TINJAUAN PUSTAKA
Deskripsi Kayu
a. Taksonomi Pohon Mindi (M. azedarach L.) merupakan jenis pohon cepat tumbuh. Pohon Mindi menyukai cahaya, agak tahan kekeringan, agak toleran dan tahan terhadap salinitas tanah. Adapun susunan taksonomi Mindi (M. azedarach L.) menurut Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan (2007), adalah sebagai berikut : Divisi
:
Spermatophyta
Sub divisi
:
Angiospermae
Kelas
:
Dicotyledonae
Bangsa
:
Rutales
Suku
:
Meliaceae
Marga
:
Melia
Jenis
:
Melia azedarach L.
Nama dagang
:
Mindi
Nama daerah
:
Geringging, mementin, mindi (Jawa); rencik (Batak); mindi kecil (Melayu); jempinis (NTB); belile, bere, embora, kemel, lamoa, menga, mera (NTT).
b. Penyebaran dan Tempat Tumbuh
Pohon Mindi memiliki penyebaran alami di India dan Burma, banyak ditanam di daerah tropis dan sub tropis, di Indonesia banyak ditanam di daerah
Universitas Sumatera Utara
Sumatera, Jawa, Nusa Tenggara dan Irian Jaya. Tanaman Mindi tumbuh pada daerah dataran rendah hingga dataran tinggi, ketinggian 0-1200 m di atas permukaan laut, dengan curah hujan rata-rata per tahun 600-2000 mm, dapat tumbuh pada berbagai tipe tanah. Tumbuh subur pada tanah berdrainase baik, tanah yang dalam, tanah liat berpasir, toleran terhadap tanah dangkal, tanah asin dan basa (Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, 2007).
c. Morfologi
Batang silindris, tegak, tidak berbanir, kulit batang (pepagan) abu-abu coklat, beralur membentuk garis-garis dan bersisik. Pada pohon yang masih muda memiliki kulit licin dan berlentisel, kayu gubal putih pucat, kayu teras coklat kemerahan. Daun majemuk ganda menyirip ganjil, anak daun bundar telur atau lonjong, pinggir helai daun bergerigi. Bunga majemuk malai, pada ketiak daun panjang malai 10-22 cm, warna keunguan, berkelamin dua (biseksual) atau bunga jantan dan bungan betina pada pohon yang sama. Buah bulat atau jorong, tidak membuka, ukuran 2-4 cm x 1-2 cm, kulit luar tipis, licin, berkulit kering keriput, kulit dalam keras, buah muda hijau, buah masak kuning, dalam satu buah umumnya terdapat 4-5 biji. Biji kecil 3,5 x 1,6 mm, lonjong, licin, warna coklat, biji kering warna hitam. Tinggi pohon sampai 30 m, panjang bebas cabang 20 m dan diameter sampai 185 cm (Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, 2007).
Universitas Sumatera Utara
d. Sifat Kayu
Kayu teras berwarna merah coklat muda bersemu ungu, gubal berwarna putih kemerah-merahan dan mempunyai batas yang jelas dengan kayu teras. Serat lurus atau agak berpadu, berat jenis rata-rata 0,53. Penyusutan dari keadaan basah sampai kering tanur 3,3 % (radial) dan 4,1 % (tangensial). Kayu Mindi tergolong ke dalam kelas kuat III-II, setara dengan Mahoni, Sungkai dan Meranti Merah. Pengeringan alami, pada papan tebal 2,5 cm dari kadar air 37 % sampai 15 % memerlukan waktu 47 hari, dengan kecenderungan pecah ujung dan melengkung. Pengeringan kayu Mindi dalam dapur pengering dengan bagan pengeringan yang dianjurkan adalah suhu 60-80 % dengan kelembaban nisbi 80-40 % (Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, 2007). Kayu Mindi memiliki arah serat lurus atau agak berpadu. Permukaan kayu agak licin. Berat jenis kering udara maksimum 0,65, minimum 0,42 dan berat kering udara rata-rata 0,53. Kayu Mindi termasuk kelas awet V-IV. Sifat pemesinan kayu Mindi bervariasi dari baik sampai buruk, yaitu diserut dan diamplas dengan baik serta dapat dibuat lubang persegi dengan hasil sedang, tetapi pemboran, pembentukan dan pembubutan memberi hasil buruk. Kayu Mindi dapat mengering tanpa cacat yang berarti (Indonesian Forest, 2007).
