
Berakal dan Adil
Ghazaly, Fiqh. 49 Ibid. 46
d. Syarat Saksi :
e.
•
2 orang laki-laki
•
Berakal
•
Baligh
•
Muslim
•
Merdeka (bukan budak)
•
Melihat dan mendengar serta paham akan maksud akad nikah.
Ijab dan Qabul Ijab dari wali calon mempelai perempuan atau wakilnya, dan Qobul pernyataan dari calon mempelai laki-laki/ wakilnya. Bagi orang bisu dengan tangan atau kepala yang bisa dipahami. Antara ijab dan qabul tidak boleh ada jarak yang lama karena dapat merusak kesahan dan kelangsungan aqad dan harus dapat didengar jelas oleh kedua belah pihak dan 2 orang saksi. 40
G. Tujuan dan Hikmah Perkawinan Tujuan Perkawinan. Sedikitnya ada 4 macam yang menjadi tujuan perkawinan. Keempat macam tujuan perkawinan itu hendaknya benar-benar dapat
40
Ibid. 57
dipahami oleh calon suami atau istri, supaya terhindar dari keretakan dalam rumah tangga yang biasanya berakhir dengan perceraian. 41 Adapun tujuan dari perkawinan adalah sebagai berikut: a. Menentramkan Jiwa Bila sudah terjadi akad nikah, si wanita merasa jiwanya tentram, karena merasa ada yang melindungi dan ada yang bertanggung jawab dalam rumah tangga. Si suami pun merasa tentram karena ada pendampingnya untuk mengurus rumah tangga, tempat menumpahkan perasaan suka dan duka dan teman bermusyawarah dalam menghadapi persoalan.
b. Mewujudkan (melestarikan) Keturunan Semua manusia yang normal merasa gelisah apabila perkawinannya
tidak
menghasilkan keturunan,
karena pada
umumnya orang rela bekerja keras untuk kepentingan keluarga dan anak cucunya. Di samping alih generasi, anak-anak dan cucu-cucu pun diharapkan dapat menyelamatkan orang tuanya dengan panjatan do’a kepada Allah. Begitu pentingnya masalah keturunan, Allah menyebutkan dalam firman-Nya (Q.S. Al-Furqan: 74):
&ãôãr& nο§è% $oΨÏG≈−ƒÍh‘èŒuρ $uΖÅ_≡uρø—r& ôÏΒ $oΨs9 ó=yδ $oΨ−/u‘ šχθä9θà)tƒ tÏ%©!$#uρ ∩∠⊆∪ $Β$tΒÎ) šÉ)−Fßϑù=Ï9 $oΨù=yèô_$#uρ
41
Moh. Idris Ramulyo, “Hukum Perkawinan Islam”, Suatu Analisis UU Kompilasi Hukum Islam.(Jakarta : Bumi Aksara, 1996). 26
No. 1/74 Dan
Artinya : “Dan orang-orang yang berkata, Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertaqwa”. 42 c. Memenuhi Kebutuhan Biologis Pemenuhan kebutuhan biologis itu harus diatur melalui lembaga perkawinan, supaya tidak terjadi penyimpangan, tidak lepas begitu saja sehingga norma adat istiadat dan agama tidak dilanggar 43 d. Latihan Memikul Tanggung Jawab Manusia bertanggung jawab dalam keluarga, masyarakat dan negara. Latihan itu pula dimulai dari ruang lingkup yang terkecil lebih dahulu (keluarga), kemudian baru meningkat kepada yang lebih luas lagi, biasanya orang yang sudah terlatih dan terbiasa melaksanakan tanggung jawab dalam suatu Rumah Tangga, akan sukses pula dalam masyarakat kendatipun ada sebagian kecil orang yang sukses dan bertanggung jawab mengemban tugas dalam masyarakat, tetapi tidak sukses dan tidak bertanggung jawab dalam Rumah Tangga. 44
Hikmah Perkawinan.
42
AL-Qur’an , 25 : 74 Hasan, Pedoman. 18 44 Ibid. 19 43
Selain ada tujuannya, sebuah perkawinan juga memiliki hikmah. Di dalam Modul SUSCATIN disebutkan bahwa hikmah dari sebuah perkawinan antara lain: a.
Melaksanakan perkawinan bernilai ibadah.
b. Dapat terpelihara dari perbuatan maksiat. c.
Dapat diperoleh garis keturunan yang sah, jelas dan bersih demi kelangsungan hidup dalam keluarga dan masyarakat.
d. Dapat terlaksananya pergaulan hidup antara seseorang dan kelompok secara teratur, terhormat, halal dan memperluas silaturrahim. 45
H. Akibat Perkawinan Akibat Hukum Aqad Nikah Setelah terjadi ijab qabul antara mempelai laki-laki dengan mempelai wanita maka telah terjadi sebuah akibat di antara keduanya, akibat-akibat hukum dari aqad nikah tersebut antara lain:
a. Hak dan kedudukan suami bersama istri. Pernikahan yang dilangsungkan dengan persyaratan dan dengan rukun yang sempurna mempunyai akibat hukum yang mengikat berupa hak dan kewajiban baik yang ada pada suami, istri atau 45
BP-4, Modul. 5
pada keduanya, 2 pihak secara bersama-sama. Mengenai hak dan kewajiban yang ada pada keduanya secara bersama adalah bebas bergaul, kerja sama dan bermusyawarah. 46 b. Kewajiban Suami. Suami wajib bergaul dengan baik kepada istrinya. Menjaga rahasia Istri Wajib memberikan nafkah baik lahir maupun batin Wajib menyediakan tempat tinggal sesuai kemampuan Berakhlak baik terhadap keluarga istrinya. 47 c.
Kewajiban Istri. 1) Istri wajib taat kepada suami 2) Menjaga rohani suami 3) Istri harus bergaul dengan baik kepada suaminya 4) Berakhlak baik kepada keluarga suami 5) Sebagai istri wajib mengatur rumah tangga. 48
Hubungan Hukum dengan Pihak Ketiga Pihak ketiga yang dimaksud adalah keturunan mereka. 49 Hubungan Hukum Nasab
46
Ahmad Kuzari, Nikah sebagai Perikatan (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995). 75 BP-4, Tuntunan Praktis Rumah Tangga Bahagia Sejahtera ( Surabaya : TP, 2003). 19 48 Kuzari, Nikah. 111. 49 Ibid. 113 47
Karena dijalin oleh ikatan yang sah (perkawinan), apabila seorang perempuan melahirkan maka tanpa sesuatu perbuatan hukum apapun suami perempuan tersebut akan mempunyai hubungan nasab sebagai bapak dan perempuan tersebut menjadi ibu yang sah dari yang dilahirkan. Hubungan Musaharoh Musaharaoh adalah hubungan silang antara pihak pertama dengan orang yang mempunyai nasab dengan pihak kedua. Contoh : (1) Ayah / Ibu
(3) Saudara
(2) Ayah / Ibu
B
A
(4) Saudara
(5) Saudara
Menikah
Anak
Anak
Keterangan : A dengan no. 2
: Hubungan antara menantu dengan mertua, sama dengan (B dengan no. 1).
A dengan no. 5
: Hubungan antara saudara dengan ipar sama dengan (B dengan no. 3). 50
Akibat Hukum Terhadap Harta Milik Setelah upacara perkawinan selesai maka akibat yang timbul dari perkawinan ini adalah terhadap harta mereka berdua, baik dari pihak suami maupun istrinya ataupun harta dari hasil bekerja setelah menikah yang akan diwariskan kepada anak-anak mereka kelak. Adapun akibat hukum terhadap harta milik adalah antara lain: a. Perlindungan Hak Milik Masing-masing. Ketentuan yang berlaku adalah, baik suami maupun istri masing-masing dapat tasarruf atas namanya sendiri mengenai harta milik sendiri. Bahkan wajib bagi suami berusaha menjaga agar hak milik istri tetap sebagai miliknya dan begitu pula sebaliknya. 51 b. Hak Milik Bersama. Menurut Undang-undang perkawinan pasal 35 (1) yang mengatur perihal harta hasil pencaharian setelah akad nikah harta itu menjadi milik bersama antara suami istri. Pasal tersebut
50 51
Ibid. 107 Ibid. 111.
berbunyi; “Harta benda yang diperoleh selama perkawinan, menjadi harta bersama”.
