FENOLOGI JENIS-JENIS POHON HUTAN RAWA GAMBUT Ardiyanto Wahyu Nugroho1 Balai Penelitian Teknologi Konservasi Sumber Daya Alam Jl. Soekarno Hatta Km. 38 PO. BOX 578 Balikpapan 76112 Telp. (0542) 7217663 Fax. (0542) 7217665 Email :
[email protected]
ABSTRAK Penelitian fenologi jenis-jenis pohon hutan rawa gambut dilakukan untuk mengetahui pola pembungaan dan pembuahan pada beberapa jenis pohon rawa gambut bernilai ekonomi tinggi untuk kepentingan konservasi. Kajian mengenai fenologi beberapa pohon hutan rawa gambut komersil perlu dilakukan mengingat besarnya laju deforestasi hutan di Indonesia. Pengamatan fenologi dilakukan terhadap 28 jenis pohon komersil di hutan rawa gambut Taman Nasional Sebangau. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa sebanyak 21 jenis pohon yang diamati berbunga. Sebagian besar dari sejumlah pohon yang diamati berbunga pada bulan Agustus-September saat tingkat curah hujan rendah dan intensitas cahaya relatif tinggi. Permudaan alami jenis-jenis potensial yang diamati tidak berjalan dengan baik, hal ini terlihat pada rendahnya dominasi tumbuhan tersebut di lokasi penelitian. Proses penyerbukan tumbuhan di lokasi penelitian dibantu oleh beberapa jenis serangga sedangkan proses penyebaran benih dilokasi penelitian sebagian dibantu oleh Burung dan Kelelawar (Kalong). Kata kunci : fenologi, jenis rawa gambut, penyerbukan
I. PENDAHULUAN Lahan rawa di Indonesia merupakan salah satu ekosistem yang kaya akan sumberdaya hayati termasuk flora. Luas lahan rawa meliputi areal sekitar 33,4 – 39,4 juta hektar yang tersebar di P. Kalimantan, Sumatera, Sulawesi dan Papua. (Adhi,1986 dalam Jumberi et al., 2010). Lahan rawa juga memiliki jenis-jenis tanaman yang mempunyai sifat unggul, seperti mampu beradaptasi terhadap kondisi genangan maupun pH rendah (Jumberi et al., 2010). Akan tetapi, laju kerusakan hutan di Indonesia dilaporkan masih tinggi, berdasarkan data dari Badan Planologi Kehutanan (2009) di 7 pulau besar yaitu Sumatra, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Papua, Bali dan Nusa Tenggara periode 2000-2005 rata-rata sebesar 1,09 juta ha/ tahun, termasuk didalamnya lahan gambut. Kerusakan hutan rawa gambut mengancam ekosistem didalamnya. Upaya konservasi harus dilakukan, salah satunya dengan cara mengetahui waktu pembungaan tumbuhan rawa gambut tersebut. Informasi mengenai waktu berbunga dan berbuah beberapa jenis pohon penting di rawa gambut belum banyak diketahui. Menurut Rahayu et al. (2006) pengetahuan terhadap pembungaan dapat mencerminkan tingkat mudah atau sulitnya reproduksi tumbuhan di alam yang dapat pula mencerminkan perkembangan populasinya. Hal ini akan sangat berguna dalam konservasi tumbuhan tersebut. Berbagai jenis pohon yang sering dijumpai di lahan gambut di antaranya adalah: Jelutung (Dyera lowii Hook. f.), Ramin (Gonystylus bancanus (Miq.) Kurz.), Kempas atau Bangeris (Koompassia malaccensis Benth.), Punak (Tetramerista glabra Miq.), Perepat (Combretocarpus rotundatus (Miq.) Danser), Pulai (Alstonia pneumatophora Back. ex den Berger), Putat sungai (Barringtonia racemosa (L.) Blume ex DC.), Terentang (Campnosperma macrophyllum (Blume) Hook.f.), Nyatoh (Palaquium rostratum (Miq.) Burck), Bintangur (Calophyllum sclerophyllum Vesque), Belangeran (Shorea balangeran Burck.), Meranti (Shorea spp.). dan Rengas manuk (Melanorrhoea wallichii Hook.f.) (Istomo, 2002). 1
Peneliti Balai Penelitian Teknologi Konservasi Sumber Daya Alam
Informasi mengenai pembungaan pohon hutan rawa gambut saat ini belum banyak diketahui, apalagi saat ini kondisi populasinya terancam akibat adanya illegal logging dan rusaknya habitat alami. Pada kasus ramin, Hardi et al., (2007) menyatakan bahwa regenerasi ramin secara alami banyak mengalami kendala yang disebabkan oleh musim berbuah yang terjadi pada musim hujan sehingga buahnya banyak yang jatuh dan busuk sebelum berkecambah, karena ramin tergolong buah yang cepat rusak (recalsitrant seed). II. METODE PENELITIAN A.
