BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Air Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan setelah udara. Sekitar tiga per empat bagian dari tubuh kita terdiri dari air dan tidak seorangpun dapat bertahan hidup lebih dari 4-5 hari tanpa minum air. Selain itu, air juga dipergunakan untuk memasak, mencuci, mandi, dan membersihkan kotoran yang ada disekitar rumah. Air juga dipergunakan untuk keperluan industri, pertanian, pemadam kebakaran, tempat rekreasi, transportasi dan lain-lain. Penyakitpenyakit yang menyerang manusia dapat juga ditularkan dan disebarkan melalui air. Kondisi tersebut tentunya dapat menimbulkan wabah penyakit dimana-mana. (Chandra, 2007). Air sebagai salah satu pembawa penyakit yang berasal dari tinja untuk sampai kepada manusia. Supaya air yang masuk kedalam tubuh manusia baik berupa minuman ataupun makanan tidak menyebabkan ataupun pembawa bibit penyakit, maka pengolahan air baik berasal dari sumber, jaringan transmisi atau distribusi adalah mutlak diperlukan untuk mencegah terjadinya kontak antara kotoran sebagai sumber penyakit dengan air yang sangat diperlukan. (Sutrisno, 2004).
Air sangat erat hubungannya dengan kehidupan manusia, yang berarti besar sekali peranannya dalam kesehatan manusia. Peningkatan kuantitas air adalah merupakan syarat kedua setelah kualitas, karena semakin maju tingkat hidup seseorang, maka akan semakin tinggi pula tingkat kebutuhan air dari masyarakat tersebut. Untuk keperluan minum maka dibutuhkan air rata-rata sebanyak 5 liter/ hari, sedangkan secara keseluruhan kebutuhan akan air suatu rumah tangga untuk masyarakat indonesia diperkirakan sebesar 60 liter/ hari. (Sutrisno, 2004). Selain itu pula, air yang kita pergunakan setiap hari tidak lepas dari pengaruh pencemaran yang diakibatkan oleh ulah manusia juga. Beberapa bahan pencemar seperti bahan mikrobilogik (bakteri, virus, parasit), bahan organik (pestisida, deterjen), dan beberapa bahan inorganik (garam, asam, logam), serta beberapa bahan kimia lainnya sudah banyak ditemukan dalam air yang kita pergunakan. (Darmono, 2001). Slamet menyatakan air adalah H2O + “X”, dimana X adalah merupakan zat-zat yang ditimbulkan karena buangan oleh aktivitas manusia bertahun-tahun. Umumnya zat-zat yang banyak larut di dalam H2O dapat menimbulkan efek gangguan terhadap kesehatan manusia.
2.2. Sumber – sumber Air Air yang berada di permukaan bumi ini dapat berasal dari berbagai sumber. Berdasarkan letak sumbernya, air dapat dibagi menjadi: 1. Air Laut 2. Air Atmosfir 3. Air Permukaan 4. Air Tanah
2.2.1. Air Laut Air laut merupakan bagian terbesar dari muka bumi. Air laut mempunyai sifat asin, karena mengandung garam NaCl. Kadar NaCl dalam air laut 3%. Dengan keadaan ini, maka air laut tidak memenuhi syarat untuk air minum (Sutrisno, 2001) 2.2.2. Air Atmosfir Dalam keadaan murni, air atmosfir merupakan air yang paling bersih, air tersebut cenderung mengalami pencemaran ketika berada di atmosfir. Pencemaran yang berlangsung di atmosfir itu dapat disebabkan oleh partikel debu, mikroorganisme, dan gas, misalnya, karbon dioksida, nitrogen, dan amonia. Maka untuk menjadikan air hujan sebagai sumber air minum hendaknya pada waktu menampung air hujan jangan di mulai pada saat hujan mulai turun, karena masih
