BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.
Program Keluarga Berencana
2.1.1. Pengertian Keluarga Berencana Menurut WHO (1970) Keluarga Berencana adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami isteri untuk mendapatkan objektif-objektif tertentu, menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang diinginkan, mengatur interval kelahiran, mengontrol waktu saat kelahiran dan menentukan jumlah anak dalam keluarga. Pengertian Keluarga Berencana secara khusus adalah pencegahan konsepsi atau pencegahan terjadinya pembuahan atau mencegah pertemuan sperma dan sel telur pada saat berhubungan seksual.8 2.1.2. Sejarah Program Keluarga Berencana Upaya keluarga berencana mula-mula timbul atas prakarsa kelompok orangorang yang menaruh perhatian pada masalah kesehatan ibu, yaitu pada awal abad XIX di Inggris. Hal tersebut sejalan dengan ditinggalkannya cara-cara mengatur kehamilan secara tradisional dan mulai digunakannya alat-alat kontrasepsi yang memenuhi syarat medis. Maka dimulailah usaha-usaha keluarga berencana di abad modern dengan tujuan dan sasaran yang lebih luas, tidak terbatas pada upaya mewujudkan kesehatan ibu dan anak dengan cara membatasi kehamilan/kelahiran saja.9 Di Inggris dikenal Marie Stopes (1880-1950) yang menganjurkan pengaturan kehamilan di kalangan keluarga buruh. Di Amerika Serikat dikenal Margareth Sanger
8 Universitas Sumatera Utara
9
pelopor KB modern. Pada tahun 1952 Margareth Sanger meresmikan berdirinya International Planned Parenthood Federation (IPPF). Sejak saat itu berdirilah perkumpulan-perkumpulan keluarga berencana diseluruh dunia, termasuk di Indonesia, yang merupakan cabang IPPF tersebut. Program KB ini dirintis sejak tahun 1951 dan terus berkembang, sehingga pada tahun 1970 terbentuk Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN). 9, 10 2.1.3. Visi dan Misi Program Keluarga Berencana5 a.
Visi Program Keluarga Berencana Visi program Keluarga Berencana Nasional adalah untuk mewujudkan
“Keluarga Berkualitas tahun 2015”. Keluarga yang berkualitas adalah keluarga yang sejahtera, sehat, maju, mandiri, harmonis dan bertaqwa kepada Tuhan YME. b.
Misi Program Keluarga Berencana Misi program keluarga berencana diantaranya yaitu: 1) memberdayakan
masyarakat untuk membangun keluarga kecil yang berkualitas, 2) menggalang kemitraan dalam peningkatan kesejahteraan, kemandirian, dan ketahanan keluarga, 3) meningkatkan kualitas pelayanan KB dan kesehatan reproduksi, 4) meningkatkan promosi, perlindungan dan upaya mewujudkan hak-hak reproduksi, 5) meningkatkan upaya pemberdayaan perempuan untuk mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender melalui program Keluarga Berencana, dan 6) mempersiapkan SDM berkualitas sejak pembuahan dalam kandungan sampai dengan usia lanjut.
Universitas Sumatera Utara
10
2.1.4. Metode Keluarga Berencana Secara garis besar metode KB dapat dikelompokan menjadi dua yaitu, yang pertama metode sederhana seperti metode kontasepsi tanpa alat (metode kalender, metode suhu badan basal, metode lendir serviks, metode simpto-termal, Coitus interruptus), dan metode kontrasepsi dengan alat (kondom dan Spermisid). Sedangkan metode yang kedua adalah metode modern seperti kontrasepsi hormonal (per-oral, suntikan, implant), Intra Uterine Devices (IUD,AKDR), dan kontrasepsi mantap.5, 11 2.2.
Kontrasepsi Hormonal Kontrasepsi hormonal adalah alat atau obat kontrasepsi yang bertujuan untuk
mencegah terjadinya kehamilan dimana bahan bakunya mengandung preparat estrogen dan progesterone. Estrogen yang terdapat dalam kontrasepsi bekerja dengan menghambat ovulasi melalui fungsi hipotalamus-hipofisis-ovariium, menghambat perjalanan ovum atau implantasi. Sedangkan progesteron bekerja dengan cara membuat lendir serviks lebih kental, sehinggga penetrasi sperma menjadi sulit. 12 2.2.1. Jenis Kontrasepsi Hormonal Kontrasepsi hormonal merupakan metode kontrasepsi yang efektif dan reversibel untuk mencegah terjadinya konsepsi. Kebanyakan jenis hormon yang terkandung dalam kontrasepsi hormonal adalah jenis hormon sintetik, kecuali yang terkandung dalam depo medroksiprogesteron asetat (depo MPA), jenis hormonnya adalah jenis progesteron alamiah. Kebanyakan kontrasepsi hormonal diberikan secara oral (kontrasepsi oral). Sediaan yang mengandung progesteron saja dapat berupa pil,
Universitas Sumatera Utara
11
depo dalam bentuk suntik, AKDR, implant/ susuk. Kontrasepsi oral yang mengandung progesteron saja adalah minipil. Saat ini telah tersedia jenis kontrasepsi suntik yang mengandung estrogen dan progesteron.9, 13 Hormon-hormon yang terkandung dalam kontrasepsi yaitu:9 a) Estrogen Sintetik Estrogen alamiah (estradiol) jarang digunakan karena jenis cepat diserap oleh usus dan mudah dihancurkan oleh hati. Agar tidak mudah hancur maka ditambahkan gugusan etinil sehingga terbentuk jenis estrogen sintetik yaitu etinilestradiol. Hormon sintetik estinilestradiol ini sering dipakai untuk kontrasepsi hormonal. b) Progesteron/ gestagen sintetik Progesteron/ gestagen sintetik berasal dari turunan progesteron dan testosteron. Jenis-jenis yang sering dipakai seperti noristeron, DLnorgestimat, klormadinon asetat (KMA), siproseton asetat (SPA), medroksi progesteron asetat (MPA), mifepriston dan danazol. 2.2.3. Kontrasepsi Pil Terdapat begitu banyak jenis pil kontrasepsi yang beredar di pasaran seluruh dunia, tetapi pada dasarnya hanya dua jenis pil KB, yakni pil kombinasi (COCs, Combined Oral Contraseptives) dan pil yang hanya berisi progestin atau sering disebut minipill. Dulu dikenal pil sekuensial, tetapi karena efek sampingnya yang banyak, sekarang telah ditarik dari peredaran. Dua steroid utama dalam pil KB adalah estrogen dan progestin. Sejak peluncurannya di tahun 60-an, dosis kedua jenis
Universitas Sumatera Utara
12
hormon ini mengalami penurunan yaitu kurang lebih 150
g estrogen dan 10 mg
progestin, menjadi 30 g dan 150 g. 10 a.
Pil Kombinasi Pil oral kombinasi (POK) merupakan pil kontrasepsi yang berisi hormon
sintesis estrogen dan progesteron. Estrogen bekerja primer untuk membantu pengaturan hormon releasing factors di hipotalamus, membantu pertumbuhan dan pematangan dari ovum di dalam ovarium dan merangsang perkembangan endometrium. Progesteron bekerja primer menekan dan melawan isyarat-isyarat dari hipotalamus dan mencegah pelepasan ovum yang terlalu dini/prematur dari ovarium, serta juga merangsang perkembangan dari endometrium. 11 a.1.
