BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Laporan Keuangan 1. Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data atau aktivitas perusahaan tersebut. Laporan Keuangan menurut Harahap (2007:105) sebagai berikut: “Laporan keuangan menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha suatu perusahaan pada saat tertentu atau jangka waktu tertentu”. Menurut Kieso, dkk (2002:2) pengertian laporan keuangan adalah :
Laporan keuangan merupakan sarana pengkomunikasian informasi keuangan utama kepada pihak-pihak di luar perusahaan yang menampilkan sejarah perusahaan yang dikuantifikasi dalam nilai moneter yang disajikan dalam bentuk neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, laporan ekuitas pemilik, serta catatan atas laporan keuangan. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan merupakan bentuk pertanggungjawaban keuangan perusahaan atas suatu aktivitas dalam menilai kondisi keuangan perusahaan.
2. Jenis-jenis Laporan Keuangan Menurut Harahap (2007:106) Jenis-jenis Laporan Keuangan sebagai berikut:
”Jenis-jenis laporan keuangan utama dan pendukung terdiri dari: 1. Daftar neraca, menggambarkan posisi keuangan perusahaan pada suatu tanggal tertentu 2. Perhitungan laba rugi, yang menggambarkan jumlah hasil, biaya, dan laba/rugi perusahaan pada suatu periode tertentu. 3. Laporan sumber dan penggunaan dana, disini dimuat sumber dan pengeluaran perusahaan selama satu periode. 4. Laporan arus kas, disini digambarkan sumber dan penggunaan kas dalam suatu periode. 5. Laporan harga pokok produksi, menggambarkan berapa unsure dan apa yang diperhitungkan dalam harga pokok produksi suatu barang. 6. Laporan laba ditahan, menjelaskan posisi laba ditahan yang tidak dibagikan kepada pemilik saham. 7. Laporan perubahan modal, menjelaskan perubahan posisi modal baik saham dalam PT atau modal dalam perusahaan perseroan. 8. Laporan kegiatan keuangan, menggambarkan transaksi laporan keuangan perusahaan yang mempengaruhi kas atau ekuivalen kas. Jenis-jenis Laporan Keuangan menurut Djarwanto (2004:5) adalah : “Laporan keuangan yang disusun guna memberikan informasi kepada berbagai pihak terdiri dari Neraca, Laporan Laba-Rugi, Laporan Laba Ditahan atau Laporan Modal Sendiri, Laporan Sumber dan Penggunaan Modal Kerja, dan Laporan Arus Kas”. Dari uraian tersebut menjelaskan bahwa jenis-jenis laporan keuangan yang umum digunakan terdiri dari neraca, laporan laba rugi, dan laporan arus kas.
3. Tujuan Laporan Keuangan Laporan keuangan sangat berguna bagi pemakai informasi sebagai dasar pengambilan keputusan demi perkembangan kondisi keuangan perusahaan di masa yang akan datang.
Tujuan Laporan Keuangan
menurut Fraser (2008:1) sebagai berikut: “Laporan keuangan memiliki kemampuan
untuk
menyajikan
secara
jelas
kesehatan
keuangan
perusahaan guna memberikan keputusan bisnis yang informatif”. Tujuan Laporan Keuangan menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2009:5) : Tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja, dan arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam rangka membuat keputusan-keputusan ekonomi serta menunjukkan pertanggungjawaban (stewardship) manajemen atas penggunaan sumber-sumber daya yang dipercayakan kepada mereka. Dari uraian tersebut menjelaskan bahwa laporan keuangan disusun untuk memberikan informasi keuangan suatu perusahaan kepada pemakai informasi sebagai bahan dalam pertimbangan untuk mengambil keputusan.