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dimulai pada bulan Mei 2011 di Resort Habaring Hurung, Taman Nasional Sebangau, Kalimantan Tengah. Secara geografis lokasi ini berada diantara 020 01’ 472” Lintang Selatan dan 1130 41’ 429” Bujur Timur. Topografi datar pada ketinggian 20 mdpl. B.
Pengumpulan Data 1. Pengamatan Fenologi Pengamatan dilakukan secara periodik setiap 2 minggu sekali dengan bantuan pengamat lokal pada pohon-pohon yang telah ditandai. Sebanyak 28 jenis pohon komersial diamati dan dilakukan pencatatan terhadap fase fenologinya yaitu (1) Berbunga/ BG, (2) Buah Muda / BM dan (3) Buah Tua / BT. Data pengamatan kemudian disusun dalam bentuk matriks tahap fenologi bulanan pada jenis yang diamati. 2. Kondisi Habitat Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kombinasi antara metode jalur dengan metode garis berpetak (Kusmana, 1997). Penempatan jalur dilakukan secara sengaja (purposive sampling) pada titik yang dianggap merepresentasikan kondisi kawasan hutan rawa gambut. Penempatan jalur dilakukan berdasarkan survey sebelumnya. Luas petak ukur untuk masingmasing tingkat pertumbuhan adalah sebagai berikut : - Semai (seedlings) dengan ukuran petak 2 m x 2 m - Sapihan (saplings) dengan ukuran petak 5 m x 5 m - Tiang (poles) atau pohon kecil dengan ukuran petak 10 m x 10 m - Pohon (trees) dengan ukuran petak 20 m x 20 m Jumlah petak dalam penelitian ini adalah 28 buah petak cuplikan yang berukuran 20 m x 20 m untuk tingkat pohon. Sedangkan untuk tingkat semai, sapihan dan tiang dilakukan pada subpetak yang lebih kecil (Gambar 2). Dengan demikian luas seluruh petak cuplikan adalah 1,12 ha. 3. Data Sekunder Faktor iklim seperti intensitas cahaya dan curah hujan diambil dari instansi BMKG setempat. C.
Analisis Data Data pengamatan fenologi pohon diolah kemudian ditabulasikan langsung dalam bentuk tabel pengamatan. Untuk data kondisi habitat dan tempat tumbuh dianalisis untuk mengetahui kerapatan, frekuensi, dan dominasi untuk setiap jenis dengan rumus sebagai berikut :
Jumlah individu jenis i
Kerapatan (Ki)
=
Total luas petak yang dibuat Ki jenis i
Kerapatan relatif (KRi)
=
Frekuensi (Fi)
=
X 100 % Jumlah Ki seluruh jenis
Jumlah petak ditemukan jenis i Jumlah petak yang dibuat Fi jenis i
Frekuensi relatif (Fri)
=
X 100 % Jumlah Fi seluruh jenis
Jumlah LBDs jenis i Dominasi (Di)
=
Jumlah luas petak yang dibuat Di jenis i
Dominasi relatif (DRi)
X 100 %
= Jumlah Di seluruh jenis
Luas bidang dasar (LBDs)
=
¼. π. d2
Dari perhitungan tersebut kemudian dicari indeks nilai penting (INP) untuk setiap jenis dengan rumus sebagai berikut : INP Semai : KRi + FRi INP Sapihan, Tiang dan Pohon : KRi + FRi + DRi Dimana : Ki KRi Fi FRi Di DRi d
= = = = = = =
Kerapatan Kerapatan relatif Frekuensi Frekuensi relatif Dominansi Dominansi relatif Diameter batang (cm) III. HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Fenologi Jenis Potensial Hutan Rawa Gambut Hasil pengamatan pada tahun pertama disajikan dalam Tabel 1. Laporan terakhir dari petugas lapangan diterima pada bulan Desember 2011.
Tabel 1.
