REVITALISASI BADAN PENASEHATAN PEMBINAAN DAN PELESTARIAN PERKAWINAN (BP4) BAGI REMAJA USIA NIKAH (STUDI KASUS BP4 KOTA JAKARTA SELATAN) Skripsi Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk memenuhi salah satu persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)
Oleh : RISWANTO NIM. 205044100580
KONSENTRASI PERADILAN AGAMA PROGRAM STUDI AHWAL AL SYAKHSIYYAH FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H / 2010 M
1
2
REVITALISASI BADAN PENASEHATAN PEMBINAAN DAN PELESTARIAN PERKAWINAN (BP4) BAGI REMAJA USIA NIKAH (STUDI KASUS BP4 KOTA JAKARTA SELATAN) Skripsi Diajukan kepada Fakultas Syariah dan Hukum untuk memenuhi salah satu persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Syariah (S.Sy)
Oleh RISWANTO NIM. 205044100580
Pembimbing
Dr. Djawahir Hejazziey.,SH.,MA NIP. 19551015 197903 1 002
KONSENTRASI PERADILAN AGAMA PROGRAM STUDI AHWAL AL ASYAKHSIYYAH FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H / 2010 H
KATA PENGANTAR
Assalamu'alaikum Wr.Wb. Puji syukur Kita panjatkan Kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat dan hidayah-Nya saya diberi kesempatan untuk merampungkan pendidikan Strata 1 (S1), pada Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, dengan membuat sebuah karya
ilmiah
yaitu
skripsi
yang
berjudul
"REVITALISASI
BADAN
PENASEHATAN PEMBINAAN DAN PELESTARIAN PERKAWINAN (BP4) BAGI REMAJA USIA NIKAH (STUDI KASUS BP4 KOTA JAKARTA SELATAN)" Semua itu dapat saya raih atas Ridho Allah SWT, serta doa dan dukungan dari Keluarga, Guru/Dosen, serta kawan-kawan disekitar saya. Saya persembahkan rasa syukur dan terimakasih saya kepada : 1. Allah SWT yang telah memberikan kekuatan serta ridhonya kepada saya untuk dapat menyelesaikan skripsi ini; 2. Kedua orang tua kandung saya Ayahanda H. Surip dan Ibunda Kasmirah, terima kasih atas rasa kasih sayang, serta doa dan restunya kepada saya selama ini, semoga Allah selalu memberikan kesehatan dan perlindungan kepada Ayah dan Ibu; 3. Kepada kedua orang tua mertua Bapak H. M. Sholeh, HMG. MPd, dan Ibu Dra. Hj. Azizah yang telah memberikan dukungan serta do'anya;
i
4. Kepada Istri Saya tercinta Atikah Raudlatul Jannah, S.Hum yang telah setia dan sangat sabar dalam menemani saya dan mendukung saya selama ini, serta anak saya yang paling saya cinta Muhammad 'Arsya Kemal, semoga Allah SWT, selalu menjadikan Kita keluarga yang sakinah, mawaddah dan rahmah; 5. Kepada almarhum Bapak H. Rakiman dan Keluarga besarnya, dimana selama kehidupan beliau menjadikan inspirasi maju bagi saya dan keluarga saya, semoga Allah mengampuni dosa-dosanya amin…: 6. Kepada saudara kandung saya Mas Wawan Wiwoho dan adik Purnama, serta Kakak Ipar Bang Mujib dan Ka Dewi, Bang Hafis dan Ka Udoh, dan adik Rina; 7. Kepada Dekan Fakultas Syari'ah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, Prof.Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM; 8. Kepada Dosen Pembimbing saya Dr. Djawahir Hejazziey, MA, terimakasih atas kesediaan Bapak dalam memberikan bimbingan dan arahan kepada saya; 9. Kepada Dosen Penguji saya Dr. H. Ahmad Mukri Adji, M.A dan Drs. H. Ahmad Yani, M.Ag; 10. Kepada Ketua BP4 Kota Jakarta Selatan Bapak Drs. Mukhobar, MH dan Sekretaris BP4 Kota Jakarta Selatan; 11. Kepada Kepala KUA Kecamatan Kebayoran Baru Bapak. H. AH. Sobari. MH dan seluruh staf dan teman-teman kerja semua; 12. Kepada teman-teman kuliah saya di Fakultas Syari'ah dan Hukum prodi Peradilan Agama angkatan 2005;
ii
Besar harapan saya semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi saya khususnya dan bagi pembaca pada umumnya. Semoga Allah SWT, selalu memberikan bimbingan kepada Kita semua, amin….amin…ya rabal'alamin. Ya Allah rasa kasih sayang orang tua ku kepada ku begitu tulus, takkan pernah aku dapat membalas jasa-jasanya. Ya Allah rasa cinta dan sabar serta dukungan yang begitu besar dari isteri ku dan anak ku kepada ku, tak akan ternilai oleh apapun. Ya Allah karna ridho Mu lah aku dapat merampungkan pendidikan S1 Ku, semoga Engkau selalu memberikan cahaya ilmu kapada ku dan kami semua, lindungi kami dan bimbinglah kami agar selalu dalam keridho'an Mu. Amiiin……
Jakarta, Oktober 2010 M Syawal 1431 H
Penulis
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................
i
DAFTAR ISI ............................................................................................................ iv
BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ..............................................................
1
B. Perumusan Masalah .................................................................... 15 C. Tujuan Penelitian ........................................................................ 15 D. Manfaat Penelitian ...................................................................... 15 E. Metode Penelitian........................................................................ 16 F. Sistematika Penelitian ................................................................. 16
BAB II
GAMBARAN UMUM TENTANG BADAN PENASEHATAN PEMBINAAN DAN PELESTARIAN PERKAWINAN (BP4) A. Sejara Singkat BP4 ...................................................................... 18 B. Visi dan misi BP4 ....................................................................... 22 C. Kebijakan Umum BP4 ................................................................ 23 D. Struktur Organisasi dan Tugas Pokok BP4 ................................. 25
BAB III
TINJAUAN TEORITIS TENTANG REMAJA USIA NIKAH A. Pengertian Remaja Usia Nikah 1. Remaja Dari Segi Ajaran Islam............................................. 30
iv
2. Remaja dalam Pengertian Masyarakat .................................. 36 3. Remaja Dalam Pandangan Hukum dan Perundangan ........... 35 B. Remaja Dalam Sudut Pandang Islam 1. Perhatian Islam terhadap Pubertas ........................................ 41 2. Perkembangan Sosial Para Remaja ....................................... 60 C. Permasalahan Remaja Usia Nikah .............................................. 64
BAB IV
HASIL PENELITIAN A. Profil Responden. ........................................................................ 70 B. Refitalisasi
Program
BP4
dalam
Pembinaan
dan
Penanggulangan Masalah bagi Remaja Usia Nikah.................... 75 C. Faktor yang menjadi hambatan BP4 Kota Jakarta Selatan ......... 88
BAB V
PENUTUP A. Kesimpulan ................................................................................. 91 B. Saran ............................................................................................ 94
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 95 LAMPIRAN-LAMPIRAN
v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Keberadaan dan kehadiran Badan Penasehatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4) sangat penting di tengah-tengah umat Islam dan bangsa Indonesia yang sedang membangun di era millennium ketiga.1 Badan Penasehatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4) adalah organisasi profesi, sebagai pengemban tugas dan mitra kerja Departemen Agama dalam mewujudkan keluarga sakinah ditengah-tengah masyarakat berfungsi memperkecil angka perceraian salah satunya melalui bimbingan konseling bagi keluarga yang bermasalah.2 Sedikitnya ada dua hal yang menjadikan BP4 cukup penting dan berperan dalam pembinaan umat, dan pembangunan nasional guna mewujudkan keluarga sakinah, yaitu:3 Pertama, Badan Penasehatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4) adalah suatu lembaga yang dianjurkan dalam agama. Bukankah kita sebagai seorang muslim diwajibkan memberikan penasihatan dengan membawa pesan kebenaran dengan pendekatan kesabaran dan agama. 1
Badan Penasihatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4), Panduan Rapat Kerja Daerah BP4 Prov. DKI. Jakarta Tahun 2008, (Jakarta, Badan Penasehatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4), 2008) hal. 56. 2 Kantor Wilayah Departemen Agama Prov. DKI. Jakarta, Panduan Teknis Penasihatan Pelesatarian Perkawinan dan Keluarga, (Jakarta, Sekretarian BP4 Prov. DKI. Jakarta, 2008), hal. 10. 3 Ibid, hal. 15
1
2
Kedua, Badan Penasehatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4) mengemban tugas yang penting. Disatu pihak membawa misi agama dan dipihak lain membawa misi nasional. Sebagaimana kita ketahui, dari segi agama kita miliki peraturan munakahat, dari segi administrasi dan peraturan perundangundangan, Negara kita memiliki peraturan pencatatan perkawinan. Penasihatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan hanyalah bagian kecil dari pembangunan keluarga. Tugas yang membentang di hadapan BP4 adalah upaya menanamkan nilai-nilai keimanan, ketaqwaan dan akhlaqul karimah dalam lingkungan keluarga. Ketika seorang laki-laki dan perempuan mulai menginjak masa remaja, mereka akan menunjukan adanya perubahan dalam dirinya, seperti perubahanperubahan baik dari segi fisik maupun Psikologisnya. Rentan usia yang digunakan untuk masa remaja ini adalah antara 13-21 tahun, yaitu ketika seorang anak perempuan telah mengalami haid pertama dan seorang anak laki-laki mengalamai mimpi basah (sekitar pertengahan masa puberitas), sampai seorang anak mampu menerima tanggung jawab dari peran yang diharapkan lingkungan padanya.4
4
Direktorat Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syari’ah, Tuntunan Keluarga Sakinah Bagi Remaja Usia Nikah Seri Psikologi, (Jakarta: Direktorat Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syari’ah, 2006), hal.32.
3
Istilah remaja atau kata yang berarti remaja tidak ada dalam islam. Di dalam Al-Qur'an dan kata ( ِ ) الفتيةyang artinya orang muda5. Di dalam Undang-undang No. 1 tahun 1974 usia pernikahan diatur dalam pasal 7 ayat 1, 2 dan 3, yaitu:6 1) Perkawinan hanya diizinkan bila pihak pria mencapai umur 19 (sembilan belas) tahun dan pihak wanita sudah mencapai usia 16 (enam belas) tahun. 2) Dalam hal penyimpangan dalam ayat (1) pasal ini dapat minta dispensasi kepada Pengadilan atau pejabat lain yang diminta oleh kedua orang tua pihak pria atau pihak wanita. 3) Ketentuan-ketentuan mengenai keadaan salah seorang atau kedua orang tua tersebut pasal 6 ayat (3) dan (4) Undang-undang ini, berlaku juga dalam hal permintaan dispensasi tersebut ayat (2) pasal ini dengan tidak mengurangi yang dimaksud dalam pasal 6 ayat (6). Sementara dalam Kompilasi Hukum Islam dala Buku I bab IV bagian kedua, mengenai usia bagi pasangan pengantin diatur dalam pasal 7, yaitu:7 Pasal 15 1) Untuk kemaslahatan keluarga dan rumah tangga, perkawinan hanya boleh dilakukan calon mempelai yang telah mencapai umur yang ditetapkan dalam pasal 7 Undang-undang No.1 tahun1974 yakni calon suami sekurang-
5
Prof. DR. HJ. Zakiah Darajat, Remaja Harapan dan Tantangan, CV. Ruhama, Cet. Ke-4, 2001, hal. 10-11 6 Undang-undang No. 1 tahun 1974, Jakarta. 7 Kompilasi Hukum Islam, Jakarta
4
kurangnya berumur 19 tahun dan calon isteri sekurangkurangnya berumur 16 tahun; 2) Bagi calon mempelai yang bgelum mencapai umur 21 tahun harus mendapati izin sebagaimana yang diatur dalam pasal 6 ayat (2),(3),(4) dan (5) UU No.1 Tahun 1974. Istilah "Kedewasaan" menunjuk kepada keadaan sesudah dewasa. Yang memenuhi syarat hukum. Sedangkan istilah "Pedewasaan" menunjuk kepada keadaan belum dewasa yang oleh hukum dinyatakan sebagai dewasa. Hukum membeda-bedakan hal ini karena hukum menganggap dalam lintas masyarakat menghendaki kematangan berfikir dan keseimbangan psikis yang paa orang belum dewasa masih dalam taraf permulaan sedangkan sisi lain dari pada anggapan itu ialah bahwa seorang yang belum dewasa dalam perkembangan psikisnya memerlukan bimbingan khusus.8 Menurut Konsep Hukum Perdata, pendewasaan ini ada 2 macam, yaitu pendewasaan penuh dan pendewasaan untuk beberapa perbuatan hukum (terbatas). Keduanya harus memenuhi syarat yang ditetapkan undang-undang. Untuk pendewasaan penuh syaratnya telah berumur 20 tahun penuh. Sedangkan untuk pendewasaan terbatasa syaratnya ialah sudah berumur 18 tahun penuh (pasal 421 dan 426 KUHPerdata)9
8 9
F.X. Suhardana, Hukum Perdata, Gramedia, 1992, hal 56 Ibid, hal 56
5
Usia remaja adalah usia yang paling indah bagi setiap orang. Pada usia remaja umumnya orang sedang mencapai masa penuh idealisme, penuh harapan dan angan-angan yang tinggi. Usia penuh emosi dan perasaan yang peka. Idealisme begitu tinggi sampai kadang-kadang sulit dikendalikan. Dengan demikian pada usia remaja itu perlu mendapat perhatian yang lebih seksama.10 Dapat dikatakan perilaku remaja tidak stabil, keadaan emosinya goncang, mudah condong kepada ekstrim, sering terdorong, bersemangat, peka, mudah tersinggung, pemikiran dan perhatiannya berlebihan, ia berusaha untuk menarik perhatian orang lain, seperti berpakaian secara mencolok, memilih warna yang tajam dan penampilan yang "wah" tampak jelas. Banyak remaja yang menyibukkan diri dengan perbuatan yang membawanya dapat diterima dan karab dalam kelompok teman-temannya, dan dia menjauhi hal-hal tercela yang menyebabkan teman-temannya menjauh. Remaja terdorong untuk merasa bebas dan segera mau bekerja untuk membuat dirinya merasa tanggung jawab, karena ia juga ingin mendapat penghasilan untuk menunjang rasa bebas itu. Remaja memerlukan pengertian yang mendalam tentang kebutuhan masa remaja yang sedang dilaluinya, dan ia juga ingin mengetahui bagimana cara bergaul dengan lawan jenis. Remaja juga membutuhkan kadar tertentu kebebasan dan latihan untuk menghadapi persoalan dan tanggung jawab, serta membuat sebagian keputusan dan memperoleh 10
Direktorat Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji Dep. Agama RI, Pedoman Konselor Keluarga Sakinah, (Jakarta: Direktorat Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji Dep. Agama RI, 2002), hal..68.
6
penghasilan dan berbagai fasilitas, Karena semuanya itu diperlukan untuk persiapan diri dan memperdalam pemahaman terhadap peran yang akan dimainkannya di kemudian hari. Remaja bukan kanak-kanak dan ia juga bukan dewasa. Dia tidak mengerti dirinya dan juga tidak mengerti cirri-ciri masa yang sedang dilaluinya. Lingkungan sulit untuk memperkirakan kelakuan yang akan dibuatnya. Dia takut kehilangan rasa aman, akibat adanya kebutuhan yang bertentangan satu sama lain. Dia mencintai orang lain, dan dia ingin diterima dan dicintai oleh mereka, akan tetapi ia takut mendekati mereka, karena mereka dirinya kurang berpengalaman dan kurang matang. Kaum muda memiliki kecemasan dan kekhawatiran tersendiri yang menuntut interaksi ekstra-onjektif untuk mengarahkan mereka ke jalan yang benar. Kelompok besar dalam masyarakat ini memunculkan kajuai-kajian luas dikalangan para pakar pendidikan, social, dan kejiwaan. Banyak teori dan mazhab tentang interaksi dengan generasi muda sesuai dengan landasan ideology dan keyakinan yang dianut para pencetusnya. Kadang-kadang kaum muda merasa bahwa banyak kajian yang berkaitan dengan mereka telah melampaui kauntitas yang idkehendakinya, tetapi problem mereka masih terus harus dicarikan solusianya.11
11
Sayyid Muhammad Husain Fadhullah, Dunia Remaja :Tanya Jawab Seputar Pergaulan dan Problematika Remaja, Pustaka Hidayah, Cet. I 2005, hal. 17
7
Para pakar kejiwaan, pendidikan, dan social telah mngemukakan pendapat mereka tentang kaum muda. Para pakar kejiwaan berpandangan bahwa pada fase masa muda terdapat krisis kejiwaan yang besar dan pergulatan kejiwaan yang keras antara stimulus dan respons. Mereka berinteraksi dengan kaum muda sejak pubertas yang ditandai dengan kegelisahan, kebingungan, kesedihan, gejolak emosi dan sebaginya yang dalam kamus kejiwaan termasuk dalam istilah kompleksitas.12 Para pakar pendidikan berpendapat bahwa krisis tersebut ini jika kita sepakat bahwa benar-benar terdapat krisis merupakan krisi pembinaan dan pertumbuhan, dan bahwa tanggung jawab itu terletak lembaga-lembaga pendidikan untuk mengangkat kaidah-kaidah pembinaan dan pengembangan landasan dan struktur pertumbuhan. Para kara social memandan kaum muda dari sisi bahwa mereka mengalami krisi dalam keunggulan diri superioritas, perubahan, dan perilaku.13 Kematangan jiwa bagi calon pasangan pengantin sangat diperlukan untuk dapat menuju kehidupan yang harmonis, tangguh menghadapi tantangan taufan dan badai kehidupan perkawinan. Disamping kematangan jiwa pasangan yang melakukan pekawinan, pada gilirannya akan dapat melahirkan keturunan yang baik, kuat, sehat dan cerdas.14
12
Ibid hal.18 Ibid, hal. 18 14 Ibid,. 69 13
8
Kontroversi usia perkawinan dan Kampanye penolakan pernikahan di usia dini yang dilakukan oleh PKPA melalui berbagai media sosialisasi sering mendapatkan pertanyaan mendasar mengenai batasan minimal usia perkawinan. Bukan hal mudah menjawab pertanyaan sederhana yang disampaikan masyarakat. Meskipun Undang-undang nomor 23 tahun 2002 tentang Perlindungan Anak menyatakan secara tegas,”Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan”(Pasal 1) dan pada pasal 26 ayat 1 poin c disebutkan, keluarga dan orang tua berkewajiban untuk mencegah terjadinya perkawinan di usia anak-anak. Secara jelas undang-undang ini mengatakan, tidak seharusnya pernikahan dilakukan terhadap mereka yang usianya masih di bawah 18 tahun. Namun tidak semudah itu PKPA dapat menjawabnya, karena UU No.1 tahun 1974 tentang perkawinan memberikan batasan yang berbeda dan tidak konsisten terhadap batas minimal usia perkawinan.15 Dengan milihat perkembangan bagi remaja usia nikah penuh gejolak yang perlu ,mendapat perhatian khusus. Maka Pemerintah dalam hal ini Departemen Agama, telah menyepakati bahwa meningkatkan penghayatan moral, kedalaman sepiritual dan etika keagamaan, serta penghormatan atas keaneragaman keyakinan keagamaan
melalui
pengembangan
kehidupan
keluarga
sakinah
yang
dilaksanakan bersama-sama masyarakat, lembaga keagamaan dan instansi terkait laninya, sebagai salah satu misi Departemen Agama. Selanjutnya misi tersebut 15
http://niasonline.net/2009/01/28
9
dioperasionalkan dalam misi Direktorat Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syari’ah sebagai upaya meningkatkan bimbingan, pelayanan dan perlindungan terhadap masyarakat Islam dalam mengamalkan ajaran agamanya melalui pengembangan Keluarga Sakinah. Sehingga terbentuknya suatu wadah dengan nama BP4 ( Badan Penasihatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan) untuk menyelenggarakan program serta rencana yang berkaitan dengan misi tersebut agar dapat mengembangkan Keluarga Sakinah. Ketika program pembinaan kepada remaja usia nikah, dapat dijalankan sesuai dengan rencana-rencana yang telah tersusun dengan baik. Maka hasil yang diharapkan tentunya dapat terlihat dengan pemahaman-pemahaman yang baik bagi remaja usia nikah untuk mengarungi kehidupan berumah tangga, memiliki bekal yang dapat meningkatkan kesiapan mereka mengahadapi kesulitankesulitan dalam berumah tangga. Dapat diraih bagi pasangan yang telah mengambil langkah untuk mengarungi kehidupan berumah tangga dengan sakinah, mawaddah dan rahmah. Sementara itu dalam masyarakat terutama di kalangan remaja timbul gejala negative dimana lembaga perkawinan kurang dihargai. Hal ini antara lain karena mudahnya memperoleh bacaan, video kaset dan film yang bersifat porno serta alat-alat kontrasepsi dan obat-obat lain yang mendorong kepada pengarahan seks yang salah, sehingga dapat dibaca di surat-surat kabar banyak remaja yang hamil sebelum nikah dan hidup bersama atau samen leven.16
16
Ditjen Bimas Islam dan Penyelengaraan Haji Departemen Agama RI, Pedoman Konseling Perkawinan, (Jakarta, Ditjen Bimas Islam dan Penyelengaraan Haji Departemen, 2004), hal. 3.
