BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1
LATAR BELAKANG Kayu adalah suatu bahan yang dihasilkan oleh pohon – pohonan. Perbedaan
jenis pohon, tempat tumbuh, dan iklim tempat tumbuh menghasilkan pohon – pohonan yang sangat bervariasi, yang juga akan menghasilkan kayu yang sangat bervariasi. Banyaknya variasi kayu menyebabkan kayu dapat dipergunakan untuk berbagai keperluan. Namun pada bidang konstruksi bangunan, variasi yang terlalu banyak tersebut menyebabkan kayu kurang digemari untuk dipakai sebagai bahan konstruksi dibandingkan dengan material lain seperti baja, dan beton. Untuk dapat mempergunakan kayu secara maksimal, maka dirasa penting untuk mempelajari sifat – sifat fisis dan mekanis dari kayu yang akan dipergunakan tersebut. Komposit dapat didfenisikan sebagai gabungan dari dua atau lebih material struktur yang mempunyai kekuatan yang berbeda. Material – material tersebut digabungkan untuk bekerjasama memikul gaya – gaya yang terjadi pada struktur. Penggabungan material – material tersebut dilakukan dengan mempertimbangkan kelebihan dan kekurangan dari masing – masing material. Komposit dapat terdiri dari; kayu, beton, dan baja, dengan kombinasi seperti kayu dengan baja, kayu dengan beton, kayu dengan kayu, beton dengan baja, dan kombinasi – kombinasi lainnya. Komposit akan beraksi sebagai satu kesatuan tunggal bila dihubungkan dengan suatu penghubung geser (shear connector), yang berfungsi memilkul dan memindahkan gaya – gaya geser antara lapisan balok.
Universitas Sumatera Utara
Aksi gabungan dari balok komposit dapat dijelaskan dengan gambar dibawah ini. Jika sistem tidak bekerjasama sebagai gabungan, interaksi antar lapisan hanya diberikan oleh gesekan. Bila gesekan diabaikan, maka masing – masing lapisan akan memikul beban secara terpisah. Akan terjadi ketidaksinambungan pada bidang kontak antar lapisan (gambar atas). Bila sistem bekerja secara gabungan, maka tidak akan terjadi slip antara masing – masing lapisan balok. Gaya – gaya horizontal (geser) timbul dan akan memendekkan permukaan bawah dari struktur atas dan memanjangkan permukaan atas balok. Dengan demikian ketidaksinambungan pada bidang kontak dapat dihilangkan bila perlawanan horizontal dapat dikerahkan sepenuhnya (gambar bawah).
Gambar 2.1 Mekanisme kerja sistem komposit
Universitas Sumatera Utara
Ide untuk menggunakan dua macam kayu ialah supaya kayu yang lebih kuat dipergunakan di bagian yang lebih dibutuhkan atau sebaliknya, dimana tidak dibutuhkan kayu yang kuat dipakai kayu yang lebih lemah. Dapat dikatakan bahwa penggunaan kualitas kayu disesuaikan dengan diagram tegangan dan regangan, jadi lebih rasional dan ekonomis. Perbandingan kekuatan kayu biasanya sebanding dengan perbedaan kekakuan / modulus elastisitas, dimana bagian yang lebih kaku diharapkan untuk memiku beban yang lebih besar. 2.2
ANATOMI KAYU Batang kayu terdiri sel – sel yang berlekatan satu sama lain. Struktur sel kayu
dapat dibedakan menurut kelasnya, yaitu antara kayu berdaun lebar (angiosperma) dan kayu berdaun jarum (gymnosperma). Dinding sel terdiri dari zat selulosa. Antara satu sel dengan sel lainnya dihubungkan dengan zat perekat yang disebut lignin. Karena serat – serat kayu merupakan susunan dari sel – sel maka arah serat kayu adalah sejajar dengan arah sumbu batang. Daya lekat sel – sel dapat menentukan tinggi rendahnya geser sejajar serat kayu. Selain itu kepadatan sel juga menentukan kekokohan batang, karena semakin padat selnya berarti semakin tinggi berat jenis kayunya.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.2 Struktur sel kayu Senyawa utama penyusun kayu adalah selulosa, hemiselulosa, dan lignindengan komposisi 50 % selulosa, 25% hemiselulosa, dan 25% lignin. Sel – sel kayu ini kemudian secara berkelompok membentuk pembuluh, parenkim, dan serat. Pembuluh memiliki bentuk seperti pipa yang berfungsi menyalurkan air dan zat hara. Parenkim memiliki bentuk kotak, berdinding tipis dan berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara hasil fotosintesis. Serat memiliki panjang langsing dan berdinding tebal serta berfungsi sebagai penguat pohon.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.3 Penampang melintang kayu
Universitas Sumatera Utara
Penampang sebatang pohon yang dipotong melintang seperti gambar 2.3 di atas, dapat dijelaskan sebagai berikut : 1.