banyak mengandung kotoran. Air hujan bersifat agresif sehingga akan mempercepat terjadinya korosi (karatan). 2.2.3. Air Permukaan Air permukaan merupakan salah satu sumber penting bahan baku air bersih. Faktor-faktor yang harus di perhatikan anatara lain: 1. Mutu atau kualitas baku 2. Jumlah atau kuantitasnya 3. Kontinuitasnya Air permukaan yang meliputi badan-badan air semacam sungai, danau, dan telaga, waduk, rawa, terjun, dan sumur permukaan sebagian besar berasal dari air hujan yang jatuh ke permukaan bumi. Air hujan tersebut kemudian akan mengalami pencemaran baik oleh tanah, sampah, maupun lainnya. Jenis pengotorannya adalah merupakan kotoran fisik, kimia, dan bakteriologi. Setelah mengalami suatu pengotoran, pada suatu saat air permukaan akan mengalami suatu proses pembersihan sendiri dengan cara udara yang mengandung oksigen atau gas O2 akan membantu mengalami proses pembusukan yang terjadi pada air permukaan yang telah mengalami pengotoran. Air permukaan ada 2 macam yakni:
2.2.3.1.Air Sungai Air sungai merupakan aliran yang berasal dari mata air yang kadangkadang bercampur dengan limbah manusia, hewan, dan tumbuh-tumbuhan, termasuk campuran dari air hujan. Dalam penggunaan sebagai air minum, haruslah mengalami suatu pengolahan yang sempurna, mengingat bahwa air sungai ini pada umumnya mempunyai derajat pengotoran yang tinggi sekali. Debit yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan akan air minum pada umumnya dapat mencukupi. 2.2.3.1.1. Air rawa/ Danau Kebanyakan air rawa ini berwarna yang disebabkan oleh adanya zat-zat organis yang telah membusuk, misalnya asam humus yang larut dalam air yang menyebabkan warna kuning coklat. Dengan adanya pembusukan kadar zat organis tinggi, maka umumnya kadar Fe dan Mn akan tinggi pula dan dalam keadaan kelarutan O2 kurang sekali anaerob, maka unsur-unsur Fe dan Mn ini akan larut. Kualitas air di danau juga terpengaruh oleh cuaca, dan tergantung kedalamnnya. Jadi untuk pengambilan air, sebaiknya dalam pada kedalaman tertentu di tengah-tengah agar endapan-endapan Fe dan Mn tak terbawa, demikian juga pada lumut yang ada di permukaan rawa/ telaga.
2.2.4. Air Tanah Menurut Sutrisno (2001), air tanah terbagi atas: 1. Air tanah dangkal. 2. Air tanah dalam. 3. Mata air. 2.2.4.1. Air Tanah Dangkal Air tanah dangkal terjadi karena daya proses peresapan air dari permukaan tanah. Lumpur-lumpur akan tertahan, demikian pula dengan sebagian bakteri, sehingga air tanah akan jernih. Air tanah dangkal akan berkualitas baik jika tanah disekitarnya tidak tercemar. 2.2.4.2. Air Tanah Dalam Air tanah dalam pada umumnya tergolong bersih dilihat dari segi mikrobiologi, karena sewaktu proses pengaliran ia mengalami penyaringan alamiah. Pada proses ini, mineral-mineral yang dilaluinya dapat larut dan terbawa, sehingga mengubah kualitas air tersebut. 2.2.4.3.Mata Air Mata air adalah air tanah yang keluar dengan sendirinya kepermukaan tanah. Mata air yang berasal dari tanah dalam, hampir tidak berpengaruh oleh musim dan kualitasnya sama dengan keadaan air tanah dalam.
