12
BAB II TINJAUAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN HIPOTESIS TINDAKAN
A. 1.
TINJAUAN TEORI Hakikat Pembelajaran Aktivitas Permainan Bolatangan Menurut Corey (1986) yang dikutip oleh Syaiful Sagala (2005: 61)
“pembelajaran adalah suatu proses dimana lingkungan seseorang secara disengaja dikelola untuk memungkinkan dia turut serta dalam tingkah laku tertentu, pembelajaran merupakan subyek khusus dalam pendidikan.” Menurut UU No. 20/2003, bab I pasal ayat 20, Pembelajaran adalah “Proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.” Sedangkan, Gagne
dan
Briggs
dalam
(http://krisna1.blog.uns.ac.id)
[5
Juli
2011]
mengemukakan bahwa :
Pembelajaran adalah suatu sistem yang bertujuan untuk membantu proses belajar siswa, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang, disusun sedemikian rupa untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar siswa yang bersifat internal.
Merajuk pada kosep pembelajaran umum, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah suatu proses antara guru dan siswa, siswa dan siswa, yang terjadi di lingkungan tertentu. Dalam pelaksanaan proses belajar mengajar sangat dipengaruhi oleh komponen yaitu materi, metode, tujuan, dan evaluasi. Pada dasarnya penerapan ke empat unsur itu dilakukan melalui berbagai pendekatan mengajar. Tujuan utama pendekatan mengajar adalah untuk meningkatkan Rochmat Rahayu, 2012 Penerapan Model Peer Teaching Dalam Pembelajaran Aktivitas Permainan Bola Tangan Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
13
kemampuan siswa dalam mempelajari dan mempraktikan tugas gerak yang diajarkan. Istilah pembelajaran terkait erat dengan proses belajar mengajar. Menurut Abin Syamsuddin Makmun (2004:156) “Proses belajar mengajar dapat diartikan sebagai suatu rangkaian interaksi antara siswa dan guru dalam rangka mencapai tujuannya.” Ini mengandung makna bahwa dalam proses pembelajaran selalu terkait dengan aktivitas belajar dan mengajar. Meski proses belajar dan mengajar merupakan dua aspek yang berbeda namun keduanya selalu berkaitan dan tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang lainnya. Kegiatan belajar lebih menekankan pada aktivitas apa yang harus dilakukan oleh seseorang sebagai subyek yang menerima pelajaran. Sedangkan kegiatan mengajar menunjukkan pada apa yang harus dilakukan oleh seseorang sebagai pemberi pelajaran. Supandi (1991:1) menjelaskan tentang hal-hal yang terkandung dalam belajar yaitu selalu mengandung makna perubahan yang berurusan dengan pribadi yang relatif bertahan lama serta adanya upaya atau pengalaman yang disusun secara sengaja dalam situasi dan tujuan tertentu. Pendapat serupa juga dikemukakan oleh Nasution (1997:39) yang menyatakan bahwa “belajar merupakan perubahan kelakuan berkat pengalaman dan latihan”. Berdasarkan definisi dan ciri belajar, Suparyanti (1992:3) menjelaskan bahwa:
1. Belajar adalah aktivitas yang menghasilkan perubahan pada diri individu yang belajar, baik aktual maupun potensial. 2. Perubahan itu pada dasarnya berupa kemampuan baru, yang berlaku dalam waktu yang relatif lama. 3. perubahan itu terjadi karena usaha. Rochmat Rahayu, 2012 Penerapan Model Peer Teaching Dalam Pembelajaran Aktivitas Permainan Bola Tangan Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
14
Dari ciri-ciri belajar yang telah dijelaskan di atas dapat disimpulkan bahwa dengan belajar maka akan mendorong siswa untuk mengalami perubahan, baik perubahan secara kognitif, afektif maupun psikomotor. Perubahan yang dialami akibat dari proses belajar merupakan pengalaman maupun keterampilan baru yang akan menetap pada diri siswa dalam jangka waktu yang lama. Belajar yang dilakukan oleh siswa di sekolah merupakan proses belajar yang dialami oleh siswa dari, pelajaran yang mudah menuju ke pelajaran yang lebih sulit, dari yang sederhana menuju ke hal yang lebih komplek. Dengan demikin maka proses belajar akan dapat berjalan dengan baik dan siswa akan cepat memahami tujuan dari materi belajar yang disampaikan oleh guru. Pada prinsipnya belajar Pendidikan jasmani sebagai salah satu subsistem pendidikan yang wajib diajarkan di sekolah, memiliki peran penting yang sangat sentral
dalam
pembentukan
manusia
seutuhnya.
Abduljabar
(2008:27)
menjelaskan bahwa pendidikan jasmani adalah “Proses pendidikan yang memiliki tujuan untuk mengembangkan penampilan manusia melalui media aktivitas jasmani yang terpilih untuk mencapai tujuan pendidikan.” Adapun menurut Harsono yang dikutip oleh Carsiwan (2007:2) menjelaskan bahwa “pendidikan jasmani adalah suatu pendidikan yang menggunakan fisik atau tubuh sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan melalui aktivitas-aktivitas jasmani.” Berdasarkan beberapa pendapat yang telah dikemukakan, maka yang dimaksud dengan pembelajaran pendidikan jasmani adalah sebagai proses belajar yang dibangun oleh guru melalui aktifitas gerak untuk mengembangkan kreatifitas berfikir yang dapat mengembangkan kemampuan berfikir, berkosentrasi dengan
Rochmat Rahayu, 2012 Penerapan Model Peer Teaching Dalam Pembelajaran Aktivitas Permainan Bola Tangan Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
15
pengetahuan baru sebagai upaya meningkatkan penguasaan yang baik terhadap materi penjas. Sehingga dalam proses belajar pendidikan jasmani, siswa harus diberikan materi yang sederhana dalam bentuk permainan karena pada dasarnya pendidikan jasmani merupakan pendidikan yang menggunakan aktivitas gerak sebagai alat mencapai tujuan pembelajaran. Adapun tujuan pendidikan jasmani bukan hanya untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam bidang olahraga atau hanya bertujuan untuk meningkatkan kebugaran jasmani peserta didik, akan tetapi pendidikan jasmani memiliki tujuan yang bersifat menyeluruh. Dalam http://masrangga.blogspot.com/ Juni 16, 2011) (PERMENDIKNAS NO. 22 TAHUN 2006 SI) menyebutkan bahwa tujuan pendidikan jamani adalah: (1) Mengembangkan keterampilan pengelolaan diri dalam upaya pengembangan dan pemeliharaan kebugaran jasmani serta pola hidup sehat melalui berbagai aktivitas jasmani dan olahraga yang terpilih. (2) Meningkatkan pertumbuhan fisik dan pengembangan psikis yang lebih baik. (3) Meningkatkan kemampuan dan keterampilan gerak dasar. (4) Meletakkan landasan karakter moral yang kuat melalui internalisasi nilai-nilai yang terkandung di dalam pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan.(5) Mengembangkan sikap sportif, jujur, disiplin, bertanggungjawab, kerjasama, percaya diri dan demokratis. (6) Mengembangkan keterampilan untuk menjaga keselamatan diri sendiri, orang lain dan lingkungan. (7) Memahami konsep aktivitas jasmani dan olahraga di lingkungan yang bersih sebagai informasi untuk mencapai pertumbuhan fisik yang sempurna, pola hidup sehat dan kebugaran, terampil, serta memiliki sikap yang positif.