Jenis Pil Kombinasi 5, 9, 10
1.
Pil Monofasik Pil kombinasi yang paling banyak digunakan adalah pil monofasik yang
berarti pil tersebut berisi estrogen dan progesteron dalam jumlah sama selama 21 hari waktu penggunaan pil, dengan 7 tablet tanpa hormon aktif, mis: Brevinor, Eugynon 30, Femodane, Leostrin 30, Mervelon, Mercilon, Minulet, Ovranette, Ovysmen, Ovran, Ovran 30, Norinyl-1, Yasmin. 2.
Pil Bifasik Pil ini adalah pil 21 hari yang berisi estrogen dalam jumlah sama selama
penggunaan paket tetapi ada pil yang memiliki dua kadar progestogen berbeda di dalamnya. Biasanya pil ini diberi kode dengan warna berbeda, mis: Bi Nouvum. Pada bifasik hanya estrogen dulu yang bekerja menekan sekresi gonadotropin, sedangkan
Universitas Sumatera Utara
13
pada monofasik estrogen dan progesteron bekerja bersama-sama. Sehingga pada sekuensial ini pengentalan lendir serviks kurang begitu baik sehinga tetep saja terjadi penetrasi sperma. Jenis ini biasanya digunakan dalam pengobatan karena efek samping penggunaan hormonal baik amenorea, metroaragi dan menoragi. 3.
Pil Trifasik Pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung hormon aktif
estrogen/progestin dengan tiga dosis yang berbeda, dengan 7 tablet tanpa hormon aktif. a.2.
Mekanisme Kerja Titik tangkap utama kontrasepsi oral kombinasi adalah pada hipotalamus
dengan menekan gonadotropin realising hormon. Pengaruhnya pada hiposfisis terutama adalah penurunan sekresi luteinizing hormon (LH), dan sedikit follicle stimulating hormon (FSH). Dengan tidak adanya puncak LH, maka ovulasi tidak terjadi. Disamping itu ovarium menjadi tidak aktif, dan pemasakan folikel terhenti. Lendir serviks juga mengalami perubahan, menjadi lebih kental, sehingga penetrasi sperma menurun. Pergerakan tuba terganggu sehingga transportasi telur dengan sendirinya akan terganggu pula..5, 14 a.3.
Efektivitas Bila pil digunakan dengan tepat dan benar keefektifan (theoretical
effectiveness) mencapai 99,9%, atau hampir menyemai strerilisasi. Dalam praktek (use effectiveness), kegagalan pada pemakaian pil masih cukup tinggi, yakni 2,5%. Ketidakpatuhan meminum pil merupakan salah satu penyebab kegagalan. 5
Universitas Sumatera Utara
14
a.4.
Indikasi dan Kontraindikasi Indikasi penggunaan pil kombinasi adalah wanita yang menginginkan
kontrasepsi oral dengan keefektifan yang sangat tinggi, anemia karena perdarahan haid yang banyak, siklus haid tidak teratur, dismenorea yang berat atau keluhan haid lain seperti nyeri tengah siklus dan sindrom pramenstruasi, kista ovarium yang tidak ganas, riwayat hamil ektopik dan riwayat keluarga yang menderita kanker ovarium. Kontraindikasi yang absolut adalah kehamilan, penyakit kardio dan serebrovaskular, diabetes melitus dengan komplikasi, penyakit hati, tumor ganas dari saluran kelamin dan payudara. Secara relatif pil kombinasi juga dapat diberikan pada keadaan sebagai berikut: sakit kepala yang berat, umur lebih dari 40 tahun, perokok berat (> 15 batang perhari) yang berumur lebih dari 35 tahun, hipertensi (> 160/90 mmHg), diabetes melitus, perdarahan vagina yang tidak diketahui sebabnya, menyusui, anemia, sel sabit dan lain-lain. 9,10 a.5.
Keuntungan Keuntungan utama pil adalah keefektifannya yang tinggi apabila digunakan
dengan tepat dan benar. Menyerupai efektifitas tubektomi, bila digunakan setiap hari. Resiko kesehatan yang ditimbulkan sangat kecil. Penelitian tentang pil sudah cukup banyak sehingga pil diyakini melindungi dari penyakit radang pinggul. Hal ini disebabkan oleh beberapa mekanisme antara lain pil mengurangi jumlah darah menstruasi sehingga mengurangi medium kultur untuk beberapa jenis kuman. Pil menyebabkan lendir serviks menjadi lebih tebal dan kanalis servikalis menjadi kurang lebar sehingga sulit ditembus kuman yang akan masuk ke dalam kavum uteri. Selain itu siklus menstruasi menjadi teratur, banyaknya darah menstruasi berkurang
Universitas Sumatera Utara
15
(mencegah anemia), tidak terjadi dismenorea. Pil dapat digunakan jangka panjang selama akseptor ingin menggunakannya untuk mencegah kehamilan dan dapat digunakan sejak usia remaja hingga menopause. Penggunaan pil juga mudah dihentikan setiap saat (reversibel) karena kesuburan segera kembali setelah penggunaan pil tersebut dan dapat digunakan sebagai kontrasepsi darurat. 5, 9, 14 a.6.
Kerugian Di samping keuntungan yang ada, pil mempunyai beberapa kerugian antara
lain harus diminum setiap hari, sehingga ketidakdisiplinan pemakai menyebabkan kegagalan tinggi. Harga pil relatif lebih mahal dibanding cara kontrasepsi lainnya dan pil tidak bisa dipakai pada wanita yang sedang menyusui. Efek samping pil masih cukup banyak seperti perdarahan bercak (break-through bleeding) terutama pada 3 bulan pertama, amenorea, nausea, nyeri payudara, sakit kepala, kenaikan berat badan, akne, perubahan emosi, retensi cairan sampai hipertensi, dan memperberat resiko penyakit kardiovaskular terutama bagi perokok berat. Pada ibu PUS yang mempunyai riwayat sudah pernah mengalami gangguan menstruasi, pada penggunaan pil kontrasepsi akan mudah mengalami gangguan menstruasi.5, 9 Ketidakpraktisan pil ditambah dengan efek samping yang masih relatif banyak, menyebabkan kelangsungan pemakaian rendah. Angka kelangsungan pemakaian sampai akhir tahun pertama kadang-kadang kurang dari 50%. Pil kombinasi juga berinteraksi dengan obat lain seperti rifampisin, fenitoin, berbiturat dan griseovulvin. Pemakaian obat tersebut mengurangi keefektifan pil karena menurunkan absorbsi dan mengganggu mekanisme kerjanya. Hubungan antara pil kombinasi dengan Kanker leher rahim (Ca servix) masih menjadi kontroversi.
Universitas Sumatera Utara
16
Banyak studi mengatakan bahwa ada hubungan antara pemakian pil dengan resiko munculnya Kanker servix, bahkan setelah faktor seksual diperhitungkan. 13, 14 b.
Pil Progestin (Progestin-Only Pill)
b.1.
Sejarah Pil Progestin (POP) Dalam bahasa aslinya disebut Progestin-Only Pills atau disingkat POP atau
Minipil atau Breastfeeding Pill. Dalam bahasa Indonesia disebut Pil Hanya Progestin atau Pil Progestin Saja (PHP atau PPS), atau pil mini atau pil menyusui. Dibuat dipertengahan tahun 1960-an, sebagai alternatif terhasap pil kombinasi dan mengandung dosis progestin yang lebih rendah dibandingkan dengan progestin yang ada dalam pil kombinasi dan sama sekali tidak berisi estrogen. Di Indonesia mini pil dipasarkan dengan nama dagang Exulton (buatan Organon), yang mengandung 0,5 mg linestrenol. Pil ini diminum terus menerus setiap hari, meskipun sedang dalam keadaan menstruasi. 14 b.2.