2.3. Kualitas Air Sesuai dengan ketentuan badan dunia (WHO) maupun badan setempat (Departemen Kesehatan) serta ketentuan/ peraturan lain yang berlaku seperti APHA (American Publikc Health Association atau Asosiasi Kesehatan Masyarakat AS), layak tidaknya air untuk kehidupan manusia ditentukan berdasarkan persyaratan kualitas secara fisik, secara kimia, dan secara biologis. Kualitas secara fisik meliputi kekeruhan, temperatur, warna, bau, dan rasa (Suriawira, 2005). Kualitas air secara kimia meliputi nilai pH, kandungan senyawa kimia di dalam air, kandungan residu atau sisa, misalnya residu pestisida, deterjen, kandungan senyawa toksik atau racun, dan sebagainya. Kualitas air secara biologis, khususnya secara mikrobiologis, ditentukan oleh banyak parameter, yaitu parameter mikroba pencemar, patogen, dan penghasil toksin. Misalnya kehadiran mikroba, khususnya bakteri pencemar tinja (Coli) di dalam air, sangat tidak diharapkan apalagi kalau air tersebut untuk kepentingan kehidupan manusia (rumah-tangga). ( Suriawira, 2005 ). 2.3.1. Air Bersih Air bersih yaitu air yang dipergunakan untuk keperluan sehari-hari dan kualitasnya memenuhi persyaratan kesehatan air bersih sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan dapat diminum apabila dimasak. Tidak
semua air bersih layak minum, tetapi air minum biasanya berasal dari air bersih. Air bersih perlu diolah terlebih dahulu agar layak diminum dan menjadi air minum yang sehat.
Adapun persyaratan air bersih secara fisik,kimia,dan mikrobiologi yaitu: 1. Syarat fisik, antara lain: a. Air harus bersih dan tidak keruh b. Tidak berwarna c. Tidak berasa dan tidak berbau d. Suhu antara 10-25 C (sejuk)
2. Syarat kimiawi, antara lain:
a. Tidak mengandung bahan kimiawi yang mengandung racun b. Tidak mengandung zat-zat kimiawi yang berlebihan c. Cukup yodium d. pH air antara 6,5 – 9,2
3. Syarat mikrobiologi, antara lain: Tidak mengandung kuman-kuman penyakit seperti disentri, tipus, kolera, dan bakteri patogen penyebab penyakit.
2.3.2. Air Minum Dalam hubungannya dengan kebutuhan manusia akan air minum, dan dengan memperhatikan adanya efek gangguan kesehatan yang dapat ditimbulkan karena pemakaian air tersebut, maka ditetapkanlah standar kualitas air minum. Dalam standar persyaratan fisis air-minum tampak adanya lima unsur persyaratan meliputi; suhu, warna, bau, rasa, dan kekeruhan. Berikut standar untuk kelayakan air minum yang berlaku di indonesia menurut Permenkes RI No. 01/ Birhubmas/ I/ 1975: •
Standar fisik: suhu, rasa, bau, kekeruhan.
•
Standar biologis: kuman parasit, patogen, bakteri golongan koli (sebagai patokan adanya pencemaran tinja).
•
Standar kimia: pH, jumlah zat padat, dan bahan kimia lain.
•
Standar radioaktif: radioaktif yang mungkin ada dalam air. Standar persyaratan air minum yang menyangkut bau dan rasa ini baik
yang ditetapkan oleh WHO maupun U.S. public Health Service menyatakan bahwa dalam air minum tidak boleh terdapat bau dan rasa yang tidak diinginkan. 2.4.
Peranan Air Dalam Tubuh Air mempunyai peranan penting dalam tubuh. Konsumsi air yang cukup
bisa membuat fungsi organ dalam tubuh berjalan lancar. Sekitar 80% tubuh
manusia terdiri dari air. Diantara organ-organ tubuh, darah dan otak adalah yang paling tinggi kandungan airnya. Masing-masing organ vital itu mengandung hingga 90% dan 95% air. Beberapa fungsi air dalam di dalam tubuh yaitu:
1. Air sebagai pengatur suhu tubuh
Kondisi tubuh akan menurun ketika kandungan air yang ada di dalam tubuh menurun. Bila tubuh kekurangan air maka suhu tubuh akan menjadi panas dan naik.
