BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis 1. Pengertian Akuntansi Pengertian akuntansi banyak di definisikan para ahli akuntansi, sehingga memberikan defenisi atau pengertian yang berbeda sesuai pandangan mereka terhadap akuntansi. Menurut Grady (2000:12) Akuntansi adalah keseluruhan pengetahuan dan yang berhubungan dengan penciptaan, pengolahan, penyimpulan, penganalisaan, penafsiran, dan penyajian informasi yang dapat dipercaya dan penting artinya secara sistematika mengenai transaksi-transaksi yang bersifat keuangan dan diperlukan oleh pimpinan untuk operasi suatu badan dan untuk laporan yang harus diajukan guna mengenai hal tadi dan guna untuk memenuhi pertanggungjawaban yang bersifat keuangan atau lainnya. Akuntansi
adalah
seni
untuk
mencatat,
mengelompokkan
dan
meringkaskan transaksi atau kejadian dalam suatu cara tertentu dan dalam ukuran uang yang kemudian membuat interprestasinya. Akuntansi sebagai teknologi/ perekayasaan adalah akuntansi dapat didefinisikan sebagai rekayasa informasi dan pengendalian keuangan atau accounting is a technology, a modified statistical technology. Defenisi diatas memberikan pengertian yang cakupannya lebih luas dari akuntansi dan terlihat bahwa akuntansi itu tidak berbeda dengan tata buku (book keeping) dimana tata buku hanyalah suatu teknik pencatatan, selain itu defenisi melihat semua transaksi yang bersifat keuangan, transaksi keuangan dalam hal ini diartikan sebagai suatu kejadian
Universitas Sumatera Utara
atau keadaan yang mempunyai nilai uang dan harus tercatat sesuai dengan transaksi.
2. Pengertian dan Penggolongan Aktiva Tetap Aktiva tetap adalah aktiva operasional yang digunakan oleh setiap perusahaan dalam menjalankan kegiatan operasinya yang menjadi hak milik perusahaan dan dipergunakan secara terus-menerus dalam kegiatan normal perusahaan untuk menghasilkan barang maupun jasa. Menurut PSAK No.16 (2004 : paragraph 5) aktiva tetap adalah : Aktiva berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dengan dibangun lebih dahulu, yang digunakan dalam operasi perusahaan, tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan, dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun. Untuk mengetahui pengertian yang jelas mengenai aktiva tetap, maka ada beberapa defenisi aktiva tetap yang dikemukakan oleh penulis akuntansi maupun lembaga profesi akuntansi seperti yang diuraikan dibawah ini yaitu Menurut Mulyadi (2002:179) aktiva tetap adalah “kekayaan perusahaan yang memiliki wujud, mempunyai manfaat ekonomis lebih dari satu tahun, dan diperoleh perusahaan untuk melaksanakan kegiatan perusahaan, bukan untuk dijual kembali”. Menurut Soemarso (2005:20) aktiva tetap adalah “aktiva berwujud (tangible asset) yang (1) Masa manfaatnya lebih dari satu tahun; (2) Digunakan dalam kegiatan perusahaan; (3) Dimiliki untuk dijual kembali dalam kegiatan normal perusahaan serta; (4) Nilainya cukup besar”. Warren, (2005:492) mengemukakan bahwa, “aktiva tetap (fixed asset) merupakan aktiva jangka panjang atau aktiva yang relative permanen”.
Universitas Sumatera Utara
Dari ketiga defenisi yang dikemukakan diatas aktiva tetap mempunyai karakteristik sebagai berikut : 1. Mempunyai bentuk fisik; 2. Digunakan secara aktif dalam kegiatan normal perusahaan; 3. Dimiliki tidak sebagai investasi 4. Tidak untuk dimiliki; 5. Memiliki masa manfaat relatif permanen (lebih dari satu periode akuntansi / lebih dari satu tahun); 6. Memberi manfaat dimasa yang akan datang. Aktiva tetap dapat dikelompokkan ataupun digolongkan berdasarkan berbagai sudut pandang antara lain : dari sudut pandang substansinya aktiva tetap dan dari sudut pandang disusutkan atau tidak disusutkan. 1.
Dari sudut pandang substansinya aktiva tetap dapat dibagi menjadi: Aktiva Berwujud (Tangible Assets) dan Aktiva Tetap Tidak Berwujud (Intangible Assets). a. Aktiva Berwujud (Tangible Assets) Aktiva berwujud adalah aktiva yang milik perusahaan yang berwujud, atau ada secara fisik dan tidak dimaksudkan untuk dijual sebagai bagian dari operasi normal, perusahaan sepanjang masih baik. Aktiva tetap berwujud dibagi menjadi beberapa bagian, antara lain :
Universitas Sumatera Utara
•
Tanah
•
Bangunan
•
Kendaraan
•
Mesin
•
Peralatan
•
Inventaris
b. Aktiva Tidak Berwujud (Intangible Assets) Aktiva tidak berwujud merupakan aktiva jangka panjang yang tidak eksis secara fisik yang bermanfaat bagi perusahaan dan tidak untuk dijual. Aktiva tidak berwujud terdiri dari : •
Patent
•
Copy right
•
Goodwill
•
Trade mark
•
Hak cipta dan lain-lain
2.
Dari sudut pandang disusutkan atau tidak disusutkan dapat di bagi menjadi: Depreciated Plant Assets dan Undepreciated Plant Assets.
a.
Depreciated Plant Assets yaitu aktiva tetap yang disusutkan seperti bangunan, peralatan, mesin, dan lain-lain
Universitas Sumatera Utara
b.
Undepreciated
Plant
Assets, aktiva yang tidak disusutkan seperti tanah yang bukan lokasi tambang.
3.