No
Fenologi jenis pohon potensial hutan rawa gambut di Habaring Hurung TN Sebangau, Kalteng tahun 2011
2
Rengas (Sumpung) Meranti Bunga
3
Sindur
4
Nyatu beringin
5
Jati-jati
6
Suntai/ Nyatoh
7 8 9 10
Bedaru Jelutung Nyatu Sawo Milas
11
Kempas
12
14
Para-para Manggismanggis Perupuk
15
Geronggang
16 17 18 19
Agathis Bintangur Batu Balau Nyatu Babi Bintangur Bunga
1
13
20
Bulan Sep
Okt
Nop
Des
Gluta renghas L.
BG
BG
BM
BM
Shorea sp.1 Sindora leiocarpa Backer ex de Wit Payena leerii (Teijsm. & Binn.) Kurz Nauclea sp. Palaquium leiocarpum Boerl Mastixia sp. Dyera lowii Hook. f Madhuca sp.1 Licania sp. Koompassia malaccencis Maing.ex Benth. Aglaia sp.
BG
BG
BG
BG
BM
Nama Daerah
21
Mentibu
22 23 24 25
Kapur naga Meranti Batu Terentang Punak
26
Ramin
Nama Latin
Mei
Jun
BG
BM
BM
BT
Jul
Agt
BT
BG
BG
BM
BT
BG BG BM
BG BM BM
BM BM BT
BG BT BT BT
Garcinia sp.
BG
BM
BT
Acronychia sp. Cratoxylum arborescens (Vahl) Blume Agathis borneensis Warb. Calophyllum sp.1 Gymnostoma sp. Madhuca sp.2
BG
BG
BM
BG
BG,BM
BT
BG BG
BM BG
BT BM
BT
BG
BM
Calophyllum sp.2 Dactylocladus stenostachys Oliv. Calophyllum sp.4 Shorea sp. Campnosperma sp. Tetramerista glabra Miq. Gonystylus bancanus (Miq.) Kurz. Vatica rassak Blume Shorea balangeran Burck
BG
BM BG
BT BM
BG BG
BM
BT
BG
BM
BT
BT BG
BG
BM
BG
BM
BT
BG
BG
BM
BT
BT
27 Resak 28 Balangeran Keterangan : BG : Berbunga BM : Buah Muda BT : Buah Tua
Dari Tabel diatas diketahui bahwa dari 28 jenis pohon potensial hutan rawa gambut di Habaring Hurung, sebanyak 7 jenis tidak berbunga. Jenis Ramin yang diamati juga belum berbunga. Jenis Meranti berbunga tetapi tidak menghasilkan buah. Akan tetapi jenis Agathis berbunga sebanyak dua kali. Pada Tabel 1 juga terlihat bahwa waktu pembungaan beberapa jenis tanaman rawa gambut tidak serempak. Wright dan Cornejo (1990) menyatakan bahwa
ketidakseragaman pola pembungaan berhubungan dengan keanekaragaman jenis yang terdapat pada hutan tropis. Perbedaan waktu pembungaan menyebabkan tingginya keanekaragaman jenis pada lokasi penelitian. Proses pembungaan suatu tumbuhan sangat erat kaitannya dengan faktor internal dan eksternal. Faktor internal yaitu genetik, hormon dan nutrisi. Sedangkan faktor eksternal yaitu lingkungan seperti suhu, kelembaban, curah hujan dan intensitas cahaya. Gambar 1 dan 2 memperlihatkan hubungan antara faktor lingkungan dengan jumlah jenis pohon teramati yang berbunga. 50,0 45,0 40,0 35,0 30,0 25,0 20,0 15,0 10,0 5,0 0,0
44,7
42,0
38,9 33,4
32,7
32 27,7
27,6
14
25,6 16,8
18 15,5 13,3 14,7
5
5
9
Rata-rata Curah Hujan (cm)
5
% Pohon Berbunga
Gambar 1. Hubungan antara curah hujan dengan pembungaan beberapa jenis pohon hutan rawa gambut di resort Habaring Hurung, Taman Nasional Sebangau
80 74
70 61
60 50
54
53
61
64
66 58
55
61
56 49
40 32
30 20 10 0
18
14 5
5
5
9
JAN FEB MAR APR MEI JUNI JULI AGST SEPT OKT NOV DES Rerata lama penyinaran matahari per bulan (%)
% Pohon Berbunga
Gambar 2. Hubungan antara lama penyinaran matahari dengan pembungaan beberapa jenis pohon hutan rawa gambut di resort Habaring Hurung, Taman Nasional Sebangau
