ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
5
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Mangga Mangga adalah nama sejenis buah dan nama pohon. Mangga termasuk ke
dalam marga Mangifera, terdiri dari 35-40 anggota dan suku Anacardiaceae. Nama ilmiah mangga adalah Mangifera indica. Pohon mangga termasuk tumbuhan tingkat tinggi dengan struktur batangnya (habitus) termasuk kelompok arboreus, yaitu tumbuhan berkayu yang mempunyai tinggi batang lebih dari 5 m. Mangga bisa mencapai tinggi 10-40 m (USDA). Mangga termasuk salah satu jenis buah musiman yang menjadi komoditas andalan sektor pertanian dan dikonsumsi secara lokal di Indonesia. Indonesia termasuk negara produsen mangga teratas dengan produksi 1.620.000 ton setiap tahun (FAO, 2007). Terdapat berbagai varietas manga yang tumbuh di Indonesia, antara lain Mangga Arumanis, Dodol, Golek, Madu, Manalagi, Cengkir, Wangi. Salah satu varietas yang terkenal di Jawa Timur adalah mangga Gadung. Mangga Gadung adalah varietas mangga yang banyak ditanam di area Pasuruan–Jawa Timur (Qitonang, 2005).
Gambar 2.1. Gambar daun mangga gadung (Dokumentasi Penulis).
5 SKRIPSI
EFEKTIFITAS PENYEMPROTAN EKSTRAK ... YUNIAR ELSA DWINURIA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
6
2.1.1 Klasifikasi Mangga Kingdom
:
Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom
:
Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi
:
Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi
:
Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas
:
Magnoliopsida (Berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas
:
Rosidae
Ordo
:
Sapindales
Famili
:
Anacardiaceae
Genus
:
Mangifera
Spesies
:
Mangifera indica Linn.
2.1.2 Morfologi dan Ekologi Ciri-ciri fisik tanaman mangga adalah sebagai berikut: daun berwarna hijau, berselang seling, dan mempunyai bentuk lonjong, dengan panjang sebanyak 15-35 cm dan lebar 6-16 cm. Daun yang masih muda biasanya berwarna kemerahan, keunguan atau kekuningan, yang kemudian hari akan berubah pada bagian permukaan sebelah atas menjadi hijau mengkilat, sedangkan bagian permukaan bawah berwarna hijau muda. Daun berpangkal lancip dengan tepi daun bergelombang dan ujung meruncing, dengan 12-30 tulang daun sekunder (Janick & Paul, 2008). Bunga berbentuk bulir ujungnya dengan panjang 1-1,5 cm, ukuran bunga kecil dan berwarna putih, dengan lima kelopak yang panjangnya 5-10 mm, apabila kelopak bunga mangga rontok, buah akan matang setelah 3-6 bulan. Apabila masak buah akan terjuntai-juntai dari dahan dengan tangkai yang
SKRIPSI
EFEKTIFITAS PENYEMPROTAN EKSTRAK ... YUNIAR ELSA DWINURIA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
7
panjang, ukuran buah panjang antara 10-25 cm, diameter 7-12 cm. Berat hingga 2,5 kg dan memberikan bau yang wangi. Warna buah yang masak antara warna kuning, jingga, atau merah pada bagian yang menghadap ke matahari, dan warna kuning pada bagian yang tidak menghadap ke matahari (Redaksi Agromedia, 2007). 2.1.3 Kandungan Daun Mangga a.
Mangiferin Mangiferin atau xanthone merupakan antioksidan. Xanthone lebih poten
daripada vitamin C atau vitamin E. Mangiferin merupakan C-glucosyl xanthone. Selain itu Mangiferin dapat melawan mikroorganisme patogen (Masibo, 2008). Banyak penelitian yang menyebutkan mangiferin sebagai bahan aktif pada mangga (Mangifera indica Linn). Berbagai penelitian menyebutkan mangiferin dan berbagai ekstrak dari daun mangga, batang dan bunga ditemukan mempunyai efek
antioxidant,
antikanker,
antimikroba,
antiatherosclerotic,
antialergi,
antiinflamasi, analgesik dan imunomodulasi (Wauthoz, 2007). Mangiferin mempunyai efek antibakteri terhadap gram positif dan gram negatif. Bakteri gram positif yang paling sensitif terhadap mangiferin yaitu Bacillus pumillus sedangkan bakteri gram negatif adalah Salmonella agona (Masibo, 2008).