Akuntansi Perolehan Aktiva Tetap Banyak cara yang dilakukan perusahaan dalam memperoleh aktiva
tetap. Cara perolehan aktiva tetap akan mempengaruhi akuntansi dari aktiva tetap khususnya mengenai masalah harga perolehannya yang merupakan dasar pencatatan suatu aktiva tetap, harga perolehan tersebut meliputi seluruh biaya-biaya dalam rangka perolehan aktiva tetap sampai aktiva tetap tersebut siap digunakan. Menurut Smith dan skousen (2003:443) “ Biaya atau harga perolehan aktiva tetap tidak hanya meliputi harga pembelian atau nilainya setaranya tetapi juga pengeluaran lain yang diperlukan untuk memperoleh serta menyiapkan agar dapat digunakan sesuai dengan tujuan”. Aktiva tetap yang dimiliki oleh suatu perusahaan dapat diperoleh dengan berbagai cara antara lain: membeli dengan tunai, membeli dengan angsuran, pertukaran, sewa guna usaha/ leasing, penerbitam surat-surat berharga, di bangun sendiri, dan pemberian atau hibah. a. Membeli dengan tunai Aktiva tetap yang diperoleh dengan cara membeli tunai dicatat sebesar jumlah uang yang dikeluarkan yang mencakup semua pengeluaran utnuk pembelian dan penyiapan hingga dapat dipakai
Universitas Sumatera Utara
sebagaimana dimaksudkan. Apabila ada potongan harga, maka langsung dipotong harga faktur. Contoh : Pada tanggal 21 Januari 2010, dibeli mesin dengan tunai seharga Rp.5.000.000,- ditambah biaya pengangkutan Rp.500.000,- dan biaya pemasangan Rp.100.000,- dari transaksi diatas akan dijurnal sebagai berikut : Tabel 2.1 Jurnal Pembelian Tunai Tanggal 21/Jan/2010
Uraian Mesin
Ref.
Debit
Kredit
Rp. 5.600.000 Kas
Rp. 5.600.000
b. Membeli dengan angsuran Perolehan aktiva tetap dengan angsuran pembayarannya dilakukan dikemudian hari secara angsuran disertai bunga angsuran. Contoh: Pada tanggal 1 Februari 2009, dibeli Mesin dengan harga Rp.25.000.000,- pembayaran pertama Rp. 10.000.000,- dan sisanya diangsur tiap tanggal 31 Desember selama 3 tahun sebesar Rp.5.000.000,- dengan bunga 12% pertahun, maka akan dijurnal sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.2 Jurnal Pembelian Angsuran Tgl.
Uraian
1/Feb/ 2009
Mesin
31/Des/ 2009
Hutang Usaha Beban Bunga Kas Hutang usaha Beban Bunga Kas Hutang Usaha Beban Bunga Kas
Ref.
Debit Rp. 25.000.000
Hutang Usaha Kas
31/Des/ 2010 31/Des/ 2011
Kredit Rp. 15.000.000 Rp. 10.000.000
Rp. 5.000.000 Rp. 1. 800.000 Rp.6.800.000 Rp. 5.000.000 Rp. 1.200.000 Rp. 6.200.000 Rp. Rp.
5000.000 600.000 Rp. 5.600.000
Jurnalnya akan dibuat setiap akhir tahun sampai masa angsuran aktiva yang dibeli lunas dibayar. c. Pertukaran Pertukaran adalah perolehan aktiva tetap dengan menyerahkan aktiva tetap yang dimiliki untuk dipertukarkan dengan aktiva tetap yang baru (baru disini bukan berarti senantiasa belum pernah dipakai). Aktiva tetap yang ditukarkan dapat sejenis dan tidak sejenis. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pertukaran aktiva tetap antara lain: •
Harga perolehan aktiva yang dilepas;
Universitas Sumatera Utara
•
Harga aktiva yang diperoleh
•
Nilai buku aktiva tetap yang dilepas;
•
Akumulasi penyusutan aktiva yang dilepas;
•
Harga pasar yang wajar;
•
Jumlah uang tunai yang diberikan atau diterima jika dengan tukar tambah.
Contoh : Gedung diperoleh dengan harga Rp. 500.000 dan mesin dilepas dengan harga faktur Rp. 400.000 mesin telah disusutkan 10%. Jurnal :
Gedung
Rp. 500.000
A/p mesin
Rp. 40.000 Mesin
Rp. 400.000
Laba atas pertukaran
Rp. 140.000
(selisih dihitung sebagai rugi/laba). Dalam hal pertukaran aktiva ini Ikatan Akuntan Indonesia (2004:16.6) memberikan batasan-batasan pertukaran yaitu sebagai berikut : Suatu aktiva tetap dapat diperoleh dalam pertukaran atau pertukaran sebagian untuk suatu aktiva tetap yang tidak serupa atau aktiva lain. Biaya pos semacam ini diukur pada nilai wajar yang dilepaskan atau diperoleh, yang mana yang lebih andal, ekuivalen dengan nilai wajar aktiva yang dilepaskan setelah disesuaikan dengan jumlah setiap kas atau setara kas yang ditransfer. Berdasarkan ketentuan diatas, maka perolehan aktiva tetap dalam pertukaran pencatatannya dilakukan sebesar nilai wajar akitva
Universitas Sumatera Utara
yang diperoleh atau diserahkan. Dalam hal ini, jika terdapat laba pertukaran, laba tersebut baru diakui apabila aktiva tetap tersebut dijual, sebaliknya jika terdapat kerugian atas pertukaran aktiva tetap, maka kerugian tersebut diakui sebagai kerugian. d. Sewa guna usaha / leasing Lease adalah penyajian kontraktual yang memberikan hak bagi lesse untuk mempergunakan aktiva yang dimiliki lessor selama suatu periode waktu tertentu dengan biaya tertentu. Lessor adalah perusahaan yang memiliki aktiva tetap atau yang memberikan sewa guna usaha. Sedangkan Lesse adalah perusahaan yang menyewa guna usaha aktiva tetap. Menurut Harahap (2002:170) defenisi Leasing sebagai berikut “Leasing adalah suatu cara memperoleh hak untuk menggunakan aktiva berwujud tertentu dalam jangka waktu tertentu”. Sedangkan menurut Ikantan Akuntan Indonesia (2004:30.1) dalam PSAK memberikan defenisi leasing sebagai berikut : Leasing adalah setiap kegiatan pembiayaan perusahaan dalam bentuk penyediaan barang-barang modal untuk digunkana oleh suatu perusahaan untuk suatu jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran-pembayaran secara berkala disertai dengan hak pilih (optie) bagi perusahaan untuk membeli barang-barang modal yang bersangkutan atau memperpanjang jangka waktu leasing berdasarkan nilai sisa yang disepakati.