Kulit luar (outer bark), bagian ini kering dan bersifat sebagai pelindung.
2.
Kulit dalam (bast), bagian ini lunak dan basah. Berfungsi untuk mengangkut bahan makanan dari daerah daun ke bagian lain dari tumbuhan.
3.
Kambium, berada di bagian dalam kulit dalam. Bagian inilah yang membuat sel – sel kulit dan sel – sel kayu. Lapisan kambium bagian luar membentuk sel – sel kulit dalam dan lapisan kambium bagian dalam membentuk sel – sel kayu muda. Pembelahan sel – sel kambium terjadi pada musim penghujan dan pada waktu musim kemarau tidak terjasi pembelahan sel sama sekali. Dengan demikian terjadinya pembelahan sel – sel dari satu musim penghujan ke musim penghujan lainnya menimbulkan batas – batas. Batas – batas inilah yang disebut lingkaran tahunan. Pada keadaan musim yang teratur maka lingkaran tahun dapat menunjukkan umur pohon. Pohon kayu yang mengalami pertumbuhan cepat akan memiliki cincin tahunan yang lebih besar bila debandingkan dengan pohon kayu yang pertumbuhannya lambat. Cincin tahunan dapat dipakai sebagai parameter untuk menentukan kaulitas kayu. Batang – batang yang memiliki lapisan lingkaran tahunan tipis mempunyai kualitas lebih baik daripada batang yang lapisan tahunannya tebal, karena semakin tipis lingkaran tahunan berarti pori – pori semakin rapat.
4.
Kayu gubal (sapwood), biasanya warnanya keputih – putihan. Bagian ini mengangkut air dan zat makanan dari tanah ke daun.
Universitas Sumatera Utara
5.
Kayu teras (heartwood), bagian ini warnanya lebih tua dari kayu gubal. Kayu teras sebelumnya adalah kayu gubal, namun sudah tidak berfungsi seperti kayu gubal. Perubahannya menjadi kayu teras terjadi secara perlahan – lahan. Dibandingkan kayu gubal, kayu teras umumnya lebih tahan terhadap serangan serangga, bubuk kayu, jamur, dan sebagainya. Kayu teras inilah yang biasanya diambil dan dimanfaatkan sebagai “kayu” pada bangunan
6.
Hati (pith), adalah bagian lingkaran kecil yan berada paling tengah.
7.
Jari – jari teras (rays), bagian ini yang menghubungkan berbagai bagian dari pohon untuk penyimpanan dan peralihan makanan. Kayu adalah bahan alam yang tidak homogen. Sifat tidak homogen ini
disebabkan oleh pola pertumbuhan batang dan kondisi lingkungan yang tidak sama. Sifat – sifat fisis dan mekanis kayu berbeda pada arah longitudinal, radial, dan tangensial.