Jenis Minipil Kemasan dengan isi 35 pil: 300 µg levonorgestrel atau 350 µg nerettindron
dan kemasan dengan isi 28 pil: 75 µg desogestrel. 5 Tabel.2.1. Jenis Mini Pil 10 JENIS Desogestrel Levonorgestrel Noristeron Norgestrel
PREPARAT Cerazette Microval Norgeston Femulen Micronor Noriday Neogest
KADAR 0,0075 0,003 0,03 0,5 0,35 0,35 0,075
Universitas Sumatera Utara
17
b.3.
Cara Kerja Cara kerja mini pil yaitu dengan menekan sekresi gonadotropin dan sintesis
steroid seks di ovarium. Endometrium mengalami transformasi lebih awal sehingga implantasi menjadi lebih sulit. Lendir serviks mengental sehingga menghambat penetrasi sperma. Pada penggunaan jangka panjang minipil dapat mempengaruhi motilitas tuba, fertilisasi, serta transportasi sperma. Motilitasi tuba beresiko terjadinya kehamilan ektopik menjadi lebih besar. 5, 15 b.4.
Efektivitas Bagi ibu yang masih menyusui, sampai sembilan bulan pertama post partum
keefektifan pil ini mencapai 98,5%. Bagi ibu yang tidak menyusui, atau ibu dalam masa interval, keefektifannya turun menjadi 96%. Apabila digunakan secara konsisten dan benar, efektivitasnya akan lebih tinggi. 10, 14 b.5.
Keuntungan Minipil sangat efektif bila digunakan secara benar. Tidak mengganggu
hubungan seksual dan tidak mempengaruhi ASI. Apabila pemakaian dihentikan kesuburan cepat kembali. Efek samping yang disebabkan sedikit sehingga nyaman dan mudah digunakan. 5 b.6.
Kerugian 5, 10 Hampir 30-60 % mengalami gangguan menstruasi (perdarahan sela, spotting,
amenorea). Terjadinya peningkatan berat badan. Harus digunakan setiap hari pada waktu yang sama. Bila lupa satu pil saja kegagalan menjadi lebih besar. Payudara menjadi tegang, mual, pusing, dermatitis dan timbul jerawat. Resiko kehamilan ektopik cukup tinggi (4 dari 100 kehamilan), tetapi resiko ini lebih rendah jika
Universitas Sumatera Utara
18
dibandingkan dengan wanita yang tidak menggunakan minipil. Efektifitas minipil menjadi lebih rendah bila digunakan bersamaan dengan obat tuberkulosis atau obat epilepsi. 2.2.4. Kontrasepsi Suntik Kontrasepsi suntik adalah kontrasepsi yang diberikan kepada wanita yang mendapat suntikan periodik untuk mencegah kehamilan. Suntikan progestin pertama di temukan pada awal tahun 1950 an, yang pada mulanya digunakan untuk pengobatan endometriosis dan Kanker endometrium (Carcinoma endometri). Baru pada awal tahun 1960, uji klinis penggunaan suntikan progestin untuk keperluan kontrasepsi dilakukan.Terdapat dua jenis suntikan progestin yang dipakai, yakni depo medroksiprogesteron asetat dan depo noretisteron enantat. Sedangkan untuk suntikan depo estrogen-progesteron (Cyclofem) ditemukan pada tahun 1960 an. Penambahan estrogen pada obat kontrasepsi progesteron ternyata dapat memperbaiki siklus menstruasi.10 a.
Suntikan Kombinasi
a.1.
Jenis Suntikan Kombinasi Jenis suntikan kombinasi adalah 25 mg Depo Medroksiprogesteron Asetat dan
5 mg Estradiol Sipinoat yang diberikan injeksi I.M. sebulan sekali (Cyclofem), dan 50 mg Noretindron Enantat dan 5 mg Estradiol Valerat. 5 a.2.
Cara Kerja Cara kerja suntikan kombinasi yaitu dengan cara menekan ovulasi membuat
lendir serviks menjadi kental sehingga penetrasi sperma terganggu. Terjadinya
Universitas Sumatera Utara
19
perubahan pada endometrium (atrofi) menyebabkan implantasi terganggu dan menghambat teransportasi gamet oleh tuba.5 a.3.
Efektivitas Bila digunakan dengan semestinya keefektifan suntik kombinasi sangat tinggi
yaitu (0,1-0,4 kehamilan per 100 perempuan). 14 a.4.
Keuntungan Resiko terhadap kesehatan kecil, tidak berpengaruh pada hubungan suami
istri, tidak diperlukan pemeriksaan dalam, dapat mengurang jumlah perdarahan dan nyeri saat menstruasi. Memiliki khasiat untuk pencegahan kanker ovarim dan kanker endometrium.5 a.5.
Kerugian Terjadi perubahan pola menstruasi seperti tidak teratur, perdarahan bercak/
spotting, atau perdarahan sela sampai 10 hari. Mual sakit kepala, nyeri payudara ringan, dan keluhan seperti ini akan hilang setelah suntikan kedua atau ketiga. Akseptor harus kembali setiap 30 hari menyebabkan ketergantungan akseptor terhadap pelayanan kesehatan. Efektifitasnya akan berkurang jika digunakan bersamaan dengan obat epilepsi dan obat tuberkulosis. Terjadi penambahan berat badan dan kemungkinan terlambatnya kesuburan setelah penghentian pemakaian. Dapat menyebabkan efek samping yang serius seperti serangan jantung, stroke, bekuan darah pada paru dan otak, dan kemungkinan timbulnya tumor hati. 5 b.
Suntikan Progestin Sutikan progestin sangat efektif dan aman. Dapat dipakai oleh semua
perempuan dalam usia reproduksi. Kembalinya kesuburan saat penghentian
Universitas Sumatera Utara
20
pemakaian rata-rata 4 bulan. Metode Kontrasepsi ini cocok untuk masa laktasi karena tidak menekan produksi ASI. 5 b.1.
Jenis Suntikan Progestrin5, 11 Tersedia 2 jenis kontrasepsi suntikan progestin yaitu:
1.
Depo Medroksiprogeteron Asetat (Depo Provera), mengandung 150 mg DMPA, yang diberikan setiap 3 bulan dengan cara disuntik intramuskuler (didaerah bokong).
2.
Depo Nerotisteron Enantat (Depo Noristerat), yang mengandung 200 mg Noretindron Enantat, diberikan setiap 2 bulan dengan cara disuntik intramuskuler
b.2.
Cara Kerja 5 Cara kerja suntikan progestin: i) dengan mencegah ovulasi, ii) mengentalkan
lendir serviks sehingga menurunkan kemampuan penetrasi sperma, iii) menjadikan selaput lendir rahim tipis dan atrofi iv) menghambat transportasi gamet oleh tuba. b.3.
Efektifitas Kedua kontrasepsi suntik progesteron tersebut memiliki efektifitas yang tinggi
(0,3 kehamilan per 100 perempuan). 14 b.4.
