PERAN BADAN PENASIHATAN PEMBINAAN DAN PELESTARIAN PERKAWINAN DALAM MEMBINA KELUARGA SAKINAH DI KOTA SALATIGA TAHUN 2008
SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Islam (S.Hi) Dalam Ilmu Syari’ah
Oleh : KHUSNUL CHOTIMAH NIM : 211 05 001
JURUSAN SYARI’AH PROGRAM STUDI AL-AHWAL AL-SYAKHSIYAH SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA 2009
DEPARTEMEN AGAMA RI SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA
Jl. Stadion 03 Telp. (0298) 323706, 323433 Salatiga 50721 Website : www.stainsalatiga.ac.id E-mail :
[email protected]
Dra. Siti Zumrotun, M.Ag DOSEN STAIN SALATIGA NOTA PEMBIMBING Lamp : 3 eksemplar Hal
: Naskah skripsi Saudari KHUSNUL KHOTIMAH Kepada Yth. Ketua STAIN Salatiga di Salatiga Assalamu'alaikum. Wr. Wb. Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka bersama ini, kami kirimkan naskah skripsi saudari : Nama
: KHUSNUL KHOTIMAH
NIM
: 211 05 001
Jurusan / Progdi : Syari’ah / Al-Ahwal Al-Syakhsiyah Judul
: PERAN BADAN PENASIHATAN PEMBINAAN DAN PELESTARIAN PERKAWINAN DALAM MEMBINA KELUARGA SAKINAH DI KOTA SALATIGA TAHUN 2008.
Dengan ini kami mohon skripsi Saudari tersebut di atas supaya segera dimunaqosyahkan. Demikian agar menjadi perhatian. Wassalamu'alaikum, Wr, Wb
Salatiga,
Agustus 2009
Pembimbing
Dra. Siti Zumrotun, M.Ag NIP. 196700115 1998003 2 002
iii
DEPARTEMEN AGAMA RI SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA
Jl. Stadion 03 Telp. (0298) 323706, 323433 Salatiga 50721 Website : www.stainsalatiga.ac.id E-mail :
[email protected]
PENGESAHAN KELULUSAN Tugas Akhir Saudari : KHUSNUL CHOTIMAH dengan
Nomor
Induk
Mahasiswa : 221 05 001 yang berjudul : “PERAN BADAN PENASIHATAN PEMBINAAN DAN PELESTARIAN PERKAWINAN DALAM MEMBINA KELUARGA SAKINAH DI KOTA SALATIGA TAHUN 2008”. Telah dimunaqasahkan dalam sidang panitia ujian Jurusan Syari’ah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga pada hari : Kamis tanggal 20 Agustus 2009 yang bertepatan dengan tanggal 29 Sya’ban 1430 H dan telah diterima sebagai bagian dari syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum Islam.
20 Agustus 2009 M Salatiga, 29 Sya’ban 1430 H
Panitia Ujian Ketua Sidang
Sekretaris Sidang
Dr. Imam Sutomo, M.Ag NIP. 19580827 198303 1002
Dr. H. Muh Saerozi, M.Ag NIP. 19660215 199103 1001
Penguji I
Penguji II
Prof. Dr. H. Muh. Zuhri, MA NIP. 19530326 197803 1 001
Moh. Khusen, M.Ag., MA NIP. 19741212 199903 1 003 Pembimbing
Dra. Siti Zumrotun, M.Ag NIP. 19670115 199803 2 002
iv
MOTTO
∩⊆⊃∪ 3“tムt∃ôθy™ …çμuŠ÷èy™ ¨βr&uρ ∩⊂®∪ 4©tëy™ $tΒ ωÎ) Ç⎯≈|¡ΣM∼Ï9 }§øŠ©9 r&uρ ∩⊆⊇∪ 4’nû÷ρF{$# u™!#t“yfø9$# çμ1t“øgä† §ΝèO Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang Telah diusahakannya. Dan bahwasanya usaha itu kelak akan diperlihat (kepadanya). Kemudian akan diberi balasan kepadanya dengan balasan yang paling sempurna. (Q.S. An-Najm : 39 – 41)
v
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan kepada : 1. Bapak dan Ibu tercinta yang senantiasa sabar dan iklas dalam membimbing hidupku ke jalan yang benar dan memeberikan do’a disetiap langkahku. 2. buat BL 1 NK yang selalu ada di hati dan memeberiku semangat dalam penyelesaian skripsi 3. temen-temen AHS angkatan 05 yang slalu memeberikan semangat dalam perkuliahan 4. sahabat-sahabatku temen jeng2 5. dan tak lupa penghuni kost ‘Griya nuansa SOLO’ yang slalu memberikan suport buat aku.
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Rabb yang Maha Rahman dan Rahim yang telah mengangkat manusia dengan berbagai keistimewaan dan dengan hanya petunjuk serta tuntunan-Nya. Penulis mempunyai kemampuan dan kemauan sehingga penulisan skripsi ini bisa terealisasikan. Shalawat dan salam penulis haturkan kepada Uswatun Khasanah Nabi Muhammad SAW, semoga beliau senantiasa dirahmati Allah SWT. Amin. Sebagai insan yang lemah, penulis menyadari bahwa tugas penulisan ini bukanlah merupakan tugas yang ringan, tetapi merupakan tugas yang berat. Dan akhirnya dengan berbekal kekuatan serta kemauan dan bantuan dari berbagai pihak, maka terselesaikanlah skripsi yang sederhana ini dengan judul : PERAN BADAN
PENASIHATAN
PEMBINAAN
DAN
PELESTARIAN
PERKAWINAN DALAM MEMBINA KELUARGA SAKINAH DI KOTA SALATIGA TAHUN 2008 Oleh karena itu dengan kerendahan hati dan tulus, penulis menghaturkan banyak terima kasih kepada : 1. Bapak Dr. Imam Sutomo, M.Ag., selaku Ketua STAIN Salatiga. 2. Bapak Moh. Khusen, M.Ag.M.A selaku Ketua Jurusan AS STAIN Salatiga. 3. Bapak Dra.Siti Zumrotun, M.Ag selaku pembimbing yang senantiasa ikhlas dan sabar dalam membimbing penulis hingga terselesaikannya skripsi ini. 4. Bapak dan Ibu dosen yang banyak memmberikan jasanya, mendidik penulis dalam menuntut ilmu di STAIN Salatiga.
vii
5. Team Perpustakaan STAIN Salatiga, terima kasih atas bantuan penyediaan buku-buku kepada penulis hingga terselesaikannya skripsi ini. 6. Keluargaku tercinta (Bapak, Ibu, Kakak-kakakku beserta suami dan adikadikku serta keponakan-keponakanku). 7. Rekan-rekanku mahasiswa STAIN Salatiga Jurusan PAI, TBI, PBA, dan AS Thanks to Dot. Comp dan semua pihak yang membantu dalam penulisan skripsi ini. Dengan sedikitnya kemampuan yang ada, penulis telah berusaha menyusun skripsi dengan sebaik-baiknya. Namun dengan demikian, skripsi ini masih sangat jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca yang budiman demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga bermanfaat untuk semua. Salatiga, 10 Agustus 2009
Penulis
viii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ......................................................................................
i
DEKLARASI .................................................................................................
ii
NOTA PEMBIMBING ..................................................................................
iii
PENGESAHAN .............................................................................................
iv
MOTTO ..........................................................................................................
v
PERSEMBAHAN ..........................................................................................
vi
KATA PENGANTAR ...................................................................................
vii
DAFTAR ISI ..................................................................................................
ix
BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...........................................................
1
B. Rumusan Masalah .....................................................................
4
C. Tujuan Penelitian ......................................................................
5
D. Manfaat Penelitian ....................................................................
6
E. Telaah Pustaka ..........................................................................
7
F. Kerangka Teoritik .....................................................................
9
G. Metodologi Penelitian ...............................................................
15
H. Sistematika Penulisan ...............................................................
19
BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Umum Badan Penasehatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan .............................................................
21
1. Sejarah BP4 .........................................................................
23
ix
2. Visi dan Misi BP4................................................................
25
3. Tujuan BP4 ..........................................................................
25
B. Keluarga Sakinah ......................................................................
26
1. Pengertian Perkawinan .......................................................
26
2. Pengertian Keluarga Sakinah ..............................................
30
3. Dasar-dasar Pembinaan Rumah Tangga Sakinah ...............
32
4. Kriteria Keluarga Sakinah ..................................................
34
5. Konsep Keluarga Sakinah dalam Islam ..............................
35
6. Bekal Meraih Rumah Tangga Sakinah ...............................
39
7. Problematika yang Muncul dalam Keluarga ......................
43
8. Contoh Kehidupan Rumah Tangga Rasulullah dan Sababat.................................................................................
45
BAB III BADAN PENASIHATAN PEMBINAAN DAN PELESTARIAN PERKAWINAN KOTA SALATIGA A. Gambaran Umum Badan Penasihatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan Kota Salatiga ...................................... B. Peran
Badan
Penasihatan
Pembinaan
dan
48
Pelestarian
Perkawinan Kota Salatiga dalam Membina Keluarga Sakinah di Kota Salatiga ........................................................................
58
BAB IV ANALISIS BP4 KOTA SALATIGA DALAM MEMBINA KELUARGA SAKINAH A. Peranan BP4 Kota Salatiga dalam Membina Keluarga Sakinah .....................................................................................
x
70
B. Faktor Penghambat dan Pendorong Keberhasilan BP4 Kota Salatiga .....................................................................................
79
C. Upaya BP4 Kota Salatiga dalam Membina Keluarga Sakinah ......................................................................................
81
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ...............................................................................
83
B. Saran ..........................................................................................
84
DAFTAR PUSTAKA DAFTAR RIWAYAT HIDUP LAMPIRAN
xi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Keluarga adalah unsur terkecil dari suatu masyarakat, sedangkan keluarga terbentuk harus melalui perkawinan, perkawinan merupakan sarana untuk membentuk rumah tangga sebagai sebuah ikatan yang diakui oleh masyarakat dimana mereka tinggal sebagai suami istri yang sah. Perkawinan dilaksanakan oleh seseorang yang sudah cukup umur tidak peduli profesi, suku bangsa, agama, kekayaan, tempat tinggal dan lain sebagainya. Setiap orang yang akan melangsungkan perkawinan tidak semuanya dapat memahami hakekat perkawinan dan tujuan perkawinan yaitu mendapatkan kebahagiaan sejati dalam rumah tangga, perkawinan bukan sekedar berkumpulnya dua orang manusia dalam satu atap kemudian mendapat keturunan, bukan pula untuk sementara waktu tapi untuk seumur hidup. Tujuan perkawinan yang begitu mulia, terkadang mendapatkan cobaan yang cukup berat dalam mewujudkannya karena untuk memebentuk keluarga yang damai dan bagagia sangatlah sulit pada hakekatnya tujuan yang esensi dalam kehidupan berumah tangga adalah membentuk keluarga yang sejahtera dan bahagia, sebagaimana tercantum dalam Al-Qur’an surat Ar-rum ayat 21 :
1
2
≅yèy_uρ $yγøŠs9Î) (#þθãΖä3ó¡tFÏj9 %[`≡uρø—r& öΝä3Å¡àΡr& ô⎯ÏiΒ /ä3s9 t,n=y{ ÷βr& ÿ⎯ÏμÏG≈tƒ#u™ ô⎯ÏΒuρ tβρã©3xtGtƒ 5Θöθs)Ïj9 ;M≈tƒUψ y7Ï9≡sŒ ’Îû ¨βÎ) 4 ºπyϑômu‘uρ Zο¨Šuθ¨Β Νà6uΖ÷t/ Artinya : Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir. Dalam pasal 1 Undang-Undang Perkawinan No.1 tahun 1974 dinyatakan bahwa perkawinan adalah ikatan lahir batin diantara seoarang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa, sehingga maksud dari UU tersebut tidaklah cukup hanya ikatan lahir atau batin saja, akan tetapi harus mencakup keduanya. Adanya ikatan lahir dan batin antara suami istri merupakan fondasi yang kekal, bahagia dan sejahtera. Diperlukan kerjasama dan saling pengertian antara masing-masing pihak, baik suami maupun istri dan sedapat mungkin menghindari segala macam perselisihan yang ada dalam rumah tangga, walaupun tidak mudah untuk dilaksanakan dalam sebuah perkawinan. Sepasang suami istri tidak bahagia dalam kehidupan rumah tangganya, karena sering terjadi perselisihan diantara keduanya, untuk menghindari hal tersebut, kita harus dapat menjauhkan diri dari hal-hal yang dapat menimbulkan perselisihan diantara suami istri. Perselisihan dapat ditimbulkan oleh faktor internal maupun factor eksternal yang apabila tidak diselesaikan secara tepat akan menimbulkan
3
masalah-masalah baru seperti timbulnya penyelewengan suami istri dan tidak terawatnya anak-anak mereka. sehubungan dengan hal tersebut maka diperlukan suatu usaha penyuluhan tentang perkawinan dan keluarga sejahtera untuk membekali setiap individu agar dapat memiliki persiapan mental dan fisik serta daya tahan yang kuat dalam mengahdapi goncangan dalam perkawinan. BP4 merupakan lembaga semi resmi yang bertugas membantu Departemen
Agama
dalam
meningkatkan
mutu
perkawinan
dengan
mengembangkan gerakan keluarga sakinah dan pendidikan agama di lingkungan keluarga.dan penasehatan tentang masalah perkawinan kepada masyarakat. Dengan memperhatikan tugas-tugas BP4 akan diperoleh keterangan seberapa besar peranan badan Penasehat ini dalam ikut menangani masalah perkawinan dan perceraian. Berdasarkan pengamatan masih banyak pasangan suami istri khususnya di Kota Salatiga yang tidak dapat mempertahankan kelangsungan hidup rumah tangganya. Ini dibuktikan di KUA Kota Salatiga mengenai program kerja BP4 yang belum aktif dalam pelakasanaan program kerjanya karena dilatar belakangi masyarakat yang kurang percaya adanya fungsi BP4.1 Dalam kaitannya dalam penelitian yang peneliti lakukan bahwa BP4 di kota Salatiga sebenarnya sudah menjalankan tugasnya yaitu memberikan penyuluhan kepada calon mempelai sebelum melaksanakan akad nikahnya,
1
Wawancara dengan Bp. Munif kepala KUA Kecamatan Tingkir Kota Salatiga
4
dimana penyuluhan tersebut dilkukan di KUA kecamatan setempat yang dilaksanakan oleh bagian penyuluhan yang ada di KUA setempat. Selain itu BP4 juga menyelengarakan penyuluhan tehadap pasangan suami istri akan tetapi kurangna antusiasme dan kesadaran masyarakat untuk menghadiri acara tersebut. Ini dikarenakan kultur yang terjadi dalam masyarakat bahwasannya penyuluhan tersebut dianggap tidak penting dan Departemen Agama kurang tertib dalam pelaksanaan birokrasi prosedur pengajuan kasus rumah tangga sehingga mengakibatkan non aktifnya BP4 dalam melaksanakan program kerjanya.2 Sehubungan
dengan
hal
itu
peneliti tertarik
untuk
meneliti
permasalahan diatas dengan judul PERANAN BADAN PENASEHATAN PEMBINAAN DAN PELESTARIAN PERKAWINAN (BP4) DALAM MEMBINA KELUARGA SAKINAH DI KOTA SALATIGA
B. Rumusan Masalah Agar pemabahasan ini bisa lebih spesifik dan mengarah ke fokus penelitian, maka penyusun memberi batasan dengan pokok masalah sebagai berikut: 1. Bagaimana profil Badan Penasihatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan Kota Salatiga?
2
Salatiga
Wawancara dengan Bp. Asa Abduridha kepala KUA Kecamatan Argomulyo kota
5
2. Bagaimana peran Badan Penasihatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan Kota Salatiga dalam memberikan penyuluhan pasangan calon mempelai untuk membina keluarga sakinah? 3. Bagaimana usaha-usaha Badan Penasihatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan Kota Salatiga apabila terjadi perselisihan dalam rumah tangga di kota Salatiga? 4. Faktor apa saja yang menghambat dan mendorong keberhasilan pelaksanaan program kerja Badan Penasihatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan Kota Salatiga kota Salatiga?
C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui profil Badan Penasihatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan Kota Salatiga? 2. Untuk mengetahui peran Badan Penasihatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan Kota Salatiga dalam memberikan penyuluhan pasangan calon mempelai untuk membina keluarga sakinah? 3. Untuk mengetahui usaha Badan Penasihatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan
Kota Salatiga apabila terjadi perselisihan dalam rumah
tangga. 4. Untuk mengetahui faktor apa saja yang menghambat dan mendorong keberhasilan pelaksanaan program kerja Badan Penasihatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan Kota Salatiga. D. Manfaat Penelitian
6
Adapun manfaat dari
penelitian ini dapat dibedakan menjadi dua
adalah: 1. Secara teoritis Manfaat teoritis dari hasil penelitian ini adalah: a. Memperoleh penjelasan dan gambaran mengenai peranan BP4 dalam mencegah terjadinya perceraian di kota Salatiga. b. Dapat memeperoleh khasanah ilmu sosial khususnya ilmu hukum. c. Menjadi refleksi sehingga dapat dibaca oleh siapa saja yang membuat untuk mengetahui tentang peranan BP4 dalam menangani kasus dalam rumah tangga. 2. Secara praktis Manfaat praktis dari hasil penelitian ini adalah: a. Bagi Masyarakat Untuk memberikan informasi pada masyarakat bahwa BP4 merupakan salah satu sarana untuk mengkonsultasikan masalah yang dihadapi oleh sebuah rumah tangga baik itu pasangan baru akan melaksanakan perkawinan maupun pasangan yang berusia lama. b. Bagi Pemerintah Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah dan menentukan kebijakan yang berkaitan dengan permasalahan BP4 khususnya dalam pelaksanaan program kerja untuk mencegah terjadinya perceraian. c. Bagi peneliti
7
Dapat menambah pengetahuan dan wawasan sehingga dapat dilakukan penelitian lanjutan.