Meskipun pendidikan jasmani itu merupakan proses pendidikan melalui aktivitas jasmani, namun tujuan yang hendak dicapai oleh pendidikan jasmani, khususnya pembelajaran aktivitas permainan bolatangan bukan hanya aspek fisik tetapi lebih bersifat pedagogis proporsional. Artinya nilai-nilai pendidikan yang
Rochmat Rahayu, 2012 Penerapan Model Peer Teaching Dalam Pembelajaran Aktivitas Permainan Bola Tangan Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
16
terikat dengan aspek intelektual, moral, sikap, keterampilan fisik dan kebugaran jasmani, serta estetika dikembangkan secara selaras, sersi dan seimbang. Dengan dimulai dengan belajar gerak secara sederhana dan secara bertahap, dari gerak yang sederhana ke gerak yang lebih komplek serta dengan memperhatikan tingkat kemampuan gerak yang dimiliki oleh siswa diharapkan siswa akan lebih paham dan menguasai pembelajaran gerak yang diberikan, sehingga tujuan yang telah ditetapkan akan dapat tercapai. Pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah mempunyai banyak sekali kegiatannya. Salah satu kegiatan pendidikan jasmani di sekolah adalah aktivitas permainan. Karena aktivitas permainan dapat mengembangkan kemampuankemampuan yang bersifat jasmani, koordinasi gerak, kejiwaan dan sosial. Melalui permainan akan terkondisikan dan mempersiapkan anak untuk mampu melakukan aktivitas-aktivitas
olahraga
lainnya,
seperti;
atletik,
sepakbola,
bolavoli
bolabasket, bolatangan, senam dan berenang (Sutoto, Mukholid dan Amanah dalam Yudiana,2008:1). Pengertian aktivitas permainan menurut Werner (1979) yang di kutip oleh Yudiana (2008:1) menjelaskan bahwa
Aktivitas permainan adalah aktivitas kompetitif yang dilakukan secara individual atau kelompok dengan menerapkan aturan dan penilaian yang objektif terhadap penilaian kemampuan keterampilan gerak yang memiliki strategi dengan maksud untuk mencapai kemenangan.
Dengan demikian aktivitas permainan secara umum merupakan sebuah aktivitas yang dilakukan untuk mencapai kemenangan dengan menggunakan berbagai aturan dan penilaian, akan tetapi aktivitas permainan tidak hanya Rochmat Rahayu, 2012 Penerapan Model Peer Teaching Dalam Pembelajaran Aktivitas Permainan Bola Tangan Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
17
berorientasi pada kemenangan saja melainkan apakah dengan aktivitas permainan siswa dapat merasa senang dan terlibat aktif selama proses pembelajaran yang akan berpengaruh terhadap penguasaan tugas gerak yang diberikan. Salah satu aktivitas permainan yang diajarkan di lingkungan sekolah, khususnya di tingkat SMA adalah permainan Bolatangan. Aktivitas permainan bolatangan merupakan bagian dari kajian pendidikan jasmani yang mempunyai banyak sekali kegiatannya. Karena aktivitas permainan bolatangan dapat mengembangkan kemampuan-kemampuan yang bersifat jasmani, koordinasi gerak, kejiwaan, sosial dan merupakan aktivitas yang menyenangkan selain itu juga bertujuan untuk memperkenalkan permainan bolatangan kepada siswa. Permainan bolatangan mengajarkan tentang nilai-nilai yang terkandung dalam pendidikan jasmani. Nilai-nilai yang terkandung dalam pembelajaran pendidikan jasmani antara lain mengajarkan siswa tentang kerjasama, disiplin, tanggung jawab, percaya diri dan sebagainya. Bola tangan diartikan sebagai permainan beregu yang menggunakan bola sebagai alatnya, yang dimainkan dengan menggunakan satu atau kedua tangan. Bola tersebut boleh di lempar, dipantulkan, atau ditembakan (Mahendra, 2000:6). Sedangkan pengertian bolatangan yang diambil dalam (file:///D:/pengertian-bolatangan.html 12 juli 2011) (1)Bola tangan adalah suatu olahraga beregu yang dapat dimainkan oleh anak-anak,remaja,dewasa maupun orang tua.Olahraga ini menuntut adanya kesegaran jasmani yang baik dan sportifitas yang tinggi. Bentuk permainan bola tangan ini dapat dikatakan merupakan gabungan dari permainan sepak bola dan permainan bola basket. peralatan utama yang dibutuhkan adalah satu bola dan dua buah gawang serta satu lapangan. Dalam permainan, setiap regu harus berusaha memasukan bola ke gawang lawan, maka Rochmat Rahayu, 2012 Penerapan Model Peer Teaching Dalam Pembelajaran Aktivitas Permainan Bola Tangan Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
18
regunya memperoleh nilai 1 (satu). Regu yang memperoleh lebih banyak nilai pada akhir permainan/pertandingan,dinyatakan sebagai pemenang.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa bolatangan merupakan salah satu cabang olahraga permainan beregu yang masing-masing regu terdiri dari 7 orang pemain. Permainan dilakukan menggunakan bola tangan dengan cara dilempar dan ditangkap. Tujuan memasukan bola sebanyak-banyaknya ke gawang lawan dan menjaga lawan untuk tidak memasukan bola ke gawang sendiri. Dari penjelasan tentang pembelajaran, belajar, pendidikan jasmani, dan aktivitas permainan bolatangan yang telah diuraikan di atas maka setelah melakukan pembelajaran aktivitas permainan bolatangan dapat merubahan perilaku siswa, baik dalam ranah pengetahuan dan pemahaman tentang permainan bolatangan (kognitif), misalnya; mengetahui tentang peraturan dalam permainan bolatangan, jadi mengerti melakukan passing dan shooting yang baik, mengerti bagaimana mengambil keputusan yang tepat pada saat bermain bolatangan, apakah bola mau dipassing, dishooting atau didriblling. Perkembangan nilai-nilai sikap yang terkandung dalam pembelajaran permainan bolatangan (afektif), misalnya; tidak curang dalam bermain bolatangan (sportif), menaati peraturan permainan (disiplin), dapat bekerjasama dengan teman satu team. dan perubahan tingkat keterampilan dalam bermain permainan bolatangan (psikomotor), misalnya; bisa melakukan passing pada teman dengan tepat, mampu mencari ruang kosong agar mudah mengoper (passing) atau untuk melakukan shooting, mampu memutuskan apakah mau mengoper (passing) ke teman atau shooting, aktif meminta bola dalam arti tidak diam di tempat pada saat bermain bolatangan.
Rochmat Rahayu, 2012 Penerapan Model Peer Teaching Dalam Pembelajaran Aktivitas Permainan Bola Tangan Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
19
a.
Komponen Pembelajaran Aktivitas Permainan Bolatangan Dalam pendidikan, proses belajar mengajar terdapat empat komponen
yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain, yaitu tujuan, materi, metode dan evaluasi (http://muhamad-win.afgani.blogspot.com/ Rabu, 27 september 2011). ada pun pemaparan mengenai tujuan, materi, metode dan evaluasi pembelajaran dalam permainan bolatangan adalah sebagai berikut: 1) Tujuan Pembelajaran Proses pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah tentunya memiliki tujuan. Tujuan dalam pembelajaran tersebut mempunyai tingkatan, mulai dari tujuan ideal sampai tujuan khusus yang konkret dan dapat diukur. Tujuan yang terukur ini harus dapai tercapai dalam pada tingkat mikro kelas. Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasiona No. 2 Tahun 1989 telah menggariskan penjabaran tujuan kedalam berbagai tingkatan, yaitu tujuan nasional, tujuan institusional (lembaga), tujuan kulikuler (bidang studi), dan tujuan pembelajaran (instuksional) umum dan khusus. Tujuan Nasional biasanya dirumuskan dalam bentuk prilaku yang ideal sesuai dengan pandagan hidup dan filsafat suatu bangsa yang dirumuskan oleh pemerintah
dalam
bentuk
undang-undang.
