BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Keluarga Berencana
2.1.1 Pengertian Keluarga Berencana Keluarga Berencana adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami isteri untuk mendapatkan objektif-objektif tertentu, menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang memang diinginkan, mengatur interval diantara kehamilan, mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan usia suami isteri, dan menentukan jumlah anak dalam keluarga (Hartanto ,2007) KB menurut Undang-undang (UU) No.10
tahun 1992 dalam Arum dan
Sujiatini (2011) tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga sejahtera adalah upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan (PUP), pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan keluarga, peningkatan kesejahteraan keluarga kecil, bahagia, dan sejahtera. Pencegahan
kematian
dan
kesakitan
ibu
merupakan
alasan
utama
diperlukannya pelayanan keluarga berencana. Masih banyak alasan lain, misalnya membebaskan wanita dari rasa khawatir terhadap terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan, terhadap gangguan fisik atau psikologis akibat tindakan abortus yabg tidak aman, serta tuntutan perkembangan sosial terhadap peningkatan status perempuan di masyarakat (Saifuddin, 2006)
Universitas Sumatera Utara
Program keluarga berencana memiliki visi untuk mewujudkan keluarga berkualitas tahun 2015. Keluarga berkualitas adalah keluarga yang sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah anak yang ideal, berwawasan ke depan, bertanggung jawab, harmonis dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Guna mewujudkan visi tersebut ada enam prioritas misi utama yang akan dilaksanakan yaitu : 1.
Pemberdayaan masyarakat untuk membangun keluarga kecil berkualitas.
2.
Menggalang kemitraan dalam peningkatan kesejahteraan, kemandirian, dan ketahanan keluarga.
3.
Meningkatkan kualitas pelayanan KB dan kesehatan reproduksi.
4.
Meningkatkan promosi,
perlindungan dan upaya
mewujudkan hak-hak
reproduksi 5.
Meningkatkan upaya pemberdayaan perempuan untuk mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender melalui program keluarga berencana.
6.
Mempersiapkan sumber daya manusia berkualitas sejak pembuahan dalam kandungan sampai dengan lanjut usia(Sarwono, 2005).
2.1.2 Perkembangan Keluarga Berencana Gerakan Keluarga Berencana (KB) bemula dari kepeloporan beberapa tokoh dalam dan luar negeri. Pada awal abad 19 di Inggris upaya KB timbul atas dasar prakarsa sekelompok orang antara lain Maria Stopes pada tahun 1880-1950 yang mengatur kelahiran kaum buruh di Inggris. Margareth Sanger tahun 1883-1966 merupakan pelopor KB modern di AS yang mengembangkan tentang program birth
Universitas Sumatera Utara
control, bermula pada tahun 1917 mendirikan National Birth Control (NBC) dan pada tahun 1921 diadakan American NBC Conference I. Hasil konferensi ini mendirikan American Birth Control League dan Margareth Sanger sebagai ketuanya. Pada tahun 1952 diresmikan berdirinya International Planned Parenthood Federation (IPPF), dan sejak saat itu berdirilah perkumpulan-perkumpulan KB di seluruh dunia termasuk di Indonesia. Pelopor KB di Indonesia yaitu Dr. Sulianti Saroso pada tahun 1952 menganjurkan para ibu untuk membatasi kelahiran, karena Angka Kelahiran Bayi sangat tinggi. Sedangkan di DKI Jakarta mulai dirintis oleh Prof. Sarwono Prawirohardjo (Suratun,dkk 2008). Pada tanggal 23 Desember 1957 berdirilah Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) yang mana menjadi pelopor pergerakan dan perkembangan Keluarga Berencana nasional. PKBI dalam misinya menyangkut hal yang mendasar dalam kehidupan manusia yakni persoalan reproduksi, yang mana padanya melekat berbagai norma, tabu, dan peraturan-peraturan. Berdasarkan Instruksi Presiden Nomor 26 Tahun 1968 dibentuklah sebuah lembaga keluarga berencana. Hal ini dimaksudkan untuk menunjang pencapaian tujuan Deklarasi Kependudukan PBB 1967 yang kemudian dimasukkan dalam program pemerintah sejak Pelita I (1969) dan dinamai Lembaga Keluarga Berencana Nasional (LKBN). Lembaga ini masih bersifat semi pemerintah. Pada tahun 1970 LKBN ditingkatkan menjadi Badan Pemerintah melalui Keppres No. 8 tahun 1970 dan diberi nama Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) yang bertugas mengkoordinasikan perencanaan, pengawasan dan penilaian pelaksanaan program Keluarga Berencana. Dalam perkembangannya
Universitas Sumatera Utara
