SINTESIS RPI 5 :
PENGELOLAAN HUTAN RAWA GAMBUT KOORDINATOR : DR. HERMAN DARYONO
Bogor, Maret 2015
Tim pelaksana : Cut Rizlani, Bastoni, Adi Kunarso, Syahban, Taulana Sukandi, Sukaesih Pradjadinata, Hesti Lestari, Wayan Dharmawan, Atok Subiakto, Sudin Panjaitan, Pujomardi, Tri Wira Yuwati, Kushartati Budiningsih, Adnan Ardhana
Target Output : 5.1. Informasi tipologi dan sebaran hutan rawa gambut; 5.2. Teknologi rehabilitasi hutan alam rawa gambut; 5.3. Informasi adaptasi fenologi jenis-jenis pohon hutan rawa gambut; 5.4. Alternatif pengelolaan hutan rawa gambut dengan pola partisipatif; 5.5. Informasi dampak deforestasi hutan rawa gambut terhadap emisi GRK.
Arah sintesa RPI 5: Strategi rehabilitasi hutan rawa gambut terdegradasi dengan pendekatan teknis, lingkungan (emisi karbon, subsidensi, dll) dan sosial, sesuai dengan tingkat degradasi hutan dan dapat mensejahterakan masyarat sekitar hutan
OUTPUT DAN OUTCOME RPI 5 Kode Output dan Outcome 5.1. Output: (1) Informasi biofisik HRG IB Barat (P Sumatera), IB Tengah (P Kalimantan) dan IB Timur (Papua) Kondisi biofisik umum HRG di 3 Pulau utama, sbb: Kondisi
Sumatera
Kalimantan
Papua
Luas
7,2 jt Ha
6,5 jt Ha
10,9 jt Ha?
Sebaran
Riau, Sumsel, Jambi, Lampung, Babel, Aceh dan Sumut
Kalbar, Kalteng, Kalsel
?
Kondisi
Sekunder, rusak ringan s/d parah
Sekunder, rusak ringan s/d parah
?
Kondisi
Sumatera
Kalimantan
Papua
Kedalaman
Dangkal s/d sangat Dangkal s/d dalam dalam
?
Komposisi jenis
Jelutung, ramin, punak, meranti rawa, gemor, gelam,
Rengas, meranti bunga, nyatoh, perupuk, tumih, gerunggang, gelam
?
Periode genangan
9 – 12 bulan
3 – 12 bulan
?
Kode Output dan Outcome 5.1. Output: (1) Informasi biofisik HRG IB Barat (P Sumatera), IB Tengah (P Kalimantan) dan IB Timur (Papua) (2) Diusulkan kriteria degradasi HRG, sbb: Ekosistem gambut yang masih baik : (a) kubah gambut masih berfungsi sebagai resapan air dengan luasan > 30% masih tertutup tanaman keras alami; (b) kedalaman muka air tanah di musim kemarau > 25 cm; (c) bersifat hidrofilik dengan pH ≥ 4; (d) serta nilai redoks potensial < 200 (mV)
Kode Output dan Outcome 5.1. Ekosistem gambut terdegradasi dengan indikator : (a) tidak berfungsi sebagai kawasan resapan air dengan luasan > 30%; (b) kedalaman muka air tanah ≥ 100 cm; (c) bersifat hidrofobik dengan pH < 4; (d) serta nilai redoks potensial ≥ 200 (mV)
Kode Output dan Outcome 5.1. (3) Telah tersusun rancangan kriteria dan indikator untuk menilai penentuan kawasan konservasi pada HRG ex PLG Kalteng dengan 4 komponen penilaian yaitu: (1) Biologi (Bobot 50 %) dengan tiga kriteria (Penutupan Lahan, Flora, dan Fauna) (2) Fisik-Kimia (Bobot 20 %) dengan dua kriteria (Fisik dan Kimia) dan tiga indikator, (3) Sosial-Ekonomi-Budaya (Bobot 17,5 %) dengan empat kriteria (Pemanfaatan Lahan, Mata Pencaharian, Pendapatan, dan Penduduk) (4) Kelembagaan (Bobot 12,5 %) dengan dua kriteria (Lembaga Pendukung dan Regulasi Pendukung)
Kode Output dan Outcome 5.1. Kriteria HRG terdegradasi: - Kriteria HRG terdegradasi akan diusulkan menjadi tiga katagori yaitu (1) HRG terdegradasi ringan, masih tersisa jenis klimax dan pioneer (2) HRG terdegradasi sedang, hanya tersisa jenis pioneer (3) HRG terdegradasi berat, tidak ada vegetasi pohon Outcome: 2 artikel dalam prosiding, buku panduan rehabilitasi HRG dan buku review litbang rehablitasi HRG
Kode Output dan Outcome 5.2.