Gambar 2.2 Struktur Mangiferin (Martin & Qian He, 2008).
SKRIPSI
EFEKTIFITAS PENYEMPROTAN EKSTRAK ... YUNIAR ELSA DWINURIA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
8
b.
Flavanoid Senyawa flavanoid terdiri lebih dari 4000 jenis dan merupakan senyawa
terbesar pada kelompok polifenol. Senyawa flavanoid merupakan polifenol yang dapat ditemukan di alam pada buah, sayur, bunga dan daun (Cushine, 2005). Struktur polifenol terdiri dari 2 cincin yang terdiri dari 3 carbon, yang paling sering bentukan heterolytic. Ada dua cabang dari family flavanoid : 3desoxyflavonoids and 3-hydroxyflavonoids yang membedakan pada posisi, nomer dan sifat dari masing-masing golongan flavanoid (Bennick, 2002). Pada daun berfungsi sebagai fungal patogen dan radiasi ultraviolet. Flavanoid sebagai antiinflamasi, penghambatan enzim, antimikroorganisme dan antioxidant (Cushine, 2005).
Gambar 2.3. Struktur flavanoid (Cushnie, 2005). c.
Saponin Saponin merupakan jenis glikosida. Glikosida adalah senyawa yang terdiri
dari glikon (glukosa dan fruktosa ) danaglikon (senyawa bahan alam lainya). Berdasarkan struktur aglikonnya (sapogeninnya), saponin dapat dibedakan menjadi 2 macam yaitu tipe steroid dan tipe triterpenoid yang berikatan dengan ikatan glukosa. Kedua senyawa ini memiliki hubungan glikosidik pada atom C-3 dan memiliki asal usul biogenetika yang sama lewat asam mevalonat dan satuansatuan isoprenoid (Padolak et al., 2010).
SKRIPSI
EFEKTIFITAS PENYEMPROTAN EKSTRAK ... YUNIAR ELSA DWINURIA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
9
Saponin memiliki sifat surfaktan yang stabil jika dicampur air Saponin merupakan jenis glikosida yang memiliki berat molekul yang tinggi. Saponin dapat larut dalam lemak dan larut dalam air, senyawa ini akan terkonsentrasi pada selaput sel (Osburn, 1996). Saponin juga merupakan zat aktif yang dapat meningkatkan premeabilitas membran sehingga terjadi hemolisis sel (Francis, 2002).
Gambar 2.4. Struktur saponin (Wikipedia, 2011). d.
Tanin Tanin pada umumnya adalah polifenol yang ditemukan dalam ekstrak
tumbuhan, seringkali dalam konsentrasi yang tinggi. Tanin tumbuhan (plant polyphenol) dibedakan strukturnya dalam 2 group polyester dasar dalam asam gallic atau hexahydroxydiphenic acid dan derivatnya (tanin hidrolisis) dan proantocyanidins (tanin condesed). Tanin dapat dipakai sebagai antimikroba, sifat antimikroba disebabkan oleh terdapatnya gugus pirogalol dan gugus galoil. Tanin merupakan polifenol yang ditemukan pada tumbuhan, sehingga aktivitas yang ditimbulkan kemungkinan sama dengan pengaruh dari polifenol terhadap bakteri. Efek fisiologis dan efek farmakologis dari golongan polifenol disebabkan oleh kemampuan untuk
SKRIPSI
EFEKTIFITAS PENYEMPROTAN EKSTRAK ... YUNIAR ELSA DWINURIA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
10
membentuk senyawa komplek, baik dengan protein maupun polisakarida (Siswatoro, 2006).