10
Ketika kita melihat kondisi remaja yang mulai mengalami perubahan fisik maupun psikis. Baik pada remaja laki-laki maupun remaja wanita yang menunjukan ciri masing-masing yang menjadikan mereka ingin bertemu dan mengikat “tali percintaan” dengan lawan jenisnya. Mereka saling mengirim surat cinta dan bila mungkin berpacaran dan jalan berduaan. Cara inilah yang sering membawa penyimpangn sehinga tidak jarang terjadi kehamilan sebelum menikah. Di samping itu berbagi hal lain dapat terjadi. Oleh karena itu pada masa-masa remaja ini perlu adanya pendidikan supaya mereka jangan sesat. Dalam gejolak perubahan psiko-bio-sosio remaja dapat terjadi hal-hal berakibat buruk yang menyimpang dari ketentuan-ketentuan agama dan moral terutama bagi remaja-remaja yang tidak memperoleh pengetahun dan pendidikan tentang proses, gejala dan masalah keremajaan baik yang terjadi pada laki-laki dan perempuan. Oleh karena itu remaja adalah usia yang mendekati usia kawin, maka pemberian nasehat kepada kaum remaja tentang persiapan perkawinan perlu diberikan dengan cara yang lebih halus namun serius dan ilmiah. Untuk itu beberapa program nasional yang dapat memberi arahan bagi remaja usia nikah yang memiliki hubungan dengan perkawinan perlu diperkenalkan kepada mereka sejak di bangku sekolah menengah. Ketika seorang laki-laki dan perempuan mulai menginjak masa remaja, mereka akan menunjukan adanya perubahan dalam dirinya, seperti perubahanperubahan baik dari segi fisik maupun sikologisnya.
11
Kematangan jiwa bagi calon pasangan pengantin sangat diperlukan untuk dapat menuju kehidupan yang harmonis, tangguh menghadapi tantangan taufan dan badai kehidupan perkawinan. Sebagai Badan yang memeliki tujuan untuk dapat memberikan arahan kepada masalah peningkatan mutu perkawinan, BP4 juga memiliki salah satu tugas yaitu memberikan pendidikan kepada remaja usia nikah. Namun sepertinya langkah atau program yang telah ditujukan untuk remaja usia nikah tidak dapat berjalan, sehingga banyak sekali remaja usia nikah yang mengalami masalahmasalah yang membawa diri mereka kearah yang negative. Era globalisasi dengan derasnya arus informasi dan komunikasi tidak hanya membawa hal-hal yang positif bagi masyarakat, namun juga mengandung hal-hal yang negative tidak sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia dan nilainilai ajaran agama. Hal tersebut sangat berpengaruh terhadap kenakalan remaja yang akhirakhir ini muncul kepermukaan di kota-kota besar seperti Jakarta lebih variatif dan memperihatinkan semua pihak. Bentuk kenakalan remaja antara lain perkelahian pelajar sekolah lain, penyalahgunaan narkotika dan obat-obatan, mabuk-mabukan sampai kepada hal-hal yang mengarah kepada seksual seperti : homoseksual, lesbianisme, masturbasi, protutitusi, pemerkosaan, frersex dan semen liven.17
17
3
Prof. DR. Hj. Zakiah Darajat, Remaja Harapan dan Tantangan, CV. Ruhama, Jakarta, hal.
12
Era globalisasi tersebut dapat dirasakan diseluruh penjuru dunia, sebagian kecil lingkup di salah satu wilayah Provinsi DKI. Jakarta yaitu wilayah Kota / Kabupaten Jakarta Selatan. Sejak BP4 Kota Jakarta Selatan berdiri hingga kini, terus meningkatkan program-program kerjanya terhadap remaja usia nikah, baik dalam hal biologis, sosiologis dan psikologis hal ini terlihat dari laporan muswil BP4 sejak tahun 1998 sampai dengan sekarang tahun 2010, adanya upaya peningkatan program kerja terhadap remaja usia nikah. Upaya tersebut mengarahkan dan memantapkan benteng keimanan, ketaqwaan dan akhlak mulia agar para remaja memiliki sikap kesalehan, mengetahui tentang reprodukdi sehat sehingga tidak mudah tepengaruh oleh pergaulan bebas, hubungan seks sebelum menikah, perkelahian pelajar, penyalahgunaan narkoba, tawuran pelajar, krininalitas dan sebagainya.18 Kota Jakarta Selatan teridiri Dari 10 (sepuluh) wilayah Kecamatan, adapun potensi memicu terjadinya kenakalan remaja dapat terjadi dengan kondisi perkembangan kota yang begitu pesat. Untuk itu peranan Badan Penasihatan Pembinanaan dan Pelestarian Perkawinan khususnya pada BP4 Kota Jakarta Selatan, merupakan suatu hal yang begitu penting dirasakan, untuk dapat mengatasi permasalah-permasalahan remaja khususnya remaja usia nikah.
18
Departemen Agama RI Direktorat Jenderal Bimas Islam dan Pembinaan Syar'ah, Petunjuk Teknis Pembinaan Gerakan KELUARGA SAKINAH, Direktorat Jenderal Bimas Islam dan Pembinaan Syar'ah tahun 2006, hal 38
13
Badan Penasihatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4) Kota Jakarta Selatan, salah satu programnya adalah meningkatkan kualitas bagi remaja usia nikah dalam membentuk keluarga yang sakinah mawaddah dan rohmah. Menyikapai kenakalan remaja seperti di atas, dengan mengkaitkan Peran, tugas dan fungsi Badan Penasihatan Pembinaan Dan Pelesatarian Perkawinan (BP4) bagi remaja usia nikah. Berdasarkan data tahun 2009 BP4 Kota Jakarta Selatan tercatat, pada bagian konsultasi, perkawinan dan keluarga, hasil monitoring pelaksanaan penasehatan calon pengantin dalam bentuk kursus calon pengantin (suscatin) Kotamadya Jakarta Selatan selama 2 (dua) tahun dapat digambarkan sebagai berikut : Ditahun 2008 jumlah Nikah 15.331 pasang, peserta suscaten di tahun 2008 sebanyak 12.329 pasang atau 80,41 %. Sementara di tahun 2009 nikah 14.866 dan peserta suscaten 11.467 atau 77,13 %. Namun rekapitulasi masa perkawinan dalam krisis rumah tangga yang berhasil didata oleh BP4 kota Jakarta Selatan selama 2 (dua) tahun, menunjukan masih adanya krisis rumah tangga yang masih sangat muda, yaitu sebagai berikut: Tahun 2008 krisis rumah tangga yang terjadi yaitu : masa 0-5 tahun tercatat 8 pasang, masa 5-10 tahun tercatat 51 pasang, masa 10-15 tahun 33 pasang, masa 15-20 tahun tercatat 29 pasang, masa 20 tahun ke atas ditahun 2008 tercatat 18 pasang sehingga jumlah keseluruhan masa perkawinan krisis rumah tangga tahun 2008 sebanyak 168 pasang.
14
Sementara di tahun 2009 krisis rumah tangga yang terjadi yaitu : masa 0-5 tahun tercatat 15 pasang, masa 5-10 tahun tercatat 78 pasang, masa 10-15 tahun 42 pasang, masa 15-20 tahun tercatat 30 pasang, masa 20 tahun ke atas ditahun 2008 tercatat 25 pasang sehingga jumlah keseluruhan masa perkawinan krisis rumah tangga tahun 2008 sebanyak 190 pasang Sudahkah revitalisasi yang dijalankan oleh Badan Penasihatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4) kota Jakarta Selatan, dapat menyentuh dan mengatasi masalah yang dihadapi oleh remja usia nikah. re·vi·ta·li·sa·si n proses, cara, perbuatan menghidupkan atau menggiatkan kembali program-progran BP4 Kota Jakarta Selatan, perlu mendapatkan perhatian dari masyarakat, karena dengan adanya Program yang ditujukan bagi remaja usia nikah guna mencapai suatu kehidupan keluarga yang sakinah, sudah lama dicanangkan. Namun revitalisasi Program-program yang dilakukan sudahkah tepat menyentuh remaja usia nikah di wilayah Kota Jakarta Selatan. Melihat kondisi remaja usia nikah dan kondisi Badan Penasehatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan, menggugah hati penulis untuk menyusun suatu skripsi yang berjudul: " Revitalisasi Badan Penasihatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4) bagi Remaja Usia Nikah (Studi Kasus BP4 Kota Jakarta Selatan).
15
B. Perumusan Masalah 1
Bagaimana revitalisasi BP4 Kota Jakarta Selatan dalam Pembinaan dan Penanggulangan masalah bagi remaja usia nikah?
2
Apa saja yang menjadi hambatan bagi lembaga BP4 Kota Jakarta Selatan dalam menjalankan program kerja bagi remaja usia nikah?
C. Tujuan Penelitian Tujuan dalam penulisan skripsi ini adalah; 1. Berusaha untuk lebih menunjukan peran dan keberadaan Badan Penasehatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan terhadap penangangan masalah remaja usia nikah. Membantu mengatasi permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh remaja usia nikah. 2. Mengetahui keberhasilan revitalisasi terhadap potensi program kerja dan tindakan (action) lembaga BP4 terhadap upaya-upaya dalam menciptakan generasi muda untuk mencapai kesiapan secara Psikologi, Biologi, dan Sosiologi untuk mengarungi kehidupan rumah tangga yang sakinah.
D. Manfaat Penelitian Dalam skripsi isi penulis berusaha mencari dan menemukan manfaat yang terkandung dalam karya ilmiah ini, adalah sebagi berikut: 1. Mengetahui upaya BP4 dalam menjalankan program-program kerja maupun kebijakan terhadap remaja usia nikah.
16
2. Menggali batasan potensi usia remaja yang sudah dianggap memiliki kematangan baik secara Psikologi, Biologi, dan Sosiologi untuk dapat mengarungi kehidupan berumah tangga dengan ketangan yang baik.
E. Metode Penelitian Penulisan skripsi ini menggunakan metode Penelitian Kebijakan metode ini bertujuan untuk memecahkan masalah social yang mendasar. Adapun penelitian ini dalam tingkat eksplantasi menggunakan metode deskritif. Pengolahan data dalam skripsi ini menggunakan data kaualitatif. Ada tiga langkah dalam menganalisis data skripsi ini berdasarkan data kualitatif yaitu: teknik kutipan (quote); table (matriks); teknik metafora.
F. Sitemetika Penulisan Karya tulis ini (skripsi) terdiri dari lima bab. Dimulai dengan Bab I yang berisi pendahuluan, memuat latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, sistematika penulisan. Bab II memaparkan gambaran umum Badan Penasehatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4), Sejarah singkat BP4, Visi dan Misi BP4, Kebijakan umum BP4, Struktur Organisasi dan tugas poko BP4 Kota. Pembahasan tentang remaja usai nikah ditulis dalam Bab III yang meliputi arti remaja usia nikah, remaja dalam sudut pandang Islam, permasalahan remaja usia nikah.
17
Mengenai upaya BP4 kota Jakarta Selatan dalam menyikapi menjalankan program dan kebijakan sebagai uapaya mengatasi masalah remaja usia nikah, dan factor hambatan dibahas dalam Bab IV, dan bab V berisikan kesimpulan dan saran.
BAB II GAMBARAN UMUM BADAN PENASEHATAN PEMBINAAN DAN PELESTARIAN PERKAWINAN (BP4)
A. Sejarah Badan Penasihatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4). Pada umumnya orang awam selalu mengatakan bahwa memberi nasihat adalah pekerjaan yang paling gampang, yang bisa dilakukan oleh siapapun juga. Kalau pengertian nasihat di sini hanyalah nasihat sebagaiamana arti sehari-hari, memang betul: mudah. Akan tetapi bukan demikian halnya dengan yang kita maksud. Penasihatan secara ilmiah mempunyai pengertian tersendiri dan hanya dapat dilakukan oleh orang-orang tertentu yang mengusai ilmu atau setidaktidaknya mengusai metode untuk itu. Karena itu metode penasihatan perkawinan perlu dipelajari, dan yang lebih penting lagi adalah adanya pengalaman dari pihak yang memberikan nasihat, baik pengalaman bagaimana cara mempraktekan metode penasihatan maupun mempraktekan masalah yang dinasihatkan sampai batas-batas tertentu.1 Penasihatan perkawinan adalah suatu pelayanan social mengenai masalah keluarga, khususnya hubungan suami isteri, tujuan yang hendak dicapai ialah terciptanya situasi yang menyenangkan dalam suatu hubungan suami isteri,
1
Direktorat Jenderal Bimas Islam Dep. Agama RI,"Modul Pelatihan Motivator Keluarga Sakinah", Direktorat Jenderal Bimas Islam, Jakarta, 2007, hal. 94.
18
19
sehingga dengan situasi yang menyenangkan tersebut suatu keluarga dapat mencapai kebahagian.2 Penasihatan perkawinan adalah suatu proses, jadi memerlukan waktu yang relative lama, tidak hanya sekali jadi. Mungkin untuk sepasang suami isteri (keluarga) membutuhkan wktu beberapa tahun, tetapi mungkin juga ada yang hanya beberapa bulan saja. Hal ini tergantung kepada kondisi masing-masing keluarga.3 Berbicara mengenai Badan Penasihatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4), tidaklah pas kalau kita tidak kembali ketahun limapuluhan. Dimana tokoh-tokoh seperti H.S.M. Nasaruddin Latif dengan P-5 di Jakarta, Abdul Rauf Hamidy (Arhatha) dengan BP4 di Bandung, serta Ibu A.R. Baswedan dan Bapak K.H. Farid Ma'ruf dengan BKRT di Jogyakarta.4 Geliat dari badan-badan ini semakin mengerucut untuk menyatukan derap dan langkah secara nasional, ini terlihat pada pertemuan Pengurus BP4 Tingkat I se-Jawa pada bulan Januari 1960. hasil pertemuan ini dibahas dalam Konperensi Dinas Departemen Agama ke VII tanggal 12 s/d 30 Januari 1961 di Cipayung. Konperensi Cipayung inilah yang mendeklarasikan BP4 Pusat (bersifat nasional),
2
Ibid, hal. 95. Direttorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji, Dep. Agama RI,"Modul Pembinaan Keluarga Sakinah (Untuk Pelatihan Pembina Kelompok Keluarga Sakinah)", Direktorat Jederal Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggraan Haji(Jakarta, 2002). Hal. 43. 4 St. A.J. Cotto,"BP4 Menyikapi Jaman". Majalah Perkawinan & Keluarga, (Jakarta), No.422/2009 3
20
serta diberlakukan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga BP4 yang bersifat nasional. 5 Mengingat Embrio BP4 ini sebetulnya sudah lahir saat Pertemuan Pengurus BP4 Tingkat I se-Jawa pada bulan Januari 1960, maka ditetapkanlah sebagai hari lahir BP4 dengan penjabaran nama (Badan Penasehatan Perkawinan, Perselisihan, dan Perceraian) pada tanggal, 03 Januari 1960.6 Untuk menunjang eksistensi BP4, maka pada bulan Oktober 1961 keluarlah Surat Keputusan Menteri Agama No.85 Tahun 1961 yang menetapkan BP4 sebagai satu-satunya badan yang berusaha pada bidang penasehatan perkawinan dan pengurangan kasus perceraian.7 Seiring perjalanan jaman serta berkembangnya ragam tantangan yang dihadapi BP4, maka pada tahun 1977 Menteri Agama menegaskan pengakuan terhadap BP4 melalui Keputusan Menteri Agama No.30 Tahun 1977. Ada dua point penting dalam SK ini, yaitu BP4 sebagai satu-satunya badan penunjang sebagian tugas Departemen Agama dalam bidangpemberian penasehatan perkawinan, perselisihan rumah tangga, dan perceraian dan menunjuk Diretur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam untuk melaksanakan pembinaan BP4.8
5
Badan Musyawarah Penasehat Perkawinan Perselisihan dan Perceraian (BP4), "Laporan Hasil Kerja", Badan Musyawarah Penasehat Perkawinan Perselisihan dan Perceraian (BP4), (Jakarta,1997), hal. 10. 6 Ibid, hal. 11. 7 Badan Penasihatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4), Panduan Rapat Kerja Daerah BP4 Prov. DKI. Jakarta Tahun 2008, (Jakarta, Badan Penasehatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4), 2008) hal. 14. 8 Ibid, hal. 16
21
Pada Munas XIII tahun 2004 ada sedikit pergeseran pola pandang tentang BP4, hal ini terlihat penjabaran nama badan dari badan Penasehat Perkawinan, Perselisihan dan Perceraian menjadi Badan Penasehatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan.9 Badan Penasehatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4) adalah organisasi profesi, sebagai pengemban tugas dan mitra kerja Departemen Agama dalam mewujudkan keluarga sakinah ditengah-tengah masyarakat berfungsi memperkecil angka perceraian salah satunya melaui bimbingan konseling bagi keluarga yang bermasalah.10 BP4 sebagai organisasi meningkatkan profesionalisme para petugasnya dan juga BP4 memiliki peran sangat diperlukan untuk menciptakan iklim yang kondusif dalam menyemangati para keluarga agar semua anggotnya dapat menjalankan ajaran agama secara baik dan benar, sehingga nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan terhadap Allah S.W.T dapat terwujud dalam setiap keluarga.11 Penasihatan perkawainan dapat diberikan oleh seseorang saja, akan tetapi akan lebih sempurna bila diberikan oleh suatu tim (tim penasihat), yang terdiri dari berbagai profesi, misalnya ahli agama, ahli hukum jiwa, pekerja social, dokter dan sebagainya. Masing-masing ahli ini akan memberikan nasihat sesuai
9
Ibid Kantor Wilayah Departemen Agama Prov. DKI. Jakarta, Panduan Teknis Penasihatan Pelesatarian Perkawinan dan Keluarga, (Jakarta, Sekretarian BP4 Prov. DKI. Jakarta, 2008), hal. 10. 11 Badan Pensehatan Pembinaan dan Perkawinan,"Panduat Rapat Kerja Daerah", Jakarta, Hal. 22. 10
22
dengan bidang keahliannya, terutama dalam pemecahan suatu masalah yang dialami oleh klien (orang yang diberi nasihat).12
B. Visi Dan Misi Badan Penasehatan Pembinann dan Pelestarian Perkawinan (BP4) Visi13 "Terwujudnya masyarakat Indonesia yang damai, demokrasi, berkeadilan, berdaya saing, maju dan sejahtera dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang didukung oleh manusia Indonesia yang sehat, mandiri, beriman, bertakwa, berakhlak mulia, cinta tanah air, berkesadaran hukum dan lingkungan, mengusai ilmu pengetahun dan teknologi, memiliki etos kerja tinggi serta disiplin". Misi14 1. Pengalaman Pancasila secara konsisten dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara; 2. Peningkatan pengalaman ajaran agama dalam kehidupan sehari-hari untuk mewujudkan kualitas keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa dalam kehidupan dan mantapnya persaudaraan umat beragama yang berakhlak mulia, toleran, rukun dan damai; 12
Direktorat Jenderal Bimas Islam Dep. Agama RI,"Modul Pelatihan Motivator Keluarga Sakinah", Direktorat Jenderal Bimas Islam, Jakarta, 2007, hal. 97. 13 Departemen Agama RI Direktorat Jenderal Bimas Islam dan Pembinaan Syari'ah, Petunjuk Teknis KELUARGA SAKINAH, Direktorat Jenderal Bimas Islam dan Pembinaan Syari'ah, tahun 2006, hal.1 14 Ibid, hal. 2
23
3. Perwujudan kehidupan sosial budaya yang berkepribadian, dinamis, kreatif dan berdaya tahan terhadap pengaruh globalisasi; 4. Perwujudan system iklim pendidikan nasional yang demokratis dan bermutu guna memperteguh akhlak mulia, kreatif, inovatif, berwawasan kebangsaan, cerdas, sehat, berdisiplim dan bertanggung jawab, berketerampilan serta mengusai ilmu pengetahuan dan teknologi dalam rangka mengembangkan kualitas manusia Indonesai.