Sewa guna usaha dengan opsi adalah salah satu cara yang dapat dikategorikan sebagai pembelian angsuran. Pada masa sewa guna usaha aktiva tetap dikapitalisasi sebesar nilai tunai dari seluruh
Universitas Sumatera Utara
pembayaran ditambah nilai sisa yang harus dibayar pada akhir sewa guna usaha. Contoh : Dibeli kendaraan dengan leasing harga Rp. 100.000.000, dipanjar Rp. 28.000.000, sisa diangsur 6 tahun atau 72 bulan, bunga 12 % dan angsuran setiap bulan. Jurnal : Kendaraan
Rp.100.000.000 Kas
Rp. 28.000.000
Hutang leasing
Rp. 72.000.000
Angsuran bulan I : Hutang leasing
Rp. 1.000.000
Beban bunga
Rp.
720.000
Kas
Rp. 1.720.000
Angsuran bulan II : Hutang leasing
Rp. 1.000.000
Beban bunga
Rp.
710.000
Kas
Rp. 1.710.000
Dan seterusnya selama 72 bulan (6 tahun). e. Penerbitan surat-surat berharga Memperoleh aktiva tetap dapat dilakukan dengan cara menerbitkan surat berharga yaitu berupa obligasi atau saham sendiri. Dalam hal ini aktiva tetap tersebut dicatat sebesar harga pasar saham atau obligasi pada saat pengeluarannya. Jika obligasi atau saham
Universitas Sumatera Utara
dijual dengan harga lebih tinggi atau lebih rendah dari nilai pari atau nominal, hutang obligasi atau saham harus dikredit sebesar harga pari dan selisihnya dicatat sebagai agio atau disagio. Contoh : Pada tanggal 5 februari 2009, diterbitkan 1000 lembar saham bernilai pari Rp.50.000,- untuk memperoleh, saham tersebut pada periode berjalan dijual ke pasar dengan harga Rp.55.000,- maka jurnalnya adalah sebagai berikut : Tabel 2.3 Jurnal Penerbitan Surat-Surat Berharga Tgl. 5/Feb/ 2009
Uraian Bangunan Saham Biasa Agio Saham Biasa
Ref.
Debit Rp. 55.000.000
Kredit Rp. 50.000.000 Rp. 5.000.000
f. Membuat sendiri Ada saatnya perusahaan memutuskan agar membangun sendiri aktiva tetap
mereka.
Beberapa
pertimbangan
yang
diambil
perusahaan untuk pembangunan sendiri tersebut antara lain :
Memanfaatkan fasilitas yang tidak terpakai yaitu kapasitas menganggur di dalam perusahaan;
Anggapan menghemat biaya atau adanya cost saving yang diharapkan perusahaan tersebut;
Keinginan untuk mendapatkan mutu yang lebih baik dari yang ada;
Universitas Sumatera Utara
Untuk memenuhi kebutuhan, karena perusahaan tersebut tidak mampu memenuhi tepat pada saat diperlukan;
Dan lain-lain. Untuk memperoleh aktiva tetap perusahaan dapat mengambil
suatu kebijakan atas pertimbangan sendiri untuk membuat aktiva tetap yang akan digunakan dengan beberapa alasan seperti yang diungkapkan menghemat
oleh Smith dan Skousen yaitu (2003:447) “Untuk biaya
konstruksi,
menggunakan
fasilitas
yang
menganggur, untuk mencapai kualitas konstruksi yang lebih tinggi. Biaya yang dikeluarkan untuk perolehan aktiva tetap yang dibuat sendiri adalah seluruh biaya-biya pembuatannya yaitu mulai dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, biaya tidak langsung yang merupakan biaya operasi sehari-hari. Jika harga pokok dari aktiva tetap yang dibangun sendiri lebih tinggi dari harga perolehanya dicatat menurut harga pasar maka selisihnya sebagai kerugian dan sebaliknya bukan dihitung laba. Contoh : Perusahaan membuat sendiri 3 unit kendaraan bermotor dengan total biaya Rp. 18.200.000 adapun harga pasar dari ketiga kendaraan bermotor tersebut sebesar Rp. 25.000.000. Jurnal : Peralatan
Rp. 18.200.000 Kas
Rp. 18.200.000
Universitas Sumatera Utara
g. Pemberian atau hibah Seandainya aktiva tetap diperoleh sebagai sumbangan atau pemberian maka tidak ada harga perolehan sebagai dasar penilaiannya, atau aktiva tetap dicatat dengan harga pasarnya yang wajar. Meskipun pengeluaran tertentu mungkin dilakukan atas pemberian aktiva tetap tersebut, tetapi pengeluaran itu biasanya jauh lebih kecil dari nilai aktiva tetap yang diperoleh: Dalam PSAK, Ikatan Akuntan Indonesia (2004:16.7) mengemukakan tentang pencatatan aktiva tetap yang berasal dari sumbangan sebagai berikut “Aktiva tetap yang diperoleh dari sumbangan harus dicatat sebesar harga taksiran atau harga pasar yang layak dengan mengkreditkan akun modal donasi”. Contoh : Pada tanggal 20 Maret 2009, diperoleh Tanah dan Gedung dari sumbangan dengan nilai Rp.90.000.000,- dan Rp.50.000.000,- maka ayat jurnalnya adalah : Tabel 2.4 Jurnal Pemberian atau Hibah Tgl. 20/Mar/2009
Uraian Tanah Gedung Modal Donasi
Ref.
Debit Rp. 90.000.00 Rp. 50.000.000
Kredit
Rp. 140.000.000
4. Metode Penyusutan Aktiva Tetap Aktiva tetap yang digunakan oleh perusahaan didalam menjalankan operasinya akan mengalami penurunan produktivitas, kecuali tanah.