BKKBN terus mengalami penyempurnaan baik struktur organisasi, tugas pokok, dan tata kerja serta fungsinya (Arum dan Sujiyatini 2011). Berdasarkan Keputusan Presiden RI Nomor 103 Tahun 2001 yang diikuti dengan Keputusan Presiden RI Nomor 110 Tahun 2001dikukuhkan bahwa BKKBN tetap bertugas melaksanakan tugas pemerintah di bidang keluarga berencana dan keluarga sejahtera sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Berdasarkan Keppres ini, maka sebagian kewenangan BKKBN telah diserahkan kepada pemerintah kabupaten/kota.Demikian pula kelembagaan BKKBN kabupaten/kota telah diserahkan kepada pemerintah kabupaten/kota per-Januari 2004 (BKKBN, 2008). 2.1.3 Tujuan Program Keluarga Berencana Tujuan utama program KB nasional adalah untuk memenuhi perintah masyarakat akan pelayanan KB dan kesehatan reproduksi yang berkualitas, menurunkan tingkat/angka kematian bayi, dan anak serta penanggulangan masalah kesehatan reproduksi dalam rangka membangun keluarga kecil berkualitas. Perlu diketahui bahwa tujuan-tujuan tersebut merupakan kelanjutan dari tujuan program KB tahun 1970 yaitu tujuan demografis berupa penurunan TFR dan tujuan filosofis berupa kelembagaan dan pembudidayaan Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS) (Arum dan Sujiyatini, 2011). 2.1.4 Sasaran Program Keluarga Berencana 1. Sasaran langsung yaitu:
Universitas Sumatera Utara
Pasangan Usia Subur (PUS) yaitu pasangan yang wanitanya berusia antara 15–44 tahun. 2. Sasaran tidak langsung yaitu : a) Pelaksana dan pengelola KB, dengan cara menurunkan tingkat kelahiran melalui pendekatan kebijaksanaan kependudukan terpadu dalam rangka mencapai keluarga yang berkualitas, keluarga sejahtera (Handayani, 2010). b) Organisasi–organisasi, lembaga kemasyarakatan serta instansi pemerintah maupun swasta serta tokoh masyarakat dan pemuka agama yang diharapkan dapat memberikan dukungan dalam melembagakan NKKBS (Suratun, 2008). 2.1.5 Ukuran-ukuran Keluarga Berencana Beberapa ukuran dalam Keluarga Berencana yang dikenal dalam pelaksanaan kegiatan KB seperti : 1.
Angka Kelangsungan (Continuation Rate-CR) Pengertian angka kelangsungan adalah angka yang menunjukkan proporsi
akseptor yang masih menggunakan alat kontrasepsi setelah suatu periode pemakaian tertentu. 2.
Peserta KB aktif ( Current User-CU)
3.
Bulan Pasangan Perlindungan (Couple Months of Protection-CMP)
4.
Perkiraan penurunan fertilitas akibat pelaksanaan KB (Kartoyo,2007).
2.2
Pasangan Usia Subur Pasangan Usia Subur (PUS) adalah pasangan suami istri yang terikat dalam
perkawinan yang sah, yang istrinya berumur antara 15 sampai dengan 49 tahun, dan
Universitas Sumatera Utara
secara operasional termasuk pula pasangan suami istri yang istrinya berumur kurang dari 15 tahun dan telah haid atau istri berumur lebih dari 50 tahun tetapi masih haid. Berdasarkan maksud dan tujuan kontrasepsi, maka yang membutuhkan kontrasepsi adalah pasangan usia subur (PUS) yang aktif melakukan hubungan seks dan keduaduanya memiliki kesuburan normal namun tidak menghendaki kehamilan. PUS yang menggunakan alat kontrasepsi disebut peserta/akseptor KB. Peserta KB adalah PUS yang sedang menggunakan salah satu metode kontrasepsi. Sedangkan peserta KB aktif adalah peserta KB yang sedang menggunakan salah satu metode kontrasepsi secara terus-menerus tanpa diselingi kehamilan. Adapula yang disebut peserta KB baru yaitu PUS yang baru pertama kali menggunakan alat/cara kontrasepsi dan atau PUS yang kembali menggunakan metode kontrasepsi setelah melahirkan/keguguran (BKKBN, 2009). 2.3
Kontrasepsi
2.3.1 Pengertian Kontrasepsi Kontrasepsi berasal dari kata” kontra” dan “konsepsi”. Kontra berarti “melawan”, sedangkan konsepsi adalah pertemuan sel telur yang matang dengan sel sperma
yang
menyebabkan
kehamilan.
Maksud
dari
kontrasepsi
adalah
menghindari/mencegah terjadinya kehamilan sebagai akibat pertemuan antara sel telur yang matang dengan sperma tersebut (Hartanto, 2007). Secara umum menurut cara pelaksanaannya kontrasepsi dibagi menjadi dua yaitu :
Universitas Sumatera Utara
1. Cara temporer, yaitu menjarangkan kelahiran selama beberapa tahun sebelum menjadi hamil lagi. 2. Cara permanen, yaitu mengakhiri kesuburan dengan cara mencegah kehamilan secara permanen. Menurut Saifuddin (2006), Tidak ada satupun metode kontrasepsi yang aman dan efektif bagi semua klien, karena masing-masing mempunyai kesesuaian dan kecocokan individual bagi setiap klien. Namun secara umum persyaratan metode kontrasepsi ideal adalah : 1. Aman, artinya tidak akan menimbulkan komplikasi berat bila digunakan. 2. Berdaya guna, artinya bila digunakan sesuai aturan akan dapat mencegah terjadinya kehamilan. 3. Dapat diterima, bukan hanya oleh klien melainkan juga oleh lingkungan budaya di masyarakat. 4. Terjangkau harganya oleh masyarakat. 5. Bila pemakaian dihentikan, klien akan segera kembali kesuburannya. 2.3.2 Jenis Metode Kontrasepsi A. Metode Kontrasepsi Sederhana 1) Tanpa alat atau obat , antara lain : 1. Metode kalender (pantangan berkala) 2. Metode lendir serviks . 3. Metode suhu basal . 4. senggama terputus (Coitus interuptus)
Universitas Sumatera Utara
5. Metode simpto-therma . 2) Dengan alat atau obat ,antara lain : 1. Kondom 2. Intro vagina wanita antara lain :diafragma ,spons dan kap servix . 3. Kimiawi dengan spermisid antara lain : vaginal cream, vaginal foam, vagina jelly, vagina suppositoria, vaginal tablet. B. Metode Kontrasepsi efektif (MKE) 1.