2. Air berguna untuk melancarkan darah
Darah dalam tubuh terdiri dari 90% air. Apabila tubuh kekurangan air maka darah menjadi lebih kental. Pengentalan darah membuat persediaan oksigen yang diantarkan ke otak berkurang dan memungkinkan terjadinya stroke, juga akan merusak fungsi ginjal. Bahkan, bisa memicu terjadinya kanker usus besar akibat sisa-sisa makanan pada usus besar mengeras.
3. Air dapat menyehatkan dan menghaluskan kulit tubuh
Air sangat penting untuk mengatur struktur dan fungsi kulit. Kecukupan air di dalam tubuh perlu untuk menjaga kelembaban, kelembutan, dan elastisitas kulit.
4. Air sebagai pelumas sendi dan otot
Air yang cukup di dalam tubuh akan melindungi dan melumasi gerakan sendi dan otot. Mengonsumsi air selama beraktivitas berguna untuk meminimalisasi risiko kejang otot.
5. Air sebagai media untuk pemulihan kondisi tubuh
Apabila tubuh dalam keadaan sakit, cairan yang keluar dari dalam tubuh akan lebih banyak. Oleh karena itu, mengkonsumsi air dalam jumlah yang banyak dapat menggantikan cairan yang telah terbuang dari dalam tubuh.
2.5. Deskripsi Pengolahan Air di PDAM Tirtanadi Medan Pengolahan air adalah usaha-usaha teknis yang dilakukan untuk mengubah sifat-sifat pada sumber air baku menjadi air yang layak digunakan atau bahkan layak untuk diminum. Hal ini penting dilakukan agar dapat memenuhi standar kualitas air minum yang sesuai dengan peraturan kesehatan yang telah ditetapkan. 2.5.1.
Unit-unit pengolahan air
Adapun unit-unit pengolahan air terdiri dari:
1. Bendungan Bendungan ini merupakan suatu bangunan untuk menangkap atau mengumpulkan air dari suatu sumber asal air (air baku), untuk dapat dimanfaatkan. Bangunan bendungan ini mempunyai panjang 25 m (sesuai lebar sungai) dan tinggi ± 4 m dimana pada sisi kiri bendungan dibuat sekat (channel) berupa saluran penyadap yang lebarnya 2 m dilengkapi dengan pintu pengatur ketinggian air masuk ke intake. Fungsi bendungan ini untuk menjaga kontinuitas pengaliran. 2. Intake Bangunan ini adalah saluran bercabang dua dilengkapi dengan bar screen (saringan kasar) dan fine screen (saringan halus) yang berfungsi untuk mencegah masuknya kotoran-kotoran yang terbawa arus sungai. Masingmasing saluran dilengkapi dengan pintu (sluice gate) pengatur ketinggian air dan penggerak elektromotor. Pemeriksaan maupun pembersihan saringan dilakukan secara periodik untuk menjaga kestabilan jumlah air masuk. 3. Raw Water Tank (RWT) Bangunan RWT (bak pengendap) dibangun setelah intake yang terdiri dari 2 unit (4 sel). Setiap unitnya berdimensi 23,3 m X 20 m, tinggi 5 m, dilengkapi dengan 2 buah inlate gate, 2 buah outlate gate, dan pintu bilas 2 buah berfungsi sebagai tempat pengendapan lumpur, pasir dan lain-lain yang bersifat sedimen. Untuk menjaga efektivitas ruang pengendapan dan
pencegahan pembusukan lumpur endapan, maka secara periodik lumpur endapan harus dikeluarkan. 4. Raw Wtaer Pump (RWP) WRP (pompa air baku) berfungsi untuk memompa air dari RWT ke splitter box tempat pembubuhan koagulan berupa alum, dengan dosis normal rata-rata 20-25 gr/m3 air dan pendistribusian air kemasing-masing clerator yang terdiri dari 5 unit pompa air baku, kapasitas setiap pompa 375 l/det dengan total head 15 meter memakai elektromotor. Unit ini digunakan agar bahan atau zat kimia yang ditambahkan dapat bercampur dengan air secara baik, sempurna dan cepat. 