e. Kegunaan kayu
Kayu Mindi sudah terbukti baik sebagai bahan baku mebel untuk ekspor dan domestik. Sifat kayu Mindi yang sesuai untuk mebel adalah kayunya bercorak indah, mudah dikerjakan dan dapat mengering tanpa cacat. Mebel kayu Mindi dapat terdiri dari kayu utuh atau merupakan kombinasi antara kayu utuh dan panel
Universitas Sumatera Utara
kayu yang dilapisi vinir Mindi. Produk lantai kayu biasanya berupa parket atau mozaik. Bahan baku untuk lantai Mindi yang berupa parket berupa kayu lapis indah (multipleks) dan berupa produk perekatan terdiri dari 3 lapis kayu gergajian atau bagian bawah vinir sedangkan bagian atas dan tengah berupa kayu gergajian. Saat ini kayu gergajian Mindi setebal 5 mm dipakai untuk bagian atas lantai parket 3 lapis dan produknya diekspor. Di sisi lain, kayu Mindi yang berukuran kecil dapat digunakan sebagai bahan untuk membuat barang kerajinan (Badan Penelitian dan Pengembangan Kehutanan, 2007)
Susunan Batang Pohon Secara Garis Besar
a. Lingkar Tumbuh
Pada penampang lintang dari batang terlihat adanya garis-garis konsentris bisa nyata atau kurang nyata dan memusat pada empulur. Garis-garis konsentris ini disebut sebagai lingkaran tumbuh (growth ring) yang terjadi sehubungan dengan mekanisme pertumbuhan pohon. Lingkaran tumbuh dalam penampang lintang batang dapat tampak mencolok ini disebabkan karena intensitas pertumbuhan dan kerapatan kayu yang dihasilkan sepanjang periode pertumbuhan tidak seragam. Pembentukan kayu pada permulaan musim tumbuh berjalan cepat, kemudian semakin lambat mendekati akhir musim pertumbuhan (Pandit dan Ramdan, 2002). Apabila suatu lingkaran tumbuh dibentuk dalam jangka waktu 1 tahun, maka lingkaran tumbuh tersebut disebut juga lingkaran tahun. Pada umumnya jenis-jenis kayu di Indonesia tidak mempunyai batas lingkaran tumbuh yang jelas (Mandang dan Pandit, 1997).
Universitas Sumatera Utara
Menurut Pandit dan Ramdan (2002), di dalam batang pohon, lebar riap lingkaran tumbuh dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain : 1. Jenis pohon, lebar dan kerapatan lingkaran tumbuh berbeda-beda menurut jenis yang sama tapi pohon yang berbeda 2. Kecepatan pertumbuhan, pohon-pohon yang mempunyai pertumbuhan cepat akan mempunyai lingkaran tumbuh yang lebar 3. Tempat tumbuh, tempat tumbuh yang mempunyai kesuburan berbeda akan menyebabkan lingkaran tumbuh yang berbeda pula. Pada tempat tumbuh yang sama dan umur yang sama, lebar lingkaran tumbuh tergantung pada kelas tajuk. Pohon yang terlindung mempunyai lingkaran tumbuh yang sempit. Pohon yang biasa tumbuh di daerah yang lembab, mempunyai lingkaran tumbuh yang lebih sempit bila ditanam di tempat yang kering 4. Letak lingkaran tumbuh di dalam batang, makin tinggi dalam batang lingkaran tumbuh semakin lebar. Juga semakin jauh dari empulur lingkaran tumbuh juga semakin sempit 5. Toleransi pohon terhadap cahaya, pohon-pohon yang toleran (tahan tempat yang teduh) mempunyai variasi lebar lingkaran tumbuh yang lebih banyak daripada pohon-pohon yang suka akan cahaya
b. Kayu Gubal dan Kayu Teras