4. Pengguna Laporan Keuangan Para pemakai laporan keuangan menggunakan laporan keuangan untuk memenuhi beberapa kebutuhan informasi yang berbeda. Pemakai laporan keuangan dibedakan menjadi dua klasifikasi utama, yaitu : 1. Pemakai internal, yaitu pengambil keputusan yang secara langsung berpengaruh terhadap kegiatan internal perusahaan. 2. Pemakai eksternal, pengambil keputusan yang berkaitan dengan hubungan mereka dengan perusahaan. (Stice,2004:10) Menurut Harahap (2007:120) Pengguna Laporan Keuangan sebagai berikut :
Para pengguna laporan keuangan sebagai berikut: Pemegang saham, Investor, Analis pasar modal, Manajer, Karyawan dan serikat pekerja, Instansi pajak, Pemberi dana (kreditur), Supplier, Pemerintah atau lembaga pengatur resmi, Langganan atau lembaga konsumen, Lembaga swadaya masyarakat, peneliti/Akademis/Lembaga peringkat. Dari uraian tersebut menjelaskan bahwa para pemakai laporan keuangan memiliki kepentingannya masing-masing terhadap laporan keuangan suatu perusahaan. Pada umumnya laporan keuangan digunakan untuk mengetahui kondisi keuangan perusahaan tersebut selama periode yang bersangkutan sehingga para pemakai laporan keuangan dapat mengambil keputusan terhadap rencana selanjutnya.
5. Karakteristik Laporan Keuangan Informasi akuntansi harus mempunyai karakteristik tertentu, agar dapat dimanfaatkan dalam pengambilan keputusan. Karakteristik Laporan Keuangan menurut Soemarso (2005:362) : ”Karakteristik yang harus melekat dalam informasi akuntansi sebagai berikut Dapat: dipahami, Relevan, Keandalan, dapat dibandingkan”. Menurut Harahap (2007:145) : ”Karakteristik laporan keuangan sebagai berikut : Relevan, Dapat dimengerti, Daya uji, Netral, Tepat waktu, Daya banding, Lengkap”. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa karakteristik laporan keuangan merupakan ciri khas yang membuat informasi dalam laporan keuangan berguna bagi pengguna.
B. Analisis Laporan Keuangan 1. Pengertian Analisis Laporan Keuangan Analisis terhadap laporan keuangan pada dasarnya karena ingin mengetahui tingkat perkembangan suatu perusahaan guna meningkatkan kualitas dan kinerja keuangan perusahaan. Menganalisis laporan keuangan berarti mengevaluasi tiga karakteristik dari perusahaan, yaitu likuiditas, profitabilitas, dan solvabilitasnya. Analisis Laporan Keuangan menurut Harahap (2007:190) sebagai berikut: Analisa laporan keuangan berarti menguraikan pos-pos laporan keuangan menjadi unit informasi yang lebih kecil dan melihat hubungannya yang bersifat signifikan atau yang mempunyai makna antara satu dengan yang lain baik antara data kuantitatif, maupun data non kuantitatif dengan tujuan untuk mengetahui kondisi keuangan lebih dalam yang sangat penting dalam proses menghasilkan keputusan yang tepat. Analisis Laporan Keuangan menurut Soemarso (2005:380) sebagai berikut: “Analisis laporan keuangan (financial statement analysis) adalah hubungan antara suatu angka dalam laporan keuangan dengan angka lain yang mempunyai makna atau dapat menjelaskan arah perubahan (trend) suatu fenomena”. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa adanya interpretasi atau analisa terhadap laporan keuangan suatu perusahaan akan sangat bermanfaat bagi pemakai informasi, untuk mengetahui keadaan dan perkembangan keuangan suatu perusahaan sebagai dasar dalam proses pengambilan keputusan.