5. Clearator Bangunan clearator (proses penjernihan air) terdiri dari 4 unit dengan kapasitas masing-masing 350 l/det yang bervolume 1.700 m3 berfungsi sebagai tempat proses pemisahan antara flok-flok yang bersifat sedimen dengan air bersih hasil olahan (effluent) melalui pembentukan dan pengendapan flok-flok yang menggunakan agitator pengaduk lambat. Endapan flok-flok ini dibuang sesuai dengan tingkat ketebalannya secara otomatis. 6. Filter Dari clearator air dialirkan ke filter untuk menyaring turbidity (kekeruhan) beberapa flok-flok halus dan kotoran lain yang lolos dari clearator melalui pelekatan pada media filter yang berjumlah 24 unit jenis saringan pasir
cepat masing-masing menggunakan motor AC nominal daya 5 KVA Dimensi masing-masing filter ini adalah 5 m, panjang 8,25 m, tinggi 6,25 m, tinggi permukaan air maksimum 5,05 m, serta tebal media filter 114 cm, dengan lapisan sebagai berikut: 1. Pasir kwarsa, 0,45 – 1,20 mm, dengan ketebalan 61 cm. 2. Pasir kwarsa, 1,80 – 2,00 mm, dengan ketebalan 15 cm. 3. Krikil halus, 4,75 – 6,30 mm, dengan ketebalan 8 cm. 4. Krikil sedang, 6,30 – 10,00 mm, dengan ketebalan 7,5 cm. 5. Krikil sedang, 10,00 – 20,00 mm, dengan ketebalan 7,5 cm. 6. Krikil kasar, 20,00 – 40,00 mm, dengan ketebalan 15 cm. Dalam jangka waktu tertentu filter ini harus dibersihkan dari endapan yang mengganggu penyaringan menggunakan elektromotor. 7. Reservoir Reservoir ini adalah berupa bangunan beton berdimensi panjang 50 m, lebar 40 m, tinggi 7 m, berfungsi untuk menampung air bersih atau air olahan setelah melewati media filter dengan kapasitas ± 12.000 m3 dan kemudian di distribusikan ke pelanggan melalui reservoir-reservoir distribusi diberbagai cabang. Air bersih yang mengalir dari filter ke reservoir dibubuhi chlor (post chlorination) dan untuk netralisasi dibutuhkan larutan kapur jenuh atau soda ash.
8. Finish Water Pump (FWP) FWP (pompa distribusi air bersih) berfungsi untuk mendistribusikan air bersih dari reservoir utama di instalasi ke reservoir-reservoir distribusi di cabang melalui pipa transmisi
1.000 mm dan
800 mm. FWP terdiri dari
5 unit pompa dengan kapasitas masing-masing 375 l/det total head 55 m menggunakan motor AC. 9. Sludge Lagoon Lagoon ini berfungsi sebagai media penampung air buangan bekas pencucian sistem pengolahan dan kemudian air tersebut disalurkan kembali ke RWT untuk diproses kembali. Tawas
Intake
RWT
RWP
Chlorinasi
Clerator
kapur soda ash
Filter
Reservoir
Splitter box Lagoon Gambar 1.1 : Diagram Pengolahan Air
FWP
2.5.2.
Bahan-bahan Kimia
Proses pengolahan ini menggunakan beberapa bahan kimia yaitu: a. Liquid Chlorine Berfungsi untuk mengoksidasi logam Fe, Mn, dan untuk desinfektan (pembunuh bakteri). Pembubuhan dilakukan antara 3-5 gr/m3 dengan menggunakan pompa pada splitter box (pre chlorination) dan reservoir (post chlorination). b. Tawas atau Alum Berfungsi untuk mengikat partikel-partikel halus yang melayang agar membentuk flok. Alum ini dibubuhkan dengan pompa elektromotor di splitter box dengan kebutuhan 20-25 gr/m3 air. c. Kapur atau Soda Ash Berfungsi untuk menetralisasikan pH air olahan (6,8,7,3) dibubuhkan dengan elektromotor sebelum masuk ke reservoir sebanyak 5-7 gr/m3 air. (Rahayu, 1993).