Keuntungan Sangat efektif dalam pencegahan kehamilan jangka panjang dan tidak
berpengaruh pada hubungan suami istri. Suntikan progestin tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak serius terhadap penyakit jantung dan gangguan pembekuan darah. Dapat digunakan oleh perempuan > 35 tahun sampai perimenopause. Selain itu, kontrasepsi suntikan progestin ini juga membantu
Universitas Sumatera Utara
21
mencegah terjadinya kanker endometrium, kehamilan ektopik, penyakit radang pinggul dan krisis anemia bulan sabit. 5 b.5.
Kerugian Sering ditemukannya ganggu menstruasi seperti: 1) siklus menstruasi yang
memendek dan memanjang 2) perdarahan yang banyak dan sedikit 3) perdarahan tidak teratur dan spotting 4) amenorea. Permasalahan berat badan merupakan efek samping yang sering terjadi. Terjadi keterlambatan kesuburan setelah penghentian pemakaian, karena belum habisnya pelepasan obat suntikan dari deponya. Pada penggunaan jangka panjang akan terjadi perubahan pada lipid serum, menurunnya kepadatan tulang, kekeringan pada vagina, menurunkan libido, sakit kepala, nervositas dan jerawat.5 2.2.4. Kontrasepsi Implan5,10 Implan adalah metode kontrasepsi hormonal yang efektif, tidak permanen dan dapat mencegah terjadinya kehamilan antara tiga hingga lima tahun. Metode ini dikembangkan oleh The Population Council, yaitu suatu organisasi internasional yang didirikan tahun 1952 untuk mengembangkan teknologi kontrasepsi a.
Jenis Kontrasepsi Implant 5
a.1.
Norplant Norplant terdiri dari 6 kapsul yang secara total bermuatan 216 mg
levonorgestrel. Panjang kapsul adalah 3,4 mm dengan diameter 2,4 mm. Kapsul terbuat dari bahan silastik medik (polydimethylsiloxane) yang fleksibel diaman kedua ujungnya ditutup dengan penyumbat sintetik yang tidak mengganggu kesehatan akseptor. setelah penggunaan selama lima tahun, ternyata masih tersimpan sekitar
Universitas Sumatera Utara
22
50% bahan aktif levonogestrel asal yang belum terdistribusi ke jaringan insterstisial dan sirkulasi. a.2.
Jadelle (Norplant II) Jadelle terdiri dari dua batang silastik lembut berongga dengan 4,3 cm,
diameter 2,5 mm, berisi 75 mg levenorgestrel dengan lama kerja 3 tahun. Pelepasan harian hormon levonorgestrel dari Jadelle hampir sama dengan Norplant dan secara teoritis, masa kerjanya menjadi 40% lebih singkat. 11 a.3.
Implanon Implanon (Organon,Oss, Netherlands) adalah kontrasepsi subdermal kapsul
tunggal yang mengandung etonogestrel (3-ketodesogestrel), merupakan metabolit desogestrel yang efek androgeniknya lebih rendah dan aktifitas progestational yang lebih tinggi dari levonogestrel. Terdiri dari satu batang silastik lembut berongga dengan panjang kira-kira 4,0 cm, diameter 2 mm, berisi 68 mg 3-keto-desogestrel dengan lama kerja 3 tahun. 10,11 b.
Cara Kerja Mekanisme kerja implan: menebalkan lendir serviks sehinga menghambat
pergerakan sperma, mencegah ovulasi, dan menghambat perkembangan siklis dari endometrium sehingga sulit terjadi implantasi. Perubahan terjadi segera setelah pemasangan implan. Progestin juga menekan pengeluaran FSH dan LH dari hipotalamus dan hipofise. Levonorgestrel dan progestin sintetik lalinnya menghambat reseptor progesteron. Mekanisme kerja ini menyebabkan sel endometrium yang melapisi kavum uteri menjadi tipis, sekresi kelenjar lebih sedikit sehingga fungsi reseptif endometrium menjadi terganggu.5, 15
Universitas Sumatera Utara
23
c.
Efektifitas Kontrasepsi implan memiliki daya guna yang tinggi ( kegagalan 0,2-1
kehamilan per 100 perempuan). Selain itu kontrasepsi implan memberikan perlindungan jangka panjang (5 tahun). Berdasarkan hasil indeks Pearl (jumlah kelahiran per 100 pengguna dalam 1 tahun) adalah 0,2 dan 0,9 untuk dua tahun pertama; 0,5 dan 1,1 per 100 perempuan untuk tahun ketiga sampai kelima. 10 d.
Keuntungan Implan dapat dicabut setiap saat sesuai kebutuhan, tingkat kesuburan cepat
kembali setelah implant dicabut dan pada saat pemasangan implan tidak diperlukan pemeriksaan dalam. Kontrasepsi implan hanya mengandung preparat progesteron sehingga bebas dari pengaruh estrogen. Penggunaan implan tidak mengganggu kegiatan senggama dan tidak mengganggu produksi ASI. Penggunaan implan dapat mengurangi dismenorea dan mengurangi jumlah darah menstruasi. Selain itu implan juga dapat melindungi terjadinya kanker endometrium, menurunkan angka kejadian kelainan jinak payudara, dan memberikan perlindungan terhadap beberapa penyebab penyakit radang pinggul.5,10 e.
Kerugian Penggunaan implan dapat menyebabkan perubahan pola menstruasi berupa
perdarahan bercak (spotting), meningkatnya jumlah darah menstruasi (hipermenorea) dan amenorea. Di samping perubahan pola mensttruasi beberapa efek samping lainnya yaitu: sakit kepala (1,9%), perubahan berat badan (biasanya meningkat) (1,7%), perubahan suasana hati: gugup, rasa cemas (1,1%), depresi (0,9%), lain lain (mual, perubahan selera makan, nyeri payudara, jerawat) ( 1,8%). Efektivitasnya
Universitas Sumatera Utara
24
menurun jika menggunakan implan bersamaan dengan penggunaan obat epilepsi dan tuberkulosis. Terjadinya kehamilan ektopik sedikit lebih tinggi (1,3 per 100.000 perempuan pertahun).14 2.2.5. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) dengan Progestin AKDR merupakan kontrasepsi yang dimasukkan melalui serviks dan dipasang di dalam uterus. AKDR memiliki benang yang menggantung sampai liang vagina, hal ini dimaksudkan agar keberadaannya bisa diperiksa oleh akseptor sendiri. AKDR mulai dikembangkan di Polandia tahun 1909, yaitu ketika Richter membuat suatu alat kontrasepsi dari benang sutra tebal yang dimasukkan ke dalam rahim. Kemudian pada tahun 1930 berkembang dengan dibuatnya cincin perak yang dimasukkan ke dalam rahim. Pada tahun 1962 dr. Lippes membuat AKDR dari plastik yang disebut lippes loop. Pada 1969 AKDR telah ditambahkan dengan kawat tembaga selanjutnya dikenal AKDR yang mampu melepas progesteron. Jenis AKDR yang mengandung hormon steroid adalah Prigestase yang megandung Progesteron dari Mirena berupa levenorgestrel.5,9 a.
Cara Kerja11 Endometrium mengalami transformasi yang irreguler, epitel atrofi sehingga
mengganggu implantasi. Mencegah terjadinya konsepsi dengan mencegah pertemuan ovum dengan sperma. Mengurangi jumlah sperma yang mencapai tuba fallopi dengan menginaktifkan sperma. b.