2. Tujuan Analisis Laporan Keuangan Analisis laporan keuangan yang dilakukan dimaksudkan untuk menambah informasi yang ada dalam suatu laporan keuangan, dimana dalam menganalisis laporan keuangan sebenarnya mempunyai tujuan yang bermacam-macam. Tujuan Analisis Laporan Keuangan menurut Fraser (2008:215) sebagai berikut: “Penting bahwa setiap analisis laporan keuangan mencakup membaca dengan seksama catatan laporan keuangan yang berguna untuk memberikan analisis tambahan dalam laporan tahunan dan dengan sumber informasi lain yang terpisah dari laporan tahunan”. Menurut Harahap (2007:195) tujuan Analisis Laporan Keuangan sebagai berikut: “Analisis laporan keuangan yang dilakukan dimaksudkan untuk menambah informasi yang ada dalam suatu laporan keuangan”. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa tujuan analisis laporan keuangan
adalah
menginterpretasikan
untuk laporan
membantu keuangan
pemakai untuk
informasi mengetahui
dalam kondisi
keuangan perusahaan.
3. Metode dan Teknik Analisis Laporan Keuangan Metode dan teknik analisis laporan keuangan digunakan untuk menentukan serta mengukur hubungan antara pos-pos yang ada dalam laporan keuangan sehingga dapat dimengerti oleh para pemakai informasi. Metode Analisis Laporan Keuangan menurut Weygant (2008:389) terdiri dari :
1. Analisis horizontal, adalah mengevaluasi serangkaian data laporan keuangan selama periode waktu tertentu. 2. Analisis vertikal, adalah mengevaluasi data laporan keuangan dengan menyatakan setiap pos dalam laporan keuangan sebagai persentase dari jumlah yang menjadi dasar. 3. Analisis rasio, menyatakan hubungan di antara pos-pos tertentu dari data laporan keuangan. Teknik Analisis Laporan Keuangan menurut Harahap (2007:215) sebagai berikut”: a. Perbandingan laporan keuangan (perubahan tahun ke tahun) b. Seri trend atau angka indeks c. Laporan keuangan Common Size (bentuk awam), merupakan analisis struktur laporan keuangan d. Analisis rasio e. Analisis khusus : ramalan kas, analisis perubahan posisi keuangan, laporan variasi gross margin analisis break event, analisis dupont. Dari uraian tersebut menjelaskan bahwa metode dan teknik analisis laporan keuangan manapun yang digunakan adalah merupakan suatu permulaan dari proses analisis yang diperlukan dalam menganalisis laporan keuangan, pada dasarnya mempunyai tujuan yang sama yaitu membuat data dapat lebih dimengerti, sehingga dapat digunakan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan.
C. Arus Kas 1. Pengertian Kas Setiap perusahaan dalam menjalan usahanya selalu membutuhkan kas. Kas diperlukan untuk membiayai operasi perusahaan sehari-hari maupun mengadakan investasi baru dalam aktiva tetap karena itu kas sangat penting dalam kelangsungan aktivitas perusahaan, sehingga memerlukan
perhatian khusus, karena pengelolaan kas yang kurang efektif dapat menyebabkan kelebihan dalam kas. Manajemen harus mendayagunakan kas, khususnya kas atau uang yang sementara menganggur dan tidak digunakan untuk melaksanakan kegiatan normalnya, hal ini diperlukan untuk menghindari resiko rugi. Ikatan Akuntan Indonesia (2009 : 21) mengemukakan definisi kas yaitu : “Kas adalah mata uang kertas dan logam baik rupiah maupun valuta asing yang masih berlaku sebagai alat pembayaran yang sah, termasuk pula dalam kas adalah mata uang rupiah yang ditarik dari peredaran dan masih dalam masa tenggang untuk penukarannya ke Bank Indonesia”. Menurut Harahap (2007 : 258) pengertian kas adalah sebagai berikut: Kas adalah uang dan surat berharga lainnya yang dapat diuangkan setiap saat serta surat berharga lainnya yang sangat lancar yang memenuhi syarat sebagai berikut : 1) setiap saat dapat ditukar menjadi kas 2) tanggal jatuh temponya sangat dekat 3) kecil resiko perubahan nilai yang disebabkan perubahan tingkat harga. Kas sangat berperan dalam menentukan kelancaran kegiatan perusahaan. Dari beberapa pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa suatu perusahaan harus memiliki anggaran kas untuk menjaga posisi likuiditas dan untuk mengetahui defisit dan surplus kas. Perusahaan yang memiliki kelebihan kas dapat dibelikan surat-surat berharga (efek atau marketable securities atau temporary investment) yaitu obligasi, saham biasa, dan saham preferen.