E. Telaah Pustaka Secara spesifik tidak anyak buku-buku, penelitian, maupun skripsi yang mengangkat tentang BP4. berdasarkan tinjauan pustaka tersebut antara lain adalah skripsi yang disusun oleh Siti Fadhilah yang berjudul Peran Pesantren dan BP4 sebagai konsultan Hukum (Studi Perbandingan Antara Pondok Pesantren Al-Qodir dan BP4 Kecamatan Cangkiran) dalam mengatasi perselisihan suami istri tahun 2002.3 Dalam penelitian tersebut diatas menggunakan penelitian lapangan (field research) yang bersifat diskriptif analitik. lokasi penelitian tersebut berada di Pondok Pesantren Al-Qodir Tanjung Wukisari Kecamatan Cangkiran Dan BP4 Kecamatan cangkiran Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta. Pokok permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah peran Pondok pesantren dan BP4 kecamatan cangkiran dalam menyelesaikan perselisihan antara suami istri yang dikonsultasikan pada tahun 2002 dan langkah-langkah yang ditempuh serta metode yang di gunakan oleh keduanya apabila ditinjau dari sudut pandang Ushul Fiqih. Adapun isi dari penelitian tersebut adalah membandingkan peran pondok pesantren dengan peran BP4, tetapi dalam penelitian lebih menitik beratkan peran pada pondok
3
Siti Fadlilah, Peran Pesantren Dan BP4 Sebagai Konsultan Hkum (Stadi Perbandingan antara pondok Pesantren Al-Qodir dan bp4 Kecamatan Cangkiran) Dalam Mengatasi Perselisihan suami Dan Isteri Tahun 2002, Skripsi Sarjana Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga (2005)
8
Pesantrennya karena pondok pesantren tersebut sering dijadikan tempat berkonsultasi dalam masalah perselisihan suami istri dalam masyarakat sekitar bahkan meliputi artis-artis ibukota. Hal ini disebabkan karena kurang percayanya masyarakat tentang kinerja BP4 adanya kultur pada masyarakat sekitar bahwasanya pondok pesantren lebih berperan dari pada BP4 karena mereka menganggap BP4 hanyya sebagai pembuat surat pengantar mengajukan perceraian ke Pengadilan Agama. Dalam skripsi lain yang disusun oleh saudari Istiani Yuliani, mahasiswa UIN yang berjudul Bimbingan Pra Nikah Bagi Anggota POLRI Polres Sleman Yogyakarta.4 Dalam penelitian tersebut diatas menggunakan metode deskriptif kualitatif. Lokasi yang dipilih oleh peneliti tersebut berada di Polres Sleman Yogyakarta, sedangkan pokok permasalahan yang diangkat oleh peneliti tersebut adalah bimbingan pra nikah yang dilakukan oleh Polres Sleman yang meliputi pelaksanaan, pembimbing, peserta, materi yang diberikan, metode yang digunakan dan fasilitas atau srana yang digunakan dalam memberikan bimbingan pra nikah bagi para anggota Polri Polres Sleman. Dalam penelitian tersebut telah digambarkan bahwa bimbingan pra nikah yang diberikan oleh Polres Sleman sangat penting peranannya bagi calon suami istri anggota Polri agar mereka siap baik mental maupun materialnya dalam mengarungi bahtera rumah tangganya. Bimbingan pra nikah yang diberikan oleh Polres Sleman bagi anggota polri wajib di ikuti oleh setiap angota polri yang akan menikah. Materi yang diberikan dalam 4
Istiani Yuliani, Bimbingan Pra Nikah Bagi anggata POLRI Polres Sleman Yogyakarta, Skripsi sarjana Universitas Islam Negei sunan Kalijaga 92005).
9
bimbingan ini hanya sebatas materi Undang-Undang perkawinan, materi keagamaan, materi kepolisian dan materi kebhayangkarian. Kaitannya dengan penyusunan skripsi ini, meskipun sudah ada beberapa penulis yang mengambil tema tentang BP4, namun berdasarkan uraian diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa beberapa peneliti menitikberatkan pada system penyuluhannya terhadap masyarakat, sedangkan dalam skripsi ini peneliti mencoba mengangkat tentang praktek penasihatan kaitannya dengan hukum islam dan juga bagaimana peran BP4 bagi pasangan calon mempelai untuk membentuk keluarga sakinah, letak perbedaan dalam penelitian ini adalah pada lembaga yang menjadi obyek penelitian yaitu peran BP4, maka
penulis akan membuat penelitian tersebut untuk dijadiakan
skripsi.
F. Kerangka Teoritik Persoalan perkawinan sejak awal telah mendapat perhatian yang serius dalam Islam, bahkan merupakan tonggak awal lahirnya hukum keluarga khususnya hukum perkawinan yang ditandai dengan adanya perkawinan antara Adam as dengan istrinya Hawa juga merupakan syariat yang ditetapkan oleh Allah yang tersurat dalam firmanNya dalam Q.S An-Nur ayat 21
Ÿ≅yèy_uρ $yγøŠs9Î) (#þθãΖä3ó¡tFÏj9 %[`≡uρø—r& öΝä3Å¡àΡr& ô⎯ÏiΒ /ä3s9 t,n=y{ ÷βr& ÿ⎯ÏμÏG≈tƒ#u™ ô⎯ÏΒuρ ∩⊄⊇∪ tβρã©3xtGtƒ 5Θöθs)Ïj9 ;M≈tƒUψ y7Ï9≡sŒ ’Îû ¨βÎ) 4 ºπyϑômu‘uρ Zο¨Šuθ¨Β Νà6uΖ÷t/ Artinya : Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan
10
merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir. Tali temali perekat perkawinan adalah cinta, mawaddah, rahmah dan amanah Allah sehingga kalau cinta pupus dan mawaddah putus maka masih ada rahmat. Kalupun ini tidak tersisa maka masih ada amanah dan selama pasangan itu beragama, amanahnya terpelihara.5 Mawaddah tersusun dari huruf ( ة- ّد- )م – وyang maksudnya berkisar pada kelapangan dan kekosongan jiwa dari kehendak buruk. Rahmah adalah kondisi
psikologi
ketidakberdayaan
yang sehingga
muncul
dalam
mendorong
hati yang
akibat
menyaksikan
bersangkutan
untuk
memberdayakannya.6 Sebagaiman peraturan yang telah dikeluarkan oleh pemerintah dalam bentuk Undang-Undang No 10 tahun 1992 tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera. Dalam pasal 1 ayat (11) dijelaskan bahwa, keluarga sejahtera adalah keluarga yang dibentuk berdasarkan perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spiritual dan materiil yang layak, bertakwa kepada tuhan Yang Maha Esa, memeiliki hubungan yang serasi, selaras dan seimbang antar anggota keluarga dengan masyarakat dan lingkungannya. Akan tetapi sebelum melakukan perkawinan ada beberapa prosedur yang harus dilakukan oleh kedua belah pihak, seperti khitbah atau dalam budaya Indonesia biasa disebut dengan peminangan, yang berarti langkah 5 6
M. Qurash Shihab, Wawasan Al-Qu’ran, Mizan, Bandung, 1996. hlm. 208 Ibid, hlm. 209
11
pendahuluan menuju kearah perjodohan antara seorang pria dan seorang wanita.7 Karena itu dalam kehidupan keluarga, masing-masing suami dan istri akan bersungguh-sungguh bahkan bersusah payah demi mendatangkan kebaikan bagi pasangannya serta menolak segala yang mengganggu dan yang mengeruhkannya. Selain itu yang harus diperhatikan adalah rukun dan syarat yang harus dipenuhi oleh kedua belah pihak agar perkawinan tersebut bisa dikatakan sah. Jika dalam islam prosedur itu yang harus diperhatikan, berbeda dengan di Indonesia , selain adanya beberapa sarat administrasi, ada juga yaitu syarat untuk mengikuti penyuluhan yang dilakukan oleh pihak KUA setempat yang dijalankan oleh Badan Penasihatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4) dimana setiap calon mempelai yang akan melangsungkan perkawinan harus mendaftarkan diri ke KUA dimana pasangan perempuan berdomisili, yang selanjutnya kedua belah pihak harus mengikuti penyuluhan tersebut. Penasihatan merupakan sebuah produk baru di Indonesia karena dalam Islam penasihatan sebelum perkawinan bukan merupakan syariat yang harus dilaksanakan, maka dalam setiap pembuatan hukum, hal-hal yang harus diperhatikan adalah aspek kemaslahatan bagi umat. Sebagaimana dijelaskan dari sebuah hukum harus mampu menjaga kemaslahatan dengan pertimbangan sebagai penjagaan terhadap agama, jiwa, keturunan, harta dan juga akal.
7
hlm.69
Muhammad Idris Ramulyo, Hukum Perkawinan Islam, bumi Aksara, Jakarta, 1996,
12
Sedangkan Al-Qarrafi menambahkan lima bagian tadi menjadi enam yakni memelihara kehormatan diri atau harga diri.8 Adapun beberapa teori yang peneliti pergunakan untuk menganalisis tentang peranan BP4 KUA Kota Salatiga adalah : 1. Kaidah Fiqhiyyah
ﺗﺼﺮﻑ ﺍﻻﻣﺎﻡ ﻋﻠﻲ ﺍﻟﺮ ﻋﻴﺔ ﻣﻨﻮﻁ ﺑﺎﳌﺼﻠﺤﺔ Kaidah ini bersumber dari perkataan Imam Syafi’i, bahwa kedudukan imam (pemimpin) terhadap rakyatnya sama halnya dengan kedudukan wali terhadap anak yatim9. Namun setelah diadakan penelitian mendasar, ternyata ini berasal dari qaul sahabat Umar bin Khattab yang berbunyi: “Sungguh aku menempatkan diriku terhadap harta Allah seperti kedudukan wali terhadap anak yatim, jika aku membutuhkan maka aku akan mengambil dari padanya. Apabila sisa akan aku kembalikan dan ketika aku tidak membutuhkannya niscaya aku menjauhinya” Kaidah ini menerangkan bahwa pemerintah berkewajiban dan bertanggung jawab atas kemaslahatan rakyatnya. Sebagaimana dijelaskan diatas bahwa setiap produk hukum yang diciptakan harus memenuhi lima unsur pokok maqosid asy-syari'ah sebagaimana telah dijelaskan di atas, di mana maqosid yang berkaitan dengan masyarakat atau muamalah antara
8
Ahmad Salaby, Sejarah Pembinaan Hukum Islam, Jaya Murni, Jakarta, 1998. hlm. 94 Muhlish Usman, Kaidah-Kaidah Ushuliyah Dan Fiqhiyyah Pedoman Dasar Dalam Istinbat Hukum Islam, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1996. hlm.150 9
13
lain meliputi pembinaan dan budi pekerti luhur, penegakan dan pemerataan keadilan serta kebaikan dan kemaslahatan bagi masyarakat.10 Sehingga berkaitan dengan hal tersebut, maka sudah menjadi kewajiban bagi pemerintah untuk mengeluarkan peraturan atas undangundang tentang standarisasi keluarga sakinah di Indonesia sebagai usaha preventif, hal ini termaterialkan dalam bentuk SK Dirjen Bimas Islam dan Urusan Haji No. D/71/1999 tentang petunjuk pelaksanaan pembinaan gerakan keluarga sakinah pasal 4, yang memberikan beberapa tingkatan dalam sakinah 1, II, dan III., karena dalam undang-undang ini dalam memberikan kriteria keluarga sakinah terbagi atas beberapa kelompok, maka untuk mengukur keberhasilan program tersebut ditentukan tolak ukur atau krteria sesuai tingkatan masing-masing diantaranya:11. Keluarga sakinah 1: a. Tidak ada penyimpangan terhadap peraturan syariat dan UU No.1 tahun 1974 b. Memiliki surat nikah. c. Memiliki perangkat sholat. d. Terpenuhi kebutuhan makanan pokok. e. Memiliki buku agama. f. Memiliki Al-Quran. g. Memiliki ijazah setingkat SD.
10
Munawir Sadzali, Ijtihad Kemanusiaan, Jakarta, 1994. hlm. 53 Proyek Peningkatan Kehidupan Keluarga Sakinah Ditjen Bimas Islam dan Penyelenggaraan Haji, Petunjuk Teknis Pembinaan Gerakan Keluarga Sakinah, Jakarta. 2003. hlm. 26 11
14
h. Tersedianya tempat tinggal sekalipun mengontrak. i. Memiliki dua stel pakaian yang panas. Keluarga Sakinah II: a. Menuerunnya angka perceraian dalam keluarga. b. Meningkatnya penghasilan keluarga melebihi kebutuhan pokok. c. Memiliki ijazah setingkat SLTP. d. Banyak keluarga yang memiliki rumah sendiri. e. Banyak masyarakat yang mengikuti kegiatan sosial kemasyarakatan dan keagamaan. f. Dapat memenuhi empat sehat lima sempurna. Keluarga sakinah III: a. Meningkatnya gairah kegiatan kegiatan dan keagamaan di masjidmasjid maupun dalam keluarga. b. Keluarga aktif menjadi pengurus kegiatan keagamaan dan sosial kemasyarakatan. c. Meningkatnya kesehatan masyarakat. d. Keluarga utuh tidak cerai. e. Memiliki ijazah setingkat SLTA. f. Meningkatnya pengeluaran untuk shadaqoh. g. Meningkatnya pengeluaran untuk kurban. 2. Metode Penasihat Perkawinan dan Keluarga Sakinah Secara garis besar, buku materi ini terbagi kedalam dua bagian besar yaitu:
15
1. Materi utama, kusus membahas mengenai seluk beluk konseling, peranan konselor dan persyaratan yang dibutuhkan sebagai seorang konselor. 2. Materi penunjang, berisi uraian mengenai segala sesuatu yang dihadapi pasangan yang akan menikah pada saat menjelang pernikahan dan pada saat pernikahan berlangsung.12 Dari beberapa teori diatas akan penyusun pergunakan dalam mencari informasi serta menganalisis tentang Peranan Badan Penasehatan Pembinaan Dan Pelestarian Perkawinan (BP4) yang dilakukan oleh KUA, Departemen Agama Kota Salatiga dalam pembinaan keluarga sakinah dalam rangka mencegah terjadinya konflik yang terus menerus yang sesuai dengan kaidah fiqhiyah.
G. Metodologi Penelitian Untuk dapat memperoleh kajian yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, maka dalam melacak data, menjelaskan dan menyimpulkan obyek pembahasan dalam skripsi ini, peneliti menggunakan metode sebagai berikut: 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian lapangan (field research), artinya data yang dijadikan rujukan dalam penelitian ini adalah fakta-fakta
12 Direktorat Jendral Bimbingan Masyarakat Islam Direktorat Urusan Agama Islam Dan Pembinaan Syariah, Korps Penasihat Perkawinan Dan Keluarga Sakinah, Departemen Agama RI, Jakarta, 2006. hlm. 1
16
di lapangan.13 Dalam hal ini yaitu data-data tentang kelembagaan dan data tentang peranan BP4 dalam memberikan nasehat kepada pasangan calon mempelai yang diperoleh dari BP4 KUA Salatiga, Departemen Agama dan masyarakat Kota Salatiga yang menggunakan jasa BP4 2. Sifat Penelitian Penelitian bersifat deskriptif
analitik, yaitu penelitian yang
menuturkan, menganalisa, dan mengklasifikasikan data secara kaulitatif. Metode deskriptif analitik itu dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diteliti berdasarkan fakta-faka yang tampak sebagaimana adanya.14 Untuk itu dalam penelitian ini, dimaksudkan untuk menjelaskan bagaimana efektifitas peran BP4 bagi pasangan calon mempelai untuk membentuk keluarga sakinah maupun pasangan suami istri yang sudah menikah. 3. Sumber Data Adapun sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Data primer, yakni data yang diperoleh dari hasil interview dengan Lembaga Badan Penasihatan Pembinaan Dan Pelestarian Perkawinan (BP4) KUA Salatiga, BP4 Departemen Agama dan dan keluarga yang menggunakan jasa BP4, pihak-pihak yang dapat dimanfaatkan untuk memberikan informasi serta data yang dibutuhkan dalam penelitian ini. 13 Iqbal Hasan, Pokok-Pokok Materi Penelitian dan Aplikasinya, Graha Indonesia, Jakarta, 2002. hlm. 87 14 Saifudin Anwar, Metode Penelitian Bidang Sosial, Pustaka Pelajar, 1990. hlm. 63
17
b. Data sekunder, data yang diperoleh dari studi perpustakaan, beberapa buku yang berhubungan dengan masalah perkawinan, hasil penelitian, makalah
serta
sumber-sumber
lain
yang
berkaitan
dengan
permasalahan di atas guna mendukung penelitian skripsi ini. 4. Metode Pengumpulan Data a. Interview (Wawancara) Metode Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti untuk mendapatkan keterangan-keterangan lisan melalui bercakap-cakap dan berhadapan muka untuk melakukan tanya jawab dengan orang yang dapat memberikan keterangan pada si peneliti15 Adapun para pihak yang diwawancarai dalam penelitian ini adalah petugas atau pemateri dari BP4 KUA Salatiga dan klien yang mengikuti penasihatan, sehingga akan diperoleh data-data yang diperlukan dalam penyusunan skripsi ini.
b. Dokumentasi Yaitu teknik pengumpulan data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen atau catatan-catatan, yang berupa buku panduan (pedoman), hasil-hasil penelitian, laporan program, surat kabar dan lain-lain yang berkaitan dengan pokok masalah. c. Observasi
15
Mardalis, Metode Penelitian, Bumi Aksara, Jakarta, 2006, hlm. 64
18
Metode observasi adalah metode pengumpulan data dengan cara mencari data mengenai hal-hal atau variabel melalui pengamatan dan pencatatan yang sistematik mengenai fenomena-fenomena yang diselidiki. Tujuan metode ini agar bisa diperoleh dan diketahui data semestinya. Dalam penelitian ini dilakukan observasi langsung dalam proses pelaksanaan bimbingan atau penasehatan yang dilakukan oleh BP4 KUA Salatiga dan keluarga yang ada di Kota Salatiga. 5. Analisis Data Analisis data merupakan suatu cara yang digunakan untuk menganalisis, mempelajari serta mengolah data tertentu sehingga dapat diambil kesimpulan yang kongkret tentang persoalan yang diteliti dan dibahas. Dalam menganalisa data dilakukan secara kualitatif dengan menggunakan instrument analisis induktif. Digunakan dalam rangka membangun konsepsi interpretasi mengenai program penasehatan dan pembinaan keluarga sakinah. 6. Pendekatan Masalah Dalam penelitian ini digunakan pendekatan normatif- sosiologis dan pendekatan ushul fiqih yang digunakan dalam mengetahui serta memehami permasalahan yang diteliti berdasarkan nash-nash Al- Qur'an dan Al-Hadist serta pendekatan sosiologis untuk meneliti lebih lanjut tentang peranan BP4 Kota Salatiga Salatiga.