Efektivitas5 AKDR progesteron sangat efektif dalam mencegah kehamilan, yaitu 0,5 - 1
kehamilan per 100 perempuan selama satu tahun pertama penggunaan.
Universitas Sumatera Utara
25
c.
Keuntungan Efektif dengan proteksi jangka panjang (satu tahun). Tidak mengganggu
hubungan suami istri dan tidak berpengaruh terhadap produksi ASI. Kesuburan akan segera kembali stelah AKDR diangkat dan efek samping sistemik yang sangat kecil. Selain itu kontrasepsi AKDR progesteron dapat mengurangi nyeri menstruasi/ dismenorea, dan dapat mengurangi jumlah darah menstruasi. Dapat digunakan pada usia perimenopause bersamaan dengan pemberian estrogen, untuk pencegahan hiperplasia endometrium. Tidak mengurangi kerja obat tuberkulosis ataupun obat epilepsi, karena AKDR progesteron mempengaruhi endometrium.14,15 d.
Kerugian Diperlukan pemeriksaam dalam penyaringan infesi genitalia sebelum
penggunaan AKDR dan pemasangannya relatif mahal. PUS tidak dapat menghentikan sendiri sehingga sangat tergantung pada tenaga kesehatan. Pada penggunaan jangka panjang dapat terjadi amenorea. Dapat terjadi perforasi uterus pada saat insersi (< 1/1000 kasus) dan kejadian kehamilan ektopik relatif tinggi. Bertambahnya resiko penyakit radang panggul sehingga dapat menyebabkan infertilitas. Progestin dapat menurunkan kadar HDL-kolesterol pada penggunaan jangka panjang sehingga dapat meningkatkan resiko penyakit kardiovaskuler. Dapat memperburuk perjalanan penyakit kanker payudara. Progestin yang terdapat pada AKDR dapat mempengaruhi hiperlipidemia dan pertumbuhan miom uterus.5,9
Universitas Sumatera Utara
26
2.2.6. Patofisiologi Pengaruh Kontrasepsi Hormonal Terhadap Endometrium Semua organ tubuh wanita yang dipengaruhi oleh hormon seks tertentu dengan sendirinya akan dipengaruhi oleh kontrasepsi hormonal. Pada organ-organ tersebut akan terjadi perubahan-perubahan tertentu. Hal tersebut dipengaruhi oleh dosis, jenis hormon dan lama penggunaannya. Organ yang paling terpengaruh oleh kontrasepsi hormonal adalah endometrium, miometrium, serviks dan payudara. 9 Endometrium merupakan bagian dari korpus uteri yang membatasi kavum uteri dengan miometrium. Dibawah pengaruh hormon estrogen dan progesteron, maka endometrium dimatangkan dan kemudian akan terlepas secara teratur setiap bulannya sebagai menstruasi. Pil Kontrasepsi banyak digunakan dalam upaya keluarga berencana. Jenis pil yang dipakai serupa, merupakan kombinasi estrogen dan progesteron. Fase proliferasi akan diperpendek, sehingga kelenjar dan stroma tidak tumbuh sempurna. Ketidaksempurnaan ini dibawa terus pada fase sekresi, dimana siklus kerja hormon juga mengalami gangguan. Studi histologiknya pada endometrium tidak menunjukkan struktur endometrium yang sesuai dengan hari siklus menstruasi. Pembuluh darah mengecil tidak berkelok. Tahapan gangguan pertumbuhan ini makin lama makin nyata, sehingga struktur endometrium yang atrofi ditemukan. Pada waktu ini stroma endometrium tipis dengan sel tersusun padat. Kelenjar bentuk tubulus terletak berjauhan dengan epitel kuboid selapis tanpa aktifitas sekresi. Pada pemberian kontrasepsi memakai hormon progesteron, maka gambaran endometrium akan serupa dengan pemberian pil. Reaksi endometrium yang tergantung kepada lama, intensitas dan jenis rangsangan hormon yang ada.
Universitas Sumatera Utara
27
Siklus pertumbuhan endometrium akan normal kembali setelah pemberian kontrasepsi dihentikan. 16 2.3.
Menstruasi Menstruasi atau haid adalah perdarahan periodik pada uterus yang dimulai
sekitar 14 hari setelah ovulasi. Menstruasi ini merupakan peristiwa yang dialami setiap perempuan. Seorang perempuan yang pertama kali mendapat menstruasi adalah pertanda bahwa ia siap bereproduksi atau menghasilkan keturunan. 17 Menstruasi adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus disertai pelepasan (deskuamasi) dari endometrium. Panjang siklus menstruasi yang normal dan dianggap sebagai siklus menstruasi klasik selama 28 hari. 18 2.3.1. Menstruasi Normal Menstruasi merupakan siklus yang kompleks dan berkaitan dengan psikologis-pancaindra, korteks serebri, aksis hipotalamus-hipofisis-ovarial, dan endrogen (uterus-endometrium dan alat seks sekunder). Pola menstruasi merupakan suatu siklus menstruasi normal, dengan menarche sebagai titik awal. Pada umumnya menstruasi akan berlangsung setiap 28 hari selama lebih kurang 7 hari. Lama perdarahannya sekitar 3-5 hari, ada yang 1-2 hari diikuti darah yang sedikit-sedikit dan tidak terasa nyeri. Jumlah darah yang hilang sekitar 30-40 cc. Puncaknya hari ke2 atau ke-3 dengan jumlah pemakaian pembalut sekitar 2-3 buah. Panjang siklus menstruasi ialah jarak antara tanggal mulainya haid yang lalu dan mulainya haid berikutnya. Hari mulainya perdarahan dinamakan hari pertama siklus menstruasi 19, 20 Fungsi menstruasi normal merupakan hasil interaksi antara hipotalamus, hipofisis, dan ovarium dengan perubahan-perubahan terkait pada jaringan sasaran
Universitas Sumatera Utara
28
pada saluran reproduksi normal. Ovarium memainkan peranan penting dalam proses ini, karena tampaknya bertanggung jawab dalam pengaturan perubahan-perubahan siklik maupun lama siklus menstruasi. 21 2.3.2. Siklus Menstruasi Siklus menstruasi merupakan periode menstruasi dihitung berdasarkan jumlah hari tanggal mulainya menstruasi yang lalu sampai mulainya menstruasi berikutnya. Siklus menstruasi dibagi menjadi 4 yaitu; polimenorea apabila panjang siklus < 21 hari, normal apabila panjang siklus antara 21-35 hari, oligomenorea apabila panjang siklus antara 36-90 hari dan amenorea apabila panjang siklus > 90 hari atau 3 bulan. Siklus menstruasi merupakan rangkaian peristiwa yang secara kompleks saling mempengaruhi dan terjadi secara simultan di endometrium, kelenjar hipotalamus dan hipofisis, serta ovarium. Siklus menstruasi mempersiapkan uterus untuk kehamilan. Bila tidak terjadi kehamilan, maka terjadi menstruasi. Usia wanita, status fisik dan emosi wanita, serta lingkungan mempengaruhi pengaturan siklus menstruasi. 17
Gambar 2.1.