Universitas Sumatera Utara
Penurunan produktivitas ini disebabkan oleh berbagai faktor yaitu: Faktor fisisk dan Faktor Fungsional. a. Faktor fisik Faktor fisik terjadi karena kerusakan, keausan dan karena cuaca ketika digunakan perusahaan tersebut. b. Faktor fungsional Faktor fungsional terjadi karena : ● Tidak sanggup untuk memenuhi kebutuhan perusahaan; ● Perubahan modal, mutu, dan lain-lain permintaan terhadap barang dan jasa yang dihasilkan perusahaan; ● Kemajuan teknologi sehingga aktiva tetap tersebut tidak ekonomis lagi, atau tidak sanggup bersaing. Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2007:16.2) “Penyusutan adalah alokasi jumlah suatu aset yang dapat disusutkan sepanjang masa manfaat estimasi. Penyusutan untuk periode akuntansi dibebankan ke pendapatan baik secara langsung maupun tidak langsung.” Tujuan dari penyusutan aktiva tetap dalam suatu periode akuntansi juga dikemukakan oleh Hongren, Horrison, Robinson, dan Secokusomo (2001:509) yaitu : “tujuan utama dari akuntansi penyusutan adalah untuk menentukan berapa keuntungan yang diperoleh perusahaan, sedangkan kegunaan lainnya adalah untuk memperhitungkan penurunan kegunaan aktiva tetap karena pemakaiannya”.
Universitas Sumatera Utara
Masa manfaat menurut PSAK No.17 (2004 : 17.2) adalah : 1. “Periode suatu aktiva diharapkan digunakan oleh perusahaan; atau 2. Jumlah produksi atau unit serupa yang diharapkan diperoleh dari aktiva oleh perusahaan”. Masa manfaat dapat dinyatakan dalam periode waktu, seperti bulan, tahun, atau jasa operasi seperti jam kerja atau unit output. Pengalokasian biaya aktiva berdasarkan pengurangan manfaat yang diperoleh dikenal dengan tiga macam istilah yaitu : Penyusutan, Deplesi, dan Amortisasi. 1. Penyusutan Istilah ini digunakan sebagai aktiva tetap yang dibuat manusia yang dapat digunakan berulang-ulang dalam produksi, contoh gedung, pabrik, dan lain-lain. 2.
Deplesi Istilah ini digunakan sebagai penyusutan aktiva tetap yang berupa sumber-sumber alam. Aktiva tersebut tidak dapat dipakai berulangulang dan karena sifat alamiahnya justru menjadi produksi untuk dijual, contoh lokasi tambang.
3. Amortisasi Istilah amortisasi untuk aktiva tidak berwujud, contoh paten, goodwill dan copy right. Melihat semua keterangan diatas dapat disimpulkan ada 3 faktor yang harus diperhatikan dalam menentukan jumlah beban penyusutan
Universitas Sumatera Utara
yang diakui setiap periode yaitu: Harga Perolehan, Nilai Residual, dan Masa Manfaat 1. Harga Perolehan (Historical Cost) Harga perolehan aktiva tetap meliputi seluruh pengeluaran yang berkaitan dengan perolehan dan penyajiannya agar dapat dipakai; 2. Nilai Residual atau nilai sisa Nilai sisa adalah jumlah yang diperkirakan dapat direalisasikan pada saat aktiva sudah tidak digunakan lagi. 3. Masa Manfaat Menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2002 : 17.2) dalam PSAK No.17 “masa manfaat adalah: “periode suatu aktiva yang diharapkan digunakan oleh perusahaan, atau jumlah produksi atau unit serupa yang diharapkan diperoleh dari aktiva oleh perusahaan”. Tiga istilah yang berbeda telah dipakai secara luas untuk menggambarkan proses alokasi biaya ini, tergantung pada jenis aktiva yang digunakan perusahaan. Ketiga istilah adalah sebagai berikut: 1. Alokasi biaya aktiva berwujud disebut penyusutan; 2. Untuk bahan mineral dan sumber daya alam lain, proses alokasi dikenal dengan deplesi; 3. Untuk aktiva tidak berwujud, proses alokasi biaya disebut amortisasi. Dalam buku Standar Akuntansi Keuangan yang disusun oleh Ikatan Akuntan Indonesia (2004:17.3), metode alokasi biaya penyusutan dikelompokkan menurut kriteria sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
a. Berdasarkan waktu ● Metode garis lurus (straight-line-depreciation) Metode garis lurus merupakan metode yang paling banyak digunakan karena sangat sederhana dalam penggunaanya. Dalam metode ini aktiva tetap dianggap sama penggunaanya sepanjang waktu artinya mempertimbangkan penyusutan sebagai fungsi waktu, bukan fungsi dari penggunaan. Beban penyusutan besarnya sama setiap periode (kecuali ada penyesuaian-penyesuaian). Kelemahan metode ini adalah kapasitas produksi aktiva tetap semakinlama semakin menurun serta biaya pemeliharaan dan reperasi dari suatu periode ke periode berikut akan semakin besar, seiring dengan semakin tuanya umur aktiva tetap tersebut. Untuk perhitungan metode garis lurus didasarkan pada halhal sebagai berikut : 1. Kegunaan ekonomi aktiva tersebut sama setiap tahun, 2. Beban reparasi dan pemeliharaan pada dasarnya sama setiap periode. Untuk menentukan besarnya beban penyusutan dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut : Harga Perolehan - Nilai Sisa Estimasi Umur dalam Tahun Atau dalam Persentase =
100% = d% n
Penyusutan (D) = d% x (Biaya Akuisisi - Nilai Residu)
Universitas Sumatera Utara
Contoh : PT .X membeli mesin dengan harga Rp. 20.000.000-. taksiran nilai sisa Rp. 2.000.000,- dengan taksiran umur 5 tahun, maka beban penyusutan dihitung sebagai berikut : Penyusutan Garis Lurus =
=
Harga Perolehan - Nilai Sisa Estimasi Umur Manfaat dalam Tahun
Rp. 20.000.000 - Rp.2.000.000 5
= Rp.3.600.000,-
Tabel 2.5 Penyusutan berdasarkan Metode Garis Lurus Thn 1 2 3 4 5
Harga perolehan Rp.20,000,000 Rp.20,000,000 Rp.20,000,000 Rp.20,000,000 Rp.20,000,000
Beban Penyusutan Rp.3,600,000 Rp.3,600,000 Rp.3,600,000 Rp.3,600,000 Rp.3,600,000
Akumulasi Penyusutan Rp. 3,600,000 Rp. 7,200,000 Rp.10,800,000 Rp.14,400,000 Rp.18,000,000
Nilai Buku Rp.16,400,000 Rp.12,800,000 Rp. 9,200,000 Rp. 5,600,000 Rp. 2,000,000
Metode ini lebih sesuai jika dipergunakan perusahaan yang produknya dari tahun ke tahun tidak banyak mengalami fluktuasi. Bila produksi dari tahun ke tahun sangat bervariasi, maka penggunaan metode ini kurang sesuai, karena penghapusan selalu sama setiap tahun. Pada periode dimana produksinya rendah, beban penyusutan per unit bisa menjadi lebih besar, demikian sebaliknya. Fluktuasi beban penyusutan mempengaruhi tingkat penjualan, pada saat pasar sedang sepi dimana prosuksi kecil, harga pokok produk tersebut bisa menjadi tinggi. Demikian sebaliknya, pada saat pasar sedang ramai, harga pokok justru rendah.