H. SISTEMATIKA PENULISAN
19
Untuk mempermudah pembahasan skripsi ini dan memberikan gambaran umum, maka peneliti membagi pembahasan ini kedalam lima bab yaitu: Bab Pertama Pendahuluan;
Bab ini berisi Latar Belakang Masalah,
Rumusan masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Telaah Pustaka, Kerangka Teoritik, Metode Penelitian, dan Sistematika Pembahasan. Bab Kedua Landasan Teori; Bab ini membahas tentang profil Badan Penasihatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan dan Konsep Keluarga Sakinah dan peran Badan Penasihatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan dalam membina keluarga Sakinah Bab Ketiga BP4 Kota Salatiga; Bab ini membahas tentang Gambaran Umum Badan Penasihatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan kota Salatiga, perkembangan
Badan Penasihatan Pembinaan dan Pelestarian
Perkawinan kota Salatiga Visi dan Misi, program Kerja dan Usaha-usaha BP4 dalam membina Keluarga Sakinah.
20
Bab Keempat Analisis; Bab ini membahas tentang Peran dan Fungsi Badan Penasihatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan kota Salatiga dan faktor penghambat dan pendorong keberhasilan BP4 kota Salatiga. Bab Kelima Penutup; Bab ini meliputi kesimpulan dan saran-saran. Untuk melengkapi skripsi ini penyusun cantumkan lampiran-lampiran.
BAB II LANDASAN TEORI
A. Pengertian Umum Badan Penasehatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan. BP4 merupakan suatu badan yang ada dibawah naungan Departemen Agama yang bertugas untuk memberikan nasehat kepada calon pengantin dan mendamaikan rumah tangga yang sedang berselisih. BP4 sebagai lembaga semi resmi bertugas membantu Departemen Agama dalam meningkatkan mutu perkawinan dengan mengembangkan gerakan keluarga sakinah dan pendidikan agama di lingkungan keluarga. Sebagai sebuah organisasi BP4 senantiasa meningkatkan profesionalisme petugas dan meningkatkan kepuasan klien. Pada era reformasi pembangunan saat ini, peran BP4 sangat diperlukan untuk menciptakan iklim yang kondusif dalam menyemangati para keluarga agar semua anggota keluarga dapat menjalankan ajaran agama secara baik dan benar serta memiliki nuansa akhlaqul karimah.1 BP4 telah dinyatakan sebagai badan semi resmi pemerintah yang bertugas membantu Departemen Agama dalam bidang pembangunan keluarga. Tugas yang membentang di hadapan BP4 adalah upaya menanamkan nilai-nilai keimanan, ketaqwaan dan aklhlaqul karimah dalam ligkungan keluarga. Untuk melaksanakan tugas besar ini, tentu BP4 perlu 1
Hasil Munas dan Pemilihan Keluarga Sakinah Teladan TingkatNasional, Jakarta, 2005.
hlm. 1
21
22
memperkuat organisasinya mulai dari pusat sampai ke daerah. Kemitraan dengan sesama LSM agama, penggalian sumber daya manusia bahkan kerjasama dengan lembaga internasional perlu dikembangkan untuk meningkatkan sebuah lembaga yang profesional. BP4 hendaknya menjadi tempat berkumpulnya para tokoh agama, pimpinan LSM dan para pakar di bidang pembangunan keluarga sehingga menjadi sebuah organisasi besar yang mandiri, tampil profesional, wibawa dan sanggup menjadi partner pemerintah dalam pembangunan. BP4 bersifat profesi, sebagai penunjang tugas Departemen Agama dalam bidang penasehatan pembinaan dan pelestarian perkawinan menuju keluarga sakinah,bertjuan memepertingi mutu perkawinan guna mewujudkan keluarga sakinah dan kekal menurut ajaran islam dan berazaskan pancasila. Penasihatan bersifat keagamaan karena tujuan BP4 adalah membantu sesama orang Islam untuk menciptakan perkawinan yang bahagia dan membina keluarga mereka sesuai dengan ajaran agama Islam. Tugas utama dari penasihat selama menasihati adalah memastikan kemungkinan para penghadap masih dapat melanjutkan perkawinan mereka dan membuatnya bahagia kembali. Tugas berikutnya adalah untuk membantu masing-masing pihak memperoleh kehidupan yang lebih baik. sebagai lembaga semi resmi bertugas
membantu
perkawinan
dengan
Departemen
Agama
mengembangkan
dalam
gerakan
meningkatkan
keluarga
sakinah
mutu dan
pendidikan agama di lingkungan keluarga. Sebagai sebuah organisasi BP4 senantiasa meningkatkan profesionalisme petugas dan meningkatkan kepuasan
23
klien dalam melaksankan tugas tersebut di atas. Pada era reformasi pembangunan saat ini, peran BP4 sangat diperlukan untuk menciptakan iklim yang kondusif dalam menyemangati para keluarga agar semua anggota keluarga dapat menjalankan ajaran agama secara baik dan benar serta memiliki nuansa akhlaqul karimah. 1. Sejarah BP4 Untuk mempertinggi mutu perkawinan guna mewujudkan keluarga sakinah menurut ajaran Islam, diperluakan bimbingan yang terus menerus dari para Korp penasihat perkawinan dan mampu melaksankan tugas pembangunan manusia Indonesia seutuhnya yang maju, mandiri, sejahtera lahir dan batin. Bahwa untuk membangun manusia Indonesia seutuhnya dan tercapai tujuan tersebut diperlukan adanya organisasi yang baik dan teratur serta mampu menampung aspirasi masyarakat sesuai dengan tuntutan perkembangan zaman dan kemajuan bangsa. Organisasi tersebut diberi nama Badan Penasihatan Pembinaan dan Pelestarian disingkat dengan BP4. Dalam upaya merespon aspirasi masyarakat sesuai dengan semangat
reformasi
maka
kiat
BP4
adalah
menanamkan
dan
mengembangkan nilai-nilai agama, keimanan, ketakwaan dan aklhlaqul karimah dalam kehidupan sehari-hari keluarga muslim sehingga kesejahteraan materiil dan spiritual senantiasa terus meningkat untuk
24
mencapai keluarga sakinah yang mencerminkan kemitrasejahteraan diantara suami istri. Sejarah pertumbuhan organisasi tersebut dimulai dengan adanya organisasi BP4 di Bandung tahun 1954, kemudian di Jakarta denagn nama Panitia Penasihat Perkawinan dan Penyelesaian Perceraian (P5) di Jawa Tengah dan Jawa Timur dengan nama BP4 tersebut di atas dan di Yogyakarta dengan nama Badan Kesejahteraan Rumah Tangga (BKRT) sebagai pelaksanaan Keputusan Konferensi Departemen Agama di Tretes Jawa Timur tanggal 25 sampai 31 juni 1955, maka disutukanlah organisasi tersebut dengan nama Badan Penasihat perkawinan dan Penyelesaian Perceraian, melalui keputusan menteri Agama No.30 tahun 19 tentang penegasan pengakuan BP4 sebagai satu-satunya badan penunjang sebagai tugas Departemen Agama dalam bidang
penasihatan, perkawinan,
perselisihan rumah tangga, dan perceraian maka kepanjangan BP4 menjadi Badan Penasihatan Perkawinan Perselisihan dan Perceraian. Pada tahun 1989 telah diterbitkan UU No. 7 tahun 1989 tentang peradilan Agama yang memberikan kewenangan penuh oada Peradilan Agama untuk menangani masalah perceraian. Sejak saat itu masalah penasihatan perceraian menjadi tugas peradilan dan BP4. untuk itu telah diadakan lokakarya pada tahun 1997 yang menyepakati bahwa proses perceraian yang telah masuk keperadilan Agama menjadi tugas peradilan Agama, sedangkan penasihatan di luar Peradilan Agama menjadi tugas BP4, mengahdapi era globalisasi saat ini tantangan terhadap pelestarian
25
keluarga mendapat goncangan sangat hebat. Hal tersebut disebabkan adanya tata nilai dari luar yang sangat sulit dibendung. Untuk itu BP4 perlu berupaya mengembangkan program dan misi organisasinya untuk mewadai jiwa dan semangat tersebut maka kepanjangan BP4 menjadi Badan Penasihatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan. 2 2. Visi dan Misi BP4 Adapun Visi dan Misi dari BP4 adalah sebagai berikut: Visi BP4 adalah mewujudkan keluarga sakinah dengan landasan keimanan dan ketakwaan yang kokoh sebagai pilar pembangunan bangsa. Sedangkan Misi BP4 adalah: a. Meningkatkan pembinaan remaja usia nikah, kusus calon pengantin dan konseling keluarga. b. Meberikan pelayanan terhadap keluarga yang bermasalah melalui konseling c. Memperkuat
kapasitas
kelemabagaan
BP4
dalam
rangka
mengoptimalkan program dan pencapaian tujuan.3 3. Tujuan BP4 Tujuan Badan Penasihatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4) sebagaimana tercantum dalam Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART) BP4 yaitu:
2
Ibid., hlm. 6 Ibid., hlm.31
3
26
Mempertinggi mutu perkawinan guna mewujudkan keluarga sakinah menurut ajaran Islam untuk mencapai masyarakat dan bangsa Indonesia yang maju, mandiri, sejahtera, materiil, dan spirituil.
B. Keluarga Sakinah 1. Pengertian perkawinan a. Pengertian perkawinan Perkawinan adalah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.4 Allah berfirman dalam Al-Quran surat An-Nuur ayat 32-33
4 öΝà6Í←!$tΒÎ)uρ ö/ä.ÏŠ$t6Ïã ô⎯ÏΒ t⎦⎫ÅsÎ=≈¢Á9$#uρ óΟä3ΖÏΒ 4‘yϑ≈tƒF{$# (#θßsÅ3Ρr&uρ ∩⊂⊄∪ ÒΟŠÎ=tæ ììÅ™≡uρ ª!$#uρ 3 ⎯Ï&Î#ôÒsù ⎯ÏΒ ª!$# ãΝÎγÏΨøóムu™!#ts)èù (#θçΡθä3tƒ βÎ) Artinya : Dan kawinkanlah orang-orang yang sedirian diantara kamu, dan orang-orang yang layak (berkawin) dari hambahamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan. jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. dan Allah Maha luas (pemberianNya) lagi Maha Mengetahui. Menurut hukum perdata perkawinan adalah pertalian yang sah antara seorang lelaki dan seorang perempuan untuk waktu yang lama.
4
Tim Redaksi Fokusmedia, Undang-Undang Perkawinan dan Pelaksanaan Pengangkatan Anak, Focus Media, Bandng, 200, Hlm.1
27
Sedangkan menurut hukum islam perkawinan adalah pernikahan, yaitu akad yang sangat kuat atau mitsaqan ghalidzan,5 untuk menaati perintah Allh dan melaksanakannya merupakan ibadah. Selain beberapa pengertian diatas juga disebutkan bahwa perkawinan ialah suatu aqad atau perikatan untuk menghalalkan hubungan kelamin antar laki-laki dan perempuan dalam rangka mewujudkan kebahagiaan hidup berkeluarga yang diliputi rasa ketentraman serta kasih sayang dengan cara yang diridhai Allah.6 b. Tata cara perkawinan dalam Islam Tata cara perkawinan 1) Khitbah (Peminangan) Meminang
artinya
menunjukkan
atau
menyatakan
permintaan untuk menjadikan seorang wanita sebagai calon istri dari seorang laki-laki atau sebaliknya melalui seorang perantara yang dipercaya. Allah berfirman dalam Al-Quran surat Al Baqarah ayat 235 :
÷ρr& Ï™!$|¡ÏiΨ9$# Ïπt7ôÜÅz ô⎯ÏΒ ⎯ÏμÎ/ ΟçGôʧtã $yϑŠÏù öΝä3ø‹n=tæ yy$oΨã_ Ÿωuρ ω ⎯Å3≈s9uρ £⎯ßγtΡρãä.õ‹tGy™ öΝä3¯Ρr& ª!$# zΝÎ=tæ 4 öΝä3Å¡àΡr& þ’Îû óΟçF⊥oΨò2r& nοy‰ø)ãã (#θãΒÌ“÷ès? Ÿωuρ 4 $]ùρã÷è¨Β Zωöθs% (#θä9θà)s? βr& HωÎ) #…Å £⎯èδρ߉Ïã#uθè?