Dalam potongan melintang batang atau cabang pohon, yang biasanya berbentuk lingkaran atau elips, seringkali terlihat adanya bagian kayu yang warnanya lebih gelap di bagian dalam lingkaran, sedangkan di bagian batang tepi luarnya tampak lebih berwarna terang. Bagian kayu yang berwarna lebih gelap itu
Universitas Sumatera Utara
disebut kayu teras, sedangkan bagian kayu luar yang warnanya lebih terang disebut kayu gubal (Suranto, 2002). Kayu gubal adalah sel-sel kayu yang baru dibentuk oleh kambium. Kayu gubal ini berfungsi menyalurkan zat-zat makanan dari akar dan sebagai tempat penimbunan makanan. Oleh sebab itu, bagian ini mempunyai sel pori yang lebar. Sedangkan kayu teras terbentuk oleh perubahan sel-sel kayu gubal yang sudah tua dan mengeras serta tidak lagi dapat berfungsi seperti kayu gubal. Fungsinya dalam batang tinggal sebagai penguat. Warna bagian kayu ini lebih gelap daripada kayu gubal. Warnanya berubah menjadi lebih tua karena pengendapan zat-zat ekstraktif (Budianto, 1996). Kayu teras seringkali lebih awet dari pada kayu gubal, kayu teras lebih tahan terhadap serangan jamur dan serangan serangga perusak kayu. Kayu teras mempunyai keawetan tinggi, hal ini disebabkan karena adanya zat-zat ekstraktif yang bersifat toksik (racun) terhadap serangga (Pandit dan Ramdan, 2002).
Ciri Umum Kayu
a. Warna dan Corak
Warna kayu ada beraneka macam, antara lain warna kuning, keputihputihan, coklat muda, coklat tua, kehitam-hitaman, kemerah-merahan dan lain sebagainya. Hal ini disebabkan oleh zat-zat pengisi warna dalam kayu yang berbeda-beda. Warna sesuatu jenis kayu dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut: tempat di dalam batang, umur pohon, kadar air dan lama penyimpanan kayu setelah ditebang maupun setelah digergaji. Kayu teras umumnya memiliki warna yang lebih jelas atau lebih gelap daripada kayu gubal. Pada pengenalan
Universitas Sumatera Utara
kayu, warna kayu yang dipakai adalah warna kayu terasnya. Pada umumnya warna sesuatu jenis kayu bukanlah warna yang murni, tetapi warna campuran beberapa jenis warna. Kadangkala terdapat satu warna mencolok dengan kombinasi warna-warna lain yang sukar dipisahkan (Dumanauw, 1993). Corak yang ada pada suatu jenis kayu dapat ditimbulkan oleh perbedaan warna antara kayu awal dan kayu akhir dari lingkar tumbuh. Corak dapat pula ditimbulkan oleh perbedaan warna jaringan, perbedaan intensitas pewarnaan pada lapisan-lapisan kayu yang dibentuk dalam jangka waktu berlainan (Mandang dan Pandit, 1997).
b. Tekstur
Tekstur dari kayu adalah suatu sifat yang menunjukkan ukuran-ukuran relatif dari sel-sel yang mencolok besarnya di dalam kayu. Tekstur dikatakan halus apabila ukuran dari sel-selnya sangat kecil. Menurut Pandit dan Ramdan (2002), tekstur suatu jenis kayu disebut halus jika diameter sel serabut lebih kecil dari 30 mikron. Diameter antara 30-45 mikron bertekstur sedang, dan bila berdiameter lebih dari 45 mikron dikatakan bertekstur kasar. Tekstur dinilai pula dari tingkat kerataannya, tekstur dikatakan tidak rata jika halus di tempat-tempat tertentu dan kasar di tempat-tempat lain pada permukaan yang sama. Hal ini disebabkan oleh pembuluh yang berkelompok atau berganda radial 4 sel atau lebih (Mandang dan Pandit, 1997).