C. Umum Badan Penasehatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4) Revitalisasi adalah merupakan asal kata dari kata re yang memiliki makna dalam bentuk terikat yaitu "sekali lagi; kembali: reformasibelakang; ke arah belakang: regresi". Kata Vital adalah merupakan makna "belakang; ke arah belakang: regresi. Sehingga kata revitalisasi bermakna "proses, cara, perbuatan menghidupkan atau menggiatkan kembali". Departemen Agama RI dalam hal ini Ditjen Bimbingan Masyarakat Islam dan Urusan Haji No. D/71/1999 tentang Petunjuk Pelaksanaan Gerakan Keluarga Sakinah, menyebutkan Kebijakan Umum dalam peran BP4 dalam program Keluarga Sakinah, yang tertuang pada bab V, yaitu : 1. Program Pembinaan Gerakan Keluarga Sakinah adalah sebagai Gerakan Nasional yang merupakan bagian dari upaya meletakkan dasar-dasar kerangka dan agenda reformasi pembangunan agama dan sosial budaya dalam usaha
24
mewujudkan masyarakat madani yang bermoral tinggi, penuh keimanan, ketaqwaan dan akhlak mulia. 2. Upaya penanaman nilai-nilai keimanan, ketaqwaan dan akhlak mulia tersebut dilaksanakan melalui pendidikan agama dalam keluarga, masyarakat dan pendidikan formal. Upaya ini menekankan kepada aspek penanaman, pengalaman dan pengahayatak dan pengembangan nilai-nilai keimanan, ketaqwaan dan akhlak mulia dalam kehidupan sehari-hari dalam berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. 3. Aspek penanaman, pengalaman penghayatan nilai-nilai agama dimaksudkan untuk mengimbangi dampak negative perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga keluarga dan masyarakat Indonesia ketahanan yang kokoh dalam menghadapi era globalisasi dan berbagai pengaruh negative maksudnya budaya asing. 4. Reproduksi sehat dilakukan denagn mempersiapkan remaja usia nikah dan calon pengantin baik pengetahuan berkeluarga melalui kursus calon pengantin (Suscatin) maupun pemeliharaan kesehatan fisik dan mental agar tidak terpengaruh kepada perbuatan amoral untuk menghindari terjerumus ke narkoba, prostitusi dan terhindar dari penyakit menular seksual (PMS) dan HIV/AIDS.
25
D. Susunan Organisasi dan Tugas Pokok Organisasi Badan Penasehatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4) Mengenai organisasi dan tugas pokok organisasi Badan Penasehatan Pembinaan dan Pelesatarian Perkawinan (BP4), dalam Keputusan Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Urusan Haji Nomor D/71/1999 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Pembinaan Gerakan Keluarga Sakinah pada Bab VII pasal 14. Susunan organisasi Badan Pensehatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan tertuang pada Bab VII pasal 14, yaitu:15 1. Pembinaan Gerakan Keluarga Sakinah Tingkat Pusat dalah Menteri Agama RI dan Menteri Dalam Negeri RI; 2. Kelompok Kerja Pembinaan Gerakan Keluarga Sakinah Tingkat Pusat adalah Ditjen Bimas Islam dan Dirjen Pembangunan Daerah, Dirjen Binbaga Islam, Dirjen Pengembangan Masyarakat Desa, Asmenko Kesra, Sekretaris Kantor Menteri Pemberdayaan Perempua dan dibantu oleh Kelompok Kerja Teknis yang terdiri dari Pejabat Eselon II sector erkait dan Sekretariat Kecil yang dijabat secara structural oleh Direktorat Urusan Agama Islam; 3. Pembina Gerakan Keluarga Sakinah Tingkat Propinsi adalah Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Propinsi
15
Departemen Agama RI Direktorat Jenderal Bimas Islam dan Pembinaan Syari'ah, Petunjuk Teknis KELUARGA SAKINAH, Direktorat Jenderal Bimas Islam dan Pembinaan Syari'ah, tahun 2006, hal.42
26
4. Kelompok Kerja Pembinaan Gerakan Keluarga Sakinah Tingkat Propinsi adakah Kepala Kanwil Departemen Agama, Asda II, Kabid Sosbuci Bappeda, Biro Binsos, Kantor Pembangunan Masyarakat Desa Propinsi, BKKBN, Kabid Urais, Penamas, Haji, Zakat dan Wakaf, Mapenda, Pekapontren dan Skretariat Kecil yang dijabat secara structural oleh Bidang Urusan Agama Islam; 5. Pembina Gerakan Keluarga Sakinah Tingkat II adalah Bupati/Walikotamadya KDH Tingkat II; 6. Kelompot Kerja Pembinaan Gerakan Keluarga Sakinah Tingkat II adalah Kepala Kantor Departemen Agama Kabupaten/Kotamadya, Asda II, Kabid Sosbud,
Biro
Binsos,
Kantor
Pembangunan
Masyarakat
Desa
Kabupaten/Kotamadya, BKKBN, Kasi Urais, Penais, Pembimbing Haji, Pendis, Pergurais dan Sekretariat Kecil yang dijabat secara structural oleh Seksi Urusan Agama Islam; 7. Pembinaan Gerakan Keluarga Sakinah Tingkat Kecamatan adalah Camat; 8. Satuan Tugas Gerakan Keluarga Sakinah Tingkat Kecamatan adalah Kepala KUA Kecamatan, Kasi Pengembangan Masyarakat Desa, Penyuluh dan Penilik Pendidikan Agama; 9. Pembinaan Gerakan Keluarga Sakinah Tingkat Desa/Kelurahan adalah Lurah/Kepala Desa;
27
10. Penggerak Gerakan Keluarga Sakinah Tingkat Desa/Kelurahan adalah P3N, BP4, Penyuluh Desa/Kelurahan, usadz, Kasi I LKMD, ulama, kiyai dan tokoh agama. Adapun mengenai Tugas Pokok Organisasi Badan Penasihatan Pembinaan dan Pelestarian Pekawinan, yaitu: 16 1. Tingkat Pusat a. Pembinaan Gerakan Keluarga Sakinah adalah; Merumuskan kebijakan nasional; Memberikan dukungan dan bimbingan. b. Tugas Kelompok Kerja adalah; 1) Merumuskan kebijaksanaan umum dan Teknis Gerakan Keluarga Sakinah; 2) Mengumpulkan bahan dan merencanakan program keluarga sakinah; 3) Menggali potensi Pusat; 4) Melaksanakan, memonitor dan mengevaluasi kegiatan; 5) Membina Propinsi; 6) Menyusun laporan kepada Pembina; 2. Tingkat Propinsi a. Tugas Pembinaan Gerakan Keluarga Sakinah Tingkat Propinsi adalah : 1) Merumuskan kebijakan Propinsi; 16
Departemen Agama RI Direktorat Jenderal Bimas Islam dan Pembinaan Syari'ah, Petunjuk Teknis KELUARGA SAKINAH, Direktorat Jenderal Bimas Islam dan Pembinaan Syari'ah, tahun 2006, hal.43
28
2) Memberikan dukungan dan bimbingan; b. Tugas Kelompok Kerja Propinsi adalah ; 1) Mengusulkan dan merumuskan prioritas program; 2) Melaksanakan program sesuai kebijaksanaan dan rencana; 3) Menggali potensi Provinsi; 4) Memonitor dan mengevaluasi; 5) Membina Kabupaten/Kecamatan 6) Melaporkan ke Pembina Propinsi dan Pusat 3. Tingkat Kabupaten a. Tugas
Pembina
Gerakan
Keluarga
Sakinah
Kabupaten/Kotamadya adalah : 1) Merumuskan kebijakan Tingkat Kabupaten / Kotamadya; 2) Memberikan dukungan dan bimbingan. b. Tugas Kelompok Kerja Tingkat Kabupaten/Kotamadya adalah: 1) Mengusulkan dan merumuskan prioritas program; 2) Melaksanakan program sesuai kebijaksanaan dan rencana; 3) Mengkoordinir program kegiatan; 4) Menggali potensi Kabupaten/Kotamadya; 5) Membina Kecamatn; 6) Memonitor dan mengevaluasi; 7) Melporkan ke Pembina Propinsi dan Kabupaten / Kotamadya.
Tingkat
29
4. Tingkat Kecamatan a. Tugas Pembina Gerakan Keluarga Sakinah Tingkat Kecamatan adalah : 1) Merumukan kebijkan teknis Tingkat Kecamatan; 2) Memberikan dukungan dan bimbingan teknis. b. Tugas Kelompok Krja Tingkt Kabupaten / kotamadya adalah: 1) Melaksanakan kegiatan sesuai kebijakan yang telah ditetapkan; 2) Menggali potensi wilayah kecamatan; 3) Mebina kegiatan di tingkat Desa/Kelurahan; 4) Memonitor dan mengevaluasi kegiatan; 5) Menyusun dan menyampaikan laporan kepada Pembina Kabupaten / kotamadya dan Kecamatan;
BAB III TINJAUAN TEORITIS REMAJA USIA NIKAH
A. Pengertian Remaja Usia Nikah 1. Remaja Dari Segi Ajara Islam Dalam Pandangan Islam, anak adalah amanat yang dibebankan oleh Allah SWT kepada orang tuanya, karena itu orang tua harus menjaga dan memelihara amanah yang diberikan Allah. Allah SWT, berfirman di dalam QS. At Tahriim (66): 6.
6 66 Artinya : "Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa ang diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan. (QS. 66:6) ".
Istilah Remaja atau kata yang berarti remaja tidak ada dalam Islam. Di dalam Islam Al-Qur'an ada kata [alfityatu, fityatun] yang artinya orang muda1. Firman Allah dalam surat Al-Kahfi ayat 10 dan 13:
1
Prof. DR. Zakiah Darajat, Remaja; Harapan dan Tantangan, CV. Ruhama, Cet. 2001, hal. 8
30
31
10 18
Artinya : "Ingatlah tatkala pemuda-pemuda itu mencari tempat berlindung kedalam gua lalu mereka berdo'a: "wahai Tuhan kami, berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu, dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang lurus dalam urusan kami ini". (QS. 18 : 10) Firman Allah SWT, QS. Al-Kahfi (18):13.
13 18 Artinya: "Kami ceritakan kepadamu (Muhammad) dengan sebenarnya. Sesungguhnya mereka itu adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan Kami tambahkan kepada mereka petunjuk". (Q.S. 18 : 13) Terdapat pula kata baligh yang menunjukkan seseorang tidak kanakkanak lagi, misalnya dalam surat An-Nuur (24) : 58 dan 59 :
32
59 58 24
Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, hendaklah budak-budak (lelaki dan wanita) yang kamu miliki, dan orang-orang yang belum balig diantara kamu, meminta izin kepada kamu tiga kali (dalam satu hari) yaitu: sebelum shalat subuh, ketika kamu menanggalkan pakaian (luar)mu di tengah hari dan sesudah sesudah shalat Isya. (Itulah) tiga aurat bagi kamu. Tidak ada dosa atasmu dan tidak (pula) atas mereka selain dari (tiga waktu) itu. Mereka melayani kamu, sebagian kamu (ada keperluan) kepada sebagian (yang lain). Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat bagi kamu. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana". Dan apabila anak-anakmu telah sampai umur balig, maka hendaklah mereka meminta izin, seperti orang-orang yang sebelum mereka meminta izin. Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat-Nya. Dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. (QS. 24:58-59)
Selanjutnya Prof. DR. Zakiah Darajat juga mengatakan, " Sebenarnya samapai sekarang belum ada kata sepakat antara para ahli ilmu pengetahuan tentang batas umur bagi remaja. karena hal itu bergantung kepada keadaan masyarakat dimana remaja itu hidup, dan bergantung pula pada dari segi mana remaja ditinjau. Yang dapat ditentukan dengan pasti adalah permulaanya, yaitu puber pertama atau mulainya perubahan jasmani dari anak menjadi dewasa kira-kira umur akhir 12 atau permulaan 13 tahun. Akan tetapi akhir masa remaja itu tidak sama. Dar segi pandang masyarakat misalnya, akan terlihatlah bahwa semakin maju suatu masyarakat, semakin panjang masa remaja itu, karena untuk diterima menjadi anggota masyarakat
33
yna bertanggung jawab diperlukan kepandaian tertentu dan kematangan sosial, yang menyakinkan"2.
2. Remaja Dalam Pengertian Masyarakat Kata remaja berasal dari kata latin, yaitu adolescere, yang artinya "tumbuh" atau "tumbuh menjadi dewas". Kata bendanya adalah adolescentia yang berarti remaja.3 Sementara kata kata adult untuk dewasa berasal dari bentuk lampau dari kata adultus, yang berarti"telah tumbuh menjadi kekuatan dan ukuran yang sempurna ", atau "telah menjadi dewasa". 4 Ruqayyah Waris Maqsood (1998), penulis buku mengantar remaja kesurga, juga sependapat dengan hal ini, bahkan dengan pendapat yang sedikit lebih keras, seperti kutipan di bawah ini : "Aku cenderung menduga bahwa istilah remaja adalah suatu penemuan para pembuat iklan. Karena menurut yang ku ketahui dari ajaran Islam. Karena menurut yang ku ketahui dari ajaran Islam, kita adalah seorang anak atau bahkan bukan sama sekali, kamu adalah orang dewasa atau bukan sama sekali. Kamu tak pernah berada di antara keduanya".5
2 3
Ibid, hal:9 Elizabeth Hurlock, Psikologi Perkembangan (Terjemah). Penerbit Erlangga. Jakarta : 1992,
hal : 32 4
Departemen Agama RI Direktorat Jenderal Bimas Islam dan Pembinaan Syari'ah, Petunjuk Teknis KELUARGA SAKINAH, Direktorat Jenderal Bimas Islam dan Pembinaan Syari'ah, tahun 2006, hal.50 5 Ruqayyah Waris Waqsood, Mengantar Remaja Kesurga (Terjemahan). Al-Bayan. Bandung : 1998, hal:33
34
Pendapat psikolog Islam Indonesia ini hamper senada dengan pendapat psikologi perkembangan dari barat, Elizabeth Hurlock (1992), yang menyatakan : Setiap kebudayaan membuat pembedaan usia kapan seseorang mencapai status dewasa secara resmi. Pada sebagian besar kebudayaan kuno, status ini tercapai apabila pertumbuhan pubertas sudah selesai atau hamper selesai dan apabila organ kelamin anak telah berkembang dan mampu berproduksi. Belum lama ini, dalam kebudayaan Amerika seorang anak belum resmi dianggap dewasa kalau belum mencapai umur 21 tahun. Sekarang umur 18 tahun merupakan umur dimana seseorang dianggap dewasa secara syah. Lazimnya, masa remaja dianggap mulai pada saat anak secara seksual menjadi matang dan berakhir pada saat ia mencapai usia matang secara hukum". 6 Masalah pertumbuhan seks dalam masyarkat terbelakang tidak menjadi problem, karena pada waktu kematangan seksual terjadi, pada umumnya kebutuhan biologis tersebut segera dapat terpenuhi secara wajar menurut hukum dan peraturan yang berlaku, yaitu
dengan menikahkan
mereka dengan pasangan yang telah ditentukan atau mungkin pula dengan pilihan mereka sendiri. Oleh karena itu pula, dalam masyarakat yang sangat sederhana itu, tidak dikenal masa remaja yang mereka kenal hanyaah masa kanak-kanak, dewas dan tua. Sementara itu daam masyarakat desa yang agak 6
hal : 32
Elizabeth Hurlock, Psikologi Perkembangan (Terjemah). Penerbit Erlangga. Jakarta : 1992,
35
maju, dikenal dengan berbagai istilah yang menunjukan adanya kelompok umur yang tidak termasuk anak-anak dan bukan pula dewasa, misalnya jakadara, bujang-gadis. Masa berlangsung jaka dara atau bujag gadis itu umumnya tidak begitu panjang, kira-kira sesuai dengan umur remaja awal (sekitar umur 13 tahun atau baligh/puber), samapi pertumbuhan fisik mencapai kematangan, sekitar umur 16-17 tahun. Lain halya dengan masyarakat maju. Remaja belum dianggap
sebagai
anggota
masyarakat
yang
perlu
didengar
dan
dipertimbangkan pendapatnya serta dianggap belum sanggup bertanggung jawab atas dirinya. Terlebih dahulu mereka perlu menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi dalam kepasitas tertentu, serta mempunyai kematangan emosi, sosial dan kepribadian.7
3. Remaja Dalam Pandangan Hukum dan Perundang-undangan Di dalam Undang-undang No. 1 tahun 1974 usia pernikahan diatur dalam pasal 7 ayat 1, 2 dan 3, yaitu:8 4) Perkawinan hanya diizinkan bila pihak pria mencapai umur 19 (sembilan belas) tahun dan pihak wanita sudah mencapai usia 16 (enam belas) tahun. 5) Dalam hal penyimpangan dalam ayat (1) pasal ini dapat minta dispensasi kepada Pengadilan atau pejabat lain yang diminta oleh kedua orang tua pihak pria atau pihak wanita.