Universitas Sumatera Utara
● Metode pembebanan menurun (decreasingt-charge-depreciation): − Metode-jumlah-angka Tahun (sum-of-the-year-digit method) Metode ini beban penyusutan akan menurun secara tetap dari tahun ke tahun, karena angka pecahan dikalikan setiap tahunnya dengan harga perolehan dan dikurangi dengan nilai sisa. Pecahan dihitung dalam periode umur aktiva tersebut. Pembilangnya adalah angka-angka tahun yang ikut menurun, sedangkan penyebutnya adalah hasil jumlah angka tahun dari awal sampai akhir. Misal suatu aktiva taksiran umurnya 5 tahun, maka penyebut pecahan penyusutan dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :
r=
(n + 1) (n + 1) = = 15 2 2
Contoh : PT X membeli peralatan Rp.20.000.000,- dengan taksiran umur ekonomis 5 tahun, nilai sisa ditaksir sebesar Rp.2.000.000,Harga Perolehan (Historical cost
: Rp.20.000.000,-
Nilai Sisa Akhir tahun ke lima
: Rp. 2.000.000,-
Nilai Buku
: Rp.18.000.000,-
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.6 Penyusutan berdasarkan Metode Jumlah Angka Tahun Thn
Dasar Penyusutan
Beban Penyusutan
Akumu-lasi Penyusu-tan
Nilai Buku Rp.20,000,000
1 2 3 4 5
Rp.18,000,000 Rp.18,000,000 Rp.18,000,000 Rp.18,000,000 Rp.18,000,000
Rp.6,000,000 Rp.4,800,000 Rp.3,600,000 Rp.2,400,000 Rp.1,200,000
Rp. 6,000,000 Rp.10,800,000 Rp.14,400,000 Rp.16,800,000 Rp.18,000,000
Rp.14,000,000 Rp. 9,200,000 Rp. 5,600,000 Rp. 3,200,000 Rp. 2,000,000
− Metode-saldo-menurun/Saldo-menurun-ganda (declining/double declining-balance-method) Metode saldo menurun ganda adalah perhitungan beban penyusutan dalam satu periode dengan mengalikan suatu persentase tertentu yang tetap terhadap nilai buku aktiva tetap, dengan mempergunakan rumus sebagai berikut : r = 1- n
s c
Keterangan : r = persentase per tahun s = nilai sisa n = taksiran umur prmakaian c = harga perolehan
Universitas Sumatera Utara
Contoh : PT.XYZ membeli mesin dengan harga Rp.20.000.000,- nilai sisa Rp.2.000.000,- taksiran umur 5 tahun dengan penyusutan saldo menurun, dapat dihitung sebagai berikut :
r = 1- n
s c
r = 1- 5
Rp.2.000.000 Rp.20.000.000
r = 1 − 0,63 r = 37% (dibulatkan) Tabel 2.7 Penyusutan berdasarkan Saldo Menurun Thn 1 2 3 4 5
Beban Penyusutan
Akumulasi Penyusutan
37% x (20.000.000-2.000.000) = Rp.6,660,000 Rp. 6,660,000 37% x (20.000.000-8.660.000) = Rp.4,195,800 Rp.10,855,800 37% x (20.000.000-12.856.622) = Rp.2,643,049 Rp.13,498,849 37% x (20.000.000-15.499.671) = Rp.1,665,121 Rp.15,163,970 37% x (20.000.000-17.164.792) = Rp.1,049,026 Rp.16,212,996
Nilai Buku Rp.20,000,000 Rp.13,340,000 Rp. 9,144,200 Rp. 6,501,151 Rp. 4,836,030 Rp. 3,787,004
Beban penyusutan dengan metode ini maka setiap tahun akan semakin kecil demikian seterusnya sampai akhir tahun ke lima. Metode diatas tidak dapat digunakan apabila aktiva yang dihitung tersebut tidak memiliki nilai sisa. Metode saldo menurun ganda hampir sama dengan metode saldo menurun. Perbedaanya hanya terletak pada penentuan persentase tarif penyusutan. Untuk menentukan persentase tarif penyusutan dalam periode ini dengan cara mengalikan dua
Universitas Sumatera Utara
persentase tarif penyusutan yang digunakan untuk menghitung penyusutan tanpa memperhatikan nilai sisa. Misalnya suatu peralatan dengan taksiran umur 5 tahun maka tarif berganda adalah : 2 x (100% : 5) = 2 x 20%. Contoh : PT. XYZ membeli mesin dengan seharga Rp.20.000.000,- nilai sisa Rp.2.000.000,- taksiran umur 5 tahun dengan penyusutan dapat dihitung sebagai berikut : Tabel 2.8 Penyusutan berdasarkan Saldo Menurun Ganda
Thn
Nilai Buku Aktiva Awal Tahun
Tarif Saldo Beban Menurun Penyusutan Ganda
Akumulasi Penyusutan
Nilai Buku Rp.20,000,000
1 2 3 4 5
Rp. 20,000,000-2000.000 Rp .20,000,000-7.200.000 Rp. 20.000.000- 12.320.000 Rp. 20.000.000-15.392.000 Rp. 20.000.000-17.235.200
40% 40% 40% 40% 40%
Rp.7,200,000 Rp.5,120,000 Rp.3,072,000 Rp.1,843,200 Rp.1.105,920
Rp. 7,200,000 Rp.12,320,000 Rp.15,392,000 Rp.17,235,200 Rp.18,341,120
Rp.12,800,000 Rp. 7,680,000 Rp. 4,638,000 Rp. 2,764,800 Rp. 1,658,880
Beban penyusutan pada tahun terakhir tahun ke lima terbatas hanya pada Rp. 1.105,920,- sehingga nilai buku sebesar Rp. 1,658,880 maka akumulasi penyusutan akhir tahun ke lima sebesar Rp.18,341,120 maka sebaiknya akumulasi penyusutan tahun ke lima sebaiknya dibulatkan, sehingga nilai buku ahir tahun ke lima Rp. 20.000.000 – Rp. 18.000.000 = Rp. 2.000.000.