c. Arah Serat Pengertian arah serat pada kayu sebenarnya adalah arah seluruh sel-sel aksial pada suatu lapisan kayu terhadap sumbu batang pohon atau terhadap arah
Universitas Sumatera Utara
sel-sel aksial dari lapisan kayu di sebelah luar dan sebelah dalam lapisan kayu yang bersangkutan. Arah serat pada sepotong kayu mudah ditetapkan berdasarkan arah sel-sel pembuluh yang pada permukaan kayu tampak seperti goresangoresan. Menurut Mandang dan Pandit (1997), secara garis besar arah serat dibedakan menjadi dua yaitu: 1. Serat lurus yaitu apabila sel-selnya membentang searah dengan sumbu batang 2. Serat melintang (cross grain), yaitu jika arah sel-sel aksial membentuk sudut dengan sumbu batang, serat melintang dapat digolongkan lagi atas: a. Serat terpadu (interlocked grain), bila arah letak sel-sel aksial pada suatu lapisan kayu berbeda dengan arah sel-sel yang serupa pada lapisan berikutnya b. Serat terpilin (spiral grain), jika sel-sel aksial mengelilingi sumbu batang seperti spiral c. Serat berombak atau bergelombang (curly grain atau wavy grain), jika selsel aksial tersusun berbelok-belok ke arah longitudinal d. Serat miring, jika sel-sel aksial pada sebuah papan atau balok membentuk sudut terhadap salah satu sisinya. d. Kilap Kilap kayu adalah suatu sifat dari kayu yang memungkinkan kayu dapat memantulkan cahaya. Beberapa jenis kayu tampak mengkilap atau buram ini tergantung dari tingkat karakteristik yang dimiliki kayu. Kilap disini berbeda dengan kilap yang diakibatkan oleh pemberian bahan seperti pernis. Kandungan
Universitas Sumatera Utara
minyak atau wax (berlilin) dalam kayu teras saja umumnya mengurangi kilapnya. Identifikasi kilap hanya bersifat sekunder saja (Pandit dan Ramdan, 2002). e. Kesan Raba Kesan raba dinilai licin atau kesat dengan menggosok-gosokkan jari ke permukaan kayu. Beberapa jenis kayu terasa licin jika diraba. Biasanya kayu yang mempunyai tekstur halus serta berat jenis tinggi menimbulkan kesan raba yang licin. Kesan licin juga dapat bertambah jika kayunya mengandung minyak (Mandang dan Pandit,1997). Untuk identifikasi kayu, kesan raba ini ditentukan pada keadaan kayu kering udara. Kesan raba ini nilainya sangat terbatas sekali dalam identifikasi disamping sangat bervariasi menurut individu-individu bersangkutan juga tergantung dari bagian-bagian pohon yang diambil (Pandit dan Ramdan, 2002). f. Kekerasan Kekerasan kayu merupakan salah satu sifat yang berguna dalam identifikasi jenis kayu. Kekerasan dinilai sangat lunak, lunak, agak lunak, agak keras, keras dan sangat keras. Penetapannya dilakukan dengan cara menyayat contoh pada arah tegak lurus serat. Makin keras makin sukar disayat. Bekas sayatannya juga mengkilap. Kekerasan kayu erat hubungannya dengan tebal relatif dinding serat. Makin tebal dinding serat makin keras kayu yang bersangkutan. Kekerasan kayu dapat pula bertambah oleh kandungan mineral, terutama silika dalam sel-sel kayu (Mandang dan Pandit, 1997).