7
Zakiah Darajat, Membina Nilai-nilai Moral di Indonesia, PT. Bulan Bintang. Jakarta : 1985,
hal:40 8
Undang-undang No. 1 tahun 1974, Jakarta.
36
6) Ketentuan-ketentuan mengenai keadaan salah seorang atau kedua orang tua tersebut pasal 6 ayat (3) dan (4) Undang-undang ini, berlaku juga dalam hal permintaan dispensasi tersebut ayat (2) pasal ini dengan tidak mengurangi yang dimaksud dalam pasal 6 ayat (6). Sementara dalam Kompilasi Hukum Islam dala Buku I bab IV bagian kedua, mengenai usia bagi pasangan pengantin diatur dalam pasal 7, yaitu:9 Pasal 15 3) Untuk kemaslahatan keluarga dan rumah tangga, perkawinan hanya boleh dilakukan calon mempelai yang telah mencapai umur yang ditetapkan dalam pasal 7 Undang-undang No.1 tahun1974 yakni calon suami sekurang-kurangnya berumur 19 tahun dan calon isteri sekurangkurangnya berumur 16 tahun; 4) Bagi calon mempelai yang bgelum mencapai umur 21 tahun harus mendapati izin sebagaimana yang diatur dalam pasal 6 ayat (2),(3),(4) dan (5) UU No.1 Tahun 1974.
B. Remaja dalam Sudut Pandang Islam Masa transisi dalam kehidupan kaum muda, baik secara psikologis maupun tugas syari'at, dibicarakan oleh sebagian pakar pendidikan, kejiwaan, dan social sebagai fase kehidupan yang paling rumit. Bagaimana pandangan Islam terhadap fase remaja ini? 9
Kompilasi Hukum Islam, Jakarta
37
Islam tidak pernah membagi dunia ini ke dalam dunia pria dan dunia wanita. Karena itu batasan pergaulan pria-wanita dalam Islam bukan ditunjukan untuk membagi dunia ke dalam 2 dunia yang berbeda berdasarkan jenis kelamin. Batasan pergaulan dibuat untuk melindungi umat manusia dari kehancuran akibat keruntuhannya moral manusia. Salah satu penghancur moral yang dalam sejarah peradaban manusia merupakan alat penghancur ampuh peradaban adalah perzinaan dalam segala bentuk manifestasinya semacam pergaulan bebas dan sebagainya. Peradaban bangsa Sodom dan Gomorah yang mendiami kawasan subur Filistin, misalnya. Hancur akibat perilaku seksual mereka yang bebas dan menyimpang. Allah SWT, berfirman Qur'an surah Al-Isra (17): 32,
32 17
Artinya : "Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. dan suatu jalan yang buruk". (QS. 17:32) Kalimat janganlah kamu mendekati zina merujuk bahwa sebelum sampai kepada zina ada proses-proses rangsang seksual yang oleh beberapa kalangan ulama dikategorikan sebagai zina awal berdasarkan hadits : "…Zina kedua belah mata adalah memandang dan zina lisan adalah ucapan, sementara jiwa mengingini serta menyukai, dan faraj membenarkan semua itu atau mendustakannya". (HR. Syaikan)
38
Ketika menghadapi seseorang, Islam memperhatikan dinamika wujudnya sebagai penegas unsur-unsur "gejolak perbuatan" yang ada dalam kepribadiannya. Ketika berbicara kepada kita tentang Adam a.s. sebagai model manusia10, Allah SWT berfriman dalam Al-Qur'an Surah Tha Ha (20) : 15.
15 20
Artinya: "Dan sesungguhnya telah Kami perintahkan kepada Adam dahulu, lalu ia melupakam dirinya dan tidak kami dapati padanya kemauan yang kuat . (QS. 20:15) Pembicaraan tentang Adam sebagai model di sini bertolak dari pembicaraan tentang Adam sebagi pribadi yang tidak memiliki kemauan yang kuat. Allah juga berfirman dalam Al-Qur'an surah Al-Anbiya (21):37.
37 21
Artinya: "Manusia telah dijadikan (bertabiat) tergesa-gesa. Kelak akan Aku perlihatkan kepada kalian tanda-tanda-KU. (QS. 21:37) Karena itu, janganlah kalian minta kepada-Ku untuk mendatangkannya dengan segera. Firman Allah SWT, QS. Al-Israa' (17):11.
11 17
Artinya: Dan adalah manusia bersifat tergesa-gesa. (QS. 17 : 11).
10
Sayyid Muhammad Husain Fadhlullah, Dunia Remaja: Tanya Jawab Seputar Pergaulan & Problematka Remaja, Pustaka Hidayah, Cet. I tahun 2005, hal. 111
39
Firman Allah SWT QS. Ar-Ruum (30):54.
54 30
Artinya: Allah, Dialah yang menciptakan kamu dari keadaan lemah, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah keadaan lemah itu menjadi kuat, kemudian Dia menjadikan (kamu) sesudah kuat itu lemah (kembali) dan beruban. Dia menciptakan apa yang dikehendaki-Nya dan Dialah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa (QS. 30 : 54) Firman Allah SWT, QS. Yusuf (12):53.
53 12
Artinya: "Dan aku tidak membebaskan nafsuku, karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh pada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku (QS. 12 : 53)
Demikianlah, kita melihat pada sebagian besar ayat terdapat penegasan bahwa ketika manusia diciptakan, ia tidak diciptakan melalui satu aspek dalam dinamika kekuatan, tetapi ada factor-faktor kelemahan yang terpendam di dalam kepribadiannya.11 Pendidikan agama dalam keluarga mempunyai posisi yang sangat strategis dalam masyarakat yang sedang membangun, karena keluarga adalah lembaga terkecil dalam masyarakat yang pada gilirannya dapat berperan membentuk masyarakat sebagaimana yang diharapkan. 11
Ibid, hal. 112
40
Agama harus dikenalkan sejak dini kapada anak, bahkan sejak masih dalam kandungan. Pengenalan agama dilaksanakan secara terus-menerus melalui pembiasaan-pembiasaan bacaan dan perilaku baik yang dilaksanakan dalam keluarga. Islam memandang bahwa anak mempunyai potensi untuk dikembangkan, tergantung dari cara orang tua/pendidik memberi warna kepada anak didiknya. Islam juga melihat dari sini anak bahwa kelak dia akan menciptakan sejarah. Aspek-aspek pendidikan agama dalam keluarga sangat penting untuk diperhatikan orang tua sebagai realisasi dari tanggung jawabnya dalam mendidik anak, adalah : 1
Pendidikan Ibadah
2
Pembinaan mengenai pokok-pokok ajaran Islam dan Al-Qur'an
3
Pendidikan akhlaq
4
Pendidikan aqidah Islamiyah Keempat aspek inilah yang menjadi tiang utama dalam Islam. Aspek
pendidikan tersebut tercakup dalam pengertian kandungan dalam surah Luqman ayat 12 – 19. Pendidikan ibadah. Khusus pendidikan shalat disebutkan dalam ayat 17 surah Luqman sebagai berikut :
17 31
41
Artinya : "Hai anakku, dirikanlah sholat dan suruhlan manusia untuk mengerjakan yang baik dan cegahlah mereka dari perbuatan mungkar, dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya hal yang demikian itu termasuk diwajibkan oleh Allah".(QS.31:17). Pada hakikatnya, seseorang berdiri pada dua kondisi, yaitu kondisi naluriah yang positif dan yang negative. Allah SWT menegaskan bahwa akal merupakan salah satu factor gerakan internal yang dengan bantuan kemauan menciptakan keseimbangan.12 Ketika remaja usia nikah mulai mengalami perubahan baik secara psikologi, biologis, dan sosiologis, tentunya perlu mendapatkan suatu pengawasan dan bimbingan secara mendalam. Hal ini bertujuan agar remaja pada usia nikah tidak terjerumus dalam kegiatan yang melanggar dari ketentuan agama. a. Perhatian Islam terhadap Puberitas. Fase pubertas benar-benar seperti fase keseimbangan ombak di lautan. Seseorang yang masuk kedalam fase kedua dalam dinamika kemunisaan ini seakan-akan sedang menyiapkan diri untuk memasuki eksistensi yang baru untuk menjadi manusia lain atau menemukan pijakan bagi fase yang lain.13 Namun
peran
pendidikan
adalah
melindungi
seseorang
dari
kehilangan. Hal itu karena kegilaan naluri berarti bangkitya gerakan penentangan di dalam diri seseorang dan mencari suasana-suasana yang tidak jelas, 12
yang
kadang-kadang
menyebabkan
seseorang
kehilangan
Sayyid Muhammad Husain Fadhlullah, Dunia Remaja: Tanya Jawab Seputar Pergaulan & Problematka Remaja, Pustaka Hidayah, Cet. I tahun 2005, hal. 113 13 Ibid, hal. 115
42
keseimbangan. Hal itu disebabkan ia tidak memiliki pengalaman yang dapat membenatunya menemukan keseimbangan. Pertumbuhan dan perkembangan fisik remaja yang cepat terjadi pada remaja, sering kali menimbulkan tanggapan yang berbeda-beda. Ada yang berpendapat bahwa masa remaja adalah masa yang penuh dengan persoalan dan kesukaran, di lain pihak, ada yang memandang umur remaja adalah umur yang paling indah, menyenangkan dan penuh dengan aneka mukjizat.14 Berkenaan dengan hal ini, Islam menegaskan pentingnya melindungi anak.
Hal
itu
diungkapkan
dalam
beberapa
hadits
yang
menyatakan,"Pisahkanlah tempat tidurnya pada tujuh tahun pertama; didiklah ia pada tujuh tahun kedua, dan temanilah ia pada tujuh tahun ketiga".15 Proses pendidikan pada fase antara usia 7-14 tahun adalah mengarahkan seseorang menuju kondisi-kondisi yang tenag dan menanamkan benih-benih yang baik di dalam kepribadiannya. Sehingga pada fase pubertas tiba pada usia 14 tahun, demikian pula bersahabatlah dengannya hingga usia 21 tahun. Itu artinya pengawasan terhdap dinamika pubertas dalam kepribadian seseorang hingga ia mendapatkan suasana yang tenang yang memungkinkannya secara ilmiah menghadapi kehidupan masa depan.16
14
Prof. DR. Zakiah Darajat, Remaja; Harapan dan Tantangan, CV. Ruhama, Cet. 2001, hal.
13 15
Sayyid Muhammad Husain Fadhlullah, Dunia Remaja: Tanya Jawab Seputar Pergaulan & Problematka Remaja, Pustaka Hidayah, Cet. I tahun 2005, hal. 114 16 Ibid, hal.114
43
Memang sulit untuk ditentukan secara pasti dengan ukuran tertentu, karena berat ringannya masalah dan kesulitan yang dihadapi remaja, banyak tergantung kepada tingkat social, ekonomi, budaya, akhlak dan agama keluarganya. Panjang pendeknya masa remaja dan berat ringannya masalah yang dihadapinya, ditentukan pula oleh kemajuan atau keterbelakangan masyarakat di mana remaja itu hidup. Pengaruh keadaan ekonomi, budaya dan keberagaman masyarakat tempat remaja itu hidup, juga besar. Dengan ringkas dapat dikatan bahwa masa remaja itu cukup panjang. Ada yang membaginya kepada dua tahap, yakni remaja awal dan remaja akhir. Ada pula yang membaginya kepada tiga tahap (awal, tengah dan akhir), bahkan mungkin ada yang berpendapat bahwa masa remaja itu tidak ada, anak beralih dari masa kanak-kanak, langsung menjadi dewasa. Para pendidik dan psikologi condong untuk membaginya kepada dua kelompok (awal dan akhir).17 Masa remaja adalah masa di mana timbulnya berbagai kebutuhan dan emosi serta tumbuhnya kekuatan dan kemampuan fisik yang lebih jelas dan daya piker menjadi matang. Namun masa remaja penuh dengan berbagai perasaan yang tidak menentu, cemas dan bimbang, di mana berkecamuk harapan dan tantangan, kesenangan dan kesengsaraan, semuanya harus dilalui dengan perjuangan yang berat, menuju hari depan dan dewasa yang matang.
