BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Perilaku
2.1.1
Pengertian Perilaku Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup) yang
bersangkutan. Perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar. Skinner (1938), merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar) (Notoatmodjo, 2003). 2.1.2
Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perilaku seseorang adalah faktor genetik,
meliputi: jenis ras, jenis kelamin, sifat fisik, sifat kepribadian, bakat pembawaan dan inteligensi. Selanjutnya adalah faktor dari luar individu: faktor lingkungan, pendidikan, agama, sosial ekonomi, kebudayaan dan faktor-faktor lain. 2.1.3
Karakteristik Perilaku Ada beberapa karakteristik perilaku yaitu: perilaku adalah perkataan dan perbuatan
individu, jadi semua apa yang dikatakan dan dilakukan oleh seseorang itu merupakan karakteristik perilakunya, perilaku mempunyai satu atau lebih individu yang dapat diukur yaitu frekuensi, durasi, dan intensitasnya. Perilaku dapat diobservasi, dijelaskan, dan direkam oleh orang lain atau orang yang terlibat dalam perilaku tersebut, perilaku mempengaruhi lingkungan baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial.
2.1.4
Domain Perilaku Menurut bloom, seperti dikutip Notoatmodjo (2012), membagi perilaku itu didalam 3
domain (ranah/kawasan) yaitu ranah kognitif (cognitive), ranah affektif (affective), dan ranah psikomotor (psychomotor). Dalam perkembangannya, teori bloom ini dimodifikasi untuk pengukuran hasil pendidikan kesehatan yaitu: 1.
Pengetahuan (knowlegde) Pengetahuan adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Tanpa pengetahuan seseorang tidak mempunyai dasar untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan terhadap masalah yang dihadapi. Ada enam tingkatan domain pengetahuan yaitu: tahu (know), memahami (comprehensif), aplikasi, analisis, sintesa, dan evaluasi.
2.
Sikap Menurut Notoatmodjo (2012), sikap adalah reaksi atau respons seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Sikap belum merupakan suatu tindakan ataupun aktivitas, namun merupakan prediposisi tindakan atau perilaku. Menurut Allport, seperti dikutip Notoatmodjo (2012), sikap mempunyai tiga komponen pokok yaitu: kepercayaan (keyakinan), ide, konsep terhadap suatu objek, kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek, kecenderungan untuk bertindak (tend to behave).Seperti halnya pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan yaitu menerima, merespon, menghargai dan bertanggung jawab.
3.
Praktik atau tindakan (practice) Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan yang nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas dan faktor dukungan (support) praktik ini mempunyai beberapa tingkatan yaitu respon terpimpin, mekanisme, dam adopsi.
2.2
Remaja
2.2.1
Pengertian Remaja Individu dikatakan sudah memasuki masa remaja antara usia 16 atau 17 tahun dan
berakhir pada usia 21 tahun. Sesorang disebut remaja apabila dia telah berkembang kea rah kematangan seksual dan memantapkan identitasnya sebagai individu terpisah dari keluarga, persiapan diri menghadapi tugas, menentukan masa depannya, dan berakhir saat mencapai usia matang secara hukum (Pieter & Lubis 2010). 2.2.2
Dinamika Masa Remaja Menurut Pieter & Lubis (2010), masa remaja adalah masa peralihan dari masa pubertas
menuju masa dewasa. Selama periode ini, anak remaja banyak mengalami perubahan baik secara fisik, psikologis, ataupun social. Untuk memudahkannya, maka kita membagikan masa remaja menjadi 3 bagian, yaitu:
a.