52
c. Hak saling Mewarisi. Karena telah melangsungkan akad nikah maka hukum Islam telah menetapkan bahwa yang menjadi istri akan menjadi ahli waris sah suami, dan sebaliknya suami akan menjadi ahli waris sah istrinya. 53
Akibat dari Perkawinan Sedangkan akibat langsung yang dapat dirasakan dari sebuah perkawinan selain akibat hukum aqad nikah, hubungan hukum dengan pihak ketiga dan akibat hukum terhadap harta milik juga ada akibat dari perkawinan itu sendiri yaitu antara lain: Hak dan Kewajiban Anak Suami istri yang dari pernikahannya dikaruniai anak, memiliki hak atas anak itu, demikian juga anak memiliki hak waris dari orang tuanya. Bagian anak disebutkan dalam KHI pasal 176 adalah : “Anak perempuan apabila hanya seorang ia mendapat separuh bagian, bila 2 orang/ lebih mereka bersama-sama mendapat 2/3 bagian dan apabila anak perempuan bersama dengan
52 53
Ibid. 113. Ibid. 114
anak laki-laki maka bagian anak laki-laki adalah dua banding satu (2 : 1) dengan anak perempuan itu. 54 Di samping hak anak juga memiliki kewajiban terhadap orang tuanya, antara lain : 55 1) Berbuat baik/ mentaati orang tua saat masih hidup, dangan melaksanakan : a) Mentaati semua perintah, kecuali perintah Syirik. b) Berkata yang baik/ sopan, tidak berkata kotor/ kasar. c) Mendo’akan orang tua agar mereka disayang Allah dan diampuni dosanya. 2) Berbakti kepada orang tua sesudah wafat, dengan cara : a) Melaksanakan shalat jenazahnya. b) Memohonkan ampunan baginya. c) Menyelesaikan janjinya. d) Menghormati sahabatnya. e) Melanggengkan silaturrohim yang telah terjalin selama hidupnya. Harta Keluarga Di dalam Undang-undang perkawinan (UU No. 1 tahun 1974) disebutkan : 56
54
BP-4, Modul. 6 BP-4, Tuntunan. 22. 56 DEPAG RI, Undang-undang Perkawinan (Surabaya: Fokus Media, 1983). 10. 55
Pasal 35
(1) : Harta benda yang diperoleh selama perkawinan menjadi harta bersama (2) : Harta bawaan dari masing-masing suami dan istri dan harta benda yang diperoleh masingmasing sebagai hadiah atau warisan adalah di bawah penguasaan masing-masing sepanjang para pihak tidak menentukan lain.
Pasal 36
(1) : Mengenai harta bersama, suami atau istri dapat bertindak atas persetujuan kedua belah pihak. (2) : Mengenai harta bawaan masing-masing suami dan istri mempunyai hak sepenuhnya untuk melakukan perbuatan hukum mengenai harta bendanya.
c.
Hak dan Kewajiban Suami Istri Mengenai hak dan kewajiban suami istri di dalam Undangundang disebutkan “suami istri memikul kewajiban yang luhur untuk menegakkan rumah tangga dan menjadi sendi dasar dari susunan masyarakat”. 57 Untuk itu maka dikatakan bahwa : 58
57
DEPAG RI, KHI di Indonesia (Jakarta: Direktorat Jenderal Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, 2000). 42. 58 BP-4, Modul. 8.
Hak dan kedudukan istri adalah seimbang dengan hak dan kedudukan suami dalam kehidupan dan pergaulan hidup bersama dalam masyarakat. Masing-masing pihak berhak untuk melakukan perbuatan hukum. Suami adalah kepala keluarga dan istri ibu rumah tangga. Suami wajib melindungi istrinya dan memberikan segala sesuatu keperluan
hidup
berumah
tangga
sesuai
dengan
kesempurnaannya. Istri wajib mengatur rumah tangga sebaik-baiknya. Jika suami atau istri melalaikan kewajibannya, masing-masing dapat mengajukan gugatan kepada Pengadilan.
I.
Hambatan-hambatan Perkawinan Sebelum terjadinya perkawinan, hendaknya seorang calon suami maupun
istri
mengetahui/
mengenal
lebih
dalam
siapakah
calon
pasangannya itu, dikhawatirkan akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Secara garis besar hambatan antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan menurut syara’ ada 2 : 59 Hambatan atau Halangan Abadi Di antara halangan-halangan abadi, ada yang telah disepakati dan ada pula yang masih diperselisihkan, yang disepakati ada 3, yaitu : 59
Ghazaly, Fiqh. 103.
a. Nasab (Keturunan). 60 Larangan tersebut didasarkan pada firman Allah dalam Q.S. An-Nisa’ (23) :
öΝä3çG≈n=≈yzuρ öΝä3çG≈£ϑtãuρ öΝà6è?≡uθyzr&uρ öΝä3è?$oΨt/uρ öΝä3çG≈yγ¨Βé& öΝà6ø‹n=tã ôMtΒÌhãm Νà6è?≡uθyzr&uρ öΝä3oΨ÷è|Êö‘r& ûÉL≈©9$# ãΝà6çF≈yγ¨Βé&uρ ÏM÷zW{$# ßN$oΨt/uρ ˈF{$# ßN$oΨt/uρ ÏiΒ Νà2Í‘θàfãm ’Îû ÉL≈©9$# ãΝà6ç6Í×‾≈t/u‘uρ öΝä3Í←!$|¡ÎΣ àM≈yγ¨Βé&uρ Ïπyè≈|ʧ9$# š∅ÏiΒ yy$oΨã_ Ÿξsù ∅ÎγÎ/ ΟçFù=yzyŠ (#θçΡθä3s? öΝ©9 βÎ*sù £ÎγÎ/ ΟçFù=yzyŠ ÉL≈©9$# ãΝä3Í←!$|¡ÎpΣ š÷t/ (#θãèyϑôfs? βr&uρ öΝà6Î7≈n=ô¹r& ôÏΒ tÉ‹©9$# ãΝà6Í←!$oΨö/r& ã≅Í×‾≈n=ymuρ öΝà6ø‹n=tæ ∩⊄⊂∪ $VϑŠÏm§‘ #Y‘θàxî tβ%x. ©!$# āχÎ) 3 y#n=y™ ô‰s% $tΒ āωÎ) È÷tG÷zW{$# “Diharamkan atas kamu (mengawini) ibu-ibumu, anak-anakmu yang perempuan, saudara-saudaramu yang perempuan, saudarasaudara bapakmu yang perempuan, saudara-saudara ibumu yang perempuan, anak-anak perempuan dari saudara-saudaramu yang laiki-laki, anak perempuan dari saudaramu yang perempuan, ibuibu yang menyusukan kamu, saudara perempuan sepesusuan, mertua, anak-anak istrimu yang dalam pemeliharaanmu dari istri yang telah kamu campuri, tetapi jika belum campur dengan istrimu maka tidak berdosa kamu mengawininya, istri-istri anak kandungmu,
dan
menghimpunkan
dua
perempuan
yang
bersaudara, kecuali yang telah terjadi pada masa lampau, Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” 61 60 61
Ibid. 104. Al-Qur’an , 4 : 23
Berdasarkan ayat di atas, yang haram dinikahi untuk selamanya karena pertalian nasab : a) Ibu, Perempuan yang ada hubungan darah dalam garis keturunan garis ke atas baik dari pihak ayah maupun ibu (Ibu, nenek, dan seterusnya ke atas). b) Anak Perempuan, Wanita yang mempunyai darah dalam garis lurus ke bawah (anak perempuan, cucu perempuan baik dari anak laki-laki maupun anak perempuandan seterusnya ke bawah) c) Saudara perempuan, baik seayah seibu, seayah saja, atau seibu saja. d) Bibi, saudara sekandung ayah atau saudara sekandung ibu dan seterusnya ke atas. e) Keponakan Perempuan, anak perempuan saudara laki-laki atau saudara perempuan ke bawah. 62 b. Pembesanan Yang dimaksud pembesaran adalah pertalian kerabat semenda, antara lain: a) Mertua perempuan, nenek perempuan istri dan seterusnya ke atas baik garis ibu atau ayah.