Kontrasepsi hormonal: a) KB pil ,antara lain : Pil Oral Kombinasi (POK), Mini Pil . b) KB Suntik : Depo Provera , cylofem ,Norigest.
2.
Implant /AKBK.
3.
Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR)
C. Metode Kontrasepsi Mantap 1.
Metode Operatif pria (MOP / Vasektomi )
2.
Metode Operatif wanita (MOW/ Tubektomi) (Hartanto, 2007).
1. Kondom Pria Kondom merupakan selubung atau sarung karet yang dapat terbuat dari berbagai bahan diantaranya lateks, plastik (vinyl), atau bahan alamiah yang dipasang pada penis saat berhubungan seksual. Kondom menghalangi terjadinya pertemuan sperma dan sel telur dengan cara mengemas sperma di ujung selubung karet sehingga sperma tidak tercurah ke dalam alat reproduksi wanita saat berhubungan seksual.
Universitas Sumatera Utara
Secara ilmiah didapatkan hanya sedikit angka kegagalan kondom yaitu 2-12 kehamilan per 100 perempuan per tahun (Arum dan Sujiyatini, 2011). Keuntungan menggunakan kondom : 1.
Murah dan dapat diperoleh secara umum.
2.
Tidak perlu berkonsultasi dengan tenaga kesehatan.
3.
Cara pemakaian mudah.
4.
Tidak mengurangi kenikmatan dalam berhubungan seksual.
5.
Tingkat proteksi tinggi terhadap Infeksi Menular Seksual (IMS)
(Suratun,dkk 2008). Keterbatasan kondom : 1.
Efektifitas tidak terlalu tinggi.
2.
Sangat dipengaruhi cara penggunaan.
3.
Pada beberapa orang menyebabkan kesulitan dalam mempertahankan ereksi.
4.
Harus tersedia setiap kali berhubungan seksual.
5.
Beberapa orang malu untuk membeli kondom di tempat umum
(Arum dan Sujiyatini, 2011). 2. Pil KB Pil KB adalah suatu cara kontrasepsi untuk wanita yang berbentuk pil atau tablet di dalam strip yang berisi gabungan hormon estrogen dan progesterone. Pil ini bekerja menekan ovulasi, yakni mencegah lepasnya sel telur dari indung telur dan mengendalikan lendir mulut rahim sehingga lebih kental dan sperma sukar masuk ke dalam rahim.
Universitas Sumatera Utara
Keuntungan menggunakan Pil : 1.
Reversibilitasnya tinggi.
2.
Mudah dalam penggunaan.
3.
Mengurangi rasa sakit ketika menstruasi.
4.
Mencegah anemia.
5.
Mengurangi resiko kanker ovarium.
6.
Mengurangi kemungkinan infeksi panggul dan kehamilan ektopik.
7.
Tidak mengganggu hubungan seksual (Suratun dkk, 2008).
Kerugian menggunakan pil : 1.
Memerlukan disiplin dalam pemakaian.
2.
Tidak mencegah penyakit menular seksual.
3.
Tidak boleh diberika kepada wanita menyusui.
4.
Mahal .
5.
Repot (Atikah dkk, 2010).
3. Suntik Terdapat 2 jenis kontrasepsi hormon suntikan KB. Jenis yang beredar di Indonesia : 1.
Yang hanya mengandung hormon progestin.
a. Depo medroksiprogesteron asetat Mengandung 150 mg DMPA, yang diberikan setiap 3 bulan dengan cara di suntik intramuskular. Setelah suntikan pertama, kadar DMPA dalam darah mencapai puncak setelah 10 hari. DMPA dapat memberi perlindungan dengan aman selama tiga bulan. b. Depo noretisteron enantat
Universitas Sumatera Utara
Mengandung 200 mg Noretdon Enantat, diberikan setiap 2 bulan dengan cara disuntik intramuskular. 2.
Kontrasepsi kombinasi.