Tujuan
pendidikan
nasional
merupakan sumber dan pedoman dalam usaha penyelenggaraan pendidikan. Secara jelas tujuan pendidikan nasional yang bersumber dari sistem nilai Pancasila dirumuskan dalam undang-undang nomor 20 tahun 2003 pasal 3 menyebukan bahwa
Rochmat Rahayu, 2012 Penerapan Model Peer Teaching Dalam Pembelajaran Aktivitas Permainan Bola Tangan Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
20
Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bengsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berahlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Tujuan institusional (lembaga) adalah tujuan yang harus dicapai oleh setiap lembaga pendidikan. Dengan kata lain, tujuan ini sebagai kualifikasi yang harus dimiliki oleh setiap siswa setelah mereka dapat menyelesaikan program di suatu lembaga pendidikan tertentu. Tujuan institusional merupakan tujuan antara untuk mencapai tujuan umum yang dirumuskan dalam bentuk kompetensi lulusan setiap jenjang pendidikan, seperti standar kompetensi pendidikan dasar, menengah kejuruan, dan jenjang pendidikan tinggi. Dalam Peraturan Pemerintah nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan bab V pasal 26 dijelaskan standar kompetensi lulusan pada jenjang pendidikan dasar bertujuan untuk meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, ahlak mulia, serta keterampilan untuk hidup mandiri dan mengikuti pendidikan lebih lanjut. Tujuan kulikuler (bidang studi) adalah tujuan yang harus dicapai oleh setiap bidang studi atau mata pelajaran. Oleh sebab itu, tujuan kurikuler dapat didefinisikan sebagai kualifikasi yang harus dimiliki anak didik setelah mereka menyelesaikan suatu bidang studi tertentu dalam suatu lembaga pendidikan. Tujuan kurikuler pada dasarnya merupakan tujuan antara untuk mencapai tujuan lembaga pendidikan. Dengan demikian, setiap tujuan kurikuler harus dapat mendukung dan diarahkan untuk mencapai tujuan institusional. Tujuan pembelajaran (instruksional) Dalam klasifikasi tujuan pendidikan, tujuan
Rochmat Rahayu, 2012 Penerapan Model Peer Teaching Dalam Pembelajaran Aktivitas Permainan Bola Tangan Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
21
pembelajaran atau tujuan instruksional merupakan tujuan yang paling khusus dan merupakan bagian dari kulikuler. Tujuan pembelajaran dapat didefinisikan sebagai kemampuan yang harus dimiliki anak didik setelah mereka mempelajari bahasan tertentu dalam bidang studi tertentu dalam satu kali pertemuan. Karena hanya guru yang memahami kondisi lapangan, termasuk memahami karakteristik siswa yang akan melakukan pembelajaran di suatu sekolah, maka menjabarkan tujuan pembelajaran tugas guru. Sebelum melakukan proses belajar mengajar, guru perlu merumuskan tujuan pembelajaran yang harus dikuasai oleh anak didik setelah mereka selesai mengikuti pembelajaran. Kegiatan pembelajaran yang dibangun oleh guru dan siswa adalah kegiatan yang bertujuan. Sebagai kegiatan yang bertujuan, maka segala sesuatu yang dilakukan guru dan siswa hendaknya diarahkan untuk mencapai tujuan yang lebih ditentukan. Dengan demikian kondisi atau situasi pembelajaran, tujuan merupakan pengikat segala aktivitas guru dan murid. Oleh karena itu, merumuskan tujuan adalah langkah pertama yang harus dilakukan dalam merancang sebuah program pembelajaran. Adapun tiga jenis tujuan pembelajaran yang dideskripsikan dalam proses perencanaan pembelajaran adalah sebagai berikut: kognitif, afektif dan psikomotor. Tujuan kognitif yaitu mendeskripsikan yang dapat dicapai oleh siswa. Tujuan afektif yaitu harus menjadikan siswa memahami, memperhatikan, semakin kosentrasi, komunikatif dan sebagainya. Tujuan psikomotor yaitu untuk penguasaan keterampilan gerak dan keterampilan fisik.
Rochmat Rahayu, 2012 Penerapan Model Peer Teaching Dalam Pembelajaran Aktivitas Permainan Bola Tangan Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
22
Menurut Wina (2006:62), ada beberapa alasan mengapa tujuan pembelajaran perlu dirumuskan dalam merancang suatu program pembelajaran. (1) Rumusan tujuan yang jelas dapat digunakan untuk mengevaluasi efektivitas keberhasilan proses pembelajaran. Suatu proses pembeleajaran dikatakan berhasil
manakala
siswa
dapat
mencapai
tujuan
secara
optimal.
Keberhasilan ini merupakan indikator keberhasilan guru merancang dan melaksanakan proses pembelajaran. (2) Tujuan pembelajaran dapat digunakan sebagai pedoman dan panduan kegiatan beajar siswa. Tujuan yang jelas dan tepat dapat membimbing siswa dalam melaksanakan aktivitas belajar. Berkaitan dengan itu guru juga dapat merencanakan dan mempersiapkan tindakan apasaja yang harus dilakukan untuk membantu siswa belajar. (3) Tujuan
pembelajaran
dapat
membantu
dalam
mendisain
sistem
pembelajaran. Artinya, dengan tujuan yang jelas dapat membantu guru dalam menentukan materi pembelajaran, metode, strategi pembelajaran, alat, media dan sumber belajar, serta dalam menentukan dan merancang alat-alat evaluasi untuk melihat keberhasilan belajar siswa. (4) Tujuan pembelajaran dapat digunakan sebagai kontrol dalam menentukan batas-batas dan kualitas pembelajaran. Artinya, melalui penetapan tujuan, guru bisa mengontrol sampai sejauh mana siswa telah menguasai kemampuan-kemampuan sesuai dengan tujuan dan tuntutan kurikulum yang berlaku. Lebih jauh dengan tujuan dapat ditentukan daya serap siswa dan kualitas suatu sekolah.
Rochmat Rahayu, 2012 Penerapan Model Peer Teaching Dalam Pembelajaran Aktivitas Permainan Bola Tangan Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
23
Atas dasar tersebut, maka setiap guru perlu memahami dan terampil merumuskan tujuan pembelajaran. Dalam proses pembelajaran permainan bolatangan dengan tujuan yang jelas terhadap pencapaian target pembelajaran maka siswa dapat melakukan tugas gerak sesuai dengan materi pembelajaran permainan bolatangan, baik dalam hal materi keterampilan teknik dasar maupun keterampilan bermain bolatangan, sehingga berkaitan dengan hal tersebut maka guru dapat merencanakan tindakan yang harus dilakukan ketika siswa mengalami kesulitan dalam pembelajaran permainan bolatangan. Berdasarkan pemaparan mengenai rumusan dan rancangan tujuan pembelajaran di atas maka rumusan dan rancangan tujuan dalam pembelajaran permainan bolatangan yaitu dapat meningkatkan kebugaran jasmani dan meningkatkan fisik setelah melakukan pembelajaran aktivitas permainan bolatangan, meningkatkan kemampuan dan keterampilan gerak dasar dalam permainan bolatangan, misalnya; keterampilan lokomotor (lari ke depan, lari menyamping, lari mundur), menangkap bola, mengoper bola (passing), menggiring bola (dribbling), menembak (shooting), dan juga mengembangkan sikap sportif, jujur, disiplin, bertanggungjawab, kerjasama, perjaya diri dan demokratis.
