BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Sampah dan Pengaruhnya Sampah merupakan material sisa yang tidak diinginkan setelah
berakhirnya suatu proses. Sampah dapat didefinisikan oleh manusia menurut derajat keterpakaiannya. Dalam proses-proses alam sebenarnya tidak ada konsep sampah, yang ada hanya produk-produk yang dihasilkan setelah dan selama proses alam tersebut berlangsung. Akan tetapi karena dalam kehidupan manusia didefinisikan konsep lingkungan sampah dapat dibagi menurut jenis-jenisnya. Berdasarkan sumbernya jenis- jenis sampah dapat dibagi beberapa jenis diantaranya sampah alam, sampah manusia, sampah konsumsi, sampah nuklir, sampah industri, sampah pertambangan. Dari sumber-sumber sampah tersebut dapat juga dibedakan berdasarkan sifat–sifatnya, sampah organik yaitu sampah yang dapat diurai dan sampah anorganik yaitu sampah yang tidak terurai (Dasmasetiawan, 2004). Pengelolaan sampah yang kurang baik dapat memberikan pengaruh negatif bagi kesehatan, lingkungan, maupun bagi kehidupan sosial ekonomi dan budaya masyarakat. Pengelolaan sampah yang kurang baik akan menjadikan sampah sebagai tempat perkembangbiakan vektor penyakit, seperti lalat, tikus, serangga dan jamur. Penyakit demam berdarah disebabkan oleh vektor Aedes aegypty yang hidup berkembangbiak di lingkungan, pengelolaan sampah yang kurang baik, banyaknya kaleng, ban bekas dan plastik dengan genangan air. Penyakit sesak nafas dan penyakit mata disebabkan bau sampah yang menyengat yang
Universitas Sumatera Utara
mengandung amonia hydrogen, solfide dan metylmercaptan. Penyakit saluran pencernaan (diare, kolera dan typus) disebabkan banyaknya lalat yang hidup berkembangbiak
di
sekitar
lingkungan
tempat
penumpukan
sampah
(Prasasti, et. al, 2005). Insidensi penyakit kulit meningkat karena adanya bibit penyakit yang hidup dan berkembangbiak di tempat pembuangan dan pengumpulan sampah yang kurang baik. Penularan penyakit ini dapat melalui kontak langsung ataupun melalui udara. Penyakit kecacingan terjadi dikarenakan membuang sampah secara sembarangan dan masyarakat kurang menjaga kebersihan dirinya, misalnya makan tanpa mencuci tangan terlebih dahulu dan lain-lain. Gangguan kesehatan yang disebabkan oleh pencemaran udara ini dengan sendirinya dapat mempengaruhi daya kerja dan kreatifitas seseorang, yang berakibat menurunnya nilai produktifitas serta bias mengakibatkan kerugian ekonomi di jangka pendek maupun jangka panjang, serta timbulnya permasalahan sosial ekonomi keluarga maupun masyarakat (Nurmaini, 2005). Pengelolaan sampah yang kurang baik menyebabkan estetika lingkungan menjadi kurang sedap dipandang mata misalnya banyaknya tebaran-tebaran sampah sehingga mengganggu kesegaran udara lingkungan masyarakat. Pembuangan sampah ke dalam saluran pembuangan air menyebabkan aliran air terganggu dan saluran air menjadi dangkal. Proses pembusukan sampah oleh mikroorganisme menghasilkan gas-gas tertentu yang menimbulkan bau busuk. Adanya asam organik dalam air serta kemungkinan terjadinya banjir mempercepat terjadinya pengerusakan fasilitas pelayanan masyarakat antara lain jalan,
Universitas Sumatera Utara
