BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Keluarga Berencana 1. Pengertian KB (Keluarga Berencana) Menurut WHO [World Health Organization] Expert Committe 1970) Keluarga Berencana adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk: a. Mendapatkan objektif-objektif tertentu b. Menghindari kelahiran yang tidak diinginkan c. Mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan d. Mengatur interval di antara kehamilan e. Mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami istri f. Menentukan jumlah anak dalam keluarga Secara garis besar definisi ini mencakup beberapa komponen dalam pelayanan kependudukan atau KB yang dapat diberikan sebagai berikut: 1. Komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) Kegiatan yang dilakukan oleh bidan untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan praktek KB serta membina kelestarian hubungan antara bidan terhadap klien.
7 7
2. Konseling Kegiatan yang dilakukan melalui percakapan dua arah untuk memberikan informasi selengkap mungkin mengenai konsekuensi pilihannya, baik ditinjau dari segi medis klinis maupun hal-hal lain yang non-medis agar tidak menyesal kemudian. 3. Pelayanan Kontrasepsi (PK) Pelayanan yang diberikan kepada Pasangan Usia Subur dalam pemberian
dukungan
informasi
tentang
alat
kontrasepsi
dan
pemantapan penerimaan gagasan KB. 4. Pelayanan Infertilitas Pelayanan yang diberikan kepada Pasangan Usia Subur yang sudah menikah lebih dari satu tahun tetapi belum mempunyai keturunan. 5. Pendidikan Seks (sex education) Pendidikan yang diberikan kepada remaja sehingga remaja bisa tahu apa itu seks dan dampaknya, sebelum remaja itu masuk ke dalam pergaulan bebas. 6. Konsultasi pra-perkawinan dan konsultasi perkawinan Konsultasi yang diberikan kepada Wanita Usia Subur dan Pasangan Usia Subur untuk mengetahui keadaan kesehatannya. 7. Konsultasi genetik Dengan adanya program KB, maka orang akan mempunyai anak yang relatif sedikit dibandingkan puluhan tahun yang lalu dan akan
8
mengurangi kelainan genetik pada anak yang dilahirkan sehingga tidak membebani orang tua dan masyarakat. 8. Tes keganasan Tes yang dilakukan untuk mengetahui, mencegah ada tidaknya permasalahan kesehatan dalam tubuh seseorang. 9. Adopsi Kegiatan yang dilakukan oleh pasangan suami istri yang tidak mempunyai anak maupun mempunyai anak untuk mengasuh anakanak yang terlantar yang tidak mempunyai orang tua.
2. Pengertian Kontrasepsi Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan. Upaya itu dapat bersifat sementara, atau dapat bersifat permanen. Penggunaan
kontrasepsi
merupakan
salah
satu
variabel
yang
mempengaruhi fertilisasi (Wiknyosastro, 2002). Kontrasepsi berasal dari kata kontra berarti mencegah atau melawan, sedangkan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur (sel wanita) yang matang dan sel sperma yang mengakibatkan kehamilan. Maksud dari kontrasepsi adalah menghindari atau mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur yang matang dan sel sperma (Depkes, RI, 1999).
9
3. Jenis Kontrasepsi ada bermacam – macam yaitu : a. Metode kontrasepsi sederhana tanpa alat atau obat 1) Senggama terputus (Coitus Interuptus) Penarikan penis dari vagina sebelum terjadi ejakulasi, dengan demikian semen (air mani) sengaja dikeluarkan di luar liang senggama untuk mencegah air mani memasuki area vertilisasi. Hal ini berdasarkan kenyataan bahwa refleks ejakulasi datangnya dapat disadari oleh sebagian besar pria. Efektifitas senggama terputus sangat rendah, ditemui 20-25 kehamilan dari 100 wanita. Sebab kegagalan kemungkinan adanya sel mani pada cairan yang keluar dari batang zakar keluar liang senggama. Dilihat dari keuntungan senggama terputus pemakai tidak memerlukan pertolongan dan pemeriksaan petugas medis, tidak perlu ada obat-obatan yang harus dibeli dan tidak ada efek sampingnya (Saifuddin, 2003). Keuntungan
tidak
memerlukan
alat
atau
murah,
tidak
menggunakan zat kimiawi, selalu tersedia setiap saat, tidak mempunyai efek samping. Kerugian angka kegagalan cukup tinggi, kenikmatan seksual berkurang bagi suami istri, sehingga dapat mempengaruhi perkawinan. Kontra-indikasi ejakulasi prematur pada pria (Hartanto, 2004).