Pembelian efek dilakukan untuk
menjaga likuiditas karena hakikatnya efek tersebut ialah uang tunai,
artinya mudah dijual di pasar bursa dan untuk tujuan investasi sementara untuk memperoleh keuntungan atas dasar pembedaan harga jual dan harga beli.
2. Pengertian Laporan Arus Kas Informasi tentang arus kas suatu perusahaan berguna bagi para pemakai laporan keuangan sebagai dasar untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara kas serta menilai kebutuhan perusahaan untuk menggunakan arus kas tersebut. Menurut Harahap (2007:243) mengemukakan bahwa ”Laporan arus kas adalah suatu laporan yang bertujuan untuk memberikan informasi yang relevan tentang penerimaan dan pengeluaran kas atau setara kas dari suatu perusahaan pada suatu periode tertentu”. Laporan Arus Kas menurut Kieso (2002:372) sebagai berikut : ”Laporan arus kas melaporkan penerimaan kas, pembayaran kas, dan perubahan bersih kas dari kegiatan operasi, investasi, serta pembiayaan perusahaan selama suatu periode, dalam bentuk yang dapat merekonsiliasi saldo kas awal dan akhir”. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa arus kas merupakan arus kas masuk dan arus kas keluar dalam suatu kegiatan perusahaan yang meliputi aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan serta sebagai dasar untuk menilai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas dan setara kas.
3. Aktivitas Dalam Laporan Arus Kas Laporan arus kas melaporkan penerimaan kas dan pembayaran kas berdasarkan aktivitas operasi, investasi, dan pendanaan yang merupakan aktivitas utama dalam bisnis perusahaan. Aktivitas Dalam Laporan Arus Kas menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2009:2.2) sebagai berikut : 1. Aktivitas operasi adalah aktivitas penghasil utama pendapatan perusahaan (principal revenue-producing activities) dan aktivitas lain yang bukan merupakan aktivitas investasi dan aktivitas pendanaan. 2. Aktivitas investasi adalah perolehan dan pelepasan aktiva jangka panjang serta investasi lain yang tidak termasuk setara kas. 3. Aktivitas pendanaan adalah aktivitas yang mengakibatkan perubahan dalam jumlah serta komposisi modal dan pinjaman perusahaan. Aktivitas Dalam Laporan Arus Kas menurut Kieso, dkk (2008:213) sebagai berikut : 1. Aktivitas operasi (operating activities) meliputi pengaruh kas dari transaksi yang digunakan untuk menentukan laba bersih. 2. Aktivitas investasi (investing activities) meliputi pemberian dan penagihan pinjaman serta perolehan dan pelepasan investasi (baik utang maupun ekuitas) serta property, pabrik, dan peralatan. 3. Aktivitas pendanaan (financing activities) melibatkan pos-pos kewajiban dan ekuitas pemilik. Aktivitas ini meliputi: a. Perolehan sumber daya dari pemilik dan komposisinya kepada mereka dengan pengembalian atas dan dari investasinya, dan b. Peminjaman uang dari kreditor serta pelunasannya. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa klasifikasi menurut aktivitas memberikan informasi kepada para pengguna laporan untuk mengetahui posisi keuangan perusahaan.
4. Pengukuran Arus Kas Pengukuran arus kas dari aktivitas operasi terutama diperoleh dari aktivitas penghasil utama pendapatan perusahaan.
Aktivitas Operasi
menurut Ikatan Akuntan Indonesia (2009:2.2) sebagai berikut: “Aktivitas operasi adalah aktivitas penghasil utama pendapatan perusahaan perusahaan (principal revenue-producing activities) dan aktivitas lain yang bukan merupakan aktivitas investasi dan aktivitas pendanaan”. Aktivitas Operasi menurut Wild (2005:6) sebagai berikut: ”Aktivitas operasi merupakan aktivitas perusahaan yang terkait dengan laba”. Alasan Pengukuran Arus Kas menggunakan Arus Kas Dari Aktivitas Operasi dan kaitannya dengan Likuiditas menurut.