2) Materi/Bahan Pembelajaran Setelah merumuskan tujuan pembelajaraan, maka langkah berikutnya dalam perencanaan adalah merumuskan dan menetapkan urutan materi latihan atau tugas-tugas gerak yang akan dipelajari siswa. Pemilihan dan penetapan Rochmat Rahayu, 2012 Penerapan Model Peer Teaching Dalam Pembelajaran Aktivitas Permainan Bola Tangan Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
24
materi latihan harus mengacu pada tujuan pengajaran yang telah ditetapkan. Dalam kondisi semacam ini, maka penguasaan materi pelajaran oleh guru mutlak diperlukan. Guru perlu memahami secara detail isi materi pelajaran yang harus dikuasai siswa, sebab peran guru dan tugas guru adalah sumber belajar. Bahan atau sumber materi pembelajaran pada dasarnya adalah “isi” dari kurikulum, yakni berupa mata pelajaran atau bidang studi dengan topik dan sub topik serta rinciannya. Dipaparkan oleh Supardi (1994) yang dikutip oleh Susilana dkk. (2006:111) Bila dirinci lebih lanjut, isi kurikulum atau bahan pembelajaran itu dapat dikatagorikan menjadi 6 jenis, yaitu:
1. Fakta adalah sesuatu yang telah terjadi atau telah dialami atau dikerjakan bisa berupa objek atau keadaan tentang sesuatu hal. 2. Konsep/teoti adalah suatu ide atau gagasan atau suatu pengertian umum, suatu set atau suatu sistem yang menjelaskan serangkaian fakta, dimana pernyataan tersebut harus memadukan, universal dan meramalkan. 3. Prinsip merupakan suatu aturan atau kaidah untuk melakukan sesuatu, atau keberadaan dasar atau suatu titik tolak atau berfikir. 4. Proses adalah serangkaian gerakan, perubahan, perkembangan atau suatu cara prosedur untuk melakukan kegiatan secara operasional. 5. Nilai adalah suatu pola, ukuran atau norma, atau suatu tipe atau model. Ia berkaitan dengan pengetahuan atas kebenaran yang bersifat umum. 6. Keterampilan adalah suatu kemampuan untuk berbuat sesuatu, baik dalam pengertian fisik maupun mental.
Penjelasan lebih lengkap mengenai bagai mana cara menetapkan bahan pembelajaran, Sudjana (1983) dikutip oleh Seba dan Hendrayana (2005:32) sebagai berikut,
1. Bahan harus sesuai dari menunjang tercapainya tujuan. 2. Bahan yang ditulis dari perencanaan mengajar, terbatas pada konsep saja, atau berbentuk garis besar, bahan tidak pula diuraikan terinci. 3. Menetapkan bahan ajaran harus serasi dengan urutan tujuan. Rochmat Rahayu, 2012 Penerapan Model Peer Teaching Dalam Pembelajaran Aktivitas Permainan Bola Tangan Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
25
4. Urutan bahan hendaknya memperhatikan kesinambungan. 5. Bahan disusun dari yang sederhana menuju yang komplek dan yang mudah menuju yang sulit, dari yang kongkrit menuju yang abstrak. 6. Sifat bahan ada yang faktual dan konseptual.
Pendidikan jasmani merupakan salah satu materi pembelajaran yang harus di ajarkan di sekolah, sehingga dalam penyampaian atau pemberian materi pembelajaran juga haru sesuai dengan kurikulum yang dikembangkan di sekolah tersebut. Dijelaskan pula dalam Lampiran Peraturan Mentri Pendidikan Nomor 22 Tahun 2006 mengenai materi-materi pilihan yang diajarkan dalam aspek permainan dan olahraga (2006:195), bahwa “Permainan dan olahraga meliputi: olahraga tradisional, permainan, eksplorasi gerak, keterampilan lokomotor, nolokomotor, dan manipulatif, atletik, kasti, ronders, kippers, sepakbola, bolavoli, bolatangan, bolabasket, tenis meja, . . .” Merujuk dari kutipan di atas, dari materi-materi pembelajaran permainan yang harus diajarkan di sekolah, bolatangan termasuk di dalamnya, maka pembelajaran aktivitas Permainan bolatangan harus diajarkan dalam pelajaran pendidikan jasmani di sekolah.
3) Pendekatan/model, Strategi dan Metode Pembelajaran Pendekatan/model, Strategi, metode pembelajaran adalah komponen penting
untuk
menentukan
keberhasilan
terhadap
proses
pembelajaran.
Pendekatan/model, Strategi, metode pembelajaran sangatlah berbeda satu dengan yang lainnya tetapi saling berkaitan. Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran. istilah pendekatan merujuk pada pandangan tentang tejadinya suatu proses yang bersifat masih sangat umum. Rochmat Rahayu, 2012 Penerapan Model Peer Teaching Dalam Pembelajaran Aktivitas Permainan Bola Tangan Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
26
oleh karena itu strategi dan metode pembelajaran yang digunakan dapat bersumber atau bergantung pada pendekatan tertentu. Menurut Kullen (1998) yang dikutip oleh Sanjaya (2006:125), bahwa “Ada dua pendekatan dalam pembelajaran, yaitu pendekatan yang berpusat pada guru dan pendekatan yang berpusat pada siswa.” Selain pendekatan, ada istilah lain yang sering digunakan dalam proes pembelajaran yaitu model pembelajaran. Model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang akan disajikan secara khusus olah guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan
suatu
pendekatan
pembelajaran.
berkenaan
dengan
model
pembelajaran, Trianto (2007:2) menjelaskan, bahwa
Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau pola yang dapat kita gunakan untuk mendesain pola-pola mengajar secara tatap muka di dalam kelas atau mengatur tutorial dan untuk menentukan material atau perangkat pembelajaran termasuk di dalam buku-buku, filem-filem, tipe-tipe, programprogram, media komputer dan kurikulum (sebagai kursus untuk belajar)
Dari kutipan diatas bahwa model pembelajaran adalah sebuah rencana yang akan dimanfaatkan untuk merancang pengajaran. Selanjutnya dijelaskan pula, bahwa model pembelajaran membahas tentang pemusatan proses pembelajaran yang dikategorikan ke dalam dua kelompok, yaitu pembelajaran yang berpusat pada guru dan berpusat pada siswa. Penjelasan lebih lanjut mengenai pendekatan dan model pembelajaran oleh Husdarta dan Yudha M. Saputra (1999:38) sebagai berikut,
Rochmat Rahayu, 2012 Penerapan Model Peer Teaching Dalam Pembelajaran Aktivitas Permainan Bola Tangan Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
27
Berdasarka hasil observasi dan penelitian mengenai pendekatan pembelajaran, maka diperoleh kesimpulan bahwa ada empat kelompok model pembelajaran sebagai berikut: (1) kelompok model informasi (model kognitif, model pembelajaran inkuiri, dan model pembelajaran presentasi), (2) kelompok model personal, (3) kelompok model interaksi dan kelompok model prilaku.
Berdasarkan beberapa penjelasan di atas yang menjelaskan pendekatan dan model pembelajaran, maka penulis menarik kesimpulan bahwa terdapat banyak kesamaan antara pendekatan dan model pembelajaran diantaranya, yaitu di dalam pendekatan dan model pembelajaran terdapat sebuah strategi pembelajaran, terdapat dua pengelompokan pendekatan belajar (berpusat pada guru dan siswa), dan penelitian mengenai pendekatan pembelajaran menjelaskan tentang keterkaitan yang erat antara pendekatan dan model pembelajaran yang menghasilan empat kelompok model pembelajaran seperti yang dijelaskan di atas. Strategi merupakan sebuah upaya untuk mencari alternatif perubahan dari sebuah tatanan yang ada. Engkoswara (1981) menyebutkan bahwa “Strategi itu adalah suatu ketentuan yang ditetapkan secara lebih rinci dan berlandaskan pada tujuan.” Sedangkan menurut Juliantine, Subroto dan Yudiana (2010:3) menyebutkan bahwa “Strategi merupakan suatu prosedur memilih, menetapkan dan memadukan kegiatan-kegiatan dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran.” Perumusan strategi adalah penentuan pilihan terbaik dari sejumlah pilihan yang berhasil diidentifikasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Penyusunan suatu strategi merupakan kegiatan awal dari seluruh proses kegiatan pembelajaran dilaksanakan. Tujuannya adalah untuk menciptakan kondisi dan kegiatan belajar yang memungkinkan siswa lancar belajar dan
Rochmat Rahayu, 2012 Penerapan Model Peer Teaching Dalam Pembelajaran Aktivitas Permainan Bola Tangan Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
28
mencapai sasaran pembelajaran, atau dengan istilah lain tujuannya agar proses pembelajaran itu berhasil. Strategi mempunyai pengaruh sangat besar terhadap hasil belajar siswa yang bersangkutan, bahkan sangat menentukan. Oleh sebab itu seorang guru jika ingin tercapai tujuan pengajarannya, maka guru dituntut untuk memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam menyusun strategi pembelajaran. Setelah menyimak penjelasan di atas mengenai strategi pembelajaran, maka untuk menjalankan strategi pembelajaran dijelaskan oleh Sanjaya (2006:126), bahwa “. . .