Siklus menstruasi. Panel atas memperlihatkan siklus perubahan dari FSH, LH, estrogen dan progesteron pada saat ovulasi. Panel bawah memperlihatkan hubungan ovarium dalam siklus folikel dan fase lute serta siklus endometrium dalam fase proliferatif dan fase sekresi.10
Universitas Sumatera Utara
29
2.3.3. Fisiologi Menstruasi Menstruasi normalnya terjadi setiap 21-35 hari (28 hari merupakan siklus yang khas) dan berlangsung antara 2-7 hari. Selama menstruasi, sekitar 50% merupakan darah, sisanya terdiri dari fragmen jaringan endometrium dan lendir. Endometrium disekresikan secara kimia untuk mencegah pembekuan darah dan memudahkan aliran darah dari serviks ke dalam saluran vagina. Darah yang hilang saat menstruasi sekitar 35-45 ml. Menurut Sadler dkk (2007), hilangnya 20-60 ml masih diterima, namun kerugian yang melebihi 80 ml dapat menyebabkan anemia yang akan membutuhkan pengobatan.22 Sherman dan Korenman menemukan variasi bahwa dalam kehilangan darah terjadi ketika perempuan mengalami anovulatori siklus berikutnya di mana periodenya sering ringan. Meskipun memiliki fisiologi yang sama, tidak ada dua perempuan memiliki siklus menstruasi yang sama. Ada banyak penyebab variasi dalam siklus menstruasi dari onset menstruasi (menarche), untuk penghentian saat menopause.23 Siklus menstruasi dikendalikan oleh kelompok hormon, terutama estrogen dan progesteron. Mereka dilepaskan siklus dari indung telur selama masa reproduksi di bawah kendali dari dua hipofisis anterior hormon gonadotropin, Follicle-stimulating hormone (FSH) dan Lutenizing hormon (LH). Di bawah pengaruh hormon ini, perubahan terjadi pada endometrium dinding rahim di seluruh siklus menstruasi. Menstruasi dianggap mulai pada hari pertama dari siklus berikut yang selama periode sekitar 5 hari, superfisial lapisan dinding rahim, endometrium, secara bertahap meninggalkan gudang basal lapisan bawah.19 Dari hari ke 5 sampai hari ke-14 yang
Universitas Sumatera Utara
30
khas 28-hari siklus (dikenal sebagai proliferasi fase), di bawah pengaruh estrogen yang meningkat, folikel berkembang, sel-sel dalam lapisan basal mulai bertambah banyak untuk penebalan progresif dan meningkatkan vaskularisasi dari lapisan endometrium yang baru. 23 Ovulasi biasanya terjadi pada titik tengah dari suatu 28-hari siklus, atau 14 hari sebelum onset menstruasi terlepas dari panjang siklus. Fase berikutnya ini dikenal sebagai fase sekresi estrogen dimana terus mempromosikan pengembangan endometrium. Progesteron juga dilepaskan untuk membantu mempersiapkan endometrium untuk menerima sel telur yang akan dibuahi. Jika tidak terjadi kehamilan, korpus luteum berdegenerasi dan pengurangan pasokan estrogen secara tiba-tiba ini mendorong mulainya menstruasi. Meskipun memiliki fisiologis yang hampir sama, namun variasi yang sangat besar dapat terjadi antara naik dan turunnya siklus menstruasi.10, 23 a.
Siklus Ovarium
a.1.
Fase Folikuler Siklus
diawali
dengan
hari
pertama
menstruasi,
atau
terlepasnya
endometrium. FSH merangsang pertumbuhan beberapa folikel primordial dalam ovarium. Satu folikel berkembang menjadi folikel de Graf. Folikel terdiri dari sebuah ovum dengan dua lapisan sel yang mengelilinginya. Lapisan dalam yaitu sel granulosa mensintesis progesteron selama paruh pertama siklus menstruasi, dan bekerja sebagai prekusor pada sintesis estrogen oleh lapisan sel teka interna yang mengelilinginya. Kadar estrogen yang meningkat menyebabkan pelepasan LHRH dari hipotalamus. 24
Universitas Sumatera Utara
31
a.2.
Fase Luteal Kadar estrogen yang tinggi akan menghambat produksi FSH. Kemudian kadar
estrogen mulai menurun. Setelah oosit terlepas dari folikel deGraf, lapisan granulosa menjadi banyak mengandung pembuluh darah dan berubah menjadi korpus luteum yang berwarna kuning pada ovarium. Korpus luteum terus mensekresi sejumlah kecil estrogen dan progesteron yang makin lama semakin meningkat. 24 b.
Siklus Endometrium 17, 25, 26 Siklus menstruasi endometrium terdiri dari 4 fase, yaitu:
b.1.
Fase Menstruasi Dalam fase ini endometrium dilepaskan dari dinding uterus disertai
perdarahan. Hanya stratum basale yang tinggal utuh. Darah menstruasi mengandung darah vena dan arteri dengan sel-sel darah merah dalam hemolisis atau aglutinasi, selsel epitel dan stroma yang mengalami disintegrasi dan otolisis, dan sekret dari uterus, serviks, dan kelenjar-kelenjar vulva, berlangsung 3-4 hari. b.2.
Fase Proliferasi Fase proliferasi merupakan periode pertumbuhan cepat yang berlangsung
sejak hari ke-lima hingga ovulasi, misalnya hari ke-10 siklus 24 hari, hari ke-14 siklus 28 hari, atau hari ke-18 sikus 32 hari. Permukaan endometrium secara lengkap akan kembali normal dalam empat hari atau menjelang perdarahan berhenti. Sejak saat ini, terjadi penebalan 8 sampai 10 kali lipat, yang berakhir saat ovulasi. Fase proliferasi bergantung dari stimulasi estrogen yang berasal dari folikel ovarium.
Universitas Sumatera Utara
32
b.3.
Fase Sekresi Fase sekresi berlangsung sejak hari ovulasi sampai sekitar tiga hari sebelum
periode menstruasi berikutnya. Setelah ovulasi, diproduksi lebih banyak progesteron sehingga terlihat endometrium yang edematosa, vaskular, dan fungsional. Pada akhir sekresi, endometrium sekretorius yang matang dengan sempurna mencapai ketebalan seperti beludru yang tebal dan halus. Endometrium menjadi kaya darah dan sekresi kelenjar, tempat yang sesuai untuk melindungi dan memberi nutrisi ovum yang dibuahi. b.4.
Fase Iskemi Implantasi (nidasi) ovum yang dibuahi terjadi sekitar 7-10 hari setelah
ovulasi. Apabila tidak terjadi pembuahan atau implantasi korpus luteum (badan kuning yang mensekresi estrogen dan progesteron) menyusut. Seiring penurunan kadar estrogen dan progesteron yang cepat, arteri spiral menjadi spasme. Selama fase iskemi, suplai darah ke endometrium fungsional berhenti dan terjadi nekrosis. Lapisan fungsional berpisah dari lapisan basal dan perdarahan menstruasi dimulai, menandai hari pertama siklus berikutnya. 2.3.4. Lama Menstruasi Lama menstruasi didefinisikan sebagai jumlah hari yang diperlukan dari mulai mengeluarkan darah menstruasi sampai perdarahan berhenti dalam 1 siklus menstruasi. Lama menstruasi dibedakan menjadi 3 yaitu hipomenorea apabila lama menstruasi < 2 hari, normal: lama menstruasi antara 2-8 hari, dan hipermenorea (menorrhagia): lama menstruasi > 8 hari. 27
Universitas Sumatera Utara
33
Rata-rata banyaknya darah yang hilang pada wanita normal selama satu periode menstruasi telah ditentukan oleh beberapa kelompok peneliti, yaitu 25-60 ml. Konsentrasi Hb normal 14 gr per dl dan kandungan besi Hb 3,4 mg per g, volume darah ini mengandung 12-29 mg besi dan menggambarkan kehilangan darah yang sama dengan 0,4 sampai 1,0 mg besi untuk setiap hari siklus tersebut atau 150 sampai 400 mg per tahun. 17 2.3.5. Gangguan Menstruasi Menstruasi pada awalnya terjadi secara tidak teratur sampai mencapai umur 18 tahun setelah itu harus sudah teratur. Menstruasi dianggap normal jika terjadi dengan interval 22-35 hari (dari hari pertama menstruasi sampai pada permulaan periode menstruasi berikutnya) dan pengeluaran darah menstruasi berlangsung 1-8 hari. Jumlah rata-rata hilangnya darah selama menstruasi adalah 50 ml (20-80 ml).19 Gangguan menstruasi paling umum terjadi pada awal dan akhir masa reproduktif, yaitu di bawah usia 19 tahun dan di atas 39 tahun. Gangguan ini mungkin berkaitan dengan perubahan siklus menstruasi, lamanya siklus menstruasi, atau jumlah dan lamanya menstruasi. Seorang wanita dapat mengalami gangguan itu. 21, 30 a.