jembatan, saluran air, fasilitas jaringan dan lain-lain. Pembakaran sampah dapat menimbulkan pencemaran udara dan bahaya kebakaran lebih luas. Apabila musim hujan datang, sampah yang menumpuk dapat menyebabkan banjir dan mengakibatkan pencemaran pada sumber air permukaan atau sumur dangkal (Sulistyorini, 2005). Pengelolaan sampah yang kurang baik mencerminkan keadaan sosialbudaya masyarakat setempat. Keadaan lingkungan yang kurang baik dan jorok, menurunkan minat dan hasrat orang lain untuk datang berkunjung ke daerah tersebut. Penumpukan sampah di pinggir jalan menyebabkan kemacetan lalu lintas yang dapat menghambat kegiatan transportasi barang dan jasa. Angka kesakitan meningkat dan mengurangi hari kerja sehigga produktifitas masyarakat menurun. Kegiatan perbaikan lingkungan yang rusak memerlukan dana yang besar sehingga dana untuk sektor lain berkurang (Tamod, 2008). Kesehatan perumahan dan lingkungan pemukiman adalah kondisi fisik, kimia, dan biologik di dalam rumah, di lingkungan rumah dan perumahan, sehingga memungkinkan penghuninya mendapatkan derajat kesehatan yang optimal. Persyaratan kesehatan perumahan yang meliputi persyaratan lingkungan perumahan dan pemukiman serta persyaratan rumah itu sendiri, sangat diperlukan karena pembangunan perumahan berpengaruh sangat besar terhadap peningkatan derajat kesehatan individu, keluarga dan masyarakat seperti yang terdapat pada peraturan
Menteri
Kesehatan
(Kepmenkes)
No.829/Menkes/SK/VII/1999
mengenai lokasi tempat tinggal (Nandi, 2005).
Universitas Sumatera Utara
2.2
Pengertian Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPAS) Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPAS) merupakan tempat dimana
sampah mencapai tahap terakhir dalam pengelolaannya sejak mulai timbul di sumber, pengumpulan, pemindahan/pengangkutan, pengolahan dan pembuangan. TPAS merupakan tempat dimana sampah diisolasi secara aman agar tidak menimbulkan gangguan terhadap lingkungan sekitarnya. Karenanya diperlukan penyediaan fasilitas dan perlakuan yang benar agar keamanan tersebut dapat dicapai dengan baik. Beberapa jenis sampah dapat terurai secara cepat, sementara yang lain lebih lambat bahkan ada beberapa jenis sampah yang tidak berubah sampai puluhan tahun misalnya plastik. Hal ini memberikan gambaran bahwa setelah TPAS selesai digunakanpun masih ada proses yang berlangsung dan menghasilkan beberapa zat yang dapat mengganggu lingkungan. Karenanya masih diperlukan pengawasan terhadap TPAS yang telah ditutup. Penentuan harus mengikuti persyaratan dan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan pemerintah melalui SNI nomor 03-3241-1994 tentang tata cara pemilihan lokasi TPAS. Kriteria penentuan lokasi TPAS sudah pernah dikaji oleh tim peneliti dari Kelompok Keilmuan Inderaja dan SIG serta peneliti dari Pusat Penginderaan Jauh ITB dengan rekan-rekan dari Teknik Lingkungan ITB untuk studi kasus cekungan Bandung. Persyaratan didirikannya suatu TPAS ialah bahwa pemilihan lokasi TPAS harus mengikuti persyaratan hukum, ketentuan perundang-undangan mengenai pengelolaan lingkungan hidup, analisis mengenai dampak lingkungan, ketertiban umum, kebersihan kota/lingkungan, peraturan daerah tentang
Universitas Sumatera Utara
pengelolaan sampah dan perencanaan dan tata ruang kota serta peraturanperaturan pelaksanaannya (SNI nomor 03-3241-1994 ).