Dari Gambar 1 dapat diketahui bahwa intensitas pembungaan dari beberapa jenis tumbuhan yang diamati meningkat pada saat curah hujan rendah. Pada bulan Agustus sebanyak 18% dari total 19 pohon yang berbunga terjadi pada bulan tersebut. Presentase pohon berbunga meningkat menjadi 32% pada bulan berikutnya yaitu bulan September. Beberapa jenis lain tercatat berbunga meskipun curah hujan tinggi. Ratnaningrum dan Suginingsih (2011) menyebutkan bahwa pada musim hujan tanaman melakukan aktivitas maksimal untuk menyerap hara dan air, agar dapat mengakumulasikan cadangan makanan dan menyimpan energi sebanyak-banyaknya atau pertumbuhan vegetatif lebih dominan. Pembungaan di daerah tropis merupakan respon terhadap turunnya status air dalam tanah. Selanjutnya, Bawa et al. (1990)menyebutkan bahwa ketersediaan air merupakan faktor yang penting dalam proses permulaan berbunga pada beberapa tumbuhan di hutan tropis. Faktor lingkungan lain yang berpengaruh yaitu lama penyinaran matahari (gambar 2). Lama penyinaran matahari sangat berkaitan dengan intensitas cahaya matahari. Terdapat kecenderungan bahwa lama penyinaran matahari yang relatif tinggi maka jumlah pohon berbunga juga tinggi. Ratnaningrum dan Suginingsih (2011) menyebutkan bahwa intensitas cahaya berhubungan dengan tingkat fotosintesis. Proses fotosintesis menghasilkan sumber energi bagi proses pembungaan. Intensitas cahaya mempunyai pengaruh yang lebih besar dan efeknya lebih konsisten dari pada panjang hari. Pengurangan intensitas cahaya akan mengurangi inisiasi bunga pada banyak spesies pohon. Selanjutnya Ng, (1977) dalam Ratnaningrum dan Suginingsih (2011) menyatakan peningkatan cahaya harian rata-rata telah dihubungkan dengan pembungaan yang melimpah pada Dipterocarpaceae di Malaysia. B.
Struktur dan Komposisi Vegetasi Hutan Rawa Gambut Hasil penelitian menunjukkan bahwa komposisi vegetasi di Hutan Rawa Gambut TN Sebangau, Resort Habaring Hurung dijumpai 133 jenis tumbuhan yang termasuk ke dalam 44 famili. Dari 133 jenis tersebut, sebagian besar (52%) dilaporkan sebagai jenis-jenis khas hutan rawa gambut (Istomo, 2002). Dari 44 famili yang teridentifikasi terdapat 5 famili yang mendominasi pada tingkat pohon yaitu Sapotaceae, Icacinaceae, Rubiaceae, Leguminosae, dan Dipterocarpaceae.
Tabel 2. Lima jenis tumbuhan yang mendominasi pada berbagai tingkat pertumbuhan No 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5
Jenis Pohon Palaquium leiocarpum Boerl. Stemonurus scorpioides Becc. Nauclea sp. Koompassia malaccensis Maing. ex Benth. Shorea sp.1 Tiang Palaquium leiocarpum Boerl. Tristaniopsis sp.1 Stemonurus scorpioides Becc. Nauclea sp. Calophyllum sp.2 Pancang Syzygium sp.2 Stemonurus scorpioides Becc. Syzygium sp.1 Santiria apiculata A.W. Benn. Neoscortechinia kingii (Hook.f.) Pay & K.Hoffm. Semai Stemonurus scorpioides Becc. Syzygium sp.1 Syzygium sp.2 Calophyllum sp.3 Palaquium leiocarpum Boerl.
KR (%)
FR (%)
DR (%)
INP (%)
29,17 12,08 9,17 3,33 3,33
13,0 10,5 10,5 4,9 4,3
23,27 9,27 11,52 6,74 4,15
65,40 31,85 31,18 15,01 11,81
12,26 1,89 5,66 3,77 0,94
8,5 2,1 4,3 4,3 1,1
13,14 9,57 3,56 5,11 10,01
33,92 13,58 13,47 13,14 12,02
6,98 3,86 5,42 3,71 2,82
3,4 2,9 2,5 2,6 2,5
5,33 5,00 2,86 4,40 4,82
15,69 11,72 10,75 10,71 10,11
11,47 9,59 6,95 7,89 9,02
5,83 5,83 6,80 3,88 1,94
17,29 15,41 13,75 11,78 10,96
Dari Tabel 2 dapat diketahui bahwa pohon-pohon komersil yang diamati memiliki INP yang sangat kecil kecuali untuk pohon kempas (Koompassia malaccensis). Pohon kempas hanya mendominasi pada tingkat pohon, pada tingkat semai, pancang dan tiang kehadirannya sangat kecil. Hal ini mengindikasikan bahwa suksesi alami pohon kempas tidak bagus. Pada tahun 2011 pohon kempas juga tidak berbunga (Tabel 1). C.