2.6. Logam Besi (Fe) Besi (Fe) merupakan logam transisi dan memiliki nomor atom 26. Bilangan oksidasi Fe adalah +3 dan +2. Fe memiliki berat atom 55,845 g/mol, titik leleh 1.538° C, dan titik didih 2.861° C. Besi adalah logam dalam kelompok
makromineral di dalam kerak bumi, tetapi masuk kelompok mikro dalam sistem biologi. Besi juga merupakan logam transisi yang memiliki sifat sangat kuat, tahan panas, mudah dimurnikan, tetapi mudah korosi sehingga memerlukan logam lain untuk melindungi besi dari korosi. Fe adalah logam esensial bagi tubuh yang dalam dosis tinggi bersifat toksik, sedangkan dalam dosis rendah dapat mengakibatkan defisiensi Fe.(Widowati, 2008) Sumber Fe antara lain berasal dari hematit ataupun magnetit. Diperkirakan kandungan Fe dalam kerak bumi adalah sebesar 5,63 x 104 mg/kg, sedangkan kandungan di dalam laut adalah sebesar 2 x 103 mg/l. Fe diproduksi secara industri dari dari biji besi, yaitu hematit (Fe2O3) dan magnetit (Fe3O4) yang menggunakan reaksi karbotermik (reduksi menggunakan C) pada tanur dengan temperatur 2000° C. Fe dilelehkan menggunakan arang sebagai sumber panas, kemudian berkembang menggunakan batu bara ataupun bahan bakar minyak sebagai alternatif. (Widowati, 2008) Mineral yang sering berada dalam air dengan jumlah besar adalah kandungan Fe. Beberapa wilayah perairan di Indonesia tercemar Fe karena aktivitas industri. Makanan dapat tercemar oleh besi melalui tanah. Besi dalam air tanah bisa berbentuk Fe(II) dan Fe(III) terlarut. Selain itu, besi juga berada pada alat-alat sederhana seperti jarum, peniti, paper clip, sampai dengan mesin dan alatalat automobil, kapal besar, tank, dan berbagai komponen bangunan. Fe juga digunakan sebagai pelapis makanan kaleng siap saji. Air yang tercemar Fe saat
pengolahan menggunakan peralatan (panci) yang mengandung Fe atau peralatan pengemasan (kaleng) mengandung Fe. Oleh karena itu, pencemaran Fe berasal dari sampah rumah tangga ataupun limbah industri. (Widowati, 2008) Industri dan sampah rumah tangga
Limbah logam Sungai
Perternakan, pertanian
Kolam
Pangan tanaman, Hewan
Ikan
Air Minum
Manusia Gambar 1.2 Perjalanan Logam Fe Sampai ke Tubuh Manusia
Zat besi merupakan suatu unsur yang penting dan berguna untuk metabolisme tubuh. Untuk keperluan ini tubuh membutuhkan 7-35 mg unsur tersebut perhari, yang tidak hanya diperolehnya dari air. Kadar Fe dalam tubuh manusia kira-kira sebesar 3-5 g, sebanyak 2/3 bagian terikat oleh Hb. Hb mengandung besi (Fe) sebesar 3,4 g/kg yang berperan sebagai pengangkut oksigen dari paru-paru menuju sel diseluruh tubuh. (Sutrisno, 2004).