Perubahan pada lamanya siklus menstruasi 19, 21
a.1.
Polimenorea Polimenorea adalah siklus menstruasi yang pendek dari biasanya (kurang dari
21 hari pendarahan). Polimenorea dapat disebabkan oleh gangguan hormonal yang mengakibatkan gangguan ovulasi, akan menjadi pendeknya masa luteal. Penyebabnya ialah kongesti ovarium karena peradangan, endometritis, dan sebagainya.
Universitas Sumatera Utara
34
a.2.
Oligomenorea Oligomenorea adalah siklus menstruasi lebih panjang, lebih dari 35 hari.
Perdarahan pada oligomenorea biasanya berkurang. Penyebabnya adalah gangguan hormonal, ansietas dan stress, penyakit kronis, obat-obatan tertentu, bahaya di tempat kerja dan lingkungan, status penyakit nutrisi yang buruk, olah raga yang berat, penurunan berat badan yang signifikan. a.3.
Amenorea Amenorea adalah keadaaan tidak terjadinya menstruasi pada seorang wanita.
Hal tersebut normal terjadi pada masa sebelum pubertas, kehamilan dan menyusui, dan setelah menopause. Siklus menstruasi normal meliputi interaksi antara komplek hipotalamus-hipofisi-aksis indung telur serta organ reproduksi yang sehat. Amenorea sendiri terbagi dua, yaitu: 1.
Amenorea primer Amenorea primer adalah keadaan tidak terjadinya menstruasi pada wanita usia
16 tahun. Amenorea primer terjadi pada 0,1 – 2,5% wanita usia reproduksi 2.
Amenorea sekunder Amenorea sekunder adalah tidak terjadinya menstruasi selama 3 siklus (pada
kasus oligomenorea (jumlah darah menstruasi sedikit), atau 6 siklus setelah sebelumnya mendapatkan siklus menstruasi biasa. b.
Perubahan lama menstruasi 21, 31
b.1.
Hipermenorea atau menoragia Hipermenorea adalah pendarahan menstruasi yang lebih banyak dari normal
(lebih dari 8 hari). Terjadinya pada masa menstruasi yang mana menstruasi itu sendiri
Universitas Sumatera Utara
35
teratur atau tidak. Pendarahan semacam ini sering terjadi dan menstruasinya biasanya anovoasi penyebab terjadinya menoragia kemungkinan terdapat mioma uteri, polip endometrium atau hyperplasia endometrium (penebalan dinding rahim, dan biasanya terjadi pada ketegangan psikologi. Menoragia mungkin terjadi disertai dengan kondisi organik uterus, atau mungkin terjadi tanpa ada kelainan pada uterus. Hal ini disebut dengan perdarahan uterus disfungsional. b.2.
Hipomenorea Hipomenorea adalah pendarahan menstruasi yang lebih pendek dari biasa
dan/atau lebih kurang dari biasa penyebabnya kemungkinan gangguan hormonal, kondisi wanita dengan penyakit tertentu. c.
Perubahan pada pola menstruasi32 Pada keadaan ini terdapat gangguan siklus menstruasi, perdarahan terjadi
dengan interval yang tidak teratur, dengan jumlah darah menstruasi bervariasi, pola menstruasi ini disebut metrorargia. d.
Gangguan lain yang ada hubungannya dengan menstruasi
d.1.
Sindrom premenstruasi (pre-menstrual syndrom/ PMS) Merupakan keluhan-keluhan yang biasanya terjadi mulai satu minggu sampai
beberapa hari sebelum datangnya menstruasi yang menghilang sesudah menstruasi datang walaupun kadang-kadang berlangsung terus sampai haid berhenti. Penyebab terjadinya tidak jelas, tetapi mungkin faktor penting ialah ketidakseimbangan estrogen dan progesteron dengan akibat retensi cairan dan natrium, penambahan berat badan, dan kadang-kadang edema. Dalam hubungan dengan kelainan hormonal, pada
Universitas Sumatera Utara
36
premenstrual syndrom terdapat defisiensi luteal dan pengurangan produksi progesterone. 19 d.2.
Dismenorea 19, 32 Dismenorea adalah nyeri atau rasa sakit yang menyertai menstruasi sehingga
dapat menimbulkan gangguan pekerjaan sehari-hari. Nyeri sering bersamaan dengan rasa mual, sakit kepala, perasaan mau pingsan, lekas marah. Keluhan ini biasanya baru timbul 2 atau 3 tahun sesudah menarche. Umumnya hanya terjadi pada siklus haid yang disertai pelepasan sel telur. Kadang-kadang juga pada siklus haid yang tidak disertai pengeluaran sel telur (disebut siklus anovulatory), terutama bila darah haid membeku di dalam rahim. Jadi rasa sakit terjadi ketika beku-bekuan itu didorong keluar rahim. Rasa sakit yang menyerupai kejang ini terasa di perut bagian bawah. Biasanya dimulai dua puluh empat jam sebelum menstruasi datang dan berlangsung sampai 12 jam pertama dari masa menstruasi. Derajat rasa nyerinya bervariasi mencakup ringan (berlangsung beberapa saat dan masih dapat meneruskan aktivias sehari-hari), sedang (karena sakitnya diperlukan obat untuk menghilangkan rasa sakit, tetapi masih dapat meneruskan pekerjaannya), berat (rasa nyerinya demikian beratnya sehingga memerlukan isirahat dan pengobatan untuk menghilangkan nyerinya). Sebab dismenorea dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu dismenorea primer, semata-mata berkaitan dengan aspek hormonal yang mengendalikan uterus dan tidak dijumpai kelainan anatomis, umumnya dijumpai pada wanita dengan siklus haid berevolusi. Dismenorea sekunder, rasa nyeri yang terjadi saat menstruasi berkaitan dengan kelainan anatomis uterus seperti endometriosis dan infeksi kronik genitalia interna.
Universitas Sumatera Utara
37
2.3.7. Penyebab Terganggunya Siklus Menstruasi33, 34 Banyak penyebab kenapa siklus menstruasi menjadi panjang atau sebaliknya. Penanganan kasus dengan siklus menstruasi yang tidak normal, tidak berdasarkan kepada panjang atau pendeknya sebuah siklus menstruasi, melainkan berdasarkan kelainan yang dijumpai : a.