menjalankan strategi itu dapat ditetapkan berbagai
metode pembelajaran.” selanjutnya Sanjaya (2006:145) menjelaskan “metode adalah cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam kegiatan nyata agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal.” Ini berarti, Metode adalah komponen yang mempunyai fungsi yang sangat menentukan untuk mencapai Keberhasilan tujuan pembelajaran. metode juga cara yang digunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat berlangsungnya pengajaran. Metode juga digunakan untuk merealisasikan sebuah strategi yang telah ditetapkan. Metode mengajar yang baik tergantung pada bermacam-macam faktor seperti tujuan yang akan dicapai, kemampuan guru menggunakan metode tersebut, kemampuan siswa, besarnya kelompok, waktu dan fasilitas yang tersedia. Kebaikan suatu metode dapat dilihat dari kesempatan penggunaannya dalam proses pembelajaran. Setiap metode mempunyai nilai tersendiri tergantung kepada orang yang menggunakannya dan cara bagaimana mengambil manfaatnya.
Rochmat Rahayu, 2012 Penerapan Model Peer Teaching Dalam Pembelajaran Aktivitas Permainan Bola Tangan Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
29
Dalam perencanaan dan persiapan mengajar tugas utama seorang guru adalah memilih dan menggunakan metode-metode mengajar yang tepat, disesuaikan dengan kekhususan masing-masing mata pelajaran tertentu agar proses pembelajaran berlangsung lancar, baik dan efektif.
4) Evaluasi Evaluasi merupakan tahapan penting bagi suatu kegiatan pembelajaran, evaluasi pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang dilakukan guna memberi berbagai informasi secara berkesinambungan dan menyeluruh tentang proses dan hasil belajar yang telah dicapai siswa. Sagala (2003:164) menjelaskan bahwa
Evaluasi adalah suatu proses yang berlangsung secara berkesinambungan. Evaluasi sebelum proses pembelajaran, misalnya karakteristik siswa, kemampuan siswa, metode dan materi pembelajaran yang digunakan. Evaluasi selama proses pembelajaran ialah evaluasi yang digunakan untuk melacak dan memperbaki masalah belajar mengajar serta kesulitannya, baik dalam penyampaian materi maupun strategi pendekatan yang digunakan.
Dengan berdasarkan batasan-batasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa evaluasi secara umum dapat diartikan sebagai proses sistematis untuk menentukan nilai sesuatu (tujuan, kegiatan, keputusan, unjuk kerja, proses, orang, maupun objek) berdasarkan kriteria tertentu. Evaluasi mencakup sejumlah teknik yang tidak bisa diabaikan oleh seorang guru. Evaluasi bukanlah sekumpulan teknik semata-mata, tetapi evaluasi merupakan suatu proses yang berkelanjutan yang mendasari keseluruhan kegiatan pembelajaran yang baik. Evaluasi pembelajaran bertujuan untuk mengetahui sampai sejauh mana efisiensi proses pembelajaran yang dilaksanakan dan efektifitas pencapaian tujuan pembelajaran yang telah Rochmat Rahayu, 2012 Penerapan Model Peer Teaching Dalam Pembelajaran Aktivitas Permainan Bola Tangan Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
30
ditetapkan. Dalam rangka kegiatan pembelajaran, evaluasi dapat didefinisikan sebagai suatu proses sistematik dalam menentukan tingkat pencapaian tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Erman (2003:2) menyatakan bahwa “Evaluasi pembelajaran juga dapat diartikan sebagai penentuan kesesuaian antara tampilan siswa dengan tujuan pembelajaran.”
Selanjutnya
Juliantine,
Subroto
dan
Yudiana
(2010:15)
menjelaskan bahwa “Evaluasi berguna untuk memperoleh gambaran tentang kemajuan hasil belajar siswa, untuk memperbaiki dan menyempurnakan program pengajaran, untuk mendorong siswa giat belajar.” Dalam hal ini yang dievaluasi adalah karakteristik siswa dengan menggunakan suatu tolak ukur tertentu. Karakteristik-karakteristik tersebut dalam ruang lingkup kegiatan belajar-mengajar adalah tampilan siswa dalam bidang kognitif (pengetahuan), afektif (sikap), dan psikomotor (ketrampilan atau gerak). Tampilan tersebut dapat dievaluasi secara lisan, tertulis, mapupun perbuatan. Apabila lebih lanjut kita kaji pengertian evaluasi dalam pembelajaran, maka akan diperoleh pengertian yang tidak jauh berbeda dengan pengertian evaluasi secara umum. Pengertian evaluasi pembelajaran adalah proses untuk menentukan nilai pembelajaran yang dilaksanakan, dengan melalui kegiatan pengukuran dan penilaian pembelajaran. Pengukuran yang dimaksud di sini adalah proses membandingkan tingkat keberhasilan pembelajaran dengan ukuran keberhasilan pembelajaran yang telah ditentukan secara kuantitatif, sedangkan penilaian yang dimaksud di sini adalah proses pembuatan keputusan nilai keberhasilan pembelajaran secara kualitatif.
Rochmat Rahayu, 2012 Penerapan Model Peer Teaching Dalam Pembelajaran Aktivitas Permainan Bola Tangan Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
31
b. Teknik Dasar Permainan Bolatangan Aktivitas bermain dalam permainan bolatangan ditandai dengan berbagai macam aktivitas gerak selama bermain. Untuk dapat melakukan aktivitas bermain dalam permainan bolatangan maka siswa harus dapat melakukan teknik dasar permainan bola tangan. Hal ini bertujuan agar aktivitas bermain yang menuntut keaktifan bergerak dapat terlaksana. Teknik dasar dalam permainan bola tangan adalah melempar, menangkap, membawa bola dan menembak bola. Mahendra (2000:56-64) menyebutkan bahwa dalam garis besarnya keterampilan dasar bermain bolatangan terdiri dari: a) Keterampilan lokomotor khusus (1) Lari lurus ke depan dengan cepat Lari lurus kedepan dengan cepat memerlukan teknik dasar sprint yang baik. Teknik ini berkepentingan dengan upaya memperbaiki gerakan lari, dari mulai geraka lengan, gerakan kaki, kecondongan tubuh serta koordinasi dari semuanya. (2) Lari menyamping Lari menyamping diperlukan manakala pemain sedang menunggu operan (passing) dari teman seregu sambil bergerak lari. Tetapi yang paling penting dari keperluan lari menyamping ini adalah untuk menghadang laju atau bola yang melintas di samping pemain.
Rochmat Rahayu, 2012 Penerapan Model Peer Teaching Dalam Pembelajaran Aktivitas Permainan Bola Tangan Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
32
(3) Lari mundur Berlari mundur juga perlu dilatih untuk keperluan seperti lari menyamping. Kombinasi antara latihan lari menyamping dan lari mundur akan menjadi kegiatan yang mearik jika diberikan dalam pendekatan latihan reaksi. (4) Lari cepat dan kemdian mengganti arah lari tanpa kehilangan keseimbangan. b) Menangkap bola Bola setinggi dada, bola tinggi, bola disamping kiri/kanan badan, bola rendah(setinggi lutut), bola yang menggelundung. Berbagai ketermpilan menangkap bola seperti diuraikan diatas, memerlukan sikap tubuh yang tertentu pula. Pada dasarnya, posisi tubuh untuk menangkap harus memungkinkan agar bola datang langsung kearah penangkap, agar dicapai sikap menangkap yang benar-benar memungkinkan. c) Mengoper bola (passing) (1) Dengan dua tangan (chest pass, overhead pass, underhead pass) Operan dengan dua tangan diperlukan terutama untuk operan-operan jarak dekat, naun perlu dilakukan secara cepat. (2) Dengan satu tangan (javeline pass, side pass, reverse pass) Operan dengan satu tangan, dilihat dari jenisnya, dapat dibedakan berdasarkan dua tujuan, yaitu pertama, untuk meengoper pada teman seregu yang berjarak jauh, dan yang ke dua, mengoper untu mengecoh lawan.
