BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kayu manis 1. Gambaran umum kayu manis Tanaman Cinnamomum burmanni merupakan jenis tanaman berumur panjang yang menghasilkan kulit. Kulit ini di Indonesia diberi nama kayu manis dan termasuk dalam jenis rempah-rempah. Pohon tinggi bisa mencapai 15 meter, batang berkayu dan bercabang-cabang, daun tunggal lanset warna daun muda merah pucat setelah tua berwarna hijau, perbungaan bentuk malai tumbuh diketiak daun buah muda berwarna hijau dan setelah tua berwarna hitam, akar tunggang (Rismunandar, 1995). Berdasarkan penggolongan dan tata nama tumbuhan. Tanaman kayu manis termasuk ke dalam klasifikasi sebagai berikut Kingdom Plantae,
Divisi
Gymnospermae,
Subdivisi
Spermatophyta,
Kelas
Dicotyledonae, Sub kelas Dialypetalae, Ordo Policarpicae, Famili Lauraceae, Genus Cinnamomum, Spesies Cinnamomum burmannii (Albert, 1985). 2. Morfologi Daun kayu manis duduknya bersilang atau dalam rangkaian spiral. Panjangnya sekitar 9–12 cm dan lebar 3,4–5,4 cm, tergantung jenisnya. Warna pucuknya kemerahan, sedangkan daun tuanya hijau tua. Bunganya berkelamin dua atau bunga sempurna dengan warna kuning, ukurannya 4
5
kecil. Buahnya adalah buah buni, berbiji satu dan berdaging. Bentuknya bulat memanjang, buah muda berwarna hijau tua dan buah tua berwarna ungu tua (Rismunandar, 1995). 3. Kulit Kayu Manis Kulit kayu manis merupakan hasil utama dari kayu manis, produk ini berupa potongan kulit yang dikeringkan. Menghasilkan produk kayu manis sangat sederhana, yaitu cukup dengan penjemuran. Sebelum dijemur, kulit dikikis atau dibersihkan dari kulit luar, kemudian dibelah– belah menjadi berukuran lebar 3–4 cm. Selanjutnya kulit yang sudah bersih ini dijemur dibawah terik matahari selama 2–3 hari, kulit dinyatakan kering kalau bobotnya sudah susut sekitar 50%. Kulit bermutu rendah karena kadar airnya masih tinggi, kadar air tinggi diakibatkan oleh kurangnya waktu penjemuran selain kadar air masih tinggi, mutu kulit dipengaruhi oleh kebersihan tempat penjemuran. Agar dapat menghasilkan mutu kulit yang baik, penjemuran sebaiknya dilakukan di bawah sinar matahari penuh (Rimunandar dan Paimin, 2001). 4. Sifat Tanaman kayu manis mempunyai sifat khas pedas, agak manis dan menghangatkan yang berkhasiat analgesik, stomakik dan aromatik.
B. Infusum Infusum adalah sediaan cair yang dibuat dengan menyari simplisia dengan air pada suhu 900C selama 15 menit. Infusum merupakan proses
6
penyari kandungan aktif yang larut dalam air dari bahan-bahan nabati (Anief, 1994).
C. Mekanisme kerja Antibiotik Mekanisme kerja antibiotik antara lain menghambat sintesa dinding sel, akibatnya pembentukan dinding sel tidak sempurna dan tidak dapat menahan tekanan osmosa dari plasma, akhirnya sel akan pecah. Menghambat sintesa membran sel, molekul lipoprotein dari membran sel dikacaukan pembentukannya, sehingga bersifat permeabel akibatnya zat-zat penting dari sel dapat keluar. Menghambat sintesa protein sel, akibatnya sel tidak sempurna terbentuk. Menghambat pembentukan asam-asam inti (DNA dan RNA) akibatnya tidak dapat berkembang (Paramitha, 2011).
D. Staphylococcus aureus 1. Morfologi Staphylococcus aureus adalah bakteri berbentuk kokkus, bersifat gram positif, biasanya tersusun dalam rangkaian tidak beraturan seperti buah anggur. Beberapa diantaranya tergolong flora normal pada kulit dan selaput mukosa manusia, menyebabkan penanahan, abses, berbagai infeksi piogen dan bahkan septikimia yang fatal. Staphylococcus aureus mengandung polisakarida dan protein yang berfungsi sebagai anti gen dan merupakan substansi penting di dalam struktur dinding sel, tidak membentuk spora, dan tidak membentuk flagel (Jawets, 1996).