5
Kompilasi Hulkum Islam pasal 2 Zakiah Darajat, Ilmu Fiqih II, Dana Bakti Wakaf, Yogyakarta, 1995. hlm. 38
6
28
þ’Îû $tΒ ãΝn=÷ètƒ ©!$# ¨βr& (#þθßϑn=ôã$#uρ 4 …ã&s#y_r& Ü=≈tFÅ3ø9$# xè=ö6tƒ 4©®Lym Çy%x6ÏiΖ9$# .ÒΟŠÎ=ym î‘θàxî ©!$# ¨βr& (#þθßϑn=ôã$#uρ 4 çνρâ‘x‹÷n$$sù öΝä3Å¡àΡr& Artinya : Dan tidak ada dosa bagi kamu meminang wanita-wanita itu dengan sindiran atau kamu menyembunyikan (keinginan mengawini mereka) dalam hatimu. Allah mengetahui bahwa kamu akan menyebut-nyebut mereka, dalam pada itu janganlah kamu mengadakan janji kawin dengan mereka secara rahasia, kecuali sekedar mengucapkan (kepada mereka) perkataan yang ma'ruf[150]. dan janganlah kamu ber'azam (bertetap hati) untuk beraqad nikah, sebelum habis 'iddahnya. dan Ketahuilah bahwasanya Allah mengetahui apa yang ada dalam hatimu; Maka takutlah kepada-Nya, dan Ketahuilah bahwa Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyantun. Adapun hikmah dari adanya peminangan adalah untuk lebih menguatkan ikatan perkawinan yang diadakan sesudah itu karena dengna peminangan itu kedua belah pihak dapat saling mengenal 7 2) Rukun Perkawinan Setiap ibadah tentunya mempunyai rukun dan syarat agar ibadah tersebut sah dan sesuai dengan ajaran Islam. Dalam konteksnya dengan perkawinan rukun dari sebuah perkawinan adalah:8 a) Adanya suka calon mempelai pria dan wanita. b) Adanya wali dari calon mempelai wanita c) Adanya dua orang saksi dari kedua belah pihak
7
Amir Syarifudin, Hukum perkawinan Islam di Indonesia, Prenada Mulia, Jakarta, 2006,
8
Zakiah Darajat, op.cit., hlm. 38
hlm. 50
29
d) Adanya ijab yaitu ucapan penyerahan mempelai wanita oleh wali kepada mempelai pri untuk dinikahi. e) Adanya qobul yaitu ucapan penerimaan pernikahan oleh mempelai pria. 3) Walimah Walimah adalah makan bersama yang dilakukan setelah akad nikah.9 Walimatul 'urusy hukumnya wajib dan diusahakan sesederhana mungkin dan dalam walimah hendaknya diundang orang-orang miskin.dengan adanya walimah dengan tujuan menyebarkan berita tentang telah terjadinya suatu pernikahan agar diketahui umum sehinna terhindar dari fitnah.10 Dalam hadist disebutkan
ﺍﺫﺍﺩﻋﻲ ﺍﺣﺪﻛﻢ ﺍﱄ ﻃﻌﺎﻡ ﻓﻠﻴﺠﺐ Artinya : Jika salah seorang di antara kamu sekalian diundang menghadiri suatu waliamah maka datanglah 4) Tujuan Pernikahan Tujuan perkawinan menurut agama Islam ialah untuk memenuhi petnjuk agama dalam rangka mendirikan keluarga yang harmonis , sejahtera dan bahagia. Harmonis dalam menggunakan hak dan kewajiban anggota keluarga, sejahtera artinya terciptanya ketenangan lahir dan batin disebabkan terpenuhinya keperluan 9
Al-Imam ibnu Majah, 90 Petunujuk Muhammad Saw untuk Berkeluarga, CV. Ramadani, Yogyakarta, 1993, hlm. 56 10 Mahmud Al-Shabbagh, Tuntunan Keluarga Bahagia menurut Islam, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 1991, hlm73
30
hidup lahir dan batinnya sehingga timbullah kebahagiaan, yakni kasih sayang antar anggota keluarga.11 Zakiah Daradjat, salah seorang permikir kontemporer Indonesia, menulis lima tujuan perkawinan: a) Mendapatkan dan melangsungkan keturunan, b) Memenuhi
hajat
manusia
menyalurkan
syahwat
dan
menumpahkan kasih sayang. c) Memenuhi panggilan agama; memelihara diri dari kejahatan dan kerusakan. d) Menumbuhkan
kesungguhan
untuk
bertanggung
jawab
menerima hak dan kewajiban, serta bersungguh-sungguh untuk memperoleh harta kekayaan yang halal, dan e) Membangun rumah tangga untuk membentuk masyarakat yang tenteram atas dasar cinta dan kasih sayang. 2. Pengertian Keluarga Sakinah Keluarga adalah sekelompok orang yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak atau suami istri dan anak-anak. Sakinah adalah bermakna tenang, tentram dan tidak gelisah, mawaddah bermakna penuh cinta dan wa rahmah bermakna kasih sayang. Jadi mawaddah wa rahmah adalah saling mencintai dan saling berkasih sayang antara suami istri dan anakanaknya, yang tenang damai, damai saling mencintai dan menyayangi. Untuk mencapai keluarga sakinah mawaddah wa rahmah bukanlah suat hal
11
Zakiah Darajat, op.cit., hlm. 48
31
yang mudah, tetapi sangatlah sulit dan benar-banar harus dicari untuk mencapai tujuan ke sana karena jalan menuju ke sana banyak duri dan batu sandung yang harus dihilangkan lebih dahulu.12 Kehidupan keluarga atau menempuh kehidupan dalam perkawinan adalah harapan dan niat yang wajar dan sehat dari setiap anak remaja dalam masa pertumbuhan dan perkembangannya. Harapan tersebut terkesan semakin memebara dan dorongannya semakin kuat, jika badan itu sehat, dan beberapa kondisi lain yang mendukung dimiliki di jalur kehidupan yang sedang dilalui. Allah menciptakan makhluk serba berpasangan, demikian juga manusia, jadi berkeluarga adalah fitrah hidup. Telah menjadi sunnatullah, bahwa setiap orang yang memasuki pintu gerbang pernikahan, apakah ia pria atau wanita, apakah ia tua atau muda pada dasarnya semuanya ingin menciptakan pernikahan itu menjadi sebuah rumah tangga dan keluarga yang bahagia dan sejahtera. Pasangan secara konsepsional harus melahirkan harmoni atau dinamika, salah satu konsep hidup berkeluarga adalah keluarga sakinah, yakni keluarga yang berlangsung dengan mengikuti panduan agama Islam. Keluarga sakinah merupakan subsistem dari sistem sosial menurut Al-Quran dan bukanlah sebuah bangunan keluarga di atas lahan kosong.Yang dimkasud dengan sakinah adalah rasa tentram, aman dan damai. Seorang akan merasakan sakinah apabila terpenuhi unsur-unsur hajat hidup spirutual dan material secara layak dan
12
Siti Zumrotun, Membongkar Fiqh Patriarkhis, STAIN Salatiga, 2006, hlm.33
32
seimbang. Seseorang yang sakinah hidupnya adalah orang yang terpelihara kesehatannya, cukup sandang, pangan dan papan, diterima dalam pergaulan masyarakat yang beradab, serta hak-hak azasinya terlindungi oleh norma agama, norma hukum dan norma susila.13 Dengan demikian dapat dirumuskan pengertian Kelurga Sakinah adalah keluarga yang dibina atas perkawinan yang sah, mampu memenuhi hajat hidup spiritual dan material secara layak dan seimbang, diliputi suasana kasih sayang antar anggota keluarga dan lingkungannya dengan selaras, serasi, serta mampu mengamalkan, menghayati dan memperdalam nilai-nilai keimanan, ketaqwaan dan akhlaq mulia.14 3. Dasar-dasar Pembinaan Rumah Tangga Sakinah Islam
membangun
fondasi
rumah
tangga
yang
sakinah,
mengikatnya dengan asas yang kuat dan sangat kokoh sehingga menganggapai awan dan bintang-bintag. Jika bintang-bintang adalah sebuah perhiasan langit, maka rumah tangga adalah perhiasan-perhiasan sebuah masyarakat.15 Islam telah menentukan bangunan bagi sebuah rumah tangga ideal dengan dasar-dasar yang istemewa dan permanen sehingga tidak ada seorang ahli bangunan pun yang mampu menyamainya. Untuk itu, marilah kita lihat keistimewaan ketentuan hukum Islam bagi suami istri demi terciptanya sebuah bangunan yang kokoh sehingga tidak tergoncang oleh
13
Depag RI, Membina Keluarga Sakinah, Jakarta, 2003. hlm.5 Ibid, hlm. 6 15 Abdul Hamid Kisyik, Bimbingan Islam untuk Mencapai Keluarga Sakinah, PT Mizan Pustaka, Bandung, 2005, hlm. 20 14
33
kerasnya kehidupan. Salah satu syarat lain yyang tidak kalah pentingnya dalam mewujudkan keluarga sakinah mawaddah waramah adalah memepertimbangkan usia orang yang menikah. Apakah ia sudah siap, yang berarti dewasa baik fisik, psikhis maupun ekonominya.16 Karena hal ini akan mempunyai dampak yang sangat besar dalam menentukan pola hidup yang selanjutnya akan bisa mewujudkan keluarga yang sakinah mawaddah wa rahmah. Selain kemungkinan-kemunkinan di atas, untuk membentuk keluarga sakinah, mawaddah wa rahmah banyak jalan yang harus ditempuh anata lain:17 a. Memilih calon istri yang baik b. Memilih calon suami yang baik c. Perkawinan yang baik Harus memilih calon istri yang baik, karena istri adalah tempat berteduh bagi suami dan sebagai teman hidup, pengatur rumah tangga, sebagai ibu anak-anak, tempat menyampaikan isi hati. Istri yang baik akan mendatangkan kebahagiaan dan ketentraman hidup dalam rumah tangga. Setelah ada calon istri yang baik dan calon suami yang baik maka cara melangsungkan perkawinanpun harus baik pula. Perkawinan yang baik adalah salah satu jembatan untuk menuju rumah tangga yang baik.
16
Siti Zumrotun, op.cit., hlm. 35 Ibid., hlm. 35
17
34
4. Kriteria Keluarga Sakinah Dalam program pembinaan Gerakan Keluarga Sakinah disusun kriteria-krteria umum kelurga sakinah yang terdiri dari keluarga Pra sakinah, Keluarga Sakinah I, Kelurag Sakinah II, Keluarga Sakinah III, dan Keluarga Sakinah III plus yang dapat dikembangkan lebih lanjut sesuai dengan kondisi masing-masing daerah. Uraian masing-masing kriteria sebagai berikut:18 a.
Keluarga pra Sakinah Keluarga pra sakinah yaitu keluarga-keluarga yang dibentuk bukan melalui ketentuan perkawinan yang syah, tidak dapat memenuhi kebutuhan dasar spiritual dan material secara minimal, seperti keimanan, shalat, zakat fitrah, puasa, sandang, pangan, papan dan kesehatan.
b.
Keluarga Sakinah I Keluarga sakinah I yaitu keluarga-keluarga yang dibangun atas perkawinan yang syah dan telah dapat memenuhi kebutuhan spiritual dan material secara minimal tetapi masih belum dapat memenuhi kebutuhan sosial psikologinya seperti kebutuhan akan pendidikan, bimbingan keagamaan dalam keluarganya, mengikuti interaksi sosial keagamaan dengan lingkungannya.
18
Ditjen Bimas Islam, Petunjuk Teknis Pembinaan Gerakan Keluarga Sakinah, Jakarta, 2003, hlm.23
35
c.
Keluarga Sakinah II Keluarga Sakinah II yaitu keluarga-keluarga yang dibangun atas perkawinan yang syah dan disamping telah dapat memenuhi kebutuhan kehidupannya juga telah mampu memahami pentingnya pelaksanaan ajaran agama serta bimbingan keagamaan dalam keluarga serta mampu mengadakan interaksi sosial keagamaan dengan lingkungannya,
tetapi
belum
mampu
menghayati
serta
mengembangkan nilai-nilai keimanan, ketaqwan dan akhlaqul karimah, infaq, zakat, amal jariah, menabung dan sebagainya. d.
Keluarga Sakinah III Keluarga Sakinah III yaitu keluarga-keluarga yang dapat memenuhi seluruh kebutuhan keimanan, ketaqwaan, akhlaqul karimah sosial psikologi, dan pengembangankeluarganya, tetapi belum mampu menjadi suri tauladan bagi lingkungannya.
e.
Keluarga Sakinah III Plus Keluarga sakinah III Plus yaitu keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhan keimanan, ketakwaan dan akhlaqul karimah secara sempurna, kebutuhan sosial psikologis, dan pengembangannya
serta
dapat
menjadi
suri
tauladan
bagi
lingkungannya. 5. Konsep Keluarga Sakinah dalam Islam Allah menciptakan makhluk serba berpasangan, demikian juga manusia, jadi berkeluarga adalah fitrah hidup. Telah menjadi Sunnatullah,
36
bahwa setiap orang yang memasuki pintu gerbang pernikahan, apakah ia pria atau wanita, apakah ia tua atau muda pada dasarnya semuanya ingin menciptakan pernikahan itu menjadi sebuah rumah tangga dan keluarga yang bahagia dan sejahtera. Pasangan secara konsepsional harus melahirkan harmoni atau dinamika, salah satu konsep hidup berkeluarga adalah keluarga sakinah, yakni keluarga yang berlangsung dengan mengikuti panduan agama Islam. Rumah tangga itu tidak seindah seperti yang kita duga kalau tidak tahu rumusnya. Lalu kenapa rumah tangga bisa babak belur. salah satu penyebabnya adalah karena rumah tangga yang kurang ilmu sehingga visinya tidak jelas akan dibawa kemana. Ada yang arahnya hanya duniawi saja dimana alat ukurnya hanya harta atau kedudukan. Justru karena alat ukur yang salah menyebabkan cara menilainya pun menjadi salah, anak yang pendidikannya kurang tinggi dianggap tidak sukses, bapak yang penghasilannya sedikit dianggap gagal. Begitulah yang terjadi kalau alat ukurnya salah.19 Keluarga yang baik pastilah merupakan suatu masyarakat yang ideal. untuk mewujudkan cita-cita yang baik dan melahirkan amal shaleh. Di dalam keluarga seperti ini akan ditemukan kehangatan dan kasih sayang yang wajar, tiada rasa tertekan, tiada ancaman, dan jauh dari silang sengketa dan perselisihan. Jika si anak telah mencapai usia sekolah dan belajar dengan baik, maka seluruh potensinya dapat tumbuh dan
19
BP4 Pusat, Langkah Membentuk Keluarga Bahagia, hlm. 3.
37
berkembang seoptimal mungkin, ia belajar dengan penuh semangat dan gairah. Dalam keluarga semacam ini akan tumbuh ketenangan batin bagi seluruh anggotanya, sehingga akan tercipta sakinah atau ketenangan yang diliputi dengan mawaddah warahmah atau cinta dan kasih sayang. Membina rumah tangga menuju sebuah keluarga yang sakinah, mawaddah, dan rahmah, jelas tak segampang yang dibayangkan. Membangun sebuah keluarga sakinah adalah suatu proses. Keluarga sakinah bukan berarti keluarga yang diam tanpa masalah, namun lebih kepada adanya keterampilan untuk mengelola konflik yang terjadi di dalamnya.20 Salah satu tujuan orang berumah tangga adalah untuk mendapatkan sakinah atau ketenangan dan ketentraman tersebut. Dalam Al- Qur’an Allah berfirman, surat Ar-Ruum ayat 21
Ÿ≅yèy_uρ $yγøŠs9Î) (#þθãΖä3ó¡tFÏj9 %[`≡uρø—r& öΝä3Å¡àΡr& ô⎯ÏiΒ /ä3s9 t,n=y{ ÷βr& ÿ⎯ÏμÏG≈tƒ#u™ ô⎯ÏΒuρ ∩⊄⊇∪ tβρã©3xtGtƒ 5Θöθs)Ïj9 ;M≈tƒUψ y7Ï9≡sŒ ’Îû ¨βÎ) 4 ºπyϑômu‘uρ Zο¨Šuθ¨Β Νà6uΖ÷t/ Artinya : Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikanNya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir. Telah menjadi Sunatullah bahwa setiap orang yang memasuki pintu gerbang pernikahan akan memimpikan keluarga sakinah. Keluarga
20
Ibid, hlm. 4
38
sakinah merupakan pilar pembentukan masyarakat ideal yang dapat melahirkan keturunan yang shalih. Di dalamnya kita akan menemukan kehangatan, kasih sayang, kebahagiaan, dan ketenangan yang akan dirasakan oleh seluruh anggota keluarga. Memang tidak mudah membangun keluarga semacam ini. Banyak pengorbanan dan proses yang panjang untuk mewujudkannya. Proses ini tidak hanya terbatas pada saat telah menikah saja, tapi diawali pula dengan kesiapan tiap-tiap individu (calon suami dan calon istri) untuk mempersiapkan ilmu, ekonomi, dan mental secara baik. Tak kalah pula ketepatan memilih calon pendamping. Setelah menikah suami sebagai pemimpin keluarga, maupun istri atau ibu sebagai pendamping sang pemimpin harus bekerja keras mendapatkannya. Selain itu anak pun harus dilibatkan dalam memperjuangkannya. Untuk menciptakan keluarga sakinah ada beberapa aspek yang harus diperhatikan, di antaranya: 21 a. Seluruh komponen rumah tangga harus mampu mengelola semua perbedaan yang ada menjadi sebuah sinergi yang menguntungkan dan saling menguatkan. b. Perlu menghindarkan sikap menonjolkan diri atau mengganggap dirinya paling penting dan berpengaruh di keluarga. Sikap ikhlas menjadi modal dasar yang utama, terutama bagi orang tua dalam mendidik anak
21
Ibid, hlm. 5
39
c. Orang tua harus mampu memberikan teladan yang baik bagi anakanaknya. Teladan yang baik dari orang tua akan mempengaruhi perkembangan mental dan spiritual anak. d. Harus ada kesabaran dari orang tua dalam mendidik anak-anaknya. Bila kita memiliki kelebihan dana atau keuangan dalam keluarga, sebaiknya digunakn untuk ibadah (zakat, infak, shadaqah dan lainnya), selain menjadikan rumah sebagai sarana belajar dan menambah ilmu. e. Menanamkan nilai-nilai moral dan agama kepada anak-anak kita terutama ketika masih dalam tarap perkembangan. Ketika mereka remaja usahakan agar diri kita bisa menjadi sahabat atau teman terbaik mereka. Untuk membangun keluarga sakinah minimal ditunjang oleh teladan, cinta ilmu dan sistem yang Islami. Hanya rumah tangga sakinahlah yang dapat menjadi fondasi tangguh bagi berdirinya masyarakat dan bangsa yang beradab, maju, dan beriman. 6. Bekal Meraih Rumah Tangga Sakinah Untuk meraih bekal keluarga yang sakinah diperlukan beberapa ketentuan sebagai berikut:22 a. Agama Agama adalah dasar utama kebahagiaan suami istri seperti dijelaskan dalam petunjuk Nabi shallallahu alaihi wasallam. Ia menjadi tolak ukur pertama dan utama dalam memelih pasangan. 22
Abdul Aziz bin Nashir Su’ud al-Abdillah, Kado Terindah Sang Pengantin, Pustaka Hikmah, 2008. hlm. 80
40
Dalam hadist di sebutkan bahwa
ﺗﻨﻜﺢ ﺍﳌﺮﺃﺓ ﻻﺭﺑﻊ ﳌﺎﳍﺎ ﻭﳊﺴﺒﻬﺎﻭﳉﻤﺎﳍﺎﻭﻟﺪﻳﻨﻬﺎﻓﻈﻔﺮﺑﺬﺍﺕ ﺍﻟﺪﻳﻦ ﺗﺮﺑﺖ .ﻳﺪﺍﻙ Artinya : Wanita itu dinikahi karena empat perkara, karena hartanya, karena keturunannya, karena kecantikannya, dan karena agamanya, pilihlah yang taat beragama niscaya kamu beruntung (HR. bukhori Muslim) Keshalihan seorang wanita tidak akan terwujud kecuali melalui ketaatan dalam menjalankan agama.selain itu juga diantara hikamh Allah ‘Azza wa Jalla bagi hamba-hamba Nya adalah dia menjadikan rasa cinta dan kasih sayang antara suami dan istri sejak awal penciptaan-Nya. Dengan ini, ketenangan antara suami istri dapat tercapai. Dengan ketenangan, mawaddah wa rahmah keharmonisan antara suami istri dapat terwujud. Karena itu keshalihan, ketakwaan dan akhlak mulia harus jadi dasar tolak ukur dalam memilih suami atau istri. Siapa yang berjalan di atas petunjuk Islam, ia akan dibimbing dan diberi petunjuk ke jalan lurus. Siapa yang pilihannya didasarkan bukan pada dasar tersebut diatas, seperti harta, kecantikan, jabatan dan ingin dikenal, tanpa peduli akan agamnya, maka dia tidak akan hidup bahagia dalam keluarganya. b. Dapat Dipercaya (Amanah) Amanah adalah bangkitnya hati seorang hamba mengingat kepada tuhannya. Setiap orang hendaknya menyadari dalam hati bahwa
41
apabila tak seorang pun melihatnya, sesungguhnya Allah melihatnya. Dia tidak pernah mengantuk dan tidur. Dengan amanah, saling percaya antara suami istri dapat terjalin. Percaya adalah ketenangan jiwa dan rohani. Apabila sifat amanah sudah tertanam dalam diri suami istri, keduanya akan makin bahagia, keluarganya memiliki kedudukan tinggi, keturunannya shalih dan kebahagiaan abadi dapat terwujud. c. Ikhlas Ikhlas adalah salah satu karakteristik orang-orang shidiq (yang benar-benar beriman, jujur). Dengan ikhlas, kehidupan rumah tangga terhindar dari manipulasi dan kemunafikan. Ikhlas dapat membuat hubungan antara suami istri menjadi suci dan harmonis dalam menghadapi berbagai macam perkara dan meletakkan segala persoalan pada tempat yang tepat. Ia senantiasa berusaha menyelesaikan berbagai macam problem tanpa manipulasi, pura-pura, atau sandiwara. Apabila keikhlasan telah tertanam dalam diri setiap suami dan istri, keluarga akan terbebas dari segala sesuatu yang dapat menodai kesucian keluarga dan rumah tangganya secara sempurna. d. Akhlaq yang Mulia Akhlak mulia termasuk sifat yang terpuji, baik dalam bertutur kata, berbuat dan berpelilaku, lemah lembut antara suami dan istri, jauh dari keangkuhan, keras kepala, dan kesombongan.