2.6.1. Efek Toksik Logam Fe Tempat pertama dalam tubuh yang mengontrol pemasukan Fe ialah didalam usus halus. Bagian usus ini berfungsi untuk absorbsi dan sekaligus juga sebagai ekskresi Fe yang tidak diserap. Toksisitas terjadi bilamana terjadi kelebihan Fe (kejenuhan) dalam ikatan tersebut. (Darmono, 2001) Kadar Fe yang terlalu tinggi bisa mengakibatkan kerusakan selular akibat radikal bebas. Sementara itu, wanita menopause lebih beresiko terserang penyakit jantung koroner karena tidak lagi terjadi proses menstruasi dalam tubuh sehingga pembuangan Fe berlebih dalam tubuh tidak terjadi. Para pekerja penambang Fe dan industri yang menggunakan bahan Fe bisa terserang kanker paru-paru, tuberkulosis, dan fibrosis, serta terserang pneumokoniosis bila kadar Fe melebihi 10 mg/m3. Orang yang sering mengkonsumsi minuman beralkohol bisa menderita kerusakan hati karena terjadi penimbunan Fe. (Widowati, 2008) Anak-anak seringkali mengonsumsi dalam dosis berlebih karena obat atau makanan difortifikasi besi (Fe). Konsumsi Fe dalam dosis tinggi bisa menyebabkan toksisitas, dan menyebabkan kematian pada anak-anak berusia kurang dari 6 tahun. Toksisitas ditandai dengan gejala muntah disertai dengan darah. Terjadi ulkerasi alat pencernaan, diikuti gejala shock dan asidosis, kerusakan hati, gagal ginjal, dan serosis hati. (Widowati, 2008)
Atas dasar pertimbangan tersebut maka ditetapkanlah standar konsentrasi maksimum besi dalam air minum oleh Dep. Kes. R.I. sebesar 0,1 – 1,0 mg/l. Dengan dipenuhi standar tersebut oleh air minum, maka tidak lagi terjadi toksisitas dan defisiensi Fe dalam tubuh. (Sutrisno, 2004) Salah satu cara penurunan kadar Fe dalam air adalah menggunakan saringan pasir aktif. Daya kerja saringan pasir aktif tersebut diantaranya diperngaruhi oleh jenis pasir dan ketebalan lapisan pasir. Penanggulangannya bisa juga dilakukan dengan menaikkan pH sehingga medium air berubah menjadi oksida yang mudah menguap. Larutan yang mengandung Fe sebesar 10 mg/l akan berkurang menjadi 2 mg/l dengan menambahkan NaOH guna menaikkan pH. (Widowati, 2008)
2.6.2. Penetapan Kadar Logam Fe secara Spektrofotometri Baik besi (II) dapat ditetapkan secara spektrofotometri. Penggunaan alat spektrofotometri DR 2400 (HACH) dengan program 265 Iron, Ferrover. Besi (II) bereaksi
dengan
1,10-fenantrolina
membentuk
kompleks
jingga-merah
[(C12H8N2)3]2-, pada pembacaan 515 nm. Intensitas warnanya tak tergantung pada keasaman dalam jangka pH 2-9, dan stabil untuk waktu yang lama. (Vogel,1994)
Fe+2 +
3
1,10-fenantrolina (C12H8N2)3
ferroin (larutan jingga-merah)
(www.bookchemical.com)
2.7.
Teori Umum Spektrofotometri Spektrofotometer visibel adalah pengukuran panjang gelombang dan
intensitas sinar ultraviolet dan cahaya tampak yang diabsorbsi oleh sampel. Sinar tampak berada pada panjang gelombang 400-800 nm. Spektrum ini sangat berguna untuk pengukuran secara kuantitatif. (Dachriyanus, 2004) Prinsip dari alat ini radiasi pada rentang panjang gelombang 400-800 nm dilewatkan melalui suatu larutan senyawa. Elektron-elektron pada ikatan didalam molekul menjadi tereksitasi sehingga menempati keadaan kuantum yang lebih tinggi dan dalam proses menyerap sejumlah energi yang melewati larutan tersebut. Semakin longgar elektron tersebut ditahan di dalam ikatan molekul, semakin panjang panjang gelombang (energi lebih rendah) radiasi yang diserap. (Watson, 2010) Sebagai sumber cahaya biasa digunakan lampu tungsten atau lampu halogen kuartz untuk pengukuran pada cahaya tampak dengan daerah visibel dari 350 sampai 900nm. Panjang gelombang dari sumber cahaya akan dibagi oleh pemisah panjang gelombang seperti prisma (wavelenghtcseparator) atau monokromator. (Dachriyanus, 2004)