2.3
Penyakit Yang Ditularkan Lewat Udara Udara bukanlah habitat alamiah mikroorganisme, oleh karenanya kuman
tidak dapat bertahan lama di dalam udara. Keberadaannya di udara tak bebas dimungkinkan karena aliran udara tidak terlalu besar, sehingga kuman dapat berada di udara dalam waktu yang relatif lama. Dengan demikian kemungkinan untuk mamasuki tubuhpun menjadi semangkin besar. Hal ini dibantu pula oleh taraf kepadatan penghuni ruangan, sehingga penularan penyakit infeksi lewat udara sebahagian besar terlaksana lewat udara tak bebas (Santoso, 1989). Penyakit dapat dipindahkan melalui udara dengan melewati jalan pernapasan yaitu hidung, faring, laring, trakhea, bronkhi dan paru-paru. Salah satu ciri khas penyakit yang dapat ditularkan lewat udara adalah kecenderungannya untuk berjangkit secara epidemik dan menyerang banyak orang dalam waktu yang relatif singkat. Contoh khas infeksi bakterial yang ditularkan lewat udara adalah penyakit infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) dan streptokokal. Sedangkan penyakit yang khas disebabkan oleh virus dan disebarkan melalui jalan pernapasan antara lain influenza dan salesma. Penyakit yang disebabkan oleh jamur dan cendawan juga merupakan infeksi yang ditularkan lewat udara (Nurmaini, 2005). Jenis
algae,
protozoa,
ragi,
jamur,
bakteri
merupakan
jenis
mikroorganisme yang dapat ditemukan di udara dekat pemukiman. Spora jamur merupakan bahagian terbesar dari mikroorganisme yang ditemukan di udara.
Universitas Sumatera Utara
Bakteri yang ditemukan pada umumnya dari jenis gram positif, baik spora maupun nonspora. Selain itu juga ditemukan kokus gram positif dan basil gram negatif (Fitria, et. al, 2008). Kelembaban turut mempengaruhi jumlah bakteri udara. Udara pada musim panas/kering membawa bakteri lebih banyak dari pada musim dingin atau hujan. Beberapa mikroorganisme udara termasuk dalam golongan mikroorganisme yang patogen dan dapat menyebabkan penyakit pada manusia, terutama bila berada di suasana udara tidak bebas seperti di dalam perumahan penduduk, rumah sakit, gedung- gedung umum dan perkantoran, pabrik serta gedung- gedung lainnya. Golongan ini terdiri atas berbagai jenis mikroorganisme patogen, baik jamur, protozoa,
bakteri
maupun
virus.
Penyakit
yang
disebabkannya
sering
diklasifikasikan sebagai penyakit yang menyebar lewat udara (air borne diseases) (Budiarti, et. al, 2007).
2.4
Sumber ISPA dan Penularannya Penyakit ISPA dapat menyerang semua umur, baik orang dewasa, remaja,
maupun balita. Namun yang paling rentan terserang ISPA adalah balita dan bayi. Penyakit ISPA ditandai dengan demam dan disertai satu atau lebih reaksi sistemik, seperti menggigil/kedinginan, sakit kepala, malaise, dan anoreksia, kadang pada anak-anak ada gangguan gastrointestinal. Tanda-tanda lokal juga terjadi diberbagai lokasi saluran pernafasan, bisa hanya satu gejala atau kombinasi, seperti rhinitis, faringitis, atau tonsillitis, laryngitis, laringotrakelitis, bronkhitis, pneumonitis atau pneumonia (Hartono dan Rahmawati, 2012).
Universitas Sumatera Utara
Istilah ISPA meliputi tiga unsur yaitu infeksi, saluran pernafasan dan akut. Infeksi adalah masuknya kuman atau mikroorganisme ke dalam tubuh manusia dan berkembangbiak sehingga menimbulkan gejala penyakit. Saluran pernafasan adalah organ yang dimulai dari hidung hingga alveoli beserta organ adneksanya seperti sinus-sinus, rongga telinga tengah dan pleura. Infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai dengan 14 hari. Dengan demikian ISPA adalah infeksi saluran pernafasan yang dapat berlangsung sampai 14 hari, yang secara klinis suatu tanda dan gejala akut akibat infeksi yang terjadi di setiap bagian saluran pernafasan atau struktur yang berhubungan dengan saluran pernafasan yang berlangsung tidak lebih dari 14 hari. Batas 14 hari diambil untuk menunjukkan berlansungya proses akut, dengan gejala batuk, pilek, serak, demam, sakit kepala, meriang, sesak nafas, radang tenggorokan dan mengeluarkan ingus atau lendir yang berlangsung sampai dengan 14 hari (Nindya dan Sulistyorini, 2005). Bakteri di udara bebas masuk dan menempel pada saluran pernafasan bagian atas yaitu tenggorokan dan hidung. Biasanya bakteri tersebut menyerang anak-anak yang kekebalan tubuhnya lemah misalnya saat perubahan musim panas ke musim hujan. Beberapa komponen lingkungan yang memiliki potensi sebagai penyebab penyakit dapat berupa benda hidup seperti bakteri, virus, jamur, cacing dan lain- lain. Sedangkan komponen lingkungan yang termasuk golongan fisik dapat berupa radiasi, kebisingan,
panas, suhu, kelembapan dan lain-lain.