42
Dengan akhlak mulia, keharmonisan, mawaddah warahmah dapat terwujud. Dengan aklak mulia, setiap suami istri dapat saling memaafkan dan memohon baginya ampunan ketika disakiti lalu memaafkan ketika hak-haknya dilalikan. Allah SWT berfirman dalam Al-Quran surat Al-Qalam ayat 4
∩⊆∪ 5ΟŠÏàtã @,è=äz 4’n?yès9 y7¯ΡÎ)uρ Artinya : Dan Sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung. Hal ini menunjukkan bahwa aklak yang mulia merupakan tingkatan tertinggi seluruh keutamaan dan kemuliaan. Apabila sifat tersebut telah terbentuk pada diri suami dan istri, kebahagiaan keduannya akan terasa, demikian pula keselamatan di dunia dan akhirat. e. Sama-sama Suka Laki-laki atau perempuan tidak boleh dipaksa menikah dengan orang tertentu. Namun, masing-masing harus dinikahkan berdasarkan pilihanyan sendiri yang ia sukai. Semuaa itu dilakukan berdasarkan syarat-syarat yang ada, merasa puas denagn pilihannya dengan melihat dan menanyakan tentangnya. Jika tidak, maka pernikahan tersebut bisa jadi berakhir dengan kegagalan. Setiap pria atau perempuan harus memilih pasangan hidupnya sesuai dengan kriteria yang diinginkannya. Setelah adanya ikatan batin antara satu dengan yang lainnya. Hal itu terajdi setelah pria melihat perempuan yang ingin dinikahinya.
43
7. Problematika yang Muncul dalam Keluarga Dalam rumah tangga biasanya terjadi berbagai konflik misalnya sebagai berikut: a. Cemburu Cemburu adalah perasaan tidak senang terhadap hal yang dilakukan oleh seseorang yang dicintai karena dinilai mengabaikan kepentingan dirinya. Semua orang akan menaruh cemburu apabila yang dimilikinya itu akan diambil atau dirampas orang. Begitulah gejala salah satu seni cinta yang bergelora dalam diri suami atau istri yang masing-masingnya mempunyai rasa cemburu apa yang menjadi kecintaannya itu jangan lepas padanya Cemburu bisa juga menjadi faktor pencetus permusuhan antara suami istri. Karena itu, suami atau isteri harus dapat menjauhkan diri dari hal-hal yang menimbulkan kecemburuan, baik berupa ucapan perbuatan dan sebagainya. b. Ekonomi Tidaklah berlebihan bahwa kelancaran rumah tangga sangat dipengaruhi oleh kelancaran dan kestabilan ekonomi. Segala kebutuhan rumah tangga dapat terpenuhi jika ekonominya lancar tapi sebaliknya kericuhan-kericuhan rumah tangga sering terjadi yang kadang-kadang diakhiri oleh perceraian, ini disebabkan oleh masalah ekonomi yang tidak stabil.
44
Kestabilan
ekonomi
merupakan
salah
satu
penunjang
terwujudnya keluarga sakinah. Kondisi keuangan sebuah keluarga bisa dikatakan stabil apabila terdapat keseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran.23 Ketidakstabilan ekonomi keluarga tidak bisa hanya bersikap pasrah menerima apa adanya. Meskipun keluarga-keluarga berusaha membatasi keperluan dan keinginan dengan upaya memprioritaskan kebutuhan, dengan cara menentukan kebutuhan primer dan kebutuhan skunder. c. Selingkuh Di dalam kehidupan perkawinan, perselingkuhan merupakan sumber kehancuran sebuah keluarga. Kehadiran orang ketiga dalam perkawinan menjadi insidensi penyebab paling besar. Perselingkuhan bukan masalah sederhana, karena dengan dasar kepercayaan yang goyah, oleh sebab itu perselingkuhan merupakan efek permasalahan psikoseksual menjadi semakin luas. Apabila terjadi perselingkuhan dalam suatu keluarga, karena keluarga adalah unit terkecil dalam suatu bangsa, kalau keluarga itu bahagia dan sejahtera maka bahagialah suatu bangsa itu, tetapi kalau keluarga tersebut hancur, maka hancur pula bangsa itu Cuma gara-gara suami atau isteri berselingkuh. Selain faktor diatas ada beberapa gangguan rumah tangga yaitu:24
23
Departemen Agama RI, Pegangan Untuk Pengantin, Jakarta, 2005. hlm. 101 Suparno, Cinta dan Keserasian Dalam Rumah Tangga Muslim, Jakarta, 1982, hlm. 56
24
45
1) Faktor kesetiaan 2) Faktor seksuil 3) Impotensi frijiditas 8. Contoh Kehidupan Rumah Tangga Rasulullah dan Sahabat Nabi shallallaahu alaihi wasallam pernah menegur Zainab ra. dan memebencinya (dalam rumah) selama bulan Dzulhijah, Muharam dan sebagian bulan Shafar. Aisyah r.a bercerita “Shafiyah binti Huyay pernah kehilangan seekor unta. Padahal Zainab memiliki harta yang lebih dari kebutuhannya”. Lalu Nabi Saw pun berkata kepada Zainab r.a “Berikan ia seeokar unta” . Zainab berkata, “Saya akan memberiakn kepada wanita yahudi itu (shafiyyah)”. Maka Nabi Saw pun marah dan membencinya selama bulan Dzulhijah, Muharam dan sebagian bulan Safar.” (HR Abu Daud) Pernah juga suatu kali Abu Bakar ra. Mengunjungi Rasulullah Saw. Ia pun mendengar suara putrinya, ‘Aisyah ra. Yang makin tinggi suaranya terhadap Rasulullah Saw. Setelah masuk, ia mendekati putrinya dan berkata, “Saya tidak ingin kamu mengangkat suaramu terhadap Rasulullah Saw. Nabi pun merangkulnya. Setelah Abu Bakar keluar dalam keadaan marah, Rasulullah SAW” berkata kepada Aisyah, bagaimana kamu melihatku setelah menyelamatkanmu dari pria itu? Setelah Abu Bakar berdiam diri selama beberapa hari, ia pun meminta izin kepada Rasulullah Saw. Untuk mengunjunginya. Ia pun menemui keduanya sudah berdamai. Abu Bakar lalu berkata kepadanya, ikutkan aku dalam
46
kedamaian
kalian
berdua,
seperti
kalian
menyertakanku
dalam
pertengkaran kalian. Lalu Rasulullah SAW bersabda, “Sungguh kami telah melakukannya.”25 Inilah potret rumah tangga Rasulullah SAW, tauladan yang baik. Siapa yang mengikutinya dan menjadikannya sebagai tauladan, Ia akan sayang terhadap istrinya, mengetahui tabiatnya, sabar akan perilakunya, bijaksana dan toleran dalam memeperlakukannya bila cemburu, tabah dalam mendidik dan membimbing. Yang kami sebutkan diatas adalah pelajaran dan nasihat bagi orang yang beranggapan bahwa kehidupan rumah tangga yang bahagia bebas dari persoalan tidak mungkin ada. Kalau kehidupan rumah tangga itu terbebas dari permasalahan, pasti rumah tangga Rasulullah SAW pun terbebas dari persoalan. Namun, rumah tangga beliau selalu diliputi oleh kegembiraan, kebahagiaan, dan kasih sayang. Berbagai permasalahan yang timbul dijadikan sebagai pelajaran. Contoh kehidupan Rumah Tangga Sahabat Rasulullah SAW pernah mengunjungi putrinya Fatimah di rumahnya. Namun, beliau tidak menemukan suaminya Ali ra Nabi SAW pun bertanya, mana anak pamanku? Ia menjawab, telah terjadi sesuatu antara aku dan dirinya. Ia pun marah padaku lalu pergi. Lalu Nabi SAW berkata kepada Sahl bin Sa’ad, tahukah kamu dimana dia. Sahl berkata, Ia sedang tidur di Masjid, wahai Rasulullah! Rasulullah SAW pun datang
25
Abdul Aziz bin Nashir Su’ud al-Abdillah, op.cit., hlm. 174
47
menemuinya. Saat itu Ali sedang berbaring, pakaiannya terjatuh dari lambungnya hingga mengenai tanah. Nabi SAW pun bersabda kepadanya, bangunlah wahai Abu Turab (Bapak Tanah) Sahl berkata, ia tidak mempunyai nama yang lebih ia cintai melebihi nama itu.26 Demikianlah yang dilakukan oleh guru dan pendidik untuk seluruh umat manusia dalam menyelesaikan masalah yang menerpa keluarga putrinya. Ia mengajak menantunya agar kembali kerumah. Ia menjadi guru bagi para orang tua agar tidak bersikap represif terhadap menantunya.
26
Ibid., hlm. 175.
BAB III BADAN PENASIHATAN PEMBINAAN DAN PELESTARIAN PERKAWINAN KOTA SALATIGA
A.
Gambaran Umum Badan Penasihatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan Kota Salatiga Hampir serupa dengan lahirnya BP4 yang ada di Indonesia, BP4 kota Salatiga muncul karena faktor kebutuhanlah yang mewujudkan lembaga ini, karena melihat masyarakat kota Salatiga banyak keluarga yang sering ada konflik.1 Seiring dengan berjalanya waktu, dan semakin berkembangnya suatu negara, pada waktu itu BP4 disebut sebagai Badan Penasihatan Perkawinan Perselisihan dan Perceraian kemudian di ubah menjadi Badan Penasihatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan. Dalam hal ini BP4 kota Salatiga mempunyai tugas yaitu sebagai badan yang menangani masalah perkawinan dan perselisihan rumah tangga. Badan ini tidak menangani masalah perceraian karena masalah tersebut langsung ditangani oleh pengadilan Agama kota Salatiga.2 Kota Salatiga mayoritas penduduknya beragama Islam sehingga keberadaan BP4 kota Salatiga dalam membina keluarga sakinah, bahagia dan sejahtera berdasarkan agama Islam. Sangat diperlukan dan akan tetap diminati oleh masyarakat kota Salatiga. Latar belakang dibentuknya BP4
1
Wawancara dengan Bp.Surahman, Kepala seksi Urusan Agama Islam (Kasi URAIS) Depag Salatiga 12 Juni 2009 2 Wawancara dengan Bp. Surahman, Kepala seksi Urusan Agama Islam (Kasi URAIS) Salatiga, tgl 12 Juni 2009
48
49
adalah dalam rangka untuk meningkatkan efektifitas pelayanan terhadap masyarakat terutama kepada keluarga yang tengah dilanda konflik, badan Penasihat ini bertempat di Kantor Departemen Agama Kota Salatiga jl. Diponegoro, No. 136, Salatiga, kode Pos No. 108 50774.3 dimana letak BP4 kota Salatiga mudah di jangkau yaitu di sebelah jalan jurusan Semarang Solo, disebelah kiri BP4 kota Salatiga adalah pom Bensin dan Di sebrang jalan BP4 kota Salatiga merupakan Perumahan Permai. BP4 Kota Salatiga sebagai salah satu badan penasihat yang berada diwilayah kota salatiga. Pendiriannya dimaksutkan untuk membantu Departemen Agama dalam bidang Penasihatan perkawinan dan pembinaan keluarga yang bahagia dan sejahtera.4 Di kota Salatiga tujuan BP4 sendiri adalah memepertinggi mutu perkawinan dan mewujudkan keluarga yang bahagia dan sejahtera menurut ajaran Islam bagi masyarakat wilayah kota Salatiga. 1. Perkembangan
Badan
Penasihatan
Pembinaan
dan
Pelestarian
Badan
Penasehat
Perkawinan Kota Salatiga BP4
dulu
merupakan
singkatan
dari
Perkawinan dan Penyelesaian Perceraian, dan kini menjadi Badan Penasehat, Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan, mempunyai tugas dan fungsi yang sangat erat dengan tugas pokok dan fungsi Pengadilan Agama. Keterkaitan yang erat itu adalah bahwa kedua-duanya
3
Wawancara dengan Ibu Indah, Sekretaris Urusan Agama Islam (Kasi URAIS) Depag Salatiga 14 Juli 2009 4 Wawancara dengan Bp. Surahman Kepala seksi Urusan Agama Islam (Kasi URAIS) Depag Salatiga, 12 Juni, 2009
50
merupakan penjaga keutuhan rumah tangga dan keluarga sakinah. Oleh karena itu, kemesraan di antara dua lembaga yang sudah terbina baik selama ini, perlu terus dipelihara dan ditingkatkan. Suami-istri yang berperkara di Pengadilan Agama Salatiga harus melalui penasehatan BP4 kota Salatiga terlebih dahulu. Demikian pula perselisihan suami istri yang sedang ditangani oleh BP4 kota Salatiga hendaknya diselesaikan terlebih dahulu di BP4 kota Salatiga sebelum dibawa ke pengadilan, agar mereka suami istri itu benar-benar mempertimbangkan dan berfikir secara matang sebelum mengambil keputusan untuk bercerai.5 BP4 merupakan organisasi yang sudah berdiri sejak tahun 1965 dan mempunyai jaringan sampai empat kecamatan serta sudah sangat berpengalaman dalam menyelenggarakan pelatihan-pelatihan yang berkaitan dengan pembinaan keluarga sakinah. Tokoh-tokoh BP4 adalah tokoh-tokoh agama dan tokoh masyarakat lainnya yang sudah sangat dikenal
bahkan
ditaati
oleh
masyarakat.6
Keadaan
ini
akan
mempermudah proses perdamaian. Lembaga BP4 memiliki tujuan untuk mempertinggi mutu perkawinan dan mewujudkan keluarga bahagia, sejahtera dan kekal menurut agama islam. Adapun perkembangan BP4 kota Salatiga sampai sekarang ini yaitu:
5
Wawancara dengan Bp. Surahman Kepala Seksi Urusan agama Islam (Kasi URAIS) Depag Salatiga di Depag Salatiga, 12 Juni, 2009 6 Wawncara dengan Bp. Surahman Kepala Seksi Urusan agama Islam (Kasi URAIS) Depag Salatiga, 12, Juni, 2009
51
a. BP4 Kecamatan Argomulyo BP4 kecamatan Argomulyo terletak di jl. Argomulyo Km.1 Salatiga bersebelahan dengan SMPN 10 Salatiga. Dengan fasilitas Gedung, mushola, ruang penasihatan dan perpustakaan tempat menyimpan
arsip
yang
ada
di
KUA
Argomulyo.
Dalam
melaksanakan program kerjanya BP4 kota Salatiga dibantu oleh ketua, sekretaris, dan bendahara dan penyuluh.7 Ada beberapa tugas yang harus dikerjakan di BP4 kecamatan Beliau mengutarakan bahwa tugas yang ada di BP4 kecamatan Argomulyo yaitu membantu catin dalam menangani permasalahan yang berhubungan dengan perkawinan,8 selain menangani masalah perkawinan BP4 kecamatan Argomulyo juga mempunyai program kerja yang berkaitan dengan pembentukan keluarga Sakinah dimana program tersebut adalah kelompok keluarga sakinah yang bernama ‘Uswatun Khasanah’ di bawah pimpinan Bp. Miftah. Dengan adanya program tersebut maka keluarga yang ada di kecamatan Argomulyo akan mudah dalam memebentuk keluarga yang bahagia, sejahtera serta aman,9 karena dalam program tersebut sering diadakan pengajian, baik pengajian secara umum maupun pengajian giliran di
7
Wawancara dengan Bp. Asa Abduridha Kepala KUA Kecamatan Argomulyo Salatiga, 13 Juli, 2009 8 Wawancara dengan Bp. Asa Abduridha Kepala KUA Kecamatan Argomulyo, Salatiga, 13, Juli, 2009 9 Wawancara dengan Bp. Miftah, Penyuluh KUA Argomulyo Salatiga, 14, Juli, 2009
52
rumah,
program
tersebut
akan
membantu
BP4
kecamatan
Argomulyo dalam mensosialisasikan BP4 ke masyarakat sekitar.10 b. BP4 Kecamatan Sidomukti Dari pengamatan yang peneliti lakukan di BP4 kecamatan Sidomukti Salatiga bahwa BP4 kecamatan Sidomukti terletak di jl. Hasanudin 117 Salatiga. Dengan suasana yang cukup ramai BP4 kecamatan Sidomukti mempunyai fasilitas Mushola, gedung yang didalamnya dilengkapi dengan ruang tamu, ruang ketua, dan ruang untuk penasihatan serta di lengkapi dengan fasilitas lainya seperti perpus dan TV. Tidak jauh berbeda dengan BP4 yang ada di kecamatan Argomulyo, BP4 kecamatan Sidomukti juga di bantu oleh seorang ketua, sekertaris, bendahara serta bagian penyuluh. Semuanya itu untuk membantu kelancaran BP4 kecamatan Sidomukti dalam menjalankan tugasnya.11tugas yang ada di BP4 kecamatan Sidomukti yang beliau kemukakan yaitu mengenai salah satunya nikah masal yang di lakukan di KUA Sidomukti karena dilihat bahwasanya banyak masyarakat yang masih belum mampu dalam mengurus administrasi perkawinan di KUA Sidomkti. Melihat kondisi yang demikian itu maka KUA Sidomukti mempunyai tujuan agar
10
Wawancara dengan Bp.Asa Abdurridha, Kepala KUA Kecamatan Argomulyo Salatiga, 13, Juli, 2009 11 Wawancara dengan Bp. Muhibin, Kepala KUA Kecamatan Sidomukti, Salatiga, 22, Juli, 2009
53
masyarakat sidomukti tertib dalam pengurusan administrasi dan sudah sah menurut hokum dan agama dalam pergaulannya.12 Untuk melihat seberapa besar keberhasilan BP4 kecamatan Sidomukti dalam menjalankan tugasnya yaitu dengan adanya pemilihan keluarga sakinah, dimana pemilihan keluarga sakinah itu dilaksanakan dengan penjaringan yang cukup ketat dengan memenuhi beberapa persayaratan diantaranya keluarga tersebut harus benar-benar mampu dalam pelaksanaan tentang ibadahnya, cara berkeluarga yang baik, hubungan keluarga dengan keluarga maupun hubungan keluarga dengan masyarakat sekitar, pendidikan dalam rumah tangganya serta cara mendidik anaknya.13 dalam pemilihan keluarga sakinah kecamatan Sidomukti yang berhasil memenagkan juara tersebut yaitu dari keluarga Dr. yos Sudomo keluarga meraih peringkat ke tiga dalam pemilihan keluarga sakinah tingkat sekarisidenan Semarang pada tahun 2008.14dengan dukungan masyarakat sekitar keberhasilan program kerja BP4 kecamatn Sidomukti dapat terwujud. c. BP4 Kecamatan Tingkir Dalam pengamatan dan penelitian yang peneliti lakukan bahwasanya BP4 kecamatan Tingkir terletak di desa kalibening.