Depo estrogen-progesteron Jenis suntikan kombinasi ini terdiri dari 25 mg Depo Medroksiprogesteron Asetat dan 5 mg Estrogen Sipionat. Efektifitas cara kontrasepsi suntik sangat tinggi, dimana kegagalan kurang dari 1% (Suratun dkk, 2008). a. Cara kerja Suntik KB : 1. Mencegah ovulasi Kadar progestin tinggi sehingga menghambat lonjakan luteinizing hormone (LH) secara efektif sehingga tidak terjadi ovulasi. Kadar follicle-stimulating hormone (FSH) dan LH menurun dan tidak terjadi lonjakan LH (LH Surge). Menghambat perkembangan folikel dan mencegah ovulasi. Progestin menurunkan frekuensi pelepasan (FSH) dan (LH). 2. Lendir serviks menjadi kental dan sedikit, mengalami penebalan mukus serviks yang mengganggu penetrasi sperma. Perubahan - perubahan siklus yang normal pada lendir serviks. Sekret dari serviks tetap dalam keadaan di bawah pengaruh progesteron hingga menyulitkan penetrasi spermatozoa. 3. Membuat endometrium menjadi kurang layak/baik untuk implantasi dari ovum yang telah di buahi, yaitu mempengaruhi perubahan-perubahan menjelang stadium sekresi, yang diperlukan sebagai persiapan endometrium untuk memungkinkan nidasi dari ovum yang telah di buahi.
Universitas Sumatera Utara
4. Mungkin mempengaruhi kecepatan transpor ovum di dalam tuba fallopi atau memberikan perubahan terhadap kecepatan transportasi ovum (telur) melalui tuba b.Keuntungan menggunakan suntik : 1. Sangat efektif , karena mudah digunakan tidak memerlukan aksi sehari hari dalam penggunaan kontrasepsi suntik ini tidak banyak di pengaruhi kelalaian atau faktor lupa dan sangat praktis. 2. Meningkatkan kuantitas air susu pada ibu yang menyusui, Hormon progesteron dapat meningkatkan kuantitas air susu ibu sehingga kontrasepsi suntik sangat cocok pada ibu menyusui. Konsentrasi hormon di dalam air susu ibu sangat kecil dan tidak di temukan adanya efek hormon pada pertumbuhan serta perkembangan bayi. 3. Efek samping sangat kecil yaitu tidak mempunyai efek yang serius terhadap kesehatan. 4. Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri 5. Penggunaan jangka panjang Sangat cocok pada wanita yang telah mempunyai cukup anak akan tetapi masih enggan atau tidak bisa untuk dilakukan sterilisasi. 6. Dapat digunakan oleh perempuan usia > 35 tahun (Suratun dkk, 2008). c. Keterbatasan kontrasepsi suntik : 1.
Gangguan haid, ini yang paling sering terjadi dan yang paling menggangu. Pola
haid yang normal dapat berubah menjadi amenore, perdarahan bercak, perubahan dalam frekuensi lama dan jumlah darah yang hilang. Efek pada pola haid tergantung pada lama pemakaian. Perdarahan inter-menstrual dan perdarahan bercak berkurang
Universitas Sumatera Utara
dengan jalannya waktu, sedangkan kejadian amenore bertambah tetapi sebenarnya efek ini memberikan keuntungan yakni mengurangi terjadinya anemia. Tidak menjadi masalah karena darah tidak akan menggumpal didalam rahim. Amenore disebabkan perubahan hormon didalam tubuh dan kejadian amenore biasa pada peserta kontrasepsi suntikan. Insidens yang tinggi dari amenore diduga berhubungan dengan atrofi endometrium. 2.
Berat badan yang bertambah, umumnya pertambahan berat badan tidak terlalu
besar, bervariasi antara kurang dari 1 kg sampai 5 kg dalam tahun pertama. Pertambahan berat badan tidak jelas. Tampaknya terjadi karena bertambahnya lemak tubuh. Hipotesa para ahli ini diakibatkan hormon merangsang pusat pengendali nafsu makan di hipotalamus yang menyebabkan akseptor makan lebih banyak daripada biasanya. 3.
Keluhan- keluhan lainnya berupa mual, muntah, sakit kepala, panas dingin,
pegal-pegal, nyeri perut dan lain-lain. 4.
Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu sebelum suntikan berikut. Tidak
menjamin perlindungan terhadap penularan infeksi menular seksual, hepatitis B virus, atau infeksi virus HIV. 5.
Terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian pemakaian bukan karena
terjadinya kerusakan atau kelainan pada organ genitalia melainkan karena belum habisnya pelepasan obat suntikan dari depo nya (tempat suntikan). Pada penggunaan jangka panjang yaitu diatas 3 tahun penggunaan dapat menurunkan kepadatan tulang, menimbulkan kekeringan pada vagina, dan menurunkan libido (Arum dan Sujiyatini, 2011)
Universitas Sumatera Utara
d. Yang boleh menggunakan kontrasepsi suntikan progestin : a. Usia reproduksi b. Menghendaki kontrasepsi jangka panjang dan yang memiliki efektifitas tinggi c. Menyusui d. Setelah melahirkan dan tidak menyusui. e. Setelah abortus atau keguguran. f. Tidak banyak anak, tetapi belum menghendaki tubektomi. g. Perokok. h. Tekanan darah < 180/110 mmHg, dengan masalah gangguan pembekuan darah atau anemia. i. Tidak dapat memakai kontrasepsi yang mengandung estrogen (Saifuddin,2006). e. Yang tidak Boleh Menggunakan Kontrasepsi Suntikan Progestin : a. Hamil atau dicurigai hamil. b. Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya. c. Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid, terutama amenorea. d. Menderita kanker payudara atau riwayat kanker payudara. e. Diabetes melitus disertai komplikasi (Saifuddin, 2006). f. Yang boleh Menggunakan Kontrasepsi Suntikan Kombinasi a. Usia reproduksi. b. Telah memiliki anak, ataupun yang belum memiliki anak. c. Ingin mendapatkan kontrasepsi dengan efektifitas yang tinggi. d. Menyusui diatas 6 minggu pasca persalinan dan tidak menyusui. e. Anemia.
