BAB II TINJAUAN PUSTAKA
1.1. Metode Analytical Hierarchy Process 2.2.1 Definisi Analytical Hierarchy Process (AHP) Metode AHP dikembangkan oleh Thomas L. Saaty, seorang ahli matematika. Metode ini adalah sebuah kerangka untuk mengambil keputusan dengann efektif atas persoalan yang kompleks dengann menyederhanakan dan mempercepat proses pengambilan keputusan dengann memecahkan persoalan tersebut kedalam bagian-bagiannya, menata bagian atau variabel dalam suatu susunan hirarki, memberi nilai numerik pada pertimbangan subjektif tentang pentingnya tiap variabel dan mensintesis berbagai pertimbangan ini untuk menetapkan variabel yang mana yang memiliki prioritas paling tinggi dan bertindak untuk mempengaruhi hasil pada situasi tersebut. Menurut Saaty dalam (Sumiati, 2007) metode AHP membantu memecahkan persoalan yang kompleks dengann menstrukturkan suatu hirarki kriteria, pihak yang berkepentingan, hasil dan dengann menarik berbagai pertimbangan guna mengembangkan bobot atau prioritas. Metode ini juga menggabungkan kekuatan dari perasaan dan logika yang bersangkutan pada berbagai persoalan, lalu mensintesis berbagai pertimbangan yang beragam menjadi hasil yang cocok dengann perkiraan kita secara intuitif sebagaimana yang dipresentasikan pada pertimbangan yang telah dibuat.
2.2.2 Prinsip Dasar Analytical Hierarchy Process Menurut Sudaryono (2010), dalam menyelesaikan permasalahan dengann AHP ada beberapa prinsip yang harus dipahami, diantaranya adalah: 1. Membuat hierarki Sistem yang kompleks bisa dipahami dengann memecahnya menjadi elemen-elemen
pendukung,
menyusun
elemen
secara
hierarki,
dan
menggabungkannya. 2. Penilaian kriteria dan alternati Kriteria dan alternatif dilakukan dengann perbandingan berpasangan. Menurut Saaty (1988), untuk berbagai persoalan skala 1 sampai 9 adalah skala terbaik untuk mengekspresikan pendapat. Nilai dan definisi pendapat kualitatif dari skala perbandingan Saaty bisa diukur menggunakan tabel analisis seperti pada tabel 2.1. Tabel 2.1 Skala Penilaian Perbandingan Berpasangan Intensitas Kepentingan 1 3 5 7 9 2,4,6,8
kebalikan
Keterangan Kedua elemen sama penting Elemen yang satu sedikit lebih penting daripada elemen yang lainnya Elemen yang satu lebih penting dari pada elemen lainnya Satu elemen jelas lebih mutlak penting daripada elemen lainnya Satu elemen mutlak penting daripada elemen lainnya Nilai-nilai antara dua nilai pertimbangan yang berdekatan Jika aktivitas i mendapat satu angka dibandingkan dengann aktivitas j, maka j memiliki nilai kebalikannya dibandingkan dengann i.
3. Menentukan prioritas Untuk setiap kriteria dan alterntif, perlu dilakukan perbandingan berpasangan. Nilai-nilai perbandingan relatif dari seuruh alternatif kriteria bisa disesuaikan dengann judgement yang telah ditentukan untuk menghasilkan bobot dan prioritas. Bobot dan prioritas dihitung dengann memanipulasi matriks atau melalui penyelesaian persamaan matematika. 4. Konsistensi logis Konsistensi memiliki dua makna. Pertama objek-objek yang serupa bisa dikelompokkan sesuai dengann keseragaman dan relevansi. Kedua, menyangkut tingkat hubungan antar objek yang didasarkan pada kriteria tertentu.