Umumnya penyakit masuk ke dalam tubuh (berinteraksi) melalui perantaraan makanan, air, udara, vektor/binatang penular ataupun secara langsung melalui manusia.
Hubungan
interaktif
berbagai
komponen
lingkungan
tersebut
Universitas Sumatera Utara
berinteraksi melalui saluran pernapasan, jalan pencernaan dan kulit. Agen penyakit yang melalui satu atau dua jalan tersebut kemudian diabsosbsi (diserap oleh tubuh) dan masuk ke dalam sistem sirkulasi tubuh. Dalam sirkulasinya, benda asing yang masuk ke dalam tubuh tersebut akan mengalami biotransformasi atau penangkalan. Bila tubuh gagal melakukannya maka benda-benda asing tersebut baik kimia maupun biologi akan merusak organ dan menimbulkan gangguan kesehatan (Yusup dan Sulistyorini, 2005). Penyebab ISPA terdiri lebih dari 300 jenis bakteri, virus dan riketsia. Bakteri penyebab ISPA antara lain adalah dari genus Streptococcus, Staphylococcus, Pneumococcus, Haemophylus, Bordetella, dan Corynebacterium. Virus penyebab ISPA terbesar adalah virus pernafasan antara lain adalah group Mixovirus (Orthomyxovirus sub group Influenza virus, Paramyxovirus sub group Para Influenza virus dan Metamixovirus sub group Rerpiratory sincytial virus/RSvirus), Adenovirus, Picornavirus, Coronavirus, Mixoplasma, Herpesvirus. Jamur Penyebab ISPA antara lain Aspergilus sp, Candida albicans dan Histoplasma. Bibit
penyakit
ISPA
berupa
jasad
renik
ditularkan
melalaui
udara.
Mikroorganisme yang berada di udara masuk ke dalam tubuh melalui saluran pernafasan dan menimbulkan infeksi, penyakit ISPA dapat pula berasal dari penderita yang mengandung bibit penyakit, baik yang sedang jatuh sakit maupun karier. Jika mikroorganisme berasal dari tubuh manusia umumnya dikeluarkan melalui sekresi saluran pernafasan dapat berupa saliva dan sputum. Penularan juga dapat terjadi melalui kontak langsung/tidak langsung dari benda yang telah dicemari mikroorganisme (hand to hand transmission). Oleh karena salah satu
Universitas Sumatera Utara
penularan melalui udara yang tercemar dan masuk ke dalam tubuh melalui saluran pernafasan, penyakit ISPA termasuk golongan air borne diseases (Anies, 2005).
2.5
Proses Terjadinya ISPA Udara yang masuk melalui rongga hidung disaring, dihangatkan dan
dilembabkan. Partikel debu yang kasar dapat disaring oleh rambut yang terdapat dalam hidung, sedangkan partikel debu yang halus akan terjerat dalam lapisan mukosa. Gerakan silia mendorong lapisan mukosa ke posterior/belakang ke rongga hidung dan ke arah superior/atas menuju faring. Secara umum, efek pencemaran udara terhadap saluran pernafasan dapat menyebabkan pergerakan silia hidung menjadi lambat dan kaku bahkan dapat berhenti sehingga tidak dapat membersihkan saluran pernafasan akibat iritasi oleh bahan pencemar. Produksi lendir akan meningkat sehingga menyebabkan penyempitan saluran pernafasan dan rusaknya sel pembunuh bakteri di saluran pernafasan. Akibat dari hal tersebut akan menyebabkan kesulitan bernafas sehingga benda asing tertarik dan bakteri lain tidak dapat dikeluarkan dari saluran pernafasan, hal ini akan memudahkan terjadinya infeksi saluran pernafasan (Nindya dan Sulistyorini, 2005).