17
Ibid, hal. 14
44
Masa puber adalah masa yang tumpang tindih. Awal masa puber adalah akhir masa kanak-kanak, dan akhir masa puber adalah awal remaja. Perempuan 0 1 2 3
4
5
Lahir
Lakilaki 0 1
6
7
Tahun 8 9
10
11
Masa Puber 12 13 14
Masa kanak-kanak
2
3
Lahir
4
5
6
7
8
Tahun 9
15
16
10
11
Masa Puber 12 13 14
15
16
Masa Remaja
Gambar 1. Masa puber bertumpang tindih dengan akhir masa kanak-kanak dan awal masa remaja (Hurlock, 1992). Pada awal masa puber terjadi proses pematangan alat-alat reproduksi, seorang anak berubah dari keadaan aseksual menjadi keadaan seksual. Lamanya masa ini sekitar satu sampai dua tahun. Selanjutnya, proses pematangan alat-alat reproduksi ini dituntaskan selama akhir masa puber, yaitu satu sampai dua tahun berikutnya. Biasanya, waktu yang diperlukan oleh anak perempuan untuk menyelesaikan seluruh proses pematangan alat-alat reproduksi dadalah sekitar 3 tahun, sedangkan pada anak laki-laki antara 2 – 4 tahun. 18
hal : 15
18
17
18
Masa Remaja
Masa kanak-kanak
18
17
Elizabeth Hurlock, Psikologi Perkembangan (Terjemah). Penerbit Erlangga. Jakarta : 1992,
45
Apabila Kamu perempuan maka kamu akan lebih cepat mengalami puber daripada anak laki-laki. Anak perempuan mengalami awal masa puber sekitar usia 11 tahun, dan biasanya 50% anak perempuan sudah mencapai kematangan seksual pada usia 12,5 tahun, sedangkan laki-laki baru mengalami awal masa puber pada usia 12 tahun dan 50 % anak laki-laki baru mencapai usia kematangan seksual pada usia 14 tahun.19 b. Perubahan Fisik Pada Masa Puber Perubahan-perubahan fisik memang menjadi cirri khas perkembangan pada masa puber, yang meliputi perubahan bentuk tubuh dan berkembangnya ciriciri seks laki-laki dan perempuan. Pada anak perempuan pertambahan berat yang paling besar terjadi sesaat sebelum dan sesudah haid, setelah itu pertambahan berat hanya sedikit. Bagi anak laki-laki, pertambahan berat maksimum terjadi setahun atau dua tahun setelah anak perempuan dan mencapai puncaknya pada usia 16 tahun, setelah itu pertambahan berat hanya sedikit. Oleh karena itu tidak perlu heran bila pada usia 12 – 13 tahun tubuh anak perempuan lebih tinggi dan besar daripada anak lakilaki, namun dengan semakin bertambahnya usia anak laki-laki menjadi lebih tinggi dan besar daripada anak perempuan.20 Perkembangan cirri-ciri seks, perubahan fisik lain yang menandai masa puber ini adalah perkembangan ciri-ciri seks primer dan skunder. Perkembangan 19
Ibid, hal. 20 Pangkahila, Wimpie, Prof, Dr. dr, Membina Keharmonisan Kehidupan Seksual, PT. Intisari Mediatama, Jakarta, 1999,hal,17. 20
46
cirri-ciri seks primer meliputi perkembangan alat-alat reproduksi laki-laki maupun perempuan. Perkembangan cirri-ciri seks sekunder tidak berhubungan langsung dengan perkembangan alat reproduksi, namun ciri-ciri sekunder ini lebih berfungsi sebagai "daya tarik seks" (Hurlock, 1992)21 a. Ciri-ciri Seks Primer Alat reproduksi pada laki-laki adalah gonad atau testes, yang terletak di dalam scrotum atau sac, dan berada di luar tubuh.22 Pada saat organ reproduksi anak laki-laki sudah matang, maka organ tersebut mulai berfungsi yang biasanya ditandai dengan terjadinya mimpi basah. Mimpi basah merupakan criteria utama bagi anak laki-laki untuk menandai bahwa ia telah mengalami pubertas.23 Keadaan ini biasanya terjadi pada saat tidur, yaitu apabila anak lakilaki bermimpi tentang hubungan seksual yang menggairahkan, atau bila kandung kemihnya penuh, kalu ia sembelit pada saat tidur, kalau ia memakai piyama yang ketat atau kalau ia terselimuti dengan hangat.24
21
Elizabeth Hurlock, Psikologi Perkembangan (Terjemah). Penerbit Erlangga. Jakarta : 1992,
hal : 25 22
Pada usia empat belas tahun, yaitu sekitar akhir masa puber, organ seks ini baru mencapai sekitar 10 persen dari ukuran matang. Kemudian terjadi pertumbuhan pesat selama satu atau dua tahun, setelah itu pertumbuhan menurun. Testes sudah bekermbang penuh pada usia dua puluh atau dua puluh satu tahun. Segera setelah pertumbuhan pesat testes terjadi, maka pertumbuhan penis meningkat pesat. Yang mula-mula meningkat adalah panjangnya, kemudian secara berangsur-angsur disertai pula dengan besranya. Pangkahila, Wimpie, Prof, Dr. dr, Membina Keharmonisan Kehidupan Seksual, PT. Intisari Mediatama, Jakarta, 1999, hal,25 23 Sayyid Muhammad Husai Fadhullah, Dunia Remaja Tanya Jawab Seputar Pergaulan & Problematika Remaja, Pustaka Hidayah. 24 Ibid,
47
Pada saat itu penis kadang-kadang menjadi tegang dan kemudian memancarkan bibit atau cairan yang mengandung sperma. Ini merupakan cara yang normal bagi organ reproduksi laki-laki untuk membebaskan diri dari jumlah bibit yang berlebihan. Tidak semua anak laki-laki mengalami gejala ini dan tidak semuanya menyadari sampai ia melihat bercak-bercak pada alas tempat tidur. Namun, mimpi basah in kadang kala terjadi setelah beberapa tahap perkembangan pubertas, oleh karenanya tidak dapat digunakan sebagai criteria yang tepat untuk menetukan terjadinya pubertas.25 Sementara, pada anak perempuan semua organ reproduksinya tumbuh dan berkembang selama masa puber, meskipun dalam tingkat kecepatan yang berbeda. Berat uterus anak perempuan usia sebelas atau dua belas tahun adalah sekitar 5,3 gram, dan pada usia enam belas tahun beratya rata-rata mencapai 43 gram. Tuba falopi, indung telur dan vagina juga tumbuh pesat pada saat ini.26 Tanda awal yang menunjukan bahwa organ reproduksi anak perempuan sudah menjadi matang adalah datangnya haid. Haid adalah suatu rangkaian pengeluaran darah, lender, dan jaringan sel yang hancur dari uterus secara berkala, yang terjadi kira-kira setiap dua puluh delapan hari sampai
25
Ibid Surtiretna, Nina, dr, Bimbingan Seks Suami Isteri Pandangan Islam dan Medis, Penerbit PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2000, hal. 21 26
48
akhirnya seorang perempuan mencapai masa menopause, yaitu pada sekitar usia 40 -50 tahunan.27 Perkembangan haid umumnya terjadi pada jangka waktu yang sangat tidak terartur dan lamanya bebeda pada tahun-tahun pertama. Periode ini dikenal sebagai tahap kemandulan remaja. Dalam tahap ini tidak terjadi ovulasi, atau pematangan dan pelepasan sel telur yang matang dari folikel ke dalam indung telur. Oleh karena itu, anak perempuan disebut mandul sementara. Bahkan apabila seorang anak perempuan telah mengalami beberapa periode haidpun, masih diragukan apakah organ seksnya sudah cukup matang untuk terjadinya pembuahan (hamil).28 b. Ciri-ciri Seks Sekunder. Perkembangan cirri-ciri seks sekunder membedakan pria dari wanita dan membuat anggota seks tertentu tertarik pada anggota seks lainnya. Cirriciri seks sekunder ini tidak berhubungan dengan langsung kempuan reproduksi, namun secara tidak langsung ada juga hubungannya, karena dengan ciri-ciri ini laki-laki menjadi tertarik pada perempuan dan begitu pula sebaliknya. Selama penampilan tubuh masih seperti anak-anak, tidak ada daya tarik seks. Keadaan ini berubah bila ciri seks sekunder muncul. Itulah
27
Sayyid Muhammad Husai Fadhullah, Dunia Remaja Tanya Jawab Seputar Pergaulan & Problematika Remaja, Pustaka Hidayah 28 Surtiretna, Nina, dr, Bimbingan Seks Suami Isteri Pandangan Islam dan Medis, Penerbit PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2000, hal. 22
49
sebabnya mengapa cirri ini disebut 'sekunder, karena tidak berhubungan langsung dengan reproduksi.29 CIRI-CIRI SEKS SEKUNDER YANG PENTING (Hurlock, 1992) Laki-laki a. Rambut Rambut kemaulan mulai tumbuh sekitar setahun setelah testets dan penis mulai membesar. Rambut ketiak, rambut di wajah dan rambut tubuh mulai tumbuh kalau pertumbuhan rambut kemaluan hamper selesai. Pada mulanya rambut yang tumbuh hanya sedikit, halus dan warnanya terang. Kemudian menjadi lbih gelap. Lebih kasar, lebih subur dan agak keriting. b. Kulit Kulit menjadi lebih kasar, warnanya memucat dan pori-pori menjadi lebih besar. c. Kelenjar Kelenjar lemak atau yang memproduksi minyak dalam kulit semakin membesar dan menjadi lebih aktif, sehingga dapat menimbulkan jerawat. Kelenjar keringat di ketiak mulai berfungsi dan keringat bertambah banyak dengan berjalannya masa puber. d. Otot Otot bertambah besar dan kuat, sehingga memberi bentuk bagi lengan, tungkai kaki dan bahu. e. Suara Suara berubah setelah rambut kemaluan tumbuh. Mula-mula suara menjadi serak dan kemudian tinggi suara menurun, volumenya meningkat dan kemudian 29
hal : 35
Perempuan a. Pinggul Pinggul menjadi bertmbah lebar dan bulat sebagai akibat membesarnya tulang pinggul dan berkembangnya lemak bawah kulit. b. Payudara Segera setelah pinggul mulai membesar, kelenjar susu juga berkembang dan putting susu membesar serta menonjol sehingga payudara menjadi lebih besar dan bulat. c. Rambut Rambut kemaluan tumbuh setelah pinggul dan payudara mulai berkembang. Bulu ketiak dan bulu pada kulit wajah tampak setelah haid. Semua rambut, kecuali rambut wajah, mula-mula lurus dan terang warnanya, kemudian menjadi lebih subur, lebih kasar, lebih gelap dan agak keriting. d. Kulit Kulit menjadi lebih kasar, lebih tebal, agak pucat dan lobang pori-pori bertambah besar. e. Kelenjar Kelenjar lemak dan kelenjar keringat menjadi lebih aktif. Subatan kelenjar lemak dapat menyebabkan jerawat. Kelenjar keringat ketiak mengeluarkan banyak keringat dan baunya menusuk sebelum dan selama masa haid. f. Otot Otot semakin besar dan semakin kuat,
Elizabeth Hurlock, Psikologi Perkembangan (Terjemah). Penerbit Erlangga. Jakarta : 1992,
50
mencapai nada suara yang lebih enak. Suara yang pecah sering terjadi kalau kematangan berjalan pesat. f. Benjolan Dada Benjolan – benjolan kecil di sekitar kelenjar susu pria timbul sekitar usian dua belas dan empat belas tahun. Keadaan ini berlangsung selama beberapa minggu dan kemudian menurun baik jumlah maupun besarnya.
terutama pada pertengahan dan menjelang akhir masa puber, sehingga memberikan bentuk pada bahu, lengan dan tungkai kaki. g. Suara Suara menjadi lebih penuh dan lebih merdu. Suara serak dan suara yang pecah jarang terjadi pada anak perempuan.
c. Perkembangan Reproduksi Dalam Islam Seiring dengan perkembangan dan pertumbuhan fisik, terjadi pula perubahan dan perekembangan di dalam tubuhnya. Kelenjar kanak-kanak telah berakhir, berganti dengan kelenjar endokrin yang memproduksi hormone, sehingga menggalakkan pertumbuhan organ seks yang bertumbuh menjadi kesempurnaan. Sementara itu dalam masyarakat terutama di kalangan remaja timbul gejala negative dimana lembaga perkawinan kurang dihargai. Hal ini antara lain karena mudahnya memperoleh bacaan, video kaset dan film yang bersifat porno serta alat-alat kontrasepsi dan obat-obat lain yang mendorong kepada pengarahan seks yang salah, sehingga dapat dibaca di surat-surat kabar banyak remaja yang hamil sebelum nikah dan hidup bersama atau samen leven.30 Kesehatan bearasal dari bahasa Arab shihhah, ia adalah bentuk masdar dari kata kerja shahha, yashihhu, shihhah, artinya hilangnya penyakit (dzahaba
30
Ditjen Bimas Islam dan Penyelengaraan Haji Departemen Agama RI, Pedoman Konseling Perkawinan, (Jakarta, Ditjen Bimas Islam dan Penyelengaraan Haji Departemen, 2004), hal. 3.
51
maradhuhu) atau tidak adanya penyakit pada tubuh ('adam I'tital al-Jism wa salamatuhu) atau terlepas dari segala cacat (bari'a was a;ima min kulli'aib).31 Al-Jurjani dalam At-Ta'rifat mendifinisikan sehat sebagai keadaan atau kondisi psikologis/mental (malakah) yang dengannya dihasilkan tindakantindakan yang proporsional secara sehat/salim.32 Kata lain dalam bahasa Arab yang juga berarti sehat adalah salim. Secara literal, ia berarti selamat dari segala bahaya (as-salim min al-afat). Ia juga bisa berarti "balik/bagus".33 Sementara itu, Hans Wehr dalam A Dictionary of Modern Written Arabic mengartikan salim antara lain : safe sane, perfect, good nature.34 Dari semua pengertian sehat di atas, maka dapat disimpulkan bahwa sehat adalah suatu keadaaan yang tidak terbatas pada hal-hal yang mengenai jasmani (fisik) yang tidak berpenyakit, tetapi juga mengenai mental, jiwa, dan akal yang baik, bersih, dan utuh, serta berbagai hal lain di luarnya yang dapat mengganggu kesehatan orang.35 Apabila pengertian kesehatan di atas dihubungkan dengan perempuan, amak akan berkaitan dengan alat-alat repoduksi, fungsi-fungsinya, serta prosesproses bagi berlangsungnya fuungsi-fungsi tersebut. Ini merupakan kaitan yang
31
Surietna, Nina, dr, Bimbingan Seks Suami isteri Pandangan Islam dan Medis, Penerbit PT Remaja Rosdakarya, Bandung, Oktober 2000, ha. 36 32 Ibid, hal.37 33 Ibid 34 Ibid 35 Pangkahila, Wimpie, Prof, Dr, dr, Membina Keharmonisan Kehidupan Seksual, PT. Intisari Mediatama, Jakarta, Agustus 1999, hal. 40
52
wajar, mengingat persoalan kesehatan reproduksi merupakan hal sangat krusial bagi perempuan. Dengan demikian, kesehatan perempuan merupakan keadaan jasmani dan rohani yang tidak berpenyakit, utuh, bersih, dan terhindar dari hal-hal yang mengganggu system reproduksi, fungsi-fungsi, dan proses-prosesnya.36 Pengertian kesehatan reproduksi yang demikian luas akan membawa berbagai persoalan yang luas pula. Ia bisa menyangkut kesehatan alat-alat reproduksi perempuan produksi (masa remaja), ketika produksi (masa hamil dan menyusui) dan pasca produksi (masa menopause). 37 Persoalan-persoalan ini yang perlu mendapatkan perhatian dalam kesehatan reproduksi perempuan adalah mengenai pemenuhan kebutuhan seksualnya secara memuaskan dan aman, tidak dipaksa, hak-haknya untuk mendapatkan perlakuan yang baik dari semua pihak, baik dalam sector domestic maupun public, hak untuk mendapatkan informasi dan pelayanan kesehatan yang benar, dan seterusnya. Pada akhirnya, persoalan kesehatan reproduksi perempuan ini terpulang pada sikap semua orang pada makhluk jenis perempuan itu sendiri yang diciptakan sama dan setara dengan jenis makhluk yang lain. Kesehatan dengan begitu dapat berarti juga sehat secara sosial. Agama Islam, sesuai dengan namanya, memberikan perhatian yang sangat serius terhadap masalah kesehatan dalam artinya yang luas, sebagaimana 36
Ibid Ditjen Bimas Islam dan Penyelengaraan Haji Departemen Agama RI, Pedoman Konseling Perkawinan, (Jakarta, Ditjen Bimas Islam dan Penyelengaraan Haji Departemen, 2004), hal. 56. 37
53
diungkapkan di muka. Bahkan, dapat diakatan bahwa seluruh ajaran Islam diarahkan dalam rangka mewujudkan kehidupan manusia, baik laki-laki maupun perempuan, secara personal maupun sosial, yang sehat secara jasmani dan rohani. Sebab, kesehatan jasmani dan rohani menjadi syarat bagi tercapainya suatu kehidupan yang sejahtera di dunia dan kebahagiaan di akhirat. Sebagaimana yang selalu disampaikan dalam doa kaum muslim : Artinya : " Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka". Oleh Karena itu, aturan-aturan yang ada dalam agama ini selalu mengarah bagi tercapaiunya tujuan dan cita-cita tersebut. Secara lebih khusus, perhatian Islam terhadap masalah kesehatan reproduksi sedemikian rupa besarnya, bahkan mungkin oleh sebagian orang dapat dikesankan sebagai berlebihan. Misalnya, Islam melarang perempuan dan lakilaki berdua di tempat yang sepi, kecuali ada mahram :
Artinya : "Dari Abdullah bin Abbas ra.. bahwa beliau mendengar baginda Nabi SAW berkhutbah dan berkata : "Janganlah sekali-kali seorang lelaki berdua-duaan dengan seorang perempuan di tempat sepi, kecuali ada mahram baginya (perempuan)". (Riwayat Al-Bukhari)38
38
Al-Bukhari, Ash-Shahih, Kitab: an_nikah, No. Hadits: 4935, juz V hal. 2005. Lihat Ibnu alAtsir, Jami'al-Ushul, juz VI, hal.18.
54
Larangan Nabi SAW ini tidak lain merupakan tindakan preventif bagi terjadinya perbuatan lain yang sangat terlarang, yaitu suatu hubungan sekseual di luar pernikahan atau perzinahan. Pada sisi lain, Islam menganjurkan mereka untuk segera kawin jika sudah menginginkannya terhadap laki-laki muda misalnya, hadits Nabi SAW menyatakan :
Artinya : ”Hai kaum muda, jika di antara kamu sudah ada kesiapam untuk kawin, maka kawinlah. Karena (kawin) itu akan dapat menundukkan pandangan matamu dan lebih dapat menjaga alat reproduksimu (agar sehat)". (Riwat Al-Bukhari dan Muslim).39 Terhadap perempuan Nabi SAW mengatakan :
Artinya : "Jika ada orang (laki-laki) yang kamu senang atas agamanya dan kahlaknya datang ,melamar (anak perempuanmu), maka kawinkanlah. Jika tidak, maka dikhawatirkan akan trjadi fitnah dan kerusakan besar di muka bumi". (Riwayat At-Turmudzi)40. Perhatian dewasa ini masyarakat terhadap aspek prevensi di atas semakin hari semakin longgar, bahkan mengarah pada sikap permisif. Pergaulan pemuda-
39
Al-Bukhari, Ash-Shahih, Kitab: an_nikah, No. Hadits: 4778, juz V hal. 1950. Lihat Ibnu alAtsir, Jami' al-Ushul, juz XII, hlm. 122. 40 At-Turmudi, As-Sunan, Kitab: an-Nikah, No, Hadits: 1084, juz III, hal. 394
55
pemudi terasa semakin bebas, baik dalam bercinta maupun dalam melakukan hubungan seksual. Oleh karena itu, dampak-dampak yang ditimbulkannya juga semakin luas, beberapa di antaranya adalah kehamilan yang tidak dikehendaki (unwated pregnancy), aborsi, dan timbulnya berbagai macam penyakit kelamin, bahkan belakangan berkembang HIV/AIDS. Melihat itu semua, adalah kewajiban semua pihak untuk memberikan perhatian lebih serius terhadap persoalan ini guna melindungi kesehatan reproduksi perempuan secara lebih dini. Kesehatan yang dijaga secara baik sejak orang menginjak masa remaja, akan memungkinkan dia dapat menjalankan fungsi reproduksinya secara sehat dan bertanggung jawab. Perkawinan yang dianjurkan oleh Islam tersebut dimaksudkan pertamatama sebagai cara sehat dan bertanggung jawab mewujudkan cinta kasih antara laki-laki dan perempuan. Ini secara jelas dinyatakan dalam Al-Qur'an Surah ArRuum (64) : 21:
21 30
Artinya : "Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir". (QS. 30:21)
56
Pernikahan merupakan salah satu sunnatullah yang berlaku pada semua makhluk-Nya, baik manusia, hewan, maupun tumbuh-tumbuhan.41 Allah SWT, berfirman QS. Adz-Dzaariyaat (51):49:
49 51
Artinya : "Dan segala sesuatu Kami ciptakan berpasang-pasangan supaya kamu mengingat akan kebesaran Allah". (QS. 5):49) Firman Allah SWT, QS. Yasiin (36):36.
36 36 Artinya:
"Maha Suci Rabb yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa yang tidak mereka ketahui". (QS. 36:36)
Pernikahan merupakan cara yang dipilih Allah sebagai jalan bagi manusia untuk beranak, berkembang biak, dan melestarikan kehidupannya, setelah masing-masing pasangan siap melakukan peranannya yang positif dalam mewujudkan tujuan pernikahan.42 Allah SWT, berfirman QS. An-Nisaa' (4) :1.
1 4
41
Syyid Sabiq, Terjemah Fiqih Sunnah, Pena Pundi Aksara, Jakarta, tahun 2006, Cet.I, hal:
42
Ibid
477
57
Artinya : "Hai sekalian manusia, bertaqwalah kepada Rabb-mu yang telah menciptakan kamu dari yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan isterinya; dan daripada keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertaqwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silatur-rahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu". (QS. 4:1) Tuhan tidak mau menjadikan manusia seperti makhluk lain, yang hidup bebas mengikuti nalurinya dan berhubungan antara jantan dan betinanya secara anarki tanpa adanya satu aturan. Oleh karena itu, untuk menjaga kehormatan dan kemuliaan manusia, Allah wujudkan hukum yang sesuai dengan martabatnya. Sehingga hubungan antara laki-laki dan perempuan diatur secara terhormat dan berdasarkan saling ridhai, dengan upacara ijab qabul sebagai lambing dari adanya rasa saling meridhai serta dihadiri oleh para saksi yang menyaksikan bahwa kedua pasangan tersebut telah saling terkait. Bentuk pernikahan ini telah memberikan jalan aman pada naluri (seks), memelihara keturunan dengan baik dan menjaga kaum perempuan menjadi laksana rumput yang bisa diamakan oleh binatang ternak dengan seenaknya. Peraturan seperti inilah yang diridhai Allah dan diabadikan Islam untuk selamanya, sedangkan yang lainnya dibatalkan.43 Nikah secara etimologi berarti pengumpulan dan penghimpunan atau bisa dikatakan suatu tentang perbuatan bersetubuh dan sekaligus akad. Dalam terminology syar'i, nikah didefininisikan sebagai akad tazwij, yakni suatu ikatan
43
Ibid, 478
58
khusus yang memperbolehkan seorang laki-laki melanjutkan istimta', (bersenang) dengan perempuan dengan cara jima', menyentuh, mencium, dll. 44 Dalam pengertian yang transparan, nikah bisa didefinisikan sebagai suatu ikatan perjanjian yang secara lebih khusus legalitasnya dibentuk oleh syar'i (Allah dan Rosul) dengan tujuan supaya mempelai laki-laki mendapatkan hak kepemilikan terhadap mempelai wanita dalam istimta', sedangkan di pihak wanita mendapatkan izin resesi (halal) baginya istimta' dengan si lelaki.45 Merupakan suatu hal yang sudah disepakati oleh seluruh ahli fiqih berikut kepakaran ijtihadnya, bahwa ideology Islam dalam ketentuan-ketentuan hukum (syari'at) yang prinsipya mengatur berbagai segi pembentukan, pembinaan da reformasi sekaligus seluruh aspek kehidupan masyarakat baik yang berhubungan dengan masalah Akidah, Ibadah dan Akhlak sebagaimana yang berkaitan pula dengan pernikahan. al-qur'an memposisikan pernikahan sebagai sesuatu yang sakral dimana di dalamnya terkandung nilai-nilai vertical maupun horizontal. Hal ini merupakan upaya sistematis untuk menciptakan kehidupan manusia yang beradab (civilized) di muka bumi ini dan jauh dari praktek kebinatangan.46 Sebagai legalitasnya Al-Qur'an telah memberikan legitimasi lembaga pernikahan secara tegas yang terbaca dalam banyak ayat :
44
Forum Kajian Ilmiyah Pon.Pes. Hidayatul Mubtadi'in Lirboyo, Esensi Pemikiran Mujtahid,Purna Siswa III Aliyah, Lirboto Kediri, Jawa Timur, tahun 2003, hal: 255 45 Ibid, 256 46 Ibid, hal: 255
59
Firman Allah SWT, QS. Al-Furqoon (25):54.