Wild
(2005:17)
sebagai berikut: ”Arus kas dari operasi meliputi elemen pendanaan serta bermanfaat untuk evaluasi dan proyeksi likuiditas jangka pendek maupun solvabilitas jangka panjang”. Sedangkan menurut Soemarso (2005:335) sebagai berikut: ”Apabila arus kas operasi mengalami surplus kas bersih maka tidak mengakibatkan kesulitan likuiditas bagi perusahaan”. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa arus kas dari aktivitas operasi dapat menilai seberapa besar perusahaan dalam memenuhi kewajiban lancar saat jatuh tempo.
5. Metode Laporan Arus Kas Untuk menyajikan laporan arus kas ini dapat digunakan dua metode. Metode Arus Kas menurut Djarwanto (2004:125) yakni :
1. Metode langsung (direct method), dalam metode ini pelaporan arus kas dilakukan dengan cara melaporkan kelompokkelompok penerimaan kas dan pengeluaran kas dari aktivitas operasi secara lengkap tanpa melihat laporan laba-rugi, dan baru dilanjutkan dengan aktivitas investasi dan keuangan. 2. Metode tidak langsung (indirect method) dalam metode ini penyajian laporan arus kas dimulai dari laba-rugi bersih dan selanjutnya disesuaikan dengan menambah atau mengurangi perubahan dalam pos-pos yang mempengaruhi kegiatan operasional seperti penyusutan, naik turunya pos aktiva lancar dan utang lancar. Menurut Wild (2005:6) metode Arus Kas sebagai berikut: 1. Metode tidak langsung (indirect method), laba bersih disesuaikan menghasilkan arus kas dari operasi 2. Metode langsung (direct method), menyesuaikan setiap pos laporan laba rugi untuk akrual terkait, sehingga menghasilkan format yang lebih baik untuk menilai jumlah arus kas masuk (keluar) operasi. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan metode langsung maka penerimaan dan pengeluaran kas bruto akan diungkapkan, sedangkan dengan metode tidak langsung arus kas dari aktivitas operasi diperoleh dengan jalan penyesuaian terhadap laba bersih dari pengaruh transaksi bukan kas, penangguhan (deferral) atau akrual dan unsur penghasilan atau beban yang berkaitan dengan aktivitas investasi atau pendanaan.
D. Likuiditas 1. Pengertian Likuiditas Likuiditas bagi perusahaan merupakan suatu pencerminan bahwa seberapa besar kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek yang segera harus dipenuhi. Likuiditas menurut Wild (2005:184)
sebagai berikut : “Likuiditas mengacu pada ketersediaan sumber daya perusahaan untuk memenuhi kas jangka pendek”. Munawir (2007 : 31) mengemukakan definisi likuiditas sebagai berikut : “Likuiditas adalah menunjukkan kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi, atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan pada saat ditagih”. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa likuiditas merupakan kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka pendek saat jatuh tempo.
2. Pengukuran Likuiditas Rasio likuiditas berguna untuk mengukur likuiditas perusahaan tentang cara menilai dan meningkatkan posisi keuangan perusahaan. Rasio Likuiditas (liquidity ratio) mengukur kemampuan jangka pendek perusahaan untuk membayar kewajibannya yang telah jatuh tempo dan memenuhi kebutuhan kas yang tak terduga (di luar prediksi perusahaan). menurut Fraser (2008:221) sebagai berikut : “Rasio likuiditas yaitu mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kebutuhan kas ketika kebutuhan tersebut meningkat”. Rasio Likuiditas yang dapat digunakan menurut Rahardjo (2007:116) sebagai berikut : 1) Rasio Lancar (current ratio), adalah perbadingan antara aktiva lancar dengan kewajiban jangka pendek (hutang lancar).