Remaja Awal
Ciri-ciri dinamika remaja awal: 1. Mulai menerima kondisi dirinya. 2. Berkembangnya cara berpikir. 3. Menyadari bahwa setiap manusia memiliki perbedaan potensi. 4. Bersikap overestimate, seperti meremehkan segala masalah, meremehkan kemampuan orang lain dan terkesan sombong. 5. Akibat sombong menjadikan dia gegabah dan kurang waspada. 6. Proporsi tubuh semakin proporsional. 7. Tindakan masih kanak-kanak, akibat ketidakstabilan emosi. 8. Sikap dan moralitasnya masih bersifat egosentris. 9. Banyak perubahan dalam kecerdasan dan kemampuan mental. b.
Remaja Tengah
Ciri-ciri dinamika remaja tengah: 1. Bentuk fisik makin sempurna dan mirip dengan orang dewasa. 2. Perkembangan sosial dan intelektual lebih sempurna. 3. Semakin berkembang keinginan untuk mendapatkan status. 4. Ingin mendapatkan kebebasan sikap, pendapat, dan minat. 5. Keinginan untuk menolong dan ditolong orang lain.
6. Pergaulan sudah mengarah pada heteroseksual. 7. Belajar bertanggung jawab. 8. Apatis akibat selalu ditentang sehingga malas mengulanginya. 9. Perilaku agresif akibat diperlakukan seperti kanak-kanak. c.
Remaja Akhir
Ciri-ciri dinamika remaja akhir: 1. Disebut dewasa muda dan meninggalkan dunia kanak-kanak. 2. Berlatih mandiri dalam membuat keputusan. 3. Kematangan emosional dan belajar mengendalikan emosi. 4. Dapat berpikir objektif sehingga mampu bersikap sesuai situasi. 5. Belajar menyesuaikan diri dengan norma-norma yang berlaku. 6. Membina hubungan sosial secara heteroseksual. 2.2.3
Perubahan Fisik Masa Remaja Perkembangan fisik mulai pada masa remaja awal hingga remaja akhir sedikit mengalami
penurunan. Penurunan terutama perkembangan eksternal, sehingga perkembangan internal lebih menonjol dibandingkan dengan perkembangan eksternal (Pieter & Lubis 2010). a.
Perubahan Eksternal
1. Tinggi dan berat badan. Penambaham tinggi badan remaja putrid rata-rata pada usia 17-19 tahun. Perubahan berat badan remaja mengikuti jadwal yang sama dengan tinggi dan terjadi pada bagian-bagian tubuh yang mengandung lemak sedikit atau tidak sama sekali.
2. Organ seks dan ciri-ciri seks sekunder. Perkembangan organ-organ seksual akan mencapai ukuran yang matang pada masa remaja akhir. Namun, fungsinya belumlah matang hingga beberapa tahun. Adapun, perkembangan ciri-ciri seks sekunder akan sempurna matang pada remaja akhir. 3. Proporsi tubuh. Beberapa dari bagian anggota tubuh lambat laun akan mencapai perbandingan proporsi tubuh yang lebih seimbang, missal badan yang melebar dan memanjang sehingga tidak kelihatan panjang. b.
Perubahan Internal
1. Sistem pencernaan. Bentuk perut lebih panjang dan tidak lagi berbentuk pipa. Usus bertambah panjang dan desar, otot-otot perut dan dinding usus menjadi lebih kuat dan tebal. Berat hati akan bertambah dan kerongkongan semakin memanjang. 2. Sistem peredaran darah dan sistem pernafasan. Ketika 17-18 tahun jantung tumbuh pesat. Panjang dan tebal dinding pembuluh darah meningkat dan mencapai kematangan seiring bertambah matang kekuatan jantung. Kapasitas paru-paru remaja perempuan akan meningkat ketika usia 17 tahun dan lebih cepat matang daripada remaja pria. 3. Sistem endokrin dan jaringan tubuh. Ketika masa remaja kegiatan dari gonad yang meningkat menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan sementara dalam seluruh sisitem endokrin. Kelenjar-kelenjar seksual berkembang pesat dan semakin berfungsi hingga tahap remaja akhir dan awal dewasa. Sementara, jaringan otot dan tulang terus berkembang pesat dan tulang terus berkembang pesat dan akan berhenti ketika usia 18 tahun.