62
Ghazaly, Fiqh. 105.
b) Anak tiri, dengan syarat kalau telah terjadi hubungan kelamin dengan ibu anak tersebut. c) Menantu, yakni istri anak, istri cucu dan seterusnya ke bawah. d) Ibu tiri, yakni bekas istri ayah. 63 c.
Sesusuan Yang dimaksud sesusuan yang mengakibatkan keharaman perkawinan adalah susuan yang diberikan pada orang yang memang masih memperoleh makanan dari ASI. 64 Mengenai jumlahnya ada beberapa perbedaan pendapat : Hanafi dan Maliki : Asal bayi tersebut telah kenyang. Syafi’I, Ibnu Hamdan, Imam Ahmad : Membatasi sekurangkurangnya 5 (lima) kali susuan dan mengenyangkan. Tsaur Abu Ubaid, Daud Ibnu Ali Az-Zhahiry dan Ibnu Muzakkir: membatasi 3 (tiga) kali susuan dan mengenyangkan. Hubungan sesusuan yang diharamkan adalah. 65 Ibu susuan, yaitu seorang wanita yang pernah menyusui anak tersebut. Nenek susuan, yaitu ibu dari yang pernah menyusui, atau ibu dari suami yang menyusui itu.
63
Ibid. 108. Ibid. 107. 65 Ibid. 106. 64
Bibi susuan, yaitu saudara perempuan susuan dan seterusnya ke atas. Sedangkan yang diperselisihkan ada 2 : 1) Zina dan 2) Li’an. Seorang suami yang menuduh istrinya berbuat zina tanpa mendatangkan 4 orang saksi maka diharuskan bersumpah, dan sumpah itu disebut sumpah Li’an. Apabila tidak sumpah Li’an antara suami istri maka putuslah hubungan perkawinan keduanya untuk selama-lamanya. Keharaman ini didasarkan pada Q.S. AnNur: 6-9.
äοy‰≈yγt±sù öΝßγÝ¡àΡr& HωÎ) â!#y‰pκà− öΝçλ°; ä3tƒ óΟs9uρ öΝßγy_≡uρø—r& tβθãΒötƒ tÏ%©!$#uρ ¨βr& èπ|¡Ïϑ≈sƒø:$#uρ ∩∉∪ šÏ%ω≈¢Á9$# zÏϑs9 …çµ‾ΡÎ) «!$$Î/ ¤N≡y‰≈uηx© ßìt/ö‘r& óΟÏδωtnr& βr& z>#x‹yèø9$# $pκ÷]tã (#äτu‘ô‰tƒuρ ¨βr& sπ|¡Ïϑ≈sƒø:$#uρ
∩∠∪ tÎ/É‹≈s3ø9$# zÏΒ tβ%x. βÎ) ϵø‹n=tã «!$# |MuΖ÷ès9
∩∇∪ šÎ/É‹≈s3ø9$# zÏϑs9 …çµ‾ΡÎ) «!$$Î/ ¤N≡y‰≈pκy− yìt/ö‘r& y‰pκô¶s? ∩∪ tÏ%ω≈¢Á9$# zÏΒ tβ%x. βÎ) !$pκön=tæ «!$# |=ŸÒxî
“(6) Dan orang-orang yang menuduh isterinya (berzina), padahal mereka tidak mempunyai saksi-saksi selain diri mereka sendiri, maka persaksikan orang itu ialah empat kali bersumpah dengan nama Allah, sesungguhnya dia adalah termasuk orang-orang yang benar, (7) Dan (sumpah) yang kelima, bahwa la’nat Allah atasnya,
jika dia termasuk orang-orang yang berdusta, (8)
Istrinya itu dihindarkan dari hukuman oleh sumpahnya empat kali
atas nama Allah
sesungguhnya
suaminya itu benar-benar
termasuk orang-orang yang dusta, (9) Dan (sumpah) yang kelima bahwa la’nat Allah atasnya jika suaminya itu termasuk orangorang yang benar”. 66
Hambatan atau Halangan Sementara: Artinya adalah hambatan yang jika telah selesai/ habis dari yang terhalang maka boleh melaksanakan perkawinan. Halangan tersebut antara lain: a) Halangan Bilangan b) Halangan sakit c) Halangan peristrian d) Halangan mengumpulkan, mengumpulkan 2 wanita bersaudara dalam waktu yang bersamaan. e) Halangan kehambaan f)
Halangan kafir
g) Halangan ihram h) Halangan ‘iddah i)
Halangan perceraian 3x bagi suami yang menceraikan. 67
Problematika Perkawinan serta Penyelesaiannya.
66 67
Al-Qur’an , 24 : 6-9 Ghazaly, Fiqh. 112.
Pada prinsipnya sebuah bangunan keluarga yang kokoh seharusnya di topang oleh kesepakatan suami dan istri sebagai pilarnya. Namun kenyataan
sehari-hari,
sering
mendapati
beberapa
penyimpangan-
penyimpangan yang akhirnya menimbulkan problematika dalam kehidupan rumah tangga. 1. Berikut beberapa hal yang dapat menjadikan terjadinya problematika perkawinan di dalam keluarga : a.
Ekonomi yang belum Stabil Kestabilan ekonomi merupakan salah satu penunjang terwujudnya keluarga sakinah. Kondisi keuangan sebuah keluarga bisa dikatakan stabil apabila terdapat keseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran. Oleh karena itu, bila seseorang akan menjalankan
kehidupan
berumah
tangga
berusaha
dengan
sungguh-sungguh agar lancar dalam ekonomi, tapi sebaliknya apabila belum berhasil atau belum siap untuk hidup berumah tangga hendaknya menahan diri. Islam sangat membenci terhadap kemiskinan
(kelemahan)
ekonomi
suatu
keluarga
karena
menjadikan kekufuran, maka dari itu Islam juga memperbolehkan istri membantu mencari nafkah sesuai dengan tabiat dan aturan-
aturan syari’at dengan tujuan untuk menjaga kepribadian dan kehormatan wanita. 68 b. Campur Tangan Pihak Ketiga. Sebuah keluarga yang masih didampingi orang tua atau mertua akan terasa kurang plong, sebab kemandiriannya bisa diragukan, maka tidak jarang keberadaan orang tua sering membuat ganjalan di hati. Meskipun motivasi orang tua atau mertua baik, tetapi terasa masih belum ada kemerdekaan. Hubungan yang kurang baik antara mertua dan menantu memang kerap terjadi di masyarakat kita. Penyabab timbulnya konflik antara mertua dan menantu adalah kadang-kadang sikap mertua yang terlalu ikut campur dalam urusan keluarga anak atau menantunya. Kalau kehidupan mertuanya itu baik sebenarnya tidak ada masalah. Upaya yang dilakukan untuk menjalin hubungan yang harmonis antara mertua dan menantu standarnya mesti ada saling pengertian dan keterbukaan, mertua dan menantu harus tahu kedudukan, peran serta hak dan kewajiban masingmasing. Ciptakan suasana dimana antara orang tua dan menantu banyak berkomunikasi, seperti; berbincang-bincang atau tukar
68
Ibid. 23.
fikiran, kalau didasari dengan niat dan cara-cara yang bijaksana, Insya Allah tidak akan ada masalah. 69 c.
Krisis Moral / Akhlak Rumah tangga adalah unit terkecil dan terpenting dari suatu masyarakat, suatu tempat dimana orang menyusun dan membina keluarga, anak-anak dilahirkan dan dibesarkan, dibelai dan dikasihi, tempat setiap orang menerima dan memberi cinta, meletakkan
hati
dan
kepercayaannya,
tempat
orang
mulai
mengenal hukum dan peraturan, ketertiban, keamanan dan perdamaian, tetapi juga tanggung jawab hak dan kewajiban, seseorang sekali lebih memperhatikan kemampuan materi dan mengabaikan sisi agama dan akhlak serta tanggung jawabnya dalam
merealisasikan
kehidupan
beragama
sehari-hari,
ia
menganggap bahwa yang lebih penting dalam keluarga adalah kemampuan
materi.