Gambar 2.4 Arah longitudinal, tangensial, dan radial pada kayu
Universitas Sumatera Utara
2.3
SIFAT FISIS DAN MEKANIS KAYU Kayu memiliki beberapa sifat fisis dan mekanis yang berbeda untuk setiap
jenis kayu. Beberapa sifat tersebut yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah kadar air, berat jenis, dan kekuatan kayu. 2.3.1
Kadar Air Kayu memiliki kadar air yang terkandung di dalamnya, yang kadangkala
beratnya lebih besar dari berat kayu itu sendiri. Kandungan air ini diketahui dapat mempengaruhi karakteristik dari kayu seperti berat, kekuatan, dan penyusutan. Kandungan air juga memungkinkan terjadinya serangan dari berbagai serangga dan jamur yang dapat membuat kayu menjadi rapuh dan juga dapat merusak struktur penyusun kayu tersebut. Karena kadar air berpengaruh terhadap karakteristik kayu, maka perlu diketahui secara pasti kadar air dari kayu tersebut. Kadar air pada kayu berbeda untuk setiap kondisi cuaca, namun akan relatif tetap untuk kayu yang berada pada kondisi kering udara. Ada tiga macam kadar air pada kayu, yaitu kadar air basah, kadar air kering udara, dan kadar air kering mutlak. Kayu yang baru ditebang masih basah sekali. Kadar airnya berkisar antara 40% - 200%, bergantung pada jenis kayu. Kayu yang masih basah tersebut semakin lama semakin kering hingga mencapai kadar air 24% 30% yang disebut fibre saturation point. Setelah fibre saturation point tercapai, kayu tersebut akan memperlihatkan pengerutan. Pengerutan terbesar adalah pada arah tangensial, yang disusul arah radial. Pengerutan arah aksial lebih kecil.
Universitas Sumatera Utara
Besarnya kadar air pada suatu material biasanya dinyatakan sebagai persentase berat kering dari material terebut. Ada beberapa cara untuk mencari kadar air pada suatu material, antara lain dengan cara pengeringan, dengan peralatan, dan desilasi. Cara yang paling sesuai dan akurat adalah dengan metode pengeringan. Kadar air juga dipengaruhi oleh keadaan udara disekitar kayu yaitu suhu udara dan kelembaman relatif. Semakin besar suhu udara disekitar kayu, maka kadar air akan semakin rendah dan berbanding terbalik dengan kelembaman relatif. Perubahan kadar air juga diikuti oleh perubahan dimensi kayu. Dalam proses pengeringan kayu akan terjadi perubahan dimensi yang disebut dengan penyusutan (shrinkage), dimana penyusutan arah radial (lebar) lebih besar daripada penyusutan longitudinal (panjang).
Sesudah pengeringan Sebelum pengeringan Gambar 2.5 Penyusutan pada kayu
Universitas Sumatera Utara
Namun apabila terjadi perbedaan penyusutan yang cukup besar pada arah longitudinal, tangensial, dan radial, maka akan tejadi distorsi bentuk pada balok atau papan kayu berupa; pembengkokan, lengkung busur, lengkung mangkok, dan puntiran.
Gambar 2.6 Distorsi bentuk pada kayu 2.3.2 Berat Jenis Berat jenis didefenisikan sebagai berat dari satuan volume suatu material. Berat jenis diperoleh dengan membagikan berat benda kepada volume benda itu. Berat benda diperoleh dengan menimbang benda tersebut dengan suatu timbangan dengan angka akurat sesuai dengan yang diperlukan. Sedangkan untuk menentukan volume, cara yang paling umum dan mudah untuk dilakukan adalah dengan mengukur panjang, lebar, dan tinggi benda uji, dan mengalikan ketiganya.