Universitas Sumatera Utara
b. Berdasarkan penggunaan : ● Metode-jam-jasa (service-hour-method) Metode diatas diasumsikan bahwa penurunan umur aktiva tetap dihubungkan langsung dengan jumlah waktu penggunaan aktiva. Sehingga dalam estimasi umur aktiva tersebut diperlukan taksiran usia dalam ukuran jasa jam produksi. Besarnya beban penyusutan menurut metode diatas adalah mengalikan jam jasa aktiva tetap dengan tingkat penyusutan per jam. Perhitungan besarnya beban penyusutan per jam adalah dengan rumus berikut : Penyusutan = Harga Perolehan – Nilai Sisa Jumlah Jam Jasa Contoh : PT. XYZ membeli sebuah pesawat terbang dengan harga Rp.200.000.000,- nilai sisa 10%. Jumlah jam jasa pesawat terbang tersebut diestimasi sebesar 1000 jam. Beban penyusutan pesawat terbang per jam dapat dihitung sebagai berikut :
Penyusutan =
Rp.200.000.000 - Rp.20.000.000 = 180.000/ jam 1000 jam
Jika dalam tahun pertama pesawat terbang tersebut telah bekerja selama 100 jam kerja maka beban penyusutan untuk tahun tersebut adalah : 100 jam x 180.000 jam = Rp. 18.000.000,-
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.9 Penyusutan berdasarkan Jam Jasa Tahun
Jam kerja
Beban Penyusutan
Akumulasi Penyusutan
Nilai Buku Rp. 200,000,000
1 2 3 4 5
100,000 200,000 200,000 400,000 100,000
Rp. Rp. Rp. Rp. Rp.
18,000,000 36.000,000 36.000,000 72.000,000 18.000.000
Rp. 18.000.000 Rp. 54.000.000 Rp. 90.000.000 Rp. 162.000.000 Rp.180.000.000
Rp. 182,000,000 Rp. 146,000,000 Rp. 110,000,000 Rp. 38,000,000 Rp. 20,000,000
● Metode-jumlah-unit-produksi (productive-output-method) Pada dasarnya sama dengan metode jam jasa. Perbedaanya pada metode sebelumnya menggunakan jam sebagai dasar maka pada metode unit produksi jumlah jam tersebut digambarkan sebagai output atau produksi dalam unit. Rumus untuk mencari besarnya penyusutan per unit adalah sebagai berikut :
Penyusutan =
Harga Perolehan - Nilai Sisa Output
Untuk mencari besarnya beban penyusutan per tahun adalah jumlah produksi setahun x besarnya penyusutan per unit. Contoh : PT. XYZ membeli mesin dengan harga Rp.20.000.000,- nilai sisa Rp.2.000.000,- taksiran produksi sebesar 1.000.000 unit, maka beban penyusutan mesin per unit dapat dihitung sebagai berikut : Penyusutan =
Rp.20.000.000 - Rp.2.000.000 = Rp.18 / Unit 1.000.000 Unit
Universitas Sumatera Utara
Maka pada tahun pertama diproduksi 120.000 unit, maka besarnya beban penyusutan untuk tahun tersebut adalah : 120.000 unit x Rp.18/unit = Rp.2.160.000,Tabel 2.10 Penyusutan berdasarkan Metode Jumlah Unit Produksi Thn.
Unit
Beban Penyusutan
Akumulasi Penyusutan
Nilai Buku Rp. 20,000,000
1 2 3 4 5
100,000 100,000 400,000 300,000 100,000
Rp. Rp. Rp. Rp. Rp.
1,800,000 1,800,000 7,200,000 5,400,000 1,800,000
Rp. 1.800.000 Rp. 3,600,000 Rp.10,800,000 Rp.16,200,000 Rp.18,000,000
Rp. 18,200,000 Rp. 16,400,000 Rp. 9,200,000 Rp. 3,800,000 Rp. 2,000,000
c. Berdasarkan kriteria lainnya : ● Metode-berdasarkan kelompok dan gabungan (combaine and group method) Pada pembahasan sebelumnya, diasumsikan bahwa beban penyusutan dihubungkan dengan aktiva individual dengan aktiva individual dan diperlakukan sebagai unit yang terpisah. Praktik ini disebut dengan penyusutan perunit. Dari sudut pandang praktis, dimungkinkan untuk menghitung penyusutan atas sekelompok aktiva seolah-olah kelompok aktiva tersebut adalah satu aktiva. Prosedur pengalokasian harga perolehan kelompok disebut dengan penyusutan kelompok ketika aktiva-aktiva dalam kelompok tersebut sejenis atau misalkan semua mobil van perusahaan dan penyusutan gabungan. Jika aktiva-aktiva dalam kelompok tersebut berbeda-beda (misalnya meja, kursi dan komputer perusahaan).