Universitas Sumatera Utara
f. Haid teratur. g. Riwayat kehamilan ektopik. g .Yang tidak Boleh Menggunakan Kontrasepsi Suntikan Kombinasi a. Hamil atau diduga hamil. b. Menyusui dibawah umur 6 minggu pasca persalinan. c. Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya. d. Penyakit hati akut (virus hepatitis). e. Usia > 35 tahun. f. Riwayat penyakit jantung, stroke, atau dengan tekanan darah tinggi (180/110 mmHg). g. Riwayat kelainan tromboemboli atau dengan kencing manis > 20 tahun. h. Kelainan pembuluh darah yang menyebabkan sakit kepala atau migrain. i. Keganasan pada payudara (Saifuddin,2006). h. Cara Penggunaan Kontrasepsi Suntik Kontrasepsi suntikan progestin jenis DMPA di berikan setiap 3 bulan dengan cara di suntik intramuskular dalam di daerah glutea. Apabila suntikan di berikan terlalu dangkal, penyerapan kontrasepsi suntikan akan lambat dan tidak bekerja segera dan tidak efektif. Suntikan di berikan setiap 90 hari. Pemberian kontrasepsi suntikan Noristerat diberikan setiap 8 minggu. Sedangkan untuk suntikan kombinasi di berikan setiap bulan dengan intramuskular dalam dan datang kembali setiap 4 minggu. Suntikan ulang di berikan
Universitas Sumatera Utara
7 hari lebih awal, dengan kemungkinan terjadi gangguan perdarahan. Dapat juga di berikan setelah 7 hari dari jadwal yang telah di tentukan, asal saja di yakini ibu tersebut tidak hamil (Saifuddin,2006). 4. Susuk/Implan/AKBK Susuk/Implan adalah alat kontrasepsi yang disusupkan di bawah kulit.Jenis yang paling sering digunakan di Indonesia adalah Norplant. Susuk adalah kontrasepsi sub dermal yang mengandung Levonorgestrel (LNG) sebagai bahan aktifnya. Hormon levonorgestrel secara konstan akan dilepaskan ke dalam darah. Cara kerja susuk/implan dalam mencegah kehamilan pada dasarnya hampir sama dengan pil dan suntik. Keuntungan menggunakan implan : 1.
Tidak menekan produksi ASI
2.
Praktis dan efektif
3.
Tidak ada faktor lupa
4.
Masa pakai jangka panjang
5.
Membantu mencegah anemia
Keterbatasan menggunakan implan : 1.
Implan harus dipasang oleh tenaga kesehatan yang terlatih
2.
Implan lebih mahal daripada suntik atau pil dan cara KB jangka pendek lainnya.
3.
Pola haid terganggu
4.
Wanita tidak dapat menghentikan penggunaannya sendiri
5.
Cara ini belum begitu dikenal sehingga beberapa masih enggan memakainya
6.
Implan terlihat di bawah kulit (Suratun,dkk 2008).
Universitas Sumatera Utara
5. AKDR (Alat Kontrasepsi Dalam Rahim)/ IUD (Intra Uterine Device) AKDR adalah alat kontrasepsi yang dimasukkan ke dalam rahim yang bentuknya bermacam-macam, terdiri dari plastik (polyethyline), tembaga (Cu), ada pula yang tidak, adapula yang dililit tembaga bercampur perak (Ag), selain itu ada pula yang batangnya berisi hormon progesterone (Suratun,dkk 2008). Alat ini bekerja dengan menghambat kemampuan sperma masuk ke dalam tuba falopi, mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai kavum uteri, mengurangi kemampuan sperma untuk fertilisasi, dan mencegah implantasi telur dalam uterus. Keuntungan menggunakan AKDR/IUD : 1.
Efektifitasnya tinggi
2.
IUD (AKDR) dapat efektif segera setelah pemasangan
3.
Tidak mempengaruhi hubungan seksual
4.
Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu takut hamil
5.
Tidak ada efek samping hormonal
6.
Tidak mempengaruhi ASI
7.
Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah abortus
8.
Tidak ada berinteraksi dengan obat-obatan
9.
Membantu mencegah kehamilan etropik
Keterbatasan/kerugian penggunaan AKDR/IUD : 1.
Terjadi perubahan siklus haid
2.
Tidak dapat mencegah infeksi menular seksual
3.
Pengguna tidak dapat melepas AKDR sendiri (Atikah,dkk 2010).
Universitas Sumatera Utara
6. Tubektomi Tubektomi adalah sebuah metode kontrasepsi permanen untuk mencegah keluarnya sel telur wanita dengan cara mengikat atau memotong kedua saluran tuba Keuntungan menggunakan tubektomi : 1.