Universitas Sumatera Utara
Berat jenis juga didefenisikan sebagai berat jenis relatif benda tersebut terhadap berat jenis standar, dalam hal ini berat jenis air dalam gram per sentimeter kubik. Air dipakai sebagai bahan standar karena berat satu sentimeter kubik air adalah satu gram. Jadi dapat dikatakan bahwa berat jenis suatu benda adalah berat benda tersebut per satuan volumenya dan berat jenis benda itu relatif terhadap berat jenis standar, yaitu air. Sepotong kayu yang kering tersusun dari material padat yang terdiri dinding sel dan rongga sel, yang mengandung udara dan sejumlah kecil zat lain. Berat jenis atau berat jenis relatif dari material padat dinding sel pada umumnya sama pada semua jenis kayu, yaitu sekitar 1,5. Dapat juga dikatakan bahwa dinding sel sekitar satu setengah kali lebih berat dari air. Dalam satu meter kubik kayu padat, tanpa rongga sel dan ruang antar sel, beratnya dapat mencapai 1500 Kg. Maka berat kayu berkisar antara 160 sampai 1250 Kg per meter kubik. Perbedaan berat jenis pada tiap jenis kayu ini dikarenakan perbedaan rasio dinding sel dengan rongga sel untuk tiap jenis kayu. Rasio ini dikontrol oleh kandungan relatif saluran dinding tipis (thinnerwalled vessel), sel parenchyma, dinding serat padat (thicker-walled fibres), dan perpanjangan dari dinding serat sekunder (extent of secondary walls of the fibres). 2.3.3
Kekuatan Kayu Istilah kekuatan kayu pada suatu material seperti kayu adalah kemampuan
material itu untuk menahan gaya luar atau beban yang berusaha untuk mengubah bentuk dan ukuran dari material tersebut. Akibat yang terjadi pada material karena bekerjanya gaya luar tersebut adalah timbulnya gaya dalam pada material yang
Universitas Sumatera Utara
menahan terjadinya perubahan ukuran dan bentuk tersebut. Perubahan ukuran dan bentuk ini dikenal dengan nama deformasi, dimana deformasi berbanding lurus dengan pertambahan beban. Jika beban kemudian dihilangkan, maka material tersebut akan berusaha kembali ke bentuk semulanya, disebut dengan nama elastisitas material. Dapat atau tidaknya material itu kembali ke bentuk semula tergantung pada besarnya elastisitas material itu. Deformasi sebanding dengan besarnya beban yang bekerja hingga pada suatu titik. Titik ini adalah limit proporsional. Setelah melewati limit proporsional ini, besarnya deformasi akan bertambah lebih cepat dari besarnya beban yang diberikan. Hubungan antara beban dan deformasi ini ditunjukkan pada gambar 2.7 berikut. Jika beban bekerja melebihi daya kohesi antar jaringan – jaringan kayu maka akan terjadi keruntuhan.
∆L Gambar 2.7
Grafik hubungan antara beban dengan deformasi untuk tegangan tarik dan tegangan tekan sejajar serat pada kayu
Universitas Sumatera Utara
Sifat mekanik atau kekuatan kayu yang terpenting ada beberapa macam, antara lain sebagai berikut: 2.3.3.1 Kokoh Tarik Kekuatan atau kokoh tarik dari suatu jenis kayu adalah kekuatan kayu untuk menahan gaya – gaya yang berusaha untuk menarik kayu tersebut. Kekuatan tarik terbesar pada kayu adalah pada arah sejajar serat kayu. Kekuatan tarik tegak lurus arah serat lebih kecil daripada kekuatan tarik sejajar arah serat, dan mempunyai hubungan dengan ketahanan kayu terhadap pembelahan. 2.3.3.2 Kokoh Tekan Kokoh tekan suatu jenis kayu adalah kekuatan kayu untuk menahan gaya tekan (kompresi) yang bekerja pada kayu tersebut. Kokoh tekan terbagi atas dua, yaitu kokoh tekan sejajar arah serat dan kokoh tekan tegak lurus arah serat. Kokoh tekan menyebabkan kayu memiliki kekuatan untuk menahan tekuk yang dapat terjadi akibat gaya tekan, baik sejajar arah serat maupun tegak lurus arah serat. 2.3.3.3 Kokoh Geser Kokoh geser adalah suatu ukuran kekuatan kayu dalam hal kemampuannya menahan gaya – gaya yang membuat suatu bagian dari kayu tersebut bergeser atau bergelingsir dari bagian lain di dekatnya. Dalam hubungan ini dibedakan atas 3 macam kekuatan yaitu; kuat geser sejajar arah serat, kuat geser tegak lurus arah serat, dan kuat geser miring.
Universitas Sumatera Utara
Gambar 2.8
Beban dan gaya dalam material yang mengalami tekanan, tarikan, dan geser
2.3.3.4 Kokoh Lentur Kokoh lentur adalah kekuatan untuk menahan gaya yang berusaha melengkungkan kayu, atau untuk menahan beban – beban mati maupun beban hidup selain beban tumbukan yang harus dipikul oleh kayu tersebut. Dalam hal ini dibedakan atas kekuatan lengkung statik dan kekuatan lengkung pukul/tumbuk. Kekuatan lengkung statik menunjukkan kekuatan kayu menahan gaya yang mengenainya secara perlahan, sedangkan kekuatan lengkung pukul menunjukkan kekuatan kayu menahan gaya yang mengenainya secara mendadak seperti pukulan/tumbukan.