Gambar 2.5. Struktur tanin (Wikipedia, 2011). 2.2
Bahan Cetak Alginat
2.2.1 Definisi Alginat adalah suatu bahan cetak irreversible hydrocolloid yang berfungsi untuk mencetak jaringan rongga mulut. Dari bahan cetak alginat dapat dibuat model tiruan rongga mulut yang akan digunakan dalam proses pembuatan gigi tiruan penuh, gigi tiruan lepasan, mahkota, jembatan dan inlay (Powers & Wataha, 2008) 2.2.2 Struktur Kimia Alginat Menurut Anusavice (2003) bahan dasar dari alginat adalah ganggang laut cokelat. Nama kimia dari alginat adalah anhydro-β-α-mannuronic acid atau asam alginat. Rumus kimia dari asam alginat adalah sebagai berikut.
Gambar 2.6. Struktur formula asam alginat (Anusavice, 2003).
SKRIPSI
EFEKTIFITAS PENYEMPROTAN EKSTRAK ... YUNIAR ELSA DWINURIA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
11
Menurut Annusavice (2003) reaksi setting alginat adalah sebagai berikut : a.
Kalsium sulfat bereaksi dengan trisodium fosfat pada alginat yang larut, sehingga reaksi yang cepat antara kalsium sulfat dan alginat yang larut ditunda selama trisodium fosfat tidak bereaksi 2Na3PO4 + 3CaSO4 Ca3(PO4)2 + 3Na2SO4
b.
Setelah trisodium fosfat habis karena bereaksi dengan kalsium sulfat, ion
kalsium
mulai
bereaksi
dengan
potasium
alginat
untuk
menghasilkan produk kalsium alginat K2nAlg + n CaSO4 n K2SO4 + Can Alg c.
Trisodium fosfat (garam) yang dikenal alginat
dengan retarder
ditambahkan untuk memperpanjang working time dan digunakan untuk setting time yang tepat. Waktu alginat untuk menjadi setting dikendalikan oleh komposisi sodium phosphate yang terdapat dalam bubuk alginat. Bila seluruh jumlah sodium phosphate yang terdapat dalam bubuk alginat telah berikatan dengan ion Ca maka selanjutnya akan berikatan dengan sodium alginate, kemudian membentuk calcium alginate. Struktur fibrous yang dimiliki oleh calcium alginate membuat tipe ini disebut gel (Powers & Wataha, 2008). Setting time alginat juga dipengaruhi oleh temperatur air. Setting time merupakan hasil dari reaksi kimia. Peningkatan temperatur dengan air dapat digunakan untuk mempercepat working time dan setting time. Selain itu rasio bubuk dan air serta pengadukan juga dapat mempengaruhi setting time (Powers & Wataha, 2008).
SKRIPSI
EFEKTIFITAS PENYEMPROTAN EKSTRAK ... YUNIAR ELSA DWINURIA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
12
2.2.3 Macam-Macam Alginat Menurut Haryanto (1995) alginat dapat dibagi dalam 2 klasifikasi berdasarkan waktu pengerasannya atau setting time. Klasifikasinya yaitu : 1. Quick setting alginate Alginat mengeras dalam 2 menit, biasanya digunakan untuk mencetak
rahang anak-anak atau penderita yang mudah mual. 2. Reguler setting alginate Alginat mengeras dalam waktu 3 menit, digunakan untuk pemakaian rutin. 2.2.4 Komposisi Alginat Menurut Annusavice (2003) komposisi bahan cetak alginat dapat dilihat dari tabel. Tabel 2.1. Komposisi alginat dan fungsinya (Annusavice, 2003). Bahan
Fungsi
Sodium (garam potasium) Kalsium sulfat Sodium fosfat Bubuk silikat (diatombumi) Potasium sulfat Organik glycol Pigmen Chlorheidin Phenylalanin
SKRIPSI
Untuk melarutkan dalam air Untuk bereaksi dengan alginat terlarut sehingga membentuk kalsium alginat larut Untuk bereaksi dengan kalsium sulfat dan sebagai retarder Untuk mengontrol konsistensi dari pencampuran dan fleksibilitas alginat Untuk menetralkan alginat dari efek penghambatan pengendapan pada model gipsum Untuk membungkus partikel dari bubuk alginat untuk meminimalisir debu selama pengeluaran Untuk memberikan warna Untuk self-disinfection Untuk memberikan rasa manis
EFEKTIFITAS PENYEMPROTAN EKSTRAK ... YUNIAR ELSA DWINURIA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
13
2.2.5 Manipulasi Alginat Untuk mendapatkan hasil yang baik maka manipulasi alginat harus mengikut ketentuan berikut ini : (Combe, 1986) a.