Universitas Sumatera Utara
Ciri Anatomi Kayu a Pori-Pori Kayu (Vessel Cell) Pada penampang melintang sel-sel pembuluh tampak seperti lubanglubang, karena itu sel-sel pembuluh ini juga sering disebut pori-pori kayu. Sel-sel yang berbentuk pipa dinamakan pembuluh. Dalam batang kayu, sel-sel ini tersusun longitudinal, sambung menyambung searah dengan sumbu batang. Panjang sel pembuluh pada umumnya berkisar antara 200-1000 mikron dengan diameter berkisar antara 40-400 mikron, bergantung kepada jenis kayunya. Jarang yang kurang atau lebih dari itu. Pembuluh dikatakan soliter jika berdiri sendirisendiri. Pembuluh dikatakan
berganda jika dua atau
lebih
pembuluh
bersinggungan sedemikian rupa, sehingga dinding singgung tampak datar. Gandaan dua pembuluh disebut pasangan (Mandang dan Pandit, 1997). Pengelompokan pori diamati pada penampang lintang. Jika pori-pori tidak tersebar secara merata, artinya ada daerah di dalam riap tumbuh yang banyak pori sedangkan pada tempat yang lain terdapat pori-pori dalam jumlah yang sedikit atau jarang atau sama sekali tidak terdapat. Pori-pori yang mengelompok tersusun menurut arah jari-jari sehingga pori-pori kelihatan berderet ke arah radial ini disebut
pengelompokan
pori
radial.
Ada
pori-pori
yang
tersusun
pengelompokkannya menurut deretan miring disebut pengelompokkan miring (oblique arrangementi) yaitu pori-pori tersusun menurut deretan miring atau membentuk sudut dengan jari-jari. Pengelompokan bentuk gerombol (pore cluster) dimana pori-pori mengelompok bergerombol pada daerah-daerah yang berbentuk bulat atau lingkaran (Pandit dan Ramdan, 2002).
Universitas Sumatera Utara
Perbandingan antara jumlah pembuluh soliter dengan pembuluh yang berganda merupakan pula ciri pengenalan kayu. Perbandingan juga dapat dinyatakan menurut kategori yang tertera dalam Tabel 1. Tabel 1. Penggolongan Susunan Pembuluh No
Susunan Pembuluh
Jumlah Pembuluh Soliter
1
Hampir seluruhnya soliter
>95 %
2
Sebagian besar soliter
80-95 %
3
Soliter dan berganda
65-80 %
4
Sebagian besar berganda
25-65 %
5
Hampir seluruhnya berganda
<25 %
(Mandang dan Pandit, 1997) Penggolongan ukuran pembuluh didasarkan pada diameternya. Diameter pembuluh pada semua jenis kayu rata-rata bervariasi dari yang berukuran luar biasa kecil sampai sangat besar, seperti pada Tabel 2. Tabel 2. Penggolongan Ukuran Pembuluh No
Ukuran Pembuluh
Diameter (µ) <20 µ
1
Luar biasa kecil
2
Sangat kecil
20-50 µ
3
Kecil
50-100 µ
4
Agak kecil
100-200 µ
5
Agak besar
200-300 µ
6
Besar
300-400 µ
7
Sangat besar
>40 µ
(Martawijaya dkk, 1995)
Universitas Sumatera Utara
Frekuensi pembuluh pada penampang lintang kayu digolongkan menurut jumlahnya per mm², seperti tertera dalam Tabel 3. Tabel 3. Pengolongan Frekuensi Pembuluh No
Frekuensi Pembuluh
Jumlah Per mm²
1
Sangat jarang
<2
2
Jarang
2-5
3
Agak jarang
6-10
4
Banyak
10-20
5
Banyak
20-40
6
Sangat banyak
>40
(Martawijaya dkk, 1995)
b. Parenkim
Di dalam kayu, parenkim merupakan jaringan yang berfungsi untuk menyimpan serta mengatur bahan makanan cadangan. Menurut Mandang dan Ramdan (2002), berdasarkan penyusunannya, parenkim dibagi atas 2 macam yaitu: a. Parenkim aksial (parenkim), yang tersusun secara vertikal b. Parenkim jari-jari (jari-jari kayu), yang tersusun secara horisontal Ciri parenkim yang penting untuk identifikasi adalah susunannya sebagai mana terlihat pada penampang lintang kayu. Pada bidang ini, dengan bantuan lup, parenkim biasanya dapat dilihat berupa jaringan yang berwarna lebih cerah daripada jaringan serat: umumnya hampir putih dan lainnya agak coklat atau coklat merah. Secara garis besar, susunan parenkim dapat dibagi atas dua tipe