Seorang
suami
dapat
mewujudkan
kesejahteraan bagi istrinya, ia tidak memperdulikan masalah akhlak dan kekuatan beragama, karena menganggap bahwa kesejahteraan keluarga dapat diperoleh walaupun tidak taat beragama. Secara psikologi, orang yang mempunyai akhlak baik menandakan bahwa ia adalah orang yang mempunyai martabat baik dan tentunya akan dihormati oleh orang lain, tetapi 69
Ibid. 22.
sebaliknya apabila akhlaknya tidak baik pasti akan merugikan diri sendiri dan merugikan rumah tangganya sendiri, keharmonisan hubungan
suami
istri
merupakan
faktor
penentu
bagi
keharmonisan masyarakat, sebaliknya apabila kehidupan rumah tangga tidak tentram maka masyarakat pun tidak tentram, oleh karena sebagai seorang suami yang baik adalah suami yang suka berkata benar, saling membantu, saling menghargai, saling menghormati, saling pengertian dan saling menerima, serta memberi contoh yang baik kepada istri dan anak-anaknya. 70 d. Cemburu yang Berlebihan Cemburu adalah perasaan tidak senang terhadap hal-hal yang dilakukan oleh seseorang yang dicintai karena dinilai mengabaikan kepentingan dirinya. Semua orang akan menaruh cemburu apabila yang dimilikinya itu akan diambil atau dirampas orang. Begitulah gejala salah satu seni cinta yang bergelora di dalam diri suami atau istri yang masing-masing mempunyai rasa cemburu apa yang menjadi kecintaannya itu jangan dilepas dari padanya. Agama Islam membolehkan cemburu dengan tujuan agar suami istri dapat hidup tenang, mesra serta dijaukan dari perbuatan-perbuatan yang hina lagi kasar. Namun cemburu yang berlebihan bisa juga menjadi faktor pencetus permusuhan antara 70
Ibid. 24.
suami istri, untuk mencegah terjadinya kecemburuan antara suami istri yang berlebihan adalah masing-masing menepati ketentuan Allah dan Rasul-Nya. 71 e.
Perselingkuhan Di
dalam
kehidupan
perkawinan,
perselingkuhan
merupakan sumber kehancuran sebuah keluarga. Perselingkuhan bukan hanya terjadi pada kebanyakan kaum pria, namun juga dilakukan oleh kaum wanita. Orang yang melakukan perselingkuhan biasanya ingin meyakini dirinya sendiri, bahwa dirinya adalah baik dan menyenangkan. Dusta perselingkuhan hanya akan membuat keadaan bertambah buruk, banyak perkawinan berakhir dengan perceraian. Orang-orang yang berselingkuh dapat dipastikan rumah tangganya tidak harmonis. Seorang suami yang berselingkuh tentu tidak mau diketahui oleh keluarganya, akibatnya perilaku di dalam keluarga akan penuh dengan kebohongan. Dia akan membohongi isteri dan anak-anaknya. Di sisi lain, dia akan selalu dihantui rasa bersalah dan berdosa. Maka hendaknya pasangan suami isteri saling menjaga agar tidak sampai terjadi perselingkuhan di antara
71
Ibid. 25.
mereka,
sehingga
predikat
sebagai
keluarga
yang
sakinah
mawaddah dan rahmah akan senantiasa tercapai.72 2. Upaya-upaya Menyelesaikan Perselisihan Rumah Tangga agar tidak terjadi Perceraian : Di dalam rumah tangga sudah biasa kalau terjadi perselisihan/ perbedaan pendapat, namun dari perbedaan-perbedaan itu tidak jarang menimbulkan perceraian, tapi tidak semua perbedaan itu harus berakhir dengan perceraian. Ada beberapa upaya dalam menyelesaikan perselisihan dalam rumah tangga agar tidak terjadi perceraian, yaitu: a.
Meningkatkan pengamalan ajaran Agama Islam.
b. Menghilangkan kehendak/ niatan bercerai dari hati masingmasing. c.
Memohon petunjuk dari Allah SWT.
d. Menyelesaikan perselisihan dengan hati yang tenang, ikhlas dan jujur. e.
Minta nasehat kepada orang tua/ mertua/ keluarga, atau ke BP-4 terdekat. 73
72 73
BP-4, Modul. 26-27 BP-4, Tuntunan. 31.
BAB III BADAN PENASEHATAN, PEMBINAAN DAN PELESTARIAN PERKAWINAN (BP-4) DEPARTEMEN AGAMA KABUPATEN PONOROGO
A. Selayang Pandang Badan Penasehatan, Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan
(BP-4) Kabupaten Ponorogo.
Berdasarkan
sejarah
pertumbuhannya,
organisasi
Badan
Penasehatan, Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP-4) dimulai dengan adanya organisasi di Bandung tahun 1959. Di Jakarta dengan nama “Panitia Penasehat Perkawinan dan Penyelesaian Perceraian (P5)”, di Jawa Tengah dan Jawa Timur dengan nama “Peranan Badan Penasehatan, Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP-4)”, dan di daerah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dengan nama Badan Kesejahteraan Rumah Tangga (BKRT). Sebagai pelaksana Keputusan Konferensi Departemen Agama di Tretes Jawa Timur pada tanggal 25 – 30 Juni 1995 maka disatukan organisasi tersebut dengan nama “Badan Penasehatan dan Penyelesaian Perceraian”. Melalui keputusan Menteri Agama no. 30 tahun 1977 tentang penegasan pengakuan Badan Penasehatan, Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP-4) sebagai satu-satunya badan penunjang tugas
Departemen
Agama
dalam
bidang
penasehatan
perkawinan,
perselisihan Rumah Tangga dan Perceraian maka kepanjangan BP-4
menjadi “Badan Penasehatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan” sampai
sekarang.
Begitu
juga dengan
Peran
Badan
Penasehatan,
Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP-4) di Kabupaten Ponorogo. 74 Untuk mengetahui dalam pembahasan ini akan dijelaskan kata demi kata, sebagai berikut: Badan
: Sekelompok orang yang mempunyai kesatuan yang mengerjakan sesuatu. 75 Dalam hal ini Badan Penasehatan, Pembinaan dan
Pelestarian Perkawinan (BP-4) membantu meningkatkan mutu perkawinan dengan mengembangkan gerakan keluarga bahagia sejahtera lewat program Kursus Calon Pengantin (SUSCATIN). Penasehat
: Orang yang memberi nasihat dan saran-saran. 76 Maksudnya di sini adalah Badan Penasehatan, Pembinaan
dan Pelestarian Perkawinan (BP-4) sebagai badan yang mengurusi tentang hal ihwal perkawinan tidak mengurusi tapi memberi bimbingan/ arahan agar setiap pasangan dapat memecahkan persoalannya sendiri dengan petunjuk dari Badan Penasehatan, Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP-4) tanpa harus mengakhirinya dengan perceraian. Pembinaan
74
: Pembinaan adalah pembaharuan.