2.2.4
Tugas-tugas Perkembangan Masa Remaja
1. Menerima keadaan jasmani yang sebenarnya. 2. Memperoleh hubungan baru dan lebih matang dengan teman-teman sebaya antara dua jenis kelamin. 3. Memperoleh kebebasan emosional dari orang tua. 4. Mendapatkan perangkat nilai hidup dan falasafah hidup. 5. Memiliki citra-diri yang realistis. Remaja diharapkan memiliki gambaran diri realistis, tidak lagi berdasarkan khayal (fantasi) tentang gambaran yang muluk-muluk seperti apa yang sering kali mereka pikirkan dan alami pada masa pubertas atau masa kanak-kanak (Pieter & lubis 2010). 2.3 Narkoba 2.3.1
Pengertian Narkoba adalah obat/ bahan/zat, yang bukan tergolong makanan. Jika diminum, dihisap,
dihirup atau disuntikkan, berpengaruh terutama pada kerja otak (susunan syaraf pusat), dan sering mengakibatkan ketergantungan (Martono, 2006). Menurut Undang – Undang, narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan tanaman , baik sintetis maupun semisintetis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan menimbulkan ketergantungan (Martono, 2006).
2.3.2
Jenis – jenis narkoba Pada dasarnya narkoba dibedakan atas beberapa jenis, satu diantaranya adalah narkotika.
1. Narkotika Narkotika ini dibagi menjadi tiga bagian yakni: a. Narkotika alami Narkotika alami adalah narkotika yang sumber utamanya berasal dari tumbuh tumbuhan (Tanjung, 2000). Jenis – jenis dari narkotika alami adalah: (a). Asian poppy Asian poppy merupaka tanaman yang getahnya dikeringkan dan ditumbuk menjadi bubuk serbuk bunga opium. Bubuk ini mengandung morfin, dan selanjutnya dari morfin dibuatlah menjadi heroin. Dalam ilmu kedokteran opiat digunakan khususnya untuk penghilang rasa sakit. Kadang -kadang dipakai sebagai obat penghilang batuk dan obat diare. (b) Mariyuana/ganja Mariyuana dalam istilah medik sering disebut dengan Cannabis Sativa yaitu sejenis tanaman perdu yang biasanya digunakan sebagai obat relaksasi dan untuk mengatasi intoksikasi ringan (Tanjung, 2000).
Pengaruh segera setelah pemakaian : 1. Denyut jantung meningkat, dan suhu tubuh turun 2. Mata merah, mulut dan tenggorokan kering, mengantuk dan kelopak mata turun, Bicara lambat dan cedal, banyak bicara, kebodohan, tertawa, perasaan gembira, rasa melayang, rasa lapar dan haus meningkat. 3. Daya ingat jangka pendek terganggu, gangguan penghayatan akan perasaan waktu (lama terasa singkat), perasaan ruang (jauh terasa dekat), dan visual (penglihatan semu). 4. Terganggunya kemampuan melaksanakan tugas yang membutuhkan konsentrasi dan koordinasi. 5. Meningkatnya rasa cemas dan sering panik. Pengaruh jangka panjang dari penggunaan ganja adalah : Dapat mengalami halusinasi (penglihatan khayal), paranoid (gangguan jiwa seolah-olah dikejar-kejar atau ada kekuatan lain), rendahnya motivasi, dan perilaku yang tidak terduga. Pengaruh terhadap sisitem tubuh manusia adalah : 1. Pada sisitem syaraf pusat dapat menyebabkan hilangnya memori dan ketidak mampuan membedakan yang penting dengan yang tidak, gangguan penghayatan akan waktu dan ruang, dan dapat menyebabkan kerusakan otak. 2. Pada sistem pernafasan dapat meningkatkan resiko penyakit paru kronis (bronkitis, kanker) lebih besar dari pada perokok.