Gambar 2.9 Material yang mengalami gaya dalam keteguhan lengkung
Universitas Sumatera Utara
2.3.3.5 Kekakuan Kekakuan kayu adalah suatu ukuran kekuatan kayu untuk mampu menahan perubahan bentuk ataupun lengkungan. Kekuatan tersebut dinyatakan dalam modulus elastisitas, yang berasal dari pengujian keteguhan lengkung statik. 2.4
PERBAIKAN SIFAT KAYU
2.4.1 Pengeringan Kayu Pengeringan adalah salah satu cara yang penting dalam usaha memperbaiki sifat kayu. Pengeringan yang dilakukan dengan baik, selain memantapkan dimensi juga membebaskan kayu dari tegangan yang dapat menimbulkan retak, pecah, atau berbagai perubahan bentuk. Beberapa metode pengeringan yang sampai saat ini umum dilakukan adalah: 2.4.1.1 Pengeringan Alami Cara ini seluruhnya mengandalkan faktor alam, yaitu sinar matahari, kelembaban nisbi, dan angin. Karena itu lamanya pengeringan sangat tergantung pada iklim. Kelemahan utama cara pengeringan ini adalah waktu pengeringan yang lebih panjang serta kadar air yang masih terlalu tinggi. 2.4.1.2 Pengeringan dalam Dapur Pengering (Dry Kiln) Cara ini sering menjadi pilihan karena waktu pengeringan yang relatif singkat dan kadar akhir air yang bisa dicapai dapat disesuaikan dengan keperluan. Faktor penting dalam cara ini adalah ketepatan pemilihan bagan pengeringan yang digunakan agar diperoleh waktu pengeringan yang sesingkat mungkin dengan cacat kayu minimal.
Universitas Sumatera Utara
2.4.2
Keawetan Alami, Keterawetan dan Pengawetan Kayu Dari sifatnya, kayu memiliki keawetan yang beragam. Badan Penelitian dan
Pengembangan Teknologi Hasil Hutan membagi keawetan kayu Indonesia dalam 5 kelas awet, yaitu: Tabel 2.1 Kelas awet kayu Indonesia NO 1.
KONDISI Selalu berhubungan dengan
I 8 thn
II 5 thn
III 3 thn
tanah lembab 2.
Hanya dipengaruhi cuaca
20 thn
15 thn
10 thn
tapi dijaga agar tidak
IV
V
Sangat
Sangat
pendek
pendek
Beberapa
Sangat
tahun
pendek
Pendek
terencam air dan tidak kekurangan udara 3.
Di bawah atap, tdk
Tak
Tak
Sangat
Beberapa
berhubungan dengan tanah
terbatas
terbatas
lama
tahun
Seperti No. 3, tapi
Tak
Tak
Tak
20 thn
20 thn
dipelihara dengan baik dan
terbatas
terbatas
terbatas
Tidak
jarang
Agak
Sangat
Sangat
cepat
cepat
cepat
Hampir
Tidak
Sangat
tidak
berarti
cepat
lembab & tidak kekurangan udara 4.
dicat secara teratur 5. 6.