Wawancara dengan Bpk. Hayat Priyono, selaku Sekretaris BP-4 (Ponorogo: TP, 2007) DEPDIKNAS, Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ke-III (Jakarta: Balai Pustaka, 2005). 84. 76 Ibid. 775. 75
(Proses,
cara,
usaha,
tindakan
dan
kegiatan
yang
dilakukan untuk memperoleh hasil yang lebih baik). 77 Dalam hal ini Badan Penasehatan, Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP-4) membina dan menyadarkan setiap pasangan untuk mengetahui tentang tugas dan kewajiban masing-masing setelah mempunyai keluarga baru. Pelestarian
: Tetap
selama-lamanya,
kekal
dan
tidak
berubah
sebagaimana sedia kala.78 Diharapkan mutu perkawinan tetap baik sehingga tercipta iklim yang kondusif dalam menjalankan perintah agama yang baik dan benar. Perkawinan : Suatu akad yang mengikat untuk laki-laki dan perempuan untuk menghalalkan hubungan biologis. 79 Setelah terjadi perkawinan diharapkan nantinya mereka mampu membentuk keluarga sesuai syari’ah Islam. Dari uraian di atas maka dapat diambil pengertian bahwa Badan Penasehatan, Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP-4) adalah: “Sekumpulan orang yang terhimpun dalam sebuah organisasi atau badan
yang
bertujuan
menangani
permasalahan-permasalahan
rumah tangga dengan jalan memberikan bimbingan kepada para
77
Ibid. 153. Ibid. 660. 79 Ibid. 519. 78
klien sehingga tujuan perkawinan tercapai yaitu terciptanya rumah tangga bahagia sejahtera.” Adapun tujuan, Asas dan Sifat Badan Penasehatan, Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP-4) adalah sebagai berikut:80 1.
Tujuan adalah mempertinggi mutu perkawinan dan mewujudkan keluarga sakinah menurut Ajaran Islam yang mencapi masyarakat yang maju, mandiri, sejahtera materiil dan spiritual.
2.
Asas Badan Penasehatan, Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4) berdasarkan Islam dan Pancasila.
3.
Sifat Badan Penasehatan, Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4) bersifat profesi sebagai pengemban tugas dan mitra kerja Departemen Agama dalam rangka melestarikan perkawinan menuju keluarga sakinah.
4.
Visi Badan Penasehatan, Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4) adalah Unggul dan Terpercaya dalam mewujudkan keluarga sakinah.
5. Misi Badan Penasehatan, Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4) antar lain: a.
Memberikan pelayanan terhadap keluarga
yang bermasalah
melalui konseling keluarga.
80
BP-4, Tuntunan Praktis Rumah Tangga Bahagia (Surabaya: TP, 2003). 32.
b. Memperkuat kapasitas kelembagaan dalam rangka optimalisasi program dan pencapain tujuan. c.
Meningkatkan pembinaan remaja usia nikah dan program Kursus Calon Pengantin (SUSCATIN). Berikut adalah susunan pengurus Badan Penasehatan, Pembinaan
dan Pelestarian Perkawinan (BP-4) Kabupaten Ponorogo periode 20052008: 81 Pembina
: Bupati Ponorgo
Penasehat
: Dr. H. M. Suyudi, M. Ag. Drs. Muhtar RM. SH. M. Ag.
Ketua
: Drs. Maftuh Bahrul Ilmi, MH.
Wakil Ketua I
: Moh. Tafsir, S. Sos.
Wakil Ketua II
: Drs. Muklas MM
Sekertaris
: Hayat Prihono Wiyadi, S. Ag.
Wakil Sekertaris
: M. Luqman Hakim, S. Ag.
Bendahara
: Khusnul Lima’isah, SH.
Wakil Bendahara
: Siti Fatimah, S. Ag.
B. Peranan Badan Penasehatan, Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP-4) Dalam melestarikan Perkawinan.
81
Data Tentang Susunan Pengurus Peran Badan Penasehatan, Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP-4) Kabupaten Ponorogo (Ditetapkan di Sarangan: 2004), Lamp. I
Peran Badan Penasehatan, Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP-4) kapanpun juga sangat penting sebab berbagai masalah perkawinan selalu timbul dan sering berdampak pada perpecahan masyarakat. Dulu Badan Penasehatan, Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP-4) kurang dikenal oleh masyarakat, namun setelah muncul program baru yaitu Kursus Calon Pengantin (SUSCATIN), masyarakat mulai kenal. Semenjak saat itulah Badan Penasehatan, Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP-4) memulai perannya lebih dekat dengan masyarakat. Badan Penasehatan, Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP-4) memberikan jasa-jasa dengan cara membantu setiap keluarga yang bermasalah dengan rumah tangganya agar mampu menyelesaikan persoalnnya dengan petunjuk dari Badan Penasehatan, Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP-4). Dalam memberikan nasihat dan bimbingan, Badan Penasehatan, Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP-4) bukan hanya dengan pihak yang bersangkutan datang ke kantor langsung tetapi mengadakan dialog/ kursus dengan remaja usia nikah dan dengan program kursus yang diikuti oleh para calon pengantin yang kemudian diberi nama Kursus Calon Pengantin (SUSCATIN). 82 Nasihat dan bimbingan yang dilakukan Badan Penasehatan, Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP-4) dianjurkan dalam Islam. Sebagaimana firman Allah SWT, dalam surat Al-Ashr: 3 82
Wawancara bersama Ibu Yuroida, selaku Pengurus BP-4 (Ponorogo: TP, 2007)
∩⊂∪ Îö9¢Á9$$Î/ (#öθ|¹#uθs?uρ Èd,ysø9$$Î/ (#öθ|¹#uθs?uρ ÏM≈ysÎ=≈¢Á9$# (#θè=Ïϑtãuρ (#θãΖtΒ#u tÏ%©!$# āωÎ) Artinya : “Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh dan saling menasihati supaya mentaati kebenaran dan saling menasehati supaya menetapi kesabaran”.83 Dalam ayat ini, Allah menjelaskan agar manusia tidak merugi hidupnya,
ia
harus
beriman
kepada
Allah,
melaksanakan
ibadah
sebagaimana yang diperintahkan berbuat baik untuk dirinya sendiri dan berusaha menimbulkan manfaat kepada orang lain. Badan Penasehatan, Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP-4) memberikan jasa-jasanya kepada masyarakat tentang perkawinan dan rumah tangga, lewat program barunya yaitu Kursus Calon Pengantin (SUSCATIN). Di samping beriman dan beramal shaleh mereka saling menasehati pula supaya tetap berlaku sabar,
menjauhi
perbuatan
maksiat
yang
setiap
orang
cenderung
kepadanya karena dorongan hawa nafsunya. Dalam perannya, Badan Penasehatan, Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP-4) selaku badan yang bertugas membantu tentang perkawinan selalu bersabar dalam menghadapi masyarakat yang mengadu berbagai masalah dan telaten serta ulet dalam melaksanakan tugasnya, mulai dari persiapan sampai hari pelaksanaan pada program Kursus Calon Pengantin (SUSCATIN).
83
Al-Qur’an , 103 : 3
C. Kursus
Calon
Pengantin
(SUSCATIN),
Badan
Penasehatan,
Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP-4) Kabupaten Ponorogo. Kursus Calon Pengantin (SUSCATIN) adalah sebuah program Badan Penasehatan, Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP-4) yang harus diikuti oleh setiap pasangan calon pengantin atau remaja usia nikah tentang pelaksanaan perkawinan dan pembinaan keluarga sakinah.84 Program ini diresmikan di Kabupaten Ponorogo pada tanggal 1 April 2006 oleh Bupati Ponorogo, Adapun dasarnya adalah:
1. Dasar Hukum dan Operasional (a) Undang-Undang nomor 1/74 tentang perkawinan. (b) Peraturan Pemerintah nomor 9/75 tentang pelaksanaan UndangUndang nomor 1/74. (c) Surat Edaran Menteri Dalam Negeri nomor 400/ 46/III Bangda tahun 1999 dan Keputusan Menteri Agama Republik Indonesia nomor 3/1999 tentang Pembinaan Keluarga Sakinah. (d) Keputusan Menteri Agama nomor 477/2004 tentang pencatatan nikah. (e) Surat Kepala Kantor Wilayah Departemen Agama Provinsi Jawa Timur nomor KW.13.2/1/III/2004.
84
BP-4, Modul, Dalam Sambutan Kepala Kantor DEPAG Kabupaten Ponorogo.