3. Pada sisitem reproduksi dapat mengakibatkan berkurangnya kadar hormone testosteron dan jumlah spermatozoa sehinga dapat mengurangi kesuburan pada laki-laki. Sedangkan pada perempuan dapat terjadi gangguan haid, resiko ketidak suburan, dan menyebabkan gangguan syaraf pada bayi dari ibu pemakai ganja, ibu menyusui mengalirkan THC pada bayinya. (c) Kokain Kokain tergolong stimulansia (meningkatkan aktivitas otak dan fungsi organ tubuh lain). Menurut Undang – Undang kokain termasuk narkotika golongan I, berbentuk kristal putih, yang digunakan dengan cara disedot melalui hidung, dirokok, dan disuntikkan. Cepat menyebabkan ketergantungan. (Martono, 2006). Adapun pengaruh segera setelah pemakaian kokain adalah: 1. Sangat giat (hiperaktif) dan cepat, bicara gugup, sulit tidur tanpa rasa lelah, gelisah, iritabilitas, cemas, dan selera makan kurang. 2. Denyut jantung meningkat dan pembuluh darah tepi menciut. 3. Pupil melebar dan sulit untuk memusatkan pandangan. 4. Suhu, tekanan darah, denyut nadi, dan pernafasan meningkat. 5. Perilaku menjadi inpulsif dan tidak sabar.
Pengaruh jangka panjang dari penggunaan coca adalah : 1. Tubuh gemetar, sakit kepala, dan mual. 2. Kemampuan tubuh untuk menangkal infeksi menurun, dan berat badan menurun karena selera makan berkurang, ketergantungan. 3. Paranoid (perasaan seolah – olah dianiaya atau memliki kekuasaan) Pengaruhnya pada sistem tubuh manusia adalah : 1. Pada sistem syaraf dapat merangsang fungsi otak, dan dapat menyebabkan amnesia, sakit jiwa, dan kerusakan tetap pada otak dan sistem syaraf. 2. Pada sistem pernafasan, dapat menyebabkan pernafasan terganggu, berhenti, dan dapat menyebabkan batuk. 3. Pada sistim jantung dan pembuluh darah, dapat mengakibatkan jantung berdebar-debar, kerja jantung meningkat dan lebih cepat, sehingga dapat terjadi serangan jantung dan kematian. 4. Pada sistim reproduksi, dapat meningkatkan resiko terjadinya abortus, bayi lahir prematur, dan bayi lahir mati. Bayi yang dilahirkan menjadi ketergantungan terhadap kokain dan menyebabkan kerusakan berbagai organ tubuh setelah anak bersekolah, ia sulit belajar dan ada gangguan perilaku. b. Narkotika semi sintetik Narkotika semi sintetik adalah jenis zat/obat yang diproses sedemikian rupa melalui porses sintesis (Tanjung, 2000).
Yang termasuk narkotika semi sintetik adalah: (a). Morfin Merupakan turunan opium yang dibuat dari hasil pencampuran antara getah pohon poppy dengan bahan – bahan kimia lain. Morfin merupakan zat aktif dari opium. Dalam dunia kedokteran zat ini digunakan untuk mengurangi rasa sakit. Tetapi karena efeknya yang negatif maka penggunaannya diganti dengan obat-obat sintetik (Tanjung, 2000). (b). Kodein Kodein mempunyai tempat terhormat di dunia kadokteran dan banyak untuk manahan batuk (antitusif) dan penghilang rasa sakit (analgesik), walaupun zat ini cukup populer, tetapi mempunyai sifat – sifat asalnya yang dapat menimbulkan efek yang tidak diinginkan, oleh karena itu penggunaan kodein masih diawasi oleh lembaga – lembaga nasional dan internasional (Tanjung, 2002). (c). Heroin Heroin dikenal sebagai bubuk putau karena berupa bubuk putih, heroin berpotensi tinggi menyebabkan ketergantungan. Penggunaannya dilarutkan dalam air lalu disuntikkan ke dalam pembuluh darah, atau dihirup melalui hidung setelah dibakar (ngedrag). Terjadinya ketergantungan setelah memakainya beberapa kali (Tanjung , 2002). Orang yang menggunakan heroin untuk pertama kali sering mengalami mual-mual, muntah-muntah dan gatal-gatal. Efek psikologinya antara lain meliputi perasaan bebas dari rasa sakit, rasa dingin, dan perasaan tegang dengan diiringi perasaan senang, pusing, hangat, dan keinginan bersuka ria.