Tekhniknya mudah, sehingga dapat dilakukan oleh dokter umum
2.
Perlengkapan dan peralatan bedah sederhana
3.
Dapat dilakukan pada pasca persalinan, pasca keguguran dan masa interval
4.
Kegagalan sangat rendah dan keberhasilan hampir 100%
5.
Waktu pembedahan singkat dan biaya relatif murah
(Suratun,dkk 2008) Keterbatasan metode Tubektomi : 1.
Harus dipertimbangkan sifat mantap metode ini karena tidak dapat dipulihkan kembali.
2.
Pengguna dapat menyesal di kemudian hari
3.
Tidak melindungi dari infeksi menular seksual (Atikah,dkk 2010).
7. Vasektomi Vasektomi merupakan operasi kecil yang dilakukan untuk menghalangi keluarnya sperma dengan cara mengikat dan memotong saluran sperma sehingga sel sperma tidak keluar pada saat senggama. Keuntungan metode Vasektomi : 1.
Tidak ada mortalitas
2.
Morbiditas kecil sekali
3.
Efektif
Universitas Sumatera Utara
(Suratun,dkk 2008) 2.4
Faktor yang mempengaruhi pemilihan metode kontrasepsi Ada beberapa hal yang membuat pasangan usia subur mau menggunakan alat
kontrasepsi secara berkesinambungan dan terus menerus, selain karena mereka memang sudah tidak ingin punya anak lagi atau tidak boleh punya anak lagi, maka hal lain yang signifikan sangat mempengaruhinya adalah
keinginan dan
kemauannya untuk menggunakan alat kontrasepsi itu muncul dari hati nuraninya bukan dari pengaruh orang lain. Menurut Atikah,dkk (2010) beberapa faktor yang mempengaruhi akseptor KB dalam memilih metode kontrasepsi antara lain : 1.
Faktor pasangan dan motivasi, antara lain : a. Umur b. Gaya hidup c. Frekuensi senggama d. Jumlah keluarga yang diinginkan e. Pengalaman dengan metode kontrasepsi yang lalu
2.
Faktor kesehatan, meliputi : a. Status kesehatan b. Riwayat haid c. Riwayat keluarga d. Pemeriksaan fisik dan panggul
3.
Faktor metode kontrasepsi, meliputi : a. Efektivitas
Universitas Sumatera Utara
b. Efek samping c. Biaya Dalam memutuskan metode kontrasepsi yang akan digunakan, klien dipengaruhi oleh : 1. Kepentingan pribadi 2. Faktor kesehatan 3. Faktor ekonomi dan aksesibilitas 4. Faktor budaya Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan kontrasepsi dapat berubah seiring dengan bertambahnya usia reproduksi klien sehingga diperlukan re-evaluasi terhadap metode apa yang paling baik untuk memenuhi individual kebutuhan klien (Brahm, 2007) 2.4.1 Pengetahuan Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior), sebab dari pengalaman dan hasil penelitian ternyata perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng (long lasting) daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Contohnya adalah mendapatkan informasi tentang KB, pengertian KB, manfaat KB dan dimana memperoleh pelayanan KB. Menurut Notoatmodjo (2005), pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga dan sebagainya). Pengetahuan seseorang terhadap objek
Universitas Sumatera Utara
mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda. Secara garis besarnya dibagi dalam 6 tingkat pengetahuan yaitu. a. Tahu (know) Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu. b. Memahami (comprehension) Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut, tidak sekedar dapat menyebutkan tetapi orang tersebut harus dapat menginterpretasikan secara benar tentang objek yang diketahuinya tersebut. c. Aplikasi (application) Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada situasi yang lain. d. Analisis (analysis) Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan atau memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui. e. Sintesis (Synthesis) Sintesis menunjukkan suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki. f. Evaluasi (evaluation)
Universitas Sumatera Utara
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu. Salah satu pelayanan yang tersedia dalam program KB adalah pelayanan kontrasepsi. Pelayanan kontrasepsi akan berhasil dengan baik bila masyarakat mengenal berbagai jenis kontrasepsi yang tersedia. Akan tetapi, pengenalan berbagai jenis kontrasepsi ini cukup sulit karena hal ini menyangkut pola pengambilan keputusan dalam masyarakat itu sendiri. Proses pengambilan keputusan untuk menerima suatu inovasi meliputi empat tahap yaitu tahap pengetahuan (knowledge), tahap persuasi (persuasion), tahap pengambilan keputusan (decision), dan tahap konfirmasi (confirmation). Suatu inovasi dapat diterima maupun ditolak setelah melalui tahap-tahap tersebut. Inovasi ditolak bila inovasi tersebut dipaksakan oleh pihak lain, inovasi tersebut tidak dipahami, inovasi tersebut dinilai sebagai ancaman terhadap nilai-nilai penduduk. Sementara itu, inovasi yang diterima tidak akan diterima secara menyeluruh tetapi bersifat selektif dengan berbagai macam pertimbangan. Tingkat pengetahuan masyarakat akan mempengaruhi penerimaan program KB di masyarakat. Studi yang dilakukan oleh Laksmi Indira (2009) menemukan bahwa ”Sekali wanita mengetahui tempat pelayanan kontrasepsi, perbedaan jarak dan waktu bukanlah hal yang penting dalam menggunakan kontrasepsi, dan mempunyai hubungan yang signifikan anatara pengetahuan tentang tempat pelayanan dan metode kontrasepsi yang digunakan. Wanita yang mengetahui tempat pelayanan kontrasepsi lebih sedikit menggunakan metode kontrasepsi tradisional.” Pengetahuan yang benar