(f) Surat
Kepala
Kantor
Agama
Kabupaten
Ponorogo
nomor
Kd.13.2/2/2/PW.00.1/1518/SK/2005. 85
2. Tujuan, Visi dan Misi. (a) Tujuan 1) Peserta
mengetahui
bagaimana
mempersiapkan,
menata
laksanakan dan membina perkawinan yang baik dan benar. 2) Peserta memiliki motifasi yang kuat dan teguh, bagaimana membentuk keluarga yang berhasil bahagia, sejahtera dan kekal. 3) Dapat
memahami
dan
mengatasi
tantangan,
ancaman,
gangguan dan problematika perkawinan. 4) Mengetahui dan memahami aspek-aspek kesehatan reproduksi, perencanaan keluarga dan manajemen ekonomi. 5) Dapat menanamkan, mengamalkan dan menghayati nilai-nilai keimanan, ketaqwaan dan akhlak mulia dalam keluarga. 86 (b) V i s i “Terwujudnya keluarga yang sakinah, mawaddah dan rahmah”. (c) M i s i
85
BP-4, Surat Edaran dari BP-4 Provinsi Jawa Timur, No. 07/BP-4/JTM/II/2007 (Jawa Timur: TP, 2007). 1 86 Ibid . 5
1) Memberikan pengetahuan dan bimbingan tentang keimanan, ketaqwaan dan akhlakul karimah kepada calon pengantin dan remaja usia nikah. 2) Mempersiapkan generasi muda-muda membina keluarga yang bahagia, sejahtera dan kekal berlandaskan norma-norma agama dan nilai luhur budaya bangsa. 87 Program ini dilaksanakan di Departemen Agama Kabupaten Ponorogo pada hari Sabtu dan Minggu pukul 08.00-14.00 WIB. Selain bertempat di Kantor Departemen Agama Kabupaten Ponorogo, program ini juga dilaksanakan di beberapa Kecamatan yang letaknya jauh dari Kantor Departemen Agama Kabupaten Ponorogo antara lain:
1. Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Sukerejo. 2. Kantor Urusan Agama (KUA) Slahung. 3. Pendopo Kecamatan Pulung. 4. Pendopo Kecamatan Mlarak. 5. Balai Desa Ngrayun Kecamatan Ngrayun. 88 Adapun materi dalam program ini sangat banyak sekali antara lain: 1. Perkawinan Dalam Hukum Islam dan UU Perkawinan Nomor 1/74. Di dalam bab ini dijelaskan mengenai pengertian perkawinan berdasarkan hukum Islam dan Undang-Undang Perkawinan nomor 1/74 berikut hukum perkawinan, tujuan dan hikmahnya, mengenai tata cara perkawinan dan contoh-contoh Lafal Ijab Qabul. 89
87
Ibid. 8. Ibid. 9. 89 BP-4, Modul. 1. 88
2. Kiat Membangun Keluarga Bahagia Sejahtera dan Kekal (Sakinah, Mawaddah, Warahmah). Di sini dijelaskan tentang pengertian keluarga sakinah, dasardasar pembentukan keluarga sakinah, kriteria keluarga bahagia sejahtera, hak dan kewajiban suami istri, peran suami istri dan prilakuprilaku yang harus dimiliki dan yang harus dihindari oleh masingmasing suami istri. 90 3. Mengenal Problematika Perkawinan dan Keluarga serta Solusi Penyelesaiannya. Selanjutnya juga akan dikenalkan tentang problem-problem perkawinan
dan
keluarga
yang
nantinya
akan
terjadi
setelah
perkawinan antara lain: ekonomi yang belum stabil, mungkin juga campur tangan pihak ketiga, krisis moral/ akhlak, cemburu yang berlebihan
dan
bisa
jadi
perselingkuhan.
Para
peserta
selain
dikenalkan beberapa permasalahan juga akan diberi trik bagaimana mengatasinya (problem solving). Selain itu juga akan dijelaskan mengenai dampak dari pertengkaran suami istri.91 4. Psikologi Perkawinan. Di sini akan banyak diberikan tentang trik-trik bagaimana membentuk keluarga sakinah karena pada bagian ini akan dijelaskan 90 91
Ibid. 14. Ibid. 21.
mengenai bagaimana mempersiapkan perkawinan secara matang dan pengembangan kemitraan kesejajaran suami istri, berikut juga akan dijelaskan mengenai bagaimana memupuk kemesraan suami istri, mengatasi perselisihan dan perceraian (konseling perkawinan). 92
5. Perkawinan Kesehatan Reproduksi. Di sini akan dijelaskan mengenai pengertian reproduksi, alatalat reproduksi, tentang kehamilan berikut persalinannya dan pasca melahirkan, tidak ditinggalkan pula akan dijelaskan tentang penyakit menular seksual dan pencegahannya. 93 6. Aqidah dan Ibadah. Selain materi tentang perkawinan juga akan dijelaskan tentang materi keagamaan yaitu Aqidah dan Ibadah. Pengertian tentang Islam, Aqidah dan Syahadat, Hakikat Islam beserta rukunnya dan tak lupa rukun Iman. 94 7. Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT). Di sini akan dijelaskan tentang pengertian dan bentuk-bentuk kekerasan dalam rumah tangga, dampak dari kekerasan tersebut, korban-korban 92
Ibid. 31. Ibid. 43. 94 Ibid. 57. 93
kekerasan
dalam
rumah
tangga
dan
kewajiban
Pemerintah terhadap tindak pidana tentang kekerasan dalam rumah tangga. 95 Karena materi yang banyak dan sangat penting, maka program ini dilaksanakan wajib 2 (dua) hari yaitu Sabtu (pukul 08.00-14.00 WIB) sebanyak 5 (lima) materi, dan hari Minggu (pukul 08.00-12.00 WIB) sebanyak 3 (tiga) materi dan pembagian sertifikat yang mana sertifikat itu nanti diserahkan bersamaan dengan ijab qabul.96 Selain hari yang telah ditentukan itu (Sabtu dan Minggu), Badan Penasehatan, Pembinaan, dan Pelestarian Perkawinan (BP-4) juga memberikan peluang bagi calon peserta yang tidak bisa mengikuti hari yang telah ditentukan yaitu bagi calon pengantin atau calon peserta yang salah satu pasangannya berasal dari jauh/ luar kota Ponorogo dan atau salah satu atau keduanya bekerja di luar Ponorogo yang tidak diizinkan mengambil cuti atau libur yang ditentukan oleh tempat dimana mereka bekerja, namun demikian mereka diberi kesempatan mengikuti program kursus sendiri pada hari Senin-Kamis pada jam kerja. Mengenai materinya juga sama, seperti yang diberikan kepada peserta-peserta lain.
Adapun syarat-syarat bagi peserta (SUSCATIN) adalah sebagai berikut: 1. Foto Copi KTP/ SIM/ Akte Kelahiran/ Ijazah. 2. Pas Foto 3 x 4 Cm. 3. Uang Kursus. 97 Badan Penasehatan, Pembinaan, dan Pelestarian Perkawinan (BP-4) selain melayani program pendidikan pra nikah yaitu program Kursus Calon Pengantin (SUSCATIN) juga membuka peluang bagi masyarakat/ mereka yang telah menikah, yaitu bagi mereka yang mempunyai masalah dengan rumah tangganya. Badan Penasehatan, Pembinaan, dan Pelestarian
95
Ibid. 91. Wawancara bersama Bpk. Hayat Prihono Wiyadi, Selaku Wakil Sekretaris Tim SUSCATIN (Ponorogo: TP, 2007) 97 BP-4, Laporan Pelaksanaan SUSCATIN di Kabupaten Ponorogo (Ponorogo: PUSDALAKPRO, TT). 96
Perkawinan (BP-4) akan membantu mencari solusi yeng terbaik tanpa harus
ada
perceraian
nantinya,
dalam
mencarikan
solusi
Badan
Penasehatan, Pembinaan, dan Pelestarian Perkawinan (BP-4) bersikap netral/ tak memihak siapapun, juga tidak bersikap mengurangi tapi tabah mendengarkan dan memperhatikan pada setiap masalah yang terjadi. Ada beberapa upaya dan usaha Badan Penasehatan, Pembinaan, dan Pelestarian Perkawinan (BP-4) dalam mengendalikan perceraian, 98 antara lain: 1. Memberikan nasehat dan penerangan mengenai nikah, talaq, cerai dan rujuk. 2. Mencegah terjadinya perceraian (cerai talaq atau cerai gugat) sewenang-wenang, poligami yang tidak bertanggung jawab, dan perkawinan di bawah umur serta perkawinan di bawah tangan. 3. Meningkatkan upaya pemberdayaan ekonomi keluarga. Dengan upaya dan usaha Badan Penasehatan, Pembinaan, dan Pelestarian Perkawinan (BP-4), serta program Kursus Calon Pengantin (SUSCATIN) yang dilaksanakan oleh Badan Penasehatan, Pembinaan, dan Pelestarian Perkawinan (BP-4), diharapkan bahwa masyarakat yang mempunyai
masalah
dengan
rumah
tangganya
mampu
mengatasi
masalahnya tanpa harus mengakhirinya dengan perceraian, dan karena perceraian sangat dibenci oleh Allah.