Rochmat Rahayu, 2012 Penerapan Model Peer Teaching Dalam Pembelajaran Aktivitas Permainan Bola Tangan Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
33
d) Menggiring bola (Dribbling) Menggiring bola merupakan keterampilan yang cukup sulit karena memerlukan koordinasi mata-tangan yang tinggi. Dengan demikian, pelaksanaan pantulan antara dribbling di tempat dan dribbling sambil bergerak memerlukan penyesuaian dan sikap tubuh. e) Menembak (Shooting) Menembak adalah bentuk gerakan lemparan yang ditunjukan untuk memasukan bola kegawang. Lemparan yang dilakukan dengan mengerahkan seluruh kecepatan dan kekuatan dalam waktu yang sangat singkat sehingga menghasilkan gerakan laju bola yang cepat.
2.
Hakikat Peer Teaching Peer Teaching merupakan salah satu pendekatan mengajar yang menuntut
seorang peserta didik mampu mengajar pada peserta lain (Silberman, 2006:178), atau dengan kata lain Peer Teaching dapat didefinisikan sebagai proses pembelajaran yang dilakukan antar teman sebaya untuk bertukar fikiran. Lebih lanjut menurut Boud, cohen and sampson’s (2001) yang diunduh dari http://www.aare.edu.au/02pap/lon02122.htm [Juni 16,2011] menjelaskan bahwa
Peer teaching meliputi pembelajaran dari dan antar satu sama lain dengan tujuan saling menguntungkan untuk mendapatkan dan berbagi pengetahuan, ide dan pengalaman antar satu sama lain, peserta didik menawarkan dukungan emosional satu sama lain, sebanyak pembelajaran itu sendiri.
Pendekatan pengajaran Peer Teaching akan membuat siswa dituntut untuk aktif berdiskusi terhadap sesama teman dan mengerjakan tugas-tugas yang
Rochmat Rahayu, 2012 Penerapan Model Peer Teaching Dalam Pembelajaran Aktivitas Permainan Bola Tangan Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
34
diberikan oleh guru, dengan model pengajaran Peer Teaching siswa akan berperan sebagai guru dan menjelaskan materi pembelajaran yang telah disampaikan oleh guru, sehingga secara tidak langsung siswa telah belajar berkomunikasi, menyampaikan informasi dan menumbuhkan rasa percaya diri dalam diri siswa, selain itu model pengajaran Peer Teaching
juga akan
merangsang siswa untuk berpikir kritis terhadap suatu tugas yang diberikan oleh guru. Dalam pembelajaran Peer Teaching yang dalam pembelajarannya melibatkan siswa yang dijadikan sebagai tutor bagi teman yang lainnya. Metzler (2000:287) menyebutkan pembelajaran Peer Teaching memiliki tiga konsep penting yang harus diperhatikan, adapun konsep tersebut yaitu:
1. Model mengajar sebaya dengan jelas mengandalkan setrategi yang digunaka murid untuk mengajar murid yang lainnya, tetapi itu hanya menjadi model pengajaran sebaya ketika seorang guru merencanakan dan mengikuti model pendekatan dasar. 2. Pengajaran sebaya tidak sama dengan pembelajaran berpasangan. Untuk memenuhi syarat sebagai pengajar sebaya, seorang murid harus diberi tanggung jawab yang jelas dalam menyampaikan beberapa kunci menjalankan intruksi dengan normal seperti pura-pura jadi guru. 3. Pembelajaran sebaya tidak dilayani seperti pembelajaran kooperatif dalam skala lebih kecil.
Peer Teaching atau pengajaran sebaya didasarkan pada keterampilan yang dapat diterima untuk mengurangi masalah tentang guru dalam melakukan proses pembelajaran, ketika murid berperan sebagai guru atau tutor bagi murid yang lain maka murid tersebut dengan sadar menggunakan cara yang dapat meningkatkan pemahamannya sendiri mengenai tugas dengan cara berkontribusi untuk
Rochmat Rahayu, 2012 Penerapan Model Peer Teaching Dalam Pembelajaran Aktivitas Permainan Bola Tangan Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
35
meningkatkan praktek ketika mendapat kesempatan untuk menjadi tutor atau pengajar. Model pembelajaran Peer Teaching atau pengajaran sebaya memiliki potensi untuk meningkatkan waktu belajar atau berlatih siswa dalam proses pembelajaran, selain itu model Peer Teaching atau pengajaran sebaya juga dapat meningkatkan kecerdasan kognitif murid dalam pembelajaran pendidikan jasmani. Alasan model mengajar Peer Teaching atau pengajaran sebaya dijadikan sebagai model pembelajaran dan tidak hanya sebagai teman belajar adalah tingkatan dimana tutor disiapkan dan dilatih perasaannya sebagai guru pada saat mengajar. Agar model Peer Teaching atau pengajaran sebaya menjadi lebih efektif maka guru harus membantu tutor untuk mengerti dan menyampaikan pelaksanaan pembelajaran agar mereka memikul tanggung jawab tersebut. Metzler (1999:289) menjelakan bahwa rencana pelatihan yang baik dalam peran sebagai tutor harus menyertakan:
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9.
Penjelasan tujuan pembelajaran. Harapan tutor, Presentasi tugas dan memeriksanya untuk pemahaman. Menyusun tugas dan memeriksanya untuk pemahaman. Bagaimana untuk menyampaikan kesalahan kepada orang yang belajar. Bagaimana menyediakan tes yang cocok. Bagaimana praktek secara aman. Bagaimana menyusun penguasaan atau memenuhi tugas. Mengetahui kapan waktunya mengajukan pertanyaan kepada seorang guru.
Dalam pemilihan siswa sebagai tutor yang akan menjelaskan materi yang diberikan guru kepada siswa yang lainnya, maka guru harus benar-benar memilih siswa yang memiliki jiwa pemimpin dan memiliki cara berkomunikasi yang baik Rochmat Rahayu, 2012 Penerapan Model Peer Teaching Dalam Pembelajaran Aktivitas Permainan Bola Tangan Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
36
agar materi pembelajaran dapat tersampaikan dengan baik. Model pembelajaran Peer Teaching atau pengajaran sebaya memiliki beberapa kelebihan dibandingkan model pembelajaran lain. Grenwood, Carta dan Kamps (1990) membandingkan keuntungan pengajaran media guru dan media murid kemudian mendapatkan hasil bahwa pengajaran sebaya lebih cukup menguntungkan, ada pun perbandingan pengajaran media guru dan media teman dapat dilihat di tabel 2.1 sebagai berikut: Faktor mengajar
Media guru
Media teman sebaya
Keuntungan Perbandingan murid/guru
Tinggi
Rendah
Penggunaan waktu
Berubah-ubah
Tinggi
kesempatan untuk merespon
Rendah
Tinggi
Kesempatan untuk mengoreksi
Rendah
Tinggi
Lambat
Segera
Sedikit
Banyak
Sedikit
Banyak
Dukungan guru
Teman sebaya
kesalahan Kesiapan untuk menggoreksi kesalahan Kesempatan untuk membantu dan dorongan Kesempatan untuk persaingan dan kerjasama pengalaman belajar Motivasi
ditambah dukungan Rochmat Rahayu, 2012 Penerapan Model Peer Teaching Dalam Pembelajaran Aktivitas Permainan Bola Tangan Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
37
guru Kelemahan Persyaratan pelatihan teman
Sedkit
Banyak
Sedkit
Banyak
Cakupan isi
Bagus
Berubah-ubah
Pemilihan teman sebaya
Tidak diperlukan
Diperlukan
Adaptasi kurikulum
Sedkit
Banyak
Biaya
Tinggi
Rendah
Perhatian kelayakan
Sedkit
Meningkat
sebaya Syarat-syarat mengawasi kualitas
Grenwood, Carta dan Kamps (1990) dalam Metzler (1999:290) Ketika model dipilih untuk menyesuaikan tujuan keseluruhan pengajaran mengenal permintaan kontekstual untuk keseluruhan isi, dan dilaksanakan kepada bentuk model, itu akan jadi cara yang efektif untuk pencapaian murid dalam menetapkan tujuan pembelajaran dalam pendidikan jasmani. Model Peer Taching yang diterapkan dalam pembelajaran permainan bolatangan dilakukan dengan beberapa tahapan pembelajaran. karena model Peer Teaching merupakan proses pengajaran teman sebaya (tutor sebaya), yang secara kognitif memiliki pengetahuan yang hampir sama, maka model Peer Teaching dalam pembelajaran bolatangn harus tetap dibawah pengawasan, arahan dan bantuan guru, agar pembelajaran dapat berjalan dengan efektif.