10
2) Pantang Berkala Pantang berkala adalah suatu cara kontrasepsi yang menghindarkan terjadinya pembuahan pada masa subur wanita adalah saat sel telur dapat dibuahi oleh sel mani. Pantang Berkala ada tiga cara, yaitu: a) Cara kalender b) Cara pengukuran suhu basal c) Penilaian terhadap getah serviks Dengan mengenal tanda-tanda tersebut, seorang wanita dapat menentukan masa suburnya. Efektifitas dari pemakaian cara kalender di dapati 15 kehamilan tiap 100. Dari suatu penelitian di laporkan 2-3% kehamilan pada metode penilaian getah serviks. Dilihat dari keuntungan pemakaian pantang berkala sangat murah dan kontra-indikasinya haid yang tidak teratur dan suhu yang tidak teratur (Prawirohardjo, 2005). b. Metode Kontrasepsi sederhana dengan alat atau obat 1) Kondom Kondom adalah suatu karet yang tipis, berwarna atau tidak berwarna dipakai untuk menutupi penis yang tegang sebelum dimasukkan ke dalam vagina sehingga mani tertampung di dalam dan tidak masuk vagina. Dengan demikian pembuahan dapat dicegah.
11
Pemakaian kondom sangat efektif bila dipakai dengan benar setiap kali melakukan senggama. Angka kegagalan teoritis 3%, praktis 520%. Keuntungan metode kondom adalah sangat murah, mudah didapat, tidak perlu resep dokter, mudah dipakai sendiri, dapat mencegah penularan penyakit, efek samping tidak ada, mudah dibawa, dapat digunakan sewaktu-waktu dan tidak membebani istri. Kerugian metode kondom adalah mengganggu kenyamanan bersengggama,
selalu
memakai
kondom
baru,
harus
ada
persediaan, tingkat kegagalannya cukup tinggi bila terlambat memakainya, alergi terhadap karet, sobek bila memasukkan tergesa-gesa (Saifuddin, 2003). 2) Diafragma Diafragma adalah alat kontrasepsi yang terbuat dari karet berbentuk mangkok, dipakai untuk menutupi servik. Gunanya mencegah masuknya mani ke dalam rongga rahim. Keuntungan sangat efektif (bila dipakai dengan benar), aman, diawasi sendiri oleh pemakai, hanya dipakai bila diperlukan, tidak mempengaruhi laktasi. Kerugian adalah memerlukan tingkat motivasi yang tinggi dari pemakai, wanita perlu memegang atau manipulasi genetalianya sendiri, suami tidak nyaman saat senggama, beberapa wanita mengeluh perihal “kebasahan atau becek” yang disebabkan oleh spermisidnya. (Hartanto, 2004)
12
Kontra-indikasinya adalah kelainan anatomis dari vagina, infeksi traktus urinarius yang berulang-ulang, alergi terhadap latex atau spermisid (Hartanto, 2004). 3) Intravak (Tisu KB) Tisu KB adalah alat kontrasepsi wanita yang digunakan dalam vagina sebelum bersenggama yang berbentuk kertas tipis dan mengandung obat prematisit. Efektifitas
intravak selama 4
jam
dalam vagina setelah
bersenggama di ulang, agar menjadi lebih aman dan hasilnya pasti, serta efek sampingnya adalah iritasi di dinding vagina dan meningkatkan pengeluaran cairan vagina (Hartono, 1991). 4) Crem, Jelly dan tablet atau cairan berbusa Crem, Jelly dan tablet atau cairan berbusa disebut juga spermisida adalah suatu bahan kimia yang menghentikan gerak atau cairan di dalam vagina, sehingga tidak dapat membuahi sel telur. Bahan kimia ini berbentuk tablet, foam (busa) atau crem yang harus di tempatkan didalam vagina setinggi mungkin dekat cervix. Foam dan crem juga bertindak sebagai penghalang spermatozoa yang masuk kedalam cervix. Obat-obat tersebut dapat sebagai tunggal untuk kontrasepsi, tetapi akan lebih baik atau berhasil apabila disamping itu suami memakai kondom. Semprotan (douche) jangan dilakukan segera setelah selesai melakukan persetubuhan (Prawirohardjo, 2005)
13