c. Narkotika sintetik Narkotika yang bersifat sintetik adalah narkotika yang dihasilkan berdasarkan tiruan dengan pengolahan manusia. Pada umumnya obat-obatan ini mempunyai efek analgesik (dapat mengurangi rasa nyeri/sakit) dari indikasi kecanduan dan ketergantungan. Narkotika sintetik tersebut antara lain : Methadone, Meperidene, dan Levorphanol. Obat-obatan tersebut hanya dapat dibeli/diperoleh dengan resep dokter. Atau bila benar-benar dibutuhkan untuk pengobatan/penyembuhan bagi pecandu narkotika (Indrawan, 2001). 2.
Obat-Obat Psikotropika Obat-obat psikotropika ini bukan merupakan narkotika, tetapi mempunyai efek serta
bahaya yang sama dengan narkotika apabila disalahgunakan karena sasaran obat-obatan tersebut adalah syaraf-syaraf tertentu dari sistem syaraf pusat (Indrawan, 2001). Obat-obatan jenis psikotropika terbagi atas: 1. sabu - sabu Sabu – sabu tergolong amfetamin, yang berpengaruh memacu kerja otak (stimulasi). Sering disebut ubas, ice. Berpotensi sangat tinggi menyebabkan ketergantungan. Sabu – sabu berbentuk kristal putih (seperti vetsin), penggunaannya dengan dihirup atau disuntikkan (Martono , 2006) Pengaruh segera setelah pemakaian sabu – sabu adalah : 1. Menyebabkan perasaan gembira, mudah tersinggung, dan cemas. 2. Meningkatkan denyut jantung, tekanan darah, dan pernapasan.
3. Selera makan berkurang, mulut kering, berkeringat, dan bicara cepat. 4. Sakit kepala, penglihatan buram, dan pusing, pupil melebar. Pengaruh jangka panjang pemakaian sabu - sabu adalah : 1. Gelisah, mudah curiga (paranoid), dorongan untuk melakukan bunuh diri. 2. Kurang gizi. 3. Halusinasi (penglihatan atau pendengaran semu). 4. Agresif, dapat melakukan tindakan keji, akal sehat hilang, dan tidak memiliki rasa malu. 5. Ketergantungan dan gejala putus zat (murung dan letih). Pengaruh pada sistem tubuh manusia adalah: 1. Pada sistem syaraf pusat, dapat menyebabkan pecahnya pembuluh darah otak, sehingga terjadi stroke 2. Pada sistem jantung dan pembuluh darah, dapat menyebabkan nyeri dada, dan meningkatkan denyut jantung dan tekanan darah. 3. Pada sistem pernafasan, dapat menyebabkan tertekannya sistem pernafasan sehingga kesadaran menghilang, dan meninggal. 4. Pada sistim reproduksi, dapat meningkatkan resiko bayi lahir prematur, cacat, mati dalam kandungan, atau meninggal setelah lahir.
2. Ekstasi Ekstasi tergolong amfetamin, yang berpengaruh memacu kerja otak. Ekstasi ini beredar dalam bentuk tablet dan pil, dengan ukuran sebesar kancing baju (Tanjung, 2005). 3.