2.6
Kondisi TPAS Terjun TPAS Terjun berlokasi sekitar 16 km di utara pusat kota Medan yaitu
Kelurahan Terjun kecamatan Medan Marelan yang beroperasi sejak 1993. Tanah asli TPAS Terjun relatif datar dengan ketinggian elevasi ± 2,5-3 m dari permukaan laut. Kondisi klimatologi Kota Medan menurut stasiun BMG Sampali suhu minimum berkisar antara 23,0ºC-24,1ºC dan suhu maksimun berkisar antara
Universitas Sumatera Utara
30,6ºC-33,1ºC. Kelembaban udara untuk Kota Medan rata-rata berkisar antara 7882%. Kecepatan angin rata-rata sebesar 0,42 m/sec sedangkan rata-rata total laju penguapan tiap bulannya 100,6 mm. Kondisi areal sekitarnya berupa rawa yang banyak ditumbuhi pohon palem, kolam dan areal persawahan irigasi (Dinas Kebersihan Kota Medan, 2012). Penimbunan sampah masih berlangsung secara terbuka (open dumping), dimana truk sampah membuang sampah pada zona yang telah ditentukan kemudian sampah tersebut diatur penempatannya oleh alat berat. Ketinggian timbunan sampah berpariasi ± 7-12 m dari lantai jembatan timbang dengan tinggi timbunan sampah maksimun di utara TPAS. Hampir seluruh areal TPAS sudah tertimbun sampah kecuali areal TPAS dibahagian barat yang masih berupa rawa. Prasarana jalan operasional sudah mudah dijangkau seluruh areal TPAS. Prasarana ini dibangun di atas timbunan sampah dengan kontruksi timbunan batu dan tanah. Kelandaian jalan operasional maximum sebesar 12% berada pada awal jalan operasional yakni pada saat truk naik pada areal timbunan sampah. Pengelolaan kebersihan di kota Medan dilakukan oleh Dinas Kebersihan Kota Medan yang meliputi penyapuan jalan-jalan, pengumpulan sampah dari sumber ke tempat penampungan sementara (TPS), pengangkutan sampah ke TPAS, pemusnahan sampah dan pengelolaan TPAS. Sumber-sumber sampah di kota Medan dapat dikelompokkan berdasarkan sampah domestik yaitu sumpah yang bersumber dari lokasi pemukiman penduduk, sampah non domestik yaitu sampah yang bersal dari toko, plaza, perkantoran industri dan fasilitas umum misalnya tempat pendidikan, hotel tempat rekreasi, terminal dan stasiun kereta
Universitas Sumatera Utara
api. TPAS Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan berada dekat dengan perumahan penduduk. Dari studi AMDAL terhadap TPAS Terjun menyatakan bahwa timbulnya pencemaran udara akibat meningkatnya konsentrasi gas serta timbulnya bau, baik yang ditimbulkan pada tahap operasi penimbunan dan pemadatan sampah maupun setelah selesainya tahap operasi. (Dinas Kebersihan Kota Medan, 2012).