Serangan rayap tanah Serangan bubuk kayu kering
Tidak
tidak
Keterawetan merupakan salah satu sifat kayu yang menunjukkan mudah tidaknya suatu jenis kayu dimasuki larutan bahan pengawet. Pengawetan kayu berguna untuk memperpanjang umur kayu, dan jika itu digunakan pada bangunan,
Universitas Sumatera Utara
maka artinya memperpanjang umur bangunan serta mempertahankan kualitas dan nilai artistik dari bangunan itu sendiri. Pada umumnya jenis kayu yang berdaun lebar lebih sukar diawetkan daripada jenis kayu berdaun jarum. Sifat keterawetan kayu ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu : a. Sifat Kayu b. Cara pengawetan c. Bahan pengawet yang digunakan. Tabel 2.2 Klasifikasi keterawetan KETERAWETAN
KETERANGAN
PENETRASI (%)
I
Mudah
90
II
Sedang
50 – 90
III
Sukar
10 – 50
IV
Sangat sukar
Kurang dari 10
Secara tradisional pengawetan bukanlah hal baru bagi masyarakat Indonesia. Dahulu masyarakat biasanya mengawetkan kayu dengan cara merendam atau mengubur kayu di sawah. Ada juga yang melaburkan kayu dengan minyak kemiri. Namun cara – cara tersebut hanya bisa mengatasi jenis rayap / jamur tertentu, tetapi tidak mampu mengatasi semua jenis hama yang menjadi musuh kayu. Sebagai contoh minyak kemiri efektif untuk menangkal jamur biru, tetapi tidak efektif untuk rayap. Ketahanan kayu dahulu yang dilaburi minyak kemiri lebih disebabkan umur kayu yang cukup tua dan kekerasannya sudah maksimal, sehingga tidak disukai rayap.
Universitas Sumatera Utara
Karena itu untuk menangkal seluruh jenis hama dibutuhkan metode pengawetan yang efektif dan obat pengawet. Ada beberapa metode pengawetan seperti ; proses vakum tekan, proses rendaman panas – dingin, proses rendaman dingin, dan difusi. Pemilihan metode pengawetan yang akan dipakai tergantung dari sifat jaringan kayu, jumlah kayu, dan waktu yang dibutuhkan. Misalnya proses vakum tekan. Proses ini membutuhkan waktu singkat, namun sebaiknya dilakukan dengan volume kayu yang besar untuk menekan harga. Sebaliknya proses rendaman lebih sederhana alat dan pengerjaannya, sehingga bisa dilakukan dalam jumlah kecil. 2.4.2.1 Ketentuan Kayu yang Diawetkan a. Kayu yang harus diawetkan adalah adalah jenis kayu yang mempunyai keawetan alami atau kelas awet III, IV, dan V serta kayu gubal dari kelas awet I dan II. Pengawetan harus dilakukan sebelum finishing. b. Kayu yang akan diawetkan harus memiliki kadar air sesuai dengan metode pengawetannya. Pada proses vakum tekan, kering udara kayu sampai maksimal 35%. Pada proses rendaman, kering udaranya maksimal 45%. c. Permukaan kayu harus bersih, bebas dari segala macam kotoran dan tidak berkulit. d. Kayu harus sudah dalam bentuk siap pakai. Kalaupun ada pegerjaan lanjutan yang terpaksa dilakukan setelah pengawetan, maka bagian yang terbuka dan tidak ditembus bahan pengawet harus dilabur dengan bahan pengawet pekat secara merata.
Universitas Sumatera Utara
e. Pengawetan harus dilakukan tersendiri untuk tiap jenis kayu yang mempunyai sifat keterawetan, berat jenis, ataupun ukuran yang berbeda. 2.4.2.2 Bahan Pengawet a. Bahan pengawet yang dapat digunakan adalah bahan yang diijinkan untuk diedarkan oleh Komisi Pestisida, Departemen Pertanian, dengan golongan CCB1, CCB2, CCB3, dan CDF. Merk dagang dari golongan bahan pengawet tersebut bermacam – macam dan dijual oleh agen penjual pestisida. b. Bahan pengawet harus dapat mencegah serangan rayap tanah, rayap kayu kering, bubuk kayu kering, dan jamur perusak kayu. c. Formulasi bahan pengawet harus memenuhi salah satu komposisi bahan aktif berupa garam hidrat, garam anhidrat, oksida asam, atau hidroksida. Bentuk formulasi dapat berupa serbuk kering, pasta, dan konsentrat. d. Retensi (zat yang tertinggal) dan penetrasi (penembusan) bahan pengawet memenuhi persyaratan sebagai berikut :
Universitas Sumatera Utara
Tabel 2.3 Retensi dan Penembusan Bahan Pengawet GOLONGAN CCB1 CCB2 CCB3 CCB4
2.5
BENTUK / FORMULASI
RETENSI (kg/mm3) Di bawah Di atas
PENEMBUSAN (mm)
atap
atap
1. Bahan aktif garam
6,4
9,1
5
2. Formulasi
8,4
11,6
5
1. Bahan aktif garam
8,0
11,4
5
2. Formulasi
8,2
11,3
5
1. Bahan aktif garam
8,0
11,0
5
2. Formulasi
8,0
11,0
5
1. Bahan aktif garam
6,0
8,6
5
2. Formulasi
6,0
8,6
5
KOMPOSIT Pada dasarnya pengertian komposit merupakan gabungan dua macam atau
lebih komponen yang berbeda, digabung menjadi satu komponen. Komposit dibuat dengan maksud untuk mendapatkan sifat gabungan yang lebih baik dari sifat masing – masing komponen penyusunnya. Di dalam komponen struktur, perbedaan komponen penyusun struktur yang dimaksudkan adalah perbedaan Mecahnical Properties seperti perbedaan Elastisitas, Kuat Lentur, Kuat Geser, dan Kuat Tekan. Penggabungan dua komponen atau lebih dari bahan yang sama menjadi satu komponen juga dianggap sebagai struktur komposit.