7
2. Sifat biakan Staphylococcus
aureus
mudah
tumbuh
pada
perbenihan
bakteriologik dalam keadaan aerobik atau mikroaerobik. Staphylococcus aureus tumbuh paling cepat pada suhu 370C tetapi paling baik pada suhu kamar (20-250C). Koloni pada perbenihan padat berbentuk bulat, halus, menonjol dan berkilau-kilau, membentuk pigmen (Jawets, 1986). pada perbenihan cair menyebabkan kekeruhan yang merata tidak membentuk pigmen. Pada media NA setelah inkubasi selama 24 jam koloninya berpigmen kuning emas berukuran 20µm, bulat, cembung, licin, berkilat, keruh, tepinya rata. Pada media agar daerah sekeliling terlihat zona beta hemolisa (zona jernih) yang lebar. Hemolisa ini lebih nyata pada agar darah kelinci dan lebih lemah pada agar darah domba. Pada media Mc (Mac Concay) koloni berwarna merah dadu (Statis, 1990). Pada media MSA (Manitol Salt Agar) koloni dikelilingi area yang berwarna kuning, karena terjadi fermentasi manitol menjadi asam, dengan indikator phenol red warna media semula merah berubah menjadi kuning (Fardianz, 1993) 3. Toksin dan Enzim Staphylococcus aureus dapat menyebabkan penyakit karena kemampuannya berkembang biak dan menyebar luas dalam jaringan tubuh serta adanya beberapa zat yang dapat diproduksi, antara lain: eksotoksin, koagulasi, katalase, leokosidin, enterotoksin dan enzim lain berupa
8
hyaluronidase atau faktor penyebar, proteinase, lipase, dan β-laktamase (Jawets, 1996). 4. Patogenitas Infeksi-infeksi piogen pada kulit merupakan salah satu bentuk tersering penyakit Staphylococcus aureus. Enterokolitis Staphylococcus aureus terjadi setelah pertumbuhan berlebihan flora usus normal. Pada kasus keracunan makanan disebabkan masuknya enterotoksin yang telah dibentuk sebelumnya oleh Staphylococcus aureus yang mencemari makanan, yang dibiarkan dalam suhu ruangan atau suhu yang lebih tinggi. 2-7 jam setelah toksin masuk mulut timbul muntah-muntah berat dan mendadak disusul diare seperti air.
E. Staphylococcus epidermidis 1. Morfologi Staphylococcus epidemidis adalah bakteri berbentuk coccus, bersifat gram positif, biasanya tersusun dalam rangkaian tidak beraturan seperti buah anggur. Beberapa diantaranya tergolong flora normal pada kulit dan membran mukosa manusia, menyebabkan infeksi oportunistik. Organisme ini menghasilkan glycocalyx yang bertindak sebagai perekat mengikuti ke plastik dan sel, menyebabkan resistensi terhadap fagositosis dan antibiotik dapat bertahan di permukaan yang kering untuk waktu yang lama. Staphylococcus epidermidis mengandung polisakarida dan protein yang berfungsi sebagai anti gen dan merupakan substansi penting didalam
9
struktur dinding sel, tidak membentuk spora, dan tidak membentuk flagel (Jawets, 1996). 2. Sifat biakan Staphylococcus epidermidis mudah tumbuh pada pembenihan bakteriologik dalam keadaan aerobik atau mikro-erobik. Staphylococcus epidermidis tumbuh paling cepat pada suhu 370C tetapi paling baik membentuk pigmen pada suhu kamar 200C. Koloni pada perbenihan padat berbentuk bulat, halus, menonjol, dan berkilau-kilau, membentuk pigmen berwarna putih porselin. Koloni Staphylococcus epidermidis pada media MSA berukuran kecil dengan areal berwarna merah atau ungu disekitarnya (Fardianz, 1993) 3. Toksin dan Enzim Staphylococcus epidermidis dapat menimbulkan penyakit melalui kemampuannya berkembang biak dan menyebar luas dalam jaingan dan melalui pembentukan banyak zat ekstraseluler, antara lain eksotoksin yang merupakan campuran termolabil yang dapat disaring dan mematikan bagi binatang pada penyuntikan, menyebabkan nekrosis pada kulit dan mengandung beberapa hemolisin
yang dapat
elektroforesa.
terdapat
Selain
itu
juga
dipisahkan
lekosidin,
dengan
enterotoksin,
endrokarditis, zat lain yang dihasilkan adalah hyaluronidase atau faktor penyebar staphylokinase yang menyebabkan fibrinolisa tetapi bekerja jauh lebih lambat dati pada streptokinase proteinase, lipase, dan β-laktamase (Jawets, 1996).
10
4. Patogenitas Staphylococcus epidermidis tidak patogen dan tidak invasif, cenderung tidak hemolitik, putih, serta koagulase negatif dan tidak memfermentasi manitol. Staphylococcus epidermidis jarang menyebabkan pernanahan tetapi dapat menginfeksi protesa ortopedik atau kardiovaskuler (Jawets, 1996). Infeksi Staphylococcus epidermidis dapat terjadi karena bakteri ini membentuk biofilm pada alat-alat medis di rumah sakit dan menulari orang-orang di lingkungan rumah sakit tersebut, secara klinis bakteri ini menyerang orang-orang yang rentan atau iminitas rendah, seperti penderita AIDS, pasien kritis, pengguna obat terlarang, bayi yang baru lahir, dan pasien rumah sakit yang dirawat dalam waktu yang lama (Alindsay, 2008).