98
BP-4, Tuntunan. 33.
Berikut
disampaikan
susunan
tim
Pusdalakpro
(Susunan Pengurus Program Kursus Calon Pengantin):
99
Pembina
: Dr. H. M. Suyudi, M. Ag.
Ketua
: Drs. Maftuh Bahrul Ilmi, MH.
Wakil Ketua I
: Moh. Tafsir, S. Sos.
Sekertaris
: Agus Suparno, S. Ag.
Wakil Sekertaris
: Hayat Prihono Wiyadi, S. ag.
Bendahara
: Khusnul Lima’isah, SH.
Wakil Bendahara
: Tajib Ahmadi, S. Ag.
99
Data Tentang Tim PUSDALAKPRO SUSCATIN (Ponorogo: BP-4, 2006)
SUSCATIN
Berikut akan disampaikan tentang jumlah perkawinan pada setiap bulannya, mulai April 2005 sampai dengan Maret 2006 adalah sebagai berikut :
Tabel 3.1 J. Jumlah Perkawinan Setiap Bulan (April 2005 – Maret 2006) BULAN
K. JUMLAH PERKAWINAN
APRIL
519
MEI
625
JUNI
883
JULI
425
AGUSTUS
875
SEPTEMBER
1.211
OKTOBER
1.259
NOPEMBER
106
DESEMBER
1.273
JANUARI
4.809
PEBRUARI
1.585
MARET JUMLAH
100
100
35 13.605
Data Perkembangan Jumlah Perkawinan Tahun 2005 dan Tahun 2006 (Ponorogo: BP-4, 2005/ 2006)
Berikut akan disampaikan tentang jumlah perkawinan pada setiap bulannya, mulai April 2006 sampai dengan Maret 2007 adalah sebagai berikut :
Tabel 3.2 L. Jumlah Perkawinan Setiap Bulan (April 2006 – Maret 2007) BULAN
JUMLAH PERKAWINAN
APRIL
252
MEI
720
JUNI
325
JULI
989
AGUSTUS
749
SEPTEMBER
743
OKTOBER
111
NOPEMBER
111
DESEMBER
429
JANUARI
789
PEBRUARI
312
MARET
664
JUMLAH
101
101
7.174
Data Perkembangan Jumlah Perkawinan Tahun 2006 dan Tahun 2007 (Ponorogo: BP-4, 2006/ 2007)
Berikut akan disampaikan tentang jumlah Perceraian Sebelum Program SUSCATIN pada setiap bulannya, mulai April 2005 sampai dengan Maret 2006 adalah sebagai berikut :
Tabel 3.3 M. Jumlah Perceraian Setiap Bulan Sebelum Program SUSCATIN (April 2005 – Maret 2006) BULAN
JUMLAH PERCERAIAN SEBELUM PROGRAM SUSCATIN
APRIL
61
MEI
89
JUNI
94
JULI
47
AGUSTUS
88
SEPTEMBER
88
OKTOBER
45
NOPEMBER
32
DESEMBER
98
JANUARI
83
PEBRUARI
67
MARET
62
JUMLAH
102
102
854
Data Putusan Tahun 2005 dan Tahun 2006 (Moh. Fahrur, selaku Panitera Pengadilan Agama)
Berikut akan disampaikan tentang jumlah Perceraian Setelah Program SUSCATIN pada setiap bulannya, mulai April 2006 sampai dengan Maret 2007 adalah sebagai berikut :
Tabel 3.4 Jumlah Perceraian Setiap Bulan Setelah Program SUSCATIN (April 2006 – Maret 2007) 103 N. B U L A N APRIL
80
MEI
69
JUNI
70
JULI
74
AGUSTUS
28
SEPTEMBER
63
OKTOBER
48
NOPEMBER
101
DESEMBER
73
JANUARI
82
PEBRUARI
62
MARET
96
JUMLAH
103
JUMLAH PERCERAIAN SETELAH PROGRAM SUSCATIN
845
Data Putusan Tahun 2006 dan Tahun 2007 (Moh. Fahrur, selaku Panitera Pengadilan Agama)
Berikut akan disampaikan tentang jumlah Peserta SUSCATIN pada setiap bulannya, mulai April 2006 sampai dengan Maret 2007 adalah sebagai berikut :
Tabel 3.5 Jumlah Peserta SUSCATIN Setiap Bulan (April 2006 – Maret 2007) 104 BULAN APRIL
1.560
MEI
1.529
JUNI
1.732
JULI
1.503
AGUSTUS
989
SEPTEMBER
943
OKTOBER
905
NOPEMBER
1.176
DESEMBER
680
JANUARI PEBRUARI MARET JUMLAH
104
JUMLAH PESERTA SUSCATIN
1.043 945 1.504 15.660
Data Perkembangan Peserta SUSCATIN Tahun 2006 dan Tahun 2007 (Ponorogo, PUSDALAKPRO, 2006/ 2007)
BAB IV ANALISIS PERANAN BADAN PENASIHATAN, PEMBINAAN DAN PELESTARIAN PERKAWINAN (BP-4) DAN EFEKTIFITAS KURSUS CALON PENGANTIN (SUSCATIN)
A. Analisis Terhadap Peranan Badan Penasehatan, Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan
(BP-4) Dalam Melestarikan Perkawinan.
Usaha Badan Penasehatan, Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP-4) dalam mencapai tujuannya yaitu dalam rangka melestarikan perkawinan menuju rumah tangga bahagia sejahtera secara optimal adalah dengan memberikan pengetahuan, bimbingan dan arahan. Lewat program barunya yaitu program Kursus Calon Pengantin (SUSCATIN) yaitu sebuah kursus yang harus diikuti oleh setiap calon pasangan yang akan menikah. Program ini bertujuan tentang bagaimana menciptakan rumah tangga bahagia sejahtera sesuai syari’at Islam. Program ini sangat penting dan sangat bermanfaat bagi siapapun, karena program ini selain diikuti oleh calon pasangan pengantin juga diikuti oleh remaja usia nikah dan bagi mereka yang telah menikahpun boleh ikut. Selain program Kursus Calon Pengantin (SUSCATIN), Badan Penasehatan,
Pembinaan
dan
Pelestarian
Perkawinan
(BP-4)
juga
membuka peluang bagi mereka yang telah menikah dan sedang mengalami masalah dalam rumah tangganya.