Universitas Sumatera Utara
tentang program KB termasuk tentang berbagai jenis kontrasepsi akan mempertinggi keikutsertaan masyarakat dalam program KB (Notoatmodjo, 2005). 2.4.2 Sikap Notoatmodjo (2005) mengutip Newcomb, menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu prilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek. Contohnya adalah sikap setuju atau tidaknya terhadap informasi KB, pengertian dan manfaat KB, serta kesediaannya mendatangi tempat pelayanan KB, fasilitas dan sarananya, juga kesediaan mereka memenuhi kebutuhan sendiri. 2.4.3 Sarana dan Prasarana Sarana dan prasarana adalah keterjangkauan tempat pelayanan kesehatan, dan tersedianya alat kontrasepsi. Faktor akses terhadap pelayanan kesehatan sangat mempengaruhi pelayanan kesehatan. Mengenai akses pelayanan, ada 2 aspek utama, yaitu ketersediaan dan keterjangkauan. Ketersediaan adalah tersedianya fasilitas pelayanan kesehatan dengan jumlah dan kualitas yang memadai. Keterjangkauan pelayanan kesehatan mencakup jarak, waktu, dan biaya. Tempat pelayanan yang lokasinya tidak strategis/sulit dicapai menyebabkan berkurangnya akses terhadap
Universitas Sumatera Utara
pelayanan kesehatan. Perlu adanya jaminan bahwa pelayanan kesehatan profesional dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat. Dalam Azwar (2006) syarat pelayanan kesehatan yang baik itu haruslah tersedia dan berkesinambungan yang artinya semua jenis pelayanan kesehatan yang dibutuhkan masyarakat tidak sulit ditemukan, serta keberadaannya dalam masyarakat adalah pada setiap saat dibutuhkan dan mudah dicapai, pengertian ketercapaian yang dimaksud disini terutama dilihat dari sudut lokasi. Bila fasilitas ini mudah dijangkau dengan menggunakan alat transportasi yang tersedia maka fasilitas ini akan banyak dipergunakan. 2.4.4 Peran Petugas Kesehatan Petugas kesehatan sangat berpengaruh terhadap pemakaian alat kontrasepsi, petugas kesehatan berperan dalam memberikan informasi pelayanan, informasi, penyuluhan, dan menjelaskan tentang alat kontrasepsi. Petugas kesehatan sangat banyak berperan dalam tahap akhir pemilihan dan pemakaian alat kontrasepsi. Calon akseptor yang masih ragu-ragu dalam pemakaian alat kontrasepsi akhirnya memutuskan untuk memakai alat kontrasepsi setelah mendapat dorongan dari petugas kesehatan. Petugas kesehatan merupakan pihak yang mengambil peran dalam tahap akhir proses pemilihan dan pemakaian kontrasepsi (Budiadi,dkk, 2013). 2.4.5 Dukungan Pasangan Isu gender adalah suatu kondisi yang menunjukkan kesenjangan wanita danpria dalam berbagai bidang kehidupan. Pada umumnya kesenjangan ini dapat dilihat dari faktor akses, partisipasi, manfaat dan pengambilan keputusan (kontrol).
Universitas Sumatera Utara
Dalam pelaksanaan program keluarga berencana selama ini, isu gender yang sangat menyolok adalah : 1.
Akses pria terhadap informasi dan pelayanan KB masih sangat terbatas (hanya 39% pria tahu tentang vasektomi dan lebih dari 88% tahu tentang berbagai metode KB bagi wanita, serta menganggap KB sebagai urusan wanita).
2.
Peserta KB pria baru mencapai 1,3% dari total 58,3% peserta KB.
3.
Sampai saat ini pria yang mengetahui manfaat KB bagi diri sendiri dankeluarganya masih sangat sedikit.
4.
Masih dominannya suami dalam pengambilan keputusan KB dan kesehatan reproduksi ( Suratun,dkk, 2008) Ketidaksetaraan gender dalam bidang KB dan kesehatan reproduksi akan
berpengaruh pada keberhasilan program. Salah satu upaya untuk mengurangi ketidaksetaraan gender adalah suami atau istri diharapkan dapat menjadi motivator bagi suami atau istrinya untuk menjadi akseptor KB dan jika memungkinkan menjadi motivator bagi masyarakat luas (BKKBN,2004). Hartanto (2007) mengatakan bahwa metode kontrasepsi tidak dapat dipakai istri tanpa kerjasama suami dan saling percaya. Keadaan ideal bahwa pasangan suami istri harus bersama memilih metoda kontrasepsi yang terbaik, saling kerjasama dalam pemakaian, membiayai pengeluaran kontrasepsi, dan memperhatikan tanda bahaya pemakaian.