5) Kontrasepsi sistemik atau hormonal a) Pil Pil
adalah
kontrasepsi
hormonal
pertama
kali
dikembangkan pada saat ini, sekitar 80-100 jiwa wanita di dunia memakai pil. Pil berisi gabungan hormon estrogen dan hormon progesteron atau hanya terdiri hormon progesteron saja. Ada dua macam pil KB menurut kandungan hormonnya yaitu pil kombinasi dan pil mini. Cara kerja Pil KB menekan ovulasi yang akan mencegah lepasnya sel telur wanita dari indung telur, mengendalikan lendir mulut rahim sehingga sel sperma tidak dapat masuk ke dalam rahim, menipiskan lapisan endometrium atau selaput lendir di vagina (BKKBN, 2001). Keuntungan menggunakan pil KB adalah kesuburan akan segera kembali, mengurangi rasa kejang atau nyeri perut waktu haid, terlindung dari penyakit radang panggul, mudah menggunakannya, mencegah anemia atau kekurangan darah, mengurangi resiko kanker kandungan. Cocok sekali digunakan untuk menunda kehamilan pertama dari Pasangan Usia Subur muda, tidak mengurangi produksi ASI terutama pil yang hanya mengandung progesteron saja atau excluton (BKKBN, 2001). Kerugian memerlukan disiplin yang tinggi dari si pemakai,
dapat
meningkatkan
14
resiko
clamedia,
untuk
pemakaiannya harus dibawah pengawasan petugas medis, tidak dianjurkan pada wanita berumur 30 tahun karena akan mempengaruhi keseimbangan metabolisme tubuh (Prawiro hardjo, 2003). Kontra-indikasi mengidap kanker liver atau hati, tumor, jantung, darah tinggi, varises, perdarahan vagina yang tidak diketahui penyebabnya, migrain atau sakit kepala sebelah. Efek samping terjadi bercak-bercak darah (spotting) diantara masa haid pada awal pemakaian pil, pusing dan mual pada pemakaian minggu pertama, kloasma atau flek-flek pada wajah, perubahan berat badan (BKKBN, 2001). b) Susuk (Implant) Susuk atau implant juga dikenal sebagai Alat Kontrasepsi Bawah Kulit (AKBK) yaitu kontrasepsi yang di susupkan dibawah kulit. Efektifitas AKBK sangat tinggi dan kegagalan teoritis 0,2 %, dalam praktek 1-3 %. Efektifitas termasuk paling tinggi dibandingkan semua cara KB yang di pulihkan kesuburannya. Cara
kerjanya
menghambat
terjadinya
ovulasi,
menyebabkan endometrium atau selaput lendir tidak siap untuk nidasi atau menerima pembuahan, mempertebal lendir serviks atau rahim, menipiskan lapisan endometrium atau selaput lendir (BKKBN, 2001).
15
Keuntungan susuk adalah tidak menekan produksi ASI, praktis, tidak ada faktor lupa, masa pakai jangka panjang, khasiat kontrasepsi ini berakhir setelah pengangkatan, artinya kesuburan akan segera pulih. Kerugian AKBK adalah impalnt harus dipasang dan di angkat oleh petugas kesehatan yang terlatih (Syaifudin, 2003). Kontra-indikasi hamil atau diduga hamil, perdarahan pada vagina yang tidak diketahui sebabnya, menderita sakit jantung, diabetes, darah tinggi, kanker, varises. Efek samping gangguan siklus haid, terdapat bercak darah yang cukup banyak selama menstruasi,
hematoma
atau
pembengkakan
dan
nyeri,
perubahan berat badan, pusing dan mual (BKKBN, 2001). c) Suntikan Merupakan kontrasepsi yang terpopuler, kontrasepsi suntikan yang digunakan adalah long yaitu Norestis Enantat (NETEN) dengan nama dagang Noristrat dan Depomedroksi Progesteron
Acetat
(DMPA)
dengan
nama
dagang
depoprovera. Daya guna teoritis suntikan Medroksi Progesteron Acetat (150 mg setiap 3 bulan) ialah 0,3-0,5 kehamilan atau 100 tahun wanita, sedang daya guna pemakaian ialah 5-10 kehamilan atau 100 tahun wanita. Kontra-indikasi suntikan kurang lebih sama dengan kontrasepsi hormonal lainnya (Hartanto, 2003).