Fungsi hormon terganggu Menstruasi terkait erat dengan sistem hormon yang diatur di otak, tepatnya di
kelenjar hipofisa. Sistem hormonal ini akan mengirim sinyal ke indung telur untuk memproduksi sel telur. Bila sistem pengaturan ini terganggu, otomatis siklus menstruasi pun akan terganggu. b.
Kelainan Sistemik Tubuhnya sangat gemuk atau kurus dapat mempengaruhi siklus menstruasi
karena sistem metabolisme di dalam tubuhnya tak bekerja dengan baik, atau wanita yang menderita penyakit diabetes, juga akan mempengaruhi sistem metabolisme sehingga siklus menstruasinya pun tidak teratur. c.
Stress Stress akan mengganggu sistem metabolisme di dalam tubuh, karena stress,
wanita akan menjadi mudah lelah, berat badan turun drastis, bahkan sakit-sakitan, sehingga metabolisme terganggu. Bila metabolisme terganggu, siklus menstruasi pun ikut terganggu. d.
Kelenjar Gondok Terganggunya fungsi kelenjar gondok/tiroid juga bias menjadi penyebab idak
teraturnya siklus menstruasi. Gangguan bisa berupa produksi kelenjar gondok yang
Universitas Sumatera Utara
38
terlalu tinggi (hipertiroid) maupun terlalu rendah (hipotiroid), yang dapat mengakibatkan sistem hormonal tubuh ikut terganggu. e.
Hormon prolakin berlebih Hormon prolaktin dapat menyebabkan seorang wanita tidak menstruasi,
karena memang hormon ini menekan tingkat kesuburan. Pada wanita yang tidak sedang menyusui hormone prolaktin juga bisa tinggi, buasanya disebabkan kelainan pada kelenjar hipofisis yang terletak di dalam kepala. 2.4.
Pengaruh Kontrasepsi Hormonal Terhadap Menstruasi
2.4.1. Pengaruh Kontrasepsi Hormonal Terhadap Siklus Menstruasi Pemberian kontrasepsi hormonal dapat menyebabkan perubahan sekresi steroid seks dari ovarium sehingga keluhan-keluhan yang timbul sebelum dan selama menstruasi seperti nyeri menstruasi (dismenorea), sindroma premenstrual (PMS) dapat diobati dengan pemberian kontrasepsi hormonal. Pada akhir pemberian pil kontrasepsi umumnya akan terjadi perdarahan. Perdarahan yang terjadi tidak dapat dianggap sebagai darah haid karena terjadi dari suatu endometrium yang normal (fase sekretorik). Pada pemberian pil kombinasi terjadi perdarahan lucut, tetapi perdarahan yang terjadi bukan berasal dari suatu endometrium yang normal karena gestagen sudah ada sejak awal pada fase proliferasi. Seperti diketahui bahwa menstruasi normal terjadi akibat kadar progesteron yang turun, sedangkan pada penggunaan pil kombinasi, menstruasi yang terjadi akibat turunnya kadar hormon estrogen dan progesteron atau akibat turunnya kadar hormon sintetik. Menstruasi yang terjadi setelah penggunaan pil kombinasi atau sekuensial lebih tepat dikatakan sebangai pseudo menstruasi. 13
Universitas Sumatera Utara
39
2.4.2. Pengaruh Kontrasepsi Hormonal Terhadap Jumlah Darah Menstruasi Jumlah darah pada saat menstruasi yang keluar selama penggunaan pil kontrasepsi akan berkurang hingga 50-70% terutama pada hari pertama dan kedua. Pengaruh ini sangat jelas terlihat pada penggunaan pil yang mengandung gestoden. Setelah penggunaan jangka lama, jumlah darah yang keluar juga makin sedikit dan bahkan kadang-kadang sampai dapat terjadi amenorea. Banyak darah yang keluar sangat bergantung pada dosis kontrasepsi hormnonal yang digunakan. Makin kecil dosis estrogen dan progesteron, makin sedikit pula darah yang keluar, dan makin besar dosis estrogen dan progesteron, makin banyak pula darah yang keluar. 13 2.4.3. Pengaruh Kontrasepsi Hormonal Terhadap Lamanya Menstruasi Dengan berkurangnnya darah yang keluar, biasanya lamanya perdarahan juga akan berubah. Pada penggunaan pil bertingkat lamanya perdarahan berkisar antara 35 hari. Perubahan pada setiap lamanya menstruasi umumnya disebabkan oleh komponen gestagen dalam kontrasepsi hormonal. Pada wanita-wanita tertentu, perubahan terhadap lama perdarahan selama penggunaan pil kontrasepsi merupakan suatu gangguan, sehingga akseptor tersebut sering meminta untuk dilakukan pengobatan.13 2.4.4. Pengaruh Kontrasepsi Hormonal Terhadap Terjadinya Spotting Pada umumnya spotting terjadi pada permulaan penggunaan pil kontrasepsi, dan jarang ditemukan pada penggunaan jangka panjang. Perdarahan seperti ini dijumpai pada penggunaan pil dengan dosis estrogen dan progesteron yang rendah. Dari pengamatan terbukti bahwa komponen gestagen berperan terhadap terjadinya
Universitas Sumatera Utara
40
spotting. Pada penggunaan pil kontrasepsi yang mengandung jenis komponen gestagen kuat seperti levonorgestrel, desogestrel dan gestoden lebih sedikit ditemukan spotting. Pada wanita yang sebelum penggunaan pil kontrasepsi sudah mengalami gangguan menstruasi, pada pemberian pil kontrasepsi akan sangat mudah mengalami spotting. Dari berbagai penelitian terbukti bahwa kelupaan menggunakan pil merupakan faktor penyebab utama terjadinya spotting. Spotting juga dapat terjadi bila akseptor menggunakan pil kontrasepsi tersebut sedang menggunakan obat-obatan tertentu seperti antibiotik, amoksilin atau obat oral lainnya. Bila spotting terjadi pada usia diatas 40 tahun dan telah menggunakan kontrasepsi hormonal cukup lama, maka perlu dilakukan Dilatasi dan Kuretase (D&C) 13 2.4.
Landasan Teori 5 Menurut (BKKBN 2011), gangguan menstruasi dapat terjadi pada PUS yang
menggunakan kontrasepsi. Kontrasepsi hormonal yang sering menyebabkan gangguan menstruasi diantara pil kombinasi, suntik kombinasi, pil progestin, dan suntik progestin. Efek samping yang sering terjadi adalah tidak ada perdarahan (amenorea), spotting, terjadinya perubahan pola haid seperti tidak teratur, siklus menstruasi yang memendek atau memanjang dan perdarahan yang banyak atau sedikit. Hampir 30-60% akseptor mengalami gangguan menstruasi berupa perdarahan sela, spotting, amenorea.
Universitas Sumatera Utara
41
2.5.
Kerangka Konsep
Karakteristik Akseptor KB Hormonal: a. Umur b. Pendidikan c. Pekerjaan d. Jumlah anak
Kontrasepsi Hormonal: a. Jenis kontrasepsi hormonal (Pil, Suntik, Implan) b. Lama penggunaan alat kontrasepsi hormonal
Gangguan Menstruasi: a. Gangguan Pola Menstruasi b. Gangguan Lama Menstruasi c. Gangguan Siklus Menstruasi d. Spotting (Bercak Darah)
Gambar 2.2. Kerangka Konsep
Universitas Sumatera Utara