54 25 Artinya : "Dan Dia (pula) yang menciptakan manusia dari air, lalu Dia jadikan manusia itu (punya) keturunan dan mushaharah dan adalah Rabbmu Maha Kuasa." (QS. 25:54)
Firman Allah SWT, QS. An-Nuur (24):32.
32 24
Artinya:" Dan nikahkanlah orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang patut (menikah) dari hamba-hamba sahayamu yang perempuan. Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kurnia-Nya. Dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui". (QS. 24:32) Firman Allah SWT, QS. An-Nisaa' (4):3.
3 4
Artinya : " Dan jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil terhadap (hakhak) perempuan yatim (bilamana kamu menikahinya), maka nikahilah wanita-wanita (lain) yang kamu senangi: dua, tiga, atau empat. Kemudian jika kamu takut tidak akan dapat berlaku adil, maka (nikahilah) seorang saja, atau budak-budak yang kamu miliki. Yang demikian itu adalah lebih dekat kepada tidak berbuat aniaya". (QS. 4:3)
60
d. Perkembangan Sosial Bagi Remaja Manusia adalah makhluk sosial. Tidak ada seorang pun yang sanggup hidup tanpan tergantung kepada masyarakat di sekitarya. Manusia hidup mulai dari dalam kandungan, kemudian melalui tahapan-tahapan; kanak-kanak, remaja, dewasa dan tua, selalu membutuhkan atau bergantung kepada lingkungan sosialnya. Bayi, bahkan sejak dari janin dalam kandungan, membutuhkan pemeliharaan orang tua, atau lebih tepat ibunya. Bila kanak-kanak sangat membutuhkan perhatian, pendidikan dan kasih saying dari kedua orang tuanya, maka remaja membutuhkan bimbingan dan tauladan, agar mereka dapat melalui masa-masa goncang dengan sukses. Sementara itu, mereka yang telah dewasa akan mencari pasangan hidup yang akan mendampinginya dan menjadi teman dalam mengarungi kehidupan ini. Bagaimana remaja mengadakan interaksi dengan lingkungan sosialnya, mulai dari hubungan dengan orang tua/keluarga, hubungan dengan guru dan sekolah, hubungan dengan teman-teman sebaya dan hubungan dengan orang dewasa lainnya. a. Kebutuhan Remaja Kebutuhan primer atau kebutuhan fisik remaja pada umumnya tidak banyak bedanya dari kebutuhan anak-anak. Sesungguhnya kebutuhan kejiwaan remaja banyak dipengaruhi oleh lingkungan dan kebudayaan masyarakat di mana ia tinggal. Sebetulnya remaja memerlukan kebutuhan-
61
kebutuhan tertentu yang sesuai dengan perkembangan emosinya. Dibawah ini diuraikan secara rinci beberapa kebutuhan yang diinginkan oleh remaja. b. Kebutuhan Akan Pengendalian Diri. Remaja
membutuhkan
pengendalian
diri,
karena
dia
belum
mempunyai pengalaman yang memadai untuk itu. Dia sangat peka, karena pertumbuhan fisik dan seksual yang berlangsung dengan sepat. Sebai akibat dari pertumbuhan fisik dan seksual yang cepat itu, terjadi kegoncangan dan kebingungan dalam dirinya, khususnya lagi dalam pergaulan dengan lawan jenis. Di hawatirkan dorongan seks yang sangat dirasakan membuatnya berprilaku kurang pantas menurut penilaian masyarakat. Di samping itu remaja merasa fisiknya sudah seperti orang dewasa, sehingga dia merasa aman.47 Oleh karena itu ia perlu memperkuat kendali, terhadap kelakuan yang dituntut oleh masyarakat. Mungkin juga dia hilang kendali terhadap kelakuan dan tindakannya, atau mungkin juga ia condong kepada menyendiri dan menutup diri. Di samping itu remaja merasa bahwa fisiknya sudah seperti orang dewasa, sehingga dia merasa harus bertingkah laku seperti orang dewasa, agar dapat merasa aman. Oleh karena itu aia perlu memperkuat kendali, terhadap kelakuan yang dituntut oleh masyarakat.
47
19
Prof. DR. Zakiah Darajat, Remaja; Harapan dan Tantangan, CV. Ruhama, Cet. 2001, hal.
62
c. Kebutuhan Akan Kebebasan Kebebasan emosional dan materi merupakan kebutuhan remaja pula pada masa-masa ini. Tidak diragukan lagi, kematangan fisik mendorong remaja untuk berusaha mandiri dan bebas dalam mengambil keputusan untuk dirinya, sehingga dia dapat mencapai kematangan emosional yang terlepas dari emosi orang tua dan keluarganya. Mereka memerlukan kebebasan. Akan tetapi sebaliknya, remaja masih memerlukan orang tua, terutama dari segi materi dan emosi. Oleh karena itu, kebutuhan remaja sering bertentangan satu sama lain. Jika hal itu tidak terealisasi, mungkin saja remaja itu akan mengalami konflik kejiwaan.48 d. Kebutuhan Akan Rasa Kekeluargaan Kebutuhan
remaja
yang
bertentangan
satu
sama
lain
itu,
menyebabkannya merasa tidak aman, di mana keinginannya untuk mandiri dan bebas berlawanan dengan kebutuhan untuk bergantung kepada orang tua. Hilangnya rasa aman, menimbulkan suatu dorongan baru, yaitu kebutuhan akan rasa kekeluargaan, artinya dia adalah bagian daru keluarganya, dan bangga dengan keluarga tersebut. Kebutuhan akan rasa kekeluargaan ini berkembang dan tidak terbatas pada keluarga saja, tetapi juga pada kelompok teman sepermainan.49
48 49
Ibid, hal. 20 Ibid, hal. 21
63
e. Kebutuhan Akan Penerimaan Sosial Remaja membutuhkan rasa diterima oleh orang-orang dalam lingkungannya, di rumah, di sekolah atau dalam masyarakat di mana dia tinggal. Merasa diterima oleh orang tua dan keluarga, merupakan factor penting untuk mencapai rasa diterima oleh masyarakat. Maka penerimaan sosial, menjamin rasa aman bagi remaja, karena ia merasa bahwa ada dukungan dan perhatian dari mereka, dan hal ini merupakan motivasi yang baik baginya untuk lebih sukses dan berhasil. Penerimaan sosial mempunyai peranan yang bersar dalam menciptakan kemantapan emosi pada semua umur. Kebutuhan akan penerimaan itu merupakan salah satu factor penting untuk mencapai penyesuaian sosial.50 f. Kebutuhan Akan Penyesuaianan Diri Penyesuaian diri dibutuhkan oleh setiap orang dalam tahap pertumbuhan manapun, dan lebih dibutuhkan pada usia remaja, karena pada usia ini remaja banyak mengalami kegoncangan dan perubahan dalam dirinya. Hasil beberapa penelitian yang dilakukan untuk mengetahui ciri-ciri kepribadian orang yang memiliki penyesuaian sosial adalah anatara lain: suka bekerja sama dengan orang lain dalam suasana saling menghargai, adanya keakraban, empati, disiplin diri terutama dalam situasi sulit dan berhasil dalam sesuatu hal di antara kawan-kawannya. Dan sebaliknya, cirri-ciri orang yang tidak bisa menyesuaikan diri di antaranya: suka menonjolkan diri, 50
Ibid, hal; 21
64
menipu, egois, suka bermusuhan, merendahkan orang, buruk sangka dan sebagainya.51 g. Kebutuhan Akan Agama dan Nilai-nilai Kebutuhan
remaja
kadang-kadang
tidak
dapat
dipenuhi
bila
berhadapan dengan agama, nilai-nilai sosial dan adapt kebiasaan, terutama apabila pertumbuhan sosialnya sudah matang, yang seringkali mengusai pikiran dan kehidupannya. Pertentangan tersebut semakin menajam bila remaja berhadapan dengan berbagai situasi, misalnya film yang menayangkan penampilan yang tidak sopan, mode pakaian yang seronok, buku-buku bacaan, majalah, Koran yang sering menyajikan gambar tanpa mengindahkan kaidah moral dan agama. Semuanya itu menyebabkan remaja semakin membutuhkan pemahaman akan ajaran agama, nilai-nilai akhlak, serta nilainilai sosial, untuk membantunya dalam melawan pengaruh dan dorongan buruk, sebagai akibat dari situasi seperti tersebut di atas.52
C. Permasalahan bagi Remaja Usia Nikah Rentan usia yang digunakan untuk masa remaja ini adalah antara 13-21 tahun, yaitu ketika seorang anak perempuan telah mengalami haid pertama dan seorang anak laki-laki mengalamai mimpi basah (sekitar pertengahan masa
51 52
Ibid, hal: 22 Ibid, hal:23
65
puberitas), sampai seorang anak mampu menerima tanggung jawab dari peran yang diharapkan lingkungan padanya.53 Pada masa ini ada beberapa perilaku yang menonjol pada sebagian besar remaja, sehingga orang kemudian sering mengatakan masa remaja itu sebagai berikut: 54 1. Masa Penting Perkembangan fisik yang cepat disertai dengan perkembangan mental yang cepat pula, terutama pada awal masa remaja. Keadaan ini menuntut adanya penyesuaian mental dan perlunya sikap, nilai dan minat baru. 2. Masa Peralihan Peralihan berarti melanjutkan perkembangan dari suatu tahap ke tahap berikutnya.
Segala
sesuatu
yang
terjadi
sebelumnya
akan
terus
membekasbpada masa sekarang dan masa yang akan datang. Pada saat seorang anak beralih dari masa kanak-kanak ke masa dewasa, anak-anak harus “meninggalakan segala sesuatu yang bersifat kanak-kanak” da ia harus mempelajari pola perilaku dan sikap baru yang sesuai dengan tuntutan pada masa tersebut.
53
Direktorat Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syari’ah, Tuntunan Keluarga Sakinah Bagi Remaja Usia Nikah Seri Psikologi, (Jakarta: Direktorat Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syari’ah, 2006), hal.32. 54 Direktorat Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syari’ah, Tuntunan Keluarga Sakinah Bagi Remaja Usia Nikah Seri Psikologi, (Jakarta: Direktorat Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syari’ah, 2006), hal.36
66
3. Masa Bermasalah Setiap tahap perkembangan memiliki masalah tersendiri, namun masalah pada masa remaja sering menjadi masalah yang sulit diatasi baik oleh anak laki-laki atau anak perempuan. Terdapat dua alasan bagi kesulitan itu, Pertama, sepanjang masa kanak-kanak, masalahmu sebagian diselesaikan oleh orang tua dan guru-guru, sehingga kebanyakan remaja tidak berpengalaman dalam mengatasi masalah. Kedua, kamu ingin menjadi lebih mandiri atau ingin dianggap sudah mandiri, sehingga kamu mencoba mengatasi masalah-masalahmu sendiri dan menolak bantuan orang tua serta guru-guru. 4. Masa Perubahan Tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku selama masa remaja sejajar dengan tingkat perubahan fisik. Selama awal masa remaja, ketika perubahan fisik terjadi dengan pesat, perubahan perilaku dan sikap juga berlangsung pesat. Kalau perubahan fisik menurun maka perubahan sikap dan perilaku menurun juga. Ada empat perubahan yang mempengaruhi meningginya emosi pada masa ini, yaitu55: a. Meningginya emosi, yaitu intensitasnya bergantung pada tingkat perubahan fisik dan psikologisnya yang terjadi. Ada beberapa kondisi yang mempengaruhi meningginya emosi pada masa ini, yaitu: 55
hal:63
Zakiah Darajat, Membina Nilai-Nilai Moral di Indonesia, PT. Bulan Bintang, Jakarta:1985,
67
1) Penyesuaian diri dengan lingkungan baru. 2) Harapan sosial tentang tingkah laku yang lebih matang. 3) Aspirasi yang kurang realitas. 4) Penyesuaian sosial dengan teman lain jenis. 5) Teman yang berlawanan jenis sungguh merupakan hal yang membingungkan bagi remaja 6) Masalah sekolah. 7) Masalah pekerjaan. 8) Adanya halangan untuk melakukan keinginannya. 9) Hubungan Keluarga yang kurang menyenangkan. 10) Timbulnya masalah baru karena terjadi perubahan pada tubuh, minat dan berperan yang diharapkan oleh kelompok sosial. b. Nilai-nilai berubah dengan berubahnya minat. c. Sebagian besar remaja bersikap ambivalen terhadap setiap perubahan. Masalah yang sering dihadapi remaja usia nikah, terkait dengan masa puberitas yang dihadapi, dikarenakan kematangan alat-alat reproduksi biasanya disertai pula oleh perubahan-perubahan perilaku. Perubahan perilaku pada diri seorang anak bukan berarti perilakunya menjadi matang pada saat itu, namun lebih tepat bila dikatakan perubahan tersebut merupakan proses menuju kematangan prilaku, hal ini telah dijelaskan pada kesehatan dalam pandangan Islam di atas.
68
Dalam gejolak perubahan psiko-bio-sosio remaja dapat terjadi hal-hal berakibat buruk yang menyimpang dari ketentuan-ketentuan agama dan moral terutama bagi remaja-remaja yang tidak memperoleh pengetahuan dan pendidikan tentang proses, gejala masalah kermajaan seperti : Pada remaja laki-laki dapat terjadi :56 a. Mimpi basah, ini adalah yang normal, namun dapat menggelisahkan bila terjadi sering. b. Onani, mastirbasi, merancap, yaitu merangsang penisnya dengan tangan, yang mungkin dikhayalkan sebagai pengganti vagina yang diimpikan, sehingga mengeluarkan mani. Allah SWT berfirman di dalam QS. An-Nuur (24):30.
30 24
Artinya : "Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandanganya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat".(QS. 24:30) c. Homoseks, yaitu mencapai kesenangan seksual dengan jenis yang sama.
56
Direktorat Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syari’ah, Tuntunan Keluarga Sakinah Bagi Remaja Usia Nikah Seri Psikologi, (Jakarta: Direktorat Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syari’ah, 2006), hal.36
69
d. Berpacaran,
suatu
kebudayaan
yang
mungkin
dipengaruhi
oleh
kebudayaan barat. Islam melarang berpacaran berdua-duaan, karena ia akan membawa kepada zina, Allah SWT berfirman QS. Al-Israa' (17):32.
32 17 Artinya:
"Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk. (QS. 17:32)
e. Narkotika, yaitu mengkonsumsi obat-obatan terlarang yang dapat merusakan penggunanya. Hal-hal yang terdapat terjadi pada remaja wanita antara lain ialah:57 a. Mimpi malam b. Masturbasi, merangsang alat kelamin dengan tangan atau alat. c. Lesbianisme, yaitu homosek pada wanita. d. Pelacuran. e. Narkotika.
57
Ibid
BAB IV HASIL PENELITIAN
A. Profil Respondens 1. Peta Dan Keadaan Wilayah BP4 Kota Jakarta Selatan
Luas wilayah kota Jakarta Selatan 145,73 km. Letak geografis kota Jakarta Selatan , terletak pada1; Bujur
106.00
°
45.00
'
-
"
BT
s.d
-
°
- ' -
"
-
Lintang
6.00
°
15.00
'
40.80
"
LS
s.d
-
°
- ' -
"
-
1
http/geogle/1/3/2010
70
71
Badan Penasehatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4) Kota Jakarta Selatan merupakan salah satu BP4 yang berada di wilayah Provinsi DKI Jakarta, yang teridiri dari 10 (sepuluh) Kecamatan , yaitu : 1. Kecamatan Setia Budi 2. kecamatan Pancoran 3. Kecamatan Mampang Prapatan 4. Kecamatan Pasar Minggu 5. Kecamatan Jagakarsa 6. Kecamatan Kebayoran Baru 7. Kecamatan Kebayoran Lama 8. Kecamatan Tebet 9. Kecamatan Pesanggrahan 10. Kecamatan Cilandak
2. Visi Dan Misi BP4 Kota Jakarta Selatan Dalam menjalankan tugasnya Badan Penasehatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan BP4 Kota Jakarta Selatan. Memiliki visi dan misi, yaitu2 Visi "TERWUJUDNYA KELUARGA SAKINAH, MAWADDAH WA RAHMAH"
2
Badan Penasehatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan,Profil BP4 Kota Jakarta Selatan tahun 2009, hal. 6
72
Misi: a. Meningkatkan kualitas konsultasi perkawinan, mediasi, dan advokasi; b. Meningkatkan pelayanan terhadap keluarga yang bermasalah melalui kegiatan konseling, mediasi dan advokasi; c. Menguatkan
kepasitas
kelembagaan
dan
SDM
BP4
dalam
rangka
mengoptimalkan program dan pencapaian tujuan.