Rasio Lancar = Jumlah Aktiva Lancar x 100 % Jumlah Hutang Lancar 2) Rasio Cepat (quick ratio), adalah perbandingan antara aktiva lancar setelah dikurangi persediaan dengan kewajiban lancar. Rasio Cepat = Jumlah Aktiva Lancar – Persediaan x 100% Jumlah Hutang Lancar 3) Rasio Kas (cash ratio), adalah perbandingan antara jumlah kas (termasuk yang tersimpan di Bank) dan surat berharga yang segera dapat diuangkan dengan jumlah hutang lancar. Rasio Kas = Kas + Efek (Surat Berharga) x 100% Jumlah Hutang Lancar Dari uraian tersebut dapat menjelaskan bahwa digunakan rasio lancar, rasio cepat, dan rasio kas untuk mengukur kondisi keuangan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka pendeknya saat jatuh tempo.
E. Hubungan Arus Kas dan Likuiditas Sebagai pihak yang menanamkan dana pada perusahaan, kreditor dan investor berkepentingan untuk mengetahui kemampuan perusahaan dalam membayar kewajibannya. Laporan keuangan merupakan alat yang sangat penting untuk memperoleh informasi sehubungan dengan posisi keuangan dan hasil-hasil yang telah dicapai oleh pihak yang bersangkutan. Laporan keuangan akan lebih berarti bagi para pemakainya apabila dilakukan analisis dan interpretasi atas laporan keuangan tersebut. Salah satu teknik analisis yang digunakan adalah analisis terhadap laporan arus kas. Analisis arus kas sering dipakai sebagai alat analisis yang diharapkan dapat memberikan gambaran kesanggupan perusahaan dalam memenuhi semua kewajiban dan membiayai operasi perusahaan. Laporan
arus kas merupakan salah satu objek dari analisis terhadap laporan keuangan terutama untuk mengetahui kemampuan perusahaan yang sebenarnya dalam memenuhi kewajiban jangka pendek maupun jangka panjang. Salah satu indikator kemampuan dalam membayar kewajiban adalah likuiditas. Dengan demikian laporan arus kas mempunyai pengaruh penting terhadap likuiditas. Kas merupakan bentuk aktiva paling likuid, dimana diartikan kas merupakan aktiva yang dapat dipergunakan dengan segera untuk memenuhi kewajiban
keuangan
perusahaan.
Likuiditas
adalah
menunjukkan
kemampuan suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya yang harus segera dipenuhi, atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan pada saat ditagih (Munawir, 2007 : 31). Likuiditas juga merupakan salah satu faktor yang menentukan lancar tidaknya suatu perusahaan.
Untuk
memenuhi
kewajiban
hutang-hutangnya,
suatu
perusahaan harus mempunyai alat-alat untuk membayar, yaitu berupa aktivaaktiva lancar. Makin besar jumlah aktiva lancar dibandingkan dengan seluruh kewajiban yang harus segera dipenuhi, berarti semakin besar pula tingkat likuiditasnya, dan juga sebaliknya. Analisis rasio dimungkinkan dapat digunakan untuk menentukan tingkat likuiditas perusahaan. Analisis rasio memberikan pengukuran likuiditas yang cepat dan mudah. Rasio-rasio yang menggunakan kas sebagai salah satu variabel bisa digunakan untuk menentukan likuiditas perusahaan. Hubungan arus kas operasi dan likuiditas menurut Wild (2005:17) sebagai berikut : “arus kas operasi meliputi elemen pendanaan serta
bermanfaat untuk evaluasi dan proyeksi likuiditas jangka pendek maupun solvabilitas jangka panjang”. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa arus kas dapat memberikan informasi tentang kemampuan perusahaan dalam mendapatkan kondisi likuiditas perusahaan di masa yang akan datang.