Rochmat Rahayu, 2012 Penerapan Model Peer Teaching Dalam Pembelajaran Aktivitas Permainan Bola Tangan Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
38
Model Peer Teaching dalam pembelajaran bolatangan dilakukan dengan cara guru menjelaskan materi pembelajaran bolatangan kepada beberapa murid yang dijadikan tutor, kemudian setelah tutor tersebut mengerti tugas gerak yang harus diajarkan maka tutor tersebut menyampaikannya kepada siswa lain agar melakukan tugas gerak tersebut. Tutor berperan sebagai guru yang menyampaikan pembelajaran, jika dalam proses pembelajaran Peer Teaching terdapat kelemahan atau ketidak efektifan belajar maka guru bertugas untuk memberi pengarahan, baik kepada tutor maupun siswa yang sedang belajar.
3.
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupaka bagian dari Penelitian
Tindakan (action reserech). Penelitian Tindakan (action reserech) memiliki memiliki ruang lingkup yang lebih luas dari Penelitian Tinakan Kelas (PTK), karena objek penelitian tindakan tidak hanya hanya terbatas di dalam kelas, tetapiti bisa di luar kelas, seperti sekolah, organisasi, komunitas dan masyarakat (Kunandar, 2009:42). Penelitian Tindakan (action reserech) menurut Wallace (1989) dalam Burns (1999) yang dikutip oleh Kunandar (2009:44) menjelaskan bahwa:
Penelitian Tindakan dilakukan dengan mengumpulkan data atau informasi secara sistemis tentang praktik keseharian dan menganalisanya untuk dapat membuat keputusan-keputusan tentang praktik yang seharusnya dilakukan di masa mendatang.
Dari penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa Penelitian Tindakan (action reserech) adalah suatu proses pengumpulan data dan informsi
Rochmat Rahayu, 2012 Penerapan Model Peer Teaching Dalam Pembelajaran Aktivitas Permainan Bola Tangan Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
39
yang dilakukan dengan tujuan untuk memperbaiki kualitas praktek di masa yang akan datang dengan memperhatikan prinsip-prinsip dalam melakukan tindakan. Dalam proses penelitian tindakan menurut Kunandar (2009:44) terdapat tiga prinsip yang harus diperhatikan, yaitu:
1. Adanya partisipasi dari peneliti dari suatu program atau kegiatan. 2. Adanya tujuan untuk meningkat kualitas suatu program atau kegiatan melalui penelitian tindakan tersebut. 3. Adanya tindakan (treatment) untuk meningkatkan kualitas suatu program atau kegiatan.
Mengacu dari tiga prinsip yang telah disebutkan di atas maka penelitian Tindakan Kelas dapat didefinisikan sebagai suatu Penelitian Tindakan (action reserech) yang dilakukan oleh guru yang sekaligus sebagai peneliti di kelasnya atau bersama-sama dengan orang lain (kolaborasi) dengan jalan merancang, melaksanakan dan mereflesikan tindkan secara kolaboratif dan partisipatif yang bertujuan untuk memperbaiki atau meningkatkan mutu (kualitas) proses pembelajaran di kelsanya melalui suatu tindakan (treatment) tertentu dalam suatu siklus (Kunandar, 2009:44-45). Penelitian Tindakan Kelas (PTK) merupkan penelitian yang dilakukan di kelas, sehingga secara umum tujuan dari Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah untuk memperbaiki mutu pembelajaran di dalam kelas. Kunandar (2009:63-64) menjelaskan bahwa tujuan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah sebagai berikut:
1. Untuk memecahkan permasalahan nyata yang terjadi di dalam kelas yang dialami langsung dalam interaksi antara guru dan siswa yang
Rochmat Rahayu, 2012 Penerapan Model Peer Teaching Dalam Pembelajaran Aktivitas Permainan Bola Tangan Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
40
2. 3. 4.
5.
6.
7. 8.
9.
sedang belajar, meningkatkan profesionallisme guru dan menumuhkan budaya akademik dikalangan para guru. Peningkatan kualitas praktik pembelajaran di kelas secara terus menerus mengingat masyarakat berkembang secara cepat. Peningkatan relevansi pendidikan, hal ini dicapai melalui peningkatan proses pembelajaran. Sebagai alat traning in-service yang memperlengkapi guru dengan skil dan metode baru, mempertajam kekuatan analisisnya dan mempertinggi kesadaran dirinya. Sebagai alat untuk memasukan pendekatan tambahan atau inovatif terhadap sistem pembelajaran yang berkelanjutan yang iasanya menghambat inovasi dan perubahan. Peningkatan mutu hasil pendidikan melalui perbaikan praktik pembelajaran di kelas dengan mengembangkan berbagai jenis keterampilan dan meningkatnya motivasi belajar siswa. Meningkatkan sikap rofesional pendidik dan tenaga kependidikan. Menumbuh kembangkan budaya akademik dilingkungan sekolah, sehingga tercipta sikap proaktif dalam melakukan perbaikan mutu pendidikan dan pembelajaran secara berkelanjutan. Peningkatan efesiensi pengeolaan pendidikan, peningkatan atau perbaikan proses pembelajaran di samping untuk meningkatkan relevansi dan mutu hasil pendidikan juga ditunjkan untuk meningkatkan evesiensi pemanfaatan sumber-sumber daya yang terintegrasi di dalamnya.
Tujuan dari Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang telah diuraikan di atas menunjukan bahwa Penelitian Tindakan Kelas (PTK) memberikan pengaruh yang positif terhadap perkembangan mutu pendidikan. Untuk mencapai tujuan tersebut maka dalam melakuka Penelitian Tindakan Kelas (PTK) guru atau peneliti harus memperhatikan tahapan-tahapan dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Mengenai tahapan dalam PTK, Arikunto (2009:16) menjelakan bahwa: “....Secara garis besar terdapat empat tahapan yang lazim dilalui, yaitu: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi.”
Rochmat Rahayu, 2012 Penerapan Model Peer Teaching Dalam Pembelajaran Aktivitas Permainan Bola Tangan Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
41
a. Penyusunan perencanaan Penyusunan perencanaan didasarkan pada hasil penjajagan refleksi awal. Secara rinci perencanaan mencakup tindakan yang akan dilakukan untuk memperbaiki, meningkatkan atau merubah perilaku dan sikap yang diinginkan sebagai
solusi
dari
permasalahan-permasalahan.