Universitas Sumatera Utara
2.5
Kerangka Teori Menurut teori Green et al. (1999) dalam Notoatmodjo (2007) , kesehatan
individu dan masyarakat dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor perilaku dan faktorfaktor diluar perilaku (non-perilaku). Selanjutnya faktor perilaku ini termasuk dalam hal tindakan pemilihan alat kontrasepsi ditentukan oleh tiga kelompok faktor meliputi:faktor predisposisi, faktor pemungkin (enabling) dan faktor penguat (reinforcing) : 1. Faktor predisposisi (predisposing
factor).
Faktor predisposisi mencakup
pengetahuan, sikap, keyakinan, nilai dan persepsi, berkenaan dengan motivasi seorang atau kelompok untuk bertindak. 2. Faktor pemungkin (enabling factor). Faktor pemungkin mencakup berbagai keterampilan dan sumber daya yang perlu untuk melakukan perilaku kesehatan. Faktor pemungkin ini juga menyangkut keterjangkauan berbagai sumber daya, biaya, jarak ketersediaan transportasi, waktu dan sebagainya. 3. Faktor penguat (reinforcing factor). Faktor penguat adalah faktor yang menentukan tindakan kesehatan memperoleh dukungan atau tidak. Sumber penguat tergantung pada tujuan dan jenis program. Faktor penguat bisa berasal dari perawat, bidan dan dokter, pasien dan keluarga. Sedangkan faktor yang mempengaruhi diterima atau tidaknya suatu produk kontrasepsi tertentu seperti alat kontrasepsi suntik dapat dijelaskan dengan model kepercayaan Irwin M. Rosentok dalam Philip Kotler (1989) yaitu : a. Faktor demografi, meliputi umur, jenis kelamin, ras, dan etnik. b. Faktor sosio psikologis meliputi personality, kelas sosial, dan kelompok rujukan.
Universitas Sumatera Utara
c. Faktor struktural, meliputi pengetahuan dan sikap. d. Faktor keberadaan dan keseriusan masalah kesehatan yang diderita. e. Faktor kepercayaan penerimaan dan penolakan terhadap untung ruginya tindakan medis tertentu, pengaruh berita dan informasi yang diperoleh dari media massa, kelompok masyarakat atau keluarga yang dipercaya, serta pengalaman orang lain. f. Berita-berita yang diterima dari majalah, koran, pelayanan keluarga,teman dan lainlain. Berdasarkan perilaku dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, individu akan memutuskan menggunakan alat kontrasepsi suntik. Selanjutnya proses penggunaan alat kontrasepsi suntik oleh individu dapat dijelaskan oleh Anderson (1974) yang menyatakan bahwa keputusan seseorang dalam menggunakan alat kontrasepsi tertentu tergantung pada : a) Karakteristik Predisposisi (Predisposing characteristic) Karakteristik ini digunakan untuk menggambarkan fakta bahwa tiap individu mempunyai kecenderungan untuk menggunakan pelayanan kesehatan maupun memakai alat kontrasepsi yang berbeda-beda. Karakteristik predisposisi dapat dibagi ke dalam 3 kelompok yakni : 1) Ciri-ciri demografi : umur, jenis kelamin, status perkawinan, jumlah anggota keluarga. 2) Struktur sosial : jenis pekerjaan, status sosial, pendidikan, ras,agama, kesukuan. 3) Kepercayaan kesehatan : keyakinan, sikap, pengetahuan terhadap pelayanan kesehatan, dokter dan penyakitnya.
Universitas Sumatera Utara
b) Karakteristik Pendukung ( Enabling characteristic ) 1) Sumber daya keluarga : penghasilan keluarga, kemampuanmembeli jasa pelayanan dan keikutsertaan dalam asuransi kesehatan. 2) Sumber daya masyarakat : jumlah sarana pelayanan kesehatan, jumlah tenaga kesehatan, rasio penduduk dengan tenaga kesehatan dan lokasi sarana. c) Karakteristik Kebutuhan ( Need characteristic ) Kebutuhan merupakan dasar dan stimulus langsung untuk menggunakan pelayanan kesehatan (Notoatmodjo,2007). 2.6
Kerangka Konsep Adapun kerangka konsep dalam penelitian ini dapat dilihat pada bagan berikut
ini: Variabel Independen
Variabel Dependen
Faktor Predisposisi : 1. Pengetahuan 2. Sikap
Faktor Enabling : Sarana dan prasarana
Pemilihan Metode Kontrasepsi Suntik
Faktor Reinforcing : 1. Peran petugas kesehatan 2. Dukungan Pasangan
Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian
Universitas Sumatera Utara
2.7
Hipotesis
1. Pemilihan jenis kontrasepsi yang digunakan pada PUS dipengaruhi oleh pengetahuan. 2. Pemilihan jenis kontrasepsi yang digunakan pada PUS dipengaruhi oleh sikap. 3. Pemilihan jenis kontrasepsi yang digunakan pada PUS dipengaruhi oleh sarana dan prasarana. 4. Pemilihan jenis kontrasepsi yang digunakan pada PUS dipengaruhi oleh peran petugas kesehatan 5. Pemilihan jenis kontrasepsi yang digunakan pada PUS dipengaruhi oleh dukungan pasangan.
Universitas Sumatera Utara