Universitas Sumatera Utara
Dalam pembahasan berikut, istilah penyusutan kelompok mengacu pada kedua macam jenis penyusutan tersebut. Prosedur penyusutan kelompok memperlakukan sekumpulan aktiva sebagai satu kelompok tunggal. Penyusutan diakumulasikan dalam satu akun, dan tarif penyustan didasarkan pada masa manfaat rata-rata dari aktiva-aktiva dalam kelompok tersebut. Penyusutan kelompok biasanya dihitung sebagai adaptasi dari metode garis lurus, dan contoh ini mengasumsikan pendekatan ini. Tarif penyusutan kelompok ditentukan dengan menganalisis berbagai aktiva atau kelompok aktiva yang digunakan dan menghitung penyusutan sebagai rata-rata dari penyusutan garis lurus tahunan sebagai berikut : Tabel 2.11 Penyusutan berdasarkan Metode Kelompok dan Gabungan Aktiva
Harga Nilai sisa Biaya yang Estimasi yang Perolahan disusutkan dapat disusutkan
A ...... $ 2.000 B ...... 6.000 C ...... 12.000 $ 20.000
$ 120 300 1.200 $ 1.620
$
1.880 5.700 10.800
$ 18.380
4 6 10
Beban yang penyusutan Tahunan(garis lurus)
$
70 950 1.080
$ 2.500
Tarif 12,5% digunakan pada harga perolehan aktiva yang ada, yaitu sebesar $ 20.000, menghasilkan penyusutan tahunan sebesar $2.500. Penyusutan tahunan sebesar $ 2.500 akan terakumulasi menjadi $ 18.380 dalam waktu 7352 tahun : 7352
Universitas Sumatera Utara
adalah umur rata-rata aktiva. Setelah tarif kelompok sebesar 12,5% ditetapkan, persentase tersebut digunakan untuk menghitung penyusutan tahunan dari seluruh aktiva dalam kelompok tersebut. Sebagai contoh, jika aktiva D dibeli dengan harga $ 5.000 maka total harga perolehan dalam kelompok tersebut menjadi $ 25.000 ($ 2.000 + $ 6.000 + $ 12.000 + $ 5.000) dan beban penyusutan tahunan adalah $ 3.125 ($ 25.000 x 12,5%). Persentase persen kelompok biasanya akan selalu sama jika tidak ada perubahan umur aktiva dalam kelompok tersebut. Diasumsikan bahwa jika aktiva ditarik maka akan digantikan dengan aktiva yang sejenis. Tarif kelompok perlu diperhitungkan kembali secara periodik untuk memastikan bahwa tarif tersebut masih tepat untuk digunakan atas kelompok aktiva tersebut. Karena akun akumulasi penyusutan pada prosedur kelompok ditetapkan atas seluruh aktiva dalam kelompok tersebut, maka akun itu tidak mengacu pada aktiva tertentu. Dengan demikian, tidak ada nilai buku yang dapat dihitung untuk suatu aktiva tertentu, dan tidak ada aktiva yang disusutkan secara penuh. Tidak ada laba atau rugi yang diakui pada saat aktiva ditarik. ● Metode-anuitas (annuity-method) Dalam metode ini aktiva tetap dianggap sebagai aktiva yang akan memberikan kontribusi selama umur teknisnya. Harga perolehan dari aktiva tersebut dianggap sebagai present value yang
Universitas Sumatera Utara
akan didiskontokan atau jasa yang akan diberikannya secara merata selama
umur
teknisnya.
Menurut
metode ini
penyusutan
merupakan angka bunga yang diperhitungkan atas harga perolehan aktiva yang belum disusutkan ditambah akumulasi penyusutan. beban penyusutannya dihitung berdasarkan rumus berikut :
Penyusutan =
Harga Perolehan - Present Value Nilai Sisa PVIFn,, i
Contoh : PT. X membeli sebuah mesin dengan harga Rp.1.600.000,- nilai sisa Rp.134.776,- dengan tingkat bunga 10%. Taksiran umur aktiva tersebut adalah 10 tahun, maka beban penyusutan mesin dapat dihitung sebagai berikut Penyusutan =
Rp.1.600.000 - PVIF5,, 10 Rp.134.776 PVIF5,, 10
=
Rp.1.600.000 - Rp.134.776 x 0,1241842 7,581574
=
Rp.1.600.000 - Rp.83.668 7,581574
= Rp.400.000
Melalui
perhitungan
diatas
diketahiu
bearnya
beban
penyusutan adalah sebesar Rp.400.000,- per tahun yang akan didistribusikan sebagai angka Implicit Interest Revenue dan penyusutan. Interest revenue dihitung 10% dari nilai buku. Iktisar
Universitas Sumatera Utara
beban penyusutan, interest revenue, dan akumulasi penyusutan dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 2.12 Penyusutan berdasarkan Metode Anuitas Implisit Akumulasi Akumulasi Interest Penyusutan Thn Penyusutan Penyusutan /tahun Revenue 10% 1 2 3 4 5
Rp. 400,000 Rp. 400,000 Rp. 400,000 Rp. 400,000 Rp. 400,000
Rp.160,000 Rp.136,000 Rp.109,600 Rp. 80,560 Rp. 48,616
Rp.240,000 Rp.264,000 Rp.290,400 Rp.319,440 Rp.351,384
Nilai Buku
Rp. 240,000 Rp. 504,000 Rp. 794,400 Rp.1,113,840 Rp.1,465,224
Rp.1,600,000 Rp.1,360,000 Rp.1,096,000 Rp. 805,600 Rp. 486,160 Rp. 134,776
Tahun I Beban penyusutan
Rp.400.000,-
Interest Revenue
Rp.160.000,
Akumulasi Penyusutan
Rp.240.000,-
Tahun II Beban penyusutan
Rp.400.000,-
Interest Revenue
Rp.136.000,-
Akumulasi Penyusutan
Rp.264.000,-
Angka yang dibebankan ke akumulasi penyusutan merupakan beban bersih (biaya perusahaan) yang menunjukkan peningkatan tiap tahun sehingga totalnya sama dengan harga pokok dikurangi nilai residu. Metode ini sangat cocok digunkan dalam mencatat besarnya penyusutan aktiva tetap yang diperoleh secara leasing.
Universitas Sumatera Utara
● Sistem-persediaan (inventory-system) Dalam metode ini, penyusutan dihitung dengan menambah persediaan awal aktiva yang tersedia dengan perolehan aktiva tetap selama periode berjalan, kemudian dikurangi persediaan akhir aktiva tetap tersebut. Metode ini biasanya dipakai untuk menilai sejumlah aktiva tetap yang nilainya relatif kecil, seperti perkakas, peralatan dan lain-lain. Metode persediaan ini cukup ringkas digunakan, tetapi tidak sistematis dan tidak pula rasionil. Disamping itu juga sulit menentukan nilai sesungguhnya dari aktiva tetap tersebut pada akhir tahun.
5.