Universitas Sumatera Utara
berdasarkan hubungannya dengan pembuluh. Tipe pertama dinamakan parenkim apotrakea yaitu semua bentuk parenkim yang tidak berhubungan langsung dengan pembuluh. Tipe kedua parenkim paratrakea, meliputi semua parenkim yang berhubungan dengan pembuluh (Mandang dan Pandit, 1997)
c. Jari-Jari Kayu Jari-jari pada penampang lintang kayu seperti garis-garis yang hampir sejajar satu sama lain. Pada bidang radial, jari-jari tampak seperti pita putus-putus ke arah horizontal. Jika tingginya cukup maka jari-jari akan tampak seperti sapuan-sapuan kuas ke arah horizontal. Jari-jari sukar diamati pada bidang tangensial. Jika ukurannya cukup lebar, jari-jari dapat dilihat dengan mata telanjang seperti bintik-bintik lensa cembung atau garis-garis tipis pendek ke arah longitudinal (Mandang dan Pandit, 1997) Untuk identifikasi jenis kayu di lapangan, sifat jari-jari yang penting meliputi: frekuensi atau jumlah per mm², ukuran, dan tinggi jari-jari seperti tertera pada Tabel 4, Tabel 5, dan Tabel 6 Tabel 4. Penggolongan Frekuensi Jari-Jari No
Frekuensi
Jumlah per mm²
1
Sangat jarang
≤3
2
Jarang
4-5
3
Agak jarang
6-7
4
Banyak
8-10
5
Banyak
11-15
6
Sangat Banyak
≥15
(Martawijaya dkk, 1995)
Universitas Sumatera Utara
Tabel 5. Penggolongan Lebar Jari-Jari No
Golongan
Lebar (µ)
1
Sangat sempit
<15
2
Sempit
15-30
3
Agak sempit
>30-50
4
Agak lebar
>50-100
5
Lebar
>100-200
6
Sangat lebar
>200-400
7
Luar biasa lebar
>400
(Martawijaya dkk, 1995) Tabel 6. Penggolongan Tinggi Jari-Jari No
Golongan
Tinggi (mm)
1
Luar biasa pendek
<0,5
2
Sangat pendek
0,5-1
3
Pendek
>1-2
4
Agak pendek
>2-5
5
Agak tinggi
>5-10
6
Tinggi
>10-20
7
Sangat tinggi
20-50
8
Luar biasa Tinggi
>50
(Martawijaya dkk, 1995) c. Serat (Fiber) Apabila sepotong kayu lebar dipisah-pisahkan dan diamati di bawah mikroskop, maka akan tampak sel-sel dengan berbagai macam bentuk dan ukuran,
Universitas Sumatera Utara
ada yang mirip tong atau pipa, ada yang mirip kotak dan ada yang berbentuk panjang dan sangat langsing. Sel-sel yang berbentuk panjang dan langsing ini dikenal dengan nama serat. Dinding serat umumnya lebih tebal daripada dinding parenkima dan pembuluh. Panjangnya antara 300-3600 mikron, bergantung jenis pohon dan posisinya dalam batang. Diameternya antara 15-50 mikron. Ketebalan dindingnya relatif dibanding diameter, dapat tipis, tebal atau sangat tebal. Serat dikatakan berdinding sangat tebal jika lumen atau rongga selnya hampir seluruhnya terisi dengan lapisan-lapisan dinding. Dari ciri inilah dapat dipahami bahwa serat berfungsi sebagai penguat batang pohon (Mandang dan Pandit, 1997). Panjang serat dan diameter serat dapat diklasifikasikan seperti yang tertera pada tabel 7 dan 8. Tabel 7. Penggolongan Panjang Serat No
Golongan
Panjang Serat (µ)
1
Pendek
<900
2
Sedang
900 – 1600
3
Panjang
>1600
(Casey, 1960) Tabel 8. Penggolongan Diameter Serat No
Golongan
Diameter Serat (mm)
1
Tipis
0,002 – 0,010
2
Sedang
0,010 – 0,025
3
Lebar
0.025 – 0,040
(Casey, 1960)
Universitas Sumatera Utara