2.2.3 Memilihn Supplier Menggunakan Analytical Hierarchy Proces 2.2.3.1 Memilihn Supplier Menurut Pujawan dalam (Anggreni, 2006) memilih supplier merupakan kegiatan yang strategis, terutama bila supplier tersebut akan memasok item yang kritis dan atau akan digunakan dalam jangka panjang sebagai supplier yang penting. Secara umum banyak perusahaan yang menggunakan kriteria-kriteria dasar seperti kualitas barang yang ditawarkan, harga, dan ketepatan waktu pengiriman. Namun seringkali memilihn supplier membutuhkan kriteria lain yang dianggap penting oleh perusahaan. 2.2.3.1 Prosedur Memilihn Supplier dengann AHP Sudaryono (2010), Pada dasarnya prosedur atau langkah-langkah dalam metode AHP meliputi:
1) Mengidentifikasi masalah
dan menentukan solusi yang diinginkan, lalu
menyusun hierarki dari permasalahan yang dihadapi. 2) Menentukan prioritas elemen Langkah pertama dalam menentukan prioritas elemen adalah membuat perbandingan pasangan, yaitu membandingkan elemen secara berpasangan sesuai kriteria yang diberikan Matriks perbandingan berpasangan diisi menggunakan bilangan untuk merepresentasikan kepentingan relatif dari suatu elemen terhadap elemen yang lainnya. 3) Mengukur konsistensi Dalam pembuatan keputusan, penting untuk mengetahuai seberapa baik konsistensi yang ada karena kita tidak menginginkan keputusan berdasarkan pertimbangan dengann konsistensi yang rendah. Hal yang dilakukan dalam langkah ini adalah: Kalikan setiap nilai pada kolom pertama dengann prioritas relatif elemen pertama, nilai pada kolom kedua dengann prioritas relatif elemen kedua, dan seterusnya Jumlahkan setiap baris Hasil dari penjumlahan baris dibagi dengann elemen prioritas relatif yang bersangkutan Jumlahkan hasil bagi diatas dengann banyaknya elemen yang ada, hasilnya disebut ƛ maks
4) Hitung konsistensi index (CI) dengann rumus: CI=(ƛ maks-n)/n dimana n banhyaknya elemen 5) Hitung rasio konsistens CR dengann rumus: CR=CI/IR 6) Memeriksa konsistensi hierarki. Jika nilainya lebih dari 10%, maka penilaian data judhment harus diperbaiki. Namun jika rasio konsistensi (CI/IR) kurang atau dama dengann 0,1, maka hasil perhitungan bisa dinyatakan benar. Daftar indeks random konsistensi seperti pada tabel 2.2. Tabel 2.2 Daftar Indeks Random Konsistensi (Sudaryono (2010). Ukuran Matriks
Nilai Indeks Random (IR)
1,2
0.00
3
0.58
4
0.90
5
1.12
6
1.24
7
1.32
8
1.41
9
1.45
10
1.49
11
1.51
12
1.48
13
1.56
14
1.56
15
1.59
1.2. Penelitian Terkait Penelitian Limansantoso (2013), bertujuan untuk mengetahui bagaimana aplikasi AHP sebagai dasar memilihn supplier di PT. Buana Tirta Utama. Secara keseluruhan, berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh menunjukkan bahwa dalam sistem penilaian sebelum melakukan perubahan nilai prioritas kriteria, supplier P memiliki nilai tertinggi sebesar 0,250 pada sistem penilaian lama dan 0,250 pada sistem penialaian baru, hal ini menunjukan bahwa supplier P memiliki kinerja yang paling baik diantara supplier lainnya. Supplier Q pada sistem penilaian lama memiliki nilai terendah sebesar 0,062, hal ini menunjukkan bahwa supplier Q memiliki kinerja yang paling buruk, sehingga supplier dengann kinerja yang buruk harus diseleksi kembali oleh PT. Buana Tirta Utama. Sedangkan supplier L pada sistem penilaian yang baru memiliki nilai terendah sebesar 0.065, hal ini menunjukkan supplier L memiliki kinerja buruk sehinggaperusahaan perlu menyeleksi kembali supplier yang memiliki kinerja paling buruk. Harsono, dkk. (2009), mengembangkan suatu metode penilaian kinerja untuk mendapatkan urutan prioritas pemasok berdasarkan bobot dari kriteria memilihn dan dengann memperhatikan jenis keputusan dari setiap kritera, menggunkan metode Analitical Hierarchy Process (AHP) dengann metode pengambilan
keputusan
Preference
Rangking
Organization
Method
for
Enrichment Evaluation (PROMETHEE). Berdasarkan hasil pengolahan data dengann metode AHP terhadap PT. Hero Supermarket Cabang Suci Bandung, kriteria kualitas mendapat urutan tertinggi dengann bobot 0,349. Disusul oleh harga dengann bobot 0,262 dan terakhir pelayanan dengann bobot 0,20. Dari
penentuan bobot sub kriteria, lima urutan tertinggi adalah kesesuaian spesifikasi dengann bobot 0,130, kondisi pengepakan dengann bobot 0,124, kemudahan dihubungi dengann bobot 0,122, stabilitas harga dengann bobot 0,107 dan ketepatan waktu dengann bobot 0,105. Urutan berikutnya dengann bobotnya adalah kemampuan mengganti produk yang tidak sesuai (0,095), kemauan bernegosiasi (0,086), kesesuaian jumlah (0,084), kecepatan menjawab surat menyurat (0,078) dan kemudahan cara pembayaran (0,069). Berdasarkan hasil penetapan nilai kriteria, ada 3 dari 10 kriteria yang tidak dapat digunakan pada perhitungan PROMETHEE, karena tidak memberikan perbedaan nilai yang signifikan di antara para pemasok yang akan dinilai. Penelitian ini memiliki kesamaan dan juga perbedaan dengann penelitianpenelitian sebelumnya. Persamaannya terletak pada beberapa metode yang digunakan, pada penelitian ini peneliti menggunakan metode Analitical Hierarchy Process (AHP) adapun tujuan dari penelitian ini adalah menerapkan metode AHP dalam memilihn supplier. Perbedaan lain dengann penelitian sebelumnya yaitu pada penelitian ini kriteria yang di gunakan yakni berdifat fleksibel/dinamis yang nantinya kriteria yang digunakan bisa diedit, dihapus maupun menambahkan kriterianya, sehingga jika ada penanbahan ataupun pengurangan kriteria, dapat dilakukan dengann mudah. diharapkan dengann adanya penelitian ini pihak CV. Dapat dengann mudah memilih supplier untuk dijadikan partner yang utama dalam pemasokan barang dan dapat memanimalisir permasalahan yang sering terjadi.