F. Tinjauan Penelitian Terdahulu Tabel 2.1 Tinjauan Penelitian Terdahulu No. Nama Peneliti dan Tahun Penelitian 1. Ecatarina Febiola Annisa 2008
Judul Penelitian
Variabel Peneliti
Hasil Penelitian
Didin Mulyadi 2010
Variabel independenn ya adalah arus kas operasi dan variabel dependennya adalah likuiditas Variabel independenn ya adalah arus kas, dan variabel dependennya adalah tingkat likuiditas
Arus kas operasi berpengaruh terhadap likuiditas sebesar 97,81%, sedangkan sisanya sebesar 2,19% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti leh penulis.
2.
Pengaruh Arus Kas Operasi Terhadap Likuiditas Pada PT PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten Analisis Arus Kas Pengaruhnya Terhadap Tingkat Likuiditas pada Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Bandung
3.
Sriwimerta 2010
Perkembangan arus kas dan tingkat likuiditas pada PDAM kota Bandung, dari tahun 2000 – 2009 mengalami pertumbuhan yang fluktuatif. Arus kas berpengaruh positif terhadap tingkat likuiditas. Pengaruh Variabel Secara parsial, Perputaran Kas independen perputaran kas tidak dan Piutang dalam berpengaruh Terhadap penelitian ini signifikan terhadap Likuiditas Pada adalah likuiditas, tetapi
Perusahaan perputaran Otomotif yang kas dan Terdaftar di perputaran Bursa Efek piutang, Indonesia sedangkan variabel dependennya adalah likuiditas
perputaran piutang berpengaruh signifikan terhadap likuiditas. Sedangkan secara simultan, perputaran kas dan perputaran piutang tidak berpengaruh signifikan terhadap likuiditas.
Sumber : diolah oleh penulis (2011)
1. Ecatarina Febiola Annisa (2008) Judul penelitian “Pengaruh Arus Kas Operasi Terhadap Likuiditas Pada PT. PLN (Persero) Distribusi Jawa Barat dan Banten. Penelitian ini menggunakan arus kas operasi sebagai variabel independen dan likuiditas sebagai variabel dependen dengan alat ukurnya current ratio. Penelitian ini menggunakan metode analisis regresi linear sederhana.
Hasil dari
penelitian ini adalah arus kas operasi berpengaruh terhadap likuiditas. Dari penelitian ini diperoleh persamaan Y = 96,931 + 0,078X.
2. Didin Mulyadi (2010) Judul penelitian “Analisis Arus Kas Pengaruhnya Terhadap Tingkat Likuiditas Pada Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Bandung”. Variabel independennya adalah arus kas dan variabel dependennya adalah likuiditas yang diukur dengan quick ratio. Penelitian ini menggunakan metode analisis regresi linear sederhana. Hasil dari penelitian ini adalah
arus kas berpengaruh positif terhadap tingkat likuiditas, dari penelitian ini diperoleh persamaan Y = -0,65 + 0,0364 X.
3. Sriwimerta (2010) Judul penelitian “Pengaruh Perputaran Kas dan Piutang Terhadap Likuiditas Pada Perusahaan Otomotif yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Penelitian ini menggunakan perputaran kas dan piutang
sebagai variabel independen, dan likuiditas sebagai variabel dependen yang diukur melalui current ratio. Penelitian ini menggunakan metode analisis regresi. Hasil dari penelitian ini adalah secara parsial perputaran kas tidak berpengaruh signifikan terhadap likuiditas, tetapi perputaran piutang berpengaruh signifikan terhadap likuiditas, dan secara simultan perputaran piutang tidak berpengaruh signifikan terhadap likuidtas. Dari penelitian ini diperoleh Y = 1,566 – 0,141
– 0,320
+e
Hal yang membedakan penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah : a. Pada peneliti terdahulu populasinya adalah PT. PLN (persero) distribusi Jawa Barat dan Banten, PDAM kota Bandung, dan perusahaan otomotif yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, sedangkan penelitian yang dilakukan penulis, populasinya adalah perusahaan-perusahaan real estate dan property yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. b. Periode penelitian yang dilakukan penulis berbeda dengan peneliti sebelumnya.