Output: (1) Plot bio & phytoremediasi telah dibangun di HRG di Aceh Selatan, Aceh Tingkil, OKI Sumsel dan Tumbang Nusa, Kalteng. Hasil: diperoleh data awal pertumbuhan umur 3-6 bulan dari 11 jenis pohon yg diuji. (2) Informasi subsidensi gambut 15 cm/thn & penurunan permukaan air tanah 28 cm pada HRG yg telah di Drainase di OKI Sumsel. (3) Telah diformulasikan paket IPTEK rehabilitasi yaitu dengan pola a) “minimum input manajemen lahan”; b) “ optimum input manajemen lahan”; dan c) “percepatan suksesi alam” implementasi IPTEK tersebut disesuaikan dengan tingkat degradasi kawasannya
GAMBARAN TINGKAT DEGRADASI HRG
Strategi Rehabilitasi HRG Virgin/Sekunder utuh
Dikelola sesuai fungsi hutannya
Sekunder terdegradasi ringan (masih ada jenis klimax & pioneer)
Restorasi dengan pola: “Percepatan suksesi alam”
Sekunder terdegradasi sedang (tersisa hanya jenis pioneer)
Rehabilitasi dengan pola: “Minimum input manajemen lahan”
HRG terdegradasi berat (tidak ada vegetasi pohon)
Rehabilitasi dengan pola: “Optimum input manajemen lahan”
Rehabilitasi dengan pola: “Optimum Input manajemen lahan”
Kode Output dan Outcome 5.3. Output: Data fenologi 28 jenis HRG selama dua tahun (2010 dan 2011). Hasil dinilai hanya dapat digunakan untuk mengetahui musim berbuah, sedangkan tidak dapat digunakan untuk mengetahui dampak perubahan iklim terhadap fenologi jenis HRG. Outcome: Prosiding seminar
Kode Output, Gap dan Outcome 5.4. Output: Model pengelolaan HRG dgn pola partisipatif a.l. Kajian ekonomi dan sosial pola tanam campuran jelutung, karet dan buah2an direkomendasikan sebagai alternatif pengelolaan lahan HRG. Model pengelolaan HRG dengan Outcome: 1. Prosiding seminar nasional benih unggul untuk hutn tanaman, restorasi ekosistem dan antisipasi perubahan iklim, Yogyakarta 2014 2. Disajikan pada INAFOR 3
Kode Output, Gap dan Outcome 5.5. Output: Informasi pemulihan biomas HRG yang rusak akibat kebakaran memerlukan waktu 25 tahun untuk mendekati biomas HRG primer. Serapan karbon di HRG terdegradasi ke hutan primer sebesar 19 ton CO2 e/Ha/thn. Serapan karbon tersebut masih jauh lebih tinggi dari emisi gambut sebesar 9 ton CO2 e/Ha/thn dari penurunan ketebalan gambut (subsiden).
Outcome: - KTI dalam proses penerbitan - Hasil riset ini telah dimanfaatkan oleh Pemprov Kalteng utk penyusunan rencana aksi daerah GRK
PERMASALAH UTAMA 1. Koordinasi belum sempurna 2. SDM gambut terkumpul di Kalsel dan Sumsel 3. Integrasi belum berjalan 4. Bencana api
REKOMENDASI 1. Pada HRG terdegradasi dengan tingkat kerusakan ringan, rehabilitasi dapat dilakukan dengan pola percepatan suksesi alam. 2. Pada HRG terdegradasi dengan tingkat kerusakan sedang, rehabilitasi dapat dilakukan dengan pola minimum input manajemen lahan. 3. Pada HRG terdegradasi dengan tingkat kerusakan berat dan status hutannya adalah Hutan Produksi, rehabilitasi harus dilakukan dengan pola optimum input manajemen lahan. Penanaman dapat menggunakan jenis asli HRG ataupun jenis pohon cepat tumbuh non gambut.
4. Pada HRG terdegradasi dengan tingkat kerusakan berat dan status hutannya adalah Hutan Konservasi dan Hutan Lindung, rehabilitasi harus dilakukan dengan pola optimum input manajemen lahan, panambatan kanal dan penanaman menggunakan jenis pioneer dan klimaks asli HRG. 5. Jenis lokal HRG yang direkomendasikan untuk upaya rehabilitasi adalah: untuk kelompok jenis pioneer: Dyera lowii, Crotoxylon arborescens, Combretocarpus rotundatus dan Melaleuca leucadendron; untuk jenis klimaks yang direkomendasikan adalah: Shorea balangeran, Vatica rassak, Alseodaphne sp. dan Gonystylus bancanus.