Program-program yang diadakan Badan Penasehatan, Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP-4), program Kursus Calon Pengantin (SUSCATIN) khususnya disambut baik oleh sebagian masyarakat yang peduli dan mengerti tentang rumah tangga bahagia sejahtera, namun ada juga dari beberapa masyarakat yang hanya cuek-cuek saja menanggapi program ini. 105 Tetapi
Badan Penasehatan, Pembinaan dan Pelestarian
Perkawinan (BP-4) tidak putus asa dalam mengadakan program Kursus Calon Pengantin (SUSCATIN) buktinya dari sekian banyak perkawinan yang terjadi masih lebih banyak jumlah peserta yang mengikuti program Kursus Calon Pengantin (SUSCATIN) (Lihat tabel pada bab III). Jumlah perkawinan pada bulan April 2006 sampai dengan Maret 2007 mencapai 7.174, sedangkan jumlah peserta Kursus Calon Pengantin (SUSCATIN) pada bulan April 2006 sampai dengan Maret 2007 adalah 15.660 peserta. Dari data di atas terlihat bahwa peran Badan Penasehatan, Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP-4) dalam melestarikan perkawinan lewat program Kursus Calon Pengantin (SUSCATIN) adalah berhasil, hal ini terbukti sebagai berikut: Dari data di atas jumlah peserta program Kursus Calon Pengantin (SUSCATIN) lebih besar dibandingkan jumlah perkawinan, berarti
105
Wawancara dengan beberapa tokoh masyarakat di desa yang ditunjuk oleh BP-4 untuk menyelenggarakan program SUSCATIN sendiri (Ponorogo: TP, 2007).
banyak sekali masyarakat yang menyambut baik program ini meskipun mereka belum menikah atau telah menikah. Selain itu dapat dilihat perbandingan jumlah peserta Kursus Calon Pengantin (SUSCATIN) dengan jumlah perkawinan pada setiap bulannya yaitu sangat mencolok. Hal ini disebabkan berjalannya program Kursus Calon Pengantin (SUSCATIN) ini secara sistematis. Meskipun tingkat taraf pendidikan mereka beraneka macam. Bahkan ada beberapa dari peserta SUSCATIN lulusan Sarjana. Sedangkan
langkah-langkah
yang
ditempuh
Badan
Penasehatan,
Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP-4) Kanupaten Ponorogo lewat program Kursus Calon Pengantin (SUSCATIN) adalah dengan memberikan nasehat, saran, dan arahan yang bersifat menetralisir persengketaan suami istri, agar meredam dan dapat menyelesaikan permasalahannya dengan kondisi yang normal tanpa
meliputi
kemelutnya nafsu, baik saran-saran yang bersifat agamis maupun saran-saran yang berdasarkan pengalaman hidup.
B. Analisis Terhadap Efektifitas Kursus Calon Pengantin (SUSCATIN) Dalam Meminimalisir Perceraian. Efektifitas program Kursus Calon Pengantin (SUSCATIN) dalam rangka meminimalisir perceraian di Kabupaten Ponorogo adalah dititik beratkan pada program itu sendiri. Dalam melaksanakan tugas suci itu
aparatur Badan Penasehatan, Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4) yaitu Drs. Maftuh Bahrul Ilmi, MH yang dibantu oleh para stafnya guna melayani kebutuhan dalam pemrosesan program Kursus Calon Pengantin (SUSCATIN). Untuk tercapainya tujuan program Kursus Calon Pengantin (SUSCATIN) yaitu meminimalisir perceraian di Kabupaten Ponorogo, maka pihak
dari
Badan
Penasehatan, Pembinaan
dan
Pelestarian
Perkawinan (BP-4) bekerja sama/ mengadakan komunikasi dengan instansi-instansi yang lain supaya promosi Badan Penasehatan, Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP-4) lewat program Kursus Calon Pengantin (SUSCATIN) cepat tersebar. Usaha-usaha lain dari program Kursus Calon Pengantin (SUSCATIN) adalah sebagai berikut: 1. Pembuatan Buku-buku Modul Kursus Calon Pengantin. Di dalam buku ini berisi diantaranya tentang perkawinan dalam hukum Islam dan UU No. 1/74, tentang kiat-kiat membangun keluarga bahagia yang meliputi hak dan kewajiban suami istri dan anak, problematika
perkawinan,
psikologi
dan
konseling
dan
lain
sebagainya. 106 Setiap peserta yang mengikuti kursus diberi buku Modul Kursus Calon Pengantin (SUSCATIN) yang nantinya diharapkan dapat dijadikan pegangan dalam menjalankan kehidupan di dalam rumah tangganya kelak. 106
BP-4, Laporan Pelaksanaan SUSCATIN
2. Penerbitan
Buku RTB (Rumah Tangga Bahagia) oleh Badan
Penasehatan, Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP-4). Buku ini berisi tuntunan praktis berumah tangga yang sesuai dengan agama Islam. Di
dalamnya juga terdapat bebarapa proses
antara lain proses nikah, thalak, cerai dan rujuk, juga programprogram pokok PKK. Untuk
mengetahui
efektifitas
Kursus
Calon
Pengantin
(SUSCATIN) dalam meminimalisir perceraian, berikut akan dituliskan jumlah perkawinan dan jumlah perceraian sebelum program Kursus Calon Pengantin (SUSCATIN) yaitu jumlah perkawinan pada bulan April 2005-Maret 2006 adalah 13.605 sedangkan jumlah perceraian pada bulan April 2005 sampai dengan Maret 2006 adalah 854 kasus. Dari data di atas dapat dilihat prosentasenya yaitu; 854 x 100% = 6,277% 13.605 Ditinjau dari jumlah perkawinan sebanyak 13.605 kasus dan jumlah perceraian sebanyak 854 kasus. Sedangkan jumlah perkawinan dan perceraian setelah program Kursus Calon Pengantin (SUSCATIN) yaitu jumlah perkawinan pada bulan April 2006-Maret 2007 adalah 7.174, sedangkan jumlah perceraian pada bulan April 2006-Maret 2007 adalah 845 kasus. Prosentasenya adalah;
845 x 100% = 11,778% 7.174 Ditinjau dari jumlah perkawinan sebanyak 7.174 kasus dan jumlah perceraian sebanyak 845 kasus. Adapun jumlah perkawinan dan perceraian pada Program Kursus Calon Pengantin (SUSCATIN) yaitu Juml;ah Perkawinan pada bulan April 2006-Maret 2007 adalah 7.174, sedangkan jumlah perceraian, yang tanggal perkawinannya pada tanggal 1 April 2006 adalah sebanyak 7 kasus. Prosentasenya adalah 7 x 100% = 0,0975% 7.174 Ditinjau dari jumlah perkawinan sebanyak 7174 dan jumlah perceraian sebanyak 7 kasus.
Berikut data perceraian dari bulan April 2006-Maret 2007 3 1. Agustus
:
No. Perkara Menikah
: 417/Pdt.G/2006/PA.PO : 27–06–2006 : Tidak ada keharmonisan
2. Nopember
:
No. Perkara Menikah
: 633/Pdt.G/2006/PA.PO : 29–08–2006 Tidak ada keharmonisan
3. Desember
a.
No. Perkara Menikah
: 733/Pdt.G/2006/PA.PO : 25-06-2006 : Tidak tanggung jawab
b. No. Perkara Menikah
: 673/Pdt.G/2006/PA.PO : 10-09-2006 : Tidak ada keharmonisan
c.
No. Perkara Menikah
: 767/Pdt.G/2006/PA.PO : 03-09-2006 : Kawin paksa
4. Januari
:
No. Perkara Menikah
: 623/Pdt.G/2007/PA.PO : 11-06-2006 : Tidak ada keharmonisan
5
:
No. Perkara Menikah
: 507/Pdt.G/2007/PA.PO : 10-07-2006 : Tidak ada keharmonisan
Pebruari
BAB V 3
Rekapitulasi Perceraian Th 2006-2007
PENUTUP
1.
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, data-data, dan analisa yang telah berhasil dihimpun, maka kami menyimpulkan: 1. Peranan BP-4 Kabupaten Ponorogo dalam melestarikan perkawinan adalah dengan memberikan kursus-kursus kepada remaja usia nikah, mengadakan Kursus Calon Pengantin (SUSCATIN) kepada para pasangan calon pengantin, dan memberikan Problem Solving kepada mereka yang telah menikah dan sedang mengalami kegoncangan dalam rumah tangga. 2. Tentang keefektifan kegiatan Kursus Calon Pengantin (SUSCATIN) dalam meminimalisir perceraian di Kabupaten Ponorogo adalah kurang efektif, karena prosentasenya sangat kecil.
Saran-Saran Karena
ternyata
tingkat
keefektifan
program
Kursus
Calon
Pengantin (SUSCATIN) masih belum optimal maka perlu adanya peningkatan-peningkatan, baik kualitas pelayanannya maupun kualitas personilnya dan sarana prasarananya, supaya masa yang akan datang eksistensinya lebih efektif. 77