12
Wawancara dengan Ibu Mujibah selaku Penyuluh di BP4 Kecamatan Sidomukti , Salatiga, 22, Juli, 2009 13 Wawancara dengan Bp. Muhibin , Kepala KUA Kecamatan Sidomukti Salatiga, 22, Juli, 2009 14 Wawancara dengan Bp. Muhibin , Kepala KUA Kecamatan Sidomukti alatiga, 22, Juli, 2009
54
tidak beda jauh dengan BP4 Argomulyo maupun BP4 Sidomukti. Di BP4 Tingkir juga mempunyai kepengurusan yang sama dengan BP4 yang lain yaitu untuk membantu kelancaran tugasBP4 BP4 Tingkir di bantu oleh ketua, sekretaris, bendahara serta penyuluh,15adapun tugas yang
kecamatan Tingkir pernah mengadakan sosialisasi
tentang BP4 kepada masyarakat yaitu dengan cara mengadakan pengajian dengan cara mengundang masyarakat sekitar, tujuan diadakannya pengajian tersebut agar masyarakat sekitar bisa menambah ilmu tentang agama serta bekal untuk meraih keluarga yang sakinah. Dalam pengajian tersebut BP4 tingkir bekerjasama dengan tokoh masyarakat serta takmir masjid, tetapi dalam pelaksanaan tugas tersebut banyak kendala yang dihadapi oleh BP4 terutama masyarakat yang hadir dalam acara tersebut tidak sesuai dengan yang diundang.16 Karena masyarakat tersebut banyak yang mementingkan kewajibannya sendiri daripada datang ke acara tersebut.17 d. BP4 kecamatan Sidorejo Setelah meneliti 3 BP4 yang ada di kota Salatiga terakhir peneliti melakukan penelitian di BP4 Sidorejo, dari hasil penelitian yang didapat bahwa BP4 Sidorejo terletak di daerah sidorejo lor, yaitu dekat dengan SMK Muhammadiyah. Dalam menjalankan tugasnya BP4 Sidorejo juga di bantu ketua, sekertaris, bendahara dan 15
Wawancara dengan Bp. Munif Kepala KUA Kecamatan Tingkir, Salatiga, 24, Juli, 2009 Wawancara dengan Bp. Munif , Kepala KUA Kecamatan Tingkir Salatiga, 24, Juli, 2009 17 Wawancara dengan NS warga Kecamatan Tingkir , Salatiga, 22, Juli, 2009 16
55
penyuluh, tugas daipada BP4 sidorejo sama juga dengan BP4 yang lain18. Diantara tugas yang harus dikerjakan yaitu memeberikan penyuluhan Sidorejo
terhadapa
pasangan
yang
mau
menikah, BP4
banyak mengalami kendala-kendala dalam pelaksanaan
tugasnya karena dalam pengurusan admistrasi perkawinan catin banyak menggunakan jasa modin19 Sehingga dalam memberikan bimbingan kepada calon pengantin masih dirasa kurang optimal. Dari hasil penelitian yang peneliti lakukan bahwa catin mendingan membayar denda 20.000 dari pada datang ke BP4 untuk mengikuti bimbingan dan penasihatan yang dilakukan BP4 Sidorejo20 Padahal selain penasihatan
yang
diberikan,
BP4
juga menyuruh catin untuk melakukan imunisasi yang di selenggarakan oleh BP4 sidorejo yang bekerjasama dengan puskesmas setempat. 2. Visi dan Misi Badan Penasihatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan kota Salatiga Visi dan misi yang peneliti peroleh dari hasil wawancara di BP4 kota Salatiga bahwasanya BP4 kota Salatiga mempunyai visi yaitu unggul dan terpercaya dalam mewujudkan keluarga sakinah yang ada di kota Salatiga.
18
Wawancara dengan Bp. Nur Kholis selaku Kepala KUA Sidorejo, Salatiga, 27, Juli, 2009 Perangkat desa yang mengurusi tentang masalah perkawinan 20 Wawancara dengan TM catin yang sedang dalam pengurusan administrasi pernikahan, Salatiga, 27, Juli,2009 19
56
Sedangkan misi dari BP4 kota Salatiga beliau mengatakan bahwa BP4 kota Salatiga mempunyai misi untuk meningkatkan pembinaan remaja usia nikah, memberikan pelayanan terhadap keluarga yang bermasalah melalui kegiatan konseling, , meningkatkan keluarga sakinah yang ada di kota Salatiga dan memeperkuat kapasitas kelembagaan BP4 dalam rangka mengoptimalkan program dan pencapaian tujuan.21 3. Program Kerja Badan Penasihatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan kota Salatiga Data yang diperoleh dari penelitian yang ada di BP4 kota Salatiga bahwasanya BP4 kota Salatiga memepunyai program kerja antara lain: 22 a.
Memberikan
bimbingan,
kepada
calon
pengantin
sebelum
melaksanakan akad nikah. Bimbingan tersebut dilaksanakan di BP4 kota Salatiga, waktu yang diselenggarakan insdental berdasarkan daftar calon pengantin yang ada pada waktu itu, adapun komposisi materi yang diberikan adalah munakahat, konsep keluarga sakinah, KB, mendidik keluarga, cara mengatasi problematika dalam rumah tangga. b.
Nikah masal, program ini dilaksanakan bagi orang-orang yang tidak mampu baik dalam pendanaan dan mengurus administrasi.
21
Wawancara dengan Bp. Mudstsir sekretaris BP4 kecamatan Argomulyo kota Salatiga, 28, Juli, 2009 22 Wawancara dengan Ibu Sukarmi Bagian Penyuluh BP4 Depag Kota Salatiga, 28, Juli, 2009
57
c.
Membantu para pasangan yang tidak jelas statusnya, dengan memberikan pelegalan surat baik dicatatan sipil dan di kantor urusan agama jika sudah memenuhi syarat dan kewajibannya.
d.
Mendelegasikan
pelatihan
penghulu
sekarisidenan
Semarang,
dengan tujuan meningkatkan kualitas dan mutu ketika menikahkan calon pengantin e.
Menyebarluaskan
majalh
perkawinan
dan
keluarga
kepada
masyarakat melalui KUA-KUA di kota Salatiga f.
Memberikan penyuluhan kesehatan terhadap masyarakat yang bertujuan
supaya
masyarakat
tersebut
mengetahui
tentang
perkembangan kesehatannya. Program kerja tersebut bekerjasama dengan dinas kesehatan kota Salatiga. g.
Menyelenggarakan penataran, diskusi, seminar bagi calon pengantin maupun yang sydah berkeluarga. Tujuan tersebut supaya catin atau keluarga tersebut dapat melakukan tanya jawab atas apa yang menjadi keluhan bagi pasangan tersebut. Program tersebut bekerjasama dengan tokoh masyarakat yang ada di kota Salatiga dan dinas social yang ada di kota Salatiga.
h.
Menyelenggarakan pemilihan keluarga sakinah, ditingkat kota maupun tingkat kecamatan dengan tujuan untuk memberikan teladan bagi keluarga lain.
4. Tujuan Badan Penasihatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan Kota Salatiga
58
Dengan melihat adanya program kerja yang ada di BP4 kota Salatiga maka BP4 kota Salatiga mempunyai tujuan untuk mempertinggi mutu perkawinan guna mewujudkan keluarga sakinah menurut ajaran Islam untuk mencapai masyarakat dan bangsa Indonesia yang maju, mandiri, bahagia, sejahtera, materiil dan spiritual khususnya di Kota Salatiga23
B.
Peran Badan Penasehatan
Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan
Kota Salatiga dalam Membina Keluarga Sakinah di Kota Salatiga Sesuai dengan tujuan adanya BP4 Salatiga
yaitu untuk
mempertinggi mutu perkawinan guna mewujudkan keluarga sakinah menurut ajaran Islam, maka BP4 Kota Salatiga mempunyai peranan yang besar dalam menangani perkara perkawinan yang terjadi di wilayah Kota Salatiga. Selain menempuh beberapa usaha yang ada di BP4 tingkat kecamatan, BP4 kota Salatiga juga memberikan penjelasan mengenai upaya membentuk keluarga bahagia dan sejahtera serta kekal, beliau mengatakan bahwa untuk mewujudkan keluarga yang sakinah harus menempuh beberapa upaya sebagai berikut:24 1. Mewujudkan harmonisasi hubungan suami istri 2. Hubungan antara anggota keluarga dan lingkungan 3. Melaksanakan pembinaan kesejahteraan keluarga 23 24
Wawancara dengan Bp. Solihul Hadi Penyuluh BP4 Depag Salatiga, tgl 25 Juni 2009 Wawancara dengan BP.Solihul hadi, Penyuluh BP4 Depag Salatiga, 25, Juni, 2009
59
4. Membina kehidupan beragama dalam keluarga. Materi tersebut disampaikan oleh Bp. Sholihul Hadi pada saat mengadakan seminar di BP4 kota Salatiga, dengan cara seperti itu masyarakat yang datang ke BP4 akan lebih mengetahui tentang makna atau tujuan dari sebuah pernikahan yang di bentuk. Dari data yang diperoleh pada tahun 2008 di Kantor Kantor Urusan Agama pasangan yang menikah di Kota Salatiga sebanyak 1.314 dalam memberikan pengarahan dan penataran Badan Penasihatan bekerjasama dengan instansi lain serta tokoh masyarakat.25 Sebagai suatu lembaga yang berkompeten menangani masalahmasalah rumah tangga, BP4 kota Salatiga berusaha terus menerus untuk memasyarakatkan
BP4
pada
masyarakat
luas
yaitu
dengan
cara
mensosialisasikan BP4 kota Salatiga kepada masyarakat kota Salatiga. salah satunya dengan mengadakan pemilihan keluarga Sakinah dan Kelompok keluarga Sakinah yang ada di kecamatan Argomulyo.26 sehingga diketahui bahwa BP4 lah satu-satunya lembaga penasihatan yang sanggup menangani perkara yang dihadapi dalam kehidupan rumah tangga. Adapun cara yang digunakan BP4 kota Salatiga sebagai lembaga penasihatan dalam upaya mendamaikan atau merukunkan pasangan suami isteri yang berselisih adalah:27 semisal contoh kasus yang ada di Sidorejo pada keluarga EP. Keluarga tersebut sering terjadi percekcokan dalam 25
Wawncara dengan Ibu Indah Sekretaris Urusan Agama Islam (URAIS) Depag Salatiga pada tgl 3 Agustus 2009 26 Wawancara dengan Bp.Asa aburidha kepala KUA Kecamatan argomulyo Salatiga tgl 27 Juni 2009 27 Wawancara dengan ibu Sukarmi bagian penyuluhan Depag Salatiga, 28, Juli,2009
60
rumah tangganya karena P (sebagai suami) sering minum-minuman keras.sehingga E (sebagai istri) dia merasa kesal dengan kelakuan P. Akhirnya E memutuskan dirinya untuk pergi ke BP4 kota Salatiga untuk meminta bantuan penasihatan yang dialaminya. Dari pihak BP4 kota Salatiga yaitu bagian penyuluh waktu itu E bertemu dengan Ibu Sukarmi sebelum memberikan nasihat pengurus BP4 tersebut menyakan identitas dari kedua belah pihak baik E maupun identitas P. Setelah ditemukan identitasnya pihak BP4 memepersilahkan E untuk mengutarakan konflik yang telah terjadi. Langkah berikutnya pihak BP4 mendengarkan keluhan-keluhanya diantaranya hubungan keluarganya tidak harmonis lagi disebabkan karena P sering minum minuman keras dan sering menyakitinya. E marasa tidak terima dengan perbuatan yang dialaminya. Setelah semua didengar oleh pihak BP4 kota Salatiga menyarankan agar masalah tersebut diselesaikan secara keluarga terlebih dahulu. Pihak BP4 akan memanggil P untuk datang ke BP4 kota Salatiga. Setelah 3 hari kemudian BP4 kota Salatiga memanggil P untuk dimintai keterangan tentang apa yang dialami dalam keluarganya ternyata P mengakui apa yang dicertikan E, namun P beralasan bahwa E sering acuh tak acuh kepada P, faktor lingkungan yang mempengaruhi P untuk melakukan minum-minuman dan berjudi P mengaku bahwa setiap malam dia hanya nongkrong dipinggir jalan sambil bermain judi. Setelah mendengar keterangan dari pihak suami BP4 kota Salatiga memberikan nasehat tentang keagamaan bahwa orang yang berbuat judi dan
61
mabok itu hukumnya haram dan memeberikan penyuluhan tentang kesehatan. Karena dengan perbuatan tersebut bisa merusak kesehatannya. BP4 kota Saltiga juga menasihati supaya lebih bijaksana menghadapi istrinya. Suami juga dinasehati bahwa penganiayaan terhadap istri adalah perbuatan yang menjurus pada kejahatan dan bertentangan dengan hukum Islam dan perundang-undangan yang berlaku Minggu berikutnya kedua pasangan ini dipanggil kembali BP4 kota Salatiga dan ditanyai kembali tentang permasalahannya.ternyata kedua pihak sudah mulai menyadari dan menerima keadaan masing-masing, namun mereka kembali dinasehati oleh ibu Sukarmi serta dijelaskan tentang bagaimana memebentuk keluarga sakinah. Sejak saat itu keduanya tidak pernah
datang
lagi
ke
BP4
kota
Salatiga
untuk
mengadukan
permasalahannya. Penasehatan dalam perkawinan itu memerlukan waktu, kesabaran sehingga membutuhkan waktu yang lama tergantung pada kondisi klien dan berat ringannya permasalahan yang dihadapi.28 Apabila kasusnya itu ringan BP4 kota salatiga dalam menyelesaiakn masalahnya hanya diberikan penasehatan dan bimbingan. Apabila persoalan itu berat maka BP4 kota Salatiga memberikan surat pengantar ke Pengadilan Agama. Apabila hanya berkaitan dengan penasihatan yang diberikan pada calon pengantin BP4 umumnya, BP4 kota Salatiga khususnya tidak mengalami masalah yang rumit kecuali apabila memang pernikahan yang akan dilaksanakan tersebut 28
Wawancara dengan Bp. Surahman Kepala Seksi Urusan Agama Islam (Kasi URAIS) Depag Salatiga hari Jumat tgl 26 Juni 2009
62
adalah bermasalah, misalnya saja karena adanya perjodohan dari kedua orang tua mereka sehingga diantara mereka tidak terjadi pernikahan yang didasari suka sama suka. Berbeda lagi dengan penyelesaian perkara perkawinan setelah calon pengantin benar-benar dan telah berlangsung lama dan suatu hari menghadapi perselisihan dengan pasangannya, maka apabila datang ke BP4 akan memerlukan waktu yang lama dalam penyelesaiannya karena sering ditemukan masalah-masalah atau alasan-alasan yang dikemukakan oleh kedua belah pihak (suami atau Isteri) berbeda sehingga terkadang perselisihan mereka semakin meruncing. Namun demikian para. petugas tetap berusaha untuk merukunkan mereka sehingga akan tercapai tujuan dari BP4 kota Salatiga itu sendiri yaitu meningkatkan mutu perkawinan.29 BP4 kota Salatiga menetapkan perannya pada upaya mempertinggi mutu perkawinan dan mewujudkan keluarga sakinah. BP4 merupakan lembaga sosial masyarakat yang berfungsi mengembangkan misi yang sejalan dengan arah pembangunan nasional sebagaimana digariskan GBHN tahun 1999 yang menyatakan bahwa melalui peningkatan kedudukan wanita dalam keluarga dan masyarakat serta perananya dalam pembangunan, wanita bersama pria sebagai mitra sejajar yang serasi dan seimbang akan dapat memberikan sumbangan yang sebesar-besarnya bagi pembangunan bangsa dengan memperhatikan kodrat, harkat, martabat kaum wanita. Oleh karena itu PB4 merupakan suatu upaya peningkatan mutu perkawinan dan 29
Wawancara dengan Bp.Asa Abdurridha kepala KUA Kec. Argomulyo Salatiga pada hari Selasa tgl 30 Juni 2009
63
keluarga sekaligs sebagai jawaban terhadap modernisasi, kemajuan iptek serta pembangunan yang semakin meningkat. Berdasarkan data yang terdapat dalam kantor BP4 kota Salatiga, diperoleh jumlah pasangan keluarga yang mengajukan konflik dalam keluarga melalui BP4 pada tahun 2008 sebanyak 22 pasangan keluarga. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Tabel 1. Penasehatan yang Diberikan BP4 DEPAG Selama Tahun 2008 di Kota Salatiga No 1
Bulan Januari
Jumlah Kasus 3
Nomor Rekomendasi Rek. 01/BP4/2008
Upaya lanjutan tangga - Islah
Alasan - Rumah seing
terjadi
perselisihan Rek. 02/BP4/2008
- Perselisihan terus menerus
Rek 04/BP4/2008
- islah
- Suami menjalin - Islah
hubungan dengan
wanita
lain 2
Februari
3
Rek.06/BP4/2008
- Adanya - Islah
poligami Rek. 07/BP4/2008
- Suami
tidak
pernah memberi nafkah Rek.11/BP4/2008
- Tidak
- Islah ada
kecocokan 3
Maret
1
Rek.13/BP4/2008
- Sudah
pisah
- islah
64
No
Bulan
Jumlah Kasus
Nomor Rekomendasi
Upaya lanjutan
Alasan rumah
4
April
3
Rek. 14/BP4/2008
Rek.15/BP4/2008
- Sering
terjadi
- lanjut
percekcokan dan
ke PA
salah paham
- lanjut ada
ke PA
tangga
- Islah
- Tidak kecocokan
Rek.16/BP4/2008
- Rumah tidak
ada -Lanjut
ketentraman. 5
Mei
1
Rek.17/BP4/2008
pisah
ke PA
- Suami menikah
- Islah
- Sudah rumah
6
Juni
2
Rek.18/BP4/2008
lagi Rek.19/BP4/2008
- Tidak
ada
- Islah