Penyajian Aktiva Tetap dalam Laporan Keuangan Menurut buku Standar Akuntasi Keuangan (2002 : 1.3) laporan
keuangan yang lengkap meliputi komponen-komponen berikut ini : 1. 2. 3. 4. 5.
Neraca; Laporan laba rugi; Laporan perubahan ekuitas; Laporan arus kas; Catatan atas laporan keuangan. Aktiva tetap perusahaan disajikan dalam laporan keuangan pada
komponen neraca dan berada pada sisi debit neraca. Menurut penulis Harahap (2002 : 123), bentuk penyajian aktiva tetap di dalam neraca yang umumnya sering digunakan oleh perusahaan adalah : 1. “ Di neraca yang hanya mencantumkan nilai buku saja atau nilai cost aktiva tetap masing-masing dan kemudian dikurangi akumulasi Penyusutan secara global
Universitas Sumatera Utara
2. Informasi yang lebih lanjut dapat dibuat dalam catatan atas laporan keuangn. Di sini dapat dibuat nilai cost masing-masing dan Akumulasi Penyusutan masing-masing; 3. Informasi yang lebih lanjut lengkap dapat dilihat melalui lampiran daftar aktiva tetap. Tabel 2.13 Penyajian Aktiva Tetap di Neraca PT. XYZ Neraca Per 31 Desember 20xx (Rp) ASET
KEWAJIBAN dan EKUITAS
Aset Lancar
Kewajiban
Kas Investasi Jangka Pendek Piutang Persediaan Jumlah Aset Lancar
Rp. xxx Rp. xxx Rp. xxx Rp. xxx
Kewajiban Lancar
Rp. xxx
Kewajiban jk. Panjang
Rp. xxx
Ekuitas
Rp. xxx
Jumlah Kewajiban dan Ekuitas
Rp. xxx
Rp. xxx
Aset Tetap Tanah Bangunan A/p bangunan
Rp. xxx Rp. xxx
Rp. xxx
Kendaraan A/p kendaraan
Rp. xxx Rp. xxx
Peralatan A/p peralatan
Rp. xxx Rp. xxx
Invnt. Kantor A/p invnt. kantor
Rp. xxx Rp. xxx
Rp.xxx
Rp. xxx
Rp.xxx
Rp. xxx Jumlah Aktiva tetap
Rp. xxx
Aset Tetap Tidak Berwujud
Rp. xxx
Jumlah Aktiva
Rp. xxx
Jumlah Aset
Rp. xxxx
Universitas Sumatera Utara
B. Tinjauan Penelitian Terdahulu Tabel 2.14 Penelitian Terdahulu Nama Ernie M.
Judul Penelitian Analisa
Perumusan Masalah Apakah
Tampubolon
Pengunaan,
penghentian aktiva tetap
menentukan capital expenditure atau
2005
Penghentian
dan penyajiannya dalam
renenue expenditure dalam hal biaya
Aktiva Tetap
laporan keuangan telah
pemeliharaan dan perawatan, yaitu
Dan
sesuai
dengan
Penyajiannya
No.16
penggunaan,
dengan
PSAK
Hasil Penelitian Kebijakan
perusahaan
dalam
mengelompokkan
pemeliharaan
dan
aktiva
perusahaan
menghitung
penyusutan
Dalam Laporan
dalam 4 bagian.
Keuangan Pada
Dalam
PT. Musim Mas
perusahaan
Medan
Garis Lurus.
menggunakan
metode
Kebijakan perusahaan untuk masalah penghentian aktiva tetap termasuk cara
penghentian,
biaya
yang
pengalokasian
terjadi
pada
penghentian, dan lain-lain
saat sudah
cukup baik. Ramot
Pengakuan Dan
Bagaimana
Nurlela. A
Pengukuran
Akuntansi
2004
Aktiva Tetap
pengakuan
Pada Perusahaan
pengukuran aktiva tetap
namun
Jasa Angkutan
pada
perlakuan
Darat Antar
angkutan
Kota Antar
Kota Antar Propinsi di
sempurna
Propinsi Di
lingkungan
dalam hal pengukuran nilai aktiva
Lingkungan
Perhubungan
Dinas
Sumatera
Perhubungan
apakah
Medan-
akuntansi tersebut telah
Sumatera Utara
sesuai dengan Standar
perlakuan dalam
perusahaan
Akuntansi yang
darat
hal
awal yang dilakukan oleh perusahaan
dan
terhadap bus-busnya sudah memadai,
jasa Antar
Dinas Medan-
Utara
Pada dasarnya, proses pengakuan
dan
perlakuan
proses
pencatatan
akuntansi
dan selama
penggunaan aktiva tetap yang belum
tetap
menimbulkan
dalam
perusahaan
laporan pada
akhir
kesulitan
keuangan periode
akuntansi.
keuangan berlaku
di
Indonesia.
Universitas Sumatera Utara
C. Kerangka Konseptual Gambar di bawah ini adalah untuk merumuskan permasalahan sesuai dengan latar belakang masalah penelitian, penulis akan menguraikan kerangka konseptual dalam permasalahan sebagai berikut :
PT. COCA COLA BOTTLING COMPANY INDONESIA MEDAN
Perolehan Aktiva Tetap
Pengeluaran terhadap Aktiva Tetap
Penyusutan Aktiva Tetap Kebijakan Akuntansi Penarikan Aktiva Tetap
Penyajian Aktiva Tetap dalam Laporan Keuangan sesuai SAK
Gambar 1.1 Kerangka Konseptual Sumber : Penulis, 2010
Universitas Sumatera Utara
Penjelasan kerangka konseptual : Kebijakan akuntansi aktiva tetap yaitu kebijakan dalam pemilihan prinsipprinsip, dasar-dasar, konvensi, peraturan dan prosedur yang diterapkan oleh perusahaan untuk menentukan : a. Cara perolehan aktiva tetap b. Pengeluaran aktiva tetap c. Metode penyusutan aktiva tetap d. Penarikan aktiva tetap e. Pengeluaran selama penggunaan aktiva tetap f. Penyajian aktiva tetap dalam laporan keuangan Sehingga kebijakan ini sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan yaitu PSAK No.16 dan PSAK No.17.
Universitas Sumatera Utara