16
Cara kerjanya mencegah lepasnya sel telur dari indung telur wanita, mengentalkan lendir mulut rahim, sehingga spermatozoa (sel mani) tidak masuk ke dalam rahim, menipiskan endometrium atau selaput lendir sehingga tidak siap untuk kehamilan (BKKBN, 2001). Keuntungan
praktis,
efektif
dan
aman,
tidak
mempengaruhi ASI (cocok bagi ibu yang menyusui), tidak terbatas usia. Kontra-indikasi hamil, perdarahan di vagina yang tidak diketahui sebabnya, tumor, penyakit jantung, liver atau hati, darah tinggi, kencing manis (BKKBN, 2001). Efek samping gangguan siklus haid, depresi, keputihan, jerawat, rambut rontok, perubahan berat badan, mual dan muntah, perubahan libido atau dorongan seksual, pusing atau sakit kepala atau migrain (Depkes, 1999). d) Kontrasepsi AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim) Kontrasepsi ini lebih dikenal dengan nama IUD (Intra Uteri Device). Suatu alat yang dimasukkan dalam rahim. Secara umum dapat dikelompokkan menjadi golongan AKDR yang tidak mengandung bahan aktif dan mengandung bahan aktif. Keuntungan dari AKDR adalah praktis ekonomis, mudah di kontrol, aman untuk jangka panjang dan kembalinya kesuburan sangat tinggi saat akan di lepas, tidak dipengaruhi
17
faktor lupa. Kontra-indikasi yaitu infeksi alat-alat panggul, kehamilan, radang mulut rahim, gangguan perdarahan tumor jinak rahim, kecurigaan kanker pada alat kelamin (Syaifudin, 2003). Efek samping terjadi perubahan yang lebih banyak dan lama pada masa menstruasi, spotting atau keluar bercak darah setelah 1-2 hari pemasangan, kram atau nyeri selama menstruasi, keputihan (BKKBN, 2001). e) Kontrasepsi Mantap Kontrasepsi Mantap pada saat ini masih merupakan kebijakan pelayanan kesehatan. Kontrasepsi Mantap dilakukan dalam keadaan dimana kesehatan ibu tidak mengijinkan lagi untuk hamil dan melahirkan, sedang kontrasepsi yang lain tidak cocok. Jadi semata-mata dilakukan atas indikasi medis. Kendati demikian, hal tersebut hanya dilakukan
atas
permintaan dan ijin pasangan yang bersangkutan secara sukarela tanpa paksaan dari pihak lain. Sebelum dilaksanakan hendaknya diberi pengertian bahwa pengembalian kesuburan adalah kecil. Ada dua macam Kontrasepsi Mantap : (1) Tubektomi Adalah Kontrasepsi Mantap pada istri, cara ini di persiapkan melalui tindakan operasi kecil dengan cara
18
mengikat dan memotong saluran telur (tuba) pada istri. Dengan demikian telur di ovarium tidak dapat mencapai rongga rahim, sehingga tidak terjadi pembuahan. Keuntungan efektifitas langsung setelah sterilisasi, permanen, tidak ada efek samping jangka panjang, tidak menggangu hubungan seksual. Kontra-indikasi penyakit jantung, paru-paru, peritonitis akut atau radang akut penyakit perut, hernia umbilikalis (BKKBN, 2001). (2) Vasektomi Adalah Kontrasepsi Mantap pada suami, cara ini di persiapkan melalui tindakan operasi kecil dengan cara mengikat dan memotong saluran sperma (Vardeperens). Sehingga sperma tidak dapat melewati, dan air mani tidak mengandung sperma, dengan demikian tidak terjadi pembuahan (Prawirohardjo, 2003). Keuntungan
tidak
ada
mortalitas
(kematian),
morbiditas (komplikasi) penyakit lain kecil sekali. Kontraindikasi peradangan pada alat kelamin pria, kencing manis, kelainan mekanisme pembekuan darah. Efek samping timbul rasa nyeri, abses pada bekas luka, hematoma atau membengkaknya kantung biji zakar karena perdarahan (BKKBN, 2001).