3. Susunan Organisasi Dan Tugas Pokok Organisasi BP4 Kota Jakarta Selatan Mengenai susunan organisasi kepengurusan pada BP4 Kota Jakarta Selatan, seperti yang tertuang dalam hasil Muswil BP4 Kota Jakarta Selatan, yaitu;3 Pembina
: 1. Walikotamadya Jakarta Selatan 2. Kepala Kandepag Kotamadya Jakarta Selatan 3. Ketua Pengadilan Agama Kotamadya Jak-Sel
Penasihat
: 1. Kasudin Kesehatan Masyarakat Kota Jak-Sel 2. Kasudin Pelayanan Kesehatan Kota Jak-Sel 3. Kepala BKKBN Kota Jakarta Selatan 4. Kabag. Adm. Kesmas Sekretariat Kota Jak-Sel 5. Kepala Pusbinroh Kota Jakarta Selatan 7. Ketua Dharma Waita Sub Unit Kandepag Kota Jakarta Selatan 8. Ketua Tim Penggerak PKK Kota Jak-Sel
3
Badan Penasehatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan,Profil BP4 Kota Jakarta Selatan tahun 2009, hal. 12
73
Ketua
: Kasi Urusan Agama Islam Kandepag Jak-Sel
Wakil Ketua I
: Kasubag TU Kandepag Kota Jak-Sel
Wakil Ketua II
: Hj. Maryam Muhammad
Sekretaris
: Emma Fatmayani Sari, S.Ag
Wakil Sekretaris I : Syarifudin, S.Pd Wakil Sekretaris II : Drs. H. Dawami Bendahara
: Sri Purwaningsih, SH
Wakil Bendahara
: Antoni Aziz, SE
Tugas Pokok Organisasi BP4 Kota Jakarta Selatan :4 I. Pendidikan Keluarga Sakinah dan Pengembangan SDM
: 1. Zulkifli, S.Ag 2. Drs. Abul Farid 3. Hj. Siti Asiah, S.Ag
II. Konsultasi Hukum & Perkawinan
: 1. Ismail Fahmi, S.Ag 2. Drs. H. Endang Ismail 3. Drs. H. Abd. Rasyid
III. Penerangan
: 1. Drs. H. Moh. E. Charta AS 2. Khesar Erwindo 3. Yusuf, S.Pd
IV. Penasihatan Perkawinan & Keluarga : 1. Drs. Hj. Endah Nina K.MA 2. Dra. Hj. Syahriah 3. Hj, Wismal, S.Ag 4
Ibid, hal.16
74
V. Pembinaan Ibu Teladan / Keluarga
: 1. Ketua Muslimat NU. Kota Jak-Sel 2. Ketua Aisyiah Kota Jak-Sel 3. Sri Budiarti, S.Sos
VI. Bidang Usaha
: 1. Darmawan 2. Ajeng Widuri 3. Sru Budiarti, S.Sos
V. Staf Sekretariat
: 1. Andayani, SE 2. Diny Rosdiani, SE
Badan Penasihatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4) adalah Badan yang bertugas untuk meningkatkan mutu perkawinan dan mewujudkan rumah tangga atau keluarga bahagia sejahtera. Untuk tercapainya tujuan tersebut berfungsi meberikan pelayanan kepada masyarakat, baik dalam bentuk bimbingan prasakinah, saat pernikahan dan bimbingan terhadap krisis rumah tangga. BP4 kota Jakarta Selatan membentuk Petugas Konsultan. Adapun Petugas Konsultan BP4 Kota Jakarta Selatan dimaksud, yaitu: a. Drs. H. Endang Ismail b. Drs. H. A. Nasuha c. Dra. Aminah d. Dra. Hj. Endah Nina K, M.Ag e. Hj. Asita S. Irisari, S.Psy f. Drs. H. Farhan g. Drs. H. Zayadi M
75
B. Revitalisasi Badan Penasehatan Pembinaan dan Pelesatrian Perkawinan (BP4) Kota Jakarta Selatan Bagi Usia Nikah 1. Sasaran Konseling (BP4) Kota Jakarta Selatan bagi Remaja Usia Nikah. Diawali dengan didasari visi bangsa Indonesia adalah terwujudnya masyarakat Indonesia yang damai, demokratis, berkeadilan, berdaya saing, maju dan sejahtera dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang didukung oleh manusia Indonesia yang sehat, mandiri, beriman, bertakwa, berakhlak mulia, cinta tanah air, berkesadaran hukum dan lingkungan, mengusai ilmu pengetahuan dan teknologi, memiliki etos kerja yang tinggi serta disiplin. Di bidang pendidikan masalah yang dihadapi adalah berlangsungnya pendidikan yang kurang bermakna bagi pengembangan pribadi dan watak peserta didik, yang berakibat hilangnya kepribadian dan kesadaran akan makna hakiki kehidupan. Mata pelajaran yang berorientasi akhlak dan moralitas serta pendidikan agama untuk diberikan dalam bentuk latihanlatihan pengamalan untuk menjadi corak kehidupan sehari-hari. Karenanya masyarakat cenderung tidak memiliki kepekaan yang cukup untuk membangun
toleransi,
kebersamaan,
khususnya
dengan
menyadari
keberadaan masyarakat yang majemuk. Kehidupan beragama belum memberikan jaminan akan peningkatan kualitas keimanan dan ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa bagi masyarakat. Merebaknya penyakit sosial, korupsi dan sejenisnya, kriminalitas,
76
pemakaian obat terlarang, perilakau menyimpang yang melanggara moralitas, etika dan kepatutan, memberikan gambaran terjadinya kesenjangan antara perilaku formal kehidupan keagamaan dengan perilaku realitas nyata kehidupan keseharian. Penurunan peranan dan kualitas diri terjadi juga di kalangan generasi muda, kreativitas, kemauan dan kemampuan mengembangkan pemikiran dan melakukan kegiatan eksploratif, melakukan aksi sosial untuk berani tampil pada generasi muda mengalami hambatan sehingga pada akhirnya akan menghambat proses kaderisasi bangsa. Peningkatan upaya penanaman nilai-nilai keimanan. Ketaqwaan, dan akhlak mulia yang dilaksanakan melalui pendidikan formal dan pendidikan masyarakat telah menghasilkan pendidikan keagamaan sebagai ilmu belum sebagai nilai luhur yang harus diamalakan, dihayati dan dikembangkan untuk memupuk ketajaman dan kemurnian hati
nurani
dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Oleh karena itu pendidikan agama dalam lingkup keluarga sebagai proses internalisasi nilai-nilai keimanan, ketaqwaan dan akhlak mulia harus senantiasa ditingkatkan. Atas dasar pertimbangan itu, pemerintah senantiasa berupaya mengembangkan suatu program sinergis yang berkembang luas di masyarakat antara pembangunan ekonomi, upaya pengentasan kemiskinan, pembangunan keluarga, pembangunan pendidikan dan pembangunan agama dipadukan dengan peningkatan penanaman nilai-nilai keimanan, ketaqwaan dan akhlak
77
mulia dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dalam bentuk Pembinaan Keluarga Sakinah. Badan Penasehatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4) Kota Jakarta Selatan, dalam menghapi tugas yang membentang di hadapan BP4 adalah upaya menanamkan nilai-nilai keimanan, ketaqwaan dan akhlaqul karimah dalam lingkungan keluarga serta berusaha mewujudkan penenaman nilai dalam peningkatan Keluarga Sakinah. Memiliki program kerja tehadap remaja usia nikah dengan membagi 2 (dua) klasifikasi sasaran konseling bagi remaja usia nikah:5 a. Remaja Usia Nikah Sekolah. Pria atau wanita dalam usia remaja, masa sekolah mereka berada pada tingkat pendidikan sekolah menengah tingkat atas atau perguruan tinggi. Pada kondisi ini remaja dianggap sebagai usia yang mendekati usia kawin, maka pemberian nasihat kepada kaum remaja tentang persiapan perkawinan perlu diberikan dengan cara yang lebih halus namun serius dan ilmiah dengan menjauhkan mereka dari tanggapan atau citra yang bersifat porno. Selaian di sekolah didapati pula remaja usia kawin itu di dalam pergaulan karang taruna, pengajian remaja masjid, gerakan pramuka dan 5
Badan Pensehatan Pembinaan Pelestarian Perkawinan, Hasil Musyawarah Wilayah BP4 Kota Jakarta Selatan Tahun 2009, Badan Pensehatan Pembinaan Pelestarian Perkawinan (BP4) Jakarta Selatan, 2009, hal. 28
78
organisasi kepemudaan lainnya. Disamping kegiatan mereka yang banyak, BP4 Kota Jakarta Selatan memandang sangat perlu dilengkapi dengan kegiatan, yaitu dengan cara kegiatan ceramah yang memberikan nasihat dan tuntunan sebagai persiapan mereka kelak menuju jenjang perkawinan. b. Remaja Usia Nikah Menuju Sakinah Sebagaimana diketahui bahwa perkawinan menurut pasal 1 Undang-undang Nomor 1 tahun 1974, ikatan lahir batin antra seorang pria dan wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang behagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Perkawinan pada dasarnya suatu peristiwa yang menyenangkan, apalagi jika perkawinan tersebut adalah buah cinta dari hubungan yang sudah dijalin lama oleh pasangan yang bersangkutan. Terhadap pasangan yang demikian, banyak nasihat atau pesanpesan yang bias disampaikan oleh penasihat, suasana suka cita gembira dan penuh rasa cinta tersebut perlu dimanfaatkan oleh Penasihat dengan sebaik-baiknya, dan klien pasang seperti ini adalah yang terbanyak dihadapi oleh para penasihat. Badan Penasihatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4) Kota Jakarta Selatan, dalam memberikan pembinaan dan pembekalan terhadap remaja usia nikah dalam hal ini adalah remaja yang menuju pernikahan, memiliki program terhadap remaja yaitu:
79
"Mengadakan kegiatan kursus calon penganti (Suscatin), yang diadakan pada setiap Kantor Urusan Agama Kecamatan Kebayoran Baru, Kota Jakarta Selatan".
2. Metode Konseling BP4 Kota Jakarta Selatan bagi remaja usia nikah Merriage Counseling atau konseling perkawinan adalah semacam psikoterapi singkat yang berhubungan dengan masalah interpersonal atau antar pribadi, di mana masalah utamanya adalah mengenai hal ikhwal perkawinan.6 Sekurang-kurangnya ada lima unsure sebagai persyaratan suatu penasehatan atau bimbingan perkawinan, yaitu: a. Yang dinasehati atau yang membutuhkan bimbingan; b. Adanya suatu permasalahan atau problem; c. Penasehat atau counselor; d. Pensehatan atau pembinaan; e. Saran
sebagai
perangkat
penunjuang
keberhasilan
penasehatan
perkawinan.7
6
Al-Irsyad 'an Nafsiy: Konseling Agama Teori dan Kasus, Jakarta, Bina Rena Pariwara, 2002, hal. 33 7 Deparetemen Agama RI Ditjen Bimas Islam dan Penyelenggaraan Haji, Pedoman Konseling Perkawinan, Deparetemen Agama RI Ditjen Bimas Islam dan Penyelenggaraan Haji, tahun 2004, hal. 13
80
Badan Penasehatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4) kota Jakarta Selatan, dalam melaksanakan pembinaan ataupun konseling terhadap remaja usia nikah, memiliki beberapa metode dalam penerapannya, yaitu:8 a. Wawancara atau dialog khusus; b. Wawancara atau dialog umum; c. Kunjuungan rumah (home-visit). Dalam hal sarana dan fasilitas penasehatan yang dibutuhkan ketika memberikan pembinaan terhadap remaja usian nikah, BP4 kota Jakarta Selatan mengadakan sarana dan peralatan yang menunjuang keberhasilan penasehatan, seperti:9 Fisik
Non Fisik
a. Ruang kantor;
a. Organisasi dan tata kerja;
b. Ruang penasehatan;
b. juklak penasehatan;
c. Peralatan mobilitas;
c. buku dan fomulir;
d. Peralatan optic.
d. perpustakaan kerja.
8
Badan Pensehatan Pembinaan Pelestarian Perkawinan, Hasil Musyawarah Wilayah BP4 Kota Jakarta Selatan Tahun 2009, Badan Pensehatan Pembinaan Pelestarian Perkawinan (BP4) Jakarta Selatan, 2009, hal. 32 9 Badan Pensehatan Pembinaan Pelestarian Perkawinan, Hasil Musyawarah Wilayah BP4 Kota Jakarta Selatan Tahun 2009, Badan Pensehatan Pembinaan Pelestarian Perkawinan (BP4) Jakarta Selatan, 2009, hal. 39
81
3. Revitalisasi BP4 dalam Upaya Pembinaan bagi Remaja Usia Nikah Masa Sekolah. Melalui bidang administrasi dan organisasi Badan Penasehatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4) Kota Jakarta Selatan, dalam upaya melakukan pembinaan sebagai wujud penanganan terhadap malasah yang dihadapi remaja usia nikah masa sekolah, yaitu melakukan beberapa hal; Meningkatkan kegiatan terpadu dengan instansi pemerintah terkait dan oragnisasi / lembaga sosial kemasyarakatan antara lain:10 a. BP4 Kota Jakarta Selatan dalam hal pelaksanaan bimbingan dan penyuluhan bagi remaja usia nikah siswa / siswi Kls III SLTA dengan materi Undang-undang Perkawinan Penyuluhan Keluarga Sakinah dan Penanggulangan narkoba se Jakarta Selatan. b. Menyelenggarakan penyuluhan bahaya penyakit AIDS, penyalahgunaan narkoba dan miras kepada siswa / siswi dan mahasiswa dalam hal ini BP4 Kota Jakarta Selatan bekerjasama dengan Sudin Kesehatan Kota; Penyelenggaraan pembinaan dan penanggulangan bagi remaja usia nikah BP4 kota Jakarta Selatan, pada tahun 1995 diadakan sebanyak 10 kali dari 10 Kecamatan sebagai berikut;11
10
Badan Pensehatan Pembinaan Pelestarian Perkawinan, Laporan Tahunan BP4 Kota Jakarta Selatan 2009, Badan Pensehatan Pembinaan Pelestarian Perkawinan (BP4) Jakarta Selatan, 2009, hal. 15 11 Badan Pensehatan Pembinaan Pelestarian Perkawinan, Laporan Tahunan BP4 Kota Jakarta Selatan 1995, Badan Pensehatan Pembinaan Pelestarian Perkawinan (BP4) Jakarta Selatan, 1995, 55
82
No 1 2 3 4 5 6
Wilayah/Penyuluhan Kecamatan Mampang Kecamatan Pancoran Kebayoran Lama Kecamatan Pesanggrahan Kecamatan Srengsengsawah Kecamatan Tebet
Tanggal 04 Januari 1995 04 Januari 1995 11 November 1995 14 November 1995 22 November 1995 23 November 1995
Jumlah Siswa 79 53 100 97 150 67
Lokasi Penyuluhan SMAN 55 Duren Tiga SMEA Jamin Jaya SMEAN 25 SMA 90 MAN 7 SMA 97
JUMLAH
Ket
546
Gambar Data Kegiatan Penyuluhan Remaja Usia Nikah Masa Sekolah
Tahun 1996 BP4 Kota Jakarta Selatan, dalam hal penyuluhan yang diselenggarakan, sebagai berikut:12 No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
Wilayah/Penyuluhan Kecamatan Tebet Kecamatan Setia Budi Kecamatan Mp. Prapatan Kecamatan Ps. Minggu Kecamatan Kebayoran Baru Kecamatan Kebayoran Lama Kecamatan Cilandak Kecamatan Pancoran Kecamatan Jagakarsa Kecamatan Pesanggrahan
Tanggal 28 Oktober 1996 28 Januari 1996 29 Oktober 1996 29 Oktober 1996 30 Januari 1996 30 Januari 1996 31 Januari 1996 31 Oktober 1996 11 Nov' 1996 11 Nov' 1996
Lokasi Penyuluhan SMA 26 SMA 43 SMA 60 SMEA 4 SMA 6 SMEA Yanusa MA Miftahul Umam MA Al-Imabah SMEA Darussalam SMU 87
Jumlah Siswa 143 92 90 345 96 300 120 30 100 48
JUMLAH
Ket
1364
Gambar Data Kegiatan Penyuluhan Remaja Usia Nikah Masa Sekolah tahun 1996
12
Badan Pensehatan Pembinaan Pelestarian Perkawinan, Laporan Tahunan BP4 Kota Jakarta Selatan 1996, Badan Pensehatan Pembinaan Pelestarian Perkawinan (BP4) Jakarta Selatan, 1996, 55
83
4. Revitalisasi BP4 dalam Upaya Pembinaan bagi Remaja Usia Nikah Menuju Sakinah Lembaga BP4 Kota Jakarta Selatan berharap adanya suatu bekal bagi setiap pasang yang akan melangsungkan pernikahan nantinya. Sesuai dengan KMA 477 tahun 2005 tentang Pencatatan Nikah, Bab IX Akad Nikah pasal 18 ayat 3 "Dalam waktu 10 (sepuluh) hari sebelum Penghulu atau Pembantu Penghulu meluluskan akad nikah, calon suami istri dharuskan mengikuti kursus calon pengantin dari Badan Penasehatan, Pembinaan dan Pelesataria Perkawinan (BP4) setempat". Melalui suscaten ini BP4 kota Jakarta Selatan, memberikan pembekalan yaitu:13 a. Pengenalan Calon Pengantin (catin) mengenai Hukum Munakahat (Keluarga Islam). Hukum Agama, meliputi: 1) Syarat-syarat dan rukun nikah; 2) Akad nikah/ijab Kabul; 3) Mahram dan tingkatannya, b. Pengenalan Calon Pengantin (catin) mengenai UU Perkawinan. Pembinaan dalam kaitannya dengan Undang-undang perkawinan, meliputi: 13
Badan Pensehatan Pembinaan Pelestarian Perkawinan, Hasil Musyawarah Wialayah BP4 Kota Jakarta Selatan 2009, Badan Pensehatan Pembinaan Pelestarian Perkawinan (BP4) Jakarta Selatan, 2009, 55
84
1) Prinsip-prinsip Undang-undang perkawinan; 2) Tata cara nikah dan pencatatannya; 3) Pemeriksaan nikah dan pengumuman kehendak nikah; 4) Akad nikah; 5) Persetujuan, izin dan dispensasi; 6) Penolakan kehendak nikah; 7) Pencegahan dan pembatalan pernikahan; 8) Formulir nikah, c. Pembinaan mengenai mewujudkan keluarga sakinah. 1) Makna dan tujuan perkawinan; 2) Memilih jodoh; 3) Kewajiban suami dan isteri; 4) Masalah cinta; 5) Pergaulan dalam masyarakat; d. Pemberian pembekalan terhadap bidang Kesehatan, seperti KB, Gizi dan Kesehatan. Menurut Keputusan Diretur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Urusan Haji Nomor D/71/1999 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pembinaan Gerakan Keluarga Sakinah, pada bab V mengenai kebijakan umum bahwa mengenai kegiatan kursus calon pengantin, program ini dilaksanakan untuk memberikan bekal kepada calon pengantin tentang pengetahuan berkeluarga dan reproduksi sehat agar supaya calon
85
pengantin memiliki kesiapan pengetahuan ,fisik dan mental dalam memasuki jenjang perkawinan untuk membentuk keluarga sakinah, sehingga angka perselisihan dan perceraian dapat ditekan.14 Calon pengantin pria maupun wanita pada masa 10 hari sebelum melangsungkan akad nikah, memperoleh kesempatan untuk mendapatkan petunjuk-petunjuk dari Pejabat PPN atau Pembantu PPN dan lebih dari itu petnjuk-petunjuk menuju rumah tangga bahagia sejahtera diberikan pula oleh Badan Penasehatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4) yang merupakan satu-satunya badan yang diakui oleh Pemerintah dalam hal ini Departemen Agama yang diberi wewenang untuk memberikan penasehatan perkawinan perselisihan dan perceraian. Pada umumnya penasehatan kepada calon pengantin diberikan dibalai nikah dan penasehatan perkawinan, yang selama ini balai tersebut dipergunakan sebagai Kantor Urusan Agama Kecamatan. Namun tidak kurang pula pihak orang tua calon mempelai mengehndaki agar pemberian nasihat itu dilakukan di rumah. Dalam hal peningkatan kegiatan terpadu Badan Penasehatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4) Kota Jakarta Selatan melakukan kerjasama secara lintas sektoral terhadap instansi terkait sebagai upaya melakukan pembinaan dan penanganan terhadap masalah yang
Keputusan Diretur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Urusan Haji Nomor D/71/1999 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pembinaan Gerakan Keluarga Sakinah 14
86
dihadapi remaja usia nikah menuju sakinah (perkawinan), yaitu sebagai berikut: a. Kantor BKKB dalam pelembagaan MKS dan Penyuluhan KB bagi pasangan calon pengantin yang dilaksanakan oleh BP4 Kecamatan melalui kursus calon pengantin; b. BPM / PKK, Dharmawanita Kota Jakarta Selatan organisasi lainnya dalam hal pemasyarakatan UU Perkawinan, PP 10 tahun 1983 melalui penasehatan keluarga dan program P2WKSS; c. Sudin kesehatan Kota Jakarta Selatan dalam hal pembinaan imunisasi TT, Pola Asuh anak dan Kesehatan Keluarga; d. Bagian BINTAL Kesos Kota Jakarta Selatan dalam hal koordinasi program kegiatan keagamaan. Badan Penasehatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4) Kota Jakarta Selatan melaui bidang konsultasi perkawinan dan keluarga, dalam pelaksanaan caten sebagai berikut: Tahun
Nikah
Suscaten
Prosentase
2007
15079
12165
80,67 %
2008
15331
12329
80,41 %
2009
14866
11467
77,13 %
Gambar Sumber data laporan tahunan BP4 Kota Jakarta Selatan, tahun 2007, 2008 dan 2009
87
Tujuan peranan BP4 Kota Jakarta Selatan dalam meberikan nasehat/pembinaan perkawinan dalam menejemen hubungan suami isteri yaitu pada dasrnya ingin menciptakan suatu "Perkawinan Yang Dapat enciptakan hubungan suami isteri itu harus terwujud cukup kerukunan dan keserasian, harus terjalin cinta, kasih saying serta kesetiaan, harga mengahargai, hormat menghormati, bantu membantu dan bekerjasama. Seperti yang tertuang dalam firman Allah SWT, dalam surah al-Ruum ayat 21 :
21 30
Artinya : "Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikanNya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir".(Q.S. 30:21).