Bahan Adiktif Adalah bahan aktif yang penyalahgunaannya dapat menimbulkan ketergantungan (adiksi)
yakni keinginan untuk mengkonsumsi kembali secara berulang-ulang. Zat yang berasal dari lem, bensin, ethanol, spiritus dan minuman keras, ini dapat merusak pertumbuhan dan perkembangan otot, syaraf dan organ tubuh lainnya seperti jantung, lever, ginjal dan paru-paru. 2.3.3
Tanda awal penyalahgunaan narkoba secara umum Secara umum penyalahgunaan narkoba ditandai dengan :
1. Malas a. Malas mengurus diri b. Malas makan/makan sembarangan c. Malas sekolah 2. Kehidupan penuh rahasia a. Menarik diri dan sering mengurung diri di dalam kamar b. Tidak mau mengizinkan orang tua masuk ke dalam kamar c. Dikamar selalu terdapat bau – bauan yang berasal dari obat – obatan yang dipakai
d. Sering memakan permen karet atau permen menthol untuk menghilangkan bau mulut. Suka berlama – lama di dalam kamar mandi 3. Gaya hidup semaunya sendiri a. Mudah tersinggung b. Sering berkelahi c. Sering berbohong d. Menghabiskan uang, sering mencuri uang/barang keluarga, teman. e. Memasang musik dengan suara keras. f. Mulai sering berteman dengan anak-anak yang tidak perduli dengan sekolah. g. Sering meminjam uang teman h. Gaya pakaian berubah 4. Keluhan sakit a. Sering mengeluh pusing, sakit kepala b. Batuk-batuk, pilek yang berepanjangan
2.3.4
Efek Penyalahgunaan Narkoba Efek penyalahgunaan narkoba menurut jenisnya adalah sebagai berikut:
1. narkotika: denyut jantung semakin cepat, nafsu makan bertambah, daya tahan tubuh lemah, mata merah, emosional, pemarah, dan kasar, jorok, tidak mengurus diri, takut mandi, prestasi anjlok. 2. psikotropika: membuat gembira berlebihan, timbul perasaan cemas, khawatir, susah tidur, sakit kepala dan pusing-pusing, keringat mengucur deras, badan gemetaran menggigil, mualmual dan muntah, hiper aktif (tidak mau diam), tidak malu melakukan seks bebas, jantungnya berdebar-debar, percaya diri meningkat, tekanan darah meningkat, badannya merasa lebih kuat. 3. bahan adiktif: membuat depresi pada sistem syaraf, membuat mabuk dan kejang-kejang, tidak sadarkan diri, menyebabkan oedema (terbendungnya darah dari otak), menimbulkan halusinasi, mendurnya kepribadian, gastritis (peradangan lambung), melemahkan jantung, membuat hati beku, hilang ingatan, tidak dapat berfikir, sakit maag, kejang-kejang, kerusakan sistem syaraf, kematian mendadak. 2.3.5
Faktor Penyalahgunaan Narkoba
Banyak faktor yang dapat menyebabkan seseorang mulai menyalahgunakan narkoba, sehingga pada akhirnya dapat menyebabkan ketergantungan. penyalahgunaan narkoba diantaranya yaitu:
Beberapa faktor penyebab
1. Faktor kepribadian
Beberapa hal yang termasuk di dalam faktor pribadi adalah genetik, bilogis, personal, kesehatan dan gaya hidup yang memiliki pengaruh dalam menetukan sorang remaja terjerumus dalam penyalahgunaan narkoba .
a. Kurangnya Pengendalian Diri
Orang yang coba-coba menyalahgunakan narkoba biasanya memiliki sedikit pengetahuan tentang narkoba, bahaya yang ditimbulkan, serta aturan hukum yang melarang penyalahgunaan narkoba.
b. Konflik Individu/Emosi Yang Belum Stabil
Orang yang mengalami konflik akan mengalami frustasi. Bagi individu yang tidak biasa dalam menghadapi penyelesaian masalah cenderung menggunakan narkoba, karena berpikir keliru bahwa cemas yang ditimbulkan oleh konflik individu tersebut dapat dikurangi dengan mengkonsumsi narkoba.