Penyerbukan dan Penyebaran Benih Proses penyerbukan pada tingkat komunitas di hutan tropis banyak melibatkan jenis vertebrata dan invertebrata sebagai pollen vectors (Bawa et al., 1990). Proses penyerbukan tumbuhan di lokasi penelitian dibantu oleh beberapa jenis serangga. Warna bunga menjadi daya tarik utama serangga – serangga tersebut. Kelimpahan serangga meningkat pada bulan September dan Oktober saat tumbuhan berbunga. Bawa et al. (1990) menyebutkan bahwa setiap spesies penyerbuk mampu membantu proses penyerbukan pada berbagai jenis tumbuhan berbeda pada waktu yang berbeda-beda. Berdasarkan pengamatan proses penyebaran benih dilokasi penelitian sebagian dibantu oleh burung dan kelelawar (Kalong). Hewan tersebut memakan buah kemudian bijinya tersebar melalui kotorannya. Hewan lain seperti orang utan dan kera ekor panjang sangat jarang terlihat di lokasi penelitian. Menurut informasi yang diperoleh dari penduduk sekitar lokasi penelitian, makanan jenis kalong adalah buah-buah yang rasanya manis seperti buah mertibu (Dactylocladus stenostachys Oliv.) dan kapurnaga (Calophyllum sp.4). Gautier-Hion (1990), menyebutkan bahwa 90% spesies burung dan 80% spesies monyet merupakan hewan penyebar benih.
IV. KESIMPULAN Vegetasi yang menyusun ekosistem rawa gambut di Resort Habaring Hurung, Taman Nasional Sebangau, Kalimantan Tengah sangat beragam. Hal ini menyebabkan beragamnya waktu pembungaan setiap jenis tumbuhan penyusunnya. Banyak jenis pohon yang diamati berbunga sepanjang tahun, akan tetapi, terjadi peningkatan jumlah pohon yang berbunga pada saat intensitas curah hujan menurun dan lama penyinaran matahari tinggi. Fenologi tumbuhan dipengaruhi oleh faktor eksternal, salah satunya adalah faktor cuaca yaitu curah hujan dan lama penyinaran matahari. DAFTAR PUSTAKA Badan Planologi Kehutanan. 2009. Statistik Kehutanan Indonesia 2008. Departemen Kehutanan RI. Jakarta. Bawa, K.S., S.A. Peter, and M.N. Salleh. 1990. Reproductive Ecology Of Tropical Forest Plants : Management Issues. Reproductive Ecology Of Tropical Forest Plant Vol 7 Chapter 1. Unesco and The Parthenon Publishing Group. Paris. Gautier-Hion, A. 1990. Interaction Among Fruit and Vertebrate Fruit Eaters In An African Tropical Rain Forest. Reproductive Ecology Of Tropical Forest Plant Vol 7 Chapter 15. Unesco and The Parthenon Publishing Group. Paris. Hardi, T.T.W., Prasetyono dan B. Ismail. 2007. Ramin, Primadona Kehutanan Yang Rentan Kepunahan. Info Teknis Vol 5 No 1 Juli 2007. Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan. Yogyakarta. Istomo, 2002. Pengenalan Jenis Tumbuhan Di Hutan Rawa Gambut. Yayasan Penerbit Fakultas Kehutanan IPB. Bogor. Jumberi, A., M. Noor dan Mukhlis. 2007. Keanekaragaman Sumberdaya Flora Lahan Rawa. Balai Penelitian Lahan Rawa. Kusmana, C. 1997. Metode Survey Vegetasi. PT. Penerbit Institut Pertanian Bogor. Bogor. Rahayu, S., D.E.Trisnawati dan I.Qoyim., 2006. Biologi Bunga Picis Kecil (Hoya lacunosa Bl.) di Kebun Raya Bogor. Jurnal Biodiversitas Volume 8, Nomor 1 Hal: 07-11. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia. Pasuruan. Ratnaningrum Y.W.N dan Suginingsih. 2011. Petunjuk Praktikum Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan. Laboratorium Pemuliaan Pohon. Fak Kehutanan UGM. Yogyakarta. Wright, S.J. and F.H. Cornejo. 1990. Seasonal Drought And The Timing Of Flowering And Leaf Fall in A Neotropical Forest. Reproductive Ecology Of Tropical Forest Plant Vol 7 Chapter 5. Unesco and The Parthenon Publishing Group. Paris.