19
B. Pengetahuan 1. Pengertian Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu obyek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (over Behavior). (Soekidjo Notoatmodjo, 2003).
2. Proses Adopsi Perilaku Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Penelitian Roger (1974) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni : a. Awarness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulus (obyek) terlebih dahulu. b. Interest, yakni orang mulai tertarik kepada stimulus. c. Evaluation (menimbang-nimbang baik tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya). Hal ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi. d. Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru.
20
e. Adoption, subyek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan sikapnya terhadap stimulus(Soekidjo Notoatmodjo, 2003). Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti ini, dimana didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting). Sebaliknya, apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran akan tidak berlangsung lama. Jadi, pentingnya pengetahuan disini adalah dapat menjadi dasar dalam merubah perilaku sehingga perilaku itu langgeng. (Notoatmodjo, 2007)
3. Tingkat Pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2003) pengetahuan tercakup di dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu : a. Tahu (know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Ternyata ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.
21
b. Memahami (Comprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara
benar
tentang
obyek
yang
diketahui,
dan
dapat
menginterprestasikan materi tersebut secara benar. c. Aplikasi (Aplication) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi real (sebenarnya). Aplikasi dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukumhukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain d. Analisis (Analysis) Analisis adalah suatu kemampuan menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. e. Sintesis (Synthesis) Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan
bagian-bagian
di
dalam
suatu
bentuk
keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. f. Evaluasi (Evaluation) Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek. Penilaian-penilaian itu
22
berdasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.
4. Hubungan Pengetahuan dengan Perilaku Perilaku merupakan suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan. Perilaku manusia adalah suatu aktifitas daripada manusia itu sendiri. Perilaku kesehatan pada dasarnya adalah suatu respon seseorang (organisme) terhadap stimulasi yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan serta lingkungan. Blum (1986) menyatakan ada 4 faktor yang mempengaruhi derajat kesehatan pada manusia yaitu genetik (hereditas), lingkungan, pelayanan kesehatan, dan perilaku(Notoatmodjo, 2007) Menurut teori Lawrence Green dalam Notoatmodjo (2007) ada 3 faktor yang mempengaruhi perubahan perilaku individu maupun kelompok sebagai berikut : a. Faktor yang mempermudah (Predisposing faktor) yang mencakup pengetahuan, sikap, kepercayaan, norma sosial, dan unsur lain yang terdapat dalam diri individu maupun masyarakat. b. Faktor pendukung (Enabling faktor) antara lain umur, status sosial ekonomi, pendidikan dan sumber daya manusia. c. Faktor penguat (Reinforcing faktor) yaitu faktor yang memperkuat perubahan perilaku seseorang yang dikarenakan adanya sikap suami, orang tua, tokoh masyarakat atau petugas kesehatan.
23
5. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan 1) Pengalaman Pengetahuan dapat diperoleh dari pengalaman baik dari pengalaman pribadi maupun dari pengalaman orang lain. Pengalaman ini merupakan suatu cara untuk memperoleh
kebenaran suatu
pengetahuan. 2) Ekonomi (pendapatan) Dalam memenuhi kebutuhan pokok (primer) maupun kebutuhan sekunder, keluarga dengan status ekonomi baik akan lebih lebih tercukupi bila dibandingkan keluarga dengan status ekonomi rendah. Hal ini akan mempengaruhi pemenuhan kebutuhan akan informasi pendidikan yang termasuk kedalam kebutuhan sekunder. 3) Lingkungan sosial ekonomi Manusia adalah makhluk sosial dimana didalam kehidupan saling berinteraksi satu dengan yang lainnya. Individu yang dapat berinteraksi lebih banyak dan baik, maka akan lebih besar ia terpapar informasi. 4) Pendidikan Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh dalam pemberian respon terhadap sesuatu yang datangnya dari luar. Orang yang berpendidikan tinggi akan memberikan respon yang lebih rasional terhadap informasi yang datang dan akan berpikir sejauhmana keuntungan yang akan mereka dapatkan.
24
5) Paparan media massa atau informasi Melalui berbagai media, baik cetak maupun elektronik berbagai informasi dapat diterima oleh masyarakat sehingga seseorang yang lebih sering terpapar media massa (TV, radio, majalah, dan lainlain) akan memperoleh informasi yang lebih banyak dibandingkan dengan orang yang tidak pernah terpapar informasi media massa. 6) Akses layanan kesehatan atau fasilitas kesehatan Mudah atau sulitnya dalam mengakses kesehatan tentunya akan berpengaruh terhadap pengetahuan khususnya dalam hal kesehatan. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau responden (Notoatmodjo, 2007).