Bubuk harus dikocok dulu sebelum dipakai untuk mendapatkan bubuk yang homogen
b.
Bubuk dan air harus diukur terlebih dahulu sesuai petunjuk pabrik
c.
Bubuk kemudian dituang ke air yang berada dalam mangkuk karet
d.
Manipulasi dilakukan pada temperatur kamar, cepat atau lambat dari setting time dapat dicapai dengan memberikan air dingin apabila diperlukan
e.
Dicampur dengan tekanan pada mangkuk karet dengan spatula selama satu menit
f.
Alginat diletakkan di sendok cetak kemudian dimasukkan ke rongga mulut
g.
Alginat dikeluarkan dari rongga mulut, dua menit setelah berubah menjadi elastis apabila alginat dicampur dengan menggunakan air biasa
h.
Setelah dikeluarkan dari rongga mulut hasil cetakan dicuci dengan air mengalir, ditutup dengan lap basah kemudian diisi dengan gips sebelum lima belas menit setelah mencetak. Menurut Anusavice (2003) untuk membuat cetakan rongga mulut dengan
alginat, sebelum mencetak sebaiknya pasien didudukkan dengan benar. Untuk mencetak rahang atas, garis camper (garis yang ditarik dari trachus ke alanasi) sejajar lantai. Sedangkan, rahang bawah, garis oklusi rahang atas/rahang bawah sejajar lantai. Posisi kepala penderita setinggi siku operator (UNAIR, 2010). Agar alginat yang akan dicetakkan tidak mengalir dan tertelan oleh pasien. Alginat yang telah dimanipulasi kemudian diletakkan pada sendok cetak dan
SKRIPSI
EFEKTIFITAS PENYEMPROTAN EKSTRAK ... YUNIAR ELSA DWINURIA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
14
dicetakkan ke dalam rongga mulut. Karena sifat alginat yang lemah, maka sendok cetak harus tepat dengan lengkung rahang pasien sehingga alginat yang digunakan cukup besar. Ketebalan dari cetakan alginat yang baik antara sendok cetak dengan jaringan rongga mulut adalah paling sedikit 3mm (Anusavice, 2003). 2.3
Mikroorganisme Rongga Mulut Rongga mulut merupakan bagian tubuh yang memiliki konsentrasi populasi
mikroorganisme paling tinggi dan bervariasi. Lebih dari 500 bakteri, beberapa spesies jamur, protozoa, dan virus ditemukan di dalam rongga mulut. Variasi mikroorganisme berkaitan dengan microenvironment
di dalam rongga mulut
seperti gigi, saliva, sulkus gingival, lidah, palatal dan mukosa bukal (Topazian, 2002) Tabel 2.2. Fungi dan protozoa yang terdapat pada rongga mulut (Arora & Arora, 2009).
Fungi
Protozoa
Candida albicans
Entamoeba gingivalis
C. dubliniensis
Trichomonas tenax
C. glabrata C. tropicalis C. krusei C. guilliermondii
SKRIPSI
EFEKTIFITAS PENYEMPROTAN EKSTRAK ... YUNIAR ELSA DWINURIA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
15
Tabel 2.3. Bakteri dan flora normal rongga mulut (Arora & Arora, 2009). Gram
positive Gram
negative Gram
positive Gram negative
cocci
cocci
bacilli
bacilli
Viridans
Neisseria sp.