Universitas Sumatera Utara
Beberapa contoh struktur komposit yang lazim dijumpai pada bangunan – bangunan adalah : 1.
Komposit Beton - Baja, komposit tipe ini sering digunakan pada jembatan gelagar baja dengan pelat lantai beton, lantai bangunan dari beton dengan balok dari baja, jembatan beton yang diperkuat dengan pelat baja. Beton bertulang juga merupakan jenis komposit ini.
2.
Komposit Beton – Beton, komposit tipe ini dijumpai pada struktur jembatan prategang yang mutu gelagar betonnya lebih tinggi dari mutu pelat lantai betonnya.
3.
Komposit Beton – Kayu, komposit tipe ini sering digunakan pada jembatan gelagar kayu dengan pelat lantai beton, dan lantai bangunan sederhana dari beton dengan balok dari kayu.
4.
Komposit Baja – Kayu, komposit tipe ini sering digunakan pada gelagar kayu yang dipekuat dengan pelat baja.
5.
Komposit Kayu – Kayu, komposit tipe ini sering dijumpai pada balok kayu majemuk.
6.
Komposit – komposit lainnya, seperti beton bertulang yang diperkuat FRP, Sandwich Panel, dll.
2.6
PENGHUBUNG GESER (SHEAR CONNECTOR) Penghubung geser (shear Connector) adalah alat sambung mekanik yang
berfungsi sebagai penahan gaya geser yang timbul pada bidang permukaan dari komponen – komponen yang membentuk komponen komposit. Agar aksi komposit
Universitas Sumatera Utara
dapat tercipta dengan sempurna, maka bidang kontak antara dua komponen yang akan disatukan tidak boleh terjadi geser (slip). Untuk itu pada bidang kontak harus dipasang penghubung geser (shear connector). Penghubung geser yang dipasang pada bidang kontak balok dapat berupa penghubung geser menerus seperti perekat / lem, atau dapat juga penghubung geser yang dipasang secara discrete seperti baut, paku, pasak, dan alat penghubung geser lainnya yang sifatnya dipasang secara satuan. Pada penghubung geser yang dipasang menerus seperti perekat / lem, tidak akan terjadi slip pada bidang kontak. Maka komposit yang memakai lem sebagai penghubung geser akan beraksi sebagai komposit sempurna. Namun pemasangan penghubung geser seperti ini cukup rumit mengingat besarnya bidang kontak yang harus direkatkan dan harus ada alat khusus untuk menahan dan melakukan pressing terhadap elemen – elemen yang akan disatukan. Penghubung geser yang dipasang secara discrete juga dapat beraksi sebagai komposit sempurna seperti pada komposit yang disatukan dengan perekat dengan cara memasang penghubung geser sedekat / serapat mungkin. Namun pemasangan penghubung geser yang terlalu rapat dapat menyebabkan perlemahan pada elemen struktur. Oleh karena itulah dibutuhkan perhitungan yang tepat dan akurat untuk mendapatkan ukuran dan jarak penghubung geser yang paling tepat dan efisien.
Universitas Sumatera Utara