Peneliti sebelumnya menggunakan data tahun 2000 –
2006, 2000 – 2009 dan 2006 - 2008, sedangkan penulis menggunakan data tahun 2007 – 2009. c. Penelitian sebelumnya menilai pengaruh arus kas operasi terhadap likuiditas dengan alat ukur cuurent ratio, sedangkan penelitian yang digunakan penulis menilai pengaruh arus kas operasi terhadap tingkat likuiditas dengan alat ukur cash ratio.
G. Kerangka Konseptual dan Hipotesis 1. Kerangka Konseptual Arus Kas Aktivitas Operasi (X)
Cash Ratio (Y) Gambar 2. 1 Kerangka Konseptual
Sumber : diolah oleh penulis (2011) Arus kas perusahaan tercermin dalam laporan perubahan posisi keuangan yang berbasis kas yaitu laporan arus kas. Laporan Informasi yang diberikan berupa informasi penerimaan kas dan pengeluaran kas suatu perusahaan pada sutau periode tertentu. Untuk melakukan transaksi yang berhubungan dengan penerimaan atau pengeluaran kas diperlukan arus kas yang baik agar transaksi itu berjalan dengan lancar tanpa menimbulkan resiko. Sehingga apabila melakukan transaksi sebaiknya dinilai dengan besarnya kas yang tersedia terutama dari aktivitas operasi.
Perusahaan yang baik harus membuat perencanaan kas dan prosedur laporan arus kas guna mendukung kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan. Pada umumnya perusahaan harus dapat mempertahankan jumlah kas yang dimiliki, agar dapat memenuhi kewajiban finansial jangka pendek. Tetapi hal ini tidak berarti perusahaan harus mempertahankan persediaan kas dalam jumlah yang besar, karena semakin besar kas maka semakin banyak uang yang tidak digunakan atau menganggur.
Kemampuan
perusahaan dalam memenuhi kewajiban finansial jangka pendek dikenal dengan istilah likuiditas. Likuiditas pada dasarnya merupakan perbandingan antara aktiva lancar dengan hutang lancar, maka jumlah piutang yang besar akan mengakibatkan jumlah aktiva lancar yang besar pula. Jika aktiva lancar bertambah sementara di sisi lain jumlah hutang lancar tetap maka hal ini akan meningkatkan tingkat likuiditas perusahaan.
Untuk menentukan
tingkat perbandingan jumlah kas yang tersedia dengan kewajiban yang harus segera dipenuhi, perusahaan harus melakukan analisis terhadap tingkat likuiditas perusahaan dengan menggunakan analisis rasio likuiditas. Rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat likuiditas perusahaan pada penelitian ini adalah rasio kas (Cash Ratio). Rasio kas merupakan alat yang digunakan utuk mengukur seberapa besar uang kas yang tersedia untuk membayar utang. Ketersediaan uang kas dapat ditunjukkan dari tersedianya dana kas atau yang setara dengan kas seperti rekening giro
atau tabungan di bank yang dapat ditarik setiap saat. Nilai rasio yang rendah menunjukkan adanya masalah likuiditas bagi perusahaan, sedangkan angka yang tinggi berarti menunjukkan adanya kelebihan aktiva lancar.
2. Hipotesis Menurut
Erlina
(2008:49)
“hipotesis
adalah
proposisi
dirumuskan dengan maksud untuk diuji secara empiris”.
yang
Proposisi
merupakan ungkapan atau pernyataan yang dapat dipercaya, disangkal, atau diuji kebenarannya mengenai konsep atau konstruk yang menjelaskan atau memprediksi fenomena-fenoma. Berdasarkan kerangka konseptual yang telah diuraikan, maka dapat dirumuskan hipotesis pada penelitian ini adalah : “terdapat pengaruh arus kas aktivitas operasi terhadap tingkat likuiditas”.