c. Terbiasa Hidup Senang / Mewah
Orang yang terbiasa hidup mewah kerap berupaya menghindari permasalahan yang lebih rumit. Biasanya mereka lebih menyukai penyelesaian masalah secara instan, praktis, atau membutuhkan waktu yang singkat sehingga akan memilih cara-cara yang simple yang dapat memberikan kesenangan melalui penyalahgunaan narkoba yang dapat memberikan rasa euphoria secara berlebihan.
2. Faktor Keluarga
a. Kurangnya kontrol keluarga
Orang tua terlalu sibuk sehingga jarang mempunyai waktu mengontrol anggota keluarga. Anak yang kurang perhatian dari orang tuanya cenderung mencari perhatian diluar, biasanya mereka juga mencari kesibukan bersama teman-temanya.
b. Kurangnya penerapan disiplin dan tanggung jawab
Tidak semua penyalahgunaan narkoba yang dilakukan oleh remaja dimuali dari keluarga yang broken home, semua anak mempunyai potensi yang sama untuk terlibat dalam penyalahgunaan narkoba. Penerapan disiplin dan tanggung jawab kepada anak akan mengurangi resiko anak terjebak ke dalam penyalahgunaan narkoba. Anak yang mempunyai tanggung jawab terhadap dirinya, orang tua dan masyarakat akan mempertimbangkan beberapa hal sebelum mencoba-coba menggunakan narkoba.
4. Faktor Lingkunngan a. Masyarakat Yang Individualis
Lingkungan yang individualistik dalam kehidupan kota besar cenderung kurang peduli dengan orang lain, sehingga setiap orang hanya memikirkan permasalahan dirinya tanpa peduli dengan orang sekitarnya. Akibatnya banayak individu dalam masayarakat kurang peduli dengan penyalahgunaan narkoba yang semakin meluas di kalangan remaja dan anak-anak.
b. Pengaruh Teman Sebaya
Pengaruh teman atau kelompok juga berperan penting terhadap penggunaan narkoba. Hal ini disebabkan antara lain karena menjadi syarat kemudajan untuk dapat diterima oleh anggota kelompok. Kelompok atau Genk mempunyai kebiasaan perilaku yang sama antar sesama anggota. Jadi tidak aneh bila kebiasaan berkumpul ini juga mengarahkan perilaku yang sama untuk mengkonsumsi narkoba.
4. Faktor Pendidikan
Pendidikan akan bahaya penyalahgunaan narkoba di sekolah-sekolah juga merupakan salah satu bentuk kampanye anti penyalahgunaan narkoba. Kurangnya pengetahuan yang dimiliki oleh siswa-siswi akan bahaya narkoba juga dapat memberikan andil terhadap meluasnya penyalahgunaan narkoba di kalangan pelajar.
5. Faktor Masyarakat dan Komunitas Sosial
Faktor yang termasuk dan mempengaruhi kondisi sosial seorang remaja atnara lain hilangnya nilai-nilai dalam sebuah keluarga dan sebuah hubungan, hilangnya perhatian dengan komunitas, dan susahnya berdaptasi dengan baik (bisa dikatakan merasa seperti alien, diasingkan)
6. Faktor Populasi Yang Rentan
Remaja masa kini hidup dalam sebuah lingkaran besar, dimana sebagian remaja berada dalam lingkungan yang beresiko tinggi terhadap penyalahgunaan narkoba. Banyak remaja mulai mencoba-coba narkoba, seperti amphetamine-type stimulants ( termasuk didalamnya alkohol,
tembakau dan obat-obatan yang diminum tanpa resep atau petunjuk dari dokter, serta obat psikoaktif ) sehingga menimbulkan berbagai macam masalah pada akhirnya.