Perlu
disadari
bahwa
perencanaan ini bersifat fleksibel dalam arti dapat berubah sesuai dengan kondisi nyata yang ada. b. Pelaksanaan tindakan Pelaksanaan tindakan menyangkut apa yang dilakukan peneliti sebagai upaya perbaikan, peningkatan atau perubahan yang dilaksanakan berpedoman pada rencana tindakan. Jenis tindakan yang dilakukan dalam PTK hendaknya selalu didasarkan pada pertimbangan teoritik dan empiric agar hasil yang diperoleh berupa peningkatan kinerja dan hasil program yang optimal. c. Observasi (pengamatan) Kegiatan observasi dalam PTK dapat disejajarkan dengan kegiatan pengumpulan data dalam penelitian formal. Dalam kegiatan ini peneliti mengamati hasil atau dampak dari tindakan yang dilaksanakan atau dikenakan terhadap siswa. Istilah observasi digunakan karena data yang dikumpulkan melalui teknik observasi. d. Refleksi Pada dasarnya kegiatan refleksi merupakan kegiatan analisis, sintesis, interpretasi terhadap semua informasi yang diperoleh saat kegiatan tindakan. Dalam kegiatan ini peneliti mengkaji, melihat, dan mempertimbangkan hasil-hasil
Rochmat Rahayu, 2012 Penerapan Model Peer Teaching Dalam Pembelajaran Aktivitas Permainan Bola Tangan Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
42
atau dampak dari tindakan. Setiap informasi yang terkumpul perlu dipelajari kaitan yang satu dengan lainnya dan kaitannya dengan teori atau hasil penelitian yang telah ada dan relevan. Melalui refleksi yang mendalam dapat ditarik kesimpulan yang mantap dan tajam. Refleksi merupakan bagian yang sangat penting dari PTK yaitu untuk memahami terhadap proses dan hasil yang terjadi, yaitu berupa perubahan sebagai akibat dari tindakan yang dilakukan. “Kapan siklus-siklus tersebut berakhir ?” Pertanyaan ini hanya dapat dijawab oleh si peneliti sendiri. Kalau dia sudah merasa puas terhadap hasil yang dicapai dalam suatu kegiatan PTK yang dia lakukan, maka dia akan mengakhiri siklus-siklus tersebut. Selanjutnya, dia akan melakukan satu identifikasi masalah lain dan kemudian diikuti oleh tahapan-tahapan PTK baru guna mencari solusi dari masalah tersebut. Berdasarkan penjelasan di atas tentang penelitian tindakan kelas mengenai langkah-langkah penelitian yang merupakan hasil sintesis dari kedua model sesuai dengan pemaparan di atas, maka dapat diambil langkah-langkah tindakan kongkrit dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Penyusunan perencanaan merupakan proses pembuatan scenario atau perencanaan yang merupakan hasil identifikasi masalah, maka peneliti dalam penelitian ini membuat yaitu sebuah rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). b. Pelaksanaan tindakan merupakan proses perealisasian dari rencana tindakan yang dibuat. Dalam penelitian ini bentuk kongkritnya, yaitu pelaksanan proses pembelajaran bolatangan yang telah disesuaikan dengan RPP yang telah dibuat merupakan upaya mengatasi masalah yang terjadi di sekolah tersebut terkait
Rochmat Rahayu, 2012 Penerapan Model Peer Teaching Dalam Pembelajaran Aktivitas Permainan Bola Tangan Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
43
proses pembelajaran permainan bolatangan di SMA AL-Musyawarah Lembang. c. Observasi dapat disejajarkan dengan kegiatan pengumpulan data bersamaan dengan pelaksanaan pembelajaran. Hasilnya berupa data yang kongkrit dari hasil proses pembelajaran bolatangan. Teknik yang digunakan adalah observasi berstruktur dan sistematis. d. Data dari hasil pelaksanan pembelajaran kemudian dianalisis, sistesiskan, dan interpretasi yang disebut refleksi. Hasil dari langkah ini adalah sebuah kesimpulan yang kemudian menjadi upaya selanjutnya yang diambil untuk mengatasi masalah yang belum terpecahkan dalam bentuk perancanaan pembelajaran bolatangan di SMA AL-Musyawarah Lembang.
4. Konsep Jumlah Waktu Aktif Belajar (JWAB) Salah satu cara yang dilakukan peneliti dalam setiap proses pembelajaran yaitu dalam kegiatan memberikan intruksi, demonstrasi, dan mengetes pemahaman siswa. Semua kegiatan tersebut banyak menyita waktu sehingga waktu aktif belajar siswa kurang diperhatikan. Salah satu cara untuk mengetahui bagaimana siswa menghabiskan waktu dalam pelajaran pendidikan jasmani adalah dengan menganalisa waktu (time analysis). Mengenai Jumlah Waktu Aktif Belajar (JWAB) Suherman (2009:30) menjelaskan bahwa:
Cara ini digunakan untuk mengetahui pemanfaatan waktu dalam PBM pendidikan jasmani. Misalnya: berapa lama siswa menghabiskan waktu untuk mendengarkan penjelasan guru, melakukan aktivitas belajar, atau menunggu giliran. Untuk dapat mengetahui aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar pendidikan jasmani adalah mengetahui kategori aktivitas. Aktivitas disini maksudnya adalah definisi mengenai klasifikasi aktivitas dalam proses Rochmat Rahayu, 2012 Penerapan Model Peer Teaching Dalam Pembelajaran Aktivitas Permainan Bola Tangan Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
44
belajar mengajar misalnya : guru menjelaskan, siswa belajar keterampilan, peregangan, guru mengoreksi, bertanya, mendengarkan dan sebagainya. Salah satu yang digunakan untuk melihat pemanfaatan waktu dalam PBM pendidikan jasmani yang didalamnya penelitian, observer terlebih dahulu menetapkan jumlah kategori aktivitas dan definisi kategori dan dari masingmasing kategori aktivitas tersebut. Berikut contoh kategori aktivitas dalam PBM pendidikan jasmani.
Waktu pengelolaan siswa (M) adalah waktu yang di habiskan oleh guru untuk mengelola siswa, misalnya: megambil dan menyimpan peralatan olahraga dan membariskan siswa. Waktu instruksi (I) adalah waktu yang dihabiskan guru untuk
mengajar,
contoh
diantaranya
adalah:
memberikan
instruksi,
mendemonstrasikan gerakan, bertanya kepada siswa. Waktu belajar (A) adalah waktu yang dihabiskan oleh siswa untuk bergerak melakukan aktivitas yang sesuai dengan tujuan pelajaran saat itu. Waktu tunggu (W) adalah waktu yang dihabiskan oleh siswa untuk menunggu misalnya: menunggu giliran melakukan aktivitas, menunggu mendapatkan bola, dan mengambil bola ke luar lapangan.
B. KERANGKA BERFIKIR Seperti yang telah dipaparkan pada BAB I mengenai permasalahan yang terjadi dalam proses pembelajaran bolatangan di SMA AL-Musyawarah Lembang, bahwa “Bagaimana penerapan model pembelajaran Peer Teaching diterapkan dalam pembelajaran aktivitas permainan bolatangan?” Model pembelajaran Peer Teaching merupakan model pembelajaran yang menggunakan teman sebaya sebagai tutor, tentu dalam pelaksanaannya akan mengalami kendala-kendala khususnya bagi guru-guru yang belum punya pengalaman untuk itu, meskipun secara teoritis mereka memahami apa yang disebut dengan model
Rochmat Rahayu, 2012 Penerapan Model Peer Teaching Dalam Pembelajaran Aktivitas Permainan Bola Tangan Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu
45
pembelajaran Peer Teaching. Oleh sebab itu usaha-usaha perbaikan pembelajaran aktivitas permainan bolatangan melalui langkah-langkah seperti yang diutarakan dalam PTK. Maka dapat diduga model pembelajaran Peer Teaching dapat diterapkan secara efektif dalam pembelajaran aktivitas permainan bolatangan.
C. HIPOTESIS TINDAKAN Berdasarkan tinjauan teoritis dan kerangka berpikir di atas, maka hipotesis tindakan yang diajukan dalam penelitian ini adalah “Model Peer Teaching dapat diterapkan secara efektif di dalam pembelajaran aktivitas permainan bolatangan.”
Rochmat Rahayu, 2012 Penerapan Model Peer Teaching Dalam Pembelajaran Aktivitas Permainan Bola Tangan Universitas Pendidikan Indonesia | Repository.Upi.Edu