6. Cara Memperoleh Pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2002), cara memperoleh pengetahuan dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu : a. Cara Tradisional atau Non-Ilmiah Cara ini dipakai orang untuk memperoleh pengetahuan sebelum ditemukannya metode ilmiah atau metode penemuan secara sistematis dan logis.
25
Cara penentuan pengetahuan secara tradisional antara lain : 1) Coba-coba salah (Trial and Error) Cara ini telah dipakai orang sebelum adanya kebudayaan, bahkan mungkin sebelum ada peradaban. Pada waktu itu seseorang apabila menghadapi persoalan atau masalah, upaya pemecahannya dilakukan dengan coba-coba saja. Cara coba-coba ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah dan
apabila
kemungkinan
tersebut
tidak
berhasil,
dicoba
kemungkinan yang lain. 2) Cara Kekuasaan (otoritas) Para pemegang otoritas, baik pemimpin pemerintah, tokoh agama, maupun ahli ilmu pengetahuan pada prinsipnya mempunyai mekanisme yang sama di dalam penemuan pengetahuan. Prinsip ini adalah, orang lain menerima pendapat yang dikemukakan oleh orang yang mempunyai otoritas, tanpa terlebih dahulu mengkaji atau membuktikan kebenarannya. Hal ini disebabkan karena orang yang menerima pendapat tersebut menganggap apa
yang
dikemukakan sudah benar. 3) Berdasarkan pengalaman pribadi Pengalaman merupakan sumber pengetahuan atau merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang ada pada masa lalu.
26
Pengalaman pribadi dapat menuntun seseorang untuk menarik kesimpulan dengan benar. Untuk menarik kesimpulan dari pengalaman dengan benar diperlukan berpikir kritis dan logis. 4) Melalui jalan pikiran Dari sini manusia telah mampu menggunakan penalarannya dan memperoleh pengetahuan. Dengan kata lain, dalam memperoleh kebenaran
pengetahuan
manusia
telah
menggunakan
jalan
pikirannya, baik melalui induksi maupun deduksi. b. Cara Baru atau Modern Cara Baru atau Modern dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih sistematis, logis dan ilmiah. Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau lebih populer disebut metodologi penelitian (Research Methodology). 1) Sumber Pengetahuan Suriasumantri (2003) mengemukakan ada 4 sumber pengetahuan yaitu : a) Intuisi Intuisi merupakan pengetahuan yang didapatkan tanpa melalui proses penalaran tertentu. b) Wahyu Wahyu merupakan pengetahuan yang disampaikan oleh Tuhan kepada manusia yang diperantarai oleh para Nabi.
27
c) Rasio Rasio
merupakan
pengetahuan
yang
didapat
melalui
kemampuan berpikir rasional. d) Pengalaman Pengalaman merupakan pengetahuan yang mendasar diri kepada panca indera sebagai alat dalam menangkap gejala fisik yang nyata.
7. Pengukuran Pengetahuan Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau alat bantu kuesioner yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkattingkatan pengetahuan diatas (Notoatmodjo, 2003). Dikategorikan baik, cukup dan kurang. Pengetahuan baik bila >80%, cukup bila 60-80% dan kurang bila <60% (Khomsan, 2006).
28
C. Kerangka Teori Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan perilaku kesehatan:
Faktor pemudah (Predisposing factor) Pengetahuan Umur Pendidikan
Faktor pendukung (Enabling factor) Tersedianya sarana dan prasarana Fasilitas kesehatan
Pemilihan alat kontrasepsi
Faktor pendukung (Reinforsing factor) Sikap dan perilaku petugas kesehatan Sikap dan perilaku tokoh masyarakat, tokoh agama
Gambar: 2.1 Kerangka Teori Sumber : L. Green (1991) dalam Notoatmodjo (2003)
29
D. Kerangka Konsep Kerangka konsep penelitian ini adalah :
Karakteristik : o Umur o Pendidikan o Jumlah anak Pemilihan alat kontrasepsi
Tingkat Pengetahuan
Gambar : 2.2 Kerangka Konsep
30