A. israelli
Bactoreides sp.
streptococci
Veillonella sp.
A.viscosus
T. vincentii
S. salivarius
A. naeslundii
T. denticola
S. sanguis
Lactobacilli
T. refringens
S. mutans
P. gingivalis
S. sorbinus
A.
S. cricetus
actinomycetem
S. rattus
comitans
S. gordonni
Fusobacterium
S. mitis
sp.
S. milleri
Prevotella sp.
Staphylococcus
Capnocytophag
aureus
e sp.
S. epidermidis Micrococcus sp. Peptostreptococ cus
Habitat mikroorganisme rongga mulut terutama terdapat pada mukosa bukal, dorsum lidah, permukaan gigi (baik supraginggival maupun subgingival), eptel krevikular dan alat prostodontik dan ortodontik jika terkontaminasi secara langsung dan disimpan tanpa pembersihan dengan seksama (Samaranayake, 2002).
SKRIPSI
EFEKTIFITAS PENYEMPROTAN EKSTRAK ... YUNIAR ELSA DWINURIA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
16
2.4
Infeksi Silang Rongga mulut merupakan sumber potensial terjadinya kontaminasi
mikroorganisme patogen penyebab infeksi pada kedokteran gigi. Kontaminasi tersebut dapat menyebabkan infeksi silang dari pasien ke operator, asisten operator maupun pasien lainnya. Saliva dan darah adalah media perpindahan mikroorganisme patogen rongga mulut penyebab infeksi pada cetakan rongga mulut (Miller & Charles, 1994). Model cetak dapat membawa berbagai macam mikroorganisme dari rongga mulut. Mikroorganisme tersebut bisa terbawa sampai ke laboratorium sehingga ada resiko terjadi infeksi (Jagger et al., 2007). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada cetakan alginat, jumlah mikroorganisme yang terbawa dua kali sampai lima kali lipat lebih banyak daripada elastomer. Selain itu mikroorganisme tuberculosis dan hepatitis B dapat bertahan pada model kerja gipsum sampai 7 hari (Samra & Bhide, 2010). 2.5
Desinfeksi Cetakan Alginat Desinfeksi merupakan proses membunuh atau menghilangkan organisme
patogen dari suatu bahan atau objek, tidak termasuk spora bakteri sehingga mereka tidak menimbulkan ancaman atau infeksi (Samaranayake, 2002). Desinfeksi cetakan alginat dapat dilakukan dengan cara penyemprotan dan perendaman pada bahan desinfektan. Teknik perendaman pada bahan desinfektan dapat mempengaruhi beberapa sifat dari alginat tersebut, antara lain keakuratan dimensi, stabilitas dan wettability. Menurut hasil penelitian teknik penyemprotan pada bahan desinfektan menunjukkan aktifitas antimikroorganisme yang sama
SKRIPSI
EFEKTIFITAS PENYEMPROTAN EKSTRAK ... YUNIAR ELSA DWINURIA
ADLN – PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
17
dengan teknik perendaman namun tidak mempengaruhi stabilitas dimensi dari cetakan alginat (Jagger et al., 2007). Karakteristik dari bahan disinfektan adalah virusidal (membunuh beberapa virus), bakterisidal (membunuh beberapa bakteri), fungisidal (membunuh beberapa jamur), tuberkulosidal (membunuh beberapa bakteri tuberkulosis), antimalaria (membunuh beberapa protozoa penyebab malaria), dan disinfektan rumah sakit (membunuh bakteri Staphylococcus aureus, Salmonella choleraesius, Pseudomonas aeruginosa) (Miller, 1994).
SKRIPSI
EFEKTIFITAS PENYEMPROTAN EKSTRAK ... YUNIAR ELSA DWINURIA