kecocokan 7
Juli
1
Rek.20/BP4/2008
- Suami menikah
ke PA
lagi 8
Agustus
2
Rek.21/BP4/2008
- Istri
- lanjut
merasa
- Islah
disakiti Rek.22/BP4/2008
9
September
1
Rek.23/BP4/2008
lanjut ke
- Suami meninggalkan
PA
istri
- Islah
- Sering
terjadi
pertengkaran
- lanjut ke PA
10
Oktober
1
Rek.24/BP4/2008
- Suami
sering Islah
judi 11
November
2
Rek.25/BP4/2008
- Sering
terjadi
perselisihan
65
No
Bulan
Jumlah Kasus
Nomor Rekomendasi Rek.26/BP4/2008
Upaya lanjutan -Ishlah
Alasan - Istri meninggalkan suami
tanpa
- Ishlah
diketahui -Islah
alamatnya. Desember
12
2
Rek.27/BP4/2008
- Suami
tidak
memberi nafkah - Suami
selalu
- Ishlah
meremehkan istri
dan
- Ishlah
menyakitinya Sumber : data BP4 Salatiga tahun 2008
Dari beberapa kasus di atas semua permasalahan dapat diselesaikan dengan damai. Apabila diantara kasus tersebut tidak dapat diselesaikan, maka akan diserahkan ke pengadilan Agama dalam hal ini BP4 hanya membantu mencarikan penyelesaiannya dan berusaha mendamaikannya. Dari hasil penelitian yang peneliti lakukan bahwa Beliau30 mengatakan ‘untuk memberikan nasihat kepada klien itu tidak gampang mbak?’ karena masalah yang dihadapi klien itu berbeda-beda, tetapi materi yang sering saya berikan kepada klien pada saat ada konflik itu sesua dengan permasalahan yang sedang di hadapi semisal klien tersebut bermasalah dengan suami atau kadang suami sering judi, karena KDRT, atau bahkan tentang masalah ekonomi. Dalam mengatasi masalah yang dihadapi oleh
30
Wawancara dengan Bp. Solihul Hadi, penyuluh BP4 Depag Salatiga, 28, juli, 2009
66
suami isteri di atas, maka pengurus BP4 akan memberikan nasihat dan bimbingan sebagai berikut:31 1. Nasehat dan bimbingan dalam mengatasi masalah 5 M (mabok, main, madon, maleng, mateni) yaitu dengan menggunakan pendekatan keagamaan. Dalam hal ini BP4 bekerjasama dengan Kyai atau ulama untuk memberiakn nasihat dan bimbingan kepada suami istri yang sedang berselisih pada contoh kasus di keluarga AS waktu itu peneliti sedang berada di BP4 kota Salatiga kebetulan sedang ada klien yang meminta nasihat ke BP4 kota Salatiga yang di dampingi oleh Bp.Miftahudin selaku penyuluh di BP4 kota Salatiga. 2. Nasihat dan bimbingan dalam mengatasi masalah ekonomi, pengurus BP4 mengadakan kerjasama dan berkonsultasi dengan petugas BKKBN dalam rmemebrikan penasehatan kepada suami istri yang sedang berselisih yaitu dengan cara BP4 kota Salatiga memanggil salah satu petugas BKKBN yang ada di kota Salatiga. 3. Nasihat dan bimbingan dalam mengatasi masalah seperti suami ringan tangan, suami istri selalu bertengkar atau rumah tangga tidak harmonis, nasihat agar pasangan selalu puas dengan pasangannya, nasihat tentang pelaksanaan keagamaan dalam keluarga.32 Mayoritas kasus perselisihan rumah tangga yang ditangani melalui BP4 kota Salatiga adalah kasus perselisihan yang sudah diambang pintu
31
Wawancara dengan Bp. Miftah Konsultan Hukum Perkawinan dan Keluarga BP4 KUA Argomulyo Kota Salatiga tgl, 15 Juli 2009 32 Wawancara dengan Bp. Miftah, Konsultan Hukum Perkawinan dan Keluarga BP4 Argomulyo Kota Salatiga, 22, Juli, 2009
67
perceraian sehingga kasus-kasus tersebut sulit untuk didamaikan. Dari proses penasehatan yang dilakukan oleh BP4 kota Salatiga selama 1 tahun (tahun 2008) terdapat 22 kasus yang menggunakan jasa BP4. sedangkan yang berhasil untuk tetap melanjutkan untuk berumah tangga hanya 15 keluarga sedangkan yang lainnya berlanjut ke PA untuk gugatan cerai. Salah satu contoh kasus yang ada di kota salatiga yaitu 1. Keluarga SK dengan alamat sukoharjo Rt10 Rw 06 cebongan salatiga Dalam hasil wawancara dengan keluarga SK. Bahwa dia menikah tahun 1990 dia telah mempunyai anak 2. dalam keluarga mulai tahun 1998 sering terjadi percekcokan dengan suaminya. karena suaminya bekerja sebagai wiraswata. Dalam masalah tersebut suami dalam memberikan nafkah pada istrinya dianggap kurang dalam kehidupan sehari hari, faktor yang menjadi persoalan diatas adalah faktor ekonomi. Akhirnya setelah dirasakan bahwa kehidupan keluarga SK tersebut dianggap tidak ada kecocokan lagi. Akhirnya dia memutuskan untuk pergi ke BP4 kota Salatiga untuk meminta bantuan dalam menyelesaikan persoalan tersebut. Waktu datang ke Bp4 kota Salatiga akhirnya dia diberikan nasihat
yang berupa bagaimana berusaha untuk menjadi
keluarga yang bahagia. Dia mandapat nasihat tentang Agama Islam, Munakahat, dan penasehatan tentang konflik yang sedang dia alami. Untuk mewujudkan cita-cita ke arah terciptanya keluarga bahagia dia harus mewujudkan harmonisasi hubungan suami istri, adanya saling pengertian, saling menerima kenyataan, melaksanakan asas musyawarah,
68
saling memaafkan dan saling sabar. Akhirnya dengan nasihat tersebut keluarga SK bisa menjadi keluarga yang bahagia. Faktor yang mendukung dia untuk kembali meneruskan keluarganya yaitu dengan menggunakan jasa BP4 untuk mengkonsultasikan konflik yang ada dalam rumah tangganya. akhirnya sepulang dari BP4 dia merasa bahwa sebenarnya keutuhan rumah tangga itu salah satunya harus saling memahami dan mengerti diantara keduanya.dan saling menerima apa adanya.33 Setelah melihat konflik yang ada pada keluarga SK tersebut disinalah dapat diambil kesimpulan bahwa peran BP4 dalam membina keluarga sakinah telah berhasil karena dukungan dari masyarakat yang mau menggunakan jasa BP4 untuk mengkonsultasikan problem yang ada dalam keluarga tersebut. Sehingga program kerja yang ada dalam BP4 dapat berjalan sesuai dengan perencanaannya yaitu meningkatkan mutu perkawinan yang ada di kota Salatiga. 2. Keluarga AS jl. Dieng No.4 Salatiga Kelurga AS sering terjadi pertengkaran dan perselisihan. Keluarga tersebut sudah menikah pada tahun 2004. karena suaminya sering memaki dan menyakitinya sang istri akhirnya minta bantuan ke BP4 dalam menyelesaikan permasalahannya. Suami AS sering bermain Judi, sehingga dia dalam melaksanakan kewajiban sebagai seorang suami masih kurang perhatian. Hampir setiap hari istrinya disakiti. Sang AS
33
Wawancara dengan keluarga SK di Cebongan Kec. Tingkir tgl 23 juli 2009
69
sudah tidak tahan lagi dengan konflik yang dihadapi. Dia langsung datang ke BP4 dia menceritakan masalah yang dihadapi oleh pasangan tersebut. Di BP4 di diberi nasihat untuk menjadi keluarga yang bahagia.yang berupa mengatasi masalah 5 M (mabok, main, madon, maleng, mateni). Dari BP4 juga memberikan penasehatan bahwa tujuan perkawinan adalah membentuk keluarga yang sakinah, mawaddah, warahmah. Sehingga keluarga yang bermasalah jangan sampai terjadi perceraian. Istri setelah mendapatkan nasihat dari BP4 dia memberikan bimbingan tersebut kepada suami dan diajak ke BP4 kota Salatiga untuk memenuhi panggilan yang diberikan oleh BP4 tersebut. Langkah selanjutnya
BP4
yaitu
memeberikan
nasihat
tentang
agama,
memeberikan suatu penyuluhan dan materi yang bisa mengantarkan keluarga tersebut untuk hidup rukun kembali dan melaksanakan kewajiban sebagai seorang suami istri dalam berkeluarga. sehingga suami tersebut akhirnya mau merubah sikapnya dan mampu untuk menjalankan rumah tangga yang bahagia dan sejahtera.34
34
Wawancara dengan keluarga AS, Salatiga, 28 Juli, 2009
BAB IV ANALISIS BP4 KOTA SALATIGA DALAM MEMBINA KELUARGA SAKINAH
A. Peranan BP4 Kota Salatiga dalam Membina Keluarga Sakinah Berdasarkan hasil penelitian di Badan Penasihatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4) Kota Salatiga, peranan BP4 adalah sebagai Badan Penasehat yang membantu menangani masalah perkawinan dan keluarga (pranikah dan rumah tangga yang berselisih). Dalam hal ini BP4 mempunyai tugas untuk membantu masyarakat supaya dapat lebih memahami pentingnya Makna suatu perkawinan dan dapat menjaga perkawinan agar tetap langgeng, bahagia dan sejahtera sesuai dengan tuntunan agama. Peranan
BP4 kota
Salatiga dalam membantu
usaha untuk
mempertahankan dan mempertinggi nilai-nilai perkawinan, mencegah terjadinya perceraian yang sewenang-wenang dan berusaha mewujudkan rumah tangga yang bahagia dan sejahtera menurut ajaran Islam. Hal ini sesuai dengan tujuan BP4 sebagaimana yang tercantum dalam Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga BP4. Dari hasil wawancara dan data yang diperoleh menunjukkan bahwa peran dari Penasihatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4) Kota Salatiga dijalankan sesuai dengan apa yang menjadi tugas dari BP4 kota Salatiga tersebut. dari apa yang ditemukan di lapangan. Peranan BP4 Kota Salatiga ditunjukkan dengan cara mengadakan penataran-penataran supaya
70
71
calon suami istri dapat lebih memahami arti penting dan makna dari suatu perkawinan itu sendiri. Dalam memberi informasi dan nasehat mengenai perkawinan kepada calon suami istri disampaikan oleh petugas yang profesional. Sesuai dengan tujuan BP4, maka BP4 kota Salatiga mempunyai peranan yang sangat besar dalam menangani masalah yang dihadapi oleh calon pengantin, sebelum dilangsungkan perkawinan, setiap calon pengantin harus mengikuti penataran pranikah yang diselenggarakan oleh BP4 baik secara individu maupun secara berkelompok. Tujuan diadakan penataran untuk penyuluhan pernikahan bagi setiap calon suami istri adalah agar mereka mempunyai bekal pengetahuan tentang arti penting perkawinan dengan cara membina keluarga sakinah, sejahtera lahir dan batin. Materi pentaran untuk penyuluhan yang diberikan kepada calon pengantin tersebut meliputi :1 1. Agama Islam, munakhat, keluarga muslim. 2. Penyuluhan kesehatan tentang imunisasi yang diberikan sewaktu akan menikah dan UPGK ( Usaha Pengembangan Gizi Keluarga) 3. Penyuluhan keluarga berencana yang bekerja sama dengan puskesmas yang ada di kota Salatiga 4. Undang-Undang Perkawina
1
BP4 Pusat, Membina Keluarga Sakinah, Jakarta, 2003, hlm.32
72
Dari keempat materi perkawinan tersebut harus dapat dipahami dan dilaksanakan dengan sebaik-baiknya, karena hal tersebut akan berguna untuk kehidupan keluarga dan masyarakat. Selain beberapa hal di atas BP4 kota Salatiga juga memberikan nasihat dan penjelasan mengenai upaya pembentukan keluarga bahagia dan sejahtera serta kekal. Badan penasihatan menjelaskan beberapa upaya yang perlu ditempuh guna mewujudkan cita-cita ke arah terciptanya keluarga bahagian dan sejahtera yang dialami oleh pasangan EP pada kasus yang telah peneliti tuliskan pada BAB III yaitu :2 1. Mewujudkan harmonisasi hubungan suami istri Upaya mewujudkan harmonisasi hubungan suami istri dapat dicapai melalui: a. Adanya saling pengertian b. Saling menerima kenyataan c. Saling melakukan penyesuian diri d. Memupuk rasa cinta e. Melaksanakan asas musyawarah f.
Suka memaafkan
g. Berperan serta untuk kemajuan bersama 2. Hubungan antara anggota keluarga dan lingkungan Keluarga dalam lingkup yang lebih besar lagi, tidak hanya terdiri dari ayah, ibu dan anak, akan tetapi menyangkut hubungan persaudaraan
2
Ibid. 26
73
yang lebih besar lagi, baik hubungan antara anggota keluarga maupun dalam lingkungan masyarakat a. Hubungan antara anggota keluarga. Hubungan pesaudaraan menjadi ciri khas dari bangsa Indonesia, hubungan diantara sesama keluarga besar harus terjalin dengan baik dengan famili dari kedua belah pihak, suami harus baik dengan pihak keluarga istri, demikian juga istri harus baik dengan keluarga pihak suami. b. Hubungan dengan tetangga dan masyarakat. Tetangga merupakan orang-orang yang terdekat yang pada umumnya merekalah orang-orang yang pertama tahu dan dimintai pertolongan oleh karenanya sangatlah janggal kalau hubungan dengan tetangga tidak mendapat perhatian. Dapat kita bayangkan kalau sebuah keluarga yang tidak mau rukun dengan tetangganya, kemudian mengalami masibah yang memerlukan pertolongan orang lain, sedangkan tetangganya tidak mau tahu urusannya, maka hati kecilnya akan mengakui bahwa bagaimanapun harta berlimpah yang dimilikinya ternyata tidak dapat menolong kesulitannya. Saling kunjung mengunjungi dan saling mengerti adalah perbuatan terpuji lainnya, terhadap tetangga, perbuatan tesebut akan menimbulkan rasa kasih sayang antara satu dengan yang lain.
74
c. Melaksanakan pembinaan kesejahteraan keluarga d. Membina kehidupan baragama dalam keluarga3 Dalam upaya membentuk keluarga sakinah, peranan agama menjadi sangat penting. Ajaran agama tidak cukup hanya diketahui dan difahami akan tetapi harus dapat dihayati dan diamalkan oleh setiap anggota keluarga sehingga kehidupan dalam keluarga tersebut dapat mencerminkan suatu kehidupan yang penuh dengan ketentraman, keamanan dan kedamaian yang dijiwai oleh ajaran dan tuntutan agama. Setiap anggota keluarga, terutama orang tua dituntut untuk senantiasa bersikap dan berbuat seauai dengan garis-garis yang telah ditetapkan oleh Allah dan RasulNya. Dengan demikian diharapkan agar setiap anggota keluarga memiliki sifat dan budi pekerti yang luhur yang sangat diperlukan dalam kehidupan berkeluarga dan bermasyarakat. Dalam hubungan ini orang tua perlu menyadari betapa pentingnya pendidikan agama bagi setiap anggota keluarga, khususnya bagi anak-anak. Pendidikan agama yang ditanamkan sedini mungkin kepada anak-anak akan sangat berpengaruh positif terhadap pertumbuhan dan perkembangan budi pekerti dan kepribadian mereka. Oleh karena itu orang tua berkewajiban untuk memberikan bimbingan dan contoh konkrit berupa suri tauladan kepada anak-anak bagaimana seseorang harus melaksanakan ajaran agama dalam kehidupan keluarga dan bermasyarakat agar mereka dapat hidup selamat dan sejahtera. 3
hlm. 28
Dirjen Bimas dan Penyelenggaraan Haji, Membina Keluarga Sakinah, Jakarta, 2003,
75
Dalam membina keluarga sakinah, pasangan suami istri sering menghadapi berbagai masalah, dengan adanya BP4 diharapkan dapat membantu menyelesaikannya supaya tidak mengarah ke perceraian. Upaya pembinaan termasuk diantaranya mencegah hal-hal yang tidak diinginkan, bila kita amati seksama ada beberapa fator penyebab kegagalan membina kebahagiaan dan keharmonisan hubungan suami istri yang terjadi pada kelurga EP, AS, dan SK terutama mewujudkan suasana SAMARA (Sakinah, mawaddah, rahmah) yaitu : 1. Kurangnya perhatian terhadap masalah-masalah yang berhubungan dengan fase pra nikah. 2. Kurangnya pemahaman tentang hak dan kewajiban diantara pasangan suami istri itu sendiri. 3. Karena ketidakmampuan untuk bersikap realistis dalam masalah nafkah (lahir maupun batin), sifat masing-masing, pemenuhan hak dan kewajiban, serta masalah lainnya. 4. Kurang memahami masalah psikis / kejiwaan masing-masing pihak. 5. Pengabaian terhadap masalah anak, yang seharusnya mendapat perhatian serius. 6. Ketidakmampuan bersikap proporsional dalam menghadapi problem rumah tangga, yang seringkali muncul setiap waktu. 4 Selain itu beberapa faktor lain yang dapat menghambat terciptanya suasana Samara adalah rumah tangga seperti masalah ekonomi, komunikasi,.