2.7
Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan Kota Medan mempunyai
luas area keseluruhan ± 16,05 Km dengan luas pemukiman ± 2,1 Km dengan wilayah sebagai berikut sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Hamparan Perak, sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Labuhan Deli, sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Medan Labuhan dan sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Medan Helvetia. Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan terbagi dalam 22 Lingkungan. Lokasi penelitian dilakukan pada lingkungan 1 yang mempunyai luas area ± 225 Ha dan terdiri dari ± 351 KK/RT. Sebagian besar penduduknya mempunyai mata pencaharian sebagai buruh dan nelayan
dengan tingkat perekonomian menengah ke bawah. Di lingkungan1
Kelurahan Terjun Kecamatan Medan Marelan terdapat lahan Pemerintah Kota Medan seluas ± 13 Ha yang dijadikan sebagai Tempat Pembuangan Akhir Sampah, atau dikenal sebagai TPAS Terjun. Data mengenai kondisi TPAS Terjun dapat dilihat pada Tabel 2.1.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.1. Data Mengenai Kondisi TPA Medan, 2012). No 1
2 3
4
5 6 7
8
(Sumber: Dinas Kebersihan Kota
Uraian Lokasi Kelurahan Kecamatan Kepemilikan lahan Jarak lokasi TPA dari Sungai Lapangan terbang Pantai Pusat kota Kondisi tanah Areal Lapisan dasar Topografi Mulai dioperasikan Fasilitas lain Incenerator Instalasi pengolahan limbah tinja (IPTL) Komposting Sampah yang masuk perhari
Keterangan Terjun Medan Marelan Pemko Medan 5 km (Sei Deli) 23 km (Polonia) 6 km (Belawan) 14 km Tanah lempung Tanah liat Relatif datar 7 januari 1993 Tidak ada Tidak ada Tidak ada 50% dari sampah terangkut
Sampah yang dibiarkan terbuka bukan hanya menyebabkan pencemaran udara akibat bau tetapi dapat juga terjadi pencemaran udara yang mengandung mikroorganisme. Sampah yang menggunung akan mempengaruhi kwalitas udara yang berada disekirar TPAS. Mikroorganisme yang ada di udara berasal dari tumpukan sampah. Pada ketinggian 300-1000 kaki atau lebih dari permukaan bumi mikroorganisme tanah yang melekat pada fragmen daun kering, jerami, atau partikel debu yang tertiup angin. Mikroorganisme yang ditemukan di udara di atas pemukiman penduduk di bawah ketinggian 500 kaki yaitu spora Bacillus dan Clostridium, yeast, fragmen dari miselium, spora fungi, serbuk sari, kista. Faktor-faktor lingkungan dapat juga mempengaruhi mikroorganisme udara
Universitas Sumatera Utara
diantaranya suhu, atmosfer, kelembaban, angin, ketinggian, dan lain-lain. Suhu dan kelembaban adalah dua faktor penting yang menentukan mikroorganisme dalam kelangsungan hidup di udara terkait erat dengan suhu. Peningkatan suhu menyebabkan penurunan waktu bertahan (Dinas Kebersihan kota Medan, 2012). Aerosol pernafasan dipengaruhi oleh gaya dan tekanan yang ada ketika partikel-partikel tersebut dihasilkan. Ukuran akhir aerosol tergantung pada sifat cairan yang mengandung mikroorganisme, gaya dan tekanan emisi, ukuran awal aerosol, lama terbawa udara, dan ukuran mikroorganisme di dalam droplet. Jarak dan lamanya partikel tetap melayang di udara ditentukan jenis mikroorganisme, ukuran partikel, kecepatan pengendapan, kelembaban dan aliran udara. Partikel besar biasanya tetap melayang di udara selama jangka waktu yang terbatas dan mengendap pada jarak 1 meter (3 kaki) dari sumbernya. Partikel kecil menguap dengan cepat, dan residu yang dihasilkan mengendap dari udara secara perlahanlahan dan bisa melayang di udara selama jangka waktu yang bervariasi. Ukuran partikulat debu yang membahayakan kesehatan umumnya berkisar antara 0,1 mikron sampai dengan 10 mikron. Pada umumnya ukuran partikulat debu sekitar 5 mikron merupakan partikulat udara yang dapat langsung ke paru-paru dan mengendap di alveoli. Keadaan ini bukan berarti bahwa ukuran partikulat yang lebih besar dari 5 mikron tidak berbahaya, karena partikulat yang lebih besar dapat
mengganggu
saluran
pernafasan
atas
dan
menyebabkan
iritasi
(Ching, et. al, 2007).
Universitas Sumatera Utara