"Litaskunuu ilaihaa" dan "mawaddah" serta "rahmah" itulah yang oleh orang-orang
dizaman
sekarang
dinamakan
"harmony:,
"concord",
"companionship", "love" dan sebagainya (tentram, damai, serasi, hidup bersama dalam suasana cinta mencintai).
88
C. Hambatan yang dihadapi oleh Badan Penasehatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4) Kota Jakarta Selatan. Hambatan yang terjadi dalam pelaksanaan kegiatan BP4 ternyata masih ditemui berbagai hambatan dan kendala sehingga ada kegiatan yang telah diprogramkan terpaksa ditangguhkan atau tidak dapat dilaksanakan tepat waktu di antara factor pengahambat dimaksud adalah sebagai berikut: 1. Mekanisme Kerja Organisasi BP4. BP4 sebagai oraganisasi semi resmi di Departemen Agama, Mekanisme pelaksanaan programnya tentu mengikuti system birokrasi, terlebih lagi sebagian besar pengurus BP4 adalah aparat pemerintah, dibantu oleh ormas keagamaan dan wanita sehingga agak terbatas geraknya. 2. Belum Maksimalnya Pelayanan Pada Masyarakat Sebagian masyarakat belum mengenal BP4 sehingga mereka belum tertarik untuk memanfaatkannya, karena perlu sosialisasi lebih gencar lewat media cetak dan elektronik. Hal ini terlihat masih rendahnya masyarakat yang menggunakan jasa BP4 dalam menangani kasus / krisis rumah tangga, terlihat bahwa ditahun 2001 hingga 2010 ini tidak ada kegiatan sosialisasi yang difokuskan terhadap remaja usian nikah masa sekolah adapun bagi remaja usia nikah menuju sakinah pembinaan dilakukan hanya melalui suscaten yang memiliki waktu sangat singkat dalam memberikan pembekalan bagi mereka.
89
3. Keterbatasan publikasi kepada masyarakat luas baik media cetak maupun elektronik tentang keberadaan BP4 sebagai lembaga penasihatan dan konsultasi keluarga. 4. Kondisi tenaga penasihat yang tersedia saat ini sangat terbatas baik kuantitas maupun kualitas. Dalam pokok-pokok program kerja Badan Penasehatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4) periode 2009-2014, disebutkan kelemahan yang dihadapi, yaitu: 1. Posisi/status BP4 terkait dengan bantuan APBN dan APBD belum jelas; 2. Belum optimalnya pelaksanaan tugas dan fungsi BP4 karena masih lemahnya SDM serta terbatasnya sarana dan prasarana pendukung; 3. Kemampuan manejerial pengurus BP4 yang belum memadai; 4. Sosialisasi terhadap keberadaan dan peran BP4 masih kurang, sehingga masyarakat belum mengenal dan tidak dapat memanfaatkan pelayanan konsultan BP4. Hambatan yang terjadi ternyata tidak hanya disebabkan oleh factor-faktor internal seperti tersebut di atas, namun hambatan yang dialami oleh Badan Penasehatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4), ternyata factor eksternal yang terdapat di tengah-tengah masyarakat pun dapat menjadi factor penghambat, yaitu: 1. Menimnya pengetahuan masyarakat umum khususnya Jakarta Selatan, terhadap lembaga BP4;
90
2. Kurangnya
kepercaan
masyarakat
terhadap
lembaga
BP4,
terhadap
penanganan dan Pembinaan yang dilakukan oleh badan tersebut; 3. Banyaknya lembaga atau organisasi yang hampir memiliki tugas serupa dengan BP4 membuat masyrakat lebih memilih organisasi tersebut; 4. Banyaknya buku-buku yang memiliki isi serta makna yang mengandung unsur-unsur penyelesaian dalam krisis keluarga;
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan Signifikasi pendidikan pranikah dan peranpenting dalam pembinaan keluarga dan pembangunan bangsa di era globalisasi ini amat dirasakan kepentingannya. Keunggulan dan daya saing bangsa hanya akan terwujud jika pembinaan keluarga sejahtera mendapat perhatian yang semestinya. Pada BP4 Kota Jakarta Selatan dalam sudut pandang revitalisasi yang terjadi, sebagai berikut: 1. BP4 secara umum maupun BP4 Kota Jakarta Selatan memiliki tugas dan peran penting yaitu meningkatkan mutu perkawinan, memberi penasehatan baik sebelum maupun sesudah menikah bagi pasangan suami isteri dan mediasi dalam penyelesaian perselisihan rumah tangga. Maka BP4 Kota Jakarta Selatan, memberikan perhatian yang besar terhadap pendidikan pranikah bagi remaja usia nikah, dengan sasaran sebagi berikut: a. Remaja usia nikah masa sekolah (SLTA), b. Remaja usia nikah menuju sakinah. Secara garis besarnya seorang remaja adalah bagian dari suatu perkembangan hidup seorang manusia baik laki-laki maupun perempuan. Di masa remaja ini banyak sekali perubahan-perubahan yang terjadi atau dialami oleh setiap laki-laki maupun manusia baik perubahan secara PsikologiBilogis-dan Sosiologis.
91
92
Jika hal ini tidak diperhatikan secara focus dengan memberikan perhatian serta pendidikan dan pengawasan yang sesuai dengan agama dan norma ang berlaku. Maka remaja yang sedang mengalami perubahan ini dapat melakukan hal-hal yang menyimpang ajaran syari'at agam Islam. Masalah yang dihadapi oleh remaja usia nikah masa sekolah maupun remaja usia nikah menuju sakinah pada dasarnya tidak jauh berbeda. Kesemuanya berkaitan terhadap bagaimana masalah yang mereka hadapi terkait dengan perubahan Psikologi-Biologis-Sosiologis. BP4 Kota Jakarta Selatan dalam melakukan pembinaan atas upaya penanggulangan terhadap krisis moral yang dihadapi oleh banyak remaja, yang disebabkan dengan perubahan Psikologi-Biologis-Sosiologis, serta upaya meminimalisasikan angka perceraian yang diakibatkan karena ketidak siapan bagi pasangan suami-isteri. BP4 Kota Jakarta Selatan dalam menyikapi permasalahan yang dihadapi oleh remaja usia nikah ini, belum terlaksana secara maksimal. Hal ini terlihat dari minimnya pelaksanaan pembinaan yang dilakukan oleh Badan Penasehatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4) Kota Jakarta Selatan. 2. Program kerja yang cukup matang namun tidak dapat terealisasikan secara optimal, minimnya sekolah yang didatangi dalam rangka pembinaan di wilayah Kota Jakarta Selatan, sebagai realitas yang tidak dapat ditutup-tupi sehingga wajar jika masih banyak remaja usia nikah yang terperosok kedalam penyimpangan dari syari'at agama Islam. Namun hal ini juga bukan
93
merupakan kesalahan dan kekurangan dari lembaga BP4 secara keseluruhan, khususnya Kota Jakarta Selatan, secara garis besarnya BP4 Kota Jakarta Selatan dalam pelaksanaan program kerjanya sudah sukup baik. Perhatian terhadap perubahan yang dialami oleh remaja harusnya juga menjadi perhatian khusus bagi orang tua mereka di rumah. Karena keluarga terdekatlah yang lebih memiliki arti penting dalam pembinaan terhadap remaja. Factor lingkungan sekitarpun juga merupakan hal yang tak kalah pentingnya. Pergaulan yang dirasakan oleh remaja sangat menentukan pola perilaku mereka dalam menentukan keberhasilan dalam mengatasi perubahan perubahan yang mereka alami. Dalam hal pembinaan terhadap remaja usia nikah menuju sakinah, yaitu remaja yang akan melangsungkan pernikahan. BP4 Kota Jakarta Selatan dalam melakukan pembinaan bagi mereka, memiliki program "Kursus Calon Pengantin" yang diadakan disetiap Kantor Urusan Agama Kecamatan pada Wialayah Kota Jakarta Selatan. Kegiatan kursus calon pengantin ini pun dianggap belum cukup untuk dapat memberikan pembekalan terhadap remaja yang akan melangsungkan pernikahan, hal ini dikarenakan waktu yang begitu singkat dalam penyelenggaraan "Kursus Calon Pengantin" sehingga dianggap tidak optimal dalam penyerapan dan pembinaan yang dilakukan bagi remaja usia nikah menuju sakinah.
94
B. Saran Saran-saran yang dapat disajikan dalam hal menyikapi keadaan tersebut, sebagi wujud mengingkatkat eksistensi Badan Penasehatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4) khususnya Kota Jakarta Selatan, serta sebagai badan penunjang sebagian tugas Kementerian Agama, dalam bidang penasehatan perkawinan, perselisihan rumah tangga. Harapan yang diinginkan dari skripsi ini adalah dengan mengajukan saransaran bagi peningkatak kelembagaan BP4 Khusus nya Kota Jakarta Selatan, yaitu: 1. Mengupayan menjadikan BP4 sebagai lembaga yang dapat menunjang terciptanya akhlak yang baik bagi remaja, dengan cara bekerjasama dengan dunia pendidikan secara formal khususnya remaja usia nikah; 2. Adanya harapan agar sekiranya program Kursus Calon Pengantin yang selama ini berjalan ditingkatkan masa pembinaannya bagi setiap calon pasang pengantin; 3. Agar penyelenggaraan dan keikutsertaan bagi setiap pasang calon pengantin diwajibkan, serta dijadikan sebagai salah satu syarat dalam pengajuan proses pernikahan; 4. BP4 sebagai organisasi profesi, perlu peningkatan profesionalisme tenaga konsultan BP4 melalui kerja sama dengan instansi/organisasi terkait, khususnya kalangan perguruan tinggi dan LSM berupa penatara, pelatihan lokakarya, kajian berbagai aspek keluarga dan lain sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Bukhari, Ash-Shahih, Kitab: an_nikah, No. Hadits: 4778, juz V hal. 1950 Al-Bukhari, Ash-Shahih, Kitab: an_nikah, No. Hadits: 4935, juz V hal. 2005 Al-Irsyad 'an Nafsiy: Konseling Agama Teori dan Kasus, Jakarta, Bina Rena Pariwara, 2002, At-Turmudi, As-Sunan, Kitab: an-Nikah, No, Hadits: 1084, juz III, hal. 394 Badan Musyawarah Penasehat Perkawinan Perselisihan dan Perceraian (BP4), "Laporan Hasil Kerja", Badan Musyawarah Penasehat Perkawinan Perselisihan dan Perceraian (BP4), (Jakarta,1997) Badan Penasehatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan,Profil BP4 Kota Jakarta Selatan tahun 2009 Badan Penasihatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4), Panduan Rapat Kerja Daerah BP4 Prov. DKI. Jakarta Tahun 2008, (Jakarta, Badan Penasehatan Pembinaan dan Pelestarian Perkawinan (BP4), 2008) Badan Pensehatan Pembinaan dan Perkawinan,"Panduat Rapat Kerja Daerah", Jakarta Badan Pensehatan Pembinaan Pelestarian Perkawinan, Hasil Musyawarah Wilayah BP4 Kota Jakarta Selatan Tahun 2009, Badan Pensehatan Pembinaan Pelestarian Perkawinan (BP4) Jakarta Selatan, 2009 Badan Pensehatan Pembinaan Pelestarian Perkawinan, Laporan Tahunan BP4 Kota Jakarta Selatan 2009, Badan Pensehatan Pembinaan Pelestarian Perkawinan (BP4) Jakarta Selatan, 2009 Badan Pensehatan Pembinaan Pelestarian Perkawinan, Laporan Tahunan BP4 Kota Jakarta Selatan 1995, Badan Pensehatan Pembinaan Pelestarian Perkawinan (BP4) Jakarta Selatan, 1995 Badan Pensehatan Pembinaan Pelestarian Perkawinan, Laporan Tahunan BP4 Kota Jakarta Selatan 1996, Badan Pensehatan Pembinaan Pelestarian Perkawinan (BP4) Jakarta Selatan, 1996,
95
96
Departemen Agama RI Direktorat Jenderal Bimas Islam dan Pembinaan Syar'ah, Petunjuk Teknis Pembinaan Gerakan KELUARGA SAKINAH, Direktorat Jenderal Bimas Islam dan Pembinaan Syar'ah tahun 2006 Departemen Agama RI Direktorat Jenderal Bimas Islam dan Pembinaan Syari'ah, Petunjuk Teknis KELUARGA SAKINAH, Direktorat Jenderal Bimas Islam dan Pembinaan Syari'ah, tahun 2006 Direktorat Jenderal Bimas Islam Dep. Agama RI,"Modul Pelatihan Motivator Keluarga Sakinah", Direktorat Jenderal Bimas Islam, Jakarta, 2007 Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji, Dep. Agama RI,"Modul Pembinaan Keluarga Sakinah (Untuk Pelatihan Pembina Kelompok Keluarga Sakinah)", Direktorat Jederal Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggraan Haji(Jakarta, 2002 Direktorat Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji Dep. Agama RI, Pedoman Konselor Keluarga Sakinah, (Jakarta: Direktorat Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji Dep. Agama RI, 2002), Direktorat Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syari’ah, Tuntunan Keluarga Sakinah Bagi Remaja Usia Nikah Seri Psikologi, (Jakarta: Direktorat Urusan Agama Islam dan Pembinaan Syari’ah, 2006) Ditjen Bimas Islam dan Penyelengaraan Haji Departemen Agama RI, Pedoman Konseling Perkawinan, (Jakarta, Ditjen Bimas Islam dan Penyelengaraan Haji Departemen, 2004) Elizabeth Hurlock, Psikologi Perkembangan (Terjemah). Penerbit Erlangga. Jakarta : 1992 F.X. Suhardana, Hukum Perdata, Gramedia, 1992 Forum Kajian Ilmiyah Pon.Pes. Hidayatul Mubtadi'in Lirboyo, Esensi Pemikiran Mujtahid,Purna Siswa III Aliyah, Lirboto Kediri, Jawa Timur, tahun 2003 http://niasonline.net/2009/01/28 Kantor Wilayah Departemen Agama Prov. DKI. Jakarta, Panduan Teknis Penasihatan Pelesatarian Perkawinan dan Keluarga, (Jakarta, Sekretarian BP4 Prov. DKI. Jakarta, 2008),
97
Kantor Wilayah Departemen Agama Prov. DKI. Jakarta, Panduan Teknis Penasihatan Pelesatarian Perkawinan dan Keluarga, (Jakarta, Sekretarian BP4 Prov. DKI. Jakarta, 2 Keputusan Diretur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Urusan Haji Nomor D/71/1999 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pembinaan Gerakan Keluarga Sakinah Kompilasi Hukum Islam, Jakarta Pangkahila, Wimpie, Prof, Dr. dr, Membina Keharmonisan Kehidupan Seksual, PT. Intisari Mediatama, Jakarta, 1999 Prof. DR. HJ. Zakiah Darajat, Remaja Harapan dan Tantangan, CV. Ruhama, Cet. Ke-4, 2001 Ruqayyah Waris Waqsood, Mengantar Remaja Kesurga (Terjemahan). Al-Bayan. Bandung : 1998 Sayyid Muhammad Husain Fadhullah, Dunia Remaja :Tanya Jawab Seputar Pergaulan dan Problematika Remaja, Pustaka Hidayah, Cet. I 2005 St. A.J. Cotto,"BP4 Menyikapi Jaman". Majalah Perkawinan & Keluarga, (Jakarta), No.422/2009 Surtiretna, Nina, dr, Bimbingan Seks Suami Isteri Pandangan Islam dan Medis, Penerbit PT Remaja Rosdakarya, Bandung, 2000 Syyid Sabiq, Terjemah Fiqih Sunnah, Pena Pundi Aksara, Jakarta, tahun 2006, Cet.I ttp/geogle/1/3/2010 Undang-undang No. 1 tahun 1974, Jakarta Zakiah Darajat, Membina Nilai-nilai Moral di Indonesia, PT. Bulan Bintang. Jakarta : 1985