4
BP4 Pusat, Perkawinan dan Keluarga Bilakah saatnya untuk Menikah, hlm.21
76
Campur tangan pihak lain dalam urusan internal, kurangnya bantuan yang cukup dalam mengurus rumah tangga dan pendidikan anak. Bahtera rumah tangga adalah sarana penentram jiwa sekaligus pembawa misi mawaddah warrohmah. Dalam upaya mewujudkan rumah tangga yang SAMARA itu bukalah melalui proses yang mudah, tapi harus melalui proses kerja keras individu-individu pendukungnya. Dalam upaya mewujudkan rumah tangga sejahtera, maka kita dapat tercermin pada kehidupan rumah tangga yang dibangun, dibentuk, dan dibina oleh Rasulullah SAW yang teduh/tenang dan lapang dalam segala aspeknya baik secara moral maupun material. Membentuk atau membina rumah tangga yang bahagia lahir maupun batin pada kenyataannya tidak mudah. Pertengkaran atau perselisihan akan ada dalam setiap keluarga, untuk itu perlu penyikapan secara arif dan bijaksana ini dapat dilihat pada tabel yang ada pada BAB III bahwa perselisihan
dan
pertengkaran
yang
ada
di
Salatiga
setiap
bulan
ada.diantarnya adalah factor ekonomi, perselingkuhan, nafkah dan lain sebagainya. Bagi pasangan suami istri yang mempunyai perselisihan dalam rumah tangga bisa minta penasihatan kepada BP4 kota Salatiga yang ada baik ditingkat kecamatan maupun Kotamadya, karena BP4 kota Salatiga sebagai badan penasihat yang membantu menangani masalah keluarga atau rumah tangga yang berselisih.
77
Untuk mendapatkan penasihatan di BP4 kota Salatiga, suami atau istri terlebih dahulu datang untuk mendaftarkan dirinya dengan bukti surat nikah dan KTP yang diserahkan kepada petugas BP4, kemudian petugas BP4 meminta keterangan dari suami atau istri tentang masalah keluarga yang sedang dihadapinya, setelah petugas Bp4 mengetahui keterangan yang telah jelas oleh kedua belah pihak yang sedang mengalami persoalan, maka pengurus BP4 membuat surat panggilan penasihatan pertama yang ditujukan kepada pasangan suami istri yang bermasalah dengan diketahui oleh Kepala Desa setempat. Dalam surat penggilan yang pertama suami dan istri diminta datang ke kantor BP4 pada hari dan jam yang telah ditentukan oleh petuga BP4 untuk mendengarkan penjelasannya. Setelah diketahui permasalahannya maka pengurus BP4 memberikan nasihat dan bimbingan sesuai dengan masalah yang dihadapinya. Apabila dalam penasihatannya yang pertama
tidak
berhasil
menyelesaikan persoalan, maka pengurus BP4 membuat lagi surat penggilan untuk penasihatan yang kedua begitu seterusnya sampai pada panggilan ketiga jika permasalahannya tetap tidak bisa diselesaikan. Pada penasihatan yang kedua dan ketiga BP4 memberikan penasihatan dengan pendekatan dari berbagai ilmu seperti agama, munakahat, ekonomi dan lain sebagainya. Dalam mencari informasi dan keterangan yang disampaikan oleh suami istri yang sedang berselisih, pengurus BP4 tidak begitu saja percaya atas keterangan atau informasi yang diperoleh, untuk membuktikan kebenaran
78
dari keterangan yang diberikan oleh suami istri yang berselisih, kadang kala pengurus BP4 terjun langsung ke lapangan untuk memperoleh data yang sebenarnya dari berbagai pihak yang mengetahui masalah tersebut. Bagi pasangan suami istri yang memberikan keterangan tentang masalah yang dihadapinya kepada pengurus BP4 akan dirahasikan dengan sebaik-baiknya. Setelah melihat contoh kasus yang telah peneliti tuliskan di BAB III bahwasanya suami isteri dalam menadayungkan rumah tangganya menuju cita-cita sebagaimana yang disyariatkan, banyak hal-hal yang mungkin terjadi, kemungkinan kehidupan suami isteri itu berjalan dengan rukun dan damai dan kemungkinan sebaliknya. Agama mengajarkan bahwa dasar utama dalam menyelesaikan bentuk perselisihan itu ialah musyawarah. Masing-masing pihak yang bersengketa mengadakan musyawarah, berunding, saling mengemukakan keberatan masing-masing pihak agar semua kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi dimasa mendatang dapat dihindari terjadinya.5 Allah SWT berfirman:
ß#ôã$$sù öΝåκ÷]tã öÏøótGó™$#uρ öΝçλm; öΝèδö‘Íρ$x©uρ ’Îû ÍöΔF{$# ( Artinya : “……karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urutan itu……..” (Ali Imran:159)
Dalam proses penyelesaian suami isteri ini dapat diambil kesimpulan bahwa:6
5 6
Zakiah Darajat, Ilmu Fiqih jilid 2, Dana Bakti Wakaf, 1995, hlm.127 Ibid., hlm130
79
1. Perceraian antara kedua suami isteri yang sedang berperkara adalah suatu yang tidak dikehendaki oleh syariat Islam. Karena itu harus diusahakan penyelesaiannya dengan mendamaikan mereka yang sedang berselisih. 2. Seluruh kaum muslimin dan pemerintah ikut bertanggung jawab dalam menyelesaikan perselisihan suami istri itu. Dimulai dari keluarga dekat, kemudian oleh keluarga yang agak jauh, jika keluarga dekat tidak sanggup menyelesaikannya, kemudian oleh badan-badan yang berusaha dalam bidang itu, seperti bantuan dan nasehat hukum dan kalau tidak juga berhasil barulah oleh pemerintahan, seperti BP4 dan pengadilan.
B. Faktor Penghambat dan Pendorong Keberhasilan BP 4 Kota Salatiga 1. Faktor Penghambat Dalam menjalankan program kerjanya tidak semuanya dapat berjalan dengan lancar, harus diakui bahwa masih banyak terdapat hambatan, kendala dan kekurangan. Adapun hambatan dan kendala BP4 kota Salatiga yang ditemui baik dari dalam maupun dari luar sebagai berikut : a. Masyarakat tidak banyak yang menggunakan jasa BP4 dalam mengkonsultasikan konflik yang ada, walaupun tidak ada larangan bagi masyarakat untuk meminta nasihat BP4 tetapi masyarakat lebih sering langsung ke Pengadilan Agama daripada ke BP4. b. Terbatasnya dana dan fasilitas yang dapat menunjang pelaksanaan tugas penasihatan dan pembinaan keluarga.
80
c. Masih
lemahnya
hubungan/koordinasi
BP4
dengan
instansi
pemerintah dan lembaga-lembaga kemasyarakatan. d. Sarana dan prasarana yang terbatas, antar lain belum adanya ruang penasihatan yang memadahi untuk dapat dilaksanakan penasihatan dalam suasana yang tenang dan nyaman. e. Banyaknya pengurus BP4 kota Salatiga yang merangkap dengan ikatan dinas. f.
BP4 kota Salatiga kurang tegas dalam memberikan peringatan kepada Catin yang tidak mengikuti penasihatan yang diselenggarakan BP4 kota Salatiga. Melihat faktor yang demikian BP4 kota Salatiga tetap bertekad
untuk mengurangi terjadinya perceraian di wilayah kerjanya, khususnya di BP4 Kota Salatiga. Kenyataan ini terbukti bisa menekan angka perceraian pada pasangan muda. Namun demikian BP4 tetap menerima apabila ada klien yang meminta nasihat, biasanya ini terjadi apabila ada perselisihan diantara sumi istri yang tidak dapat didamaikan dan mengarah pada perceraian, kalau ini terjadi maka petugas BP4 akan berusaha untuk mendamaikan keduanya. 2. Faktor Pendorong Setelah melihat konflik yang ada pada keluarga EP, keluarga SK, dan keluarga AS tersebut disinilah dapat diambil kesimpulan bahwa peran BP4 kota Salatiga telah berhasil dalam menjalankan tugasnya. beberapa
81
faktor pendorong keberhasilan pelaksanaan program kerja BP4 kota Salatiga sebagai berikut : a. Besarnya dukungan moril instansi pemerintah, lembaga kemasyakatan nasional yang bekerjasama dengan puskesmas dan BKKBN yang berada di kota Salatiga. b. Dukungan para pakar terhadap upaya penasihatan perkawinan dan pembinaan keluarga dengan cara memeberikan penataran terhadap calon pengantin dan penasihatan terhadap keluarga yang datang ke BP4 kota Salatiga. c. Kesediaan masyarakat untuk meniru dan meneladani sikap dan tingkah laku keluarga sakinah. Banyaknya perkawinan di Kota Salatiga pada tahun 2008 mencapai 1.314 perkawinan yang terbagi dalam KUA-KUA yang terdapat dalam tiap-tiap kecamatan di Kota Salatiga. Dengan banyaknya perkawinan yang terjadi tentunya juga mempengaruhi terjadinya konflik di dalam rumah tangga. Hal ini disebabkan semakin banyak keluarga, semakin banyak pula masalah. Masalah yang ditimbulkan, permasalahan tersebut dapat dilihat dari banyaknya keluarga yang mengajukan konflik ke BP4 Kota Salatiga.
C. Upaya BP4 Kota Salatiga dalam Membina Keluarga Sakinah Untuk mencapai tujuan BP4 kota Salatiga yaitu mempertinggi mutu perkawinan guna menjadikan keluarga sakinah menurut ajaran Islam untuk
82
mencapai masyarakat dan bangsa Indonesia yang maju, mandiri, bahagia dan sejahtera BP4 mempunyai upaya dan usaha sebagai berikut : 1. Memberikan bimbingan, nasihatan dan penerapan mengenai nikah, talak, cerai, rujuk kepada masyakat baik perorangan maupun kelompok yang dilakukan di setiap KUA yang ada di Salatiga. 2. Menurunkan terjadinya perselisihan serta perceraian, poligami yang tidak bertanggung jawab, pernikahan di bawah umur dan pernikahan tidak tercatat. 3. Menerbitkan dan menyebarluaskan majalah perkawinan dan keluarga, buku pegangan untuk pengantin yang diberikan oleh KUA Salatiga. 4. Menyelenggarakan kursus calon/pengantin penataran/pelatihan, diskusi, seminar dan kegiatan-kegiatan sejenis yang berkaitan dengan perkawinan dan keluarga yang ada di kota Salatiga yang dilaksanakan setiap hari senin-kamis pada pukul 08.00-12.00 5. Menyelenggarakan pendidikan keluarga untuk peningkatan penghayatan dan pengamalan nilai-nilai keimanan, ketakwaan dan akhlaqul karimah dalam rangka membina keluarga sakinah melalui BP4 kota Salatiga yang bekerjasama dengan para kyai untuk mengisi pengajian yang ditentukan oleh BP4 kota Salatiga. 6. Berperan aktif dalam kegiatan lintas sektoral yang bertujuan membina keluarga sakinah.7
7
BP4 Pusat, Hasil Munas BP4 XIII/2004 dan Pemilihan Keluarga Sakinah Teladan Tingkat Nasional, Jakarta, 2004, hlm : 9
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan 1. BP4 Kota Salatiga merupakan lembaga semi resmi yang bertugas membantu Departemen Agama Kota Salatiga dalam meningkatkan mutu perkawinan dengan mengembangkan gerakan keluarga sakinah 2. Peran BP4 kota Salatiga dalam membentuk keluarga SAMARA di kota Salatiga adalah dengan cara memberikan penataran atau penyuluhan pranikah kepada calon suami istri agar memepunyai bekal pengetahuan tentang arti penting perkawinan dan memebantu meneyelesaikan permasalahan suami istri dengan memberikan nasihat-nasihat yang berhubungan dengan konflik yang di hadapi. 3. Metode penasihatan BP4 kota Salatiga dalam memberikan nasihat kepada klien yaitu menanyakan identitas para pihak, mendengarkan masalah yang diceritakan oleh para pihak, memberikan nasihat agar di selesaikan secra berkeluarga, apabila usaha kekeluargaan gagal maka maka BP4 memanggil para pihakuntuk datang ke BP4 untuk diberikan nasihat, apabila usaha yang dilakukan BP4 gagal maka BP4 kota Salatiga memberikan surat pengantar ke Pengadilan Agama. 4. Faktor penghambat program kerja BP4 kota Salatiga antara lain masyarakat tidak banyak menggunakan jasa BP4, belum optimalnya pelaksanaan tugas dan fungsi BP4, masih lemahnya hubungan koordinasi
83
84
antara BP4 kota Salatiga dengan instansi pemerintah dan lembaga kemasyarakatan serta terbatasnya dana dan fasilitas yang dapat menunjang pelaksanaan tugas penasihatan dan pembinaan keluarga. Sedangkan faktor pendorong program karja BP4 kota Salatiga antara lain, kesediaan masyarakat yang mau menggunakan jasa BP4, dukungan moril mayarakat dan lembaga kemasyarkatan yang ada di kota Salatiga, dukungan para pakar terhadap upaya penasihatan perkawinan dan pembinaan keluarga sakinah.
B. Saran Berdasarkan hasil penelitian dan data diatas, dalam meningkatkan peranan BP4 kota Salatiga demi perbaikan lemabaga ini, maka penulis memeberikan saran sebagai berikut: 1. Bagi Lembaga BP4 kota Salatiga a. Hendaknya lebih memperkuat dan memeberdayakan BP4 dari tingkat pusat sampai tingkat desa/kelurahan b. Hendaknya lebih meningkatkan koordinasi dan kemitraan dengan instansi pemerintah pusat dan daerah serta organisasi atau lembaga kemasyarakatan c. Hendaknya
mengembangkan
fungsi
BP4
sehingga
jaringan
penanganan sosial untuk memberikan dukungan terhadap keluarga yang bermasalah
85
d. Hendaknya BP4 kota Salatiga lebih disiplin dalam menengani bimbingan yang dilakukan oleh Catin dalam mengurusi admnistrasi yang berhubungan dengan penasihatan atau bimbingan tersebut. 2. Bagi Masyarakat Hendaknya memepertinggi dan berfikr secara matang sebelum mengambil keputusan untu bercerai dan memanfaatkan lemabga BP4 sebaik-baiknya sebelum ke PA karena lembaga BP4 memiliki tujuan untuk mempertinggi mutu perkawinan dan mewujudkan keluarga bahagia, sejahtera dan kekal menurut agama Islam.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Shabbagh, Mahmud, Tuntunan Keluarga Bahagia menurut Islam, PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 1991, Anwar, Syaifuddin, Metode Penelitian Bidang Sosial, Pustaka Pelajar, 1990 Departemen Agama RI, Korps Penasehat Perkawinan dan Kelarga Sakinah, Jakarta, 2006. Departemen Agama RI, Al-Qur'an dan Terjemahnya, CV. Thoha Putra, Semarang, 1989. Fadhilah, Siti, Peran Pesantren dan BP4 Sebagai Konsultan Hukum (Studi Perbandingan Antara Pondok Pesantren Al-Qadir dan BP4 Kecamatan Cangitan Dalam Mengatasi Perselisihan Suami dan Istri), Skripsi Sarjana Strata 1 UIN Sunan Kali Jogo, Yogyakarta, 2002 Hasan, Iqbal, Pokok-pokok Materi Penelitian dan Aplikasinya, Graha Indonesia, Jakarta, 2002 Mardalis, Metode Penelitian, Bumi Aksara, Jakarta, 2006 Muntahar, Kamal, Azaz Hukum Islam Tentang Perkawinan, Bulan Bintang, Jakarta, 1993 Penjelasan Umum UU No.25 Tahun 2000 Pedoman Pembinaan Keluarga Sakinah, 1998 / 1999 Sadzali, Munawir, Ijtihad Kemanusiaan, Jakarta, 1994 Salaby, Ahmad, Sejarah Pembinaan Hukum Islam, Jaya Murni, Jakarta, 1998 Usman, Muhlis, Kaidah-kaidah Uhuliyyah dan Fiqhiyyah (Pedoman Dasar Dalam Istinbat Hukum Islam), Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1996 Yuliani, Istiana, Bimbingan Pra Nikah Bagi Anggota Polri, Polres Sleman Yogyakarta, Skripsi Sarjana Strata 1 UIN Sunan Kali Jogo, Yogyakarta, 2005